9
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Tentang Otonomi Daerah
1. Pengertian Otonomi Daerah
Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 1 angka 5 menyebutkan bahwa Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan
kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Selanjutnya yang dimaksud dengan Daerah otonom yang
selanjutnya disebut daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Pemberian kewenangan otonomi kepada daerah kabupaten dan
kota didasarkan kepada asas desentralisasi dalam wujud otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab. Asas desentralisasi adalah asas yang
menyatakan penyerahan sejumlah urusan pemerintahan dari Pemerintah Pusat atau dari pemerintah daerah tingkat yang lebih tinggi kepada
pemerintah daerah yang lebih rendah sehingga menjadi urusan rumah
10
tangga daerah. Proses peralihan dari sistem dekonsentrasi disebut pemerintah daerah dengan otonomi. Otonomi adalah penyerahan urusan
pemerintah kepada pemerintah daerah yang bersifat operasional dalam rangka sistem birokrasi pemerintahan.
Dr. Ateng Safrudin, SH mendefinisikan bahwa istilah otonomi mempunyai kebebasan melaksanakan kemandirian tetapi bukan
kemerdekaan artinya kebebasan yang terbatas, itu adalah kebebasan yang harus dipertanggungjawabkan kepada Pemerintah Pusat, atau Pemerintah
yang lebih tinggi, jadi bukan kebebasan yang tanpa batas.Drs. Adisubrata,2003:1
Sedangkan Prof. Soepomo, mengemukakan bahwa otonomi daerah sebagai prinsip berarti menghormati kehidupan regional menurut riwayat,
adat dan sifat-sifat sendiri-sendiri dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Oleh karenanya Pemerintah harus menjauhkan segala
urusan yang bermaksud menyeragamkan seluruh daerah menurut satu model. Drs. Adisubrata,2003:1
Berdasarkan pengertian otonomi daerah diatas dapat diambil kesimpulan bahwa otonomi daerah dapat diartikan sebagai kebebasan yang
dapat dipertanggungjawabkan dan menghormati kehidupan regional menurut sifat-sifat sendiri dengan menghilangkan sifat daerah menurut
satu model. Tujuan yang hendak dicapai dalam penyerahan tugas ini antara
lain menumbuhkembangkan daerah dalam berbagai bidang, meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, menumbuhkan kemandirian daerah, dan
meningkatkan daya saing daerah dalam proses pertumbuhan. Sejalan dengan penyerahan urusan, apabila urusan tersebut akan
menjadi beban daerah, maka akan dilaksanakan melalui asas medebewind
11
atau asas pembantuan. Proses sentralisasi pada dasarnya tidak semata-mata desentralisasi administratif, tetapi juga bidang ekonomi dan sosial budaya.
Dengan demikian, dampak pemberian otonomi ini tidak hanya terjadi pada organisasiadministratif pemerintahan daerah, tetapi berlaku
pula pada masyarakat publik dan badan atau lembaga swasta dalam berbagai bidang. Demikian pula dengan otonomi ini terbuka kesempatan
bagi pemerintah daerah secara langsung membangun kemitraan dengan publik dan pihak swasta daerah yang bersangkutan.
Prinsip-prinsip Otonomi Daerah antara lain: a.
Pelaksanaan otonomi daerah menggunakan prinsip seluas-luasnya dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur
semua urusan pemerintahan diluar yang menjadi urusan Pemerintah yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini. Daerah memiliki
kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberi pelayanan, peningkatan peranserta, dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan
pada peningkatan kesejahteraan rakyat. Dalam Pasal 13 dan 14 UU No 32 Tahun 2004 menyebutkan
bahwa kewenangan daerah propinsi dan kewenangan daerah kabupatenkota:
Kewenangan daerah propinsi meliputi: 1
Perencanaan dan pengendalian pembangunan; 2
Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang;
12
3 Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat;
4 Penyediaan sarana dan prasarana umum;
5 Penanganan bidang kesehatan;
6 Penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber daya potensial;
7 Penanggulangan masalah sosial kabupatenkota;
8 Pelayanan bidang ketenagakerjaan lintas kabupatenkota;
9 Fasilitas pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah
termasuk lintas kabupatenkota; 10
Pengendalian lingkungan hidup; 11
Pelayanan pertanahan termasuk lintas kabupatenkota; 12
Pelayanan kependudukan, dan catatan sipil; 13
Pelayanan administrasi umum pemerintahan; 14
Pelayanan admnistrasi penanaman modal termasuk lintas kabupatenkota;
15 Penyelenggaraan dasar lainnya yang belum dapat dilaksanakan
oleh kabupatenkota; 16
Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang- undangan.
Urusan pemerintahan provinsi yang bersifat pilihan meliputi urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan.
Kewenangan daerah kabupatenkota meliputi: 1
Perencanaan dan pengendalian pembangunan; 2
Perencana, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang; 3
Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat; 4
Penyediaan sarana dan prasarana umum; 5
Penanganan bidang kesehatan; 6
Penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber daya potensial; 7
Penanggulangan masalah sosial; 8
Pelayanan bidang ketenagakerjaan; 9
Fasilitas pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah; 10
Pengendalian lingkungan hidup; 11
Pelayanan pertanahan; 12
Pelayanan kependudukan, dan catatan sipil; 13
Pelayanan administrasi umum pemerintahan; 14
Pelayanan admnistrasi penanaman modal; 15
Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya dan 16
Urusan wajib lainnya yang diamankan oleh peraturan perundang- undangan.
13
Mengenai urusan pemerintahan kabupatenkota yang bersifat pilihan meliputi urusan pemerintahan yang seolah nyata ada dan
berpotensi untuk mensejahterakan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan
b. Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan pada otonomi yang nyata, dan
bertanggung jawab. Prinsip otonomi nyata adalah suatu prinsip bahwa untuk
menangani urusan pemerintahan dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang, dan kewajiban yang senyatanya telah ada dan berpotensi
untuk tumbuh, hidup dan berkembang sesuai dengan potensi dan kekhasan daerah. Adapun yang dimaksud dengan otonomi yang
bertanggung jawab adalah otonomi yang dalam peyelenggaraannya harus benar-benar sejalan dengan tujuan yang dimaksud pemberian
otonomi, yang pada dasarnya untuk memperdayakan daerah termasuk meningkatkan kesejahteraan rakyat
c. Penyelenggaraan otonomi daerah harus selalu berorientasi pada
peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan selalu memperhatikan kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam masyarakat.
d. Penyelenggaraan otonomi daerah harus menjamin keserasian
hubungan antara daerah dengan daerah lainnya. e.
Penyelenggaraan otonomi daerah juga harus menjamin hubungan yang serasi antara Daerah dengan Pemerintah, artinya harus mampu
14
memelihara dan menjaga keutuhan wilayah Negara Republik Indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan nasional.
2. Sumber Keuangan Daerah