PENGARUH INTERAKSI TEMAN SEBAYA TERHADAP PERILAKU PENGGUNAAN INTERNET PADA SISWA KELAS XI DI SMK N 2 YOGYAKARTA.

(1)

PENGARUH INTERAKSI TEMAN SEBAYA TERHADAP PERILAKU PENGGUNAAN INTERNET PADA SISWA

KELAS XI DI SMK N 2 YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Khoirul Muna NIM 11104241061

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN


(2)

PERSETUJUAN

Skripsi berjudul “PENGARUH INTERAKSI TEMAN SEBAYA TERHADAP PERILAKU PENGGUNAAN INTERNET PADA SISWA KELAS XI SMK N 2 YOGYAKARTA.” Yang disusun oleh Khoirul Muna, NIM 11104241061 ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diujikan.

Yogyakarta, Oktober 2016 Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Agus Triyanto, M.Pd


(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diambil oleh orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang digunakan.

Tanda tangan dosen penguji yang tertera dalam lembar pengesahan adalah asli. Jika tidak asli, saya siap menerima sanksi ditunda yudisium pada periode berikutnya.

Yogyakarta, Oktober 2016 Yang menyatakan,

Khoirul Muna NIM. 11104241061


(4)

PENGESAHAN

Skripsi berjudul “PENGARUH INTERAKSI TEMAN SEBAYA TERHADAP

PENGGUNAAN INTERNET PADA SISWA KELAS XI SMK N 2

YOGYAKARTA” yang disusun oleh Khoirul Muna, NIM 11104241061 ini telah dipertahankan didepan Dewan Penguji pada tanggal September 2016 dan dinyatakan lulus.

DEWAN PENGUJI

Nama Jabatan Tanda Tangan Tanggal

Agus Triyanto M.Pd Ketua Penguji ... ... Sugiyanto, M.Pd Sekretaris Penguji ... ... Deni Hardianto, M.Pd Penguji Utama ... ...

Yogyakarta,... Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Dekan,

Dr. Haryanto, M.Pd


(5)

MOTTO

Kehidupan yang baik adalah sebuah proses, bukan suatu keadaan yang ada dengan sendirinya. Kehidupan sendiri adalah arah bukan tujuan

(Carl Rogers)

Ing ngarsa sung tuladha, Ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani (Ki Hadjar Dewantara)

Perkecillah dirimu, maka kau akan tumbuh lebih besar dari dunia. Tiadakan dirimu, maka jati dirimu akan terungkap tanpa kata-kata

(Jalaluddin Rumi)

Menuntut ilmu adalah taqwa. Menyampaikan ilmu adalah ibadah. Mengulang-ulang ilmu adalah dzikir. Mencari ilmu adalah jihad


(6)

PERSEMBAHAN

Karya ini penulis persembahkan kepada:

1. Bapakku Mansur dan Ibuku Sariyah yang selalu mendo’akanku. 2. Almamater, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta 3. Nusa dan Bangsa


(7)

PENGARUH INTERAKSI TEMAN SEBAYA TERHADAP PERILAKU PENGGUNAAN INTERNET PADA SISWA

KELAS XI DI SMK N 2 YOGYAKARTA Oleh

Khoirul Muna NIM 11104241061

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) tingkat interaksi teman sebaya siswa kelas XI SMK N 2 Yogyakarta. (2) tingkat penggunaan internet siswa kelas XI SMK N 2 Yogyakarta. (3) pengaruh intraksi teman sebaya terhadap penggunaan internet siswa kelas XI SMK N 2 Yogyakarta.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis regresi. Penelitian ini dilakukan di SMK N 2 Yogyakarta pada bulan Mei 2016. Sampel diambil menggunakan teknik Simple Random Sampling dengan jumlah 668 siswa. Alat pengumpul data berupa skala interaksi teman sebaya dan skala intensitas penggunaan interenet. Uji validitas dan reliabilitas instrumen dihitung dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach. Analisis data menggunakan teknik regresi sederhana.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang berinteraksi dengan teman sebaya kategori tinggi sebanyak 17% atau setara dengan 17 siswa, kategori sedang 73% atau setara 73 siswa, dan kategori rendah sebanyak 10% atau sebanyak 10 siswa. Siswa yang memiliki intensitas penggunaan internet dengan kategori tinggi sebanyak 14% atau setara 14 siswa, kategori sedang sebanyak 67% atau setara dengan 67 siswa, dan kategori rendah sebanyak 19% atau setara dengan 19 siswa. Terdapat pengaruh yang signifikan antara interaksi teman sebaya dengan intensitas penggunaan internet pada siswa kelas XI SMK N 2 Yogyakarta, sehingga dapat diartikan interaksi teman sebaya memprediksi intensitas penggunaan internet sebesar 64%.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi yang

berjudul “Pengaruh Interaksi Teman Sebaya terhadap Penggunaan Internet pada

Siswa Kelas XI SMK N 2 Yogyakarta”.

Tugas Akhir Skripsi ini dapat terselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan untuk menjalani dan menyelesaikan studi.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan fasilitas akademik sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi.

3. Bapak Agus Triyanto, M.Pd selaku dosen pembimbing yang telah berkenan meluangkan waktu, membimbing, memberikan ilmu, dan mengarahkan, serta memberikan masukan kepada penulis selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi.

4. Seluruh dosen jurusan Psikologi dan Bimbingan FIP UNY atas ilmu yang bermanfaat selama penulis menjalani studi.

5. Kepala SMK N 2 Yogyakarta, Bapak Sentot Hargiardi, MM yang telah memberikan izin dan dukungan pada penelitian ini.

6. Kedua orang tua saya, Bapak Mansur dan Ibu Sariyah yang telah memberikan doa dan selalu berusaha membantu baik secara moril maupun materi. Semoga


(9)

Allah SWT senantiasa memberi kesehatan, perlindungan, dan limpahan kebahagiaan dunia akhirat. Aamiin.

7. Seluruh teman-teman santri Pondok Pesantren Inayatullah yang saya sayangi 8. Seluruh teman-teman khususnya BK B 2011 yang telah memberikan banyak

kenangan, keceriaan, dan kebahagiaan sepanjang penulis menjalankan studi. 9. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, baik secara langsung

maupun tidak langsung telah membantu penulis dalam penyelesaian Tugas Akhir Skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa tanpa kehadirat Allah SWT, penulisan skripsi ini tidak akan terwujud, begitupun atas bantuan berbagai pihak, baik moral, maupun spiritual. Penulis mengucapkan terimakasih atas bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak.

Yogyakarta, Oktober 2016 Penulis


(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

HALAMAN PERNYATAAN... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

MOTTO... v

PERSEMBAHAN... vi

ABSTRAK... vii

KATA PENGANTAR... viii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah... 9

C. Batasan Masalah... 10

D. Rumusan Masalah... 10

E. Tujuan Penelitian... 11

F. Manfaat Penelitian... 11

BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan tentang Remaja... 13

1. Pengertian Remaja... 13

2. Aspek-aspek Perkembangan Remaja... 14

3. Tugas Perkembangan Remaja... 18

4. Ciri-ciri Remaja... 20

5. Karakteristik Penggunaan Internet pada Remaja... 21

B. Tinjauan tentang Interaksi Teman Sebaya... 23


(11)

2. Faktor Interaksi Teman Sebaya... 26

3. Bentuk-bentuk Interaksi Teman Sebaya... 28

4. Aspek-aspek Interaksi Teman Sebaya... 30

5. Pengaruh Teman Sebaya... 32

6. Popularitas, Pengabdian, dan Penolakan Teman Sebaya... 39

C. Tinjauan tentang Perilaku Penggunaan Internet... 41

1. Pengertian Internet... 41

2. Pengertian Intensitas Menggunakan Internet... 42

3. Aspek-aspek dalam Intensitas Menggunakan Internet... 43

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Intensitas Penggunaan Internet... 46

5. Dampak Positif dan Negatif Penggunaan Internet... 47

D. Kerangka Pikir... 50

E. Hipotesis Penelitian... 53

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian... 54

B. Tempat dan Waktu Penelitian... 54

C. Variabel Penelitian... 55

D. Populasi dan Sampel Penelitian... 55

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian... 57

F. Metode dan Teknik Pengumpulan Data... 58

G. Instrumen Penelitian... 59

H. Pengujian Instrumen... 63

I. Teknik Analisis Data... 66

J. Uji Prasyarat Analisis... 69

K. Uji Hipotesis... 70

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi dan Hasil Penelitian... 71

1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 71


(12)

4. Deskripsi Data dan Kategorisasi... 72

B. Pengujian Prasyarat Analisis... 77

1. Uji Normalitas... 77

2. Uji Linearitas... 80

C. Pengujian Hipotesis... 81

D. Pembahasan... 83

E. Keterbatasan Penelitian... 88

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 89

B. Saran... 90

DAFTAR PUSTAKA... 92


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Skor Pernyataan pada Skala Instrumen... 59

Tabel 2. Kisi-kisi Skala Interaksi Teman Sebaya... 60

Tabel 3. Kisi-kisi Intensitas Penggunaan Internet... 62

Tabel 4. Penentuan Skor Data Interaksi Teman Sebaya... 67

Tabel 5. Kategorisasi Interaksi Teman Sebaya... 68

Tabel 6. Penentuan Skor Data Intensitas Penggunaan Internet... 68

Tabel 7. Kategorisasi Intensitas Penggunaan Internet... 69

Tabel 8. Hasil Deskripsi Data Interaksi Teman Sebaya... 73

Tabel 9. Distribusi Frekuensi Kategorisasi Interaksi Teman... 74

Tabel 10. Hasil Deskripsi Data Intensitas Penggunaan Internet... 75

Tabel 11. Distribusi Frekuensi Kategorisasi Intensitas Penggunaan Internet... 76

Tabel 12. Hasil SPSS One-Sample Kolomogorov-Smirnov Test... 79

Tabel 13. Hasil Uji Linearitas... 80

Tabel 14. Hasil Besar Sumbangan X terhadap Y (Rsquare)... 81


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Paradigma Penelitian... 53 Gambar 2. Diagram Distribusi Frekuensi kategorisasi Interaksi Teman Sebaya... 74 Gambar 3. Diagram Distribusi Frekuensi Kategorisasi Intensitas Penggunaan

Internet... 76 Gambar 4. Grafik Normal Probality Plot... 78 Gambar 5. Histogram Uji Normalitas Rasidual... 78


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Uji Expert Judgement... 96

Lampiran 2. Instrumen Penelitian... 104

Lampiran 3. Distribusi Populasi Penelitian... 110

Lampiran 4. Distribusi Sampel Penelitian... 111

Lampiran 5. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas... 112

Lampiran 6. Uji Normalitas, Uji Linearitas, dan Uji Hipotesis... 120

Lampiran 7. Surat Izin Penelitian... 122


(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi yang semakin canggih dan pesat saat ini telah membawa dampak bagi perkembangan dunia pendidikan di Indonesia. Masuknya budaya, gaya hidup modern tidak lepas dari informasi melalui media internet yang begitu cepat. Perkembangan teknologi yang semakin pesat ini membuat banyak orang bergantung pada kecanggihan teknologi. Komputer saat ini tidak hanya digunakan oleh orang dewasa atau bagi mereka yang bekerja. Anak-anak usia dini kini mulai menggunakan komputer walau hanya sekedar bermain games, sedangkan bagi anak-anak usia sekolah, komputer membantu mereka dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah, sehingga kegunaan buku sebagai sarana siswa dalam belajar mulai tersaing oleh adanya teknologi yang bernama internet.

Internet merupakan sistem atau jaringan pada komputer yang saling terhubung sebagai sarana inti untuk berkomunikasi. Sistem internet dapat meliputi seluruh dunia dan mengandung ribuan koneksi dari jaringan komputer, memberikan sejumlah informasi yang luar biasa banyaknya yang dapat ditelusuri oleh siswa, NCEC (2005) dalam Santrock (2007: 218). Berdasarkan paparan di atas menunjukan bahwa internet memiliki peran penting dalam perkembangan teknologi modern. Internet dalam dunia pendididkan dapat memberikan informasi yang lebih cepat dibandingkan dengan buku. Oleh karena itu internet memungkinkan siswa-siswi modern


(17)

yang haus informasi menjadi lebih memilih menggunakan internet dibandingkan dengan buku sebagai tempat memperoleh informasi.

Arus globalisasi yang dirasakan bangsa Indonesia telah banyak membawa perubahan gaya hidup masyarakat Indonesia terutama remaja. Tidak hanya komputer, kini penggunaan internet telah merambah pada perangkat mobile seperti smartphone dan tablet. Berkembangnya berbagai jenis ponsel generasi terbaru yang telah menunjukkan kesiapannya sebagai perangkat multiguna, peralatan komunikasi, komputasi, dan internet (Novida, 2010: 87). Hal tersebut menjadikan internet mudah diakses kapan saja dimana saja. Internet menawarkan berbagai fasilitas yang menarik bagi penggunanya, mulai dari komunikasi secara online melalui berbagai situs jejaring sosial seperti facebook, BBM, youtube, instagram maupun twitter. Selain sebagai sarana komunikasi, internet juga menawarkan kemudahan bagi pengaksesnya. Internet dapat memberikan berbagai macam informasi dan berita terbaru melalui situs online seperti detik.com, kompas.com, okezone.com. Selain itu, internet juga memberikan kemudahan dalam hal jual beli secara online melalui situs toko-toko online. Game online juga merupakan fasilitas yang ditawarkan dalam internet.

Internet telah menjadi bagian integral dari kehidupan bagi banyak siswa perkotaan. Sekolah menggunakan internet sebagai sarana untuk mengajar. Misalnya beberapa pekerjaan rumah dirancang sedemikian rupa sehingga siswa diwajibkan untuk mengumpulkan informasi secara online. Hal ini akan


(18)

yang dilakukan remaja dengan internet seperti bermain games, untuk interaksi sosial, komunikasi, dan pengambilan informasi mulai dari hal-hal akademis maupun non akademis serta mengunjungi situs pornografi (Patrick Soh Chin Hooi, 2010: 18). Kemudahan dalam mengakses internet memunculkan masalah baru dalam dunia pendidikan di Indonesia. Semakin tidak terhindarnya internet sebagai perlengkapan studi dan alat bantu pekerjaan membuat internet turut berperan dalam cara kita berpikir, berkomunikasi, berelasi, bereaksi, dan mengambil keputusan.

Internet banyak membantu manusia dalam segala aspek kehidupan sehingga internet mempunyai andil dalam kehidupan sosial. Seiring dengan adanya internet ada pula dampak positif maupun dampak negatifnya. Internet dapat mempermudah dalam memperoleh informasi, memperluas wawasan, menambah referensi baca, mempermudah mengerjakan tugas, memperluas jaringan komunikasi, mempermudah dalam bertransaksi dan berbisnis dalam bidang perdagangan (Canggih Guno Kusetyo, 2011: 32). Kekhawatiran tentang bagaimana media dapat mempengaruhi remaja sudah ada sejak hadirnya media itu sendiri. Pernyataan itu dikuatkan dengan penelitian mengenai efek media yang menunujukan bahwa pengaruh media mempengaruhi sikap dan perilaku penggunanya (Kaveri S dan David S, 2010: 123). Dihubungkan dengan internet adalah bila penggunaan online seperti bermain video games dan hiburan akan memiliki efek pada penggunanya. Katz dan Rice (2002: 34) mengungkapkan konsekuensi dari penggunaan internet dari segi interaksi sosial yaitu mendorong pornografi, membunuh


(19)

kreativitas, menurunkan kualitas produk intelektual, memungkinkan plagiat, dan menyebababkan kecanduan (seks, perjudian, game kekerasan, fantasi).

Salah satu mekanisme pengaruh berpusat pada penggunaan waktu online. Kerangka berpikirnya adalah bahwa aktivitas online tidak hanya waktu yang dihabiskan di internet tetapi juga waktu dari kegiatan lain. Artinya tidak melakukan aktivitas kecuali hanya berinternet. Ide ini tercermin dalam hipotesis perpindahan, yang berpendapat bahwa waktu adalah hal yang tidak dapat diulangi dan terbatas. Waktu yang dihabiskan di internet datang dengan mengorbankan kegiatan lain (Nie & Hillygus dalam Kaveri S dan David S, 2010: 123). Berkenaan dengan remaja, aktivitas yang mungkin dikorbankan karena penggunaan internet adalah tidur, partisipasi dalam kegiatan fisik misalnya olahraga, dan interaksi sosial dengan orang-orang tanpa bertatap muka.

Penggunaan internet dikalangan remaja seringkali lebih dikarenakan pada masa remaja merupakan masa dimana kedekatan seorang individu lebih dekat dengan teman sebayanya dibandingkan dengan keluarganya. Hal tersebut menyebabkan mereka banyak meluangkan waktunya untuk berinteraksi dengan teman sebayanya atau berada diluar rumah bersama teman-teman sebayanya sebagai kelompok, maka dapat dimengerti bahwa pengaruh teman-teman sebayanya terhadap sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku lebih besar daripada pengaruh keluarga (Achmad Juntika Nurihsan dan Mubiar Agustin, 2013: 79). Lebih lanjut Tarakanita


(20)

kelompok teman sebaya dapat membuat remaja memiliki kesempatan untuk melakukan berbagai hal yang belum pernah mereka lakukan serta belajar mengambil peran yang baru dalam kehidupannya sehingga penerimaan diri atas lingkungan teman sebaya menjadi sesuatu yang dianggap penting. Berbagai cara dapat dilakukan agar mereka diterima dikalangan teman sebaya.

Masa remaja merupakan masa yang sangat dinamis dalam tahapan kehidupan manusia yang ditandai berbagai percepatan bagi individu yang bersangkutan, baik dalam perkembangan fisik, kognitif, afektif, moral, maupun sosialnya (Santrock, 2003). Masa remaja adalah suatu masa yang sangat penting. Suatu masa disaat seseorang harus banyak belajar darinya mengenai berbagai segi kehidupan. Pengalaman dan penghayatan seseorang mengenai dirinya sendiri, lingkungan fisik, sosial budaya dan sekitarnya. Kondisi seperti ini sering menimbulkan kebingungan dan keraguan pada remaja sehingga menimbulkan krisis identitas yang seringkali menjadi akar suatu permasalahan segala bentuk perilakunya. Perilaku remaja seringkali ditunjukan dengan cara bergaul dengan teman sebaya, hidup secara berkelompok dan memilih pola hidup sendiri mengikuti perkembangan zaman.

Key (dalam Syamsu Yusuf, 2006: 72) menguraikan bahwa salah satu tugas perkembangan remaja adalah belajar bergaul dengan teman sebaya atau orang lain, baik secara individu maupun kelompok. Sebagai makhluk sosial, manusia tentunya tidak dapat hidup sendiri, sehingga mereka membutuhkan


(21)

teman dalam menjalani kehidupannya. Hal tersebut, ditunjukkan dengan keinginan untuk dapat diterima dalam kehidupan sosialnya. Bagi remaja, dapat diterima oleh teman sebayanya merupakan salah satu tugas perkembangan untuk mengetahui identitas atau pun jati diri mereka. Remaja mulai mengeksplorasi dunia luar dan menunjukkan motivasi kuat untuk dapat bersama teman sebaya dan kemudian menjadi mandiri (Santrock, 2003). Jika seorang remaja tidak dapat melewati tugas perkembangannya dengan baik atau melakukan kesalahan dalam hubungan sosialnya maka dapat berdampak pada penerimaan sosial sehingga menyebabkan ia ditolak atau diabaikan teman sebayanya. Hal tersebut mendasari remaja dalam menggunakan internet sebagai sarana bersosialisasi dan menunjukan identitasnya kepada teman sebayanya.

Pengaruh budaya yang ada di lingkungan seperti teman sebaya diduga menjadi pengaruh yang besar terhadap perilaku remaja dalam penggunaan internet. Persahabatan secara konsisten dilaporkan menjadi hal penting bagi kesehatan psikologis dan penyesuaian pada masa remaja (Armsden & Greenberg, 1987; Wilkinson & Kraljevic, 2004). Masa remaja adalah masa peralihan ketika pemuda mengorientasikan diri lebih ke arah teman-teman dan kurang terhadap orang tua (ML Cooper, Shaver, & Collins, 1998). Oleh karena itu, remaja mencari dukungan dari teman-teman mereka untuk memenuhi kebutuhan yang belum terpenuhi di lingkungan keluarga. Hal tersebut semakin diperkuat dengan fakta yang menyatakan bahwa intensitas


(22)

dengan bertambahnya usia. Menurut Santrock (1998) dalam suatu investigasi ditemukan bahwa anak berhubungan dengan teman sebaya 10% dari waktunya setiap hari pada usia 2 tahun, 20% pada usia 4 tahun, dan lebih dari 40% pada usia remaja.

Berdasarkan pandangan tersebut, jika dikaitkan dengan perilaku remaja, dapat dikatakan bahwa perilaku penggunaan internet remaja dipengaruhi oleh keberadaan teman sebaya. Remaja menjadikan orang dewasa dan teman sebaya sebagai model dari perilakunya. Remaja gemar chatting dengan teman satu sama lain, baik itu ditelepon, tatap muka maupun online. Chatting online adalah salah satu kegiatan utama remaja di internet (PI & ALP, 2005) Menurut survei Pew Internet (PI & ALP, 2005b), 75% online remaja menggunakan pesan instan untuk berkomunikasi dengan teman-teman mereka. Remaja masa kini menghadapi tuntutan dan harapan, demikian juga bahaya dan godaan, yang tampaknya lebih banyak dan kompleks dibandingkan dengan yang dihadapi remaja generasi yang lalu. (Feldman & Elliot, 1990; Hamburg, 1993; Hevhinger, 1992) dalam Santrock 2003: 17). Lebih lanjut (Beard dalam Price, 2011: 103) mengungkapkan bahwa budaya masyarakat modern menjadikan keharusan untuk menggunakan internet.

Fenomena penggunaan internet juga terlihat pada siswa di SMK N 2 Yogyakarta. Berdasarkan observasi dan hasil wawancara dengan Guru BK, diperoleh hasil bahwa siswa di SMK N 2 Yogyakarta menunjukan mayoritas siswa pengguna internet. Hal tersebut dilihat dari kegiatan siswa diluar jam pelajaran baik waktu istirahat maupun pulang sekolah siswa menggunakan


(23)

internet baik dari smartphone maupun laptop yang dimilikinya. Siswa SMK N 2 Yogyakarta gemar melakukan chatting dengan teman sebayanya baik langsung maupun online. Selain itu, siswa juga sering mengakses internet baik untuk browsing materi pembelajaran, mengerjakan tugas maupun untuk kepentingan hiburan seperti media sosial, games, maupun yang lainnya. Akan tetapi sebagian siswa belum bisa membagi waktu yang tepat dalam menggunakan internet antara belajar dan kepentingan hiburan semata. Terlihat sebagian siswa berani mengakses internet untuk kepentingan hiburan ketika KBM berlangsung sehingga mengganggu jam pembelajaran. Kasus lain, ada sebagian siswa yang terlihat pendiam dan menutup diri lebih sering terlihat aktif dimedia sosial seperti facebook, twitter maupun instagram. Hal ini didasari bahwa remaja membutuhkan teman untuk berinteraksi dan bersosialisasi. Orang yang kekurangan teman, juga menggunakan internet lebih berat untuk mengimbangi interaksi sosial (Amichai-Hamburger, 2003). Dengan kata lain, kurangnya teman dapat meningkatkan motivasi interaksi sosisal secara online. Sebagian siswa mengaku ketika bersama dengan teman sebayanya topik yang selalu menjadi pembicaraan selalu terkait dengan media sosial, game online dan hal baru yang sedang menjadi tranding topic di internet. Sehingga siswa yang tidak memiliki perangkat untuk mengakses internet akan terlihat minder dibandingkan dengan teman yang memiliki akses internet.


(24)

observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti di SMK N 2 Yogyakarta, hampir setiap hari siswa SMK N 2 Yogyakarta berinteraksi dengan teman sebayanya, baik ketika disekolah maupun ketika pulang sekolah. Interaksi yang terjadi bisa secara langsung maupun melalui dunia maya. Kedekatan antara siswa terlihat khususnya kelas XI di SMK N 2 Yogyakarta. Keberadaan teman sebaya merupakan suatu hal yang penting dalam perkembangan remaja, sehingga seringkali pengaruhnya dalam kehidupan remaja cukup besar. Selaras dengan penelitian yang dikemukakan oleh Hans Sebald (dalam Syamsu Yusuf, 2012: 60) bahwa teman sebaya lebih memberikan pengaruh dalam memilih cara berpakaian, hobi, perkumpulan dan kegiatan-kegiatan sosial lainnya. Melihat fenomena tersebut, menyebabkan peneliti tertarik untuk meneliti adakah pengaruh teman sebaya terhadap penggunaan internet pada siswa kelas XI di SMK N 2 Yogyakarta. B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat ditarik beberapa permasalahan yang timbul antara lain:

1. Sebagian besar siswa SMK N 2 Yogyakarta banyak menghabiskan waktunya untuk berinteraksi dengan teman sebaya untuk melakukan chatting baik secara langsung maupun online.

2. Sebagian siswa SMK N 2 Yogyakarta yang memiliki sifat pendiam cenderung aktif menggunaan internet untuk berintaraksi melalui media sosial.


(25)

3. Sebagian siswa SMK N 2 Yogyakarta memiliki kecenderungan mengakses internet seperti games online dan media sosial ketika KBM sedang berlangsung.

4. Sebagian siswa SMK N 2 Yogyakarta merasa minder dengan teman sebayanya ketika tidak menggunakan internet seperti teman lainnya. C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi permasalahan di atas, pada penelitian ini hanya akan meneliti pada pengaruh interaksi teman sebaya terhadap perilaku penggunaan internet pada siswa kelas XI di SMK N 2 Yogyakarta.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah yang diungkapkan di atas, maka rumusan penelitian yang peneliti tetapkan adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat penggunaan internet siswa kelas XI SMK N 2 Yogyakarta?

2. Bagaimana tingkat interaksi teman sebaya siswa kelas XI SMK N 2 Yogyakarta

3. Adakah pengaruh interaksi teman sebaya terhadap penggunaan internet pada siswa kelas XI SMK N 2 Yogyakarta?


(26)

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui tingkat penggunaan internet pada siswa kelas XI SMK N 2 Yogyakarta.

2. Mengetahui tingkat interaksi teman sebaya siswa kelas XI SMK N 2 Yogyakarta.

3. Mengetahui adanya pengaruh interaksi teman sebaya terhadap penggunaan internet siwa kelas XI SMK N 2 Yogyakarta.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan dapat menambah pengetahuan mengenai pengaruh interaksi teman sebaya terhadap penggunaan internet pada siswa kelas XI di SMK N 2 Yogyakarta.

2. Manfaat praktis a. Bagi guru BK

Bagi guru BK diharapkan dapat memperoleh tambahan informasi mengenai pengaruh interaksi teman sebaya terhadap penggunaan internet pada remaja, sehingga dapat membimbing dan mengarahkan siswanya terkait dengan penggunaan internet yang positif


(27)

b. Bagi Orang Tua

Bagi orang tua diharapkan penelitian ini mampu memberikan informasi mengenai pengaruh interaksi teman sebaya terhadap penggunaan internet sehingga orang tua dapat mengontrol dan mengawasi putra-putrinya.

c. Bagi Siswa

Bagi siswa diharapkan penelitian ini mampu memberikan informasi dan introspeksi sehingga dapat terhindar dari penggunaan internet yang negatif.


(28)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Tinjauan tentang Remaja 1. Pengertian Remaja

Kata remaja diterjemahkan dari lata dalam bahasa Inggris adolscence atau adoleceré (bahasa latin) yang berarti tumbuh atau tumbuh untuk masak, menjadi dewasa. Masa remaja ditinjau dari rentang kehidupan manusia merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa (Rita Eka Izzaty, dkk., 2008: 123). Lebih lanjut Santrock (2003: 26) mengungkapkan bahwa remaja adalah masa perkembangan transisi dari masa anak ke masa dewasa yang mencakup perubahan bioligis, kognitif, dan sosio-emosional.

Siti Rumini dan Siti Sundari (2004: 53-54) mendefinisikan masa remaja adalah masa peralihan di masa anak-anak dengan masa dewasa yang mengakami perkembangan semua aspek/fungsi untuk memasuki masa dewasa. Monks, Knoers, dan Haditono membedakan masa remaja menjadi empat bagian, yaitu masa pra-remaja 10-12 tahun, masa remaja awal 12-15 tahun, masa remaja pertengahan 15-18 tahun, dan masa remaja akhir 18-21 tahun (Deswita, 2006: 192).

Berdasarkan paparan definisi remaja di atas, remaja adalah tahapan perkembangan individu dari masa anak-anak ke masa dewasa, dimana dalam tahap tersebut akan ditandai dengan perubahan dan perkembangan fisik, kognitif, sosial dan perkembangan emosi. Perkembangan yang


(29)

terjadi pada diri remaja tersebut akan dialami secara bertahap dimana pada remaja satu dengan yang lainnya akan mengalami perkembangan dalam waktu yang tidak sama.

2. Aspek-aspek Perkembangan Remaja

Remaja adalah tahap peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Tahap ini berlangsung lebih singkat daripada tahap perkembangan yang lain, namun fase remaja disebut sebagai masa penting karena menentukan bagaimana kehidupan dewasa remaja tersebut nantinya. Seperti yang telah dikemukakan dalam pengertian remaja di atas bahwa remaja adalah kata lain dari adolscence yang berarti tumbuh, maka dalam tahapan ini remaja akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan antara lain:

a. Perkembangan Fisik

Hurlock (1980: 210) mengungkapkan bahwa pertumbuhan fisik remaja tidak akan sepenuhnya sempurna bahkan sampai masa remaja akhir. Terdapat penurunan dalam laju pertumbuhan remaja dan perkembangan internal remaja lebih menonjol daripada perkembangan eksternal remaja. Perkembangan internal remaja berkaitan dengan tinggi badan, berat badan, proporsi tubuh, organ seks, dan ciri-ciri seks sekunder. Kemudian perkembangan eksternal remaja yaitu meliputi sistem pencernaan, sistem peredaran darah, sistem pernapasan, sistem endokrin, dan jaringan tubuh.


(30)

Perkembangan fisik remaja akan berbeda satu sama lain, ada yang cepat namun ada juga yang lambat. Tidak semua remaja dapat menerima perubahan fisik yang mereka alami, sehingga menimbulkan perasaan tidak percaya diri. Rasa percaya diri pada remaja dapat mempengaruhi hubungan sosial remaja tersebut. Hal ini berlawanan dengan tugas perkembangan remaja yaitu mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita.

b. Perkembangan Kognitif

Piaget dalam teori perkembangan kognitif menekankan bahwa remaja terdorong untuk memahami dunianya karena tindakan remaja tersebut merupakan bentuk penyesuaian diri biologis. Pada tahap perkembangan ini remaja mulai memisahkan gagasan yang kurang penting dari gagasan-gagasan yang penting (Santrock, 2003: 105).

Remaja yang duduk dibangku SMA/SMK masuk pada tahapan remaja akhir. Remaja akhir mencapai puncak berfikir kognitif pada kemampuan berfikir abstrak. Santrock (2003: 126) mengungkapkan bahwa karakteristik yang paling menonjol dari pemikiran remaja adalah remaja berfikir lebih abstrak dibandingkan dengan pemikiran pada masa kanak-kanak. Remaja tidak lagi dibatasi dengan kenyataan dan aktual yang merupakan ciri periode konkret, remaja mulai menciptakan situasi-situasi fantasi dan mencoba berfikir dengan logis untuk mengatasi fantasi-fantasinya tersebut. Cara berpikir ini akan


(31)

membawa remaja untuk mebandingkan dirinya dengan orang lain menurut standar yang ia tetapkan.

c. Perkembangan Sosio-emosional

Perkembangan remaja yang selanjutnya yaitu perkembangan sosio-emosional. Hurlock (1980: 212) menyatakan bahwa masa remaja sebagai periode “badai dan tekanan” suatu masa dimana ketegangan emosi meningkat sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar.

Kematangan emosi pada remaja juga dapat diperoleh dari rasa aman yang didapatkan dalam sebuah hubungan sosial. Hal ini menunjukan bagaimana hubungan anatara perubahan emosi dan sosial pada remaja memengaruhi kehidupan sehari-hari. Seperti yang dikemukakan Santrock (2007) bahwa pengalaman lingkungan dapat memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap emosi remaja dibandingkan perubahan hormonal. Pada hakikatnya remaja menurut tugas perkembangan remaja yaitu mampu membangun hubungan sosial, oleh karena itu, suatu hubungan sosial memiliki arti penting bagi seorang remaja.

d. Perkembangan Kepribadian

Perkembangan kepribadian merupakaan aspek utama bagi kepribadian sehat yang mampu merefleksikan diri, kemampuan untuk memahami orang lain, dan beradaptasi dengan lingkungan sosial. Syamsu Yusuf (2006: 200) mengemukakan bahwa sifat-sifat


(32)

kepribadian mencerminkan perkembangan fisik, seksual, emosional, kognitif dan nilai-nilai.

Kepribadian remaja sangat menentukan bagaimana ia diterima dalam hubungan sosialnya. Oleh karena itu, jika seorang remaja tumbuh dengan kepribadian yang kurang baik, maka remaja akan mengalami permasalahan dalam hubungan sosialnya. Dampaknya remaja akan dijauhi bahkan dikucilkan dari pergaulannya.

e. Perkembangan Moral

Tugas perkembanagan remaja yang selanjutnya yaitu perkembangan moral. Seseorang dapat dikatakan bermoral, apabila tingkah laku orang tersebut sesuai dengan nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi oleh kelompok sosialnya. Sehingga tugas penting yang harus dikuasai remaja adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompok daripadanya dan kemudian mau membentuk perilakunya agar sesuai dengan harapan sosial tanpa terus dibimbing, diawasi, didorong, dan diancam hukuman seperti yang dialami waktu anak-anak.

f. Perkembangan Kesadaran Beragama

Remaja telah mengalami kemajuan dalam perkembangan kognitif. Hal tersebut memungkinkan remaja untuk dapat mempertanyakan tentang kebenaran keyakinan agama mereka sendiri. Berkembangnya keyakinan beragama seiring dengan mulainya seorang remaja menanyakan dan mempermasalahkan sumber-sumber otoritas


(33)

dalam kehidupan. Remaja bisa mengapresiasi kualitas keabsrakannya mengenai Tuhan sebagai yang Maha Adil dan Maha Kasih Sayang (Yusuf, 2006: 209).

Sejalan dengan pendapat Syamsu Yusuf di atas, Spika (dalam Santrock, 2003: 460) juga mengemukakan bahwa remaja lebih merasa tertarik kepada agama dan keyakinan spiritual daripada anak-anak. Pemikiran abstrak yang semakin meningkat dan pencarian identitas pada remaja membawa remaja kepada masalah agama dan spiritual. Seorang remaja yang kurang mendapat bimbingan keagamaan dalam lingkungan serta pergaulan dengan teman sebaya yang kurang menghargai nilai-nilai agama dapat memicu sikap remaja yang kurang baik seperti kurang bisa menghargai waktu, menghargai teman, bahkan kurang bisa menghargai guru maupun orang tuanya sendiri.

Dari beberapa penjelasan mengenai aspek perkembangan remaja di atas, maka dapat disimpulkan bahwa seorang remaja dalam tahap perkembangannya mengalami perkembangan fisik, kognitif, sosial, emosional, moral dan agama.

3. Tugas Perkembangan Remaja

Tugas perkembangan remaja menurut Havigurst (dalam Hurlock, 1980: 209-210) adalah sebagai berikut:

a. Mencapai hubungan-hubungan yang baru dan lebih matang dengan teman-teman sebaya dari kedua jenis;


(34)

c. Menerima dan menggunakan fisiknya secara efektif;

d. Mengaharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggungjawab;

e. Mempersiapkan karier ekonomi;

f. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga

g. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku mengembangkan ideologi.

Apabila dalam perkembangannya seorang individu berhasil menuntaskan tugas perkembangannya, maka akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan bagi individu tersebut dalam menuntaskan tugas berikutnya (Achmad Juntika Nurihsan dan Mubiar Agustin, 2013: 2). Lebih lanjut apabila seorang individu gagal menuntaskan tugas perkembangannya, maka akan menyebabkan ketidakbahagiaan bagi individu tersebut dan mengalami kesulitan dalam menuntaskan tugas-tugas berikutnya. Dengan demikian penting untuk seorang individu mengetahui tugas-tugas yang belum dan sudah dituntaskan sebagai bekal kebahagiaan dan kesuksesan dimasa yang akan datang.

Tugas perkembangan di atas harus dikuasai oleh remaja. Untuk menguasai tugas perkembangan yang penting dalam pembentukan hubungan–hubungan yang baru, dan lebih matang dengan teman sebaya dari kedua jenis. Konsep yang telah dimiliki ketika masih anak-anak harus dikembangkan oleh remaja dengan terus menambah pengalaman dan pelajaran dalam kehidupan sehari-hari.


(35)

4. Ciri-ciri Remaja

Masa remaja, seperti masa-masa sebelumnya memiliki ciri-ciri khusus yang membedakan masa sebelum dan sesudahnya. Hurlock (dalam Rita Eka Izzaty, dkk., 2008: 122) menjelaskan ciri-ciri tersebut sebagai berikut:

a. Masa remaja sebagai periode penting

Perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai dengan cepatnya perkembangan mental yang cepat menimbulkan penyesuaian mental dan membentuk sikap, nilai dan minat baru.

b. Masa remaja sebagai periode peralihan

Masa remaja merupakan peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, sehingga mereka harus meninggalkan segala sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan kemudian mempelajari pola perilaku dan sikap baru untuk tumbuh menjadi dewasa.

c. Masa remaja sebagai periode perubahan

Perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja antara lain meningginya emosi, perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan, berubahnya minat dan pola perilaku serta adanya sikap ambivalen terhadap setiap perubahan.

d. Masa remaja sebagai masa mencari identitas

Pada usia ini remaja mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi sama dengan teman-teman dalam segala hal.


(36)

Pada saat ini remaja berusaha menunjukkan siapa diri dan peranannya dalam kehidupan masyarakat.

e. Usia bermasalah

Pada masa ini pemecahan masalah remaja akan diselesaikan secara mandiri dan tidak mereka akan menolak bantuan dari orang tua maupun guru.

f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan atau kesulitan Timbulnya pandangan yang kurang baik atau bersifat negatif terhadap remaja akan menimbulkan stereotip yang mempengaruhi konsep diri dan sikap remaja terhadap dirinya.

g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik

Pada masa ini remaja memandang dirinya dan orang lain sebagaimana yang diinginkan bukan sebagaimana adanya, lebih-lebih cita-citanya. Hal tersebut menjadikan remaja sulit untuk melakukan peralihan menuju masa dewasa.

5. Karakteristik Penggunaan Internet pada Remaja

Perubahan budaya masyarakat modern menjadikan berbagai kemajuan teknologi semakin pesat. Mortimer & Larson, (2002a,b; Seatler, 2005) dalam Santrock, (2013: 219) mengungkapkan bahwa perubahan penggunaan internet dan teknologi oleh remaja meningkat pesat melebihi kecepatan dalam revolusi teknologi. Hal tersebut tentunya memberikan pengaruh bagi kehidupan remaja masa kini. Remaja bukanlah masa berakhirnya terbentuk kepribadian akan tetapi merupakan salah satu tahap


(37)

utama dalam pembentukkan kepribadian seseorang. Remaja banyak meluangkan waktunya bersama teman-teman sebaya. Disamping itu, remaja mulai banyak menerima informasi dari internet yang sudah mulai dikenal dan dekat dengan mereka. Oleh karenanya, remaja menjadi individu yang terbuka terhadap hal-hal baru (Makgosa 2010: 36). Banyaknya informasi yang diterima membuat remaja memproses informasi secara lebih mendalam.

Remaja masa kini menggunakan internet sebagai alat pemersatu untuk informasi, komunikasi serta hiburan (Tsitsika et al. 2009). Transisi yang terjadi pada masa remaja menghadapkan mereka pada tantangan dalam mengembangkan hubungan interpersonal yang intim (dalam Yang & Brown, 2013). Hal tersebut sejalan dengan salah satu tugas perkembangan remaja yaitu mencapai hubungan yang baru dan lebih matang dengan teman-teman sebaya. Havighrust (dalam Muhammad Ali, 2011: 163) mendefinisikan tugas perkembangan adalah tugas yang muncul pada saat atau sekitar satu periode tertentu dari kehidupan individu dan jika berhasil akan menimbulkan fase bahagia dan membawa keberhasilan dalam melakukan tugas-tugas perkembangan berikutnya. Akan tetapi kalau gagal akan menimbulkan rasa tidak bahagia dan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya.

Berdasarkan paparan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa karakteristik penggunaan internet pada remaja terkait dalam menyikapi


(38)

matang dengan teman sebaya. Apabila berhasil dalam melalui tugas perkembangannya akan menimbulkan fase bahagia dan membawa keberhasilan dalam melakukan tugas-tugas berikutnya. Apabila gagal akan menimbulkan ras tidak bahagia dan kesulitan dalam menghadapi tugas perkembangan berikutnya.

B. Tinjauan tentang Interaksi Teman Sebaya 1. Pengertian Interaksi Teman Sebaya

a. Pengertian Interaksi

Chaplin (Ahmad Asrori, 2009: 31) mengatakan bahwa interaksi adalah satu pertalian sosial antar individu sehingga individu yang bersangkutan saling mempengaruhi satu sama lainnya. Thibaut dan Kelley (dalam Ali dan Asrori, 2004: 87) mendefinisikan interaksi sebagai peristiwa saling mempengaruhi satu sama lain ketika dua orang atau lebih hadir bersama. Mereka menciptakan suatu hasil satu sama lain atau berkomunikasi satu sama lain. Jadi dalam kasus interaksi, tindakan setiap orang bertujuan untuk mempengaruhi individu lain.

Shaw (dalam Ali dan Asrori, 2004: 87) mendefinisikan bahwa interaksi adalah suatu pertukaran antarpribadi yang masing-masing orang menunjukkan perilakunya satu sama lain dalam kehadiran mereka, dan masing-masing perilaku mempengaruhi satu sama lain. Lebih lanjut Bonner (dalam Gerungan, 2003: 62) mendefinisikan interaksi sosial sebagai suatu hubungan antara dua individu atau lebih,


(39)

didalamnya perilaku individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya. Definisi tersebut memposisikan manusia sebagai subjek dan sebagai objek dalam hubungan interpersonal sebab dalam suatu relasi tentunya harus ada proses saling memberi dan menerima.

Dari uraian di atas, dapat dijelaskan bahwa interaksi adalah hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih, serta masing-masing orang yang terlibat di dalamnya memainkan peran secara aktif. Dalam interaksi tersebut tidak hanya sekedar terjadi hubungan antara pihak-pihak yang terlibat melainkan terjadi pula saling mempengaruhi satu sama lainnya.

b. Pengertian Teman Sebaya

Andi Mappiere (1982) mengemukakan bahwa kelompok teman sebaya merupkan lingkungan sosial pertama dimana remaja belajar untuk hidup bersama dengan orang lain yang bukan keluarganya. Lingkungan teman sebaya merupakan suatu kelompok yang baru, dimana punya ciri, norma, dan kebiasaan yang jauh berbeda dengan apa yang ada di keluarganya. Oleh karena itu remaja dituntut untuk dapat memiliki kemampuan untuk menyesuaiakan diri dan dapat dijadikan dasar dalam hubungan sosial yang luas, sehingga kelompok teman sebaya dapat dijadikan sebagai tempat para remaja belajar bersosialisasi dengan orang lain dan belajar bertingkah laku sesuai


(40)

Santrock (2007: 558) menjelaskan bahwa teman sebaya (peers) adalah anak-anak atau remaja dengan tingkat usia atau tingkat kedewasaan yang sama. Remaja akan menerima umpan balik dari teman sebaya mengenai kemampuan-kemampuan mereka. Mereka belajar tentang apakah yang mereka lakukan lebih baik, sama baiknya atau bahkan lebih buruk dari apa yang dilakukan remaja lain.

Berdasarkan dari beberapa pengertian di atas maka dapat dijelaskan bahwa teman sebaya adalah kelompok persahabatan yang mempunyai nilai-nilai dan pola hidup sendiri bahkan merupakan dasar primer mewujudkan nilai-nilai dalam suatu kontak sosial. Selain itu, teman sebaya juga mempraktekkan berbagai prinsip kerja sama, tanggungjawab bersama, dan persaingan yang sehat.

c. Interaksi Teman Sebaya

Interaksi kelompok teman sebaya adalah kedekatan hubungan pergaulan kelompok teman sebaya serta hubungan antar individu atau anggota kelompok yang mencakup keterbukaan, kerjasama, dan frekuensi hubungan (Partowisastro, 1983).

David, Roger dan Spencer (Ahmad Asrori, 2009: 35) menyatakan bahwa interaksi teman sebaya sebagai suatu pengorganisasian individu pada kelompok kecil yang mempunyai kemampuan berbeda-beda dimana individu tersebut mempunyai tujuan yang sama.


(41)

Charlesworth dan Hartup (Dagun, 2002: 54) menyatakan bahwa remaja dalam melakukan interaksi teman sebayanya akan mempunyai unsur positif yaitu saling memberikan perhatian dan saling mufakat membagi perasaan, saling menerima diri, dan saling memberikan sesuatu kepada orang lain.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa interaksi teman sebaya adalah suatu hubungan sosial antar individu yang mempunyai tingkatatan usia yang hampir sama, serta di dalamnya terdapat keterbukaan, tujuan yang sama, kerjasama serta frekuensi hubungan dan individu yang bersangkutan akan saling mempengaruhi satu sama lainnya.

2. Faktor Interaksi Teman Sebaya

Monk’s dan Blair (Ahmad Asrori, 2009: 38) mengemukakan

beberapa faktor yang cenderung menimbulkan munculnya interaksi teman sebaya pada remaja, yaitu:

a. Umur, konformitas semakin besar dengan bertambahnya usia, terutama terjadi pada usia 15 tahun atau belasan tahun.

b. Keadaan sekeliling, kepekaan pengaruh dari teman sebaya lebih besar dari pada perempuan.

c. Kepribadian ekstrovet, anak-anak yang tergolong ekstrovet lebih cenderung mempunyai konformitas dari pada anak introvet.


(42)

e. Besarnya kelompok, pengaruh kelompok menjadi semakin besar bila besarnya kelompok bertambah.

f. Keinginan untuk mempunyai status, adanya suatu dorongan untuk memiliki status, kondisi inilah yang menyebabkan terjadinya interaksi diantara teman sebayanya. Individu akan menemukan kekuatan dalam mempertahankan dirinya di dalam perebutan tempat dari dunia orang dewasa.

g. Interaksi orang tua, suasana rumah yang tidak menyenangkan dan adanya tekanan dari orang tua mejadi dorongan indivudu dalam berinteraksi dengan teman sebayanya.

h. Pendidikan, pendidikan yang tinggi adalah salah satu faktor dalam interaksi teman sebaya karena orang yang berpendidikan tinggi mempunyai wawasan dan pengetahuan luas yang akan mendukung dalam pergaulannya.

Gerungan (2004: 62) mengemukakan adanya faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi sosial antara lain:

a. Faktor imitasi, menirukan perilaku orang lain kemudian melakukan tingkah laku yang sama dengan perilaku tersebut. Peranan dalam interaksi sosial biasanya terjadi pada awal-awal perkembangan anak. b. Faktor sugesti, pengaruh yang bersifat psikis, baik yang datang dari

diri sendiri maupun yang datang dari orang lain.

c. Faktor identifikasi, dorongan untuk menjadi identik dengan orang lain. Biasanya identifikasi individu mempelajarinya dari orang tua, oleh


(43)

sebab itu peranan orangtua sangat penting bagi media identifikasi anak.

d. Faktor simpati, perasaan rasa tertarik kepada orang lain. Interaksi sosial dapat terjalin dengan adanya rasa ketertarikan secara emosi, seperti cinta, penerimaan diri dan kasih sayang.

Berdasarkan uraian di atas faktor yang mempengaruhi interaksi teman sebaya antara lain imitasi, sugesti, identifikasi dan simpati serta dipengaruhi juga oleh umur, jenis kelamin, kepribadian ekstrovet, besarnya kelompok, keinginan untuk mempunyai status, interaksi dengan orang tua, dan pendidikan.

3. Bentuk-bentuk Interaksi Teman Sebaya

Hurlock (2002) menjelaskan bahwa dengan berlangsungnya masa remaja, terdapat perubahan pada beberapa pengelompokan sosial. Pengelompokan-pengelompokan sosial masa remaja antara lain:

a. Teman dekat (chums), biasanya terdiri dari 2 atau 3 orang sesama jenis yang mempunyai kemampuan sama atau sering disebut dengan sahabat karib. Teman dekat ini saling mempengaruhi satu sama lain meskipun kadang-kadang juga bertengkar.

b. Kelompok sahabat (cliques), biasanya terdiri dari kelompok teman-teman dekat yang meliputi kedua jenis kelamin.

c. Kelompok besar (crowds), kelompok ini terdiri dari beberpa kelompok kecil dan teman dekat. Berkembang dengan meningkatnya


(44)

diantara anggota-anggotanya maka akan terdapat jarak sosial yang besar diantara mereka.

d. Kelompok yang terorganisasi, kelompok yang dibina oleh orang dewasa, dibentuk oleh lingkungan sekolah, dan organisasi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sosial para remaja yang tidak mempunyai kelompok besar.

e. Kelompok geng, mempunyai anggota yang terdiri dari anak-anak yang sejenis, serta menaruh minat untuk menghadapi penolakan teman-teman melalui perilaku anti sosial.

Santrock (2007: 564) menjelaskan bahwa bentuk-bentuk hubungan teman sebaya adalah sebagai berikut:

a. Perubahan individual, perubahan individual ini mempunyai fungsi kebersamaan, dukungan fisik, dukungan ego, perbandingan sosial, keakraban dan perhatian.

b. Kerumunan (crowd), kerumunan merupakan bentuk interaksi teman sebaya yang terbesar, mereka bertemu karena memuat tujuan yang sama dalam suatu aktivitas.

c. Klik (cliques), jumlah yang lebih kecil, melibatkan keakraban yang lebih besar diantara anggota yang lebih kohensif dari pada kerumunan. Klik mempunyai ukuran yang lebih besar dan tingkat keakraban yang lebih rendah dari persahabatan.

Berdasarkan uraian di atas yang merupakan bentuk-bentuk dari interaksi teman-teman sebaya adalah teman dekat atau sahabat, kelompok


(45)

kecil yang terdiri dari beberapa teman dekat, kelompok besar/klik, kelompok terorganisasi yang dibina oleh orang dewasa, dan kelompok geng.

4. Aspek-aspek Interaksi Teman Sebaya

Partowisastro (Ahmad Asrori, 2009: 42) merumuskan aspek-aspek interaksi teman sebaya sebagai berikut:

a. Keterbukaan individu dalam kelompok, yaitu keterbukaan individu terhadap kelompok dan penerimaan kehadiran individu dalam kelompoknya.

b. Kerjasama individu dalam kelompok, yaitu keterlibatan individu dalam kegiatan kelompoknya dan mau memberikan ide bagi kemajuan kelompoknya serta saling berbicara dalam hubungan yang erat.

c. Frekuensi hubungan individu dalam kelompok, yaitu intensitas individu dalam bertemu anggota kelompoknya dan saling berbicara dalam hubungan yang dekat.

Parten (dalam Dagun, 2002: 86) mengemukakan aspek-aspek interaksi teman sebaya, yaitu:

a. Jumlah waktu anak yang berada di luar rumah, remaja mempunyai lebih kesempatan untuk berbicara dengan bahasa dan dengan persoalan mereka sendiri kepada teman sebayanya.

b. Keterlibatan anak bermain dengan teman sebaya, anak menganggap bahwa teman sebaya lebih dapat memahami keinginannya dan belajar


(46)

c. Kecenderungan untuk bermain sendiri, anak yang suka bermain sendiri biasanya introvert, atau bila dalam menghadapi suatu tekanan hanya berperan sebagai penonton saja.

d. Kecenderungan bermain paralel, anak bermain secara mandiri di dalam kelompok teman sebayanya. Bermain paralel melatih anak agar dapat menyelesaikan tugas mandiri di dalam kelompok teman sebaya. e. Bermain asosiatif, anak bermain bersama dengan teman sebaya

dengan tidak terikat pada satu aturan. Bermain asosiatif dapat menumbuhkan kreatifitas anak karena adanya stimulus dari anak lain. f. Sikap kerjasama, pada kelompok sebaya anak berlatih untuk menerapkan prinsip hidup bersama, sehingga terbentuk norma-norma, nilai-nilai, dan simbol tersendiri.

Hartup (dalam Dagun, 2002: 55) membagi beberapa aspek-aspek interaksi teman sebaya, yaitu:

a. Perasaan ketergantungan kepada teman sebaya lebih besar dari pada orang dewasa.

b. Perasaan simpati dan cinta semakin bertambah.

c. Mempunyai keinginan untuk dapat memperngaruhi orang lain (menjadi pemimpin).

d. Perasaan kompetisi bertambah. e. Suka bertengkar.


(47)

Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa yang merupakan aspek-aspek interaksi teman sebaya antara lain keterbukaan, kerjasama, dan frekuensi hubungan individu dalam kelompok serta jumlah waktu remaja di luar rumah, keterlibatan remaja, bermain dengan teman sebaya, kecenderungan bermain sendiri, kecenderungan bermain peran, bermain asosiatif, dan sikap kerjasama.

5. Pengaruh Teman Sebaya

Teman sebaya memberikan pengaruh bagi kehidupan individu, terutama individu pada usia remaja awal. Pengaruh tersebut terdiri dari pengaruh yang positif maupun nehatif. Penjelasan pengaruh teman sebaya bagi remaja adalah sebagai berikut:

a. Pengaruh positif

Menurut Syamsu Yusuf L. N. (2006: 59) peranan atau pengaruh kelompok teman sebaya sangat penting, terutama saat terjadinya perubahan dalam struktur masyarakat yaitu:

1) Perubahan struktur keluarga, dari keluarga besar ke keluarga kecil. 2) Kesenjangan antara generasi tua dengan generasi muda.

3) Ekspansi jaringan komunikasi antara kawula muda.

4) Panjangnya masa atau penundaan memasuki masyarakat orang dewasa.

Peranan kelompok teman sebaya bagi remaja adalah, memberikan kesempatan untuk belajar tentang (Syamsu Yusuf L. N. 2006: 59):


(48)

1) Bagaimana berinteraksi dengan orang lain. Pada saat bersama teman sebaya, remaja akan banyak berkomunikasi dengan mereka. Disitulah remaja akan belajar untuk berinteraksi dengan orang lain. 2) Mengontrol tingkah laku sosial. Dalam kehidupan sosial pasti ada

nilai-nilai yang dianut, dan mau tidak mau sebagai anggota remaja harus menaati nilai tersebut dengan cara mengontrol tingkah lakunya agar tidak melanggar norma yang ada.

3) Mengembangkan ketrampilana dan minat yang relevan dengan usianya. Diusia remaja mereka banyak bergabung dalam suatu komunitas yang mana komunitas tersebut memberikan kesempatan dan wadah untuk remaja dalam mengembangkan bakat minatnya. 4) Saling bertukar perasaan dan masalah. Remaja akan lebih nyaman

mencurahkan perasaannya (curhat) dengan teman sebaya, sehingga mereka akan saling memberikan solusi pada permasalahan yang dihadapi temannya.

Menurut Syamsu Yusuf L. N. (2006: 59) kelompok sebaya yang suasananya hangat, menarik, dan tidak eksploitatif, dapat membantu remaja untuk memperoleh pemahaman tentang:

1) Konsep diri, masalah dan tujuan yang lebih jelas. 2) Perasaan berharga.

3) Perasaan optimis tentang masa depan.

Fungsi positif dari teman sebaya menurut Kelly dan Hansen (Samsunuwiyati Marat, 2005: 220-221) adalah sebagai berikut:


(49)

1) Mengontrol impuls-impuls agresif. Dengan adanya teman sebaya, remaja mampu belajar untuk mengontrol agresivitasnya.

2) Memperoleh dorongan emosional dan social serta menjadi lebih independent. Teman sebaya berpengaruh terhadap emosional yang dirasakan oleh remaja terutama kaitannya dengan interaksi sosial. 3) Meningkatkan ketrampilan sosial, mengembangkan kemampuan

penalaran dan belajar untuk mengekspresikan perasaan dengan cara yang lebih matang.

4) Mengembangkan sikap terhadap seksualitas dan tingkah laku peran jenis kelamin. Hal tersebut terjadi karena pada saat bergaul dengan teman sebaya, mereka akan bertemu dan berinteraksi dengan teman lawan jenis.

5) Memperkuat penyesuaian moral dan nilai-nilai. Remaja akan menyesuaikan nilai dan norma yang ada pada lingkungan teman sebaya.

6) Meningkatkan harga diri. Remaja akan merasa memiliki harga diri yang tinggi jika ia mampu memenuhi norma yang ada dalam kelompoknya.

Interaksi teman sebaya memberikan kesempatan untuk belajar bagaimana mengendalikan perilaku sosial, mengembangkan ketrampilan dan minat yang sesuai dengan usia, dan berbagai masalah dan perasaan. Remaja juga lebih banyak tergantung pada teman sebaya


(50)

dari pada dengan orang tuanya sendiri, karena mereka sudah mendapat kemandirian dari orang tua (Sri Esti Wuryani, 2008: 143).

Peran teman sebaya dalam pengendalian perilaku sosial sangat terlihat dari bagaimana remaja berperilaku di lingkungan sosial, baik dalam lingkungan teman sebaya tersebut, maupun pada lingkungan sosial yang luas. Menurut Hartup (Santrock, 2003: 219) interaksi teman sebaya dengan usia yang sama memainkan peran yang unik pada masyarakat AS. Seseorang dapat belajar menjadi petarung yang baik, hanya diantara rekan-rekan seumur. Orang yang lebih tua akan mengalahkan, dan orang yang lebih muda tidak akan memberi tantangan.

Erath dkk (Santrock 2012: 447) mengemukakan bahwa karakteristik teman berpengaruh penting terhadap perkembangan remaja. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Cook, dkk (Santrock 2012: 447) mengungkapkan bahwa indeks prestasi teman-teman merupakan sebuah alat prediksi penting dari pencapaian positif di sekolah, dan juga terkait dengan rendahnya perilaku negatif. Remaja yang bergaul dengan teman sebaya yang memiliki indeks prestasi tinggi, cenderung membawa pengaruh positif.

Pada penelitian lain, hubungan teman sebaya yang harmonis pada masa remaja berkaitan dengan kesehatan mental yang positif pada usia pertengahan (Hightower dalam Santrock, 2003: 220). Hubungan dengan teman sebaya tidak selamanya berdampak buruk bagi remaja.


(51)

Bahkan, hubungan dengan teman sebaya yang harmonis dan positif, akan memberikan dampak yang baik pula dimasa perkembangan remaja selanjutnya.

Baik buruknya lingkungan teman sebaya, akan mempengaruhi kesehatan mental dan perilaku remaja dapam kelompok tersebut. Apabila ia berasa pada lingkungan yang sehat, maka kemungkinan besar ia akan memiliki kepribadian dan kesehatan mental yang positif, begitupun dengan yang sebaliknya. Jean Piaget (1932) dan Harry Stack Sullivan (1953), merupakan para ahli teori yang berpengaruh yang menekankan bahwa melalui interaksi teman sebayalah anak-anak dan remaja belajar menganai pola hubungan yang timbal balik dan setara (Santrock, 2003: 220). Lebih lanjut lagi, Santrock (2003: 220) mengemukakan bahwa anak-anak menggali prinsip-prinsip kejujuran dan keadilan dengan cara mengatasi ketidaksetujuan dengan teman sebaya. Mereka juga belajar untuk mengamati dengan teliti minat dan pandangan teman sebaya dengan tujuan untuk memudahkan proses penyatuan dirinya kedalam aktivitas teman sebaya yang sedang berlangsung.

Berdasarkan paparan di atas, menunjukkan bahwa keberadaan teman sebaya membawa pengaruh yang positif bagi perkembangan remaja. Namun, pada kondisi tertentu, teman sebaya juga dapat membawa pengaruh yang negatif bagi remaja.


(52)

b. Pengaruh negatif

Allen, dkk (Papalia & Feldman, 2014: 55 ) mengemukakan bahwa pengaruh sebaya normalnya memuncak di usia 12 hingga 13 tahun, dan menurun selama pertengahan dan akhir masa remaja. Di usia 13 atau 14 tahun, remaja yang populer mungkin terlibat dalam perilaku antisosial.

Berdasarkan kutipan tersebut, ditunjukkan bahwa keberadaan teman sebaya dapat membawa pengaruh yang negatif bagi remaja. Usia remaja awal, mudah terpengaruh oleh perilaku yang ditunjukkan oleh teman sebayanya, ternasuk perilaku yang buruk. Remaja yang bergaul dengan teman sebaya yang berperilaku buruk, akan cenderung juga membawa remaja kearah yang negatif. Suatu penelitian menunjukkan hubungan teman sebaya yang buruk pada masa anak-anak berkaitan dengan berhenti dari sekolah, dan kenakalan pada masa remaja akhir Roff, dkk (Santrock, 2003: 220).

Hal yang serupa juga diungkapkan oleh Urdant (Boyd & Bee, 2002: 331):“Adolescents tend to choose friends who share their beliefs about smoking, drug use, sex, and the importance of academic achievement.” Remaja cenderung memilih teman-teman yang merokok, pengguna obat-obatan, berperilaku seksual menyimpang, namun juga terdapat remaja yang memilih teman yang mementingkan prestsi akademik.


(53)

Beberapa ahli teori juga menggambarkan budaya teman sebaya remaja sebagai pengaruh merusak yang mengabaikan nilai–nilai dan kontrol orang tua. Teman sebaya juga dapat mengenalkan remaja dengan alkohol, obat-obatan, kenakalan, dan bentuk tingkah laku lain yang dianggap orang dewasa sebagai maladaptive (Santrock, 2003: 220). Remaja dapat mengalami perubahan perilaku kearah negatif akibat pengaruh teman, misalnya pecandu obat terlarang dan minuman keras (BKKBN 1997).

Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa keberadaan teman sebaya bagi remaja akan mempengaruhi perilaku remaja tersebut. Pengaruh yang ditimbulkan dari teman sebaya dapat berupa pengaruh yang positif, yaitu memberikan kesempatan bagi remaja untuk belajar berinteraksi sosial, serta mempengaruhi remaja untuk lebih berprestasi seperti teman sebayanya yang juga memiliki indeks prestasi yang tinggi. Namun sebaliknya, interaksi dengan teman sebaya juga tidak menutup kemungkinan akan membawa dampak yang negatif, melakukan perilaku yang menyimpang, pergaulan bebas, indeks prestasi yang rendah, dan lain sebagainya. Terdapat pengaruh positif dan negatif dalam berteman (Soerjono Soekanto, 1991: 19). Baik buruknya pengaruh yang ditimbulkan dari keberadaan teman sebaya, tergantung pada bagaimana perilaku dari kelompok teman sebaya tersebut.


(54)

6. Popularitas, Pengabaian, dan Penolakan Teman Sebaya

Popularitas memang sangat berperan dalam pergaulan di kalangan remaja pada teman sebayanya. Mereka akan berusaha untuk popular, agar diterima dalam suatu kelompok teman sebaya yang mereka inginkan. Bahkan remaja mau melakukan apapun untuk menjadi popular di lingkungan teman sebayanya. Hal tersebut remaja lakukan karena akan timbul rasa kebanggaan tersendiri bagi remaja yang mempunyai banyak teman, dan mereka akan merasa menjadi popular (Soerjono Soekanto, 1991: 17). Oleh karena itulah, remaja melakukan konformitas dengan teman sebayanya demi mendapatkan banyak teman.

Penelitian oleh Hartup pada tahun 1983 (Santrock, 2003: 223) menemukan bahwa remaja yang popular memberikan dukungan, kesediaan untuk menjadi pendengar yang baik, mempertahankan komunikasi dengan baik, yang terbuka dengan teman sebaya, mereka bahagia berperilaku seperti mereka sendiri, menunjukkan antusiasme dan perhatian kepada orang lain dan percaya pada diri sendiri tanpa menjadi sombong. Keadaan remaja yang seperti itu, menunjukan bahwa Ia mampu menyesuaikan diri dengan kelompoknya, dan memiliki konformitas yang baik. Penelitian yang dilakukan oleh Kennedy (Santrock, 2003: 223) menunjukan bahwa pemuda yang popular bila dibandingkan dengan pemuda yang tidak popoler lebih mudah berkomunikasi secara jelas dengan teman sebaya mereka, memunculkan perhatian teman sebaya dan mampu mempertahankan percakapan dengan teman sebaya. Berdasarkan


(55)

kedua penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa sikap atau perilaku dan popularitas remaja mempengaruhi keberadaan remaja tersebut dalam kelompok teman sebayanya, baik penolakan maupun penerimaan oleh kelompok tersebut.

Berdasarkan paparan di atas mengenai teman sebaya, menjelaskan bahwa teman sebaya yaitu teman yang terdiri dari usia yang sama, mereka berinteraksi secara teratur, berkaitan, serta terdapat norma dan peran dalam kelompok tersebut. Seiring dengan pertumbuhan usia remaja, interaksi antara remaja dengan orang tua akan semakin berkurang dan digantikan dengan interaksi antara remaja dengan teman sebaya.

Interaksi antara remaja dengan teman sebaya menbawa banyak pengaruh bagi perkembangan remaja. Pengaruh tersebut dapat bernilai positif maupun negatif. Apabila remaja berada dalam lingkungan teman sebaya yang memiliki nilai yang positif, maka akan membawa dampak yang positif pula. Pengaruh positif yang ditimbulkan dari keberadaan teman sebaya diantaranya adalah membantu remaja untuk belajar berinteraksi dengan lingkungan sosial, dengan nilai dan norma yang ada pada lingkungan, belajar berinteraksi dengan lawan jenis, belajar mengelola emosi, mengontrol diri, konsep diri, serta remaja akan mendapatkan informasi yang mungkin tidak ia dapatkan dari orang tua. Namun sebaliknya, teman sebaya juga dapat memberikan dampak yang negatif, seperti terjerumus dalam pergaulan bebas, seks bebas, rokok,


(56)

melanggar nilai-nilai yang diterapkan oleh orang tua atau masyarakat, karena nilai tersebut bertentangan dengan nilai yang ada pada kelompok teman sebaya.

Keberadaan kelompok teman sebaya akan diikuti dengan konformitas oleh remaja. Remaja yang memiliki konsep diri rendah akan cenderung meniru perilaku yang ada pada teman sebayanya. Tindakan meniru tersebut berkaitan dengan popularitas dan penolakan teman sebaya. karena, remaja yang mampu menyesuaikan diri dengan nilai pada kelompok akan popular, dan yang tidak mampu akan terabaikan.

C. Tinjauan tentang Penggunaan Internet 1. Pengertian Internet

Internet merupakan singkatan dari Interconnection networking. Internet berasal dari bahasa latin “inter” yang berarti antara, sedangkan kata internet berarti jaringan antara atau penghubung. Menurut Kadir (2003: 444) dalam buku Pengantar Jaringan Komputer (Syafrizal: 2005), internet merupakan jaringan komputer. Jaringan tersebut menghubungkan jutaan komputer yang tersebar di seluruh dunia, yang menarik siapapun bisa terhubung ke jaringan tersebut. Lebih lanjut Supriyanto (2008: 60) mendefinisikan internet merupakan hubungan antara berbagai jenis komputer dan jaringan di dunia yang berbeda sistem operasi maupun aplikasinya dimana hubungan tersebut memanfaatkan kemajuan komunikasi (telepon dan satelit) yang menggunakan protokol


(57)

standar dalam berkomunikasi yaitu protokol TCP/IP (Transmission Control/Internet Protocol).

Kemudian (Utomo & Syafrudin, 2009) mengemukakan bahwa internet (inter-network) merupakan jaringan yang menggabungkan beberapa komentar yang terhubung dalam sebuah internet protocol (IP) yang mencakup secara luas ke seluruh dunia. Internet terdiri dari ratusan bahkan ribuan jaringan komputer (computer networking) mulai dari jaringan akademik, institusi, perusahaan, pemerintahan dan sebagainya. Jaringan tersebut membawa informasi dan beberapa layanan seperti e-mail, chatting, transfer file, web.

Berdasarkan definisi mengenai internet di atas, penulis mendefinisikan internet sebagai jaringan yang menghubungkan berbagai jenis komputer dan jaringan di dunia yang terhubung dalam sebuah internet protocol (IP) yang mencakup ke seleuruh dunia.

2. Pengertian Intensitas Menggunakan Internet

Intensitas menurut Chaplin (2011: 254) adalah: 1) suatu sifat kuantitatif dari suatu pengindraan yang berhubungan dengan intensitas perangsangnya. 2) kekuatan tingkah laku atau pengalaman seperti intensitas suatu reaksi emosional; 3) kekuatan yang mendukukung suatu pendapat atau suatu sikap.

Menurut Azwar (1998) intensitas merupakan kekuatan atau kedalaman sikap terhadap sesuatu. Intensitas dapat dikatakan sebagai


(58)

kuantitas yang ditunjukan individu tersebut (Santrock, 2006). Lebih lanjut, menurut Suryabrata (dalam Rini Dian, 2011: 31) intensitas berarti aspek dimana didalamnya terlibat minat dan perhatian yang disertai kesadaran yang menyertai suatu aktivitas atau pengalaman seseorang.

Berdasarkan paparan di atas, intensitas menggunakan internet berdasarkan kualitas merupakan bentuk perhatian dan keterkaitan yang dilakukan seseorang dalam menggunakan internet serta perasaan emosional dimana didalamnya terlibat minat dan penghayatan yang timbul ketika mengakses internet. Sedangkan berdasarkan kuantitas banyaknya kegiatan yang dilakukan seseorang berdasarkan frekuensinya. 3. Aspek-aspek dalam Intensitas Menggunakan Internet

Aspek-aspek intensitas menggunakan internet berdasarkan pengertian intensitas menurut Chaplin (dalam Yulia Kurniawati, 2010: 37), yaitu:

a. Frekuensi

Frekuensi berarti keseringan, jadi frekuensi disini adalah sebarapa sering seseorang melakukan aktifitas menggunakan internet (dalam bentuk frekuensi seperti sekali, dua kali, tiga kali dan seterusnya dalam rentang waktu yang ditentukan).

b. Lama waktu

Lama waktu yang digunakan tiap kali mengakses internet, semakin banyak waktu yang digunakan dalam menggunakan internet maka akan menunjukkan lama seseorang beraktifitas online.


(59)

c. Perhatian penuh

Perhatian penuh berarti fokus atau mengkonsentrasikan diri pada gadget yang digubakan untuk online sehingga mengesampingkan hal-hal yang lainnya. Seperti tidak mempedulikan orang atau ingkungan sekelilingnya.

d. Emosi

Emosi meliputi rasa bahagia, sedih, takut, harapan, marah, putus asa (Lewis & Granic). Jadi emosi disini yaitu reaksi emosi dari penggunaan internet yang meliputi rasa senang, kegembiraan, atau marah, kesal pada saat menggunakan internet sehingga pengguna semakin larut dalam situasi tersebut.

Menurut Itriyah (2004: 8) intensitas dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Untuk kategori rendah memiliki interval 1-14 jam sehari, untuk kategori sedang intervalnya 15-27 jam sehari, dan kategori tinggi memiliki interval 29-42 jam dalam sehari.

Young (dalam Pipiet Shatuti, 2012: 21) mengemukakan bahwa aspek-aspek intensitas menggunakan internet adalah:

a. Adanya perasaan tidak menyenangkan ketika offline seperti gelisah, kesepian, cemas, frustasi, sedih, dan tidak puas.

b. Adanya perasaan menyenangkan ketika online seperti bergairah, gembira, atraktif, dan bebas melakukan apa saja.


(60)

c. Perhatian hanya tertuju atau terkonsentrasi pada gadget yang digunakan untuk online.

d. Adanya penambahan derajat penggunaan internet, baik waktu maupun tingkat kepuasan.

e. Ketidakmampuan mengatur aktifitas permainan online seperti mengontrol, mengurangi atau menghentikan aktifitas online.

f. Berani mengambil resiko kehilangan karena aktifitas online seperti mengorbankan hubungan dengan orang-orang terdekat, pekerjaan, pendidikan dan kesempatan berkarir.

g. Melakukan aktifitas online sebagai cara unuk melarikan diri dari masalah seperti menghilangkan rasa tidak berdaya, rasa bersalah, cemas dan depresi.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, peneliti cenderung memilih aspek-aspek intensitas menggunakan internet yang dikemukakan oleh Chaplin (dalam Yulia Kurniawati, 2010: 37), yaitu frekuensi, lama waktu, perhatian penuh dan emosi. Alasannya karena aspek tersebut lebih mengungkapkan aspek intensitas menggunakan internet daripada aspek yang dikemukakan oleh Young (dalam Pipiet Shatuti, 2012: 21) yang lebih cenderung pada aspek kecanduan menggunakan internet.


(61)

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Intensitas Menggunakan Internet Pipiet Shatuti (2012: 32) menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas mengguanakan internet adalah:

a. Emotional coping

Sebagai pengalihan dari kesepian, keterasingan, kebosanan, melepas stres, relaksasi, pembebasan dari rasa marah dan frustasi. Beberapa hal tersebut yang kemudian menjadikan internet sebagai media pengalihan dan lama kelamaan akan mempengaruhi intensitas individu dalam menggunakan internet.

b. Keluar dari dunia nyata

Dengan menggunakan internet, individu dapat sejenak keluar dari dunia nyata yang tidak sesuai dengan harapannya. Internet menawarkan berbagai fasilitas yang lebih menyenangkan. Hal inilah yang kemudian menjadi faktor individu memiliki intensitas menggunakan internet yang tinggi.

c. Lingkungan

Lingkungan yang mempengaruhi intensitas menggunakan internet dapat dibedakan menjadi dua yaitu lingkungan keuarga dan lingkungan sosial.

d. Pemuas kebutuhan sosial dan interpersonal

Melalui media internet individu dapat menambah teman, memperkuat persahabatan, memunculkan arti memiliki dan


(62)

5. Dampak Positif dan Negatif Penggunaan Internet

Perilaku penggunaan internet yang dilakukan oleh remaja menyebabkan berbagai dampak yang dirasakan. Dampak tersebut dapat berupa dampak yang positif, maupun dampak negatif.

Berikut merupakan dampak positif penggunaan internet menurut Canggih Guno Kusetyo (2011: 32):

a. Mempermudah memperoleh informasi; b. Memperluas wawasan;

c. Menambah referensi baca;

d. Mempermudah mengerjakan tugas; e. Memperluas jaringan komunikasi;

f. Mempermudah dalam bertransaksi dan berbisnis dalam bidang perdagangan.

Menurut Supriyanto (2010: 50) dampak positif internet antara lain: a. Memudahkan orang dalam berkomunikasi dan memperoleh informasi

Internet memberikan kemudahan dalam berkomunikasi dan memperoleh informasi karena akses internet tidak dibatasi jarak dan waktu sehingga akses informasi dapat dilakukan dan kapanpun selama pengguna terhubung dengan jaringan internet.

b. Membuka peluang bisnis baru

Fenomena perubahan yang muncul seiring dengan perkembangan internet adalah tumbuhnya sistem perdagangan online yang sering disebut e-commerce. Melalui internet transaksi bisnis dapat dilakukan tanpa harus meninggalkan rumah.


(63)

c. Meningkatkan kualitas dan kuantitas layanan publik

Internet membantu mempermudah layanan publik baik untuk oemerintah, lembaga maupun perusahaan. Sebagai contoh pada sebuah lembaga pendidikan internet digunakan untuk membantu proses penerimaan mahasiswa baru yaitu melalui pendaftaran online.

d. Memperbaiki pendidikan melalui e-learning

Internet dapat dimanfaatkan dalam pendidikan jarak jauh atau sering disebut e-learning. Melalui e-learning pembelajaran jarak jauh dapat dilakukan sehingga dapat mengurangi kesenjangan pendidikan antara negara maju dan negara berkembang.

e. Meningkatkan layanan informasi layanan kesehatan

Adanya situs tentang kesehatan memudahkan untuk mengetahuilayanan informasi yang berhubungan dengan kesehatan. f. Memperkaya kebudayaan

Internet dapat digunakan sebagai media untuk memperkenalkan kebudayaan Indonesia kepada bangsa lain dan sebaliknya.

Penggunaan internet dewasa ini telah merambah ke berbagai aspek kehidupan, baik di bidang sosial, budaya, ekonomi, kesehatan, politik, maupun pendidikan. Internet sangat dibutuhkan dalam bertukar informasi dan berkomunikasi secara cepat tanpa ada batasan wilayah, ruang, dan waktu. Internet dapat menjadikan pekerjaan menjadi lebih mudah dan effisien. Internet juga dapat digunakan untuk memperluas pengetahuan


(64)

Dampak negatif perkembangan internet menurut Esti Kurniawati (201: 51) antara lain:

a. Memunculkan rasa malas

Banyak sekali pengguna internet yang rela menghabiskan waktu hingga seharian untuk mengakses internet. Kecenderungan akan internet tersebut dapat membuat orang lupa waktu samapai malas beraktivitas.

b. Memunculkan rasa ketergantungan

Internet menyediakan berbagai macam fasilitas hiburan seperti game online, musik, film dan lain sebagainya. Hiburan tersebut awalnya diakses hanya untuk penyegaran otak saja, nwmun lama kelamaan dapat membuat kecanduan atau ketergantungan bagi penikmatnya.

c. Perangkat sering terkena virus

Salah satu kelemahan internet yang mengganggu adalah resiko terkena virus komputer yang mudah menyebar baik melalui email maupun file yang diunduh.

d. Menurunkan prestasi belajar

Bagi pelajar, terlalu asyik mengakses internet dapat menimbulkan kemalasan dalam belajar yang akan berdampak pada prestasi belajar yang menurun.


(65)

e. Pornografi

Perkembangan internet telah mempermudah pembuatan dan penyebaran pornografi yang mengakibatkan pergeseran nilai, moral dan agama.

f. Mendorong kekerasan dan kesadisan

Dalam segi bisnis dan isi, internet tidak terbatas sehingga pemilik situs menggunakan segala cara agar dapat “menjual situs

mereka”. Salah satunya dengan menampilkan hal-hal yang bersifat

tabu dan kejam sehingga dapat mempengaruhi pengaksesnya menjadi lebih agresif.

Menurut Supriyanto (2010: 62) dampak negatif perkembangan internet, antara lain:

a. Mempermudah masuknya nilai-nilai budaya asing yang negatif b. Mendorong budaya konsumtif

c. Mendorong timbulnya tindak kejahatan d. Memperluas perjudian

D. Kerangka Pikir

Perkembangan teknologi pada era globalisai ini telah memberikan dampak yang signifikan pada berbagai sektor kehidupan masyarakat. Salah satu akibat dari globalisai ini adalah perubahan teknologi informasi dan perubahan budaya khusunya bagi remaja. Bagi remaja yang belum siap menerima perubahan yang terjadi maka akan timbul guncangan dalam kehidupan sosial dan mengakibatkan remaja menjadi tertinggal dan frustrasi.


(66)

yang tidak bisa jauh dari penggunaan internet. Bagi remaja yang tidak siap dalam menghadapi pergaulan tersebut akan minder dan menarik diri dari pergaulan.

Penggunaan internet telah menjadi bagian integral dalam kehidupan sehari-hari remaja. Banyak dijumpai remaja menggunakan internet karena gaya hidup, sebuah citra yang diarahkan dan dibentuk oleh pergaulannya dengan teman sebayanya. Teman sebaya memberikan pengaruh terhadap sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku lebih besar daripada pengaruh keluarga (Nurikhsan dan Agustin, 2013: 79). Hal tersebut mendasari remaja dalam menggunakan internet. Pola perilaku tersebut merupakan salah satu wujud remaja dalam menyikapi salah satu tugas perkembangan pada remaja yaitu dalam belajar bergaul dengan teman sebaya atau orang lain, baik secara individu maupun kelompok (Key dalam Syamsu Yusuf, 2006: 72).

Berbagai fasilitas yang berada diinternet menjadikan daya tarik tersendiri, dan menjadikan seseorang tidak bisa terlepas dari internet. Ketika menggunakan internet, remaja sangat identik dengan perilaku yang menjurus pada pelanggaran norma, baik agama, nilai kemanusiaan, maupun batasan budaya setempat. Remaja cenderung tidak peduli dengan lingkungan sekitar ketika mereka sedang online. Perilaku penggunaan internet pada remaja, dapat berdampak pada hal yang negatif, seperti kecanduan menggunakan internet, malas belajar, kurang memperhatikan lingkungan sekitar bahkan tidak perduli, pornografi, tindak kejahatan kriminal dan lain sebagainya. Hal


(67)

tersebut tentu menambah kekhawatiran masyarakat, orang tua dan pihak lainnya akan perilaku penggunaan internet pada remaja di era saat ini. Namun demikian, penggunaan internet juga akan menimbulkan dampak yang positif bagi remaja, diantaranya adalah untuk belajar bersosialisasi dengan lingkungan, belajar berempati, menambah wawasan, dan lain sebagainya.

Melihat banyaknya dampak dari perilaku penggunaan internet pada remaja, tentu banyak hal yang dapat mempengaruhi remaja dalam menggunakan internet. Beberapa faktor yang terkait, baik internal maupun eksternal adalah faktor pengaruh komunitas teman sebaya, pengaruh budaya, gaya hidup, perkembangan teknologi, media masa dan lain sebagainya, serta faktor dari dalam dirinya sendiri, seperti penanaman nilai religiousitas, moral, konsep diri, harga diri, kontrol diri, dan lain sebagainya.

Berdasarkan paparan faktor yang mempengaruhi perilaku penggunaan internet pada remaja di atas, peneliti memfokuskan pada faktor dari luar diri individu yaitu pengaruh teman sebaya. Seperti yang telah diketahui bahwa semakin bertambahnya usia remaja, akan semakin memperluas pergaulan remaja dengan teman sebayanya. Pergaulan remaja dengan teman sebaya akan memberikan pengaruh bagi kehidupan, perilaku, pola pikir, dan sikap remaja. Hal tersebut berkaitan dengan popularitas dan penolakan yang dilakukan oleh kelompok teman sebayanya. Pada umumnya, remaja yang memiliki sifat, sikap, dan perilaku yang sesuai dengan kriteria atau norma yang ditetapkan dalam kelompoknya akan diterima dalam kelompok atau


(68)

bertentangan dengan nilai dalam kelompok, akan ditolak oleh anggota kelompok lainnya. Popularitas dan penolakan dari teman sebaya akan menimbulkan keinginan remaja untuk dapat diterima dalam kelompoknya, yang sering kali menyebabkan mereka melakukan konformitas, dan berusaha menjadi apa yang kelompok harapkan.

Berdasarkan teori-teori yang telah dikaji, maka dapat digambarkan hubungan sebagai berikut:

Gambar 1. Paradigma Penelitian E. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pikir dan kajian teori yang telah dijabarkan sebelumnya, maka hipotesis dalam penelitian ini berbunyi terdapat pengaruh yang signifikan antara interaksi teman sebaya terhadap intensitas penggunaan internet pada siswa kelas XI SMK N 2 Yogyakarta.

Teman Sebaya Penggunaan


(69)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2010: 10) metode kuantitatif digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif statistik, dengan tujuan untuk mengetahui hipotesis yang telah ditetapkan. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif kausal yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari satu variabel terhadap variabel lain. Sugiyono (2011: 37) mengatakan bahwa penelitian hubungan kausal adalah hubungan sebab-akibat, terdapat variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan dependen (variabel yang dipengaruhi). Pendekatan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian kausal pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara variabel interaksi teman sebaya dan variabel perilaku penggunaan internet siswa kelas XI di SMK N 2 Yogyakarta.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelas XI SMK N 2 Yogyakarta yang beralamat di Jl. A.M Sangaji 47, Yogyakarta. Peneliti melakukan penelitian di kelas XI SMK N 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016 dengan pertimbangan hasil wawancara dengan Guru BK banyaknya siswa yang menggunakan internet baik dari smartphone maupun laptop yang dimilikinya.


(1)

RELIABILITY

/VARIABLES=VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR000 07 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00013 VA

R00014 VAR00015 VAR00016 VAR00017 VAR00018 VAR00019 VAR00020 VAR00021 VAR00022 VAR00023 VAR00024 VAR00025 VAR00026

VAR00027 VAR00028 VAR00029 /SCALE('ALL VARIABLES') ALL /MODEL=ALPHA

/SUMMARY=TOTAL.

Reliability

[DataSet0]

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 100 100.0 Excludeda 0 .0

Total 100 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items .756 29


(2)

LAMPIRAN 6. UJI NORMALITAS, UJI LINEARITAS, DAN UJI

HIPOTESIS

A.

Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 100

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation 10.05129176 Most Extreme Differences Absolute .056

Positive .056

Negative -.048

Kolmogorov-Smirnov Z .559

Asymp. Sig. (2-tailed) .913

a. Test distribution is Normal.

B.

Uji Linearitas

ANOVA Table Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig. Internet *

Interaksi

Between Groups

(Combined) 22239.111 42 529.503 5.221 .000 Linearity 18018.182 1 18018.182 177.661 .000 Deviation

from Linearity 4220.929 41 102.949 1.015 .473 Within Groups 5780.889 57 101.419

Total 28020.000 99

C.

Uji Hipotesis

Variables Entered/Removedb

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method 1 Interaksia . Enter


(3)

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate 1 .802a .643 .639 10.102

a. Predictors: (Constant), Interaksi b. Dependent Variable: Internet

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 18018.182 1 18018.182 176.546 .000a

Residual 10001.818 98 102.059 Total 28020.000 99

a. Predictors: (Constant), Interaksi b. Dependent Variable: Internet

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -15.430 6.152 -2.508 .014 Interaksi 1.096 .083 .802 13.287 .000 a. Dependent Variable: Internet

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N Predicted Value 33.90 93.10 65.20 13.491 100 Residual -25.405 26.366 .000 10.051 100 Std. Predicted Value -2.320 2.068 .000 1.000 100 Std. Residual -2.515 2.610 .000 .995 100 a. Dependent Variable: Internet


(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Dukungan Guru dan Teman Sebaya terhadap Akseptabilitas dan Pemanfaatan Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK Remaja) di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Kota Tanjung Balai

3 72 174

Pengaruh Paparan Media Internet dan Teman Sebaya terhadap Perilaku Seks Bebas Pada Remaja SMA XYZ Tahun 2012

6 96 167

Pengaruh penggunaan media dan interaksi komunikasi kelompok teman sebaya terhadap perilaku seksual remaja di Perdesaan

0 52 101

HUBUNGAN INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA DI SMAN 2 NGAWI Hubungan Interaksi Teman Sebaya Dengan Perilaku Konsumtif Pada Remaja Di SMAN 2 Ngawi.

0 2 11

HUBUNGAN INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA DI SMAN 2 Hubungan Interaksi Teman Sebaya Dengan Perilaku Konsumtif Pada Remaja Di SMAN 2 Ngawi.

1 4 17

PENGARUH TEMAN SEBAYA TERHADAP PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 6 BINJAI.

0 1 13

HUBUNGAN INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA SISWA KELAS XI SMA N 6 YOGYAKARTA.

1 4 131

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA, PENDIDIKAN KARAKTER DAN INTERAKSI TEMAN SEBAYA TERHADAP KARAKTER SISWA KELAS XI SMK N 1 MEMPAWAH TIMUR KALIMANTAN BARAT.

0 0 55

PENGARUH INTERAKSI TEMAN SEBAYA DAN KEMATANGAN EMOSI TERHADAP PERILAKU BERPACARAN PADA SISWA KELAS XI DI SMA N 2 WONOSARI GUNUNGKIDUL.

0 6 204

PENGARUH TEMAN SEBAYA TERHADAP PERILAKU MEROKOK REMAJA DI SMK NEGERI 2 YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - PENGARUH TEMAN SEBAYA TERHADAP PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA DI SMK NEGERI 2 YOGYAKARTA - DIGILIB UNISAYOGYA

0 0 19