Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengenalan Tanda Komunikasi dalam Ruang Virtual Seks T1 362011021 BAB I

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Pada era globalisasi ini kita terus semakin dimudahkan dalam berkomunikasi.
Secara tidak langsung media sosial sebagai new media

1

membantu kita dalam

berkomunikasi. Baik kepada rekan, saudara, sahabat dan banyak orang sekalipun,
media sosial mampu memberikan kenyaman berkomunikasi tanpa harus bertatap
muka maupun menggagas mengenai jarak, lokasi, dan waktu. Selain itu media sosial
menyediakan cara untuk kita dapat berkomunikasi,

berbagi pikiran, gagasan,

perasaan kita tanpa mengenal batas ruang dan waktu.
Media sosial sendiri memiliki pengertian sebagai sebuah media online yang
para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi dan menciptakan isi

meliputi blog, forum jejaring sosial, dan dunia virtual.2

Media sosial saat ini

membangun jaringan relasi manusia yang cukup luas di dunia maya. Buktinya media
sosial saat ini tidak hanya menjadi media interaksi berbagai jaringan pertemanan,
namun juga dapat menjadi sarana bisnis, promosi, layanan jasa, dsb. Berbagai
kepentingan tersebut yang menyebabkan media sosial menjadi wadah bagi orang
untuk membentuk dan memperluas relasi secara virtual.3
Kemampuan media sosial membangun jaringan relasi dan menjadi wadah
untuk memperluas relasi diwujudkan dengan adanya komunikasi pengguna yang tidak
lagi dibatasi oleh ruang dan waktu. Menurut Marshall Mcluhan dengan teorinya
Medium As An Extension Of Human Faculties: Media Sebagai Perpanjangan Tubuh
Manusia. Media sosial yang saat ini juga menjadi perpanjangan tubuh manusia
menjadi media interaksi baru yang membuat ruang-ruang bagi masyarakat untuk
dapat saling berbagi.

1

" New Media adalah sebuah set berbeda dari teknologi komunikasi yang memiliki fitur tertentu yang terbaru,

dibuat dengan cara digital dan banyak digunakan oleh personal message sebagai alat komunikasi. (S,Renold.
Beyond Borders: Communication Mernity & History.2010.Hal 243)
2
Tempo Kini.Peran Sosial Media Sebagai Media Kampanye Politik. 7september2014.Surat Kabar. (diunduh
pada 19/05/2015 pukul 22.19 )
3
http://komunikasi.us/index.php/course/2607-membuka-cakrawala-dengan-media-sosial (19/8/2015 //
10:49)

Dalam penggunaanya sendiri media sosial memiliki kebebasan yang luas.
Kebebasan tersebut menjadi icon bahwa media social dapat digunakan sebagai wadah
kita untuk berkomunikasi, berpendapat, dan bergagasan secara bebas di dunia maya.
Namun kebebasan yang ada tidak selalu memberi kontribusi yang postif. Karena
dilihat kebebasan yang ada juga dinilai memberikan dampak negative bagi para
penggunanya. Dampak negatif tersebut dibuktikan dengan adanya kebebasan, manfaat
dan semua fitur yang menarik didalam media sosial yang juga dimanfaatkan bagi
kelompok pembisnis prostitusi yang berjalan dengan menggunakan system online
melalui kebebasan yang

media sosial tawarkan.


Sehingga kebebasan yang ada

didalam media sosial dengan dukungan fitur-fitur yang menarik coba dimanfaatkan
oleh para pekerja seks maupun mucikari dengan menjalankan bisnis layanan seks
secara online menggunakan media sosial atau yang sering kita dengar saat ini adalah
bisnis prostitusi online.
Jaringan prostitusi online yang menyebar melalui akun facebook, blackberry,
twitter, blog dan web dan media sosial yang lain mempermudah dan terus memberi
kesempatan yang leluasa untuk memilih jasa layanan seks online yang sesuai dengan
kebutuhan dan keiinginan. Tanpa harus berkunjung ke lokalisasi, cukup bermodalkan
dengan smartphone, koneksi internet, akun media sosial pengguna dapat memilih
tempat layanan seks yang digelar secara bebas untuk menuruti hasrat seksualnya.
Maraknya prostitusi online saat ini akhirnya menuai banyak protes dan khasus yang
terus bermunculan didalamnya.
Adapun beberapa contoh kasus mengenai prostitusi online diantaranya :
1. Kasus Prostitusi Online akun @jkt7xxxx, www.backxxxxx.com, dan
www.jakarta.backxxxx.com.
Prostusi online ini dijalankan mucikari berinisial EA. Kejadian ini berhasil
diungkap oleh polisi. Sistem prostitusi online tersebut terbilang cukup rapi.

pengelola mengelola dua media sebagai penunjang bisnis tersebut yakni lewat
Twitter dengan akun @jkt7xxxx dan website www.backxxxxx.com dan
www.jakarta.backxxxx.com. Dalam dua media tersebut, EA memberikan
sistem yang cukup rinci. Mulai dari harga layanan PSK sampai dengan sistem
dan level PSK tersebut. Atas perbuatan Tersebut , ia disangkakan dengan
2

Pasal 296 KUHP berancaman pidana 1 tahun, Pasal 506 KUHP ancaman
pidana 1 tahun, Pasal 4 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang
Pornografi dengan ancaman pidana 5 tahun, Pasal 2 juncto Pasal 17 UndangUndang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Perdagangan Orang dengan ancaman pidana 15 tahun. (KOMPAS.COM,
17/6/2015).
2. Kasus Mucikari Online di Pekanbaru Punya 100 Mahasiswi Siap Pakai
DN, seorang mucikari prostitusi online yang diamankan Polresta Pekanbaru,
Riau, diketahui memiliki 100 'anak asuh'. Semuanya merupakan mahasiswi
perguruan tinggi di Pekanbaru dengan pelanggan kelas menengah ke atas.
Pengakuan DN kepada penyidik, mahasiswi dari berbagai perguruan tinggi
yang ditawarkan ke pria hidung belang bertarif Rp 2,5 hingga Rp 8 juta. Nilai
itu short time atau bercinta dengan durasi pendek. DN sudah menjalankan
bisnisnya selama 2 tahun belakangan. Dia juga dikenal sebagai pemain lama

dan bisa disebut cukup top di kalangan pelanggan. Rata-rata usia wanita yang
ia tawarkan berumur 20-25 tahun. Bahkan DN juga melayani permintaan
untuk luar kota, seperti Batam dan Jakarta (LIPUTAN6.COM, 06/10/2015).
3. Akun Instagram Ini Dipakai Ajang Prostitusi Terbuka
Sebuah akun Instagram dengan nama @modelbisyarmanagement kini
menjadi sorotan publik di Indonesia. Pasalnya, dalam akun yang memiliki
700 lebih pengikut itu menampilkan para model cantik dengan pose seksi
maupun bugil. Bahkan, para pria yang ingin menikmati jasa haram tersebut
dapat memilih dan mem-booking model yang diinginkan sambil melakukan
nego harga melalui aplikasi pesan singkat dengan nomor yang tertera dalam
biodata. "RULES.BOOKING : pilih model >info hotel room>transfer
payment> konfirmasi payment SERIUS CLIENT.SAJA ! OMDO jangan.call
! whatsapp 0812XXXXXXXX," tulis akun tersebut dalam biodatanya.
Hingga

kini

belum

diketahui


jelas

siapa

dibalik

akun

bernama

@modelbisyarmanagement tersebut. Namun, banyak orang yang berharap

3

akun

tersebut

segera


ditutup

karena

meresahkan

banyak

pihak

(LIPUTAN6.COM, 21/6/2015).
4. Mucikari Di Malang Jual 12 Mahasiswi Via Facebook
Bagus Artha Pamungkas (21), mahasiswa salah satu perguruan tinggi di
Malang itu menjelma menjadi mucikari berpenghasilan tinggi. Melalui media
sosial Facebook, Bagus menjual teman-teman kampusnya kepada para lelaki
hidung belang. Dalam akun tersebut dia menuliskan tarif, nama dan fasilitas
yang didapatkan oleh pelanggan. Namun, tak banyak foto 'piaraannya' yang
dia pajang. Bagus memanfaatkan teknologi internet untuk menawarkan 12
anak asuhnya itu. Dia menggunakan media sosial Facebook. Berbekal telepon

genggam di tangannya, pria asal Jakarta ini bisa meraup jutaan rupiah.Melalui
akun facebooknya, Bagus juga menyebutkan tarif anak asuhnya. Jika ada
yang berminat akan dilanjutkan komunikasi secara personal. Beberapa
postingan di dinding Facebook Bagus Artha Pamungkas menawarkan bisnis
syahwat dengan nama, tarif dan fasilitas. Beberapa perempuan ditawarkan
dengan harga Rp 800 Ribu sampai Rp 1,25 Juta. Akibat perbuatannya itu,
Bagus terancam Pasal 506 KUHP atas tindakannya mengambil keuntungan
dari aktivitas pelacuran. Ancaman hukuman yang disangkakan 1.3 tahun
(MERDEKA.COM, 6/12/2015).
5. Bisnis Prostitusi Online Diungkap Polisi
Satuan Cyber Crime Direktorat Reserse Kriminal Khusus membongkar
praktek prostitusi melalui media internet. Diperkirakan, bisnis haram tersebut
meraup keuntungan puluhan juta rupiah setiap bulannya. Seorang wanita
mucikari merangkap wanita panggilan berinisial WD als AM berhasil
diamankan anggota Satuan Cyber Crime dibawah pimpinan Kompol Indra F
Siregar, SIK di hotel F saat hendak mengantarkan wanita-wanita yang
dipesan oleh petugas yang sedang menyamar. VWW als RV menawarkan
wanita-wanita abg usia 18 tahun sampai 26 tahun dengan membuka akun
jejaring sosial friendster dan akun di komunitas bluefame kemudian
memasang foto-foto wanita-wanita tersebut. Pelaku juga memasang nomor

handphone dan email dengan maksud apabila ada lelaki hidung belang yang
4

tertarik supaya menghubungi nomor atau email tersebut. Selanjutnya setelah
terjadi kesepakatan harga, mucikari mengantar wanita yang dipesan ke tempat
pemesan menginap. Dari pemeriksaan WD als AM didapat keterangan bahwa
dalam melakukan aksinya, pelaku bekerjasama dengan lelaki mucikari VWW
als

RV

dan

berhasil

diamankan

di

kawasan


Blok

M

(RESKRIMSUS.METRO.POLRI.GO.ID, 12/8/2015).
Berangkat dari beberapa kasus diatas penulis mengambil fenomena prostitusi
online sebagai sebagai fokus obyek penelitian penulis. Penulis mengambil contoh
fenomena tersebut dalam rangka mengenal kode-kode yang digunakan para pengguna
layanan seks online yang notabennya pelanggan awam untuk dapat masuk ke dalam
jaringan prostitusi online hingga mendapatkan tawaran layanan seks dari pelayanpelayan seks kelas atas atau pala pekerja yang pilihan. Proses pengenalan tanda
komunikasi pengguna prostitusi online tersebut nantinya juga akan mengupas
bagaimana media sosial menjadi patologi sosial dengan adanya fenomena prostitusi
online.
Dari hal tersebut penulis mencoba merelevansikan antara teori semiotik komunikasi
dengan kasus ini, yang menyelaraskan bagaimana suatu tanda harus dipahami untuk
akhirnya sesorang (pengguna) dapat masuk kepada suatu ruang bahasan (prostitusi
online, virtual seks) yang kemudian berlanjut untuk seseorang melakukan tawar
menawar (mucikari online) hingga pada akhirnya pengguna dapat memilih dan
berhubungan dengan pelayan seksual (PSK) pilihan (PSK kelas atas) atau pelayan

yang diinginkanya sesuai dengan aturan yang telah disepakati melalui hasil gambaran
kode dari mucikari yang coba digambarkan melalui pemahaman user untuk akhirnya
sampai kepada proses deal. Berangkat dari relevansi dan proses tersebut penulis juga
akan mengupas bagaimana proses pengenalan tanda komunikasi terhadap pengguna
jasa prostitusi online sebagai sebuah tindakan patologi sosial. Dimana media sosial
disini juga berada dalam posisi disfungsi dan sebagai media sosial yang patologi
Pada penelitian ini penulis mengenakan pendekatan semiotika dari seorang
tokoh semiotik yaitu Charles Sander Peirce (1839-1914) untuk membahas kasus
prostitusi online yang menjadi obyek penelitian penulis. Peirce melihat tanda sebagai
unsur dalam komunikasi. Pierce (dalam Fiske 1990 :62) melihat tanda, acuan dan
penggunanya sebagai tiga titik dalam segitiga (Representamen (r), Object (o),
5

Interpretant (I)). Model tanda yang dikemukakan Peirce adalah trikotomis atau triadik,
dan tidak memiliki ciri struktural sama sekali” (Hoed, 2002:21). Bagaimana paham
semiotik Charles Sander Peirce mengupas tentang tanda-tanda yang ada dalam
prostitusi online guna pelanggan baru atau penggunanya dapat berujung pada ranah
hubungan yang lebih intim dengan pelayan seks komersialnya akan dibahas lebih
mendalam pada penelitian ini.
Pelacuran atau prostitusi secara online merupakan suatu bentuk perilaku
masyarakat yang sakit. Maka itu selain pendekatan semitoika penulis juga
mengenakan pendekatan Patologi Sosial terhadap prilaku penyebaran pelacuran
sebagai jawaban serta solusi atas maraknya fenomena prostitusi online di sekitar kita.
Pelacuran atau prostitusi secara online merupakan suatu bentuk perilaku masyarakat
yang sakit (patologi) dan harus dihentikan penyebaranya. Perilaku masyakarat dalam
prostitusi online tersebutlah yang disebut sebagai patologi sosial. Patologi Sosial
sendiri ialah suatu ilmu tentang gejala-gejala sosial yang dianggap “sakit” dan
disebabkan oleh factor-faktor sosial. Jadi patologi sama dengan artinya sebagai ilmu
tentang “penyakit masyarakat”. Sedangkan “penyakit masyarakat atau sosial” itu
adalah segenap tingkah laku manusia yang dianggap tidak sesuai, melanggar normanorma umum dan adat istiadat, atau tidak terintegrasi dengan tingkah laku umum.
Penulis disini merelevansikan bagaimana prilaku pengguna dalam mengenali tanda
pada ruang virtual sex (prostitusi online) begitupula dengan penyedia layanan sex
melalui pendekatan patologi sosial.
Satu dua abad yang lalu, orang menyebut satu peristiwa sebagai penyakit
sosial murni dengan ukuran moralistic. Maka, kemiskinan, kejahatan, pelacuran,
alkoholisme, kecanduan, perjudian, dan tingkah laku yang berkaitan dengan semua
peristiwa tersebut dinyatakan sebagai gejala penyakit sosial yang harus diberantas dari
muka bumi. North, seorang sosiolog dalam bukunya Social Problems and Social
Planing, menyatakan bahwa dalam usaha pencapaian tujuan dan sasaran hidup yang
bernilai bagi suatu kebudayaan atau suatu masyarakat, harus disertakan etik sosial
guna menentukancara pencapaian sasaran tersebut. Penulis berharap melalui
penelitian ini masyarakat dalam mecapai tujuan dan sasaran hidupnya dapat memiliki
etik social yang lebih baik, sehingga tujuan dan sasaran hidup kita dan bernilai bagi
masyarakat, kebudayaan, dan bangsa kita.

6

1.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang sudah penulis uraikan, maka penulis mencoba menguraikan
rumusan masalah penelitian ini adalah :

Bagaimana pengenalan tanda komunikasi pada ruang virtual seks (prostitusi
online) untuk masuk dan mendapatkan jasa layanan seks kelas atas atau
pelayan seks sesuai pilihan penggunaa ?

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk menjelaskan proses pengenalan dan pemahaman simbol-simbol
pengguna prostitusi online terhadap penyedia layanan seks.

1.4. Manfaat Penelitian

-

Manfaat Penelitian Teoritis


Penelitian ini dapat memperkaya Ilmu Komunikasi khususnya studi
pesan semiotika dan studi penyakit masyarakat atau patologi sosial.



Penelitian ini dapat memperkaya akan pengetahuan tentang media social
yang

seharusnya mempunyai batas bebas ditengah kebebasan media

sosial yang tanpa batas saat ini. Sehingga keberadanya tindak
dimanfaatkan oleh para pembisnis prostitusi yang keberadaanya juga
menjadi penyakit masyakarat.
-

Manfaat Penelitian Praktis


Menjadi bekal pembelajaran mengenai pemahaman dan pengenalan
tanda komunikasi pada ruang virtual seks terhadap pengguna dan
penyedia jasa layanan seks.



Pengetahuan pada poin pertama memberi bekal kepada masyarakat agar
menjadi pengguna media sosial yang smart, cermat, dan berbatas dalam
menanggapi dan menikmati kebebasan dalam media sosial.



Penulis berharap melalui pengetahuan ini masyarakat dan khususnya
netizen dapat memanfaatkan ilmu pengetahuan ini untuk membuat
7

gerakan atau langkah awal pencegahan atau pengurangan penyebaran
prosttusi online. Baik melalui gerakan sosial seperti campaign atau
bahkan inovasi regulasi pada pengguna media sosial baik secara aturan
tertulis atau secara programming.


Dapat memberikan gambaran dan pemahaman bahwa pelaku prostitusi
online (pengguna dan penyedia jasa) tersebut merupakan suatu bentuk
patologi sosial atau perilaku masyarakat yang sakit atau tidak pada
umumnya.

1.5 Batasan Penelitian
Penelitian ini difokuskan untuk melihat pengenalan simbol-simbol oleh
pengguna (pengguna pemula atau awam) prostitusi online untuk dapat masuk dalam
ruang virtual sex hingga realisasi layanan seks secara nyata. Disini penulis ingin
mengetahui pengenalan simbol-simbol apa saja

yang dapat membuat seorang

pengguna pemula dapat masuk dan dapat dipercayai oleh orang-orang dalam lingkup
atau jaringan prostitusi online baik dari mucikari hingga pada pekerja seksnya.
Sehingga suatu ruang virtual layanan sex dapat mempercayai kita untuk masuk
sebagai pengguna baru dan mendapat pelayanan yang memuaskan dari pilihan PSK
nya, system booking, peraturan dan layanan seksnya. Perilaku pengguna jasa
prostitusi online serta perilaku penyedia jasa layanan seks tersebut nantinya akan
menjadi pengetahuan bagi masyarakat agar muncul suatu tindakan untuk meredam,
hingga mencegah perilaku masayarakat yang tidak normal, atau tidak sewajarnya
yang penulis sebut sebagai patologi sosial, tidak pada aspek yang lain.

Symbol yang ingin diketahui itu hanya dalam upaya kunci untuk akses masuk
serta realisasi layanan seks dan upaya pemahaman bahwa proses-proses tersebut yang
nantinya menyimpulkan mengenai

media sosial

yang mengalami disfungsi dan

patologi melalui fenomena prostitusi yang dasarnya juga merupakan penyakit
masyarakat. Sehingga penulis akan coba untuk memberi saran dan tindakan sebagai
jalan keluar untuk menanggapi fenomena tersebut, tidak pada aspek yang lain.

8