22 2
Melalui Budaya Sekolah Penanaman nilai-nilai karakter dalam budaya sekolah mencakup kegiatan-
kegiatan yang dilakukan kepala sekolah, guru, konselor, tenaga administrasi ketika berkomunikasi dengengan siswa dan fasilitas sekolah TIM, 2010. Kepala
sekolah dan seluruh elemen yang guru dan karyawan senantiasa membiasakan memberikan keteladanan dalam keseharian dalam mengamalkan pendidikan
karakter. Pendidikan karakter ini harus dikelola dan direncanakan dengan baik, agar terlaksana secar optimal. Pengelolaan yang dimaksud adalah bagaimana
pembentukan karakter dalam pendidikan direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan. Dengan pengelolaan yang baik maka implementasi pendidikan
karakter melalui budaya sekolah dapat terlaksana dengan baik. 3
Melalui Ekstrakurikuler Secara Terpadu Menurut Zainal Aqip Sujak 2011: 14-15 kegiatan ekstrakurikuler adalah
kegiatan pendidikan diluar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi,
bakat, dan minat melalui kegiatan. Dengan menyisipkan nilai-nilai karakter dalam ekstrakurikuler dimaksudkan sebagai pembiasaan dan penguatan dalam rangka
pengembangan karakter.
4. Interaksi Teman Sebaya a Interaksi Sosial
Interaksi sosial adalah suatu hubungan antara individu atau lebih, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki
kelakuan individu yang lain atau sebaliknya menurut Borner dalam Abu Ahmadi 2002: 54. Dalam hal mempengaruhi orang lain setiap individu memiliki
kemampuan yang berbeda-beda. Orang yang memiliki prinsip dan kepribadian
23 yang mantap maka akan cenderung mempengaruhi orang lain, demikian
sebaliknya orang yang tidak memiliki prinsip dan kepribadian yang mantap maka cenderung dipengaruhi oleh orang lain.
Interaksi sosial pada manusia dimulai dari sejak lahir, yaitu interaksi antara ibu dan anak. Interaksi ini kemudian berkembang ke lingkungan keluarga,
kemudian berkembang lagi ke lingkungan masyarakat. Interaksi sosial dapat terjadi dengan 3 syarat, yaitu : 1 adanya dua orang atau lebih, 2 adanya
tujuan bersama, 3 adanya kesamaan konsep Andreas, 2006. Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat lebas dari orang lain dan selalu membutuhkan
bantuan orang lain, sehingga manusia setiap waktu selalu melakukan interaksi dengan orang lain.
Manusia dalam kehidupan bermasyarakat memiliki 2 fungsi, yaitu sebagai subjek dan sebagai objek Abu Ahmadi, 2002: 53. Lebih lanjut lagi Beliau
menjelaskan bahwa sebagai subjek manusia bersifat aktif dalam menghadapi dunia sekitar, artinya berusaha mempengaruhi, menguasai, mengubah dalam
batas-batas kemungkinannya. Menurut Beliau sebagai objek lingkungan memiliki peranan terhadap individu ke dalam tingkah laku, perbuatan, fikiran, sikap,
perasaan, dan kemauan. Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa manusia merupakan satu kesatuan dengan lingkungan karena manusia
tidak dapat lepas serta selalu membutuhkan lingkungan. Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulakan bahwa interaksi
sosial yaitu suatu hubungan antara individu atau lebih, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang
lain atau sebaliknya. Hubungan manusia dengan lingkungan, meliputi: 1
24 individu dapat bertentangan dengan orang lain, 2 dapat menggunakan
lingkungan, 3 dapat berpartisipasi dengan lingkungan, 4 dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan.
b Faktor-Faktor yang Mendasari Interaksi Sosial
Faktor-faktor yang mendasari berlangsungnya interaksi sosial menurut Abu Ahmadi yaitu : 1 factor imitasi, 2 factor sugesti, 3 factor identifikasi, 4
factor simpati Bimo Walgito, 2003 Imitasi adalah dorongan untuk meniru orang lain. Imitasi memiliki peranan
pentin dalam interaksi sosial, namun bukan merupakan satu-satunya factor yang mendasari interaksi sosial. Imitasi tidak berlangsung secara otomatis melainkan
terdapat factor lain yang berperan dalam proses imitasi. Sugesti adalah pengaruh psikis baik yang datang dari diri sendiri maupun
datang dari orang lain. Sugesti dibedakan menjadi 2, yaitu: 1 auto-sugesti, 2 hetero-sugesti. Auto-sugesti adalah sugesti terhadap diri sendiri yang datang dari
dalam diri seseorang. Hetero-sugesti adalah sugesti yang datang dari luar dirinya orang lain. Sugesti tersebut dapat berbentuk sugesti baikmenyenangkan
ataupun sebaliknya. Identifikasi merupakan dorongan untuk menjadi identik sama dengan
orang lain. Identifikasi yang dimaksud berkaitan dengan norma-norma yang berlaku. Secara garis besar cara anak dalam mempelajari norma-norma sosial
dari orang tuanya, pertama dengan mempelajari dan menerima norma-norma
yang diajarkan oleh orang tuanya. Kedua dengan cara indentifikasi secara sadar
terhadap norma-norma sosial ke dua orang tuanya. Dengan kata lain identifikasi adalah menimbang dan menilai orang lain terhadap perilaku.
25 Simpati merupakan perasaan tertariknya seseorang terhadap orang lain
berkaitan dengan emosi. Rasa simpati ini bisa juga disebabkan oleh rasa kasihan melihat sesorang atau rasa kagum terhadap seseorang dalam melakukan suatu
hal.
c Interaksi Teman Sebaya
Interaksi teman sebaya adalah teman sekolah dan atau teman di luar sekolah Rita Eka Izzaty, 2008: 114-117. Interaksi teman sebaya ini merupakan
bagian dari interaksi sosial. Dalam interaksi pasti terjadi komunikasi satu dengan yang lain. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa interaksi
teman sebaya adalah suatu hubungan antara individu dengan teman sebaya, dimana kelakuan teman sebaya mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki
kelakuan individu atau sebaliknya. Teman sebaya memiliki pengaruh besar bagi arah perkembangan sosial
anak. Pengaruh positif cenderung akan diperoleh ketika individu bergaul dengan teman sebaya yang memiliki akhlak yang baik, demikian sebaliknya pengauh
negative diperoleh ketika individu berinteraksi dengan teman yang memiliki akhlak yang buruk. Dengan demikian setiap individu harus berhati-hati dalam
melakukan interaksi dengan teman sebaya. Pada usia remaja pergaulan akan semakin luas dengan teman dan
lingkungan yang baru sehingga interaksi pun menjadi komplek. Interaksi dengan teman sebaya dibutuhkan kompetensi sosial berupa kemampuan dan
keterampilan dalam berinteraksi. Interaksi siswa di sekolah cenderung berkaitan dengan belajar, seperti yang dikemukakan Topping 2005: 631, yaitu:
“…Peer learning can be defined as the acquisition of knowledge and skill through
26 active helping and supporting among status equals or matched
companions …”
Pendidikan karakter yang dilakukan teman sebaya mengarah kepada cara berkomunikasi atau berinteraksi sesama teman. Proses interaksi saling
mempengaruhi dalam bersikap dan berperilaku yang baik. Organisasi sosial seperti OSIS, ROHIS, dan PRAMUKA dapat menjadi wahana belajar berlatih
dalam berinteraksi individu siswa satu dengan yang lainnya dalam membentuk karakter yang baik. Bentuk interaksi teman sebaya melingkupi kerjasama,
tanggungjawab, persaingan sehat, berfikir memecahkan masalah, mengambil keputusan, dan belajar mengenal orang lain. Bentuk-bentuk interaksi teman
sebaya ini sesuai pendapat Ridwan Effendi 2010 tentang bentuk interaksi sosial yaitu kerjasama, persaingan, dan pertentangan.
Berdasarkan pemaparan-pamaparan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa interaksi teman sebaya adalah suatu hubungan antara individu dengan
teman sebaya, dimana kelakuan teman sebaya mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu atau sebaliknya. Bentuk interaksi teman sebaya
berupa kerjasama, persaingan dan pertentangan.
B. Penelitian yang Relevan