Impuls saraf terdiri dari suatu gelombang depolarisasi membran yang disebut Potensial Aksi dan merambat sepanjang sel saraf. Impuls saraf diteruskan menuju
korteks auditorius kemudian jaras berlanjut ke sistem limbik. Dari korteks limbik, jaras pendengaran dilanjutkan ke hipokampus dimana tempat salah satu ujung
hipokampus berbatasan dengan nuklei amigdaloid Prasetyo, 2009.
Amigdala yang merupakan area perilaku kesadaran yang bekerja pada tingkat bawah sadar, menerima sinyal dari korteks limbik kemudian menjalarkannya ke
hipotalamus. Hipotalamus yang merupakan tempat pengaturan sebagian fungsi vegetative dan fungsi endokrin tubuh seperti pengarturan aspek perilaku emosional,
meneruskan jaras pendengaran ke formatio retikularis sebagai penyalur impuls menuju serat saraf otonom. Serat saraf tersebut mempunyai dua sistem saraf yaitu
sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis. Kedua sistem saraf ini mempengaruhi kontraksi dan relaksasi organ-organ. Relaksasi dapat merangsang
pusat rasa ganjaran sehingga timbul ketenangan Prasetyo, 2009. Midbrain sebagai ejektor dari rasa rileks dan ketenangan akan mengeluarkan gamma amino butyric
acid GABA, enkhephalin, beta endorphin. Zat tersebut dapat menimbulkan efek analgesia yang akan mengeliminasi neurotransmitter rasa nyeri pada pusat tingkat
dan interpretasi sensorik somatik otak Prasetyo, 2009.
2.3.3 Manfaat Terapi Musik
Terapi musik merupakan salah satu terapi yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah ataupun kekurangan dalam aspek fisik, emosi, kognitif, dan sosial baik
pada anak-anak maupun dewasa, dengan demikian terapi musik dapat dikatakan
sebagai terapi yang bersifat humanistik Djohan, 2006. Secara umum terapi musik digunakan untuk memperbaiki kesehatan fisik, interaksi sosial, hubungan
interpersonal, ekspresi emosi, dan meningkatkan kesadaran diri Djohan, 2009.
Terdapat beberapa manfaat terapi musik menurut Pusat Riset Terapi Musik dan Gelombang Otak diantaranya: a relaksasi, mengistirahatkan tubuh dan pikiran; b
meningkatkan kecerdasan; c meningkatkan motivasi; d pengembangan diri; e meninngkatkan kemampuan mengingat; f kesehatan jiwa; g mengurangi rasa
sakit; h menyeimbangkan tubuh; i meningkatkan kekebalan tubuh.
2.3.4 Durasi Terapi Musik
Waktu yang diperlukan dalam pemberian terapi musik untuk menghasilkan efek yang diinginkan belum memiliki pedoman yang baku. Menurut Kate Mucci
Richard Mucci 2004 pemberian terapi musik dengan jenis musik yang tepat tidak akan membahayakan meskipun dalam jangka waktu agak lama, bahkan terapi
musik yang diberikan dalam jangka waktu singkat sudah dapat menghasilkan efek terapiutik atau efek positif bagi klien. Musik dapat di dengarkan selama 10 menit
atau lebih untuk dapat membuat seseorang rileks. Tubuh memiliki ritme tersendiri, musik dengan tempo konstan dan melodi sederhana yang diulang secara teratur
dapat memberikan efek rileks pada pasien Mucci, 2004. Pada penelitian yang dilakukan Ferrer 2007 tentang efek terapi musik terhadap pengurangan
kecemasan pada pasien yang menjalani kemoterapi yang diberikan terapi musik selama 20 menit terjadi penurunan pada kecemasan, ketakutan, kekhawatiran,
frekuensi nadi dan tekanan darah pada kelompok eksperimen yang diberikan terapi
musik. Sedangkan menurut Dofi 2010 terapi musik untuk setiap klien idealnya dilakukan tidak kurang 30 menit mampu menurunkan tekanan darah, frekuensi
jantung, dan stress pada klien.
2.3.5 Jenis Musik untuk Terapi