3
1.1.3. Teori Semiotika
Semiotika secara harafiah berarti ilmu tentang tanda. Semiotika diturunkan dari karya Ferdinand de Saussure yang meneyelidiki properti-
properti bahasa dalam Course in General Linguistics dan karya Charles Sanders Peirce yang melihat tanda, acuan dan penggunaanya sebagai unsur
komunikasi Stokes, Jane, 2003 : 76. Semiotik menjadi salah satu kajian yang bahkan menjadi tradisi dalam teori komunikasi. Tradisi semiotik terdiri atas
sekumpulan teori tentang bagaimana tanda-tanda merepresentasikan benda, ide, keadaan, situasi, perasaan dan kondisi di luar tanda-tanda itu sendiri.
Littlejohn, 2009 : 53. Semiotik bertujuan untuk mengetahui makna-makna yang terkandung dalam sebuah tanda atau menafsirkan makna tersebut
sehingga diketahui bagaimana komunikator mengkonstruksi pesan. Konstruksi makna yang terbentuk inilah yang kemudian menjadi dasar terbentuknya
ideologi dalam sebuah tanda.
2
Semiotik mempelajari sistem-sistem, aturan- aturan, konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut
mempunyai arti. Kriyantono, 2007 : 261.
1.1.4. Semiotika Menurut Charles Sanders Peirce
Charles Sanders Peirce seorang ahli semiotika dari Amerika yang menjalaskan bahwa kita hanya berpikir dalam tanda. Bagi Peirce melihat tanda
sebagai unsur dalam komunikasi. Sumber dari semiotik Peirce adalah dari teori Immanuel Kant dan John Locke. Locke melihat Ide disampaikan melalui
sejumlah pengalaman atau refleksi dan mereka terhubung terhadap suatu obyek sebagai akibat dari sebab dan kemiripan terhadap sumber sebab
tersebut. Pierce mengembangkan doktrin Kant dalam cara kontemporer, dengan mengidentifikasi pemikiran sebagai wacana diinternalisasi: kita
berpikir dalam kata-kata dari bahasa yang telah kita pelajari. Teori Segitiga Makna Pierce menjelaskan mengenai bagian tanda yang dipresepsi secar fisik
atau mental yang merujuk pada sesuatu yang diwakili olehnya dalam hal ini tanda, kemudian penafsir adalah bagian dari proses yang menafsirkan
hubungan antara tanda dan obyek.
2
http:arifbudi.lecture.ub.ac.id201403semiotik-simbol-tanda-dan-konstruksi-makna 19815 16.53
4
Untuk lebih jelasnya lihat gambar berikut :
Proses pemaknaan tanda pada Peirce mengikuti hubungan antara tiga titik yaitu representamen R-Object O-Interpretant I. R adalah bagian
tanda yang dapat dipersepsi secara fisik atau mental, yang merujuk pada sesuatu yang diwakili olehnya O. Kemudian I adalah bagian dari proses yang
menafsirkan hubungan antara R dan O. Tahapan pemaknaan pierce dibagi menjadi tiga tahapan :
1. Firstness tanda dikenali pada tahap awal secara prinsip saja.
2. Secondness tanda dimaknai secara individual
3. Thirdness tanda dimaknai secara tetap sebagai kovensi.
Konsep tiga tahap ini penting untuk memahami bahwa dalam suatu kebudayaan kadar pemahaman tanda tidak sama pada semua anggota
prinsip saja.
1.1.5. Pelacuran Prostitusi
Prostitusi berasal dari Bahasa latin pro-stituere atau pro-stauree, yang berarti membiarkan diri berbuat zina, melakukan persundalan, percabulan, dan
pergendakan. Sedang prostitute adalah pelacur atau sundal, Dikenal pula dengan istilah WTS atau wanita tunassusila. Tunasusila atau tidak susila itu
diartikan sebagai kurang beradab karena keroyalan relasi seksualnya dalam bentuk penyerahan diri pada banyak laki-laki untuk pemuasan seksual dan
mendapatkan imbalan jasa atau uang bagi pelayananya. Tunasusila juga dapat
Representamen x =Tanda
Intepretan X=Y
Makna - ground
Obyek Y
Konsep, Benda, Gagasan, dll
5
diartikan sebagai salah tingkah, tidak susila atau gagal menyesuaikan diri terhadap norma-norma susila. Maka pelacur dapat diartikan sebagai wanita
yang tidak pantas kelakuanya dan bisa mendatangkan malacelaka dan penyakit, baik kepada orang lain yang bergaul dengan dirinya, maupun kepada
dirinya sendiri Dr. Kartini Kartono: 2013: 207. Profesor W.a Bonger dalam tulisanya Maatschappelijke Oorzaken der
Prostitutie mendefinisikan prostitusi sebagai gejala kemasyarakatan di mana wanita menjual diri melakukan perbuatan-perbuatan seksual sebagai mata
pencarian Dr. Kartini Kartono: 2013: 213-214
3
Sarjana P.J. de Bruine van Amstel mendefinisikan prostitusi sebagai penyerahan diri dari wanita kepada banyak laki-laki dengan pembayaran. Dr.
Kartini Kartono: 2013: 214. G. May dalam bukunya Encyclopedia of Social Science mengartikan
prostitusi sebagai, Defined as sexual intercourse characterized by barter, promiscuity and emotional indifference yang juga dekat dengan batasan yang
dinyatakan : Prosa’tua’on, often defined as promiscuous unchastity for hire
prostitusi, sering didefinisikan sebagai duknakecabulan, promiskuos yang disewakan Dr. Kartini Kartono: 2013:215.
1.1.6. Patologi Sosial