masing item pertanyaan dijawab oleh responden jika gejala tidak dialami diberi skor nol,  gejala  dirasakan  ringan  atau  tidak  merasa  terganggu  skornya  satu,  gejala
dirasakan sedang atau cukup merasa terganggu skornya dua dan gejala dirasakan berat  atau  sangat  merasa  terganggu  skornya  tiga.  Skor  setiap  item  kemudian
dijumlahkan dari hasil penjumlahan dapat diketahui tingkat kecemasan seseorang. Skor 0-7= normal, 8-15= cemas ringan, 16-25= cemas sedang, 26-63= cemas berat
McDowell, 2006.
T-MAS modifikasi  Ginting  2001 merupakan  instrumen  kecemasan untuk mengukur skala kecemasan ibu bersalin. Alat ukur ini biasanya digunakan peneliti
dengan  teknik  wawancara  secara  langsung  kepada  responden. Terdiri  dari  24 pernyataan,  masing-masing  pernyataan  diberi  nilai  “Ya”  atau  “Tidak”,  jika
tanggapan  “Ya”  mendapat  skor  satu  sedangkan  “Tidak”  mendapat  skor  nol. Penjumlahan skor dapat dikategorikan jika  6= cemas ringan, 7-12= cemas sedang,
13-18= cemas berat, 19-24= panik Saryono, 2010.
2.2.7 Dampak Kecemasan saat Kala I Persalinan
Kecemasan  pada  saat  persalinan  akan  memicu  pembentukan  katekolamin  atau hormon stres. Peningkatan kadar katekolamin pada kala I dapat menyebabkan aliran
darah yang semestinya ke rahim dan plasenta beralih ke organ-organ penting seperti jantung,  paru-paru,  otak  dan  otot  rangka sehingga  aliran  darah  ke  rahim  dan
plasenta  menurun.  Penurunan  aliran  darah  ke  rahim  dan  plasenta  dapat memperlambat kontraksi rahim dan mengurangi pasokan oksigen ke janin. Dengan
demikian  kecemasan  dapat  berpotensi  memperpanjang  kala  I  sehingga memperlambat kemajuan proses persalinan Simkin, 2005.
2.2.8 Konsep Kecemasan Dalam Menghadapi Persalinan
Persalinan merupakan proses alamiah yang dialami seorang ibu hamil akan tetapi tidak  setiap ibu  hamil akan  selalu  siap  menghadapi  parsalinan  karena  persalinan
disertai rasa nyeri dan pengeluaran darah. Ketidaksiapan akan menimbulkan rasa takut dan cemas pada ibu terutama pada wanita yang baru pertama kali melahirkan
karena  pada  umumnya  belum  memiliki  gambaran  mengenai kejadian yang akan dialami pada  persalinan Maramis,  2009. Disamping  itu masyarakat  juga  masih
memiliki paradigma persalinan merupakan pertaruhan hidup dan mati, sehingga ibu yang akan melahirkan mengalami ketakutan dan kecemasan, umumnya takut mati
baik  terhadap dirinya  sendiri  ataupun  bayi  yang  akan  dilahirkannya  Kartono, 2007.
Kecemasan  merupakan  salah  satu  faktor yang  berpengaruh  terhadap  proses persalinan dan berakibat pembukaan kurang lancar. Dampak dari kecemasan dapat
menimbulkan rasa sakit pada persalinan dan berakibat timbulnya kontraksi uterus dan  dilatasi  serviks  yang  tidak  baik. Kecemasan  menyebabkan  vasokontriksi  di
uterus sehingga vaskularisasi uterus berkurang dan hal ini menyebabkan kontraksi uterus berkurang akibatnya persalinan bertambah lama Mochtar, 2002.
Berdasarkan  penelitian  yang  berkaitan  dengan  kejadian  persalinan  lama,  65 disebabkan  karena  kontraksi uterus  yang  tidak  efisien.  Terdapat disfungsional
kontraksi  uterus  sebagai  respon  terhadap  kecemasan  sehingga  menghambat
aktifitas  uterus. Respon  tersebut  merupakan bagian  dari  komponen psikologis, sehingga dapat dinyatakan bahwa faktor psikologis mempunyai pengaruh terhadap
terjadinya gangguan proses persalinan Old et al, 2000.
Proses  persalinan  tidak  hanya bersifat  somatis,  akan  tetapi juga bersifat psikosomatis,  sebab banyak  elemen  psikis  ikut  mempengaruhi  kelancaran  atau
kelambatan  proses melahirkan  bayi  tersebut.  Peristiwa  melahirkan  bayi  secara simultan menimbulkan  banyak  ketegangan,  ketakutan,  kecemasan,  dan  emosi-
emosi penting lainnya. Pada proses melahirkan bayi pengaruh-pengaruh psikis bisa menghambat  dan  memperlambat  proses  kelahiran  atau  bisa  juga  mempercepat
kelahiran  bayi,  maka  fungsi  biologis  dari  reproduksi  itu  sangat  dipengaruhi  oleh kehidupan psikis dan kehidupan emosional ibu yang bersangkutan Dahro, 2012.
2.3 Nyeri