Komponen Rasa Nyeri Persalinan Pengukuran Intensitas Nyeri

penurunan aliran darah sehingga oksigen lokal mengalami defisit akibat kontraksi myometrium. Impuls rasa nyeri pada kala I persalinan ditranmisi melalui segmen saraf spinalis T11-12 dan saraf-saraf asesori torakal bawah serta saraf simpatik lumbar atas. Saraf-saraf ini berasal dari korpus uterus dan servik. Nyeri ini mulai dari bawah abdomen dan menyebar ke daerah lumbar punggung dan menurun ke paha Bobak, 2004. Nyeri akibat perubahan servik dan iskemia rahim merupakan nyeri viseral. Pada dasarnya, semua nyeri viseral dijalarkan melalui serabut saraf nyeri kecil tipe C, sehingga hanya dapat menjalarkan rasa nyeri tipe pegal dan pedih. Nyeri viseral akibat iskemia rahim terbentuk dari produk akhir metabolik yang asam atau produk yang dihasilkan oleh jaringan, seperti bradykinin dan enzim proteolitik atau bahan lain yang merangsang ujung saraf nyeri. Nyeri yang timbul akibat viskus spastik dicetuskan dalam bentuk kram dengan rasa nyeri yang menghebat dan kemudian menghilang. Proses ini berlanjut secara berulang, timbulnya setiap beberapa menit sekali. Timbulnya siklus berulang tersebut disebabkan oleh perulangan kontraksi otot polos Guyton Hall, 2007. Biasanya ibu mengalami rasa nyeri ini hanya selama kontraksi dan bebas dari rasa nyeri pada interval antara kontraksi Bobak, 2004.

2.3.3 Komponen Rasa Nyeri Persalinan

Rasa nyeri memiliki tiga komponen yaitu stimulus penyebab nyeri, ambang nyeri tingkat dimana intensitas nyeri terasa, dan reaksi bagaimana seseorang menginterpretasikan nyeri dan berespon terhadap nyeri tersebut Farrer, 2001. Stimulus nyeri dalam persalinan tidak dapat dihilangkan. Beberapa abnormalitas seperti malpresentasi, dapat meningkatkan atau memperpanjang stimulus tersebut sehingga menambah potensi keluhan nyeri. Ambang nyeri dalam persalinan dapat diturunkan oleh rasa takut, kurangnya pengertian dan berbagai permasalahan jasmani seperti demam, kelelahan, asidosis dehidrasi, ketegangan. Reaksi ini tergantung pada kepribadian, kondisi emosional serta tingkat pemahaman pasien, latar belakang kultural, keluarga serta pendidikannya, dan pengalaman sebelumnya Farrer, 2001.

2.3.4 Pengukuran Intensitas Nyeri

Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri yang dirasakan oleh individu Tamsuri, 2006. Nyeri merupakan masalah yang sangat subjektif yang dipengaruhi oleh psikologis, kebudayaan, dan hal lainnya. Ada beberapa metode yang digunakan untuk mengukur intensitas nyeri tersebut, antara lain: 1 Verbal Rating Scale VRS Metode ini suatu word list untuk mendeskripsikan nyeri yang dirasakan. Pasien diminta memilih kata-kata atau kalimat yang menggambarkan karakteristik nyeri yang dirasakan dari word list yang ada. Metode ini dapat digunakan untuk mengetahui intensitas nyeri saat pertama kali muncul hingga tahap penyembuhan. Penilaian ini terbagi menjadi beberapa kategori nyeri, yaitu: tidak nyeri none, nyeri ringan mild, nyeri berat servere, nyeri sangat berat very severe Benzon, 2005. 2 Numerical Rating Scale NRS Metode ini menggunakan angka-angka untuk menggambarkan range dari intensitas nyeri. Umumnya pasien akan menggambarkan intensitas nyeri yang dirasakan dari 0-10, 0 menggambarkan tidak ada nyeri sedangkan 10 menggambarkan nyeri berat Benzone, 2005. Skala ini merupakan skala paling efektif yang digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi terapiutik Potter Perry, 2005. Skala numerik dapat digunakan mulai anak-anak usia dari 9 tahun, dewasa hingga tua McCaffery dan Beebe, 1993 cit National Institut of Health Grant Magnuson Clinical Centre, 2003. Penilaian dengan menggunakan skala numeric ini dapat dibagi menjadi beberapa kategori nyeri yaitu: tidak nyeri 0, nyeri ringan 1-3, nyeri sedang 4-6, nyeri berat 7-9, nyeri yang tidak tertahankan 10 Potter Perry, 2005. 3 Visual Analogue Scale VAS Metode VAS sering digunakan dalam mengukur intensitas nyeri. Metode ini menggunakan garis panjang 10 cm yang menggambarkan keadaan tidak nyeri sampai nyeri yang sangat berat. Keuntungan menggunakan metode ini adalah sensitive untuk mengetahui perubahan intensitas nyeri, mudah dimengerti dan dikerjakan, serta dapat digunakan dalam berbagai kondisi klinis. Kerugiannya adalah tidak dapat digunakan pada anak-anak dibawah delapan tahun dan mungkin susah diterapkan pada pasien nyeri hebat Potter Perry, 2005.

2.3.5 Nyeri Persalinan Kala I

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pemberian Kompres Hangat Terhadap Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif Di Klinik Nirmala Medan

8 104 62

Efektifitas Pijat Terhadap Penurunan Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif Ibu Inpartu di Klinik Tutun Sehati Tanjung Morawa 2011

2 38 63

Pengaruh Komunikasi Teraupetik Dengan Intensitas Nyeri Persalinan Kala I Fase Laten di Klinik Delima Medan Tahun 2014

14 105 71

pengaruh terapi murottal terhadap nyeri persalinan kala I fase aktif di Surakarta.

0 0 11

PENURUNAN INTENSITAS NYERI PERSALINAN FASE AKTIF KALA I MELALUI TERAPI MUSIK INSTRUMENTAL

0 0 5

PENGARUH TERAPI MUSIK DAN MASASE PUNGGUNG TERHADAP NYERI KALA I FASE AKTIF PADA NULIPARA DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA

0 0 10

PERBEDAAN TINGKAT NYERI PERSALINAN PADA IBU PRIMIPARA DENGAN IBU MULTIPARA PADA KALA I PERSALINAN DI RUMAH SAKIT PARU BATU – KOTA BATU

0 0 10

PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP LAMA PERSALINAN KALA I PADA IBU INTRANATAL MULTIPARA DAN PRIMIPARA DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI - Pengaruh Terapi Musik Klasik terhadap Lama Persalinan Kala I pada Ibu Intrana

0 0 7

PENGARUH TERAPI MUSIK TERHADAP TINGKAT NYERI PERSALINAN PADA KLIEN INTRAPARTUM KALA I DI RUMAH BERSALIN WIDURI MURANGAN SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN 2010 NASKAH PUBLIKASI - Pengaruh Terapi Musik Terhadap Tingkat Nyeri Persalinan pada Klien Intrapartum Kala I d

0 0 16

PENGARUH MASSAGE EFFLEURAGE TERHADAP NYERI PERSALINAN PADA IBU INPARTU KALA I FASE AKTIF DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK SINTA BANDAR LAMPUNG

1 1 6