Koreksi Positif dan Negatif Dari Rekonsiliasi Fiskal Beban Yang Boleh Dikurangkan

17 Beda waktu biasanya timbul karena perbedaan metode yang dipakai antara fiskal dengan akuntansi dalam hal : 1. Akrual dan realisasi 2. Penyusutan dan amortisasi 3. Penilaian persediaan 4. Kompensasi kerugian fiskal

2.1.10 Koreksi Positif dan Negatif Dari Rekonsiliasi Fiskal

Rekonsiliasi fiskal dilakukan oleh WP yang pembukuannya menggunakan pendekatan akuntansi komersial, yang bertujuan mempermudah mengisi SPT Tahunan PPh dan menyusun laporan keuangan fiskal yang harus dilampirkan pada saat menyampaikan SPT Tahunan PPh. Koreksi fiskal dapat berupa koreksi positif dan negatif Sukrisno Agoes dan Estralita Trisnawati, 2013:239 . Koreksi positif terjadi apabila laba menurut fiskal bertambah. Koreksi positif biasanya dilakukan akibat adanya sebagai berikut. 1. Beban yang tidak diakui oleh pajaknon-deductible expense Pasal 9 ayat 1 UU PPh. 2. Penyusutan komersial lebih besar dari penyusutan fiskal. 3. Amortisasi komersial lebih besar dari amortisasi fiskal. 4. Penyesuaian fiskal positif lainnya. Koreksi negatif terjadi apabila laba menurut fiskal berkurang. Koreksi negatif biasanya dilakukan akibat adanya hal – hal berikut. 18 1. Penghasilan yang tidak termasuk objek pajak Pasal 4 ayat 3 UU PPh. 2. Penghasilan yang dikenakan PPh bersifat final Pasal 4 ayat 2 UU PPh. 3. Penyusutan komersial lebih kecil daripada penyusutan fiskal. 4. Amortisasi komersial lebih kecil daripada amortisasi fiskal. 5. Penghasilan yang ditangguhkan pengakuannya. 6. Penyesuaian fiskal negatif lainnya.

2.1.11 Beban Yang Boleh Dikurangkan

Menurut Sukrisno Agoes dan Estralita Trisnawati 2013:225 dalam akuntansi komersial, semua biaya termasuk kerugian losses dapat dikurangkan dalam menghitung penghasilan neto net income. Untuk tujuan perpajakan, tidak semua biaya dapat dikurangkan. Selama suatu biaya dapat dibuktikandikeluarkan dalam usaha memperoleh penghasilan, ketentuan perpajakan mengakuinya sebagai biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan. Sesuai dengan ketentuan Pasal 6 Ayat 1 UU PPh No. 36 Tahun 2008, beban yang dapat dikurangkan deductible expenses adalah biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, termasuk berikut ini : 1. Biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha, antara lain : a. Biaya pembelian bahan 19 b. Biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang c. Bunga, sewa, dan royalti d. Biaya perjalanan e. Biaya pengolahan limbah f. Premi asuransi g. Biaya promosi penjualan yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan h. Biaya administrasi i. Pajak kecuali Pajak Penghasilan Semua biaya tersebut harus valid, reliable, dan wajar. Dengan demikian, semua pajak yang menjadi beban perusahaan dalam rangka usahanya selain PPh, misalnya Pajak Bumi dan Bangunan PBB, dan Bea Meterai BM, dapat dibebankan sebagai biaya. 2. Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun, sepanjang harta yang disusutkandiamortisasi tersebut digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan. 3. Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan. 20 4. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan. 5. Kerugian selisih kurs mata uang asing. 6. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia. 7. Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan. Biaya tersebut dikeluarkan dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan memperhatikan kewajaran dan kepentingan perusahaan berdasarkan Peratuan Menteri Keuangan. 8. Piutang yang nyata – nyata tidak dapat ditagih, dengan syarat : a. Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial b. WP harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada Dirjen Pajak c. Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau instansi pemerintah yang menangani piutang negara, atau adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang atau pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang bersangkutan, atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus, atau adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumlah utang tertentu d. Syarat pada huruf c tidak berlaku untuk penghapusan piutang tak tertagih debitur kecil. 21 Pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. 9. Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. 10. Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan di Indonesia yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah. 11. Biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah. 12. Sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah. 13. Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah.

2.1.12 Beban Yang Tidak Boleh Dikurangkan