Analisis Strategi Kebijakan Pengelolaan Taman Hutan Raya Berbasis Ekososiosistem (Studi Kasus Tahura Wan Abdul Rachman Di Propinsi Lampung)

(1)

ANALISIS STRATEGI KEBIJAKAN PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BERBASIS EKOSOSIOSISTEM (Studi Kasus Tahura Wan Abdul Rachman Di Propinsi Lampung)

NURUL FAJRI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2006


(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis: ANALISIS STRATEGI KEBIJAKAN PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BERBASIS EKOSOSIOSISTEM (Studi Kasus Tahura Wan Abdul Rachman di Propinsi Lampung) adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Desember 2006

Nurul Fajri


(3)

ABSTRAK

NURUL FAJRI. Analisis Strategi Kebijakan Pengelolaan Taman Hutan Raya Berbasis Ekososiosistem (Studi Kasus Tahura Wan Abdul Rachman Di Propinsi Lampung). Dibimbing oleh ANDRY INDRAWAN dan ARZYANA SUNKAR.

Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui karakteristik permasalahan di Tahura Wan Abdurrahman, membuat strategi yang tepat dalam pengelolaan Tahura Wan Abdul Rachman yang komprehensif dan berbasis ekologi, ekonomi, dan sosial budaya, menyajikan peta kesesuaian ruang pemanfatan dalam kaitan pengelolaan tahura WAR berkelanjutan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan metode deskriptif.kualitatif dan kuantitatif. Analisis karakteristik permasalahan kawasan Tahura WAR dilakukan dengan menggunakan metode tabulasi dan dianalisis secara deskriptif. Analisis strategi kebijakan pengelolaan Tahura WAR menggunakan metode PHA (Process Hierarki Analitic) dan SWOT. Sedangkan metode Sistem Informasi Geografis digunakan untuk memberikan arahan pemanfaatan ruang Tahura WAR secara optimal berdasarkan hasil analisis strategi kebijakan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik permasalahan yang mengakibatkan terjadi kerusakan kawasan tahura WAR antara lain: 1) adanya keterserdiaan sumberdaya lahan, 2) adanya oknum petugas yang tidak disiplin, 3) penegakan hukum yang tidak tegas dan tuntas, dan 4) adanya motif sosial ekonomi dan aspek kesejahteraan. Hasil analisis AHP terhadap bentuk pengelolaan Tahura Wan Abdul Rachman menunjukkan bahwa bentuk strategi yang paling utama adalah melakukan strategi pengelolaan secara ekowisata dengan bobot sebesar 0.402 (40,2%), kemudian diikuti strategi pengelolaan gabungan antara Ekowisata-Agroforestry dengan bobot sebesar 0,386 (38,6%) selanjutnya strategi pengelolaan secara Agroforestry dengan bobot sebesar 0,212 (21,2%). Strategi operasional yang harus dilakukan oleh pemerintah adalah : 1) Menurunkan para perambah yang berada di sekitar kawasan yang tidak memiliki izin sebelumnya, 2) Mengkoreksi kembali kebijakan yang telah dibuat seperti misal pemberian izin kepada masyarakat untuk melakukan kegiatan di kawasan tahura yang merupakan kawasan konservasi, padahal berdasarkan UU No. 5 tahun 1990 hal tersebut dilarang, 3) Menindak tegas para petugas yang telah berlaku tidak disiplin dalam proses pengawasan, 4) Mencabut regulasi yang pengaturannya tidak sesuai dan bertentangan dengan perundang-undangan seperti Perda Lampung No. 7 Tahun 2000 tentang Retribusi Izin Pemungutan terhadap Pengambilan Hasil Hutan Bukan Kayu di kawasan Hutan, 5) Membuat pemetaan kawasan yang secara rinci telah memuat blok-blok, baik blok perlindungan maupun blok pemanfaatan yang dapat digunakan untuk kegiatan ekowisata dan kegiatan lainnya, 6) Mengembangkan kegiatan ekowisata di tahura WAR secara kolaboratif dengan masyarakat di sekitar kawasan. Sedangkan hasil analisis keruangan diketahui bahwa daerah yang memiliki kesesuaian ruang untuk pengembanagn ekowisata di Tahura WAR adalah daerah yang bertopografi < 600m dpl serta kemikringan lereng < 40%.


(4)

ABSTRACT

NURUL FAJRI, Policy Strategic Analysis of Grand Forest Park Management based on Ecosociosystem (Case study in WAR Grand Forest Park, Lampung Province). Under the direction ofANDRY INDRAWAN and ARZYANA SUNKAR.

The objective of this research is to determine the characteristics of the problems in WAR Grand Forest Park, to determine a comprehensive management based on ecology, economy and socioculture and to develop a zonation suitability map in relation to sustainable management of WAR Grand Forest Park.

The method used are descriptive, qualitative and quantitative. Analysis of the characteristic of the problem of WAR Grand Forest Park was analyzed by using tabulation and descriptive methodes. Policy strategic analysis for WAR Grand Forest Park management was analyzed using PHA method and SWOT. GIS was used as direction to determine the optional zonation for WAR Grand Forest Parkbased on strategic policy analysis.

The result showed that degradation of WAR Grand Forest Park is caused by: 1) land resources availability (Open access), 2) indiscipline staff in WAR Grand Forest Park, 3) lack of law enforcement, 4) social economic and welfare motivation. PHA analysis showed that the main strategy for management of Tahura WAR is ecotourism (value: 0.402 or 40.2%) followed by ecotourism-agro forestry (value 0.386 or 38.6%), and Agro forestry (value 0.212 or 21.2%). Operational strategies that must be carryout by government are: (1) reducing illegal logging, (2) Policy regulation, (3) law enforcement for indiscipline staffs, (4) removal of regulation that contrast to the local government regulation such as Perda No. 7/2000 on retribution, (5) produce zonation suitability map for ecotourism purpose, (6) develop collaboration management of ecotourism in WAR grand forest park with the communities around Tahura WAR. Spasial analysis showed that region allocated for ecotourism purpose in WAR grand forest park has a topography of 600 mdpl and countur less than 40%.


(5)

©

Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, Tahun 2006

Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apa pun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya


(6)

ANALISIS STRATEGI KEBIJAKAN PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BERBASIS EKOSOSIOSISTEM (Studi Kasus Tahura Wan Abdul Rachman Di Propinsi Lampung)

NURUL FAJRI

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2006


(7)

Judul Penelitian : ANALISIS STRATEGI KEBIJAKAN PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BERBASIS EKOSOSIOSISTEM (Studi Kasus Tahura Wan Abdul Rachman di Propinsi Lampung)

Nama : NURUL FAJRI NRP : P052034041

Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL)

Menyetujui, Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Andry Indrawan, M.S. Ir. Arzyana Sunkar, M.Sc. Ketua Anggota

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pengelolaan Dekan Sekolah Pascasarjana IPB Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Dr. Ir. Surjono H. Sutjahjo, M.S. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, M.S.


(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada Tanggal 12 Nopember 1976 dari pasangan Bapak Choiri Hasan (alm) dan Ibu Basyariah (alm). Penulis merupakan anak keempat dari lima bersaudara.

Tahun 1995 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Bandar Lampung dan pada Tahun 1995 penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Lampung. Penulis memilih Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian pada Fakultas Pertanian dan lulus pada Tahun 2001. Penulis bekerja pada CV. Wira Persada yang bergerak di bidang konsultan. Kemudian pada Tahun 2003 penulis melanjutkan pendidikan pada program studi Pengelolan Sumberdaya Alam dan Lingkungan di Institut Pertanian Bogor.


(9)

PRAKATA

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Rabb semesta alam yang telah mengajarkan hamba-Nya dengan perantaraan kalam. Dengan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah dengan judul: ANALISIS STRATEGI KEBIJAKAN PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BERBASIS EKOSOSIOSISTEM (Studi Kasus Tahura Wan Abdul Rachman di Propinsi Lampung), yang merupakan satu dari sekian nikmat, rahmat dan karunia Allah Yang Maha Rahiim kepada penulis.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyelesaian tesis ini, mulai dari tahap pelaksanaan penelitian, pengolahan data hingga penulisan hasil tidak terlepas dari bimbingan, bantuan dan arahan berbagai pihak. Maka dengan segala kerendahan hati pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Andry Indrawan, M.S., dan Ir. Arzyana Sunkar, M.Sc. atas ilmu, arahan, dan bimbingan yang diberikan selama penulis menjadi mahasiswa SPL, melaksanakan penelitian hingga penyelesaian tesis.

2. Prof. Dr. Ir. Endang Suhendang, M.S. selaku penguji luar komisi, atas ilmu, bimbingan dan arahan dalam penyempurnaan tesis.

3. Dr. Ir. Surjono H. Sutjahjo, M.S. selaku Ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan atas arahannya selama penulis menjalankan studi dan penyusunan karya ilmiah ini.

6. Ku cintai Ba’ dan Ema’ (Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya) yang dengan rasa kasih sayang dan pengorbanan yang tulus telah memberikan inspirasi dan semangat bagi penulis (Terimakasih Do’a dan senyumnya ya Ma’, sungguh tidak sisa-sia). Ya Rabb, bahagiakan mereka di sana, aamiin. 7. Kakak-kakak dan adikku (Bang Nasir, Bang Agus, Bang Zul, Endra), serta

Kaka Ona, Kaka Tuti, dan Nina atas doa, kasih sayang, dorongan semangat dan semua dukungan yang senantiasa dicurahkan untuk keberhasilan penulis. 8. Si cinta Amula Nurfiarini, yang dengan penuh kesabaran dan cinta


(10)

9. Ayah dan Ibu serta saudara-saudaraku di Metro yang telah memberikan perhatian dan bantuan baik moril maupun materil bagi penulis.

7. Puan, Bos Udin & Istri, Mas Yanto, Pak Jamlis, Ophie, Sari, Yenny, dan Yudi atas bantuan serta ukhuwahnya yang indah dan dengan caranya masing-masing telah memberi warna kepada penulis.

8. Seluruh staf pengajar dan administrasi Program Studi PSL, staf administrasi pada Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor serta semua pihak yang telah membantu penulis selama masa perkuliahan, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis berharap Tesis ini dapat berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan semua pihak yang membutuhkan. Amiiin.

Bogor, Desember 2006


(11)

ANALISIS STRATEGI KEBIJAKAN PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BERBASIS EKOSOSIOSISTEM (Studi Kasus Tahura Wan Abdul Rachman Di Propinsi Lampung)

NURUL FAJRI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2006


(12)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis: ANALISIS STRATEGI KEBIJAKAN PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BERBASIS EKOSOSIOSISTEM (Studi Kasus Tahura Wan Abdul Rachman di Propinsi Lampung) adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Desember 2006

Nurul Fajri


(13)

ABSTRAK

NURUL FAJRI. Analisis Strategi Kebijakan Pengelolaan Taman Hutan Raya Berbasis Ekososiosistem (Studi Kasus Tahura Wan Abdul Rachman Di Propinsi Lampung). Dibimbing oleh ANDRY INDRAWAN dan ARZYANA SUNKAR.

Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui karakteristik permasalahan di Tahura Wan Abdurrahman, membuat strategi yang tepat dalam pengelolaan Tahura Wan Abdul Rachman yang komprehensif dan berbasis ekologi, ekonomi, dan sosial budaya, menyajikan peta kesesuaian ruang pemanfatan dalam kaitan pengelolaan tahura WAR berkelanjutan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan metode deskriptif.kualitatif dan kuantitatif. Analisis karakteristik permasalahan kawasan Tahura WAR dilakukan dengan menggunakan metode tabulasi dan dianalisis secara deskriptif. Analisis strategi kebijakan pengelolaan Tahura WAR menggunakan metode PHA (Process Hierarki Analitic) dan SWOT. Sedangkan metode Sistem Informasi Geografis digunakan untuk memberikan arahan pemanfaatan ruang Tahura WAR secara optimal berdasarkan hasil analisis strategi kebijakan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik permasalahan yang mengakibatkan terjadi kerusakan kawasan tahura WAR antara lain: 1) adanya keterserdiaan sumberdaya lahan, 2) adanya oknum petugas yang tidak disiplin, 3) penegakan hukum yang tidak tegas dan tuntas, dan 4) adanya motif sosial ekonomi dan aspek kesejahteraan. Hasil analisis AHP terhadap bentuk pengelolaan Tahura Wan Abdul Rachman menunjukkan bahwa bentuk strategi yang paling utama adalah melakukan strategi pengelolaan secara ekowisata dengan bobot sebesar 0.402 (40,2%), kemudian diikuti strategi pengelolaan gabungan antara Ekowisata-Agroforestry dengan bobot sebesar 0,386 (38,6%) selanjutnya strategi pengelolaan secara Agroforestry dengan bobot sebesar 0,212 (21,2%). Strategi operasional yang harus dilakukan oleh pemerintah adalah : 1) Menurunkan para perambah yang berada di sekitar kawasan yang tidak memiliki izin sebelumnya, 2) Mengkoreksi kembali kebijakan yang telah dibuat seperti misal pemberian izin kepada masyarakat untuk melakukan kegiatan di kawasan tahura yang merupakan kawasan konservasi, padahal berdasarkan UU No. 5 tahun 1990 hal tersebut dilarang, 3) Menindak tegas para petugas yang telah berlaku tidak disiplin dalam proses pengawasan, 4) Mencabut regulasi yang pengaturannya tidak sesuai dan bertentangan dengan perundang-undangan seperti Perda Lampung No. 7 Tahun 2000 tentang Retribusi Izin Pemungutan terhadap Pengambilan Hasil Hutan Bukan Kayu di kawasan Hutan, 5) Membuat pemetaan kawasan yang secara rinci telah memuat blok-blok, baik blok perlindungan maupun blok pemanfaatan yang dapat digunakan untuk kegiatan ekowisata dan kegiatan lainnya, 6) Mengembangkan kegiatan ekowisata di tahura WAR secara kolaboratif dengan masyarakat di sekitar kawasan. Sedangkan hasil analisis keruangan diketahui bahwa daerah yang memiliki kesesuaian ruang untuk pengembanagn ekowisata di Tahura WAR adalah daerah yang bertopografi < 600m dpl serta kemikringan lereng < 40%.


(14)

ABSTRACT

NURUL FAJRI, Policy Strategic Analysis of Grand Forest Park Management based on Ecosociosystem (Case study in WAR Grand Forest Park, Lampung Province). Under the direction ofANDRY INDRAWAN and ARZYANA SUNKAR.

The objective of this research is to determine the characteristics of the problems in WAR Grand Forest Park, to determine a comprehensive management based on ecology, economy and socioculture and to develop a zonation suitability map in relation to sustainable management of WAR Grand Forest Park.

The method used are descriptive, qualitative and quantitative. Analysis of the characteristic of the problem of WAR Grand Forest Park was analyzed by using tabulation and descriptive methodes. Policy strategic analysis for WAR Grand Forest Park management was analyzed using PHA method and SWOT. GIS was used as direction to determine the optional zonation for WAR Grand Forest Parkbased on strategic policy analysis.

The result showed that degradation of WAR Grand Forest Park is caused by: 1) land resources availability (Open access), 2) indiscipline staff in WAR Grand Forest Park, 3) lack of law enforcement, 4) social economic and welfare motivation. PHA analysis showed that the main strategy for management of Tahura WAR is ecotourism (value: 0.402 or 40.2%) followed by ecotourism-agro forestry (value 0.386 or 38.6%), and Agro forestry (value 0.212 or 21.2%). Operational strategies that must be carryout by government are: (1) reducing illegal logging, (2) Policy regulation, (3) law enforcement for indiscipline staffs, (4) removal of regulation that contrast to the local government regulation such as Perda No. 7/2000 on retribution, (5) produce zonation suitability map for ecotourism purpose, (6) develop collaboration management of ecotourism in WAR grand forest park with the communities around Tahura WAR. Spasial analysis showed that region allocated for ecotourism purpose in WAR grand forest park has a topography of 600 mdpl and countur less than 40%.


(15)

©

Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, Tahun 2006

Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apa pun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya


(16)

ANALISIS STRATEGI KEBIJAKAN PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BERBASIS EKOSOSIOSISTEM (Studi Kasus Tahura Wan Abdul Rachman Di Propinsi Lampung)

NURUL FAJRI

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2006


(17)

Judul Penelitian : ANALISIS STRATEGI KEBIJAKAN PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BERBASIS EKOSOSIOSISTEM (Studi Kasus Tahura Wan Abdul Rachman di Propinsi Lampung)

Nama : NURUL FAJRI NRP : P052034041

Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL)

Menyetujui, Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Andry Indrawan, M.S. Ir. Arzyana Sunkar, M.Sc. Ketua Anggota

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pengelolaan Dekan Sekolah Pascasarjana IPB Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Dr. Ir. Surjono H. Sutjahjo, M.S. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, M.S.


(18)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada Tanggal 12 Nopember 1976 dari pasangan Bapak Choiri Hasan (alm) dan Ibu Basyariah (alm). Penulis merupakan anak keempat dari lima bersaudara.

Tahun 1995 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Bandar Lampung dan pada Tahun 1995 penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Lampung. Penulis memilih Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian pada Fakultas Pertanian dan lulus pada Tahun 2001. Penulis bekerja pada CV. Wira Persada yang bergerak di bidang konsultan. Kemudian pada Tahun 2003 penulis melanjutkan pendidikan pada program studi Pengelolan Sumberdaya Alam dan Lingkungan di Institut Pertanian Bogor.


(19)

PRAKATA

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Rabb semesta alam yang telah mengajarkan hamba-Nya dengan perantaraan kalam. Dengan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah dengan judul: ANALISIS STRATEGI KEBIJAKAN PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BERBASIS EKOSOSIOSISTEM (Studi Kasus Tahura Wan Abdul Rachman di Propinsi Lampung), yang merupakan satu dari sekian nikmat, rahmat dan karunia Allah Yang Maha Rahiim kepada penulis.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyelesaian tesis ini, mulai dari tahap pelaksanaan penelitian, pengolahan data hingga penulisan hasil tidak terlepas dari bimbingan, bantuan dan arahan berbagai pihak. Maka dengan segala kerendahan hati pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Andry Indrawan, M.S., dan Ir. Arzyana Sunkar, M.Sc. atas ilmu, arahan, dan bimbingan yang diberikan selama penulis menjadi mahasiswa SPL, melaksanakan penelitian hingga penyelesaian tesis.

2. Prof. Dr. Ir. Endang Suhendang, M.S. selaku penguji luar komisi, atas ilmu, bimbingan dan arahan dalam penyempurnaan tesis.

3. Dr. Ir. Surjono H. Sutjahjo, M.S. selaku Ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan atas arahannya selama penulis menjalankan studi dan penyusunan karya ilmiah ini.

6. Ku cintai Ba’ dan Ema’ (Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya) yang dengan rasa kasih sayang dan pengorbanan yang tulus telah memberikan inspirasi dan semangat bagi penulis (Terimakasih Do’a dan senyumnya ya Ma’, sungguh tidak sisa-sia). Ya Rabb, bahagiakan mereka di sana, aamiin. 7. Kakak-kakak dan adikku (Bang Nasir, Bang Agus, Bang Zul, Endra), serta

Kaka Ona, Kaka Tuti, dan Nina atas doa, kasih sayang, dorongan semangat dan semua dukungan yang senantiasa dicurahkan untuk keberhasilan penulis. 8. Si cinta Amula Nurfiarini, yang dengan penuh kesabaran dan cinta


(20)

9. Ayah dan Ibu serta saudara-saudaraku di Metro yang telah memberikan perhatian dan bantuan baik moril maupun materil bagi penulis.

7. Puan, Bos Udin & Istri, Mas Yanto, Pak Jamlis, Ophie, Sari, Yenny, dan Yudi atas bantuan serta ukhuwahnya yang indah dan dengan caranya masing-masing telah memberi warna kepada penulis.

8. Seluruh staf pengajar dan administrasi Program Studi PSL, staf administrasi pada Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor serta semua pihak yang telah membantu penulis selama masa perkuliahan, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis berharap Tesis ini dapat berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan semua pihak yang membutuhkan. Amiiin.

Bogor, Desember 2006


(21)

DAFTAR ISI

Halaman

Prakata ... i

Daftar Isi ... iii

Daftar Tabel ... v

Daftar Gambar ... vii

Daftar Lampiran ... viii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan Penelitian ... 4

1.3. Kerangka Pemikiran ... 4

1.4. Rumusan Masalah ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Sistem kawasan Konservasi di Indonesia ... 8

2.2. Landasan Teori ... 9

2.2.1. Konsep Strategi ... 9

2.2.2. Analisis Kebijakan ... 10

2.2.3. Pengelolaan Hutan ... 13

2.2.4. Konflik Pengelolaan Sumberdaya ... 14

2.2.5. Proses Hirarki Analitik ... 15

2.2.6. Analisis SWOT ... 17

III. METODE PENELITIAN ... 20

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 20

3.2. Tahapan Penelitian ... 20

3.3. Pengumpulan Data ... 21

3.4. Analisis Data ... 23

3.4.1 Analisis Karakteristik permasalahan kawasan tahura WAR 23 3.4.2 Analisis Strategi Kebijakan ... 23

3.4.3 Analisis Kesesuaian Ruang ... 28


(22)

IV. GAMBARAN UMUM ... 31 4.1 Letak Geografis dan Batas Kawasan ... 31 4.2 Kondisi dan Potensi Fisik Kawasan ... 31 4.3 Kondisi dan Potensi Biotik ... 39 4.4. Kondisi dan Potensi Sosial, Ekonomi, dan Budaya ... 43 V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 47 5.1 Pengelolaan Tahura WAR ... 47 5.1.1 Fungsi dan Kewenangan Kelembagaan ... 53 5.2 Karakteristik Permasalahan di Kawasan Tahura WAR ... 61 5.2.1 Dorongan dari Luar Tahura WAR ... 63 5.2.2 Daya Tarik dari Dalam tahura WAR ... 67 5.3 Strategi Pengelolaan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman ... 75 5.3.1 Aspek ... 78 5.3.2 Sasaran ... 79 5.3.3 Alternatif Strategi yang Dipilih ... 81 5.3.4 Sintesis Strategi ... 83 5.3.5 Skenario Kebijakan (Analisis Sensistivitas) ... 95 5.3.6 Skenario Kebijakan bila terjadi peningkatan di aspek Ekologi 96 5.3.7 Skenario Kebijakan bila terjadi peningkatan di aspek Ekonomi 97 5.3.8 Skenario Kebijakan bila terjadi peningkatan di aspek sosbud 97 5.4 Faktor Internal dan Eksternal (SWOT) ... 98 5.5 Ruang Pemanfaatan pada Blok Pemanfaatan ... 101 5.6 Arahan Pengelolaan Kawasan Tahura ... 103 V. KESIMPULAN ... 107 6.1 Kesimpulan ... 107 6.2 Saran ... 108 DAFTAR PUSTAKA ... 109 LAMPIRAN... 114


(23)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Model Matriks TOWS dalam Analisis SWOT ... 18 2. Jenis dan Sumber data primer yang diperlukan dalam penelitian ... 22 3. Jenis dan sumber data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ... 23 4. Skala banding secara berpasangan ... 26 5. Nilai RI pada ordo bermatriks n ... 27 6. Indikator-indikator dalam pengambilan keputusan menggunakan

AHP ... 28 7. Curah hujan (mm) bulanan selama 10 tahun ... 33 8. Kondisi iklim rata-rata selama 10 tahun ... 33 9. Kondisi hidrologi Sub-Das wilayah Gunung Betung ... 34 10. Jenis Pohon dan tanaman yang dibudidayakan di areal tahura ... 41 11. Jenis hewan yang berada di sekitar kawasan tahura ... 43 12. Jumlah dan kepadatan penduduk desa yang tercakup dalam wilayah

kecamatan di sekitar Tahura WAR ... 43 13. Distribusi penduduk tiga kecamatan di sekitar Tahura WAR

berdasarkan mata pencahariannya ... 44 14. Rangkaian proses dialog pemetaan masalah dan sengketa dalam

pengelolaan Kawasan Tahura Wan Abdurrachman serta pengembangan gagasan penyelasaiannya... 53 15. Peraturan perundangan-undangan yang mengatur pelaksanaan

kawasan konservasi ... 56 16. Skala Prioritas Aspek ... 78 17. Skala Prioritas Sasaran Keberlanjutan ekologi ... 79 18. Skala Prioritas Sasaran keberlanjutan ekonomi ... 80 19. Skala Prioritas Sasaran keberlanjutan Sosial Budaya ... 81 20. Pilihan Strategi Pengelolaan Tahura WAR pilihan Responden ... 82 21. Skala Prioritas Strategi ... 83 22. Arahan program sumberdaya wisata alam ... 88 23. Arahan program pengelolaan wisata ... 88


(24)

24. Arahan program pengelolaan pengunjung... 89 25. Arahan program pelibatan masyarakat ... 90 26. Faktor eksternal dan internal ... 99


(25)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka pemikiran Analisis Kebijakan Pengelolaan Tahura Wan

Abdurrahman Berbasis Eko-Sosio-Sistem ... 6 2. Diagram Alir Tahapan Penelitian Analisis Strategi Pengelolaan

Tahura Wan Abdurrahman berbasis Ekososiosistem ... 21 3. Matriks EFA/IFA dalam analisis SWOT ... 28 4. Langkah Kerja Pembuatan Peta Ruang Pemanfaatan ... 29 5. Peta Lokasi. ... 32 6. Peta Ketinggian ... 37 7. Peta Kelas Lereng ... 38 8. Peta Land Use Tahura ... 40 10. Pengolahan tanah dan pola tanam yang tidak memperhatikan aspek

pelestarian lahan ... 45 11. Peta Blok Pengelolaan Tahura ... 49 12. Tahapan Rencana Umum Proses Penyusunan Pengelolaan

Kolaboratif Kawasan Tahura WAR Register 19 . ... 52 13. Penyebab Kerusakan Kawasan Tahura WAR ... 59 14. Potensi Wisata yang ada di Kawasan Tahura WAR ... 60 15. Grafik distribusi jumlah responden berdasar pekerjaan sampingan ... 64 16. Grafik distribusi pendapatan masyarakat sekitar tahura ... 65 17. Grafik responden menurut alasan keberadaanya ... 66 18. Grafik responden berdasarkan cara mendapatkan lahan garapan ... 69 19. Grafik distribusi responden yang mendapat ijin menggarap lahan

dalam kawasan Tahura WAR ... 71 20. Struktur Hierarki Strategi pengelolaan tahura WAR ... 77 21. Grafik skala prioritas strategi pengelolaan tahura WAR ... 83 22. Skema manfaat Agroforestry ... 92 23. Grafik analisis sensitifitas model dynamic ... 95 24. Grafik analisis sensitifitas model dynamic untuk peningkatan ekologi


(26)

25. Grafik analisis sensitifitas model dynamic untuk peningkatan

ekonomi sebesar 68% ... 97 26. Grafik analisis sensitifitas model dynamic untuk peningkatan sosbud

sebesar 68% ... 98 27. Diagram kuadran strategi operasional di tahura WAR ... 100 28. Peta kesesuaian lokasi strategi pengelolaan. ... 104


(27)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Jadwal Penelitian ... 115 2. Matrik EFAS dan IFAS ... 116 3. Daftar Pertanyaan (Kuesioner) ... 117


(28)

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kawasan Tahura Wan Abdul Rachman di Propinsi Lampung adalah salah satu kawasan yang amat vital sebagai penyangga kehidupan ekonomi, sosial dan ekologis bagi masyarakat Lampung. Letak kawasan yang memiliki wilayah seluas 22.244 hektar tersebut dikelilingi oleh wilayah administratif Kabupaten Lampung Selatan dan Kota Bandar Lampung. Karakteristik bentang alam yang demikian spesifik menjadikan wilayah tersebut sebagai penyedia berbagai jasa lingkungan bagi wilayah sekitarnya. Di sisi lain, karakteristik demografi di sekitar kawasan adalah penduduk dari 34 desa sehingga tidak dapat dihindari bahwa pengelolaan ekosistem di dalam kawasan turut dipengaruhi olehnya. Setidaknya terdapat lebih kurang 5000 kk di luar dan di dalam kawasan yang menggantungkan hidupnya pada ekosistem Tahura Wan Abdul Rachman. Belum lagi adanya aktivitas perkotaan dengan berbagai macam bentuk sarana maupun prasarana seperti Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), transportasi, infrastruktur irigasi dan lain sebagainya, secara langsung maupun tidak langsung turut mempengaruhi bentuk perubahan penggunaan lahan di dalam kawasan Tahura Wan Abdul Rachman.

Kawasan Tahura Wan Abdul Rachman telah mengalami kerusakan sebesar 72% dan hanya 28% yang diperkirakan masih utuh berupa hutan alam atau primer (Dishut Lampung, 2004). Dari 72% areal di kawasan yang rusak tersebut telah terkonversi menjadi pemukiman (talang-talang), perkebunan coklat, kopi, dan tanaman hortikultura lainnya. Bahkan ada yang dibiarkan kosong dan berupa padang rumput. Para penduduk melakukan kegiatan-kegiatan perambahan dan pengrusakan hutan dengan alasan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Ditambah lagi dengan tidak efektifnya pola pengelolaan yang dilakukan oleh pemerintah yang disebabkan keterbatasan sarana dan prasarana dan juga sumberdaya manusia, sehingga laju kerusakan semakin bertambah.

Sebelum menjadi kawasan konservasi, Tahura Wan Abdul Rachman merupakan kawasan hutan lindung dengan nama Gunung Betung Register 19


(29)

2 Berdasarkan Besluit Resident Lampung Distrik No. 307 tanggal 31 Maret 1941. Walaupun dengan status kawasan lindung, hutan tersebut mengalami kerusakan-kerusakan yang sangat parah yang dilakukan oleh para penduduk. Kemudian berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 408/KPTS-II/1993 tanggal 10 Agustus 1993, kawasan lindung tersebut berubah status menjadi kawasan konservasi yang berupa Taman Hutan Raya (Tahura) dengan nama Wan Abdul Rachman atau disingkat dengan WAR. Hal ini dilakukan untuk menekan laju kerusakan yang ditimbulkan.

Adapun kriteria penunjukkan dan penetapan Tahura Wan Abdul Rachman sebagai kawasan taman hutan raya adalah karena (UU N0. 5/1990 pasal 1):

1. Merupakan kawasan dengan ciri khas baik asli maupun buatan baik pada kawasan yang ekosistemnya masih utuh ataupun kawasan yang ekosistemnya sudah berubah;

2. Memiliki keindahan alam dan atau gejala alam; dan

3. Mempunyai luas yang cukup yang memungkinkan untuk pembangunan koleksi tumbuhan dan atau satwa baik jenis asli dan atau bukan asli.

Arah dan tujuan pengelolaan Tahura Wan Abdul Rachman sebagai kawasan konservasi dimaksudkan untuk melestarikan kawasan hutan alam yang memiliki koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli (endemik) atau bukan asli (eksotik) yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi (Dishut Lampung, 2004).

Walaupun telah terjadi perubahan status kawasan menjadi kawasan konservasi, diiringi dengan meningkatnya jumlah penduduk dan kebutuhan masyarakat setempat serta kegiatan pembangunan di sekitar kawasan, memunculkan berbagai permasalahan dalam pemanfaatan sumberdaya alam Tahura Wan Abdul Rachman menyangkut aspek pemanfaatan sumberdaya hutan, sumberdaya lahan, daerah aliran sungai, dan sebagian kecil sumberdaya pesisir. Adapun kerusakan yang timbul adalah diakibatkan adanya kegiatan-kegiatan ilegal yang dilakukan oleh masyarakat di sekitar kawasan dengan cara melakukan perambahan dan konversi lahan menjadi areal pemukiman dan budidaya.


(30)

3 Dengan sistem pengelolaan yang tidak serius dan apa adanya yang dilakukan oleh pemerintah setempat menyebabkan laju kerusakan kawasan tersebut semakin parah dan tak terkendali, dimana berdasarkan hasil pengamatan citra terlihat bahwa sebagaian besar kawasan hutan primer di kawasan tersebut telah rusak, dan berganti menjadi areal perkebunan dan permukiman bahkan menjadi areal rumput yang kosong dan tidak ditanami apa-apa.

Sebagai kawasan konservasi, hendaknya pengelolaan yang dilakukan harus berbasis ekologi, ekonomi dan sosial-budaya (ekososiosistem). Sehingga dengan pengelolaan yang terintegrasi dimana memadukan antara aspek ekologi, ekonomi, dan sosial budaya diharapkan dapat meminimalisir kerusakan. Adapun Rencana pengelolaan taman hutan raya sekurang-kurangnya memuat tujuan pengelolaan, dan garis besar kegiatan yang menunjang upaya perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan kawasan.

Secara ekologis, keutuhan dan kelangsungan proses-proses ekologis dari masing-masing ekosistem harus tetap dijaga dan terpelihara, sehingga fungsi dan manfaat ekologis dari ekosistem tersebut tetap baik bagi berlangsungnya proses kehidupan hayati (flora dan fauna), maupun manfaat ekologis bagi kehidupan manusia dapat tetap berlangsung dan berkelanjutan.

Secara ekonomis, dapat memberikan solusi yang sehat atas permasalahan ekonomi yang dihadapi oleh penduduk pada saat ini, setidaknya pemerintah daerah memberi alternatif sumber pendapatan kepada para penduduk sebagai alternatif ekonomi yang memungkinkan para penduduk untuk tidak kembali ke hutan.

Secara sosial budaya, dimana prilaku masyarakat selama ini tergantung dari usaha melakukan budidaya di dalam kawasan dan pesimis terhadap peluang untuk mencari tingkat penghidupan yang layak di luar kawasan, sehingga dengan adanya pengelolaan yang memadukan ketiga aspek tersebut pemerintah dapat melakukan perubahan dari prilaku masyarakat tersebut, sehingga beralih ke prilaku berusaha di luar kawasan.

Untuk menanggulangi kerusakan fisik habitat dan sumberdaya lebih lanjut dari praktek pemanfaatan sumberdaya kawasan yang cenderung tidak terkendali, serta tetap terpeliharanya keberadaan dan kelestarian ekosistem dengan segenap


(31)

4 fungsi utama kawasan, maka sangat diperlukan langkah-langkah kebijakan pengelolaan Tahura Wan Abdul Rachman secara lebih terencana dan terpadu yang dapat mengakomodasi berbagai kepentingan baik antar sektor maupun antar pengguna (user/stakeholders) terutama mencakup aspek perlindungan fungsi ekologis kawasan, dan aspek pemanfaatan terbatas dengan nilai ekonomi optimal, serta pemberdayaan dan pelibatan masyarakat setempat sesuai dengan fungsi dan daya dukung Tahura sebagai kawasan konservasi.

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian tentang analisis Kebijakan Pengelolaan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman di Propinsi Lampung berbasis Eko-Sosio-Sistem sangat relevan untuk dilakukan.

1.2. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

(1) Mengetahui karakteristik permasalahan di Tahura Wan Abdurrahman,

(2) Membuat strategi yang tepat dalam pengelolaan Tahura Wan Abdul Rachman yang komprehensif dan berbasis ekologi, ekonomi, dan sosial budaya,

(3) Menyajikan peta kesesuaian ruang pemanfatan dalam kaitan pengelolaan tahura WAR berkelanjutan.

Hasil penelitian ini akan memberikan informasi bagi pemerintah daerah Propinsi Lampung dalam pengelolaan wilayah Tahura Wan Abdul Rachman secara lebih baik.

1.3. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan, maka sebelum kerusakan ekosistem dan sumberdaya di kawasan Tahura Wan Abdul Rachman berlanjut, langkah yang harus dilakukan adalah membuat suatu kebijakan pengelolaan secara terencana dan terpadu yang dapat mengakomodasi berbagai kepentingan pemanfaatan dari berbagai sektor dan stakeholders melalui kebijakan pengelolaan pendekatan model ekososiosistem, sehingga nantinya akan diperoleh konsep pengelolaan tahura yang berkelanjutan.


(32)

5 Secara umum, kebijakan pengelolaan berbasis ekososiosistem dibangun berdasarkan pada tiga aspek (sistem), yaitu aspek ekologi, aspek ekonomi, dan aspek sosial budaya. Aspek ekologi ditekankan pada faktor-faktor kesesuaian peruntukkan dan daya dukung lingkungan yang mencirikan kondisi ekologi suatu kawasan berdasarkan kondisi biogeofisik, sosial, ekonomi dari sumberdaya dan lingkungan di kawasan tersebut.

Aspek ekologi terkait pula dengan aspek sosial ekonomi dan sosial budaya masyarakat sebagai pelaku dan pengguna (pemanfaat) kawasan. Kajian aspek sosial ekonomi di bangun dari faktor pemberdayaan dan partisipasi masyarakat khususnya masyarakat di sekitar kawasan yang merupakan indikator bagi tingkat keterlibatan masyarakat dalam program pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan tahura secara terpadu dan berkelanjutan. Upaya pemberdayaan dan pelibatan masyarakat sangat penting, karena masyarakat sebagai pengguna kawasan akan memperoleh manfaat dari keberadaan kawasan tahura. Oleh karena itu, masyarakat juga harus peduli dan dapat terlibat aktif dalam pengawasan dan pengelolaan kawasan.

Salah satu upaya yang dapat ditempuh untuk meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya kawasan adalah meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang pentingnya perlindungan lingkungan dan pola pemanfaatan yang berkelanjutan, pengembangan keterampilan, peningkatan aksesibilitas di bidang ekonomi, dan penyediaan wadah organisasi kelembagaan sosial kemasyarakatan.

Berdasarkan atas kajian kebijakan pengelolaan melalui pendekatan ekososiosistem dan dengan mengintegrasikan aspek kelembagaan, kebijakan pengelolaan dan program yang sebelumnya telah ditetapkan baik oleh pemerintah daerah, maupun lembaga pengelola kawasan, maka disusunlah analisis Kebijakan Pengelolaan Kawasan Tahura tersebut, yang hasilnya merupakan konsep atau desain pengelolaan tahura yang secara teknis memungkinkan, secara ekonomi menguntungkan, sosial dapat dipertanggungjawabkan, dan secara ekologi berkelanjutan. Secara skematik, kerangka pemikiran dari penelitian ini disajikan pada gambar 1.


(33)

6

Kepentingan Masyarakat

Kebijakan Pemerintah

Konflik Pengelolaan

Analisis Kebijakan

Aspek Ekologi

Aspek Ekonomi

Aspek Sosial-budaya

Analisis Ekososiosistem

Stakeholder

Kebijakan Pengelolaan Berkelanjutan Kawasan Tahura

WAR

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Analisis Kebijakan Pengelolaan Tahura Wan Abdul Rachman Berbasis Eko-Sosio-Sistem

1.4. Rumusan Masalah

Dalam proses mengusahakan perlindungan suatu sumberdaya alam, sering kali usaha tersebut terganjal oleh dinamika masyarakat yang berada di sekitar suatu sumberdaya tersebut. Dimana kecenderungan dari dinamika tersebut adalah perlunya ruang untuk dimanfaatkan dalam proses pengembangan dan peningkatan kualitas hidup. Sehingga sering terjadi benturan antara kepentingan masyarakat yang menginginkan adanya penghidupan yang layak dan kepentingan pemerintah yang menginginkan lingkungan yang lestari.


(34)

7 Seiring dengan perkembangan waktu dimana populasi manusia semakin meningkat, terdapat fakta bahwa kawasan tersebut mengalami kerusakan akibat ketidakjelasan proses pengelolaannya, tercatat lebih dari 72% lahan di kawasan telah mengalami kerusakan dan hanya 28% yang masih utuh menjadi hutan primer. Sehingga permasalahan yang dapat dirumuskan adalah: Bagaimana membangun strategi yang harus diterapkan dalam pengelolaan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman yang berkelanjutan ditinjau secara ekologi, ekonomi dan sosial budaya.


(35)

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistem kawasan Konservasi di Indonesia

Menurut IUCN (1980) Kawasan Pelestarian Alam (KPA) yaitu Kawasan Konservasi, baik di daratan maupun perairan yang mempunyai fungsi sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya. Kawasan pelestarian alam mencakup Taman Nasional (TN), Taman Wisata Alam (TW), dan Taman Hutan Raya (Tahura).

Taman Hutan Raya merupakan KPA untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli atau bukan asli (eksotik) yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi (IUCN, 1980).

Menurut Dinas Kehutanan Propinsi Lampung (2005) Tahura Wan Abdul Rachman ditetapkan sebagai kawasan pelestarian alam (konservasi) oleh Menteri Kehutanan berdasarkan Keputusan No. 408/KPTS-II/1993 tanggal 10 Agustus 1993, yang ditujukan untuk tempat koleksi tumbuhan dan satwa liar yang alami atau buatan, jenis asli dan atau bukan asli. Kemudian berdasarkan SK Menhut No 107/Kpts-II/2003 tertanggal 24 Maret 2003, tugas pembantuan pengelolaan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman diserahkan kepada Gubernur Propinsi Lampung. Hal ini dikarenakan wilayah Tahura Wan Abdul Rachman terletak di antara dua wilayah administrasi tingkat II yakni Kotamadya Bandar Lampung dan Kabupaten Lampung Selatan. Sehingga tugas pengelolaannya diserahkan kepada Gubernur Propinsi Lampung. Tugas pengelolaan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman meliputi: pembangunan, pemeliharaan, pemanfaatan dan pengembangan Taman Hutan Raya.


(36)

9

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Konsep Strategi

Strategi merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan. Dalam perkembangannya, konsep mengenai strategi memiliki perbedaan pandangan atau konsep selama 30 tahun terakhir. Seperti yang diungkapkan oleh Chandler (1962) dalam Rangkuti (2004) menyebutkan bahwa strategi adalah tujuan jangka panjang dari suatu perusahaan, serta pendayagunaan dan alokasi semua sumber daya yang penting untuk mencapai tujuan tersebut.

Namun menurut Andrews (1980), strategi adalah kekuatan motivasi untuk stakeholders, seperti stakeholders, debtholders, manajer, karyawan, konsumen, komunitas, pemerintah, dan sebagainya, yang baik secara langsung maupun tidak langsung menerima keuntungan atau biaya yang ditimbulkan oleh semua tindakan yang dilakukan oleh perusahaan.

Berdasarkan pandangan dan konsep-konsep di atas dapat disimpulkan bahwa strategi merupakan suatu alat dalam mengelola segala unsur yang terkandung di perusahaan atau organisasi tersebut untuk mencapai tujuan jangka panjang perusahaan. Pemahaman yang baik mengenai konsep strategi dan konsep-konsep lain yang berkaitan, sangat menentukan suksesnya strategi yang disusun. Konsep-konsep tersebut adalah sebagai berikut :

a. Distinctive Competence : tindakan yang dilakukan oleh perusahaan agar dapat melakukan kegiatan lebih dibandingkan dengan pesaingnya.

b. Competitive Advantage: kegiatan spesifik yang dikembangkan oleh perusahaan agar lebih unggul dibandingkan dengan pesaingnya.

Tahura Wan Abdul Rachman merupakan salah satu asset yang dimiliki oleh Propinsi Lampung yang manfaatnya dapat dirasakan oleh banyak pihak, dan bukan hanya satu pihak saja. Oleh karena itu dalam pengelolaannya harus memperhatikan strategi yang tepat dimana harus memperhatikan stakeholders yang secara langsung maupun tidak langsung menerima keuntungan atau biaya yang ditimbulkan dalam pengelolaan sumberdaya alam di kawasan tersebut.


(37)

10

2.2.2. Analisis Kebijakan

Analisis kebijakan diambil dari berbagai macam disiplin dan profesi yang bersifat deskriptif, evaluatif dan prespektif. Dunn (2003) menyatakan bahwa analisis kebijakan merupakan sebuah disiplin ilmu sosial terapan yang menggunakan berbagai metode penelitian dan argumen untuk menghasilkan dan memindahkan informasi yang ada hubungannya dengan kebijakan sehingga dapat dimanfaatkan ditingkat politik dalam rangka memecahkan masalah-masalah kebijakan.

Selanjutnya analisis kebijakan didefinisikan pula sebagai salah satu diantara sejumlah banyak faktor didalam sistem kebijakan. Suatu sistem kebijakan (policy system) dimana didalamnya kebijakan dibuat, mencakup hubungan timbal balik antara tiga unsur yaitu : kebijakan publik, pelaku kebijakan dan lingkungan kebijakan. Sistem kebijakan adalah produk manusia yang subjektif yang diciptakan melalui pilihan-pilihan yang sadar oleh para pelaku kebijakan. Berikut gabungan tiga unsur didalam sistem kebijakan (Thomas R Dye dalam Dunn, 2003).

Pelaku

Lingkungan Kebijakan

Kebijakan Publik

Kebijakan publik (public policies) merupakan rangkaian pilihan yang kurang lebih berhubungan termasuk keputusan-keputusan untuk tidak bertindak yang dibuat oleh badan dan pejabat pemerintah yang diformulasikan didalam berbagai bidang termasuk lingkungan hidup.

Masalah kebijakan tergantung pula pada pola keterlibatan pelaku kebijakan (policy stakeholders) yang khusus, yaitu para individu atau kelompok individu yang mempunyai andil didalam kebijakan karena mereka mempengaruhi dan dipengaruhi oleh keputusan pemerintah.


(38)

11 Sedangkan lingkungan kebijakan (policy environment) yaitu konteks khusus dimana kejadian-kejadian di sekeliling isu kebijakan terjadi, mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pembuat kebijakan dan kebijakan publik.

Salah satu faktor yang menyebabkan sulitnya mengambil keputusan (kebijakan) adalah sulitnya memperoleh informasi yang cukup serta bukti-bukti yang sulit disimpulkan. Karena itu dalam pengambilan keputusan akan lebih mudah bila menggunakan model tertentu. Model kebijakan adalah sajian yang disederhanakan mengenai aspek-aspek terpilih dari situasi problematik yang disusun untuk tujuan-tujuan khusus. Model-model kebijakan tersebut yaitu model deskriptif, model normatif, model verbal, model simbolik, model prosedural, model pengganti dan model perspektif.

Penerapan setiap model kebijakan tidak dapat dilakukan pada semua perumusan kebijakan karena masing-masing model memiliki fokus pada aspek-aspek yang berbeda. Menurut Forrester dalam Dunn (2003), persoalan kebijakan tidak terletak pada menggunakan atau membuang model, persoalannya hanyalah terletak pada pemilihan diantara berbagai alternatif.

Menurut Dunn (2003) proses analisis kebijakan adalah serangkaian aktivitas intelektual yang dilakukan di dalam proses kegiatan yang pada dasarnya bersifat politis. Aktivitas politis tersebut dijelaskan sebagai proses pembuatan kebijakan dan divisualisasikan sebagai rangkaian tahap yang saling bergantung yang diatur menurut urutan waktu: penyusunan agenda, formulasi kebijakan, adopsi kebijakan, implementasi kebijakan dan penilaian kebijakan.

Selanjutnya Dunn (2003) menjelaskan bahwa analisis kebijakan adalah awal, bukan akhir, dari upaya untuk meningkatkan proses pembuatan kebijakan, berikut hasilnya. Itulah sebabnya analisis kebijakan didefinisikan sebagai pengkomunikasian, atau penciptaan dan penilaian kritis, pengetahuan yang relevan dengan kebijakan, yang jelas, kualitas analisis kebijakan adalah penting sekali untuk memperbaiki kebijakan dan hasilnya.

Adapun menurut Ramdan dan Yusran (2001) ukuran efektifitas kebijakan yang perlu diperhatikan adalah :

a. Efisiensi, Kebijakan dalam pengelolaan Sumberdaya Alam (SDA) harus mampu meningkatkan efisiensi penggunaan SDA secara optimal. Kebijakan


(39)

12 pengelolaan SDA yang tidak mencerminkan efisiensi dapat menimbulkan degradasi lingkungan.

b. Fair (adil), bobot kebijakan harus ditempatkan secara adil, dimana kepentingan publik tidak terabaikan. Sebagai contoh rusaknya hutan tropis Indonesia disebabkan oleh tidak tercerminnya rasa keadilan publik. Masayarakat lokal selama 32 tahun rejim orde baru tidak mendapatkan kesempatan untuk menikmati langsung hutan yang ada di lingkungannya. Kebijakan konsesi hutan yang tidak fair dalam prakteknya telah memperkaya sekelompok pengusaha (pusat) dan memiskinkan masyarakat lokal. Ketidakadilan ini menyebabkan konflik sosial.

c. Mengarah kepada insentif, perbaikan lingkungan adalah tanggung jawab bersama karena SDA ini prinsipnya obligasi bersama yang harus dijaga. Namun untuk menciptakan attitude diperlukan insentif. Oleh karena itu kebijakan dalam pengelolaan SDA harus mengarah kepada insentif untuk merangsang tindakan dalam perbaikan lingkungan.

d. Penegakan hukum (enforcebility), kebijakan tidak akan efektif berjalan dalam kondisi disorder dan poor law enforcement. Penegakan hukum akan memaksa setiap anggota masyarakat untuk mentaati kebijakan yang telah ditetapkan.

e. Diterima oleh publik (public acceptable), kebijakan pengelolaan SDA selalu menyangkut kepentingan publik. Dengan demikian kebijakan yang baik harus dapat diterima oleh publik.

f. Moral, kebijakan yang baik tidak akan ada pengaruhnya dalam perbaikan SDA dan lingkungan apabila tidak dilandasi oleh moral yang baik. Moral adalah aspek normatif yang sangat penting dalam menjamin aspek positif dari suatu kebijakan. Moral menjadi spirit of soul dalam pengelolaan SDA. Kerusakan SDA di Indonesia yang meningkat selama ini dipengaruhi oleh pelaksanaan kebijakan tanpa moral. Oleh karena itu terjadinya moral hazard menjadi titik awal kerusakan SDA dan lingkungan.

Dalam kaitannya dengan pengelolaan Tahura Wan Abdul Rachman dimana semua pihak merasa berhak dan berwenang untuk mengelola kawasan tersebut, perlu adanya kebijakan yang dapat memberikan rasa adil (fair) kepada


(40)

13 semua pihak baik masyarakat lokal maupun pemerintah, dapat diterima oleh publik, efisien, dan dengan pendekatan moral kepada masyarakat, sehingga masyarakat dapat menerima walaupun diterapkannya sanksi-sanksi sebagai pendekatan penegakkan hukum di dalam menindak segala pelanggaran yang ada.

Pendekatan yang mestinya diterapkan oleh pemerintah dalam merumuskan suatu kebijakan pengelolaan kawasan tahura adalah dengan melakukan pendekatan kolaboratif terhadap semua aktor yang berperan pada kawasan tersebut baik pemerintah, masyarakat, LSM, perguruan tinggi dan lain-lain. Sehingga dengan pendekatan kolaboratif tersebut diharapkan dapat memadukan semua aspek yang ada baik aspek ekologi yang lestari, ekonomi yang meningkat, maupun sosial budaya masyarakat setempat yang baik dan dapat dipertahankan, yang disebut dengan konsep ekososiosistem.

2.2.3. Pengelolaan Hutan

Sebagaimana tercantum dalam UU No. 41 Tahun 1999 tentang kehutanan, bahwa pengelolaan hutan merupakan serangkaian kegiatan yang meliputi :

a. Tata guna lahan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan b. Pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan

c. Rehabilitasi dan reklamasi hutan

d. Perlindungan hutan dan konservasi alam

Peran serta masyarakat dalam pengelolaan hutan menurut UU Kehutanan No. 41 tahun 1999 pasal 68 meliputi: 1) masyarakat berhak menikmati kualitas lingkungan hidup yang dihasilkan hutan 2) masyarakat dapat memanfaatkan hutan dan hasil hutan sesuai dengan peraturan yang berlaku, mengetahui rencana peruntukan hutan, pemanfaatan hasil hutan, memberi informasi, saran, serta pertimbangan dalam pembangunan kehutanan dan melakukan pengawasan, 3) berhak memperoleh kompensasi karena hilangnya akses atau hak atas tanah miliknya.

Dalam pengelolaan hutan isu pokok yang sering muncul adalah adanya gangguan terhadap hutan terutama pencurian kayu bakar, faktor-faktor yang menyebabkan gangguan terhadap hutan adalah:


(41)

14 1. Pendapatan yang diperoleh relatif tinggi dan caranya mudah

2. Rantai pemasaran yang rendah 3. Keterbukaan wilayah yang tinggi

4. Alternatif lapangan pekerjaan yang terbatas.

2.2.4. Konflik Pengelolaan Sumberdaya

Suporaharjo (1999) menyatakan bahwa konflik merupakan benturan yang terjadi antara dua pihak atau lebih, yang disebabkan oleh adanya perbedaan nilai, status, kekuasaan, dan kelangkaan sumberdaya. Dengan kata lain bahwa konflik terjadi karena adanya beda kepentingan antar individu yang satu dengan yang lain (antar individu) antar kelompok individu.

Ada lima pemicu konflik, yaitu: Pertama, konflik hubungan (relation conflict) adalah konflik yang terjadi karena adanya hubungan disharmonis yang disebabkan oleh beberapa faktor, seperti : salah paham, tidak ada komunikasi, prilaku emosional dan steotypes; Kedua, konflik data (data conflict) adalah suatu keadaan dimana pihak-pihak yang bersangkutan tidak mempunyai data dan informasi tentang perihal yang dipertentangkan yang dapat diterima pihak-pihak yang bersengketa; Ketiga, konflik nilai (value conflict) adalah kondisi dimana pihak-pihak yang berurusan mempunyai nilai-nilai yang berbeda yang melandasi tingkah lakunya masing-masing dan tidak diakui kebenarannya oleh pihak lain; Keempat, konflik kepentingan (interest conflict) adalah pertentangan mengenai substansi atau pokok permasalahan yang diperkarakan, kepentingan prosedural dan psikologis; dan Kelima, Konflik struktural (structural conflict) adalah leadaan dimana secara struktural atau keadaan di luar kemampuan kontrolnya pihak-pihak yang berurusan mempunyai perbedaan status kekuatan, otoritas, kelas atau kondisi fisik yang tidak berimbang (Moore. 1986 dalam Sahwan. 2002).

Ada tiga hal yang merupakan acuan menjadi penyebab suatu konflik, yakni: (1) Ketidakadilan akses kontrol berbagai kelompok sosial terhadap tanah/lahan dan kekayaan alam; (2) ketidakadilan pemanfaatan tanah dan kekayaan alam, terutama perihal berbagai usaha dan organisasi serta kehidupan di atas tanah/lahan, dan (3) pemusatan pengambilan keputusan berkenaan dengan akses dan kontrol serta pemanfaatan tanah dan kekayaan alam (Malik et al. 2003).


(42)

15

2.2.5. Proses Hirarki Analitik

Metode pemecahan masalah menggunakan Proses Hirarki Analitik (PHA) memiliki ciri khas, yaitu dipakainya hirarki untuk menguraikan sistem yang kompleks menjadi elemen-elemen yang lebih sederhana. Metode PHA pertama kali dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli matematika dari Universitas Pittsburgh pada awal tahun 1970-an yang pada awalnya ditujukan untuk memodelkan sejumlah problem yang tidek berstruktur, baik bidang ekonomi, sosial, dan sains manajemen. Metode PHA memasukkan aspek kualitatif dan kuantitatif pikiran manusia, dimana aspek kuantitatif untuk mengekspresikan penilaian dan preferensi secara ringkas dan padat (Ramdan (2001).

PHA dalam kaitannya dengan proses perumusan strategi pengelolaan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman pada dasarnya didesain untuk menangkap secara rasional persepsi orang yang berhubungan sangat erat dengan permasalahan tertentu yang ada dikawasan tahura tersebut melalui prosedur yang didesain untuk sampai pada suatu skala preferensi di antara berbagai alternatif. PHA juga banyak digunakan pada keputusan untuk banyak kriteria, perencanaan, alokasi sumberdaya dan penentuan prioritas dari strategi-strategi yang dimiliki pemain dalam situasi konflik yang ada di kawasan Tahura Wan Abdul Rachman (Saaty 1993).

PHA merupakan analisis yang digunakan dalam pengambilan keputusan dengan pendekatan sistem. Pada penyelesaian persoalan dengan PHA ada beberapa prinsip dasar yang harus dipahami antara lain :

a. Dekomposisi, setelah mendefinisikan permasalahan atau persoalan yang akan dipecahkan, maka dilakukan dekomposisi, yaitu : memecah persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya. Jika menginginkan hasil yang akurat, maka dilakukan pemecahan unsur-unsur tersebut sampai tidak dapat dipecah lagi, sehingga didapatkan beberapa tingkatan persoalan.

b. Comparative Judgement, yaitu membuat penilaian tentang kepentingan relatif diantara dua elemen pada suatu tingkatan tertentu dalam kaitannya dengan tingkatan diatasnya. Penilaian ini merupakan


(43)

16 inti dari PHA, karena akan berpengaruh terhadap prioritas elemen-elemen yang disajikan dalam bentuk matriks Pairwise Comparison. c. Synthesis of Priority, yaitu melakukan sintesis prioritas dari setiap

matriks pairwise comparison “vektor eigen” (ciri) – nya untuk mendapatkan prioritas lokal. Matriks pairwise comparison terdapat pada setiap tingkat, oleh karena itu untuk melakukan prioritas global harus dilakukan sintesis diantara prioritas lokal.

d. Logical Consistency, yang dapat memiliki dua makna, yaitu 1) obyek-obyek yang serupa dapat dikelompokkan sesuai keseragaman dan relevansinya; dan 2) tingkat hubungan antara obyek-obyek yang didasarkan pada kriteria tertentu.

Beberapa keuntungan menggunakan PHA sebagai alat analisis dalam strategi pengelolaan tahura adalah (Saaty 1993) :

a. PHA memberi model tunggal yang mudah dimengerti dan luwes untuk beragam persoalan yang tidak terstruktur.

b. PHA memadukan rancangan deduktif dan rancangan berdasarkan sistem dalam memecahkan persoalan kompleks di wilayah tahura. c. PHA dapat menangani saling ketergantungan elemen-elemen yang

ada di tahura dalam satu sistem dan tidak memaksakan pemikiran linier.

d. PHA mencerminkan kecenderungan alami pikiran untuk memilah-milah elemen-elemen suatu sistem dalam berbagai tingkat berlainan dan mengelompokkan unsur serupa dalam setiap tingkat.

e. PHA memberi suatu skala dalam mengukur hal-hal yang tidak terwujud untuk mendapatkan prioritas.

f. PHA melacak konsistensi logis dari pertimbangan-pertimbangan yang digunakan dalam menetapkan berbagai prioritas.

g. PHA menuntun ke suatu taksiran menyeluruh tentang kebaikan setiap alternatif.

h. PHA mempertimbangkan prioritas relatif dari berbagai faktor sistem dan memungkinkan orang memilih alternatif terbaik berdasarkan tujuan mereka.

i. PHA tidak memaksakan konsensus tetapi mensintesis suatu hasil yang representatif dari penilaian yang berbeda-beda yang dimiliki oleh para pakar yang memiliki perhatian terhadap pengelolaan tahura.


(44)

17 j. PHA memungkinkan orang memperhalus definisi mereka pada suatu persoalan dan memperbaiki pertimbangan dan pengertian mereka melalui pengulangan.

Menurut Suryadi (2000) dalam Sahwan (2002), kelebihan AHP dibandingkan dengan yang lainnya adalah:

1. Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih, pada sub kriteria yang paling dalam.

2. Memperhitungkan validasi sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil keputusan.

3. Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisis sensitivitas pengambilan keputusan.

4. Mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah yang multi objektif dan multi-kriteria yang berdasar pada perbandingan preferensi dalam setiap elemen dalam hierarki.

Khusus untuk Kawasan Konservasi yang memiliki permasalahan yang kompleks di dalam pengelolaannya, perlu adanya strategi pengelolaan yang mempu merangkum setiap kebutuhan para stakeholder. Sehingga untuk merumuskan strategi apa yang tepat dalam pengelolaan kawasan konservasi yang dalam hal ini adalah wilayah Tahura Wan Abdul Rachman digunakan pendekatan PHA.

2.2.8. Analisis SWOT

Menurut Salusu (1996) analisis SWOT adalah analisis yang mencoba mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi organisasi/perusahaan. Analisis tersebut didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). Jenis keputusan yang hendak diambil dapat diklasifikasikan ke dalam 4 kategori, yaitu: 1) cita-cita (goals), 2) keputusan strategis, 3) keputusan taktis dan 4) keputusan teknis operasional.


(45)

18 Lebih lanjut Salusu (1996) menyatakan bahwa analisis SWOT dapat dilakukan dengan menggunakan salah satu dari 2 model matriks yaitu: MATRIKS SWOT atau MATRIKS TOWS. Model MATRIKS TOWS berbeda dengan MATRIKS SWOT. Matrik TOWS mendahulukan faktor-faktor eksternal (ancaman dan peluang), kemudian melihat kapabilitas internal (kekuatan dan kelemahan). Suatu strategis dirumuskan setelah TOWS selesai dianalisis.

Matirks TOWS menghasilkan 4 strategi (Salusu, 1996), yaitu: (1). Strategi SO, memanfaatkan kekuatan untuk merebut peluang

(2). Strategi WO, memperbaiki kelemahan untuk dapat memanfaatkan peluang (3). Strategi ST, memanfaatkan kekuatan untuk menghindari atau memperkecil dampak dari ancaman eksternal.

(4). Strategi WT, memperkecil kelemahan dan menghindari ancaman

Tabel 1. Model Matriks TOWS dalam Analisis SWOT

MATRIKS TOWS STRENGTHS WEAKNESSES

OPPORTUNITIES

Strategi SO: Pakai kekuatan untuk memanfaatkan peluang

Strategi WO: Tanggulangi kelemahan dengan memanfaatkan peluang

THREATS

Strategi ST: Pakai kekuaran untuk menghindari ancaman

Strategi WT: Perkecil kelemahan dan

hindari ancaman

Selanjutnya menurut Marimin (2004) menyatakan bahwa analisis SWOT merupakan suatu cara untuk mengidentifikasikan berbagai faktor secara sistematis dalam rangka merumuskan suatu strategi dalam pengambilan kebijakan.

Analisis SWOT didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan (Marimin. 2004).


(46)

19 Analisis SWOT didahului dengan identifikasi posisi suatu institusi melalui evaluasi nilai faktor internal dan evaluasi nilai faktor eksternal.

Selanjutnya Marimin (2004) menjelaskan proses yang harus dilakukan dalam pembuatan analisis SWOT agar keputusan yang diperoleh lebih tepat perlu melalui berbagai tahapan sebagai berikut:

1. Tahap pengambilan data yaitu evaluasi faktor eksternal dan internal.

2. Tahap analisis yaitu pembuatan matriks internal eksternal dan matriks SWOT. 3. Tahap pengambilan keputusan.


(47)

20

III. METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian dilakukan di Kawasan Tahura Wan Abdul Rachman yang secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Lampung Selatan dan Kota Bandar Lampung (Gambar 5). Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Agustus 2006 (lampiran 1).

3.2. Tahapan Penelitian

Tahap penelitian terbagi 3 (tiga), yaitu:

1. Tahap pertama; pada tahap ini yang dilakukan adalah studi pustaka terhadap pustaka yang relevan bagi penelitian, dan juga melakukan observasi awal terhadap kondisi lapangan yang ada. Sehingga berdasarkan kegiatan tersebut dapat dilakukan: (1) Perumusan Tujuan penelitian (2) Formulasi Permasalahan

2. Tahap kedua; pada tahap ini dilakukan analisis dari sistem-sistem yang terkait dalam pengelolaan kawasan, sehingga berdasarkan analisis tersebut dapat melakukan strukturisasi terhadap hierarki yang ada dalam pengelolaan kawasan tahura.

3. Tahap ketiga, merupakan tahap akhir dalam penelitian ini dengan melakukan sintesis terhadap data yang diperoleh dengan menggunakan analisis deskriptif dari hasil tabulasi data serta dengan menggunakan analisis AHP dan SWOT untuk merumuskan strategi utama dan operasional dalam pengelolaan kawasan Tahura Wan Abdul Rachman. Secara ringkas dan terstruktur dapat dilihat pada Gambar 2.


(48)

21

Mulai

Tahap Pertama

(1) Perumusan Tujuan penelitian (2) Formulasi Permasalahan

Strategi Kebijakan Pengelolaan Tahura WAR berbasis

Ekososiosistem

Tahap Ketiga Tahap Kedua

1. Studi Pustaka 2. Survei lapang

Analisis Sistem

Identifikasi Sistem yang terkait dan proses strukturisasi

AHP & SWOT

Selesai

Gambar 2. Diagram Alir Tahapan Penelitian Analisis Strategi Pengelolaan Tahura Wan Abdul Rachman berrbasis Ekososiosistem

Gambar 2. Diagram Alir Tahapan Penelitian Analisis Strategi Pengelolaan Tahura Wan Abdul Rachman berrbasis Ekososiosistem

3.3. Pengumpulan Data 3.3. Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari data primer dan data sekunder. Teknik pengambilan contoh dilakukan secara sengaja (Purpossive Sampling) dengan pertimbangan bahwa responden adalah masyarakat yang berada di sekitar kawasan dan pelaku (individu atau lembaga) yang mempengaruhi pengambilan kebijakan, baik langsung maupun tidak langsung

Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari data primer dan data sekunder. Teknik pengambilan contoh dilakukan secara sengaja (Purpossive Sampling) dengan pertimbangan bahwa responden adalah masyarakat yang berada di sekitar kawasan dan pelaku (individu atau lembaga) yang mempengaruhi pengambilan kebijakan, baik langsung maupun tidak langsung


(49)

22 dalam pengelolaan kawasan tahura. Juga dilakukan pengamatan langsung

terhadap objek penelitian di lapangan untuk mendapatkan gambaran kondisi Tahura Wan Abdul Rachman.

Pengumpulan data primer dilakukan secara langsung dari Stakeholders lewat kuesioner sebagai panduan dan dilakukan wawancara langsung, Lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jenis dan Sumber data primer yang diperlukan dalam penelitian

No Jenis Data Keterangan

(sumber Informasi) 1 Kondisi Fisik/gambaran umum Kawasan Observasi Lapangan 2 Karakteristik Permasalahan Tahura Masyarakat di kawasan 3 Kebijakan Pengelolaan Kawasan tahura Pengelola Tahura

(UPTD) 4 Pendapat Strategi Pengelolaan Tahura yang

tepat

BAPPEDA,

BAPEDALDA, Dishut Lampung, Masyarakat, LSM, Pemuka

Masyarakat,

KKRPSDAL, UPTD tahura, DPRD Propinsi, Perguruan Tinggi

Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara mengumpulkan dokumen-dokumen hasil studi/penelitian, peraturan perundang-undangan dan data pendukung lainnya sebagai kompilasi kebijakan dari berbagai sektor baik nasional maupun lokal yang dikeluarkan Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah dari Dinas/Instansi yang terkait yaitu: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Propinsi Lampung, Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Propinsi Lampung, Kantor Wilayah Dinas Kehutanan Propinsi Lampung, Kantor Camat/Desa di wilayah studi. Pada Tabel 3 disajikan secara rinci jenis dan sumber data yang diperlukan dalam penelitian.


(50)

23 Tabel 3. Jenis dan sumber data sekunder yang diperlukan dalam penelitian.

No Jenis data Sumber Data

1 Sejarah Kawasan Tahura Dinas Kehutanan 2 Peta Administrasi dan Penggunaan Lahan

dalam Kawasan

Dinas Kehutanan/Bappeda 3 Perda-perda mengenai Tahura Dinas Kehutanan/Bappeda

4 Data Kebijakan pengelolaan Tahura Dinas Kehutanan/Bappeda 5 Pendapatan Asli Daerah Dispenda Prop Lampung

6 Monografi Kecamatan/Desa Kantor Camat/Desa 7 Keadaan Sosial Ekonomi Penduduk Kantor Camat/Desa 9 Permasalahan dan kasus-kasus yang

terjadi di Tahura

Dinas Kehutanan/BKSDA Propinsi lampung

10 Data Penunjang lainnya Dinas/Kantor yang terkait

3.4. Analisis Data

3.4.1. Analisis Karakteristik permasalahan Kawasan Tahura Wan Abdurrahman

Pengolahan dilakukan dengan menggunakan metode tabulasi dan dianalisis secara deskriptif.

3.4.2. Analisis Strategi Kebijakan

Metode analisis data yang digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab permasalahan pengelolaan Tahura Wan Abdul Rachman dengan melakukan wawancara terhadap reponden.

Metode analisis data yang digunakan untuk merumuskan kebijakan pengelolaan Tahura Wan Abdul Rachman berkelanjutan yang mampu mengatasi permasalahan dan konflik pengelolaan adalah dengan metode PHA (Process Hierarki Analitic) dan metode deskriftif yang dalam penelitian ini mengacu pada metode yang dikemukakan oleh Saaty (1993).

Prinsip kerja PHA adalah penyederhanaan suatu persoalan yang kompleks dan tidak terstruktur, strategis dan dinamis serta menata dalam suatu hierarki. Kemudian tingkat kepentingan setiap variabel diberi nilai numerik secara subjektif tentang arti penting variabel tersebut secara relatif dibanding dengan variabel yang lain. Dengan berbagai pertimbangan kemudian dilakukan sintesis untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas tinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut (Marimin, 2004).


(51)

24 Secara umum langkah-langkah yang dilakukan adalah:

1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi masalah.

2. Membuat struktur hierarki, yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan sub-sub tujuan, kriteria, dan kemungkinan alternatif-alternatif pada tingkatan kriteria yang paling bawah.

Pendekatan PHA menggunakan skala banding berpasangan menurut Saaty (1993). Skala banding berpasangan tersebut disajikan pada Tabel 4.

Tahapan dalam melakukan analisis data PHA menurut Saaty (1993) dikemukakan sebagai berikut :

1. Identifikasi sistem, yaitu untuk mengidentifikasi permasalahan dan menentukan solusi yang diinginkan. Identifikasi sistem dilakukan dengan cara mempelajari referensi dan berdiskusi dengan para responden yang memahami permasalahan, sehingga diperoleh konsep yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi.

2. Penyusunan struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan sub tujuan, kriteria dan kemungkinan alternatif-alternatif pada tingkatan kriteria paling bawah.

3. Perbandingan berpasangan, menggambarkan pengaruh relatif setiap elemen terhadap masing-masing tujuan atau kriteria yang setingkat diatasnya. Teknik perbandingan berpasangan yang digunakan dalam PHA berdasarkan judgement atau pendapat dari para responden yang dianggap sebagai key person. Mereka dapat terdiri atas : 1) pengambil keputusan; 2) para pakar; serta 3) orang yang terlibat dan memahami permasalahan yang dihadapi.

4. Matriks pendapat individu, formulasinya dapat disajikan sebagai berikut:

C1 C2 ... Cn

C1 1 a12 ... a1n

A = (aij) = C2 1/a12 1 ... a2n

... . . ... .

Cn 1/a1n 1/a2n ... 1

Dalam hal ini C1, C2, ... Cn adalah set elemen pada satu tingkat dalam hirarki. Kuantifikasi pendapat dari hasil perbandingan berpasangan membentuk matriks n x n. Nilai aij merupakan nilai matriks


(52)

25 pendapat hasil perbandingan yang mencerminkan nilai kepentingan

Ci terhadap Cj.

5. Matriks pendapat gabungan, merupakan matriks baru yang elemen-elemennya berasal dari rata-rata geometrik elemen matriks pendapat individu yang nilai rasio inkonsistensinya memenuhi syarat

6. Nilai pengukuran konsistensi yang diperlukan untuk menghitung konsistensi jawaban responden

7. Penentuan prioritas pengaruh setiap elemen pada tingkat hirarki keputusan tertentu terhadap sasaran utama.

Revisi pendapat, dapat dilakukan apabila nilai rasio inkonsistensi pendapat cukup tinggi (> 0,1). Beberapa ahli berpendapat jika jumlah revisi terlalu besar, sebaiknya responden tersebut dihilangkan. Jadi penggunaan revisi ini sangat terbatas mengingat akan terjadinya penyimpangan dari jawaban yang sebenarnya.

Dalam PHA dipergunakan skala angka Saaty mulai dari 1, yang menggambarkan atribut yang satu terhadap yang lain sama penting. Untuk atribut yang sama selalu bernilai 1 sampai 9, yang menggambarkan satu atribut sangat penting terhadap atribut lainnnya. Jika hasil perhitungan tersebut menunjukkan nilai CR < 0,10 artinya penilaian pada pengisian kuesioner tergolong konsisten, sehingga nilai bobotnya dapat digunakan. Analisis data dibantu dengan menggunakan perangkat lunak "Expert Choice 2000".


(53)

26 Tabel 4. Skala banding secara berpasangan

Intensitas

Pentingnya Definisi Penjelasan

1 Kedua elemen sama pentingnya

Sumbang peran dua elemen sama besar pada sifat tersebut (dua elemen mempunyai pengaruh yang sama besar terhadap tujuan)

3 Elemen satu sedikit lebih penting daripada yang lainnya

Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong satu elemen atas yang lain

5 Elemen satu lebih penting dibanding yang lain

Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat mendukung satu elemen atas yang lain

7 Elemen satu jelas lebih penting dari elemen yang lain

Satu elemen dengan kuat dominansinya telah terlihat dalam praktek

9 Elemen satu mutlak lebih penting dari elemen yang lain

Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguat-kan

2,4,6,8 Nilai-nilai diantara dua

pertimbangan yang berdekatan

Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi di antara dua pilihan Kebalikan Jika untuk aktivitas i mendapat

satu angka bila dibandingkan dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i Sumber : Saaty (1993)

Tahapan pengolahan setelah matriks berpasangan ditentukan nilainya (Saaty, 1993) adalah sebagai berikut:

1. Perkalian baris (z) dengan persamaan: ) ,..., 2 , 1 , ( 1 n j i z n n j ij

a

= =

=

2. Perhitungan vektor Prioritas

∑ ∏ ∏ = = = = n t n n j ij n n j ij a a Vp 1 1 1


(54)

27 3. Perhitungan nilai λmaks (eigen maximum)

VA = (a1j) x Vp, dengan VA = (vai)

VB = VA : Vp, dengan VB = (vbi), sehingga :

=

= n

i

maks vbi

n 1

1

λ

Untuk i = 1,2,...,n, dengan VA dan VB adalah vektor antara. 4. Perhitungan indeks konsistensi (CI, Consistency Index)

1

− − =

n n CI λmaks

5. Perhitungan rasio konsistensi (CR, Consistency Ratio)

RI CI CR=

Nilai RI (Random Index) ditetapkan oleh Oaks Ridge Laboratory dari matriks berorde 1 sampai dengan 15 yang disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Nilai RI pada ordo bermatriks n (Saaty, 1993)

n RI n RI n RI

1 0 6 1.24 11 1.51

2 0 7 1.32 12 1.48

3 0.58 8 1.41 13 1.56 4 0.90 9 1.45 14 1.57 5 1.12 10 1.49 15 1.59

Nilai rasio konsistensi mengukur konsistensi menyeluruh dari berbagai pertimbangan. Nilai rasio konsistensi harus 10 persen (0,10) atau kurang yang menunjukkan bahwa konsistensi pertimbangan yang dilakukan baik (Saaty, 1993).

Proses pengambilan keputusan dalam pengelolaan Tahura Wan Abdul Rachman terdapat beberapa indikator yang harus dicapai agar dapat berkelanjutan, seperti yang tertera pada Tabel 6.


(55)

28 Tabel 6. Indikator-indikator dalam pengambilan keputusan menggunakan AHP

No Aspek Indikator

1 Ekologi Siklus Hidrologi dapat dipertahankan Iklim mikro tetap terjaga

Adanya Nilai estetika

Penyelamatan Kenekaragaman hayati 2 Ekonomi Diversifikasi usaha

Peningkatan pendapatan masyarakat

Peningkatan PAD

3 Sosial Penyerepan tenaga kerja Rekreasi

Selanjutnya untuk menentukan strategi yang akan digunakan dengan memperhatikan faktor internal dan faktor eksternal yaitu kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman digunakan analisis SWOT dengan mengelompokkan faktor-faktor internal maupun eksternal yang ada dengan menggunakan matriks SWOT seperti yang terlihat pada Gambar 3 berikut.

IFA/EFA Strenghts (S) Weakness (W) Opportunities (O) Strategi SO

Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang.

Berada pada Kuadran I

Strategi WO

Menciptakan Strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang.

Berada pada Kuadran III Threats (T) Strategi ST

Menciptakan Strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman.

Berada pada kuadran II

Strategi WT

Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman. Berada pada kuadran IV Gambar 3. Matrik IFA/EFA dalam Analisis SWOT

3.4.3. Analisis Kesesuaian Ruang

Analisis ini dilakukan dengan melakukan penggabungan antara peta ketinggian, landuse, dan peta kemiringan. Kemudian hasil penggabungan merupakan informasi wilayah-wilayah yang berpotensi untuk dikembangkan suatu strategi baik ekowisata maupun agroforestri. Langkah kerja dapat di lihat pada Gambar 4.


(56)

29

Peta Ketinggian

Peta Landuse

Peta

Ruang pemanfaatan Re-class nilai batasan

Peta Kemiringan

Gambar 4. Langkah Kerja Pembuatan Peta Ruang Pemanfaatan

3.5. Definisi Operasional

Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian yang berjudul Analisis Kebijakan Pengelolaan Taman hutan Raya Wan Abdul Rachman berbasis Ekososiosistem di Propinsi Lampung meliputi :

1. Taman Hutan Raya adalah salah satu Kawasan Pelestarian Alam yang untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli atau bukan asli (eksotik) yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi (IUCN. 1980).

2. Kebijakan adalah Peraturan yang telah dirumuskan dan disetujui untuk dilaksanakan guna mempengaruhi suatu keadaan, baik besaran maupun arahnya yang melingkupi keadaan kehidupan masyarakat umum (Sanim. 2000 dalam Ramdan H dan Yusran. 2001)

3. Analisis Kebijakan merupakan aktifitas menciptakan pengetahuan tentang dan dalam proses pembuatan kebijakan. Dalam menciptakan pengetahuan tersebut, analisis kebijakan meneliti sebab, akibat, dan kinerja kebijakan dan program publik (Dunn. 1999).

4. Ekososiosistem adalah suatu pendekatan sistem dalam pengambilan keputusan yang memadukan keseimbangan dalam aspek lingkungan, ekonomi dan sosial-budaya sehingga kebijakan yang diterapkan dapat berkelanjutan. Menurut Ollagnon H. 1989 ekososiosistem merupakan


(1)

Lampiran 2. Matriks EFAS dan IFAS SWOT

IFAS

EFAS

Strength

1.Potensi luas kawasan tahura 22.249,31 ha

2.Merupakan kawasan konservasi 3.Dekat dengan ibukota bandar

lampung/aksesibilitas

4.Ketersediaan sarana, prasarana dan fasilitas: perkemahan (Youth Camp) dan sumber air minum, PLN, PDAM

5.Keaneragaman hayati yang tinggi 6.Sumbangan terhadap pendapatan

asli daerah

7.Keberadaan masyarakat dan adat budaya setempat/lokal

Weakness

1.Bentang alam yang kritis dengan tingkat kelerengan > 45%

2.Tidak jelasnya rencana tata ruang wilayah tahura

3.Tidak jelasnya regulasi penge-lolaan kawasan

4.Kurangnya pelibatan segenap stakeholders dalam pengelolaan kawasan

5. Kurangnya aparat yang menjaga keamanan tahura

Opportnity SO WO

1.Diversifikasi usaha dan pe-ningkatan pendapatan ma-syarakat

2.Optimalisasi pemanfaatn ha-sil hutan non kayu

3.Tempat pendidikan dan pelatihan

4.Dukungan pemerintah dan masayarakat setempat 5.Dukungan Dunia

Interna-sional

6.Dukungan dasar hukum yg kuat baik aturan maupun kebijakan pemerintah

1.Membuat regulasi yang mengatur tentang pengelolaan kawasan konservasi secara khusus bagi tahura

2.Pengembangan ekowisata berbasis masyarakat 3.Mengoptimalkan dukungan

masyarakat dan pemerintah dalam pengelolaan tahura

1. Melakukan perencanaan terhadap tataruang wilayah di tahura bersama dengan lembaga terkait baik formal maupun non formal

2. Pengembangan ekowisata berbasis masyarakat 3. Mempetakan kawasan

terlindung

Threats ST WT

1.Tingginya intensitas pene-bangan liar

2.Perambahan hutan 3.Pemukiman liar

4.Rawan konflik pemanfaatan 5.Kondisi ekonomi

masya-rakat miskin

6.Kerusakan hutan tahura tak terkendali (mencapai 72%)

1. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang arti dan fungsi kawasan konservasi dan memberikan peringatan untuk tidak merusak (S2 & T1236)

2. Melakukan pengelolaan secara kolaborasi antar stakeholder 3. Penguatan lembaga adat lokal

1. Penegakan hukum (W4-5 & T1236)

2. Penguatan lembaga masyarakat baik ekonomi maupun sosial


(2)

Lampiran 3. Kuesioner

KUESIONER

Penelitian :

Analisis Strategi Pengelolaan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman berbasis

Ekososiosistem di Propinsi Lampung

Nama : Nurul Fajri

NRP : P052034041

SEKOLAH PASCA SARJANA

PENGELOLAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN

INSITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2006

KUESIONER


(3)

I. TUJUAN

Untuk mengumpulkan data primer guna menyusun Analisis Strategi Pengelolaan Tahura Wan Abdul Rachman berbasis Ekososiosistem di Provinsi Lampung.

II. PENGERTIAN UMUM

Responden untuk kuesioner adalah para pakar/expert bidang Kehutanan dan konservasi serta yang berhubungan dengan pengelolaan Tahura Wan Abdul Rachman yang dipilih secara sengaja berdasarkan jabatan, profesi atau predikat tokoh masyarakat.

III. HIERARKI

AHP merupakan analisis yang digunakan dalam pengambilan keputusan dengan pendekatan sistem. Pendekatan AHP menggunakan metoda Skala Saaty mulai dari bobot 1 sampai 9. Nilai bobot 1 menggambarkan sama penting (maksudnya untuk atribut yang sama skalanya selalu nilai bobotnya 1) sedangkan nilai bobot 9 menggambarkan kasus atribut yang penting absolut dibanding nilai lainnya.

Berikan penilaian dalam bentuk angka dalam kolom yang telah disediakan pada setiap pertanyaan dengan menggunakan dasar penilaian sebagai berikut :

Tingkat Kepentingan

Penjelasan

1 Dua aktivitas memberikan kontribusi yang sama kepada tujuan 3 Pengalaman dan selera sedikit menyebabkan yang satu sedikit

lebih disukai daripada yang lain

5 Pengalaman dan selera sangat menyebabkan penilaian yang satu lebih daripada lain. Yang satu sangat lebih disukai daripada yang lain

7 Aktivitas yang satu sangat disukai dibandingkan yang lain; dominasinya tampak dalam kenyataan

9 Bukti bahwa antara yang satu lebih disukai daripada yang lain menunjukkan kepastian tingkat tertinggi yang dapat dicapai

2, 4, 6, 8 Nilai tengah diantara nilai diatas/bawahnya 1/3 – 1/9

(resiprokal)

Menunjukkan kebalikan dari tingkat kepentingan 1-9

Kajian ini disusun berdasarkan metode Analysis Hierarchy Process yang dibagi atas Level I sampai dengan IV, sebagai berikut :

Level I : Fokus

Strategi Pengelolaan Tahura Wan Abdul Rachman berbasis Ekososiosistem. Level II : Tujuan

Merupakan Tujuan yang ingin dicapai dalam model, yang terdiri atas : a. keberlanjutan ekologi

b. keberlanjutan ekonomi c. keberlanjutan sosial-budaya Level III : Sasaran

Merupakan Sasaran yang ingin dicapai dalam model ini : a. Mempertahankan Fungsi Hidrologi

b. Mempertahankan Iklim Mikro


(4)

c. Mengoptimalkan nilai estetika

d. Penyelamatan Keanekaragaman hayati e. Peningkatan Pendapatan

f. Diversifikasi Usaha g. Penyerapan tenaga kerja h. Rekreasi

Level IV : Startegi

Merupakan Strategi yang akan digunakan dalam rangka pemantapan/pengelolaan ketahanan pangan menuju pertanian berkelanjutan :

1. Pengembangan kapasitas produksi

2. Pengembangan dan peningkatan intensitas jaringan kerjasama 3. Peningkatan efektifitas dan kualitas kinerja pemerintah

4. Peningkatan pemberdayaan dan partisipasi masyarakat 5. pengembangan agribisnis pangan

Secara sederhana gambaran diatas disajikan dalam Struktur Hierarki berikut :

Pengelolaan Tahura Wan Abdul Rachman berbasis Ekososiosistem

A

A = FOKUS B = ASPEK/TUJUAN C = SASARAN D = STRATEGI Gambar 1. Struktur Hierarki Pengelolaan Tahura Wan Abdul Rachman berbasis

Ekososiosistem

Penyelamatan Keanekaragam

an hayati

Ekowisata Konservasi &

Agroforestry

Diversisikasi Usaha

Rekreasi Peningkatan

Pendapatan Masyarakat dan

daerah

Penyerapan tenaga kerja

Nilai Estetika

Iklim Mikro Hidrologi

Keberlanjutan ekonomi Keberlanjutan sosial

Keberlanjutan ekologi

B

C

D

Agroforestry &


(5)

IV. Petunjuk Pengisian Kuesioner

Petunjuk Nilai Skala Banding :

Mohon diisi titik-titik pada kotak pertanyan kuesioner, dengan ketentutan :

1. Bila A sama pentingnya dibanding B, maka = 1

2. Bila A sedikit lebih penting dibanding B, maka = 3 ; bila sebaliknya (B sedikit lebih

penting dari A) = 1/3

3. Bila A jelas lebih penting dibanding B, maka = 5 ; bila sebaliknya (B jelas lebih

penting dari A) = 1/5

4. Bila A sangat jelas lebih penting dibanding B, maka = 7 ; bila sebaliknya (B sangat

jelas lebih penting dari A) = 1/7

5. Bila A mutlak lebih penting dibanding B = 9 ; bila sebaliknya (B mutlak lebih penting

dari A) = 1/9

Nilai skala banding genap (2, 4, 6, 8 atau ½, ¼, 1/6, 1/8) diberikan untuk nilai skala perbandingan yang nilainya berada diantara 2 pembanding ganjil yang berurutan. Misalnya, pada kasus A dibandingkan B, nilai A diantara sedikit lebih penting hingga jelas lebih penting dibandingkan B, maka skala perbandingan yang diberikan adalah antara 3 dan 5 yaitu 4, (atau bila sebaliknya maka nilainya jadi ¼).

V. ISI KUESIONER

Tanggal saat pengisian kuesioner (Hari/Bulan/Tahun) : ... Jam Mulai (Catat jam berapa wawancara mulai dilakukan : ... Nama lengkap responden : ... Jabatan/Profesi : ...

Usia : ...

PERTANYAAN KUESIONER

I. Penilaian Level 2 (Tujuan ) terhadap Level 1 (Fokus)

1. Dalam pelaksanaan strategi Pengelolaan Tahura Wan Abdul Rachman berbasis Ekososiosistem ini terdapat beberapa tujuan yang mempengaruhinya, yaitu :

a. keberlanjutan ekologi b. keberlanjutan ekonomi c. keberlanjutan sosial-budaya

Bandingkanlah besarnya tingkat kepentingan diantara tujuan tersebut sehingga menentukan strategi pengelolaan Pengelolaan Tahura Wan Abdul Rachman berbasis Ekososiosistem:

1 Keberlanjutan ekologi dibanding keberlanjutan ekonomi ... 2 Keberlanjutan ekologi dibanding keberlanjutan sosial-budaya ... 3 Keberlanjutan ekonomi dibanding keberlanjutan sosial-budaya ...


(6)

II. Penilaian Level 3 (Sasaran) terhadap Level 2 (Tujuan)

1. Untuk tujuan keberlanjutan ekologi, terdapat beberapa sasaran yang hendak dicapai, yaitu :

a. Mempertahankan Fungsi Hidrologi b. Mempertahankan Iklim Mikro c. Mengoptimalkan nilai estetika

d. Penyelamatan Keanekaragaman hayati

Bandingkanlah besarnya tingkat kepentingan diantara sasaran tersebut : 1 Mempertahankan Fungsi Hidrologi dibanding Mempertahankan

iklim mikro ...

2 Mempertahankan Fungsi Hidrologi dibanding Mengoptimalkan

nilai estetika ...

3 Mempertahankan Fungsi Hidrologi dibanding Penyelamatan

Keanekaragaman hayati ...

4 Mempertahankan Iklim Mikro dibanding Mengoptimalkan nilai

estetika ...

5 Mempertahankan Iklim Mikro dibanding Penyelamatan

Keanekaragaman hayati ...

6 Mengoptimalkan nilai estetika dibanding Penyelamatan

Keanekaragaman hayati ...

2. Untuk tujuan keberlanjutan ekonomi, terdapat beberapa sasaran yang hendak dicapai, yaitu :

a. Peningkatan Pendapatan b. Diversifikasi Usaha

Bandingkanlah besarnya tingkat kepentingan diantara sasaran tersebut : 1 Peningkatan Pendapatan dibanding Diversifikasi usaha ...

3. Untuk tujuan keberlanjutan sosial-budaya, terdapat beberapa sasaran yang hendak dicapai, yaitu :

a. Penyerapan tenaga kerja b. Rekreasi

c. Perubahan pola kehidupan masyarakat sekitar

Bandingkanlah besarnya tingkat kepentingan diantara sasaran tersebut : 1 Penyerapan tenaga kerja dibanding Rekreasi

... 2 Penyerapan tenaga kerja dibanding Perubahan pola kehidupan

masyarakat sekitar ...

3 Rekreasi dibanding Perubahan pola kehidupan masyarakat