Pembacaan Heuristik Syair Lagu Nadyan Pembacaan Heuristik Syair Lagu Zaman Edan

23

BAB IV PEMBACAAN HEURISTIK, HERMENEUTIK, TEMA DAN MASALAH

SYAIR LAGU KARYA SUJIWO TEJO ALBUM PADA SUATU KETIKA

4.1 Semiotik

Dalam penelitian ini, untuk dapat memberi makna sajak secara struktural- semiotik, maka dilakukan dengan pembacaan heuristik dan hermeneutik pembacaan retroaktif.

4.1.1 Pembacaan Heuristik

Dalam pembacaan heuristik ini, sajak dibaca berdasarkan struktur kebahasaannya. Untuk memperjelas arti dapat pula diberi sisipan kata atau sinonim kata-katanya diletakkan dalam tanda kurung. Begitu pula dengan struktur kalimatnya disesuaikan dengan kalimat baku berdasarkan tata bahasa normatif, bila perlu susunannya dibalik untuk memperjelas arti.

a. Pembacaan Heuristik Syair Lagu Nadyan

Bait ke-1 Nadyan aku tansah kalingan anggone nggayuh sliramu, nadyan aku tansah kelingan sedyamu kesaguhanmu. ¹Meski aku selalu terhalang menujumu, meski aku selalu teringat kesediaanmu kamu¹. 24 Bait ke-2 Nadyan aku, tan nggandheng tanganmu. Tan bisa tanganku, nadyan mung bisa nggandheng ning impen. Nadyan mung kalingan, nadyan kaling-kalingan kalangan anggone nduweni kekasihe. ¹Meski aku, tak menggandeng tanganmu. Tak mampu tanganku, meski hanya menggandeng dalam impian. Meski hanya terbayang, meski terhalang- halangi¹. Aku tak dapat menujumu. Meskipun terhalangi, aku selalu teringat akan kesediaanmu. Dan meski hanya hadir dalam mimpi dan angan-angan, namun tetap masih mengingatmu.

b. Pembacaan Heuristik Syair Lagu Zaman Edan

Bait ke-1 Zamane Mas, yaiku zaman edan. pancen nyata Edan tenan nalika zaman semana. Semune katon wis kadeleng katinon kawistara cetha lan nyata. ¹Zamannya Mas, adalah zaman edan. Sungguh edan ketika itu. Semakin jelas tampak nyata¹. Bait ke-2 Jan-jane zaman padudon akeh wong kang padu. ¹Sebenarnya zamannya orang-orang yang beradu bersaing¹. Bait ke-3 Zamane mas, zaman padudon, padha dene zaman banjure uga bakale padha ora nggenahe, kang cinandang banjir tangis, banjir bandang, zamane, zaman wis zamane. ¹Zamannya Mas, zamannya banyak orang yang beradu, sama juga dengan zaman setelahnya yang juga sama edannya. Yang disandang adalah banjir tangis dan banjir bandang, zamannya, zaman memang sudah zamannya¹. 25 Bait ke-4 Heh manungsa padha sadulur, sasedulur ja dha padha tawur, tarlen amung amemuji, kabeh manungsa dha sing padha rukun, rumaket pasuduluran tumrape bebrayan, ja ngono aja tumindak ngono, pokoknya tidak ngono pokoke ora kena tumindak ala, lho.. ¹Hai manusia yang bersaudara, sesama saudara jangan saling bertengkar, tak lain hanya doa semoga selalu rukun, menggalang persaudaraan dalam hidup bersama, jangan bertindak seperti itu, pokoknya jangan bertindak seperti itu, lho¹. Zamannya adalah zaman yang jelas dan nyata telah edan, banyak orang saling beradu dan bersaing secara tidak sehat. Di zaman edan ini, banyak banjir tangis dan banjir bandang. Seharusnya sesama manusia saling menggalang persaudaraan, saling menghormati satu dengan yang lain, dan selalu rukun. Namun mengapa masih seperti itu, lho?.

c. Pembacaan Heuristik Syair Lagu Pada Suatu Ketika