Retribusi Izin Mendirikan Bangunan dalam Meningkatkan Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Pada Tata Ruang, Perumahan dan Pemukiman Pemerintah Kota Binjai.

(1)

RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

DALAM MENINGKATKAN PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH PADA DINAS TATA RUANG, PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN

PEMERINTAH KOTA BINJAI

SKRIPSI

Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S1) Pada Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik Universitas Sumatera Utara

Program Studi S1 Ekstensi Ilmu Administrasi Negara

DISUSUN OLEH:

090921008

AGUSTINA BR SITEPU

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

Skripsi ini disetujui untuk diperbanyak dan dipertahankan oleh:

HALAMAN PERSETUJUAN

Nama : Agustina Br Sitepu NIM : 090921008

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Judul : Mendirikan Bangunan dalam Meningkatkan Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Pada Tata Ruang, Perumahan dan Pemukiman Pemerintah Kota Binjai.

Ketua Departemen

Dosen Pembimbing Ilmu Administrasi Negara

Dra. Nurlela Ketaren Msp.

NIP: 195405021982032002 NIP: 196401081991021001 Drs.M.Husni Thamrin Nasution,MSi

a.n Dekan FISIP USU Pembantu Dekan I

NIP: 196805251992031002 Prof. Dr. Badaruddin, MSi


(3)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul

Retribusi Izin Mendirikan Bangunan dalam Meningkatkan Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Pada Tata Ruang, Perumahan dan Pemukiman Pemerintah Kota Binjai.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam menempuh ujian akhir Program Studi S-1 Ekstensi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sumatra Utara Medan.

Skripsi ini dapat diselesaikan oleh penulis dengan adanya bimbingan, bantuan, dorongan, dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Ayahanda A. Sitepu dan Ibunda S. Br Pinem yang telah membesarkan, mendidik, memberi do’a dan memberikan kasih sayang kepada penulis beserta seluruh keluarga besar SITEPU. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra.Nurlela Ketaren M.SP selaku Dosen Pembimbing atas waktu yang telah diluangkan dan bimbingan yang diberikan pada penulis dalam menyusun Skripsi ini, Pada kesempatan ini pula penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Skripsi, diantaranya adalah:


(4)

1. Bapak Drs.Husni Thamrin Nasution, MSi selaku ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara.

2. Kak Dian dan kak Mega yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan administrasi penyelesaian skripsi ini.

3. Seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Administrasi Negara yang telah memberikan bimbingan dan ajaran kepada penulis selama masa kuliah.

4. Seluruh staf karyawan Pada Dinas Tata Ruang, Perumahan dan Pemukiman Pemerintah Kota Binjai.

5. For all my big family SITEPU and my family in BRANDAN thanks for all to pray and support.

6. Keluarga besar Tampubolon, abang Pabak Nicho, kakakku Ua mamak Nicho terimakasih banyak atas do’a nasehat dan supportnya smoga menjadi keluarga yang bahagia selalu Amin,,,,

7. Buat ngah dan bang Pian terimakasih banyak atas do’a nasehat dan supportnya somoga menjadi keluarga yang Sakinah, Mawadah dan Warohma Amiiiiiiiiin 8. unda (Purnomo Sitepu SH.,) dan Kak Juli yang telah memberikan do’a, nasehat

dan supportnya, Semoga menjadi orang yang berguna dan sukses selalu dan tambah sayang kepada orang yang disayanginya.

9. Buat adikku Djuanda Sitepu yang tampan, belajar yang rajin, raih prestasi setinggi-tingginya, Jadikan dirimu yang terbaik.

10. Buat orang selalu menyayangiku terimakasih banyak atas bantuannya dan supportnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skirpsi ini dengan baik.


(5)

11. Just For you bang Ginting terima kasih atas doa dan dukungannya serta terima kasih atas semuanya.Selamat mengisi hari-hari yang lebih berarti, jangan mengeluh. ingat semangkin kita dekat ma DIA semangkin besar pula cobaan yang kita hadapi kam harus tetap spirit. Yakinkan hanya Allah yang menjamin hidup dan kehidupan. Bujur Mejuah-juah.

12. Buat Bang Judho terima kasih atas doa dan dukungannya maaf kalau pupu gak bisa jadi yang terbaik Selamat mengisi hari-hari yang lebih berarti, jangan mengeluh. Jadilah laki-laki yang tegar.

13. Just For you Bobi Aulia terima kasih atas doa dan dukungannya serta terima kasih atas semuanya.

14. Semua teman – teman Ekstensi AN”09 Rika, Fani, Kak Aisyah, Kak Mirna, Tita, Sofi. Kak Maria, dan Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu terima kasih atas doa dan dukungannya serta terima kasih atas semuanya.

Akhir kata penulis mendoakan semoga Allah SWT membalas semua bantuan yang telah diberikan dengan pahala, rahmat, dan karunia yang berlipat ganda, dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Amin Ya Robbal Alamiin.

Medan, Januari 2011 Penulis

090921008 Agustina Br. Sitepu


(6)

ABSTRAK

Retribusi Izin Mendirikan Bangunan dalam Meningkatkan Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Pada Tata Ruang, Perumahan dan Pemukiman

Pemerintah Kota Binjai.

Nama : Agustina Br Sitepu NIM : 090921008

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Pembimbing : Dra. Nurlela Ketaren M.SP.

Salah satu sumber pendapatan keuangan daerah yang cukup mendapat perhatian adalah retribusi daerah. Dari sejumlah retribusi yang ada Retribusi Izin Mendirikan Bangunan merupakan salah satu retribusi yang berperan dalam penerimaan Pendapatan Asli Daerah.

Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimana peranan retribusi Izin Mendirikan Bangunan dalam Penerimaan Pendapatan Asli Daerah pada Dinas Tata Ruang, Perumahan dan Pemukiman Pemerintah Kota Binjai. Dan Faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya hambatan-hambatan terhadap pembayaran Retribusi Izin Mendirikan Bangunan dalam Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Pada Tata Ruang, Perumahan dan Pemukiman Pemerintah Kota Binjai.

Penelitian dilakukan pada Dinas Tata Ruang, Perumahan dan Pemukiman Pemerintah Kota Binjai. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dan tehnik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, penyebaran kuesioner dan studi kepustakaan.

Adapun hasil dari penelitian ini adalah retribusi Izin Mendirikan Bangunan di Kota Binjai sudah cukup berperan dalam penerimaan pendapatan asli daerah. Faktor utama yang menghambat pemungutan IMB adalah rendahnya kesadaran masyarakat yang diakibatkan oleh kurangnya sosialisasi tentang peraturan daerah yang mengatur mengenai IMB di Kota Binjai.

Maka dapat disimpulkan retribusi IMB di Kota Binjai sudah cukup berperan dalam penerimaan pendapatan asli daerah, yang menjadi hambatan pelaksanaannya adalah rendahnya kesadaran masyarakat yang disebabkan kurangnya sosialisasi dan cara untuk mengatasinya adalah dengan meningkatkan sosialisasi tentang pemahanan IMB kepada masyarakat.

Adapun saran yang dapat dijadikan masukan adalah perlunya diberlakukan sanksi hukum bagi masyarakat yang mengabaikan IMB, Penyuluhan atau sosialisasi perlu dilakukan oleh dinas Tata Ruang, Perumhanan dan Pemukiman Kota Binjai, pelayanan terhadap masyarakat harus lebih ditingkatkan lagi.


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

1.5. Kerangka Teori ... 6

1.5.1 Desentralisasi dan Otonomi Daerah... 6

1.5.2 Otonomi Daerah ... 8

1.5.3 Pendapatan Asli Daerah ... 11

1.5.4 Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah ... 13

1.5.5 Retribusi Daerah ... 15

1.5.6 Sarana dan Tata Cara Pemungutan Retribusi Daerah ... 18

1.5.7 Perhitungan Retibusi Daerah ... 19


(8)

1.5.9 Maksud dan Tujian Izin Mendirikan Bangunan ... 22

1.5.10 Retribusi Izin Mendrikan Bangunan Dalam Mengisi Pendapatan Asli Daerah ... 26

1.6. Definisi Konsep ... 27

1.7. Definisi Operasional ... 28

1.8. Sistematika Penulisan ... 31

BAB II METODE PENELITIAN 2.1. Bentuk Penelitian... 32

2.2. Lokasi Penelitian ... 32

2.3. Informan Penelitian ... 32

2.4. Teknik Pengumpulan Data ... 34

2.5. Teknik Analisa Data ... 35

BAB III DESKRIPSI WILAYAH 3.1 Tinjauan Umum ... 36

3.2 Tugas Pokok dan Fungsi ... 37

3.3 Susunan Organisasi ... 38

3.4 Retribusi IMB di Pemerintahan Kota Binjai ... 44

3.4.1 Ketentuan dan Prosedur Perizinan ... 44

3.4.2 Ketentuan Retribusi dan Tata Cara Pemungutan ... 46

BAB IV PENYAJIAN DATA 4.1 Deskripsi Data Identitas Responden ... 48

4.1.1 Identitas Responden Menurut Jenis Kelamin ... 48


(9)

4.1.3 Identitas Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 49

4.2 Informasi Jawaban Responden ... 50

4.3 Hasil Wawancara ... 60

4.3.1 Kesimpulan dari Hasil Wawancara... 63

BAB V ANALISA DATA 5.1 Peranan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan dalam Penerimaan Pendapatan Asli Daerah ... 67

5.1.1Penerimaan IMB dalam Mengisi Kas Daerah 4 Tahun Terakhir ... 71

5.1.2 Retribusi Izin Mendrikan Bangunan ... 72

5.1.3 Prosedur IMB ... 73

5.1.4 Besarnya Tarif ... 76

5.1.5 Kesadaran Wajib Retribusi ... 78

5.2 Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya hambatan-hambatan terhadap pembayaran Retribusi Izin Mendirikan Bangunan dalam Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Pada Tata Ruang, Perumahan dan Pemukiman Pemerintah Kota Binjai. ... 80

5.3 Langkah yang diambil dalam Mengatasi Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya hambatan-hambatan terhadap pembayaran Retribusi Izin Mendirikan Bangunan ... 81

BABA VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan ... 84

6.2 Saran ... 86


(10)

DARTAR TABEL

Halaman

Tabe l : Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 48 Tabel 2 : Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 49 Tabel 3 : Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 50 Tabel 4 : Distribusi Jawaban Responden Tentang Prosedur Pengurusan Izin

Mendirikan Bangunan (IMB) ... 51 Tabel 5 : Distribusi Jawaban Responden tentang Persyaratan IMB ... 52 Tabe 6 : Distribusi Jawaban Responden Tentang Keterlibatan Orang Lain

(Calon) Dalam Mengurus IMB ... 52 Tabel 7 : Distribusi Jawaban Responden Tentang Perlunya Sanksi Hukum Bagi

Bangunan Yang Tidak Memiliki IMB ... 53 Tabel 8 : Distribusi Jawaban Responden Tentang Penyesuaian Antara Izin Yang

Diurus Dengan Peruntukan Bangunan ... 53 Tabel 9 : Distribusi Jawaban Responden Tentang Pentingnya Melakukan

Pendataan Ulang Terhadap Bangunan Di Kota Binjai ... 54 Tabel 10 : Tanggapan Responden Tentang Tarif yang Dikenakan………. 54 Tabel 11 : Distribusi Jawaban Responden Tentang Adanya Pembayaran Tari

Lain Yang Dikenakan Dalam Mengurus IMB ... 55 Tabel 12 : Distribusi Jawaban Responden Tentang Adanya Keberatan Atas


(11)

Tabel 13 : Tanggapan Responden Terhadap PentingnyaPeraturan izin

Mendirikan Bangunan……… 56 Tabel 14 : Tanggapa Distribusi Jawaban Responden Tentang Perlunya

Penyuluhan………... 56 Tabel 15 : Distribusi Jawaban Responden Apakah Dinas Tarukim Pemerintah

Kota Binjai Telah Melakukan Sosialisasi Tentang Prosedur Pengurusa 57 Tabel 16 : Distribusi Jawaban Responden Tentang Retribusi IMB Dapat

Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah ... 57 Tabel 17 : Distribusi Jawaban Responden Tentang Pelaksanaan IMB Saat Ini

Berjalan Dengan Baik ... 58 Tabel 18 : Distribusi Jawaban Responden Tentang Perlunya Pengelolaan

IMB Dengan Efisien………... 58 Tabel 19 : Rincian Penerimaan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan dalam


(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gbr.1. Kerangka Berpikir ... 28 Gbr.2. Stuktur Organisasi Dinas Tata Ruang dan Perumahan dan Pemukiman Kota


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar wawancara 2. Koesioner

3. Surat Permohonan 4. Jadwal Seminar Proposal 5. Surat Izin Penelitian

6. Surat Keterangan Penelitian 7. Daftar Hadir Seminar Proposal 8. Berita Acara Seminar Proposal


(14)

ABSTRAK

Retribusi Izin Mendirikan Bangunan dalam Meningkatkan Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Pada Tata Ruang, Perumahan dan Pemukiman

Pemerintah Kota Binjai.

Nama : Agustina Br Sitepu NIM : 090921008

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Pembimbing : Dra. Nurlela Ketaren M.SP.

Salah satu sumber pendapatan keuangan daerah yang cukup mendapat perhatian adalah retribusi daerah. Dari sejumlah retribusi yang ada Retribusi Izin Mendirikan Bangunan merupakan salah satu retribusi yang berperan dalam penerimaan Pendapatan Asli Daerah.

Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimana peranan retribusi Izin Mendirikan Bangunan dalam Penerimaan Pendapatan Asli Daerah pada Dinas Tata Ruang, Perumahan dan Pemukiman Pemerintah Kota Binjai. Dan Faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya hambatan-hambatan terhadap pembayaran Retribusi Izin Mendirikan Bangunan dalam Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Pada Tata Ruang, Perumahan dan Pemukiman Pemerintah Kota Binjai.

Penelitian dilakukan pada Dinas Tata Ruang, Perumahan dan Pemukiman Pemerintah Kota Binjai. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dan tehnik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, penyebaran kuesioner dan studi kepustakaan.

Adapun hasil dari penelitian ini adalah retribusi Izin Mendirikan Bangunan di Kota Binjai sudah cukup berperan dalam penerimaan pendapatan asli daerah. Faktor utama yang menghambat pemungutan IMB adalah rendahnya kesadaran masyarakat yang diakibatkan oleh kurangnya sosialisasi tentang peraturan daerah yang mengatur mengenai IMB di Kota Binjai.

Maka dapat disimpulkan retribusi IMB di Kota Binjai sudah cukup berperan dalam penerimaan pendapatan asli daerah, yang menjadi hambatan pelaksanaannya adalah rendahnya kesadaran masyarakat yang disebabkan kurangnya sosialisasi dan cara untuk mengatasinya adalah dengan meningkatkan sosialisasi tentang pemahanan IMB kepada masyarakat.

Adapun saran yang dapat dijadikan masukan adalah perlunya diberlakukan sanksi hukum bagi masyarakat yang mengabaikan IMB, Penyuluhan atau sosialisasi perlu dilakukan oleh dinas Tata Ruang, Perumhanan dan Pemukiman Kota Binjai, pelayanan terhadap masyarakat harus lebih ditingkatkan lagi.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu proses perubahan yang terus menerus pada kemajuan dan peningkatan kemakmuran rakyat yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

“Suatu kenyataan bahwa biaya yang tersedia bagi suatu Negara yang sedang giat melaksanakan pembanguna seperti Indonesia , selalu terbatas di bandingkan dengan banyaknya kegiatan pembangunan yang perlu di biayai “P. Siagian (1990: 156.)

Untuk mewujudkan pembangunan tersebut di butuhkan investasi dana dalam jumlah yang cukup besar, yang pelaksanaanya harus berlandaskan kemandirian. Oleh sebab itu sudah saatnya di letakkan suatu landasan yang dapat menjamin tersedianya dana tersebut melalui sumber-sumber pendapatan dalam negeri, sehingga pendapatan yang di peroleh dari sumber luar negeri tidak menjadi mutlak dalam memasok sumber investasi pembangunan.

Sejalan dengan keinginan di atas pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok Pokok Pemerintah di Daerah, yang mengakibatkan terbentuknya daerah daerah otonom baik di Daerah Tingkat I maupun Daerah Tingkat II.(P. Siagian, 1990:156)

Meskipun pemerintah pusat dapat memberikan subsidi atau bantuan kepada pemerintah daerah untuk meningkatkan pembangunan daerah namun sifat bantuan


(16)

tersebut penggunaannya telah diperioritaskan oleh pemerintah pusat, dan sifatnya terbatas, seperti didalam undang-undang nomor 5 tahun 1974:

Agar supaya daerah dapat megurus rumah tangganya sendiri dengan sebaik-baiknya, maka kepentingannya perlu diberikan yang cukup, tetapi mengingat bahwa tidak semua sumber pembiayaan dapat diberikan daerah, kepada daerah diwajibkan untuk menggali sumber-sumber keuangan sendiri berdasarkan undang-undang.

Pada dasarnya pemerintah daerah di Indonesia, memperoleh 5 sumber pendapatan atau keuangan yang dimungkinkan oleh perundang-undangan, yaitu:

(Johanes, 1992: 32)

1. Sumber pendapatan Asli Daerah, yang diperoleh dari berbagai sumber perpajakan daerah dan juga pungutan dari retribusi

2. penerimaan dari opsen atau bagi hasil pajak

3. sumber penerimaan daerah yang berupa subsidi dari pemerintah pusat 4. Sumber penerimaan dari perusahaan daerah

5. Sumber pinjaman dari pinjaman daerah.

Sehubungan dengan pendapatan asli daerah tersebut diatas menurut (Drs. Josef Riwu 1988: 128) bahwa pendatan asli daerah dibagi menjadi 5 jenis yaitu: 1. Pajak Daerah

2. Retribusi Daerah 3. Perusahaan Daerah 4. Dinas Daerah

5. Pendapatan Daerah lainnya.

Salah satu yang cukup mendapat perhatian penting didalam mengisi kas daerah adalah retribusi. Walaupun jumlahnya lebih kecil dari pendapatan lainnya, akan tetapi apabila pengelolaannya dilakukan secara baik pasti akan memberikan andil yang besar dalam mengisi kas daerah.

Dari sejumlah rebribusi yang ada, retribusi izin memberikan bangunan berperan dalam penerimaan pendapatan asli daerah, adapun besarnya penerimaan


(17)

retribusi izin mendirikan bangunan dalam empat tahun terakhir adalah sebagai berikut:

Tabel 1 : Penerimaan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan dalam empat tahun terakhir

No Tahun Target IMB Realisasi %

1. 2007/2008 Rp. 537.000.000,- Rp. 582.589.427,- 106,81 2. 2008/2009 Rp. 537.000.000,- Rp. 514.426.646,- 95,79 3. 2009/2010 Rp. 537.000.000,- Rp. 572.536.422,- 106,61 4. 2010/2011 Rp. 537.000.000.- Rp. 1.045.606.669,- 194,71 Sumber: Dokumen IMB kota Binjai Tahun 2007/2010

Dari uraian diatas, persentase penerimaan retribusi Izin Mendirikan Bangunan terhadap Pendapatan Asli Daerah cendrung mengalami fluktuasi (naik turun), namun demikian dapat kita perhatikan perkembangan Kota Binjai saat ini dan masa yang akan datang diharapkan retribusi Izin Mendirikan Bangunan akan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi pembangunan daerah.

Retribusi Izin Mendirikan Bangunan dalam empat tahun terakhir persentase nya meningkat namun demikian masih banyak permasalahan yang dihadapi dan banyak pula potensi daerah yang belum tergali oleh dinas perumahan dan pemukiman pemerintah kota binjai hal ini disebabkan karena kurangnya kesdaran masyarakat akan kegunaan retribusi Izin Mendirikan Bangunan, adanya anggapan bahwa melakukan renovasi/rehabilitas terhadap bangunan tidak perlu meminta Izin kepada Pemerintah Daerah setempat melalui Tata Ruang dan Pemukiman Binjai sehingga keadaan merugikan pemerintah daerah, padahal dalam mendirikan bangunan dengan


(18)

tidak meminta Izin kepada Pemerintah Daerah setempat melalui Tata Ruang dan Pemukiman Binjai, tidak terjaganya ketertiban, keselarasan, kenyamanan, dan keamanan dari bangunan itu sendiri terhadap penghuninya maupun lingkungan sekitarnya. Karena Selain itu IMB juga diperlukan dalam pengajuan kredit bank, Tidak terdapatnya pembinaan dari lembaga yang berwenang yang dapat membina orang atau badan yang bermaksud membangun agar dapat membangun dengan benar dan menghasilkan bangunan yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku. Tidak teraturnya pembangunan Jarak dari jalan ke bangunan, luas ruang terbuka, dan lain-lain. Tanpa pengaturan, bangunan-bangunan akan semakin semrawut dan tidak memperhatikan kaidah-kaidah yang berlaku, dengan tidak melapor IMB dapat juga menyebabkan Pembangunan yang tidak terkendalikan bisa muncul dimana-mana seperti jamur tanpa memperhatikan peraturan yang berlaku. Lahan yang dimaksudkan menjadi taman bisa saja diubah menjadi rumah tanpa pengendalian. Selain itu laju pembangunan perlu diperhatikan. Pembangunan yang begitu pesat juga bisa membawa dampak buruk bagi lingkungan.

Adapun usaha yang dilakukan pemerintah yang dalam hal ini oleh Tata Ruang perumahan dan Pemukiman Binjai untuk meningkatkan penerimaan retribusi Izin mendirikan Bangunan serta usaha yang dilakukan untuk menghadapi permasalahan tersebut akan dibahas pada Bab selanjutnya.

Berdasarkan uraian-uraian tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Retribusi Izin Mendirikan Bangunan dalam

Meningkatkan Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Pada Tata Ruang, Perumahan dan Pemukiman Pemerintah Kota Binjai.


(19)

1.2. Perumusan Masalah

Agar penelitian ini membawa hasil yang diinginkan sesuai dengan arah penelitian, maka perlu disebutkan perumusan masalahnya melalui interprestasi fakta yang ada.

“Setiap penelitian dimulai dengan perumusan masalah, yaitu yang memberikan berbagai gambaran bahwa ada sesuatu yang perlu diselesaikan atau dipecahkan dalam arti dicari jawabannya. ( Hadari Nawawi 1990: 5)

Di dalam penelitian ini penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut 1. Bagaimana peranan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan dalam Penerimaan

Pendapatan Asli Daerah Pada Tata Ruang, Perumahan dan Pemukiman Pemerintah Kota Binjai.

2. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan terjadinya hambatan-hambatan terhadap pembayaran Retribusi Izin Mendirikan Bangunan dalam Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Pada Tata Ruang, Perumahan dan Pemukiman Pemerintah Kota Binjai.

1.3. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan terhadap suatu masalah jelas mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Dalam hal ini penulis merumuskan tujuan penelitian sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui peranan retribusi Izin Mendirikan Bangunan dalam penerimaan Pendapatan Asli Daerah.


(20)

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya hambatan-hambatan terhadap pembayaran retribusi Izin Mendirikan Bangunan pada Pendapatan Asli Daerah Pada Tata Ruang, Perumahan dan Pemukiman Pemerintah Kota Binjai.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Guna mengembangkan dan meningkatkan kemampuan berfikir melalui penulisan karya ilmiah serta melatih penulis menerapkan teori yang telah didapat selama perkuliahan.

2. Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh Dinas Tata Ruang, Perumahan dan Pemukiman Pemerintah Kota Binjai pada khususnya dan pihak – pihak yang berkepentingan pada umumnya untuk meningkatkan efektifitas peran IMB sebagai PAD di Kota Binjai.

3. Untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan.

1.5. Kerangka Teori

1.5.1. Desentralisasi dan Otonomi Daerah

Menurut Hoy dan Miskel dalam (Sugiono, 2005:55) teori adalah seperangkat kosep, asumsi dan generalisasi yang digunakan untuk mengungkapkan dan menjelaskan perilaku dalam berbagai organisasi, sebelum melakukan penelitian lebih lanjut, seorang peneliti perlu menyusun suatu kerangka teori sebagai landasan


(21)

berpikir untuk menggambarkan dari sudut mana peneliti menyoroti masalah yang dipilihnya.

Maka dalam penelitian ini, menjadi kerangka teorinya adalah sebagai berikut:

Pengertian Desentralisasi secara etimologis berasal dari bahasa latin yaitu “de” berarti lepas dan “centrum” yang berarti “pusat”.

Jadi Desentralisasi mengandung arti melepaskan diri dari pusat. Secara yuridis formal Desentralisasi dapat diartikan sebagai berikut :

“Desentralisasi adalah penyerahan urusan pemerintah dari pemerintah atau daerah tingkat atasnya kepada daerah yang menjadi urusan rumah tangganya” (Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974:3)

Selanjutnya menurut Bayu Suryaningrat 1990:6-7 ada dua macam Desentralisasi yaitu :

1. Desentralisasi Jabatan yaitu pemancaran kekuasaan dari atasan kepada bawahan sehubungan dengan kepegawaian atas jabatan dengan maksud untuk meningkatkan kelancaran kerja.

2. Desentralisasi Kenegaraan yaitu penyebaran kekuasaan untuk mengatur Daerah dalam lingkungannya sebagai usaha untuk mewujudkan azas demokrasi dalam Pemerintahan Negara. Di dalam Desentralisasi ini rakyat secara langsung mempunyai kesempatan untuk turut serta dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

Dari pengertian tersebut diatas penulis melihat bahwa Desentralisasi adalah suatu pemancaran, bila dikaitkan dengan kepegawaian. Kemudian Desentralisasi dapat juga berarti usaha untuk mewujudkan demokrasi dan sekaligus sebagai alat untuk turut serta dalam proses Pemerintahan.


(22)

Negara Republik indonesia menganut azas Desentralisasi ini sesuai dengan Undang Dasar 1945 Pasal 18, yang konsekuensinya dikeluarkannya Undang-Undang tentang pelaksanaan Desentralisasi yang dikenal dengan Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974, tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah yang menyangkut azas Desentralisasi dan Dekonsentrasi serta membuahkan dasar-dasar bagi penyelenggaraan berbagai urusan Pemerintahan di Daerah menurut Azas Pembantuan. Dengan dianutnya azas Desentralisasi ini maka terbentuklah Daerah-Daerah Otonom yang selanjutnya disebut Daerah-Daerah.

Dari uraian tersebut diatas maka jelaslah bahwa penerapan Desentralisasi menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 menempatkan Desentralisasi sama pentingnya dengan Dekonsentrasi yang dilaksanakan secara bersama-sama dalam suasana keseimbangan. Dari pelaksanaan azas Desentralisasi ini, maka terbentuklah Daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat II yang masing-masing tidak bersifat vertikal karena memiliki Otonomi Daerah masing-masing.

1.5.2. Pengertian Otonomi Daerah

Otonomi Daerah merupakan persoalan inti dalam pelaksanaan mekanisme pemerintahan di daerah dengan sebaik-baiknya, oleh sebab itu Otonomi Daerah perlu mendapat perhatian demi untuk kemajuan daerah menuju daerah mandiri yang dapat membiayai rumah tangganya sendiri.

Secara etimologi perkataan Otonomi berasal dari bahasa latin “autos” yang berarti “sendiri” dan “nomos” yang berarti “aturan”, akan tetapi pengertian secara


(23)

etimologi saja tidak cukup untuk menjelaskan pengertian tentang Otonomi Daerah tersebut.

Menurut (Abdurrahman 1987:3) “Otonomi Daerah adalah kebebasan untuk memelihara dan memajukan kepentingan khusus Daerah dengan keuangan sendiri dan Pemerintahan sendiri”.

Sedangkan pengertian Otonomi Daerah menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 “Otonomi Daerah adalah hak dan kewajiban Daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan Perundang-Undangan yang berlaku”.

Dari pengertian tersebut diatas yang dimaksud dengan menentukan hukum sendiri dan Pemerintahan sendiri bukan berarti daerah bebas di dalam menentukan hukum dan pemerintahannya. Jadi yang dimaksud dengan menentukan hukum sendiri dan Pemerintahan sendiri diartikan sebagai sesuatu yang digunakan untuk menyelenggarakan urusan rumah tangga Daerahnya.

Dengan demikian dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa penyelenggara Otonomi Daerah didasarkan pada prinsip-prinsip :

1. Pelaksanaan pemberian Otonomi Daerah harus menunjang aspirasi perjuangan rakyat, yakni memperkokoh negara kesatuan dan mempertinggi tingkat kesejahteraan rakyat Indonesia seluruhnya.

2. Pemberian Otonomi kepada Daerah harus merupakan otonomi yang nyata dan bertanggung jawab.


(24)

3. Azas Desentralisasi dilaksanakan bersama-sama dengan azas Dekonsentrasi, dengan memberikan kemungkinan pula bagi pelaksanaan Azas Tugas Pembantuan.

4. Pemberian Otonomi kepada Daerah mengutamakan aspek keserasian dan tujuan di samping aspek pendemokrasian.

5. Tujuan pemberian Otonomi Daerah adalah untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan di daerah, terutama dalam pelaksanaan pembangunan dan pelayanan terhadap masyarakat serta untuk meningkatkan pembinaan kestabilan politik dan kesatuan bangsa. (CST. 1991:11).

Mengenai titik berat Otonomi Daerah pada Daerah Tingkat II dengan mempertimbangkan bahwa Daerah Tingkat II yang lebih langsung berhubungan dengan masyarakat sehingga diharapkan dapat lebih mengerti dan memenuhi aspirasi masyarakat tersebut. Penyerahan urusan pemerintahan kepada Daerah dilakukan secara bertahap disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan daerah yang bersangkutan.

Meskipun berbagai urusan telah diserahkan kepada daerah sebagai pelaksanaan azas Desentralisasi tetapi tanggung jawab terakhir terhadap urusan tersebut tetap berada ditangan Pemerintah dan apabila diperlukan urusan-urusan yang telah diserahkan kepada daerah itu dapat ditarik kembali menjadi urusan-urusan Pemerintah pusat.


(25)

Sebagai konsekuensi prinsip otonomi yang nyata dan bertanggung jawab, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1994 membuka kemungkinan penghapusan atau penataan kembali daerah otonom.

1.5.3. Pendapatan Asli Daerah

Salah satu konsekwensi pada setiap Negara yang melaksanakan asas desentralisasi, yang pada gilirannya melahirkan otonomi daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan-urusan pemerintahan yang mendaji urusan pada setiap pemerintahan daerah (local government) yang menjalankannya, adalah menimbulkan pembagian kewenangan pada sektor keuangan untuk membiayai penyelenggaraan urusan tumah tangga (otonomi) pada pemerintahan tersebut. Meskipun deminkian, bukan berarti bahwa pemerintahan nasional atau pusat (central government) melepaskan tanggungjawabnya dalam masalah pembiayaan pemerintah daerah, bila pemerintah daerah yang bersangkutan mengalami kesulitan di dalam mencari sumber-sumber pembiayaan keuangan daerahnya.

Idealnya memang setiap pemerintahan daerah yang telah menerima otonomi dari pemerintah pusat kemudian diikuti dengan pembagian kewenangan dalam pencarian sumber-sumber pembiayaan, seharusnya dapat mandiri dalam hal mencari sumber-sumber keuangan daerahnya, sebagai mana juga dikatakan oleh The Liang Gia (1968:168) sebgai berikut:

“ Pada prinsipnya daerah otonom harus dapat membiayai sendiri semua kebutuhannya sehari-hari yang rutin. Apabila untuk kebutuhan itu daerah masih mengandalakan bantuan keuangan dari pusat, maka sesungguhnya daerah itu tidak otonom lagi. Otomon yang diselenggarankannya tidak ada artinya karena umumnya angka


(26)

mengikut i irama datangnya dan banyaknya bantuan dari pusat, serta syarat-syarat yang dikaitkan pada bantuan itu. Dengan demikian daerah itu dapat dikatakan mempunyai kehidupan sendiri”

Dalam Undang-undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah pusat dan Daerah disebutkan bahwa sumber pendapatan asli daerah terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan dan pendapatan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Pengelolaan pajak Daerah dan Retribusi Daerah serta peraturan pelaksanaan lainya termasuk Peraturan Daerah.

Menurut Insukindro, Dkk (1994:1) dalam kaitannya dengan pemberian otonomi kepada daerah dalam merencanakan, menggali, mengelola dan menggunakan keungan daerah sesuai dengan kondisi daerah, Pendapatan Asli Daerah dapat dipandang sebagai salah satu indikator atau kriteria untuk mengurangi ketergantungan suatu daerah kepada pusat.

Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah yang menambah ekuitas dana lancar yang merupakan hak pemerintah daerah dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh daerah. Sehubungan dengan hal tersebut, pendapatan daerah yang dianggarkan dalam APBD merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan. Seluruh pendapatan daerah yang dianggarkan dalam APBD dianggarkan secara bruto, yang mempunyai makna bahwa jumlah pendapatan yang dianggarkan tidak boleh dikurangi dengan belanja yang digunakan dalam rangka menghasilkan pendapatan tersebut dan/atau dikurangi dengan bagian pemerintah pusat/daerah lain dalam rangka bagi hasil.


(27)

1) Pendapatan Asli Daerah 2) Dana Perimbangan

3) Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah.

Tentang pendapatan Asli Daerah disebutkan AW. Wijaya, 1992:42, yaitu: “Merupakan salah satu modal Pemerintah Daerah dalam memenuhi dana pembangunan dan memenuhi belanja daerah”

Apabila daerah telah berhasil menghimpun dana dari masyarakat untuk membangun daerahnya, maka hal ini juga merupakan kemandirian daerah dalam memperkecil ketergantungan daerah-daerah terhadap subsidi dari Pemerintah Pusat.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, penulis menyimpulkan bahwa modal utama Daerah dalam membangun Daerahnya adalah dari pendapatan Asal Daerah tersebut. Jadi semakin besar pendapatan Asli daerah tersebut semakin besar pula keberhasilan yang akan diraih Daerah tersebut dalam melaksanakan pembangunan.

1.5.4. Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli daerah sebagai salah satu sumber kuangan daerah, pada hakekatnya menempati posisi yang paling strategis bila dibandingkan dengan sumber keuangan lainya.

Dikatakan menempati posisi yang paling strategis, karena sumber kuangan daerah mempunyai keleluasan yang lebih besar dan didasarkan pada kreatifitas masing-masing daerah untuk semaksimal mungkin memperoleh pendapatannya sendiri berdasarkan kewenangan yang ada padanya, dan selain itu secara bebas pula dapat menggunakan hasil-hasil sumber keuangan daerah dari sector ini guna


(28)

membiayai jalannya pemerintahan dan pembangunan daerah yang telah menjadi tugas pokoknya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pendapatan asli daerah ini merupakan sumber pendapatan yang menjadi tulang punggung otomoni daerah, bahkan dapat dikatakan lebih lanjut bahwa sektor pendapatan asli daerah inilah yang menjadi salah satu ukuran penting untuk menilai apakah daerah-daerah akan mampu menyelenggarakan fungsi-fungsi pemerintahan dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.

Disamping itu penerimaan keuangan daerah yang bersumber dari pendapatan asli daerah ini dimaksudkan pula untuk mencegah ketergantungan yang tinggi terhadap penerimaan dari pemerintah pusat, sehingga dapat menghindari investasi yang terlalu jauh oleh pusat terhadap jalannya otonomi daerah yang dirasakan pemerintah daerah.

Sumber pendapatan asli daerah menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004, antara lain :

a. Pendapatan Asli Daerah terdiri dari : 1. Hasil pajak daerah

2. Hasil retribusi daerah 3. Hasil perusahaan daerah

4. Lain-lain perusahaan daerah yang sah b. Dana perimbangan terdiri dari :

1. Dana bagi hasil. 2. Dana Alokasi Umum 3. Dana Alokasi Khusu.


(29)

c. Lain-lain pendapatan yang sah.

Jadi dalam hal ini retribusi daerah termasuk dalam pendapatan Asli Daerah sesuai dengan Undang-Undang tersebut diatas.

1.5.5. Retribusi Daerah

Retribusi daerah sebagaimana halnya pajak daerah merupakan salah satu pendapatan asli daerah yang diharapkan menjadi salah satu sumber pembiayaan penyelenggaraan daerah dan pembangunan daerah, untuk menigkatkan dan meratakan kesejahteraan masyarakat.

Menurut Ahmad Yani (2002:55) “ Daerah provinsi, kabupaten/kota diberi peluang dalam menggali potensi sumber-sumber keuangan dengan menetapkan jenis retribusi selain yang telah ditetapkan, sepanjang memenuhi criteria yang telah ditetapkan dan sesuai dengan aspirasi masyarakat”.

Pemungutan retribusi daerah yang ada saat ini dilaksanakan sesuai dengan undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pusat dan daerah, yang menyatakan bahwa setiap daerah harus mampu mengurus dan membiayai rumah tangganya sendiri dengan sebaik-baiknya oleh karena itu daerah diwajibkan untuk menggali sumber keuangnya sendri menurut perundang-undangan yang berlaku.

Retibusi adalah pembayaran wajib dari penduduk kepada Negara kerna adanya jasa tertentu yang diberikan oleh nergara bagi penduduknya secara perorangan. Jasa tersebut dapat dikatanakan bersifat langsung, yiatu hanya membayar retribusi yang menikmati balas jasa dari Negara. ( Marihot, 2005:5)


(30)

Menurut S. Munawir, 1980:4 retribusi adalah “……Iuran kepada Pemerintah yang dapat dipaksakan dan jasa balik secara langsung dapat ditunjuk, paksaan disini bersifat ekonomis karena sipaa saja yang tidak merasakan jasa balik Pemerintah, dia tidak dikenakan iuran itu

Dari uraian diatas penulis dapat diartikan sebagai ongkos yang harus dibayar untuk memperoleh jasa yang dikeluarkan daerah menurut peraturan yang berlaku. Kemudian dari pendapat diatas yang menjadi ciri pokok retribusi daerah yang saat ini dipungut di Indonesia sebagai berikut: (Sutedi, 2008:76)

1. Retribusi dipungut oleh Negara

2. Dalam pemungutan terdapat paksaan secara ekonomi.

3. Adanya interprestasi yang secara langsung dapat ditunjukkan.

4. Retribusi dapat dikenakan kepada siapa saja yang memanfaatkan atau mengenyam jasa uanmg diberijkan oleh pemerintah daerah dalam perkembangan hingga saat ini jenis-jenis retribusi yang dinyatakan diserahkan kepada daerah adalah sebagai berikut: (Riwu Kaho, Op cit:154)

1. Uang leges

2. Bea jalan, jembatan dan jalan tol 3. Bea pangkalan

4. Bea penambangan

5. Bea pemeriksaan, pembantaian hewan 6. Uang sewa tanah/ bangunan

7. Uang sempadan izin bangunan 8. Uang pemakaian tanah milik daerah


(31)

9. Bea penguburan

10. Retribusi pengerukan kakus/ WC 11. Retribusi pelelangan ikan

12. Izin perusahaan industri kecil

13. Retribusi pengujian kendaraan bermotor 14. Retribusi jembatan timbang

15. Stasiun bis dan taksi 16. Balai pengobatan 17. Retribusi reklame 18. Retribusi pasar 19. Sewa pesanggarahan

20. Retribusi pengeluaran hasil hutan 21. Bea pemeriksanaan susu dan lain-lain 22. Retribusi tempat rekreasi.

(Josep Riwu Kaho, op cit1990 : 154).

Seperti yang telah disebutkan oleh Josep Riwu Kaho sebelumnya bahwa salah satu retribusi telah diserahkan kepada Daerah sebanyak 22 jenis, diantaranya dalam uang Sempadan Izin Bangunan.

Dari pendapat ahli ini terlihat bahwa uang Sempadan Izin Bangunan termasuk dalam retribusi Daerah bila uang Sempadan Izin Bangunan yang dikelola oleh Dinas Tata Kota besar jumlahnya maka besar pula penerimaan Pendapatan Asli Daerah. Mengenai besar kecilnya uang Sempadan Izin Bangunan dalam mengisi pendapatan Asli Daerah dapat dilihat pada bab selanjutnya.


(32)

1.5.6. Sarana dan Tata Cara Pemungutan Retribusi Daerah

Pemungutan retibusi daerah tidak dapat diborongkan, artinya seluruh proses kegiatan pemungutan retribusi tidak dapat diserahkan kepada pihak ketiga. Namun, dalam pengertian ini tidak berarti bahwa pemerintah daerah tidak boleh bekerja sama dengan pihak ketiga. Dengan sangat selektif dalam proses pemungutan retibusi, pemerintah daerah dapat mengajak badan-badan tertentu bekerja sama karena profesionalismenya layak dipercaya untuk ikut melaksanakan sebagai tugas pemungutan jenis retibusi tertentu secara lebih efisien. Kegiatan pemungutan retribusai yang tidak dapat dikerjasamakan dengan pihak ketiga adalah kegiatan perhitungan besarnya retribusi yang tertuang, pengawasan penyetoran retribusi, dan pengalihan rertibusi.

Retribusi dipungut dengan Surat Keterangan Retribusi Daerah (SKRD) atau dokumen lain yang disamakan. SKRD adalah surat ketetapan retibusi yang menentukan besarnya pokok retibusi. Dokumen lain yang dipersamakan antara lain berupa karcis masuk, kupon, dan kartu langganan. Jika wajib retibusi tidak membayar retibusi tepat pada waktunya atau kurang membayar, ia akan dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebersar dua persaen setiap bulan dari retibusi terutang atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan surat Tagihan Retibusi Daerah (STRD). Merupakan surat untuk melakukan taguhan retibusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga atau denda. Tata cara pelaksanaan pemungutan retibusi daerah ditetapkan oleh kepala daerah.


(33)

1.5.7. Perhitungan Retribusi Daerah

Besarnya retibusi yang tertuang oleh orang pribadi atau badan yang mengunakan jasa atau perijinan tertentu duhitung dengan cara mengalikan tarif retibusi dengan tingkat penggunaan jasa. Dengan demikian besarnya retibusi yang tertuang yang dihitung berdasarkan tarif retibusi dan tingkat penggunaan jasa.

a. Tingkat penggunaan jasa.

Tingkat penggunaan jasa dapat dinyatakan sebagai kuantitas penggunaan jasa sebagai dasar alokasi beban biaya yang dipikul daerah untuk menyelenggarakan jasa yang bersangkutan, misalnya beberapa kali masuk tempat rekreasi, beberapa kali/beberapa jam paerkir kendaraan dan sebagainya. Akan tetapi, ada pula penggunaan jasa yang tidak dengan mudah diukur , dalam hal ini tingkat penggunaan jasa mungkin perlu ditaksir berdasarkan rumusan tertentu yang didasarkan atas luas tanah, luas lantai bangunan, jumlah tingkat bangunan, dan rencana penggunaan bangunan.

b. Tarif retribusi daerah

Tarif retribusi adalah nilai rupiah atau persentase tertentu yang ditetapkan untuk menghitung besarnya retibusi daerah yang terutang. Tarif dapat ditentukan seragam atau dapat diadakan perbedaan mengenai pengelolaan tarif sesuai dengan sarana dan tarif tertentu, misalnya perbedaan retibusi tempat rekrasi antara anak dan dewasa.

Tarif retribusi ditinjau kembali secara berkala dengan memperhatikan prinsip dan sarana penetapan tarif retribusi, hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi perkembangan perekinomian daerah berkiatan dengan objek retribusi yang


(34)

bersangkutan. Dalam peraturan pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 ditetapkan bahwa tariff retribusi ditinjau kembali paling lama lima tahun sekali.

c. Prinsip dan saran penetapan tarif retribusi daerah

Ditetapkan oleh pemerintah daerah dengan memperhatikan prinsip dan saran penetapan tarif yang berbeda antar golongan retribusi daerah. Sesuai dengan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2004 Pasal 21 Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 Pasal 8-10 prinsip dan sarana penetapan retribusi daerah adalah sebagai berikut: 1. Tarif retribusi jasa umum ditetapkan berdasarkan kebijakan daerah dengan

mempertimbangkan biaya penyedia jasa yang bersangkutan, kemampuan masyarakat, dan aspek keadilan.

2. Tarif retribusi jasa usaha ditetapkan berdasarkan pada tujuan utama untuk memperoleh keuntungan yang layak, yaitu keuntungan yang dapat dianggap memadai jika saja yang bersangkutan diselenggarakan oleh swasta.

3. Tarif retribusi perijianan tertentu ditetapkan berdasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan pemberian izin yang bersangkutan. Biaya penyelenggaraan pemberian izin yang bersangkutan meliputi pnerbitan dokumen izin, pengawasan dilapangan, penegakan hukum, penatausahaan, dan biaya dampak negative dari pemberian izin.


(35)

1.5.8 Izin Mendirikan Bangunan

1.5.7.1 Pengertian Izin Mendirikan Bangunan

Izin mendirikan bangunan (Dwi, 2008:11) atau lebih sering disebut IMB adalah izin yang diberikan untuk melakukan kegiatan membangunan yang dapat diterbitkan apabila rencana bangunan dinilai telah sesuai dengan ketentuan yang meliputi sapek pertanahan, sapek plonologis (perencanaan), aspek tehnis, aspek kesehatan, aspek kenyamanan dan aspek lingkungan.

Umumnya, IMB ditunjukan untuk 2 jenis bangunan:

1. Bangunan Rumah Tinggi adalah bangunan yang digunakan untuk tempat tinggal bagi keluarga (single family). Jenis bangunan rumah tinggal ini harus terletak diatas peruntukan wisma (Wisma besar/WBS, wisma flat /WFI, wisma tanam/ WTM wisma sedang/WSD, wima kecil/WKC,

2. Bangunan Non Rumah Tinggal (NRT) adalah semua jenis bangunan umum dengan penggunaan tertentu, seperti hunian (apartemen, kondominium, rumah susun, hotel). Perdangangan (took/pertikoan, restoran, bioskop, pasar), kantor tunggal/ perkantoran, industri pergudangan, sekolah, rumah sakit, rumah ibadah (masjid, gereja, vihara), gedung pertemuan, terminal, stasiun kereta api, bandara dan sebagainya.

Sebelumnya memulai mendirikan bangunan, gedung sebaiknya memiliki kepastian hukum atas kelayakan, kenyamanan, keamanan sesuai dengan fungsinya. Dalam pengurusan IMB diperlukan pengetahuan akan peraturan-peraturannya sehingga dalam mengajukan IMB, informasi mengenai peraturan tersebut sudah didapatkan sebelum pembuatan gambar kerja arsitektur.


(36)

IMB mutlak harus dimiliki oleh setiap pemilik yang berniat mendirikan bangunan sebab memiliki dasar hukum yang harus dipenuhi. Adapun dasar-dasar hukum yang berlaku disetiap daerah berbeda-beda, demikian juga Kota Binjai yang memiliki peraturannya sendiri, yaitu “ Peraturan Daerah Nomor 49 Tahun 1999 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan”.

1.5.9. Maksud dan Tujuan Pemberian IMB

Sebelum memulai mendirikan bangunan, rumah sebaiknya memiliki kepastian hukum atas kelayakan, kenyamanan, keamanan sesuai dengan fungsi. Ternyata IMB tidak hanya diperlukan untuk mendirikan bangunan baru saja, tetapi juga dibutuhkan untuk membongkar, merenovasi, menambah, mengubah, atau memperbaiki yang mengubah bentuk atau struktur bangunan. IMB sendiri dikeluarkan oleh pemerintah daerah setempat (kelurahan hingga kabupaten). Dalam pengurusan IMB diperlukan pengetahuan akan peraturan-peraturannya sehingga dalam mengajukan IMB, informasi mengenai peraturan tersebut sudah didapatkan sebelum pembuatan gambar kerja arsitektur. Dari tulisan diatas, dapat diketahui maksud dari tujuan IMB.(PLKJ, 2009:7)

Adapun pemberian IMB dimaksudkan untuk:

1. Pembinaan.

Pembangunan sebuah bangunan memerlukan pembinaan. IMB dimaksudkan agar lembaga yang berwenang dapat membina orang atau badan yang dimaksud membangun agar dapat membangun dengan benar dan menghasilkan bangunan yang sesui dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku.


(37)

2. Pengaturan.

Bangunan-bangunan perlu diatur. Pengaturan bertujuan agar menghasilkan sesuatu yang teratur . Pembangunan perlu memperhatikan peraturan-peraturan yang erlaku. Jarak dari jalan kebangunan. Luas rung terbuka, dan lain-lain perlu diatur. Tanpa pengaturan, bangunan-bangunan akan semangkin semerawut dan tidak memperhatikan kaidah-kaidah yang berlaku.

3. Pengendalian.

Pembangunan perlu dikendalikan. Tanpa pengendalian, bangunan bisa muncul dimana-mana seperti jamur tanpa memperhatikan peraturan yang berlaku. Lahan yang dimaksudkan menjadi taman bisa saja diubah menjadi rumah tanpa pengendalian. Selain itu laju pembangunan perlu diperhatiakan. Pembangunan yang begitu pesat juga bisa membawa dampak buruk bagi lingkungan.

4. Pengawasan atas kegiatan mendirikan bangunan oleh orang pribadi atau badan.

IMB juga dimaksudkan agar segala kegiatan pembangunan sudah disetujui oleh lembaga yang berwenang dan mematuhi semua peraturan yang berlaku. Jadi rencana pembangunan perlu disetujui terlebih dahulu sebelum bisa diwujudkan. Yang menjadi tujuan pemberian IMB adalah untuk:

1. Melindungai kepentingan umum.

Bertujuan melindungi kepentingan umum. Kegiatan pembangunan yang bisa merusak lingkungan bisa saja ditolak. Terjaganya lingkungan juga merupakan kepentingan umum. Kantor tidak bisa begitu saja dibangun diatas lahan hijau. Tidak boleh ada rumah yang dibangun di pinggir sungai. Semua itu terjadi karena


(38)

pembangunan yang dimaksud bertentangan dengan kepentingan umum masyarakat, tidak ada orang yang ingin rumahnya kebanjiran. Tidak ada orang yang tak ingin menghirup udara segar.

2. Memberi kewenangan kepada pemerintah daerah untuk memungut retribusi sebagai salah satu sumber pendapatan asli daerah (PAD).

Jadi segala bentuk pembangunan yang sudah mendapat IMB juga menyumbang pendapatan daerah. Semangkin besar pembangunan berarti daerah itu juga akan mendapatkan pemasukan yang berarti.

IMB sebaiknya diajukan jauh-jauh hari sebelum pelaksanaan pendirian bangunan, sehingga pada saat pelaksanaan setiap aktivitas tidak terganjal/bermasalah dengan peraturan-peraturan yang berlaku.

IMB juga perlu diperbarui apabila dalam perjalanannya bangunan mengalami perubahan signifikan atau renovasi yang menimbulkan kegiatan yang berdampak pada lingkungan seperti perubahan fungsi dan atau bentuk. Perubahan pada bangunan ini dapat disebabkan oleh kesengajaan /perencanaan khusus misalnya menambah ruang, baik horizontal maupun vertikal, atau berubah fungsi menjadi took/tempat usaha lain. Perubahan oleh karena kejadian yang berunsur ketidak sengajaan misalnya disebabkan oleh bencana alam, seperti roboh karena gempa, rusak oleh banjir dan sebagainyai juga memerlukan IMB baru jika akan membangun kembali diatas tanh lahan yang sama.

Proses penelitian IMB memerlukan waktu untuk pemeriksaan dan penelitian baik administratif maupun teknis. Dalam penerbitan diperlukan beberapa perizinan yang berkait dengan IMB, antara lain: (Dwi, 2008: 17).


(39)

1. Izin Pendahuluan, antara lain:

a. Izin pendahuluan persiapan, yaitu untuk memerlukan kegaitan pelaksanaan pagar proyek, bangsal kerja, pematangan tanah, pembongkaran bangunan/bangunan-bangunan dan untuk pemasangan pertama.

b. Izin pendahuluan pondasi, yaitu izin memerlukan kegiatan pekerjaan pondasi.

c. Izin pendahuluan struktur, yaitu izin untuk melakukan kegiatan pelaksanaan struktur, yaitu izin untuk melakukan kegiatan pelaksanaan struktur bangunan/bangunan-bangunan.

d. Izin pendahuluan meneluruh, yaitu izin untuk melakukan kegiatan pelaksanaan bangunan/ bangunan-bangunan sampai selesai.

2. Izin peruntukan lahan (IPL)

Yaitu izin yang diterbitkan pada seseorang sebagai bukti kepemilikan hak mempergunakan lahan yang ada sesuai dengan perundangan dan tata letak kawasan yang berlaku.

3. Surat Izin Peruntukan dan Penggunaan Tanah (SIPPT)

Yaitu izin tentang persetujuan sebidang tanah yang terletak pada jalur utama. 4. Surat Persetujuan Prinsip Pembebasan Lokasi/Lahan (SP3L)

Yaitu sejenis surat persetujuan prinsip pembebasan sbuah lokasi atau lahan atau sebidang tanah untuk bangunan fisik.

5. Izin Penggunaan Lahan (LPB)


(40)

Yaitu izin peruntungan penggunaan lahan pertanian menjadi non pertanian guna pembangunan rumah atau bangunan lain.

1.5.10. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan dalam Mengisi Pendapatan Asli Daerah

Berdasarkan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004, pasal 6 telah disebutkan bahwa pendapatan asli daerah dapat digali melalui 4 jenis pendapatan, diantaranya adalah pendapatan dari hasil retribusi daerah. Seperti yang telah disebutkan dalam peraturan pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang retribusi daerah, salah satu bagian dari jenis retribusi izin tertentu adalah retribusi izin mendirikan bangunan.

Izin mendirikan bangunan adalah izin yang diberikan oleh pemerintah daerah kepada orang pribadi atau badan untuk mendirikan bangunan yang dimaksudkan agar desain pelaksanaan pembangunan dan bangunan sesuai dengan Nilai Dasar Bangunan (NDB), Nilai Luar Bangunan (NLB), Ketinggian Bangunan (KB) yang ditetapkan sesuai dengan syarat-syarat keselamatan bagi yang menempati bangunan tersebut, orang lain dan lingkungan.

Sedangkan yang dimaksud dengan retribusi izin mendirkan bangunan adalah pembayaran atas pemberian izin bangunan oleh pemerintah daerah kepada orang pribadi atau bandan termasuk bangunan. (Panca, 2004:170).

Dari pengetian diatas pendapatan yang bersumber dari izin mendirikan bangunan merupakan bagian dari retribusi daerah yang berdampak langsung terhadap pendapatan asli daerah. Apabila iuran retribusi izin merndirikan bangunan yang dikelola oleh dinas Tata Ruang dan Pemukiman besar jumlahnya maka besar pula


(41)

penerimaan pendapatan asli daerah. Mengenai besar kecilnya iuran retibusi izin mendirikan bangunan mengisi pendapatan asli daerah dapat dilihat pada bab selanjutnya.

1.6. Definisi Konsep

Konsep adalah istilah atau definisi yang digunakan untuk menggambarkan fenomena yang dirumuskan berdasarkan generasi dari sejumlah kejadian, keadaan kelompok, atau individu yang menajadi pusat penelitian. ( Singarimbun 1993:31). Maka dalam hal ini penulis mengemukakan definisi dari konsep yang dipergunakan yaitu:

1. Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah dapat di artikan sebagai pendapatan yang benar benar di terima oleh Daerah dan merupakan modal Pemerintah Daerah dalam memenuhi pembangunan belanja negara.

2. Retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh

Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan pribadi atau badan.


(42)

Kerangka Berpikir

Gbr.1. Kerangka Berpikir

1.7. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah unsur-unsur penerlitian yang memberitahukan bagaimana mengukur suatu variabel sehingga dengan pengukuran tersebut dapat diketahui indikator-indikator apa saja sebagai pendukung untuk dianalisa ke dalam variabel-variabel tersebut. ( Singarimbun 1989:46).

Pendapatan asli daerah diartikan sebagai pendapatan yang bener-benar diterima oleh daerah dan merupakan modal pemerintah dalam pembangunan dan memenuhi belanja daerah, yang diukur melalui indicator: persentase penerimaan tetribusi izin mendirikan bangunan dalam mengisi kas daerah, yang diukur dari:

Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

Objek:

(Wajib Pajak/Retribusi)

Tujuan:

1. Melindungi

kepentingan umum 2. Memberi

kewenangan kepada pemerintah daerah untuk memungut rebtibusi sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah

Sasaran:


(43)

1. Realisasi penerimaan retribusi izin mendirikan bangunan .

2. Persentase penerimaan retribusi izin mendirikan bangunan terhadap retribusi daerah.

Retribusi izin mendirikan bangunan dapat diartikan sebagai kutipan yang dikenakan kepada siapa saja yang hendak mendirikan bangunan, yang diukur melalui indikator sebagai berikut:

1. Prosedur izin mendirikan bangunan, yaitu memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh pemerintah yaitu antara lain:

a. Pengambilan formulir di kantor dinas tata ruang dan pemukiman Kota Madya Binjai, mana formulir tersebut harus dicantumkan nama, alamat, pekerjaan dan jabatan pemohon, jenis pekerjaan bangunan, penggunaan dari bahan-bahan bangunaan yang dilaksanakan, dan status tanah tempat berdirinya bangunan.

b. Petugas memeriksa ke lokasi bangunan.

c. Jika telah memenuhi persyaratan, lengkap dan benar pemohon diterima dan diberikan tanda bukti penerimaan.

d. Ditetapkannya besarnya retribusi yang harus dibayar.

e. Pejabat yang berwenang mengadakan penelitian kelengkapan persyaratan pemohon untuk diterbitkan IMB.

f. Penerbitan IMB sebagai pengesahan dokumen rencana teknis untuk dapat melalui pelaksanaan konstruksi.

2. Besarnya tarif, yaitu besarnya kutipan yang dilakukan oleh daerah melalui dinas Tata Ruang dan Pemukiman terhadap pemakaian jasa.


(44)

Besarnya tarif ini didasarkan pada: 1. Luas bangunan

2. Tingkat bangunan. 3. Nilai struktur bangunan 4. guna/ manfaat bangunan.

3. Kesadaran wajib pajak/retribusi, yaitu pengetahuan dan pemahaman, serta sikap dan prilaku dalam menerima segala perundang-undangan tentang retribusi daerah.


(45)

1.8. Sistematika Penulisan BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini membuat latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, Manfaat penelitian, kerangka teori, hipotesis, definisi konsep, definisi operasional, dan sistematika penulisan

BAB II : METODE PENELITIAN

Bab ini membuat penelitian, lokasi penelitian, informsi penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data.

BAB III : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini tentang gambaran atau karakteristik lokasi penelitian berupa sejarah singkat, visi dan misi serta struktur organisasi.

BAB IV : PENYAJIAN DATA

Bab ini membuat penyajian data yang dilakukan dengan menguraikan hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan dan menganalisanya berdasarkan metode yang digunakan.

BAB V : ANALISA DATA

Bab ini membuat pembahasan atau interprestasi dari data-data yang disajikan pada bab sebelumnya.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini membuat kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang dilakukan dan saran-saran yang dianggab penting bagi pihak yang membutuhkan.


(46)

BAB II

METODE PENELITIAN

2.1. Bentuk Penelitian

Dalam penelitian ini metode yang dipergunakan adalah metode deskriptif Kuanlitatif, metode ini bertujuan untuk menggambarkan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi secara cermat dan faktual. Dengan kata lain metode ini tetuju pada masalah yang ada pada masa sekarang atau gejala-gejala yang di anggap factual. Dengan jalan mengumpulkan data, menyusun dan mengklasifikasikan, menganalisa serta mengirterprestasikan data tersebut.

2.2. Lokasi Penelitian

Adapun yang akan menjadi lokasi penelitian ini yaitu dilakukan pada Tata Ruang Perumahan dan Pemukiman Pemerintah Kota Binjai, jln. Cut Nyak Dhien No. 48 Binjai.

2.3. Informan Penelitian

Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari penelitiannya. Oleh karena itu, pada penerlitan kualitatif ini tidak dikenal adanya populasi dan sampel. Subjek penelitian yang telah tercermin dalam forkus penelitian tidak ditentukan secara sengaja. Subjek penelitian menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian.


(47)

1. Informasi kunci (key informan) , yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian.

2. Informasi utama, yaitu mereka yang terlihat secara langsung dalam interaksi social yang teliti.

3. Informasi tambahan, yaitu mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi social yang sedang diteliti. Berdasarkan uraian diatas maka penelitian menentukan informan dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu: penentuan informan tidak didasarkan atas strata, kedudukan, pedoman atau wilayah tetapi didasarkan adanya tujuan tertentu yang tetap berhubungan dengan permasalahan penelitian, maka peneliti dalam hal ini menggunakan informan penelitian yang terdiri atas:

1. Informan kunci, yaitu:

1. Seketaris Dinas Tata Ruang dan Pemukiman

2. Kepala Bidang Tata Bangunan dan Gedung Pemerintah 3. Kepala Sub bagian Keuangan

4. Kepala Seksi Tata Bangunan

5. Kepala Seksi Pengendalian dan Perizinan. 2. Informasi utama yaitu:

8 orang pegawai di Dinas Tata Ruang dan Pemukiman. 3. Informan tambahan yaitu:


(48)

2.4 Tehnik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini diperlukan data atau keterangan dan informasi. Untuk itu peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Teknik Pengumpulan Data Primer

Adalah pengumpulan data yang dilakukan secara langsung pada lokasi penelitian. Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan intrumen sebagai berikut:

a. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan memberikan pernyataan secara langsung kepada pihak-pihak yang terkait dengan suatu tujuan untuk informan penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya oleh peneliti.

b. Pengamatan atau observasi yaitu teknik pengumpulan data dengan mengamati secara langsung objek penelitian dengan mencatat gejala-gejala yang ditemukan dilapangan untuk melengkapi data-data yang diperlukan sebagai acuan yang berkenaan dengan topic penelitian.

c. Angket/kuesioner yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara menyebarkan sejumlah pertanyaan dalam bentuk angket kepada responden yang dilengkapi dengan berbagai alternative jawaban.

2. Teknik Pengumpulan data Sekunder

Adalah merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui pengumpulan bahan kepustakaan yang dapat mendukung data primer.


(49)

2.5 Tehnik Analisa Data

Tehnik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tehnik analisa kualitatif, yaitu menguraikan serta menginterprestasikan data yang diperoleh dari lapangan dan para informan.

Menurut Miles dan Huberman Manurung, 2008:89) ada tiga unsur penting dalam proses analisa data penelitian kualitatif yaitu:

1. Reduksi data, bagian dari proses analisis yang mempertegas memperpendek dan membuang hal-hal yang tidak penting sehingga kesimpulan penelitian dapat dilaksanakan, jadi laporan lapangan sebagian disingkat dan disusun lebih sistematis sehingga lebih mudah dikendalikan. Data yang direduksi memberi gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan, juga mempermudah peneliti untuk mencari kembali data yang diperoleh apabila diperlukan.

2. Display data (penyajian data), sajian data adalah suatu susunan informasi yang memungkinkan dapat ditariknya suatu kesimpulan penelian, penyajian data dalam bentuk gambaran , skema, dan table mungkin akan berguna mendapatkan gambaran yang jelas serta memudahkan dalam penyusunan kesimpulan penelitian.

3. Verifikasi (penarikan kesimpulan), kesimpulan merupakan hasil akhir dari reduksi data dan penyajian data. Kesimpulan penelitian perlu diverifikasi agar mantap dan benar-benar bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.


(50)

BAB III

DESKRIPSI WILAYAH

3.1 Tinjauan Umum Wilayah

3.1.1 Sejarah Singakat Dinas Tata Ruang, Perumahan dan Pemukiman Pemerintahan Kota binjai.

Usaha pelayanan dan pemberian izin mendirikan bangunan di daerah kota binjai telah ada sejak kota binjai diresmikan. Dibentuknya Dinas Tata Ruang Perumahan dan Pemukiman oleh daerah mengingat banyaknya permasalahan yang harus di tanggulangi yang terjadi seiring dengan pesatnya pembangunan fisik di kota Binjai , disamping untuk meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat tentang tata cara penyusunan dan pendirian bangunan yang mereka butuhkan. Adapun dasar hukum terbentuknya Tata Ruang perumahan dan pemukiman didasarkan pada:

1. Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang pokok-pokok Kepegawaian. 2. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tenatang Pemerintah Daerah

3. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.


(51)

3.2 Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Tata Ruang, Perumahan dan Pemukiman Pemerintah Kota binjai.

Dinas Tata Ruang, Perumahan dan Pemukiman mempunyai tugas pokok untuk menyelenggarakan kewenangan desentralisasi di Bidang Tata Ruang, Perumahan dan Pemukiman dan urusan pemerintah lain yang dilimpahkan oleh pemerintah provinsi kepada pemerintah daerah dibidang Tata Ruang dan Pemukiman. Dinas Tata Ruang, Perumahan dan Pemukiman mempunyai fungsi:

a. Merumuskan dan melaksanakan tugas pelayanan umum. b. Pemberian perizinan dan pelaksanaan tugas pelayanan umum.

c. Menyiapkan kebijakan dan strategi pembangunan tata ruang perumahan dan pemukiman.

d. Membina dan Pengaturan pembangunan tata ruang dan pemukiman. e. Mengendalikan dan menguasai pembangunan tata ruang dan pemukiman.

f. Mengadakan kegiatan-kegiatan penelitian dalam rangka penyiapan kebijaksanaan strategis pembangunan tata ruang dan pemukiman serta gedung-gedung pemerintah.

g. Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan kebijaksanaan dan strategi pembangunan tata ruang dan pemukiman serta pembangunan gedung-gedung pemerintah yang telah ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

h. Melaksanakan pemberian bimbingan penyuluhan dan pembinaan sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan kepada daerah dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.


(52)

i. Merncanakan pembangunan, pemeliharaan, pengelolaan saran dan prasarana dasar, lingkungan pemukiman dan bangunan pemerintah/rumah dinas, fasilitas social dan umum.

j. Merumuskan pola kebijaksanaan pembangunan pembiayaan pembangunan tata ruang perumahan dan pemukiman.

k. Melaksanakan seluruh kewenangan yang ada sesuai dengan bidang tugas, dan melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh bupati.

3.3 Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Dinas Tata Ruang, Perumahan dan Pemukiman Pemerintah Kota Binjai.

3.3.1 Susunan Organisasi. Pasal 1

Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, maka susunan organiasi Dinas Tata Ruang, Perumahan dan Pemukiman Pemerintah Kota Binjai terdiri dari: a. Dinas Tata Ruang, Perumahan dan Pemukiman dipimpin oleh kepada dan

membawahi seketaris, bidang – bidang, kelompok jabatan fungsional dan unit pelaksanaan teknis dianas.

b. Seketaris dipimpin oleh seorang seketaris yang terdiri dari 3 (tiga) sub bagian dan setiap sub bagian dipimpin oleh kepala sub bagian yaitu:

a. Sub bagian keungan dan kepegawaian b. Sub bagian umum dan perlengkapan c. Sub bagian program dan akuntabilitas


(53)

c. Bidang pada Dinas Tata Ruang, Perumahan dan Pemukiman terdiri dari 3 (tiga) bidang dan setiap bidang dipimpin oleh kepala bidang yaitu:

a. Bidang tata ruang dan pengendalian.

b. Bidang tata bangunan dan gedung pemerintahan c. Bidang penyehatan lingkungan dan pemukiman.

d. Bidang – bidang pada Dinas Tata Ruang, Perumahan dan Pemukiman terdiri dari 2 (dua) seksi dan setiap seksi dipimpin oleh kepala seksi yaitu:

1. Bidang Tata Ruang dan Pengendalian, terdiri dari: a. Seksi tata ruang.

b. Seksi pengendalian dan perizinan

2. Bidang Tata Bangunan dan gedung Pemerintah terdiri dari: a. Seksi penyehatan.

b. Seksi Pemukiman. e. Kelompok jabatan fungsional dan, f. Unit pelaksanaan teknis dinas.

3.3.2 Tata Kerja, Hubungan Kerja Dan Tanggung Jawab Pasal 3

Kepala dinas mempunyai tugas pokok membatu bupati dalam melaksanakan tugasnya dibidang penataan ruang dan pemukiman, yang dalam pelaksanaan tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab kepada bupati melalui seketaris daerah.


(54)

Pasal 4.

Seketaris mempunyai tugas pokok membantu kepala dinas dalam melaksanakan tugasnya dibidang seketariat yang dalam pelaksanaan tugas berada dibawah dan bertanggung jaawab kepada kepala dinas tata ruang dan pemukiman.

Pasal 5.

Kepada bagian keuangan dan kepegawaian mempunyai tugas membantu seketaris dalam melaksanakan tugasnya dibidang keuangan dan kepegawaian yang dalam pelaksanaan tugas berada dibawah dan bertanggung jawab kepada seketaris

Pasal 6.

Kepada sub bagian umum dan perlengkapan mempunyai tugas membantu seketaris dalam melaksanakan tugasnya dibidang umum dan perlengakapan yang dalam pelaksanaan tugas berada dibawah dan bertanggung jawab kepada seketaris

Pasal 7.

Kepada sub bagian program dan akuntabilitas mempunyai tugas membantu seketaris dalam melaksanakan tugas dibidang akuntabilitas yang dalam pelaksanaan tugas berada dibawah dan bertanggung jawab kepada seketaris

Pasal 8.

Kepada bidang Tata Ruang dan pengendalian mempunyai tugas pokok membantu kepada dinas dalam melaksanakan tugas dibidang tata ruang dan pengendalian, yang dalam pelaksanaan tugas berada dibawah dan bertanggung jawab kepada kepala dinas tata ruang dan pemukiman.


(55)

Pasal 9.

Kepada seksi Tata Ruang mempunyai tugas pokok membantu kepala bidang tata ruang dan pengendalian dalam melaksanakan tugas di bidang tata ruang dan pengendalian yang dalam pelaksanaan tugas berada dibawah dan bertanggung jawab kepada kepala dinas tata ruang dan pemukiman.

Pasal 10.

Kepala saksi pengendalian dan perijinan mempunyai tugas pokok membantu kepala bidang tata ruang dan pengendalian dalam melaksanakan tugas dalam bidang pengendalian dan perizinan, yang di dalam pelaksanaan tugas berada dibawah dan bertanggung jawab kepada kepala bidang tata tuang pengendalian.

Pasal 11.

Kepala bidang tata bangunan dan gendung pemerintah mempunyai tugas pokok membantu kepala dinas dalam melaksanakan tugas dalam bidang sarana dan prasarana tata bangunan dan gedung pemerintah, yang di dalam pelaksanaan tugas berada dibawah dan bertanggung jawab kepada kepala dinas tata ruang dan pemukiman

Pasal 12.

Kepala seksi tata bangunan mempunyai tugas pokok membantu kepada bidang tata bangunan dan gedung pemerintah dalam melaksanakan tugas dibidang tata bangungan yang dalam pelaksanaan tugas berada dibawah dan bertanggung jawab kepada kepala bidang tata bangunan dan gedung pemeritah.


(56)

Pasal 13.

Kepala seksi bangunan pemerintah dan rumah dinas mempunyai tugas pokok membantu kepala bidang tata bangunan dan gedung pemerintah dan rumah dinas, yang dalam pelaksanaan tugas berada dibawah dan bertanggung jawab kepada kepala didang tata bangunan dan gedung pemerintah.

Pasal 14.

Kepala bidang penyehatan lingkungan dan pemukiman mempunyai tugas pokok, membantu kepala dinas dalam melaksanakan tugas dibidang penyehatan dan lingkungan dan pemukiman, yang dalam pelaksanaan tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab kepada kepala dinas tata ruang dan pemukiman.

Pasal 15.

Kepada seksi penyehatan mempunyai tugas pokok membantu kepala bidang penyehatan lingkungan dan pemukiman dalam melaksanakan tugas di bidang penyehatan, yang dalam pelaksanaan tugas berada dibawah dan bertanggung jawab kepada kepla dibidang penyehatan linkungan dan pemukiman

Pasal 16.

Kepala seksi pemukiman mempunyai tugas pokok membantu kepala bidang penyehatan lingkungan dan pemukiman dalam melaksanakan tugas dibidang penyehatan lingkungan dan pemukiman, yang dalam pelaksanaan tugas berada dibawah dan bertanggung jawab kepada kepala bidang penyehatan dan pemukiman.

Pasal 17.

Kelompok jabatan dan fungsional tugas melaksanakan sebagian tugas, kepala dinas sesuai dengan keahlian dan kebutuhan.


(57)

(58)

3.4 Retribusi Izin Mendirikan Bangunan di Pemeritah Kota Binjai

Nama, Objek, Subjek, Golongan dan Wilayah memungutan Retribusi

Dengan nama retribusi izin mendirikan bangunan dipungut retribusi atau pelayanan untuk mendapatkan izin mendirikan bangunan, dimana yang menjadi objek retribusi adalah pelayanan yang diberikan atas izin mendirikan bangunan dan subjek retribusi adalah orang pribadi atau badan yang nendapatkan atau memperoleh izin mendirikan bangunan. Retibusi izin mendirikan bangunan termasuk golongan retribusi perizinan tertentu, dengan wilayah pemungutan retribusinya adalah wilayah pemerintah kota binjai.

3.4.1 Ketentuan dan prosedur Perizinan

Setiap pelaksanaan pembangunan baru, perubahan, pembongkaran, pengahapusan atau perbaikan suatu bangunan dalam bentuk apapun, menimbun bahan bangunan di daerah manfaat jalan harus mendapat izin terlebih dahulu dari kepada daerah.

Untuk memperoleh izin diatas, yang bersangkutan harus mengajukan surat permohonan kepada kepala daerah. Dalam surat pemohonan ini harus disebutkan: a. nama, alamat, pekerjaan dan jabatan pemohon.

b. Macam pekerjaan bangunan.

c. Penggunaan dari bahan-bahan bangunan yang dilaksanakan.

d. Status tanah tempat berdirinya bangunan, harus diketahui kepala desa/kepala kelurahan dan camat setempat sedangkan untuk tanah sewa maupun pinjam pakai harus mendapat izin dari pemilik tanah.


(59)

Pada surat pemohonan tersebut harus dilampirkan:

a. materai yang cukup untuk ditempelkan pada surat izin kecuali ketentuan lain (besarnya harga materai tergantung nilai rupiah)

b. Satu stel rencana yang jelas dan gambar bangunan, baik bangunan baru, perubahan atau perbaikan bangunan yang akan dikerjakan dan ditandatangani oleh pemohon atau pelaksanaan dalam rangkap 3 (tiga)

c. Perhitungan – perhitungan dengan kontruksi harus menggunakan standart di Indonesia, antara lain: Peraturan muatan Indonesia, peraturan beton Indonesia, Peraturan baja Indonesia, peraturan kayu Indonesia serta peraturan bangunan. Dan untuk bangunan tahan gempa menggunakan koefisien zone tinggi serta ditandatangani oleh perencana atau pemohon dalam rangkap 3 (tiga).

d. Khusus untuk bangunan di tepi jalan arteri atau kolektor, ketentuan b dan c dalam rangkap 4 (empat).

Apabila ada kekurangan pada persyaratan yang harus dipenuhi pemohon maka kepala daerah dalam jangka waktu 15 hari sesudah pemohon diajukan memberitahukan kekurangannya kepada pemohon. Izin diberikan setelah yang bersangkutan membayar lunas biaya-biaya sesuai dengan peruntukannya yang dicantumkan dalam surat izin. Atas pemerian izin ini bangunan untuk izin bangunan baru maupun tambahan.


(60)

Permohonan izin dapat ditolak kepala daerah apabila:

a. dianggap dapat mengganggu keselamatan, ketentraman dan kepentingan umum.

b. Bertentangan dengan peraturan perundang –undangan yang berlaku dan atau keputusan ini.

3.4.2 Ketentuan Retribusi dan Tata cara Pemungutan

Atas jasa penerbitan izin mendirikan bangunan dikenakan retibusi. Adapun biaya – biaya yang dikenakan terdiri dari:

1. Biaya izin sempadan. 2. Biaya izin bangunan baru. 3. Biaya izin perubahan bangunan. 4. Biaya izin pembongkaran. 5. Biaya izin penghapusan.

6. Biaya izin penimbunan bahan bangunan di daerah manfaat jalan (DMJ)

Harga standart satuan bangunan per meter ditentukan berdasarkan peraturan perundang – undangan yang berlaku.

System perhitungan retibusi ditentukan dengan mendasari peraturan mentri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 1993 dan Intruksi Mentri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 1994 dengan rumus sebagai berikut:


(61)

Keterangan :

RIMB : Retribusi Izin Mendirikan Bangunan adalah jumlah jumlah biaya IMB yang harus

dibayarkan kepada pemerintah daerah oleh orang seorang dan atau badan usaha swasata maupun pemerintah (BUMN/BUMD).

LB : Luas Bangunan.

THDP : Tarif harga dasar bangunan per meter

Persentase maksimal 2 % : Angka persentase tertinggi yang diperkenankan sebagai angka penggali komponen perhitungan retribusi IMB.

Adapun tata cara pemungutan retibusi ini dilaksanakan dengan menggunakan surat ketetapan retribusi daerah (SKRD), yaitu surat keputusan yang menvcntumkan besarnya jumlah retribusi yang terhitung. Hasil pemungutan retribusi tersebut kemudian disetorkan ke kas daerah melalui bendaharawan khusus penerimaan pada kantor dinas pendapatan Pemerintah daerah Binjai.


(62)

BAB IV PENYAJIAN DATA

Pada bab ini akan dipaparkan hasil-hasil penelitian berupa data primer yang telah diperoleh dari lapangan. Data primer ini diperoleh melalui kuesioner yang telah didistribusikan kepada 30 orang masyarakat yang mengurus izin mendirikan bangunan dan 8 orang pegawai di lingkungan Dinas Tata Ruang dan Pemukiman yang benar-benar mengetahui tata cara pengurusan retribusi izin mendirikan.

4.1. Deskripsi Data Identitas Responden

Data identitas responden mencakup distribusi data responden menurut jenis kelamin, pendidikan terakhir, golongan/pangkat dan lamanya bekerja. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka identitas responden dapat diuraikan seperti dibawah ini.

4.1.1. Jenis Kelamin

Jenis kelamin responden terdiri dari laki-laki dan perempuan. Dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

1 Laki-laki 29 76

2 Perempuan 9 24

Jumlah 38 100


(63)

Berdasarkan tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa dari totalitas responden sebanyak 38 orang terdapat 29 (76%) yang berjenis kelamin laki-laki, dan 9 orang (24%) berjenis kelamin perempuan.

4.1.2. Tingkat Pendidikan

Kategori tingkat pendidikan responden terdiri dari SMU/Sederajat, Program Diploma, dan Sarjana. Hal ini dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)

1 SLTA/Sederajat 20 53

2 Diploma 8 21

3 Sarjana 10 26

Jumlah 38 100

Sumber : Kuesioner Penelitian, 2010

Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa umumnya responden mempunyai tingkat pendidikan SLTA yaitu sebanyak 20 orang (53%) responden, sementara tingkat pendidikan sarjana 10 orang (26%) responden, dan 8 orang (21%) responden untuk tingkat diploma.

4.1.3. Jenis Pekerjaan

Kategori pekerjaan terdiri dari pegawai negeri, pegawai swasta, wiraswsta dan petani yang akan disajikan pada tabel berikut:


(64)

Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan

No Pekerjaan Jumlah Persentase (%)

1 Pegawai negeri 10 26

2 Pegawai swasta 4 11

3 Wiraswasta 10 26

4 Petani 14 37

Jumlah 38 100

Sumber : Kuesioner Penelitian, 2010

Berdasarkan tabel 3 di atas dapat diketahui bahwa kebanyakan jenis pekerjaanya adalah petani sebanyak 14 orang (37%) responden, sebanyak 10 orang (26%) responden masing-masing untuk pegawai negeri dan wiraswasta, dan 4 orang (11%) responden untuk pegawai swasta.

4.2. Informasi Responden

Data variabel penelitian adalah distribusi jawaban responden atas kuesioner tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan dalam Meningkatkan Penerimaan PAD pada Dinas Tata Ruang, Perumahan dan Pemukiman Pemerintah Kota Binjai dimana analisis disajikan dalam tabel frekuensi tunggal yang menunjukkan kategori pertanyaan, jumlah responden yang menjawab pertanyaan dan persentase jawaban dari keseluruhan responden terhadap setiap pertanyaan yang ada dalam kuesioner. Untuk mengukur variabel Retribusi Izin Mendirikan Bangunan dalam Meningkatkan Penerimaan PAD pada Dinas Tata Ruang, Perumahan dan Pemukiman Pemerintah


(65)

Kota Binjai dapat dilihat dari subvariabel retribusi izin mendirikan bangunan dan pendapatan asli daerah.

4.2.1. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

Retribuzi izin mendirikan bangunan dapat diukur melalui indikator : prosedur izin mendirikan bangunan, besarnya tarif, dan kesadaran masyarakat. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan melalui tabel-tabel di bawah ini.

Tabel 4. Distribusi Jawaban Responden Tentang Prosedur Pengurusan Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

No Jawaban Jumlah Persentase (%)

1 Sangat berbelit-belit - -

2 Berbelit-belit 16 42

3 Tidak berbelit-belit 22 58

Jumlah 38 100

Sumber : Kuesioner Penelitian, 2010

Berdasarkan tabel 4 di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 22 orang (58%) menyatakan prosedur pengurusan IMB tidak berbelit-belit, dan sebanyak 16 orang (42%) menyatakan berbelit-belit.


(66)

Tabel 5 : Distribusi Jawaban Responden tentang Persyaratan IMB

No Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1 Tidak menyulitkan 34 89

2 Menyulitkan 4 11

3 Sangat menyulitkan - -

Jumlah 38 100

Sumber : Kuesioner Penelitian, 2010

Berdasarkan tabel 5 di atas dapat kita lihat bahwa sebanyak 34 orang (89%) responden menyatakan syarat-syarat dalam mengurus IMB tidak menyulitkan dan sebanyak 4 orang (11%) responden menjawab menyulitkan.

Tabel 6 : Distribusi Jawaban Responden Tentang Keterlibatan Orang Lain (Calo) Dalam Mengurus IMB

No Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1 Meminta bantuan orang lain 7 18 2 Tidak meminta bantuan 31 82

3 Tidak tahu - -

Jumlah 38 100

Sumber : Kuesioner Penelitian, 2010

Berdasarkan tabel 6 di atas dapat kita lihat bahwa sebanyak 31 orang (82%) responden yang melakukan pengurusan IMB tidak meminta bantuan orang lain (calo), dan sebanyak 7 orang (18%) responden menjawab meminta bantuan orang lain.


(67)

Tabel 7 : Distribusi Jawaban Responden Tentang Perlunya Sanksi Hukum Bagi Bangunan Yang Tidak Memiliki IMB

No Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1 Perlu 31 82

2 Kurang perlu 4 10

3 Tidak perlu 3 8

Jumlah 38 100

Sumber : Kuesioner Penelitian, 2010

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 31 orang (82%) responden menjawab bahwa perlu ada sanksi hukum, sebanyak 4 orang (10%) menyatakan kurang perlu, dan sebanyak 3 orang (8%) menjawab tidak perlu.

Tabel 8 : Distribusi Jawaban Responden Tentang Penyesuaian Antara Izin Yang Diurus Dengan Peruntukan Bangunan

No Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1 Sesuai 28 74

2 Kurang sesuai 5 13

3 Tidak sesuai 5 13

Jumlah 38 100

Sumber : Kuesioner Penelitian, 2010

Dari tabel 8 diatas, dapat kita ketahui bahwa sebanyak 28 orang (74%) responden menjawab izin yang diurus sesuai dengan peruntukan bangunan, sebanyak


(68)

5 orang (13%) menyatakan kurang sesuai, dan 5 orang (13%) responden menjawab tidak sesuai.

Tabel 9 : Distribusi Jawaban Responden Tentang Pentingnya Melakukan Pendataan Ulang Terhadap Bangunan Di Kota Binjai

No Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1 Perlu 35 92

2 Kurang perlu 3 8

3 Tidak perlu - -

Jumlah 38 100

Sumber : Kuesioner Penelitian, 2010

Dari tabel 9 di atas, dapat kita ketahui bahwa sebanyak 35 orang (92%) responden menjawab bahwa Dinas Tarukim perlu melakukan pendataan ulang terhadap bangunan di pemerintahan Binjai, dan sebanyak 3 orang (8%) responden menjawab kurang perlu.

Tabel 10 : Tanggapan Responden Tentang Tarif yang Dikenakan

No Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1 Sangat memberatkan 2 5

2 Memberatkan 8 21

3 Tidak memberatkan 28 74

Jumlah 38 100


(69)

Dari tabel 10 di atas kita lihat bahwa sebanyak 28 orang (74%) responden menjawab bahwa tarif yang dikenakan tidak memberatkan, sebanyak 8 orang (21) menjawab tarif yang dikenakan memberatkan, dan sebanyak 2 orang (5%) menjawab sangat memberatkan.

Tabel 11. Distribusi Jawaban Responden Tentang Adanya Pembayaran Tarif Lain Yang Dikenakan Dalam Mengurus IMB

No Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1 Membayar 33 87

2 Tidak Membayar 1 3

3 Tidak tahu 4 10

Jumlah 38 100

Sumber : Kuesioner Penelitian, 2010

Berdasarkan tabel 11 di atas dapat kita lihat bahwa sebanyak 33 orang (87%) responden menjawab tarif lain, sebanyak 4 orang (10%) menyatakan tidak tahu, dan sebanyak 1 orang (3%) responden menjawab tidak membayar.

Tabel 12. Distribusi Jawaban Responden Tentang Adanya Keberatan Atas Pengaturan Pengenaan Tarif dalam Pengurusan IMB

No Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1 Ada 3 8

2 Kadang-kadang 6 16

3 Tidak ada 6 76


(70)

Dari tabel di atas, dapat kita ketahui bahwa sebanyak 29 orang (76%) responden menyatakan tidak ada keberatan atas aturan pengenaan tarif dalam mengurus IMB, sebanyak 6 orang (16%) responden menyatakan kadang-kadang keberatan dan 3 orang (8%) responden menyatakan keberatan.

Tabel 13. Tanggapan Responden Terhadap Pentingnya Peraturan izin Mendirikan Bangunan

No Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1 Penting 32 84

2 Kurang penting 6 16

3 Tidak penting - -

Jumlah 38 100

Sumber : Kuesioner Penelitian, 2010

Berdasarkan tabel 13 di atas dapat diketahui bahwa 32 responden (84%) menyatakan bahwa peraturan tentang izin mendirikan bangunan penting dan 6 responden (16%) menyatakan kurang penting.

Tabel 14. Distribusi Jawaban Responden Tentang Perlunya Penyuluhan

No Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1 Perlu 38 100

2 Kurang perlu - -

3 Tidak perlu - -

Jumlah 38 100


(71)

Dari tabel 14 di atas dapat dilihat bahwa semua responden (100%) menjawab hanya Dinas Tata Ruang, Perumahan dan Pemukiman Pemerintah Kota Binjai perlu melakukan kegiatan penyuluhan kepada masyarakat.

Tabel 15. Distribusi Jawaban Responden Apakah Dinas Tarukim Pemerintah Kota Binjai Telah Melakukan Sosialisasi Tentang Prosedur Pengurusan

No Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1 Sering 2 5

2 Jarang 33 87

3 Tidak pernah 3 8

Jumlah 38 100

Sumber : Kuesioner Penelitian, 2010

Berdasarkan tabel 15 di atas dapat kita lihat bahwa sebanyak 33 orang (87%) responden menjawab bahwa Dinas Tarukim jarang memberikan sosialsiasi, sebanyak 3 orang (8%) menjawab tidak pernah, dan sebanyak 2 orang (5%) responden menjawab sering.

Tabel 16. Distribusi Jawaban Responden Tentang Retribusi IMB Dapat Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah

No Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1 Setuju 5 13

2 Kurang setuju 29 76

3 Tidak setuju 4 11


(72)

Dari tabel 16 di atas dapat kita ketahui bahwa sebanyak 29 (76%) responden menyatakan setuju bahwa retribusi IMB dapat meningkatkan PAD, sebanyak 5 orang (13%) kurang setuju, dan sebanyak 4 orang (11%) menjawab tidak setuju.

Tabel 17. Distribusi Jawaban Responden Tentang Pelaksanaan IMB Saat Ini Berjalan Dengan Baik

No Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1 Sudah berjalan baik 6 16

2 Berjalan kurang baik 31 82

3 Tidak baik 1 2

Jumlah 38 100

Sumber : Kuesioner Penelitian, 2010

Dari tabel 17 di atas, dapat kita ketahui bahwa sebanyak 31 orang (82%) responden menyatakan pelaksanaan IMB berjalan kurang baik, sebanyak 6 orang (16%) menyatakan berjalan baik, dan 1 orang (2%) responden menjawab tidak baik.

Tabel 18. Distribusi Jawaban Responden Tentang Perlunya Pengelolaan IMB Dengan Efisien

No Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1 Setuju 38 100

2 Kurang setuju - -

3 Tidak setuju - -

Jumlah 38 100


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)