3 keuangan tersebut. PT. CPB juga belum menghitung PPh terutang di tahun 2015,
serta besarnya angsuran PPh Pasal 25 tahun berikutnya 2016. Berdasarkan
latar belakang
masalah tersebut,
maka pokok
permasalahannya adalah “Bagaimanakah penerapan koreksi fiskal atas laporan
keuangan komersial, perhitungan PPh terutang dan perhitungan angsuran PPh Pasal 25 pada PT. CPB salah satu klien pada Kantor Konsultan Pajak I Wayan
Sutha Naya, SH. tahun 2015 ?
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan koreksi fiskal atas laporan keuangan komersial, perhitungan PPh terutang dan perhitungan
angsuran PPh Pasal 25 pada PT. CPB salah satu klien pada Kantor Konsultan Pajak I Wayan Sutha Naya, SH. tahun 2015.
1.3 Kegunaan Penelitian
1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan objek penelitian guna mendalami teori
yang diperoleh di bangku kuliah, serta dapat menambah wawasan yang lebih luas ketika mengaplikasikan secara langsung teori yang didapat di bangku
kuliah dengan kenyataan yang ada di lapangan. 2
Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana informasi dan bahan
evaluasi bagi perusahaan mengenai koreksi fiskal, perhitungan PPh terutang
4 dan perhitungan angsuran PPh Pasal 25 untuk wajib pajak badan sesuai atau
berdasarkan peraturan perpajakan yang berlaku.
1.4 Sistematika Penulisan
Bab I : Pendahuluan
Pada bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, tujuan dan kegunaan penelitian serta sistematika penulisan.
Bab II : Kajian Pustaka
Pada bab ini menguraikan tentang landasan teori yang relevan atau yang digunakan dalam penelitian ini.
Bab III : Metode Penelitian
Pada bab ini menguraikan tentang lokasi penelitian, objek penelitian, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data serta teknik
analisis data yang digunakan dalam laporan penulisan penelitian
.
Bab IV : Pembahasan Hasil Penelitian
Pada bab ini menguraikan tentang gambaran umum daerah atau deskripsi hasil penelitian serta pembahasan hasil penelitian.
Bab V : Simpulan Dan Saran
Pada bab ini menguraikan tentang kesimpulan dan saran yang dapat disampaikan terkait dengan penelitian yang dibahas.
5
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Pajak
Menurut Undang-Undang KUP No. 16 Tahun 2009 Pasal 1, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang - Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar - besarnya kemakmuran rakyat. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH., Pajak adalah iuran rakyat
kepada kas negara berdasarkan undang - undang yang dapat dipaksakan dengan tiada mendapat jasa timbal kontraprestasi yang langsung dapat
ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum Mardiasmo, 2013:1.
Dari beberapa defisnisi tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur-unsur pokok, yaitu :
a. Iuran dari rakyat kepada negara.
Yang berhak memungut pajak hanyalah negara. Iuran tersebut berupa uang bukan barang.
b. Berdasarkan undang-undang dapat dipaksakan.
Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang - undang serta aturan pelaksanaannya.
6 c.
Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung dapat ditujukkan. Dalam pembayaran pajak tidak dapat
ditunjukkan kontraprestasi individual oleh pemerintah. d.
Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni pengeluaran - pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
2.1.2 Fungsi Pajak
Ada dua fungsi pajak Mardiasmo, 2013:2, yaitu :
1. Fungsi Budgetair
Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran - pengeluarannya.
2. Fungsi Mengatur Regulered
Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.
2.1.3 Sistem Pemungutan Pajak
Sistem pemugutan pajak dapat dibagi menjadi 3 Mardiasmo, 2013:7, yaitu :
a.
Official Assessment System, adalah suatu sistem pemungutan yang
memberi wewenang kepada pemerintah fiskus untuk menentukan besarnya pajak terutang oleh wajib pajak.
Ciri-cirinya adalah : 1 Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada
fiskus.
7 2 Wajib Pajak bersifat pasif.
3 Utang Pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.
b.
Self Assessment System, adalah suatu sistem pemungutan pajak yang
memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak terutang.
Ciri-cirinya adalah: 1
Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada wajib pajak sendiri.
2 Wajib pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan
melaporkan sendiri pajak yang terutang. 3
Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.
c.
With Holding System, adalah suatu sistem pemungutan pajak yang
memberi wewenang kepada pihak ketiga bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan untuk menentukan besarnya pajak
yang terutang oleh wajib pajak. Ciri-cirinya adalah wewenang menentukan besarnya pajak terutang ada pada pihak ketiga, pihak
selain fiskus dan wajib pajak.
2.1.4 Pajak Penghasilan
Undang-Undang No. 7 Tahun 1984 tentang Pajak Penghasilan PPh berlaku sejak 1 januari 1984. Undang-Undang ini telah beberapa
8 kali mengalami perubahan dan terakhir kali diubah dengan Undang-
Undang No. 36 Tahun 2008. Undang-Undang Pajak Penghasilan PPh mengatur pengenaan pajak penghasilan terhadap subjek pajak berkenaan
dengan penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Subjek pajak tersebut dikenai pajak apabila menerima atau memperoleh
penghasilan, dalam Undang - Undang PPh disebut Wajib Pajak. Wajib pajak dikenai pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya
selama satu tahun pajak atau dapat pula dikenai pajak untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak apabila kewajiban pajak subjektifnya dimulai
dan berakhir dalam tahun pajak Mardiasmo, 2013:155.
2.1.5 Subjek Pajak
Pajak Penghasilan dikenakan terhadap Subjek Pajak atau penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam Tahun Pajak. Yang
menjadi Subjek Pajak adalah Mardiasmo, 2013:156 : 1.
a. Orang Pribadi. b. Warisan yang belum terbagi sebagai suatu kesatuan menggantikan
yang berhak. 2.
Badan, terdiri dari perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, BUMNBUMD dengan nama dan bentuk apapun,
firma, kongsi, koperasi, dana pension, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi
lainnya, lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif.
9 3.
Bentuk Usaha Tetap BUT.
2.1.6 Objek Pajak Penghasilan
Berdasarkan Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 36 Tahun 2008 Pasal 4 ayat 1 yang menjadi Objek Pajak adalah Penghasilan, yaitu
setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,
yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun
termasuk : a.
Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium,
komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam undang-undang ini.
b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan. c. Laba usaha.
d. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk yang telah ditetapkan dalam undang - undang.
e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak.
f. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang.
10 g. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen
dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi.
h. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak. i.
Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta. j.
Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala. k. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah
tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. l.
Keuntungan selisih kurs mata uang asing. m. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva.
n. Premi asuransi. o. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang
terdiri dari wajib pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas. p. Tambahan kekayaan netto yang berasal dari penghasilan yang belum
dikenakan pajak. q. Penghasilan dari usaha berbasis syariah.
r. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan.
s. Surplus bank Indonesia.
2.1.7 Yang Tidak Termasuk Objek Pajak
Berdasarkan Pasal 4 Ayat 3 Undang-Undang Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008 yang dikecualikan dari objek pajak adalah :
11 1.
a. Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh
pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang
diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh
penerima sumbangan yang berhak, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.
b. harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan,
badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur dengan
atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di
antara pihak - pihak yang bersangkutan. 2.
Warisan 3.
Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal.
4. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa
yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura danatau kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali yang diberikan
oleh bukan Wajib Pajak, Wajib Pajak yang dikenakan pajak secara final atau Wajib Pajak yang menggunakan norma penghitungan
khusus deemed profit.
12 5.
Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi
jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa. 6.
Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh Perseroan Terbatas PT sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi,
BUMNBUMD, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat yang
telah ditetapkan dalam Undang-Undang. 7.
Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, baik dibayar oleh pemberi
kerja maupun pegawai. 8.
Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pension sebagaimana dimaksud pada angka 7, dalam bidang - bidang tertentu
yang ditetapkan dengan keputusan Menteri Keuangan. 9.
Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham,
persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif.
10. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura,
berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha di Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha
tersebut :
13 a.
Merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan b.
Sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia 11.
Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan. 12.
Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan danatau bidang penelitian
dan pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan
prasarana kegiatan pendidikan danatau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4 empat tahun sejak diperolehnya
sisa lebih tersebut, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
13. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
2.1.8 Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013
Peraturan Pemerintah PP No. 46 Tahun 2013 mengatur tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau
Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu. Objek pajak dari PP 46 tahun 2013 adalah :
14 1.
Penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak dengan peredaran bruto tidak melebihi Rp. 4,8 Milyar dalam 1 tahun.
2. Tidak termasuk penghasilan dari usaha jasa sehubungan dengan
pekerjaan bebas. 3.
Peredaran bruto merupakan peredaran bruto dari usaha, termasuk dari usaha cabang.
Subjek pajak PP 46 tahun 2013 adalah orang pribadi dan badan, tidak termasuk BUT. Pengecualian subjek pajaknya adalah :
1. Wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha perdagangan
danatau jasa yang dalam usahanya menggunakan sarana dan prasarana yang dapat dibongkar pasang, baik menetap maupun tidak menetap dan
menggunakan sebagian atau seluruh tempat untuk kepentingan umum yang tidak diperuntukkan bagi tempat usaha atau berjualan, misalnya
pedagang makanan keliling, pedagang asongan, warung tenda di trotoar, dan sejenisnya.
2. Wajib pajak badan yang belum beroperasi secara komersial atau yang
dalam jangka waktu 1 tahun setelah beroperasi secara komersial memperoleh peredaran bruto melebihi Rp. 4,8 Milyar.
Atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak dengan peredaran bruto tidak melebihi Rp. 4,8 Milyar dalam 1 tahun
dikenai PPh final dengan tarif 1 dari jumlah peredaran bruto setiap bulan dari setiap tempat usaha, yaitu dengan cara :
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal 1 Juli 2013 PPh Terutang = 1 x Peredaran Bruto Setiap Bulan
15 Pada dasarnya, usaha yang dikenakan PP 46 Tahun 2013 adalah
jika sumber penghasilannya berasal dari usaha yang bukan merupakan usaha yang bersifat final seperti usaha konstruksi atau usaha lainnya yang
bersifat final dan peredaran brutonya tidak melebihi Rp. 4,8 Milyar. Jika peredaran brutonya melebihi Rp. 4,8 Milyar, maka untuk menghitung PPh
terutangnya menggunakan skema biasa. Patokan untuk peredaran brutonya apakah dikenakan PP 46 atau tidak, dilihat dari tahun sebelumnya. Jika
sumber penghasilannya berasal dari usaha yang bersifat final atau dari pekerjaan bebas, maka tidak dikenakan PP 46.
2.1.9 Koreksi Fiskal
Koreksi fiskal adalah koreksi atau penyesuaian yang harus dilakukan oleh
wajib pajak sebelum menghitung Pajak Penghasilan PPh
bagi wajib pajak badan
dan wajib pajak orang pribadi yang menggunakan pembukuan dalam menghitung penghasilan kena pajak. Koreksi fiskal
terjadi karena adanya perbedaan perlakuanpengakuan penghasilan maupun biaya antara akuntansi komersial dengan pajak fiskal.
Menurut Sukrisno Agoes dan Estralita Trisnawati 2013:238, perbedaan-perbedaan antara akuntansi dan fiskal tersebut dapat
dikelompokkan menjadi beda tetappermanen permanent differences dan beda waktusementara timing differences.
a. Beda TetapPermanen
Beda tetap terjadi karena adanya perbedaan pengakuan penghasilan dan beban menurut akuntansi dengan fiskal, ataupun
16 sebaliknya. Beda tetap mengakibatkan laba atau rugi menurut akuntansi
laba sebelum pajakpre tax income yang berbeda secara tetap dengan laba atau rugi menurut fiskal PhKP taxable income.
Beda tetap biasanya terjadi karena peraturan perpajakan mengharuskan hal
– hal berikut dikeluarkan dari perhitungan PhKP. 1.
Penghasilan yang telah dikenakan PPh bersifat final Pasal 4 ayat 2 UU PPh.
2. Penghasilan yang bukan objek pajak Pasal 4 ayat 3 UU PPh.
3. Pengeluaran yang tidak berhubungan langsung dengan usaha, yaitu
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan serta pengeluaran yang sifatnya pemakaian penghasilan atau yang
jumlahnya melebihi kewajaran Pasal 9 ayat 1 UU PPh. 4.
Beban yang digunakan untuk mendapatkan penghasilan yang bukan objek pajak dan penghasilan yang telah dikenakan PPh bersifat final.
5. Penggantian sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan
dalam bentuk natura. 6.
Sanksi perpajakan.
b. Beda WaktuSementara