PERSEPSI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM HAYATI DI ZONA PENYANGGA TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL RACHMAN (Studi kasus di Kelurahan Batu Putu Kota Bandar Lampung sebagai bahan artikel pada materi ekosistem kelas X SMA)

(1)

ii ABSTRAK

PERSEPSI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM HAYATI DI ZONA PENYANGGA TAMAN HUTAN RAYA

WAN ABDUL RACHMAN

(Studikasus di Kelurahan Batu Putu Kota Bandar Lampung sebagai bahan artikel pada materi ekosistem kelas X SMA)

Oleh

RIFYAL TAHER WIBAWA

Potensi terjadinya konflik masyarakat dengan pemerintah dalam merebutkan hak mengelola lahan di daerah hutan register yang meliputi daerah Taman Nasional dan Taman Hutan Raya di Lampung sangat tinggi. Sehubungan dengan itu perlu dilakukan penelitan yang berkaitan dengan persepsi masyarakat yang berbatasan langsung dengan daerah kawasan yang dalam hal ini adalah kelurahan Batu Putu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat persepsi masyarakat Batu Putu Kota Bandar Lampung dalam pengelolaan sumber daya alam hayati di zona penyangga Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman tahun 2011. Desain

penelitian berupa penelitian deskriptif yang mendeskripsikan fenomena yang muncul selama penelitian dengan pengambilan sampel secara Acak Berlapis

(Stratified Random Sampling)sebanyak 42 respoden yang tersebar di 3 Lingkungan Batu Putu. Data penelitian berupa aspek pengetahuan, aspek penilaian, dan aspek pengelolan, diperoleh dari wawancara dan pengisian

kuisioner oleh kepala keluarga yang terpilih sebagai respoden yang kemudian data tersebut dianalisis dengan persentase.


(2)

iii

Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat persepsi masyarakat Batu Putu dalam pengelolaan sumber daya alam hayati di zona penyangga Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman bervariasi yaitu untuk aspek pengetahuan berkriteriarendah

sebesar 31,16%, aspek penilaian berkriteriatinggisebesar 71,72%, dan aspek pengelolaan berkriteriasedangsebesar 62,33%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan dari aspek pengetahuan, penilaian, dan pengelolaan bahwa tingkat persepsi masyarakat Batu Putu dalam pengelolaan sumber daya alam hayati di zona penyangga Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman berkriteria

sedangdengan persentase 55,07%.

Kata Kunci : Persepsi Masyarakat, Sumber Daya Alam Hayati, Zona Penyangga, Taman Hutan Raya


(3)

PERSEPSI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM HAYATI DI ZONA PENYANGGA TAMAN HUTAN RAYA

WAN ABDUL RACHMAN

(Studikasus di Kelurahan Batu Putu Kota Bandar Lampung sebagai bahan artikel pada materi ekosistem kelas X SMA)

Oleh

RIFYAL TAHER WIBAWA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Pendidikan MIPA

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(4)

PERSEPSI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SUMBER

DAYA ALAM HAYATI DI ZONA PENYANGGA TAMAN

HUTAN RAYA WAN ABDUL RACHMAN

(Studikasus di Kelurahan Batu Putu Kota Bandar Lampung sebagai bahan artikel pada materi ekosistem kelas X SMA)

(Skripsi)

Oleh

Rifyal Taher Wibawa

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2012


(5)

xii DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

F. Kerangka Pikir ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Pengertian Persepsi ... 9

B. Pengertian Masyarakat ... 12

C. Pengelolaan Berbasis Masyarakat ... 15

D. Sumber daya alam Hayati ... 16

E. Zona Penyangga ... 23

F. Taman Hutan Raya ………. 23

G. Pengertian Artikel sebagai Media Pembelajaran …………... 25

H. Ekosistem ……… 26

III. METODE PENELITIAN ... 28

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 28

B. Alat dan Bahan ……… 28

C. Populasi dan Sampel ... 28

D. Desain Penelitian ... 30

E. Prosedur Penelitian ... 30

1. Pra Penelitian ... 30

2. Pelaksanaan Penelitian ... 31

3. Aplikasi Hasil Penelitian ... 32

F. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ... 32

1. Jenis Data ... 32

2. Teknik Pengumpulan Data ... 33

G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data... 33


(6)

xiii

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 38

A. Hasil Penelitian ... 38

B. Pembahasan ... 39

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 46

A. Simpulan ... 46

B. Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 49

LAMPIRAN ... 52

1. Kuisioner ... 53

2. Data Hasil Penelitian... 59

3. Foto-Foto Penelitian…... 62

4. Perangkat Pembelajaran ... 65


(7)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kriteria tingkat persepsi masyarakat ... 13

2. Rata-rata (X ) ± SdAspek Pengetahuan, Penilaian, dan Pengelolaan SDA Hayati oleh masyarakat kelurahan Batu Putu di Lingkungan I, II, dan III ... 38

3. Data nilai aspek pengetahuan Batu Putu... ... 59

4. Data nilai aspek penilaian Batu Putu... ... 60

5. Data nilai aspek pengelolaan Batu Putu.... ... 61

6. Rubrik lembar kerja siswa... ... 74

7. Kisi-kisi soal tes awal dan tes akhir... 79


(8)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Penelitian ... 8

2. Grafik rata-rata aspek pengetahuan di 3 Lingkungan Batu Putu ... 39

3. Grafik rata-rata aspek penilaian di 3 Lingkungan Batu Putu ... 41

4. Grafik rata-rata aspek pengelolaan di 3 Lingkungan Batu Putu ... 44

5. Grafik persentase aspek pengetahuan, aspek penilaian, dan aspek pengelolaan di 3 Lingkungan Batu Putu .. ... 46

6. Tugu perbatasan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman.. ... 62

7. Salah satu respoden yang diwawancarai di kelurahan Batu Putu,, ... 62

8. Peta kelurahan Batu Putu... ... 63

9. Gunung Betung yang masuk dalam wilayah Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman.. ... 63


(9)

(10)

v

Judul Skripsi : PERSEPSI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM HAYATI DI ZONA PENYANGGA TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL RACHMAN (Studi kasus di kelurahan Batu Putu kota Bandar Lampung sebagai bahan artikel materi ekosistem kelas X SMA)

Nama Mahasiswa : Rifyal Taher Wibawa Nomor Pokok Mahasiswa : 0613024041

Program Studi : Pendidikan Biologi

Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI, 1. Komisi Pembimbing

Drs. Arwin Achmad, M. Si Pramudiyanti, S. Si., M. Si NIP 19570803 198603 1 004 NIP 19730310 199802 2 001

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Drs. Arwin Achmad, M. Si NIP 19570803198603 1 004


(11)

vi

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Arwin Achmad, M.Si

Sekretaris : Pramudiyanti, S.Si., M.Si

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Darlen Sikumbang, M.Biomed

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003


(12)

ix

MOTTO

ﻰ ﱠﺗَﺣ ٍم ْوَﻘِﺑ ﺎَﻣ

َﻻ

َﷲ َنِإ

Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan

yang ada pada diri mereka sendiri .(Surat Ar-Ra`d : 11)

Sesungguhnya setiap amal perbuatan tergantung pada niatnya (HR. al-Bukhori dan Muslim).

Nilailah sesuatu sesuai kadarnya, tidak kurang dan tidak lebih (Rifyal Taher Wibawa)


(13)

PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA

Yang bertanda tanga di bawah ini

Nama : Rifyal Taher Wibawa

NPM : 0613024041

Program Studi : Pendidikan Biologi

Jurusan : Pendidikan Matematika dan IPA

Dengan ini menyatakan bahwa didalam skripsi tidak terdapat karya yang telah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan

sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, Maret 2012 Yang menyatakan,

Rifyal Taher Wibawa NPM 0613024041


(14)

viii

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap rasa syukur kehadirat Allah Azza Wa Jalla yang

senantiasa selalu mengharapkan ridho-Nya dalam segala aktivitas,

kupersembahkan karya tulis sederhana ini kepada:

Bapak (almarhum Drs. Masrury Affandi) dan ibu (Christina Sulasmi) tiada

hal lagi yang bisa Ananda perbuat untuk membalas segala bentuk kasih

sayang , kesabaran, dan bimbingan dalam mendidik selama ini kecuali

dengan menjadi anak yang berbakti.

Adikku tersayang (Rifa athul Afifah) yang selalu memberikan senyum dan

semangat.

Semua Dosen yang dengan dedikasi tinggi telah mendidik, dan

membimbingku selama ini.


(15)

vii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Bandar Sari, Padang Ratu, Lampung Tengah pada tanggal 30 Maret 1988 dan merupakan anak pertama dari ketiga bersaudara dari

pasangan (Almarhum) Drs. Masrury Affandi Bin Baedhowi dan Christina Sulasmi Binti Sanen Wiryosoemarto.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 01 Sidomulyo, Bangun Rejo, Lampung Tengah (1994-2000), Setelah itu melanjutkan di SMP Ma’arif08 Bangun Rejo, Lampung Tengah (2000–2003) dan melanjutkan di SMAN 01 Kalirejo, Lampung Tengah (2003–2006).

Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Biologi di Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universitas Lampung pada tahun 2006 melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Selama kuliah penulis juga aktif dalam kegiatan keorganisasian antara lain, FPPI FKIP UNILA (Periode 2007/2008) sebagai Anggota Biro Dana dan Usaha dan HIMASAKTA (Periode 2008/2009) sebagai Ketua Divisi Kesejahteraan. Pengalaman akademik penulis diantaranya pernah menjadi asisten praktikum Genetika dan mengikuti Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMPN 19 Bandar Lampung pada tahun 2010. Penulis masih aktif sebagai pengajar lepas di lembaga bimbingan belajar Kelompok Studi Mahasiswa (KSM) cabang Bandar Lampung sampai saat ini.


(16)

x

SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat ALLAH SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi dengan judul”Persepsi Masyarakat dalam Pengelolaan Sumber Daya

Alam Hayati di Zona Penyangga Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Studi kasus di Kelurahan Batu Putu Kota Bandar Lampung sebagai bahan artikel

materi ekosistem kelas X SMA)”adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila.

2. Drs. Arwin Achmad, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA dan Pembimbing I atas kesediannya untuk memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini.

3. Neni Hasnunidah, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi.

4. Pramudiyanti, S.Si., M.Si,, selaku Pembimbing Akademik dan Pembimbing II atas kesediannya untuk memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini.


(17)

xi

5. Drs. Darlen Sikumbang, M. Biomed., selaku Pembahas atas kesediannya memberikan bimbingan, saran, dan kritik yang diberikan dalam proses penulisan skripsi ini.

6. Seluruh staf pengajar Program Studi Pendidikan Biologi yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis.

7. Bapak Lurah Kelurahan Batu Putu Kota Bandar Lampung dan warga masyarakat, terima kasih atas kerjasama dan bantuannya selama proses penelitian.

8. Bapak Kepala SMAN 7 Bandar Lampung beserta staf guru dan murid yang telah membantu selama proses penelitian.

9. Bapak Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman beserta staf dan jajaran, terima kasih atas kerjasama dan bantuan selama proses penelitian.

10. Bapakku Drs. Masrury Affandi (almarhum) dan Ibuku Christina Sulasmi

terima kasih atas do’a, semangat, dan kesabaran yang diberikan dan adikku Rifa’athul Afifah.

11. Semua pihak yang telah memberikan masukan dan saran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Februari 2012 Penulis


(18)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa : persepsi masyarakat kelurahan Batu Putu dalam pengelolaan sumber daya alam hayati di zona penyangga taman hutan raya Wan Abdul Rachman berkriteriasedang.

B. Saran

Di dalam penelitian ini ditemukan adanya kekurangan-kekurangan maka peneliti menyarankan sebaiknya :

1. Untuk penelitian diharapkan peneliti terlebih dahulu melakukan observasi mendalam terhadap respoden yang akan diwawancarai dan lebih

komunikatif, hal ini dilakukan agar memudahkan dalam mengambil data di kemudian hari.

2. Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui tingkat persepsi masyarakat di zona penyangga taman hutan raya Wan Abdul Rachman selain di kelurahan Batu Putu kota Bandar Lampung yaitu di kabupaten Pesawaranyang desa-desanya berbatasan langsung dengan daerah kawasan.


(19)

DAFTAR PUSTAKA

Adhyzalkandary. 2010.Manfaat Sumber Daya Alam Hayati. http://

id.shvoong.com/exact-sciences /2003975-manfaat-sumber-daya-alam-hayati. Dikunjungi pada tanggal 2 Maret 2011 pukul 17.07.

Ahmadi, A. 1999.Psikologi Sosial. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta. Arief, A. 2005.Hutan & Kehutanan. Penerbit Kanisius. Jakarta.

Atkinson, R.L., R.C. Atkinson, dan E.R. Hilgard. 1983.Pengantar Psikologi. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Beckman, S. 2004.Mencari Keseimbangan Pengelolaan Interaksi Antara Masyarakat Dan Kawasan Taman Nasional Alas Purwo (Laporan Studi Lapangan). FISIPOL Universitas Muhamadiyah Malang. Malang

Campbell, N.A., J.B. Reece, dan L.G. Mitchell. 2004.Biologi Jilid 3. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Ernawati, Y. 2009.Pengertian Artikel Ilmiah (Resume).FIP Universitas Negeri Malang.http://yulierna.wordpress/2010/04/01/pengertian-artikel-ilmiah-populer. Dikunjungi pada tanggal 2 Maret 2011 pukul 17.04.

Gibson, J.L., J.M. Ivancevich, dan J.H. Donnely Jr. 1997.Organisasi dan Manajemen Perilaku Struktur Proses. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Hakim, L. 2010.Sengketa Lahan Yang Belum Selesai (Berita).Lampung Post. Bandar Lampung. Tanggal 30 Desember 2010 halaman 24 kolom 2.

Hude, M.D. 2006.Emosi Penjelajahan Religio-Psikologi Tentang Emosi Manusia di

dalam Alqur’an. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Indrawan, M., R.B. Primack, dan J. Supriatna. 2007.Biologi Konservasi. Penerbit Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.

Kartono, K. 1994.Psikologi Sosial Untuk Manajemen, Perusahaan dan Industri.


(20)

51

Kartono, S. 2009.Menulis tanpa Rasa Takut Membaca Realitas dengan Kritis. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Kementerian Kehutanan.2008.Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2008 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta

Pemanfaatan Hutan. Penerbit Kementerian Kehutanan. Jakarta.

Kementerian Pendidikan Nasional. 2005.Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Penerbit Sinar Grafika. Jakarta.

Khotimah, K. 2007.Kajian Pengelolaan Tahura WAR Provinsi Lampung. Skripsi FP-Universitas Lampung. Bandar Lampung. Tidak dipublikasikan.

McNaughton, S.J., dan L.J. Wolf. 1998.Ekologi Umum.Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Mulder, N. 2000.Individu, Masyarakat dan Sejarah Kajian Kritis Buku-Buku Pelajaran Sekolah Di Indonesia (Terjemahan). Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Novita, D. 2009.Kajian Persepsi dan Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan

Hutan Mangrove Desa Pahawang Kecamatan Punduh Pidada Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung. Skripsi FP-Universitas Lampung. Bandar Lampung. Tidak dipublikasikan.

Prasetyo, B., dan L.M. Jannah. 2008.Metode Penelitian Kuantitatif Teori dan Aplikasi. Penerbit RajaGrafindo Persada. Jakarta.

Rahardi, F. 2006.Panduan Lengkap Menulis Artikel, Feature, dan Esai. Penerbit Kawan Pustaka. Jakarta.

Robbins, S.P., dan T.A. Judge. 2008.Perilaku Organisasi Organizational Behaviour. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

Saputro, S. F. 2009.Nilai Ekonomi Pemanfaatan Air Untuk Pertanian Dan Rumah Tangga Di Hulu Das Way Betung Dalam Menunjang Rehabilitas Hutan Dan Lahan. Skripsi FP-Universitas Lampung. Bandar Lampung. Tidak

dipublikasikan.

Septariani. 2005.Persepsi Petani Terhadap Peranan Penyuluh Pertanian Lapangan Dalam Pengembangan Padi Organik di Kota Bogor. Skripsi FP-Universitas Lampung. Bandar Lampung. Tidak dipublikasikan.


(21)

52

Shadilly, H. 1984.Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia. Penerbit Bina Aksara. Jakarta.

Soekanto, S. 1983.Beberapa Teori Sosiologi Tentang Struktur Masyarakat. Penerbit Grafindo Persada. Jakarta.

Sukmadinata. 2006.Metode Penelitian Pendidikan. Penerbit Rosdakarya. Bandung. Walpole, R.E. 1993.Pengantar Statistika. Penerbit Gramedia Pustaka Utama.


(22)

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di lingkungan I , lingkungan II , dan lingkungan III kelurahan Batu Putu kecamatan Teluk Betung Utara, kota Bandar Lampung pada bulan Agustus - September 2011.

B. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan untuk penelitian antara lain lembar kuisioner untuk responden, alat tulis menulis, kalkulator, dan kamera. Sedangkan bahan yang digunakan antara lain peta dan profil kelurahan Batu Putu dan UPTD Tahura Wan Abdul Rachman untuk pembuatan bahan artikel.

C. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga di kelurahan Batu Putu kecamatan Teluk Betung Utara kota Bandar Lampung tahun 2011 sebanyak 1227 kepala keluarga (KK). Penentuan atau pemilihan responden sebagai sampel penelitian dengan menggunakan Teknik Acak Berlapis(stratified random


(23)

29

karakteristik populasi yang dimiliki bervariasi (Prasetyo dan Jannah, 2008:130) dari 3 lingkungan yang ada di kelurahan Batu Putu pada tahun 2011.

Banyaknya sampel ditentukan dengan formula Slovin sebagai berikut, Rakhmat, 2004 dalam Novita (2009:21).

Keterangan n : Ukuran sampel N : Ukuran populasi e : Batas eror (e : 15%) 1 : Bilangan konstanta

Formula tersebut selanjutnya dioperasikan untuk mendapatkan banyaknya sampel penelitian sehingga diperoleh sampel sebanyak 42 kepala keluarga dari 1227 kepala keluarga di kelurahan Batu Putu. Oleh karena populasi berasal 3

lingkungan, maka untuk mendapatkan sampel yang berimbang dari masing-masing lingkungan tersebut digunakan formula sebagai berikut (Walpole 1993:223);

Keterangan n : banyaknya sampel secara keseluruhan

ni : banyaknya sampel ke-i dari lingkungan I, II, dan III Ni : banyaknya populasi ke-i dari lingkungan I, II, dan III N : banyaknya populasi secara keseluruhan

Formula tersebut setelah dioperasikan, didapatkan sampel dari tiap lingkungan yaitu pada lingkungan I sebanyak 9 kepala keluarga dari 258 kepala keluarga, lingkungan II sebanyak 17 kepala keluarga dari 506 kepala keluarga, dan lingkungan III sebanyak 16 kepala keluarga dari 463 kepala keluarga.


(24)

30

D. Desain Penelitian

Desain penelitian berupa penelitian deskriptif yang bertujuan untuk

mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena ini dapat berupa bentuk, aktivitas,

karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan yang lainnya (Sukmadinata, 2006:57).

E. Prosedur Penelitian

Langkah-Langkah Penelitian :

1. Pra Penelitian

a. Membuat surat izin penelitian pendahuluan di FKIP sebagai pengantar ke kelurahan Batu Putu untuk dijadikan tempat penelitian.

b. Menemui aparatur kelurahan dan menyerahkan surat penelitian pendahuluan dan meminta data monografi kelurahan Batu Putu.

c. Mengobservasi keadaan masyarakat kelurahan Batu Putu kecamatan Teluk Betung Utara kotamadya Bandar Lampung.

d. Menentukan sampel penelitian berdasarkan data kepala keluarga kelurahan Batu Putu.

e. Membuat instrumen penelitian, yaitu lembar kuisioner untuk dijawab oleh kepala keluarga kelurahan Batu Putu yang menjadi sampel penelitian.


(25)

31

2. Pelaksanaan Penelitian

a. Membuat surat izin penelitian di FKIP untuk dijadikan izin melakukan penelitian di kelurahan Batu Putu.

b. Menemui aparatur kelurahan dan menyerahkan surat izin penelitian kepada aparatur kelurahan Batu Putu.

c. Menemui kepala keluarga yang sebelumnya telah terpilih sebagai sampel penelitian.

d. Melakukan kegiatan penelitian berupa mengisi lembar kuisoner yang telah disediakan sebelumnya oleh peneliti kepada kepala keluarga untuk diisi pada lembar kuisioner.

e. Mencatat kegiatan penelitian pada lembar catatan lapangan.

f. Mengolah data yang diperoleh untuk mengetahui persepsi masyarakat kelurahan Batu Putu dalam pengelolaan sumber daya alam hayati di taman hutan raya Wan Abdul Rachman pada tahun 2011.

3. Aplikasi Hasil Penelitian

a. Membuat silabus mata pelajaran biologi kelas X SMA materi Ekosistem. b. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) mata pelajaran biologi

kelas X SMA materi Ekosistem.

c. Membuat media pembelajaran berupa leaflet yang berinformasikan artikel mengenai persepsi masyarakat kelurahan Batu Putu terhadap sumber daya alam hayati di taman hutan raya Wan Abdul Rachman tahun 2011.


(26)

32

d. Membuat lembar kerja siswa (LKS) berdasarkan leaflet yang telah dibuat sebelumnya.

e. Melakukan diskusi informasi di kelas X SMA membahas materi ekosistem berdasarkan media pembelajaran leaflet yang sebelumnya telah dibuat. f. Mengerjakan lembar kerja siswa (LKS) selama kegiatan diskusi berlangsung. g. Mempresentasikan hasil diskusi informasi berdasarkan lembar kerja siswa

(LKS).

F. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis dan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Jenis Data

Data kuantitatif yang berupa data skor per kepala keluarga (KK) kelurahan Batu Putu dalam menjawab kuisoner persepsi masyarakat kelurahan Batu Putu dalam pengelolaan sumber daya alam hayati di taman hutan raya Wan Abdul Rachman pada tahun 2011.

2. Teknik Pengumpulan Data

Data penelitian ini diperoleh dengan teknik pengumpulan data yaitu : a. Lembar kuisioner berupa pertanyaan kepada masyarakat kelurahan

Batu Putu yang terdiri beberapa aspek yaitu pengetahuan masyarakat, penilaian masyarakat, dan pengelolaan masyarakat.

b. Wawancara dengan kepala UPTD Taman Hutan Raya Wan Abdurahman Dinas Kehutanan Provinsi Lampung.


(27)

33

c. Studi pustaka berupa monografi kelurahan Batu Putu dan perundangan-undangan dan peraturan terkait mengenai perlindungan sumber daya alam hayati di taman hutan raya Wan Abdul Rachman.

G.Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Dalam mengelola data dilakukan dengan memberikan nilai bobot (skor) pada pengisian lembar kuisioner yang dibagi berdasarkan aspek-aspek yang telah ditentukan yaitu aspek pengetahuan, aspek penilaian, dan aspek pengelolaan masyarakat kelurahan Batu Putu dalam mengelola sumber daya alam hayati di taman hutan raya Wan Abdul Rachman.

Kriteria pemberian nilai bobot (skor) menurut Kurniawan,(2008) dalam Novita (2009:22) yaitu :

a. Alternatif jawaban yang sesuai dengan harapan (menunjukkan persepsi tinggi terhadap aspek pengetahuan, aspek penilaian, dan aspek

pengelolaan) diberikan skor 100.

b. Alternatif jawaban yang kurang sesuai dengan harapan (menunjukkan persepsi sedang terhadap aspek pengetahuan, aspek penilaian, dan aspek pengolahan) diberikan skor 50.

c. Alternatif jawaban yang tidak diharapkan (menunjukkan persepsi rendah terhadap aspek pengetahuan, aspek penilaian, dan aspek pengelolaan) diberikan skor 0.


(28)

34

Data yang berupa data kuantitatif selanjutnya diubah menjadi data kualitatif dengan cara diolah dan dianalisis. Adapun rumus yang digunakan untuk mengolah dan menganalisis data jawaban aspek pengetahuan, aspek penilaian, dan aspek pengelolaan pada lembar kuisioner adalah sebagai berikut :

1) Untuk analisis deskriptif persentase adalah :

Keterangan

n : skor yang diperoleh sampel

N : skor yang semestinya diperoleh sampel

P : persentase tingkat persepsi masyarakat kelurahan Batu Putu pada aspek pengetahuan, aspek penilaian, dan aspek pengelolaan

2) Menganalisis data penelitian pada aspek pengetahuan, aspek penilaian, dan aspek pengelolaan dengan menggunakan analisis persentase. Hasil perhitungan dalam bentuk persentase diinterpretasikan dengan tabel kriteria tingkat aspek pengetahuan, aspek penilaian, dan aspek pengetahuan masyarakat kelurahan Batu Putu dalam pengelolaan sumber daya alam hayati yang kemudian ditafsirkan dengan kalimat yang bersifat kualitatif. Untuk mengetahui tingkat persepsi masyarakat digunakan tabel berikut.

Tabel 1.Kriteria tingkat persepsi masyarakat

dimodifikasi dari Hadi(1986) dalam Novita (2009:22)

No Interval Kriteria

1 66,68%100% Tinggi

2 33.34%66,67% Sedang


(29)

35

Interval tersebut ditentukan dengan menggunakan rumus interval oleh Hadi(1986) dalam Novita (2009:22) ;

Keterangan I : interval

NT : total nilai tertinggi NR : total nilai rendah

K : jumlah kategori jawaban per soal G. Kerangka Penyusunan Untuk Leaflet

Setelah hasil penelitian diperoleh dengan proses pengolahan dan analisis data, maka selanjutnya hasil penelitian tersebut dijadikan alternatif sumber belajar ekosistem pada mata pelajaran biologi kelas SMA X melalui proses penyusunan artikel sebagai berikut (Kartono, 2009:34-58) :

1. Memilih topik dan merumuskan tema

Dengan memilih topik maka persoalan atau masalah yang akan dibahas sudah dibatasi dan difokuskan sehingga ide pokok tulisan dapat dilihat dalam tulisan. Ide pokok dirumuskan dalam kalimat lengkap yang menyatakan maksud mengenai tema yang akan dibahas. Dengan tema tulisan menjadi jelas dan membatasi pembicaraan dalam artikel.

2. Membuat peta pikiran

Penyusunan peta pemikiran dilakukan agar menghasilkan gagasan yang dinamis untuk menangkap pokok informasi yang relevan.Penyusunan peta pemikiran dapat diawali dengan menuliskan topik di tengah-tengah halaman,


(30)

36

selanjutnya menggunakan kata-kata kunci dan yang terakhir membuat percabangan dengan simbol-warna-kata-gambar.

3. Menyusun paragraf

Paragraf disebut juga karangan singkat yang berisi satu ide pokok. Paragraf dapat dikembangkan dengan cara ilustrasi, khusus, dan kronologis.

4. Memanfaatkan bahasa

Dengan memaparkan persoalan yang kongkret dan spesifik melalui kalimat atau penyataan yang melukiskan keadaan.

5. Refleksikan pengalaman dan perhatikan konteks

Konteks dibutuhkan untuk menumbuhkembangkan tulisan yaitu wacana tentang nilai-nilai yang ingin dikembangkan dan lingkungan masyarakat yang mengusahakan suasana menghargai setiap seorang, menunjukkan kebaikan, ditantang untuk melakukan yang benar, yang baik, dan yang indah.

6. Membangun bentuk tulisan

Bangun sebuah tulisan untuk mengungkapkan pendapat atau opini terdiri dari pengungkapan masalah, pemaparan evaluasi berupa pembahasan,

perbandingan, peneguhan atau temuan pengalaman yang berkaitan dengan masalah yang dibahas, dan solusi berisi inspirasi pemecahan masalah, jalan keluar atau penegasan mengenai upaya perbaikan.

7. Menimbang isi tulisan selama proses menulis agar tetap tajam, berbobot, dan berimbang.


(31)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat 3 menyatakan bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besar kemakmuran rakyat. Pasal ini

menerangkan bahwa segala sumber daya alam yang ada di Indonesia dimiliki oleh negara dengan bertujuan agar kesejahteraan masyarakat tercapai. Sungguh cita-cita yang mulia namun dalam kenyataan beberapa tahun terakhir muncul konflik masyarakat dengan negara dalam perebutan sumber daya alam yang ada di Indonesia. Salah satunya adalah perebutan lahan dengan cara merambah di daerah kawasan seperti Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Taman Nasional Way Kambas, Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman, dan hutan-hutan register yang ada di Provinsi Lampung yang dilakukan oleh masyarakat. Populasi masyarakat yang meningkat dan seiring perkembangan zaman

menjadikan salah satu alasan masyarakat untuk berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya. Masyarakat yang tidak memiliki tanah berusaha untuk membuka lahan di daerah hutan register dan kawasan untuk dijadikan area pertanian. Pengalihan fungsi lahan ini menyebabkan ekosistem dan keaneragaman hayati di daerah tersebut menjadi tidak imbang. Dengan keadaan demikian maka sumber daya alam hayati menjadi terancam apabila tidak ada manajemen dan


(32)

2

pengelolaan dari pihak-pihak yang terlibat dalam hal ini adalah pemerintah, pihak swasta, dan masyarakat.

Berdasarkan data dari Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman diketahui bahwa sekitar 60% kawasan sudah digarap oleh masyarakat sekitar kawasan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (TAHURA WAR) sehingga hampir dapat dikatakan tidak ada lagi pada bagianbawah kawasan yang“clear and clean”untuk dikelola secara

mulak oleh pengelola UPTD TAHURA WAR. Kelurahan Batu Putu Kota Bandar Lampung adalah salah satu wilayahnya berbatasan langsung dengan kawasan TAHURA WAR, Sebagian besar masyarakatnya menggantungkan kebutuhan hidupnya dari daerah kawasan TAHURA WAR.

Faktor pemenuhan kebutuhan hidup oleh masyarakat Batu Putu secara tak langsung akan mendorong terjadinya perubahan persepsi terhadap lingkungan yang dalam hal ini lingkungan sekitar perbatasan kawasan TAHURA WAR. Persepsi merupakan proses yang menyebabkan sadar adanya benda, sifat atau hubungan melalui alat indera yang kemudian dalam perjalanan akan terbentuk pengalaman dan pengetahuan masa lalu yang selanjutnya digunakan dalam pengambilan keputusan dalam penerimaan stimulus yang mengenai alat indera (Atkinson, Atkinson, dan Hilgard, 1983:452).

Menurut Robbins dan Judge (2008:46) persepsi adalah suatu proses di mana individu mengorganisasikan dan menginterpretasikan kesan sensorimereka untuk memberi arti pada lingkungan, maka individu yang berbeda dapat melihat hal yang sama tetapi dalam bentuk pemahaman yang berbeda. Oleh


(33)

3

karena itu, individu yang heterogen dalam suku, agama, pendidikan, dan pekerjaan di masyarakat pada suatu tempat dalam memandang suatu permasalahan yang sama memiliki pemahaman yang berbeda dalam menanggapi atau menyelesaikan permasalahan tersebut.

Persepsi masyarakat yang benar dalam pengelolaan sumber daya alam hayati di kawasan TAHURA WAR akan mendorong terjadi interaksi yang harmonis antara masyarakat Batu Putu dengan alam sehingga terbentuknya kearifan lokal masyarakat yang menjaga dan melindungi kawasan TAHURA WAR. Hal ini dapat dilihat dari faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi antara lain

peniruan, pemilih-milihan, gambaran diri-sendiri, situasi, kebutuhan, dan emosi individu yang selanjutnya dievaluasi dan ditafsir secara nyata dalam perilaku tanggapan dan sikap yang terbentuk ketika memperoleh stimulus (Gibson, Ivancevich, dan Donnely Jr. 1997:54).

Dalam penelitian Novita (2009:61) diketahui persepsi masyarakat dalam pengelolaan hutan mangrove desa Pahawang memiliki tingkat persepsi yang tinggi. Sedangkan untuk persepsi masyarakat kelurahan Batu Putu tahun 2011 dalam pengelolaan sumber daya alam hayati di taman hutan raya Wan Abdul Rachman belum diketahui tingkat persepsinya.

Berdasarkan latar belakang inilah, yang menjadikan peneliti menganggap perlu melakukan penelitian untuk mengetahui persepsi masyarakat kelurahan Batu Putu dalam pengelolaan sumber daya alam hayati di kawasan TAHURA WAR yang selanjutnya hasil penelitian tersebut akan digunakan peneliti sebagai


(34)

4

bahan pembuatan artikel pengayaan alternatif pada materi ekosistem mata pelajaran biologi kelas X SMA.

Pemberian artikel oleh guru merupakan salah satu bentuk kreatif dan inspiratif dalam penyelenggarakan proses pembelajaran pada satuan pendidikan yang memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif sesuai dengan

perkembangan fisik dan psikologis peserta didik (Kementerian Pendidikan Nasional, 2005:14).

Menurut Rahardi (2006:28) artikel adalah salah satu bentuk tulisan nonfiksi yang berdasarkan data dan fakta beserta sedikit analisis dan pendapat oleh penulisnya. Artikel hanya menyangkut satu pokok permasalahan dengan sudut pandang dari satu disiplin ilmu dan teknik yang digunakan umumnya deduktif-induktif atau sebaliknya.

Artikel yang unik dan menarik dalam hal topik dan tema akan membuat minat pembaca meningkat dikarenakan pembaca merasa mendapatkan hal yang terbaru (update) dan belum diinformasikan. Dengan minat baca yang tinggi maka diharapkan sesuatu topik dan tema dapat dikritisi dalam sudut pandang dan aspek yang beragam oleh pembaca. Secara khusus artikel yang dibaca oleh pelajar tentu memiliki sudut pandang menjadi berbeda oleh kebanyakan pembaca umum dan dengan diberikannya artikel materi ekosistem tentang permasalahan yangupdatedi masyarakat kepada pelajar diharapakan muncul sisi kritis yang bermanfaat dalam proses pembelajaran biologi materi

ekosistem. Selanjutnya artikel yang berinformasikan interaksi antara


(35)

5

kepada siswa pada mata pelajaran biologi materi ekosistem kelas X SMA dapat meningkatkan kemampuan keterampilan berpikir siswa. Dengan

keterampilan berpikir, siswa diharapkan dapat meningkatkan kecakapan hidup (life skill) yang berguna dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam hubungan dengan lingkungan sehingga pemberian artikel kepada siswa pada mata

pelajaran biologi materi ekosistem kelas X SMA sangat penting. B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

“Bagaimanakah persepsi masyarakatkelurahan Batu Putu dalam pengelolaan sumber daya alam hayati di zona penyangga taman hutan raya Wan Abdul Rachman ?”

C. Tujuan penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi masyarakat kelurahan Batu Putu dalam pengelolaan sumber daya alam hayati di zona penyangga taman hutan raya Wan Abdul Rachman.

D. Manfaat penelitian

Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat yaitu : 1. Bagi guru/calon guru biologi, dapat dijadikan sebagai sarana untuk

menambah pengetahuan yang selanjutnya dapat digunakan untuk alternatif sumber belajar berupa leaflet berisi artikel materi ekosistem dalam proses pembelajaran mata pelajaran biologi di kelas X SMA.


(36)

6

2. Bagi siswa, dapat dijadikan sebagai sarana untuk menambah pengetahuan yang selanjutnya dapat digunakan untuk alternatif sumber belajar berupa leaflet berisi artikel materi ekosistem mata pelajaran biologi di kelas X SMA.

3. Bagi masyarakat, dapat dijadikan sebagai gambaran tentang persepsi masyarakat Batu Putu yang berbatasan dengan kawasan TAHURA WAR dalam pengelolaan sumber daya alam hayati pada tahun 2011.

4. Bagi pemerintah, dapat dijadikan sebagai alternatif bahan pertimbangan dalam kebijakan pengelolaan kawasan TAHURA WAR yang berhubungan dengan masyarakat Batu Putu untuk tahun-tahun yang akan datang. 5. Bagi peneliti, dapat dijadikan sebagai sarana untuk proses menambah

pengetahuan dan pengalaman dalam proses pembelajaran mata pelajaran biologi di kelas X SMA.

E. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian

Untuk menghindari kesalahan penafsiran pada permasalahan yang dibahas, maka batasan masalah yang diberikan yaitu ;

1. Subyek yang diteliti adalah kepala keluarga (kk) di kelurahan Batu Putu kecamatan Teluk Betung Utara Kota Bandar Lampung tahun 2011. 2. Persepsi masyarakat meliputi aspek pengetahuan, aspek penilaian

masyarakat dan aspek pengelolaan dalam mengelola sumber daya alam (SDA) hayati.


(37)

7

F. Kerangka Pikir

Persepsi merupakan suatu bentuk tanggapan terhadap rangsangan yang diterima oleh subjek sehingga membentuk pola pikir tertentu terhadap rangsang tersebut. Bentuk rangsang bisa dalam bentuk penerimaan maupun dalam bentuk penolakan. Rangsangan yang diberikan kepada orang lain akan berefek berbeda antara satu dengan yang lain. Hal ini dikarenakan pengalaman seseorang yang berbeda sehingga rangsangan seseorang yang diterima juga berbeda.

Hal ini juga berpengaruh terhadap suatu masyarakat dengan masyarakat lain yang berbeda tempat tinggal dan kondisi lingkungan yang berbeda. Masyarakat terbentuk dengan kultur dan adat yang khas antara yang satu dengan yang lain yang selanjutnya menyebabkan keunikan dalam menyelesaikan permasalahan. Masyarakat yang satu dengan yang lain memiliki sudut pandang yang berbeda terhadap penyelesaian masalah tersebut. Misalkan masalah dalam pengelolaan sumber daya alam yang ada di daerah masyarakat tersebut bermukim. Faktor pengalaman dan kebiasaan acapkali memberikan suatu penyelesaian yang berbeda yang dianggap masing-masing masyarakat sebagai penyelesaian yang diterima satu sama lain.

Pengelolaan sumber daya alam hayati oleh masyarakat Batu Putu di kawasan perbatasan taman hutan raya Wan Abdul Rachman (TAHURA WAR) yang tepat akan membantu pemerintah dalam penjagaan dan perlindungan kawasan hayati di TAHURA WAR.


(38)

8

Penelitian berupa studi kasus yang mencangkup aspek pengetahuan, aspek penelitian, dan aspek pengelolaan di kelurahan Batu Putu selanjutnya dapat digunakan sebagai alternatif sumber belajar berupa leaflet berisi artikel untuk bahan diskusi informasi materi ekosistem kelas X SMA pada mata pelajaran biologi. Artikel diberikan kepada siswa dengan harapan agar siswa mampu meningkatkan kecakapan hidup(Life Skill)siswa dalam kehidupan sehari-hari terutama yang berhubungan dengan lingkungan.

Persepsi masyarakat kelurahan Batu Putu dalam mengelola SDA

hayati Aspek

penilaian

Aspek pengetahuan

Aspek pengelolaan

Leaflet artikel persepsi masyarakat kelurahan Batu Putu

dalam mengelola SDA hayati


(39)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Persepsi

Menurut Gibson, Ivancevich, dan Donnely Jr. (1997:53), persepsi adalah proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh seseorang individu, karena setiap orang memberikan arti kepada stimulus, maka individu yang berbeda yang akan memberikan arti yang berbeda pula dalam penafsiran objek. Sedangkan menurut Hude (2006:120) persepsi merupakan tindak lanjut dari sensasi yang tanpa sensasi tidak ada persepsi karena persepsi sebenarnya adalah pemberian makna pada stimulus yang ditangkap oleh indera yang bergantung kepada faktor personal dan situasional (faktor fungsional dan struktural) individu tersebut.

Menurut Ahmadi (1999:163) sikap merupakan suatu tindakan baik itu bersifat positif ataupun negatif dalam hubungannya dengan objek. Individu dikatakan memiliki sikap positif terhadap suatu objek apabila ia suka atau memiliki sikap

yang “favorable”, sebaliknya individu dikatakan memiliki sikap yang negatif terhadap objek bila ia tidak suka atau sikapnya “unfavorable”terhadap objek tersebut.


(40)

10

Beberapa aspek yang mendukung terjadinya persepsi :

1. Aspek kognitif yaitu yang berhubungan dengan gejala mengenal pikiran, di mana penyampaian informasi bertujuan untuk merubah pengetahuan yang semula tidak tahu menjadi tahu.

2. Aspek Afektif yaitu proses yang menyangkut perasaan dan pembentukan sikap yang menyebabkan seseorang ketakutan, kedengkian, simpati, antipati dan sebagainya yang ditujukan kepada objek-objek tertentu.

3. Aspek Konatif yaitu sikap yang membuat seseorang cenderung untuk berbuat sesuatu tindakan terhadap objek, seperti kecenderungan memberikan

pertolongan, menjauhkan diri dan sebagainya.

Menurut Robbins dan Judge (2008:175-176), faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi adalah:

1. Faktor pada situasi yaitu waktu, keadaan, tempat berusaha, dan keadaan sosial. Unsur-unsur dalam lingkungan sekitar mempengaruhi persepsi-persepsi seseorang, waktu merupakan faktor yang menentukan persepsi-persepsi masyarakat karena pada saat atau waktu tertentu masyarakat dapat menerima atau menolak suatu informasi baru. Maka dalam pelaksanaan pemberian informasi baru, harus dipilih waktu yang tepat agar masyarakat mempunyai persepsi yang baik terhadap informasi baru tersebut.

2. Faktor pada pemersepsi yaitu perilaku, kebutuhan, kepentingan, pendidikan, pengalaman, dan harapan. Salah satu yang membentuk perilaku seseorang adalah dengan belajar. Seseorang yang berpendidikan lebih tinggi cenderung


(41)

11

dinilai memiliki wawasan yang luas daripada seseorang yang berpendidikan lebih rendah. Wawasan yang luas membantu seseorang untuk tanggap dalam menerima objek baru. Kebutuhan atau motif yang tidak terpuaskan

merangsang seseorang menggunakan suatu pengaruh yang kuat pada persepsinya. Kebutuhan dapat mempengaruhi terbentuknya persepsi yang tinggi sehingga cepat menerima konsep. Pengalaman cenderung

memersepsikan seseorang terhadap hal-hal yang berkaitan atau

berkepentingan. Seseorang dalam situasi tertentu dapat berbeda dengan apa yang dipersepsikan oleh orang lain.

3. Faktor pada target yaitu hal baru, gerakan bunyi, ukuran, latar belakang, dan kedekatan. Karakteristik-karakteristik yang akan diamati dapat mempengaruhi apa yang dipersepsikan. Hal-hal baru lebih mungkin diperhatikan daripada yang lama. Objek-objek yang berdekatan cenderung dipersepsikan bersama-sama bukan secara terpisah.

Menurut Sendjaya (1993) dalam Septariani (2005:11-12) untuk membantu mempermudah dalam memahami arti persepsi maka dilihat sifat-sifat dari persepsi itu sendiri yang meliputi :

1. Persepsi adalah pengalaman, untuk dapat menafsirkan seseorang, objek, atau peristiwa, terlebih dahulu harus memiliki kemampuan dalam interprestasi yang biasanya ditentukan pada pengalaman masa lalu dengan orang, objek, atau peristiwa tersebut.


(42)

12

2. Persepsi adalah selektif, ketika memersepsikan sesuatu, biasanya

memperhatikan bagian-bagian tertentu dari objek atau orang berdasarkan atas sikap, nilai, dan keyakinan yang ada dalam diri individu yang bersangkutan dan mengabaikan karakteristik yang tidak revelan atau berlawan dengan nilai dan keyakinan tersebut.

3. Persepsi adalah penyimpulan, proses psikologis dari persepsi mencangkup penarikan kesimpulan melalui suatu proses induksi secara logis. Interpretasi yang dihasilkan melalui persepsi pada dasarnya adalah penyimpulan atas informasi yang tidak lengkap atau tidak sepenuhnya didasarkan atas data yang dapat ditangkap indera.

4. Persepsi bersifat tidak akurat, setiap persepsi yang kita akan lakukan akan mengandung kesalahan yang disebabkan oleh pengaruh pengalaman masa lalu, selektif, dan penyimpulan.

5. Persepsi bersifat evaluatif, persepsi tidak akan pernah bersifat objektif karena dalam proses menginterpretasikan makna berdasarkan pengalaman dan

merefleksikan sikap, nilai, dan keyakinan pribadi. Memersepsikan suatu objek perlu dilihat baik atau buruknya keadaan menurut pengalaman dan keyakinan pribadi.

B. Pengertian Masyarakat

Menurut Shadilly (1984:47) masyarakat adalah golongan besar atau kecil terdiri dari beberapa manusia, yang dengan atau karena sendirinya bertalian secara golongan dan pengaruh-mempengaruhi satu sama lain. Pengaruh dan pertalian


(43)

13

kebatinan yang terjadi dengan sendirinya di sini menjadi unsur yangsine qua non

(yang harus ada) bagi masyarakat. Masyarakat bukannya ada dengan hanya menjumlahkan adanya orang-orang saja, di antara mereka harus ada pertalian satu sama lain. Selanjutnya menurut Mulder (2000:50-51) masyarakat adalah kesatuan kehidupan manusia yang diikat bersama oleh sebuah sistem, adat istiadat dan tradisi tertentu yang dijalankan oleh anggota-anggotanya.

Kriteria dari adanya suatu masyarakat menurut Levy (1952) dalam Soekanto (1983:31) adalah :

1. Jangka kehidupan kelompok adalah lebih lama dari individu-individu. 2. Kelompok tersebut mampu untuk mendapatkan anggota-anggota baru paling

tidak melalui reproduksi sosial.

3. Sistem tersebut menyatu dalam mendukung suatu sistem aksi yang bersifat alami.

4. Sistem aksi tersebut harus dapat bersifat mandiri.

Menurut Soekanto (1983:105), masyarakat merupakan suatu bentuk kehidupan bersama manusia, yang mempunyai ciri-ciri pokok sebagai berikut :

1. Manusia yang hidup bersama secara teoritis maka jumlah manusia yang hidup bersama ada dua orang. Di dalam ilmu-ilmu sosial, tidak ada suatu ukuran yang mutlak ataupun angka yang pasti untuk menentukan berapa jumlah manusia yang harus ada.


(44)

14

3. Adanya kesadaran, bahwa setiap manusia merupakan bagian dari suatu kesatuan.

4. Adanya nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi patokan bagi perilaku yang dianggap pantas.

5. Menghasilkan kebudayaan dan mengembangkan kebudayaan tersebut. Menurut Kartono (1994:42) masyarakat akan memberikan reaksi secara tipis terhadap pengaruh-pengaruh baru, yaitu :

1. Pembaharuan dianggap cocok dengan pola kebudayaan lama, sehingga diterima selanjutnya oleh masyarakat.

2. Pembaharuan bisa kontras atau bentrok dengan pola kebudayaan lama, sehingga ditolak secara total.

3. Mungkin pola pembaharuan kurang tepat atau kurang sesuai dengan pola kultural yang asli, akan tetapi bisa dilakukan modifikasi sehingga

pembaharuan yang sudah disesuaikan bisa diterima.

4. Jika suatu pola pembaharuan sangat bertentangan dengan elemen dasar dari satu kebudayaan dan dipaksakan untuk diterima dengan jalan penekanan kekerasan kekuasaan maka pada masyarakat tersebut terjadi proses desintegrasi.


(45)

15

C. Pengelolaan Berbasis Masyarakat

Menurut Nikijuluv, Bergen, dan Khazali (2002) dalam Novita (2009:11-12) mendenifisikan pengelolaan berbasis masyarakat atau Community Based

Management(CBM) sebagai suatu proses pemberian wewenang, tanggung jawab dan kesempatan kepada masyarakat untuk mengelola sumber daya sendiri dengan terlebih dahulu mendenifisikan kebutuhan dan keinginan, tujuan serta aspirasinya. Selanjutnya CBM menyangkut kepada pemberian tanggung jawab kepada

masyarakat sehingga mereka dapat mengambil keputusan yang pada akhirnya menentukan dan berpengaruh pada kesejahteraan hidup mereka.

Menurut Indrawan, Primack, dan Supriatna (2007:342-343) pengelolaan kawasan konservasi oleh pemerintah akan memperoleh peluang yang baik dalam

mempertahankan komunitas hayati apabila tujuan dari pengelolaan tersebut disosialisasikan dengan baik dan didukung sebagian besar masyarakat sekitar kawasan.

Selanjutnya masyarakat berada dalam skenario terbaik akan mengalami hal-hal berikut :

1. Dilibatkan sejak tahap awal perencanaan dan pengelolaan kawasan 2. Dipekerjakan secara resmi untuk melestarikan kawasan.

3. Mendapatkan manfaat langsung dan tidak langsung dari perlindungan keaneragaman hayati di kawasan tersebut.


(46)

16

D. Sumber Daya Alam Hayati

Menurut UU Republik Indonesia No 5 Tahun 1990 tentang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistem, sumber daya alam hayati adalah unsur-unsur hayati di alam yang terdiri dari sumber daya alam nabati (tumbuhan) dan sumber daya alam hewani (satwa) yang bersama dengan unsur nonhayati disekitarnya secara keseluruhan membentuk ekosistem.

Menurut NRMP-USAID (dalam Saputro, 2009:15) manfaat dan penggunaan penilaian sumber daya alam diantaranya :

a. Mengilustrasikan hubungan timbal balik antara ekonomi dan lingkungan yang diperlukan untuk melakukan pengelolaan sumber daya alam.

b. Memberikan masukan bagi proses pemilihan kebijakan bagi pemerintah daerah.

c. Mengidentifikasikanstakeholderekonomi yang penting untuk pengelolaan sumber daya alam yang baik.

d. Menggambarkan keuntungan atau kerugian yang berkaitan dengan berbagai pilihan kebijakan dan program pengelolaan sumber daya alam.

Sumber daya alam hayati mempunyai nilai-nilai biologi, ekonomi, dan budaya yang saling berkaitan. Sumber daya alam hayati diperlukan manusia dengan memenuhi kebutuhannya seperti pangan, sandang, papan, dan kebutuhan industri. Beberapa pemanfaatan sumber daya alam hayati :


(47)

17

1. Sebagai bahan pangan yaitu tumbuh-tumbuhan dan hewan yang dimanfaatkan sebagai :

a. Sumber karbohidrat yaitu padi-padian dan umbi-umbian.

b. Sumber protein yaitu kacang-kacangan, daging hewan, dan telur. c. Sumber lemak yaitu kelapa, kelapa sawit, dan lemak hewan.

d. Sumber vitamin yaitu buah-buahan, sayur-sayuran, dan daging hewan. e. Sumber obat-obatan yaitu berbagai jenis tumbuhan, bakteri, dan jamur. 2. Sebagai bahan sandang antara lain kapas, kapuk, ulat sutra, dan wol kulit

binatang yang dapat dimanfaatkan bahan penutup tubuh.

3. Sebagai bahan papan antara lain kayu jati, kayu mahoni, kayu sengon, bambu, dan kulit binatang yang dapat dimanfaatkan sebagai tempat berlindung

(Adhyzalkandary, 2010:1).

Ada beberapa faktor untuk mengklasifikasikan jenis hutan, yakni sebagai berikut. 1. Cara permudaaan

a. Hutan Alam (Natural Forest): hutan tumbuh alami tanpa campur tangan manusia.

b. Hutan Buatan (Artificial Forest): pohon-pohon sengaja di tanam oleh manusia dan dikelola intensif.

c. Hutan Permudaan Alam (Natural Regeneration Forest): termasuk hutan alam namun terdapat campur tangan manusia dalam pengaturannya.


(48)

18

2. Tinggi Vegetasi

a. Strata pohon dengan tinggi > 5 m;

b. Strata belukar dengan tinggi 90 cm sampai 4 m–5 m; c. Strata lapang tertinggi 45 sampai 80 cm–90 cm; d. Strata lapang sedang dengan tinggi 10 cm–45 cm; e. Strata lapang terendah dengan tinggi 5 cm–10 cm; f. Strata permukaan tanah dengan tinggi 0 cm–5 cm. 3. Jenis Hutan

a. Hutan tak sejenis (heterogen)atauhutan campuran terdiri atas bermacam jenis tumbuhan seperti pada hutan alam atau hutan tanaman.

b. Hutan sejenis (homogen)atauhutan murni, yakni hutan yang banyak didominasi oleh beberapa jenis tumbuhan yang banyaknya 80% dari seluruh populasi yang ada, misalnya hutan jati dan hutan mahoni. 4. Daerah Iklim

a. Hutan tropis, yakn hutan yang tumbuh di daerah tropis yang beriklim >240C:

b. Hutan sub-tropis, yakni hutan yang tumbuh di daerah sub tropis yang beriklim 180C - 240C;

c. Hutan daerah sedang, yakni hutan yang tumbuh di daerah yang beriklim 120C - 180C;


(49)

19

d. Hutan daerah dingin, yakni hutan yang tumbuh di daerah yang beriklim 60C - 120C;

e. Hutan daerah boreal, yakni hutan yang tumbuh di daerah yang beriklim 30C–60C;

f. Hutan daerah sub-kutub, yakni hutan yang tumbuh di daerah yang beriklim 1,50C–30C;

g. Hutan daerah kutub, yakni hutan yang tumbuh di daerah kutub dengan iklim <1,50C.

5. Ketinggian Tempat

a. Hutan dataran rendah, yakni hutan yang tumbuh di daerah berketinggian 0 m–1.000 m di atas permukaan laut.

b. Hutan dataran tinggi, yakni hutan yang tumbuh di daerah yang berketinggian 1.000 m -1.750 m di atas permukaan laut.

c. Hutan pegunungan tinggi (mountaine), yakni hutan tumbuh di daerah berketinggian 3.000 m–4.000 m di atas permukaan laut.

d. Hutan sub-alpine, yakni hutan tumbuh di daerah berketinggian 4.000 m–

4.500 m di atas permukaan laut.

e. Hutan salju, yakni hutan yang tumbuh di daerah berketinggian di atas 5.000 m di atas permukaan laut.

6. Komposisi Umur

a. Hutan seumuratauumur sama, yaitu hutan yang ditanam dalam waktu bersamaan, meski ukuran berbeda karena laju pertumbuhannya berbeda.


(50)

20

b. Hutan tidak seumuratauberbagai umur, yaitu hutan yang mempunyai dua atau tiga kelompok umur atau ukuran misalnya hutan yang terdiri atas pohon yang sudah masak tebang, miskin riap dan ukuran pancang, hutan ini umumnya terdiri atas jenis pohon intoleran.

c. Hutan segala umur, yaitu hutan yang terdiri atas pohon berukuran besar sampai tingkat semai yang meliputi berbagai umur dan ukuran. Hutan ini umumnya mempunyai penyebaran ukuran lebih seragam dan jenisnya serta lebih toleran terhadap naungan.

7. Kerapatan Tegakan

a. Rapat, bila terdapat lebih dari 70% penutupan tajuk. b. Cukup, bila terdapat 40% - 70% penutupan tajuk c. Jarang, bila terdapat kurang dari 40% penutupan tajuk.

Tipe hutan merupakan istilah yang digunakan bagi kelompok tegakan yang mempunyai ciri-ciri sama dalam susunan jenis dan perkembangannya, tipe hutan dibedakan berdasarkan sebaran di wilayah negara bersangkutan sesuai dengan kawasannya. Tipe hutan Indonesia apabila dibagi dalam penyebarannya terdapat 2 bagian posisi, yakni secara vertikal dan secara horizontal.

a. Posisi Vertikal

1) Hutan Pantai(Littoral Forest)merupakan hutan yang tumbuh di

sepanjang pantai laut berpasir dengan tanah kering, tidak pernah tergenang air, dan tidak lebar tetapi justru memanjang.


(51)

21

2) Hutan Payau(Mangrove Forest)disebut juga hutan bakau yang merupakan formasi khas daerah tropika.hutan payau berada di pantai rendah dan tenang, berlumpur atau sedikit berpasir yang mendapat pengaruh pasang surut air laut di mana tidak ada ombak keras. 3) Hutan Rawa( Swamp Forest)adalah hutan yang tumbuh pada tanah

aluvial yang selalu tergenang air tawar dengan ciri-ciri adanya tempat tumbuh beraerasi air dan udara yang buruk.

4) Hutan Gambut( Peat Forest)adalah hutan yang tumbuh di daerah iklim bertipe A dan B dengan tanah organosol atau histosols yang selalu

tergenang air tawar secara periodik dengan keadaan pH rata-rata 3,5–4,0. 5) Hutan Rawa Air Tawar merupakan hutan yang tumbuh di daerah yang

terdapat sungai besar dan secara tetap di hutan ini tergenang air tawar yang kaya mineral dan sedikit asam dari sungai.

6) Hutan Batu Kapur dan Batu Ultrabasik merupakan hutan yang tanahnya mengandung kapur dan berasal dari serpenitit yang mengandung unsur besi dan mangan tinggi.

7) Hutan Dataran Rendah adalah hutan yang tumbuh dan terdapat di daerah yang tidak pernah tergenang air. Jenis pohon yang hidup antara lain jati, sonokeling, meranti, dan sengon.

8) Hutan Dataran Tinggi adalah hutan yang tumbuh di daerah dengan

ketinggian antara 700 m–1.500 m di atas permukaan laut. Jenis pohonnya antara lain rasamala, puspa, dan cemara gunung.


(52)

22

9) Hutan Monsun atau Gugur Daun( Diciduous Forest)adalah hutan campuran yang terdapat di daerah pergantian iklim kering dan penghujan yang biasa disebut juga hutan musim.jenis pohonnya antara lain jati, dlingsem, pilang, bungur, dan kesambi.

10) Hutan Hujan Pegunungan adalah hutan dengan pohon-pohon yang selalu menghijau karena tidak pernah mengugurkan daun serta tumbuh rapat jenis pohon antara lain jemuju, pinus, rasamala, dan damar.

b. Posisi Horizontal

Penyebaran hutan secara horizontal, terutama di bagian selatan khatulistiwa, sejak dari Sumatra di bagian barat sampai timur terdapat beberapa tipe, di antaranya sebagai berikut.

1) Hutan Tropis Basah adalah hutan yang memperoleh curah hujan tinggi yang dikenal sebagai hutan pamah, hutan ini tumbuh di tanah podsol dan latosol dengan drainase yang baik dan terletak cukup jauh dari pantai serta kaya jenis pohon bertajuk tinggi, jenis pohon antara lain meranti,

tengkawang, keruing, kapur, kayu besi, kayu hitam, dan rasamala.

2) Hutan Muson Basah adalah hutan yang terdapat di Jawa Tengah dan Jawa Timur yang memiliki periode musim kemarau antara 4–6 bulan. Curah hujan yang dialami dalam satu tahun kurang dari 1.250 mm –2.000 mm dengan jenis pohon antara lain jati, sonokeling, pilang, dan kelampis. 3) Hutan Muson Kering terdapat di ujung timur Jawa Timur, Bali, Lombok,


(53)

23

Curah hujan dalam satu tahun kurang dari 1.250 mm dengan jenis pohon antara lain jati danEucalyptus.

4) Hutan Sabana merupakan hutan yang banyak ditumbuhi kelompok semak belukar diselingi padang rumput dengan jenis tanaman berduri. Banyak terdapat di Flores, Sumba, dan Timor dengan jenis tumbuhan yaitu

Cactus, Saesalpinea, Leguminosae,danEuphorbiaceae. Curah hujan kurang dari 1.000 mm dalam setahun.

5) Hutan Rumput terdapat di wilayah Timor dengan musim kemarau lebih dari 8 bulan dan waktu musim penghujan curah hujan tidak begitu besar yakni dalam satu tahun kurang dari 1.000 mm.

(Arief, 2005 : 36-42,45-50) E. Zona Penyangga

Zona penyangga merupakan zona resmi dalam kawasan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman yang terletak di antara pemukiman dan kawasan konservasi yang sebenarnya. Dengan demikian, zona penyangga berfungsi untuk melindungi kawasan konservasi terhadap gangguan dari luar dan melindungi kawasan pemukiman terhadap gangguan dari kawasan konservasi.

Istilah daerah penyangga menunjuk kepada baik daerah pemukiman yang terletak diantara kawasan konservasi itu dan daerah pemukiman lain, maupun zona penyangga. Masyarakat di daerah penyangga sering memanfaatkan sumber daya alam di kawasan konservasi yang begitu dekat, maka dari itu daerah penyangga


(54)

24

mempengaruhi dan dipengaruhi oleh Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman secara langsung. ( Beckman, 2004 : 42)

F. Taman Hutan Raya

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.5 Tahun 1990 tentang

konservasi sumber daya alam dan ekosistem, Taman Hutan Raya adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan hewan yang alami atau bukan alami, jenis asli atau bukan asli yang dimanfaatkan untuk keperluan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budi daya, budaya, pariwisata, dan rekreasi. Fungsi dan peran taman hutan raya antara lain :

1. Sebagai sumber plasma nutfah flora dan fauna baik yang asli dari suatu kawasan tertentu maupun hasil-hasil budidaya/rekayasa genetika.

2. Sebagai fungsi lindung terhadap suatu ekosistem alam yang pada akhirnya dapat mempunyai dampak positif terhadap hidrologi dan iklim mikro terhadap daerah-daerah sekitarnya.

3. Sebagai wahana dan daerah penelitian ilmu pengetahuan dan pendidikan alam.

4. Sebagai tempat penyuluhan bagi generasi muda untuk dapat mencintai alam dan lingkungan alami.

5. Sebagai tempat rekreasi dan wisata alam.

Taman hutan raya wan Abdul Rachman ditetapkan sebagai kawasan pelestarian alam TAHURA dengan keputusan Menteri Kehutanan No. 408/Kpts-II/1993


(55)

25

yaitu keputusan tentang perubahan status kawasan hutan dari hutan lindung menjadi taman hutan raya dengan luas 22.249,31 Ha. Taman hutan raya Wan Abdul Rachman terletak di sebelah barat kota Bandar Lampung dan secara administratif pemerintahan bersifat lintas Kabupaten/Kota yaitu sebagian besar kawasan tahura terletak di wilayah kabupaen Pesawaran dan sebagian kecil berada di wilayah kota Bandar Lampung dan secara geografis kawasan tahura

Wan Abdul Racham berada pada posisi 5º23’47” s.d 5º33’34” LS dan 15º21’42” s.d 105º13’42” BT dengan kondisi topografi mulai dari bergelombang, berbukit sampai dengan bergunung. Terdapat empat buah di kawasan tahura Wan Abdul Rachman, yaitu Gunung Betung, Gunung Pesawaran, Gunung Ratai dan Gunung Tangkit Ulu Padang Ratu dengan ketinggian hampir sama yaitu kurang lebih dari 1.600 di atas permukaan laut (Khotimah, 2007: 9-10).

G. Pengertian Artikel Sebagai Media Pembelajaran

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) dalam Ernawati (2009:1) artikel merupakan karya tulis lengkap, misalnya laporan berita, surat kabar, dan

sebagainya atau bisa juga sebuah karangan prosa yang dimuat dalam media massa, yang membahas isu tertentu, persoalan, atau kasus yang berkembang dalam

masyarakat secara lugas. Sedangkan menurut Pranata (2002) dalam Ernawati (2009:1) menyatakan bahwa artikel merupakan karya tulis atau karangan,

karangan non fiksi, karangan tak tentu panjangnya, karangan yang bertujuan untuk menyakinkan, mendidik, atau menghibur, sarana penyampaiannya melalui surat kabar dan majalah.


(56)

26

Menurut Kartono (2009:19-20) terdapat beberapa manfaat yang diperoleh dari kegiatan penulisan yaitu antara lain.

1. Agar pemikiran dapat dipahami oleh orang lain melalui tulisan berupa gagasan dan keinginan dapat dibaca oleh orang lain untuk kemudian dipahami.

2. Adanya perubahan melalui tulisan yang kritis dan menarik akan mendapatkan perhatian pembaca dan khalayak sehingga didapat perubahan setelah

membaca tulisan tersebut.

3. Iklim intelektual selalu berkembang dengan kegiatan diskusi setelah membaca tulisan yang menarik dan kritis.

4. Persolan dapat terdiskusikan secara sejajar karena melalui tulisan dapat tersalurkan ide tanpa melihat latar belakang seseorang yang menulisnya. H. Ekosistem

Menurut Tansley (1935) dalam McNaugton dan Wolf (1998:11) yang dimaksud dengan ekosistem adalah hubungan unsur-unsur organisme dan unsur-unsur lingkungan yang terdapat di lokasi tertentu yang skala spasial dari suatu ekosistem bersifat relatif. Sedangkan ilmu yang mempelajari ekosistem disebut dengan ekologi yang berasal dari bahasa Yunani yaituoikosyang berarti rumah danlogos

yang berarti mempelajari (Campbell, Reece, dan Mitchell, 2004:270). Menurut Indrawan, Primack, dan Supriatna (2007:354-355) tujuan dari


(57)

27

pemerintah, organisasi konservasi, kalangan bisnis, dan pemilik lahan serta masyarakat. Selanjutnya dalam pengelolaan ekosistem terdapat beberapa tema penting yaitu :

1. Memastikan keberlanjutan (viability) semua spesies, kelangsungan hidup perwakilan komunitas hayati maupun seluruh tahapan suksesi yang ada, dan menjaga ekosistem berfungsi efektif.

2. Mencari serta memahami hubungan antara tiap tahap maupun skala yang beroperasi dalam hierarki ekosistem.

3. Memantau komponen-komponen ekosistem, mengumpulkan data dan menggunakan hasil tersebut untuk pengelolaan yang adaptif.

4. Memahami bahwa manusia merupakan bagian dari ekosistem yang penilaiannya akan mempengaruhi tujuan pengelolaan.


(1)

9) Hutan Monsun atau Gugur Daun( Diciduous Forest)adalah hutan campuran yang terdapat di daerah pergantian iklim kering dan penghujan yang biasa disebut juga hutan musim.jenis pohonnya antara lain jati, dlingsem, pilang, bungur, dan kesambi.

10) Hutan Hujan Pegunungan adalah hutan dengan pohon-pohon yang selalu menghijau karena tidak pernah mengugurkan daun serta tumbuh rapat jenis pohon antara lain jemuju, pinus, rasamala, dan damar.

b. Posisi Horizontal

Penyebaran hutan secara horizontal, terutama di bagian selatan khatulistiwa, sejak dari Sumatra di bagian barat sampai timur terdapat beberapa tipe, di antaranya sebagai berikut.

1) Hutan Tropis Basah adalah hutan yang memperoleh curah hujan tinggi yang dikenal sebagai hutan pamah, hutan ini tumbuh di tanah podsol dan latosol dengan drainase yang baik dan terletak cukup jauh dari pantai serta kaya jenis pohon bertajuk tinggi, jenis pohon antara lain meranti,

tengkawang, keruing, kapur, kayu besi, kayu hitam, dan rasamala.

2) Hutan Muson Basah adalah hutan yang terdapat di Jawa Tengah dan Jawa Timur yang memiliki periode musim kemarau antara 4–6 bulan. Curah hujan yang dialami dalam satu tahun kurang dari 1.250 mm –2.000 mm dengan jenis pohon antara lain jati, sonokeling, pilang, dan kelampis. 3) Hutan Muson Kering terdapat di ujung timur Jawa Timur, Bali, Lombok,


(2)

Curah hujan dalam satu tahun kurang dari 1.250 mm dengan jenis pohon antara lain jati danEucalyptus.

4) Hutan Sabana merupakan hutan yang banyak ditumbuhi kelompok semak belukar diselingi padang rumput dengan jenis tanaman berduri. Banyak terdapat di Flores, Sumba, dan Timor dengan jenis tumbuhan yaitu Cactus, Saesalpinea, Leguminosae,danEuphorbiaceae. Curah hujan kurang dari 1.000 mm dalam setahun.

5) Hutan Rumput terdapat di wilayah Timor dengan musim kemarau lebih dari 8 bulan dan waktu musim penghujan curah hujan tidak begitu besar yakni dalam satu tahun kurang dari 1.000 mm.

(Arief, 2005 : 36-42,45-50) E. Zona Penyangga

Zona penyangga merupakan zona resmi dalam kawasan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman yang terletak di antara pemukiman dan kawasan konservasi yang sebenarnya. Dengan demikian, zona penyangga berfungsi untuk melindungi kawasan konservasi terhadap gangguan dari luar dan melindungi kawasan pemukiman terhadap gangguan dari kawasan konservasi.

Istilah daerah penyangga menunjuk kepada baik daerah pemukiman yang terletak diantara kawasan konservasi itu dan daerah pemukiman lain, maupun zona penyangga. Masyarakat di daerah penyangga sering memanfaatkan sumber daya alam di kawasan konservasi yang begitu dekat, maka dari itu daerah penyangga


(3)

mempengaruhi dan dipengaruhi oleh Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman secara langsung. ( Beckman, 2004 : 42)

F. Taman Hutan Raya

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.5 Tahun 1990 tentang

konservasi sumber daya alam dan ekosistem, Taman Hutan Raya adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan hewan yang alami atau bukan alami, jenis asli atau bukan asli yang dimanfaatkan untuk keperluan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budi daya, budaya, pariwisata, dan rekreasi. Fungsi dan peran taman hutan raya antara lain :

1. Sebagai sumber plasma nutfah flora dan fauna baik yang asli dari suatu kawasan tertentu maupun hasil-hasil budidaya/rekayasa genetika.

2. Sebagai fungsi lindung terhadap suatu ekosistem alam yang pada akhirnya dapat mempunyai dampak positif terhadap hidrologi dan iklim mikro terhadap daerah-daerah sekitarnya.

3. Sebagai wahana dan daerah penelitian ilmu pengetahuan dan pendidikan alam.

4. Sebagai tempat penyuluhan bagi generasi muda untuk dapat mencintai alam dan lingkungan alami.

5. Sebagai tempat rekreasi dan wisata alam.

Taman hutan raya wan Abdul Rachman ditetapkan sebagai kawasan pelestarian alam TAHURA dengan keputusan Menteri Kehutanan No. 408/Kpts-II/1993


(4)

yaitu keputusan tentang perubahan status kawasan hutan dari hutan lindung menjadi taman hutan raya dengan luas 22.249,31 Ha. Taman hutan raya Wan Abdul Rachman terletak di sebelah barat kota Bandar Lampung dan secara administratif pemerintahan bersifat lintas Kabupaten/Kota yaitu sebagian besar kawasan tahura terletak di wilayah kabupaen Pesawaran dan sebagian kecil berada di wilayah kota Bandar Lampung dan secara geografis kawasan tahura Wan Abdul Racham berada pada posisi 5º23’47” s.d 5º33’34” LS dan 15º21’42” s.d 105º13’42” BT dengan kondisi topografi mulai dari bergelombang, berbukit sampai dengan bergunung. Terdapat empat buah di kawasan tahura Wan Abdul Rachman, yaitu Gunung Betung, Gunung Pesawaran, Gunung Ratai dan Gunung Tangkit Ulu Padang Ratu dengan ketinggian hampir sama yaitu kurang lebih dari 1.600 di atas permukaan laut (Khotimah, 2007: 9-10).

G. Pengertian Artikel Sebagai Media Pembelajaran

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) dalam Ernawati (2009:1) artikel merupakan karya tulis lengkap, misalnya laporan berita, surat kabar, dan

sebagainya atau bisa juga sebuah karangan prosa yang dimuat dalam media massa, yang membahas isu tertentu, persoalan, atau kasus yang berkembang dalam

masyarakat secara lugas. Sedangkan menurut Pranata (2002) dalam Ernawati (2009:1) menyatakan bahwa artikel merupakan karya tulis atau karangan,

karangan non fiksi, karangan tak tentu panjangnya, karangan yang bertujuan untuk menyakinkan, mendidik, atau menghibur, sarana penyampaiannya melalui surat kabar dan majalah.


(5)

Menurut Kartono (2009:19-20) terdapat beberapa manfaat yang diperoleh dari kegiatan penulisan yaitu antara lain.

1. Agar pemikiran dapat dipahami oleh orang lain melalui tulisan berupa gagasan dan keinginan dapat dibaca oleh orang lain untuk kemudian dipahami.

2. Adanya perubahan melalui tulisan yang kritis dan menarik akan mendapatkan perhatian pembaca dan khalayak sehingga didapat perubahan setelah

membaca tulisan tersebut.

3. Iklim intelektual selalu berkembang dengan kegiatan diskusi setelah membaca tulisan yang menarik dan kritis.

4. Persolan dapat terdiskusikan secara sejajar karena melalui tulisan dapat tersalurkan ide tanpa melihat latar belakang seseorang yang menulisnya. H. Ekosistem

Menurut Tansley (1935) dalam McNaugton dan Wolf (1998:11) yang dimaksud dengan ekosistem adalah hubungan unsur-unsur organisme dan unsur-unsur lingkungan yang terdapat di lokasi tertentu yang skala spasial dari suatu ekosistem bersifat relatif. Sedangkan ilmu yang mempelajari ekosistem disebut dengan ekologi yang berasal dari bahasa Yunani yaituoikosyang berarti rumah danlogos yang berarti mempelajari (Campbell, Reece, dan Mitchell, 2004:270).

Menurut Indrawan, Primack, dan Supriatna (2007:354-355) tujuan dari


(6)

pemerintah, organisasi konservasi, kalangan bisnis, dan pemilik lahan serta masyarakat. Selanjutnya dalam pengelolaan ekosistem terdapat beberapa tema penting yaitu :

1. Memastikan keberlanjutan (viability) semua spesies, kelangsungan hidup perwakilan komunitas hayati maupun seluruh tahapan suksesi yang ada, dan menjaga ekosistem berfungsi efektif.

2. Mencari serta memahami hubungan antara tiap tahap maupun skala yang beroperasi dalam hierarki ekosistem.

3. Memantau komponen-komponen ekosistem, mengumpulkan data dan menggunakan hasil tersebut untuk pengelolaan yang adaptif.

4. Memahami bahwa manusia merupakan bagian dari ekosistem yang penilaiannya akan mempengaruhi tujuan pengelolaan.