Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengenalan Tanda Komunikasi dalam Ruang Virtual Seks T1 362011021 BAB IV

(1)

BAB IV

PENYAJIAN DATA LAPANGAN

Dalam bab ini akan dipaparkan hasil observasi dan wawancara terhadap para pelaku dalam fenomena prostitusi online yang diteliti. Penyajian data ini dibagi dalam dua bagian.Bagian pertama mengungkapkan latar belakang dari para pelaku dalam prostitusi online yang diteliti dan bagian kedua memuat seluruh hasil pengamatan dan wawancara penulis dengan para pelaku sepanjang penulis melakukan penelitian lapangan sejak bulan Februari hingga Maret 2016.

1.1.Para Pelaku Dalam Fenomena Prostitusi Online yang Diteliti.

 Mucikari Semarang : Mucikari 1 (M1)

 Perantara Mucikari Semarang : Perantara 1 (P1)

 Mucikari Salatiga : Mucikari 2 (M2)

 Perantara Mucikari Salatiga : Perantara 2 (P2)

 Pekerja Seks : Pekerja (PSK)

 Pengantar Tamu Lonte : Petugas (PTL)

Latar belakang dari masing-masing aktor tersebut adalah sebagai berikut :

 Mucikari Semarang

M1 adalah mucikari yang berasal dari semarang. M1 berumur 26tahun, Dia tinggal di daerah Gombel, namun untuk kejelasan tempatnya M1 tidak menyebutkan untuk menjaga keamananya, pun untuk nama dan identitas aslinya. M1 punya nama samaran Ajeng, dan untuk account Blackberry Massanger yang dia kelola dia memasang nama Tya. M1 awalnya bekerja sebagai pemandu karaoke dan pekerja seks di daerah Batam. Dijelaskan kurang lebihnya 3 tahun dia menjalani pekerjaan tersebut, namun disisi lain M1 merasa bahwa dijual lebih susah ketimbang menjual.


(2)

Dalam arti dia berpandangan lebih nyaman untuk menjadi seorang mucikari yang menjual anak-anaknya, ketimbang harus dijual dan diatur oleh mucikari. Karena M1 merasa bahwa di batam sungguh sangat mudah melihat teman-temanya dijual dan termasuk dirinya sendiri yang juga ikut dijual maka dia memutuskan untuk kembali ke semarang dan menjadi mucikari. Di Semarang ia memanfaaatkan rekan-rekanya yang ada di Batam untuk ditarik dan dijadikan sebagai anak-anaknya (pekerja seks). Mereka dimudahkan dengan tidak terikat kontrak yang kaku pada M1. Karena sistem pembayaranya tidak semata-mata melalui M1 namun diberikan langsung kepada pekerja seks nya, dan M1 mendapat komisi 10-30% dari pendapatan, tergantung dari anak-anak mana yang dipakai (pekerja kelas bawah atau atas).

Anak – anak M1 berasal dari Semarang sendiri, Batam dan Jakarta. Di daerah Semarang, tepatnya Gombel dia memanfaatkan rekan-rekanya yang ada di Semarang sendiri. Sedangkan untuk anak-anak nya yang bersal dari Batam dan Jakarta dia pasokan ke Bandungan. Tentunya yang dari Batam dan Jakarta adalah anak-anak pilihanya. Total untuk anak-anak yang dipekerjakan siska sekitar 15-25 anak-anak yang tersebar di Semarang dan Bandungan. Siska memiliki 2 smart phone yang digunakanya untuk berkomunikasi dengan pelanggan dan anak-anaknya serta satu smart phone yang digunakan untuk berkomunikasi dengan orang umum.

 Perantara Mucikari Semarang

P1 adalah seorang perantara M1. P1 berasal dari Salatiga tepatnya di daerah Karang Pete. P1 sama sekali tidak mau disebutkan untuk nama asli dan nama samaranya untuk menjaga keamananya, karena kebetulan penulis menegenal baik dengan P1 jadi penulis menjaga untuk hubungan relasi dan kelancaran selama masa research. P1 tinggal bersama Ibu dan nenek serta adiknya. Di tempat dia tinggal P1 terkenal sebagai pemuda yang suka mabuk dan berkelahi, namun disisi lain mahasiswa ekonomi UKSW ini mempunyai pekerjaan yang tidak banyak orang tau, termasuk teman-teman terdekatnya sekalipun.

Dia bekerja sebagai perantara Mucikari Semarang. pekerjaan P1 ini sebenarnya mudah-mudah sukar, karena dia bertugas untuk mencarikan pelanggan, memberi pelanggan dan yang terberat P1 harus mengetahui dan mencari tahu latar belakang pengguna baru dari area salatiga oleh panduan dari M1. Kecuali rekomendasi pengguna dari P1 untuk M1 sudah ditidak diragukan keamananya lagi.


(3)

Karena P1 selalu memastikan bahwa pengguna-pengguna darinya adalah orang yang aman dan tentunya bukan intel sekalipun. Sebab buisnes tersebut akan terkupas tuntas jika terselib satu bahkan dua orang atau lebih petugas keamanan. Sehingga untuk masuknya intel dan petugas kepolisian benar-benar dipastikan oleh P1.

Proses ini dapat berjalan pada area pengguna Salatiga saja jika akan ada yang memakai anak-anak dari M1. P1 ini tidak terikat kontrak apapun dengan M1, sehingga bisa penulis sebut bahwa P1 sebagai perantara freelance. Pekerjaan yang P1 kerjakaan ini bukanlah pekerjaan yang utama, namun sebagai sambilan. Karena kapanpun waktunya P1 bisa saja keluar dari pekerjaanya sebagai perantara dan bekerjaa ditempat lain. Terkadang P1 juga bekerja sebagai supir mobil rental di salah satu rental kemiri, P1 juga terkadang ikut membantu bisnis boutique yang dikelola oleh kakak sepupunya. Sewaktu penulis ketemui P1 sejak akhir tahun 2015 hingga bulan maret lalu P1 juga memiliki pekerjaan sampingan sebagai penyortir brand presenter sebuah rokok, dan tak jarang mereka juga bias direkomendasikan untuk bias dipakai bagi yang mau melalui perantara P1.

 Mucikari Salatiga

M2 adalah salah seorang mucikari asal Salatiga yang tepatnya tinggal di daerah karang pete. M2 berstatus janda dengan anak 1. Dia ditinggal suaminya pada saat dia sedang mengandung. 5 tahun sudah dia menjalani sebagai mucikari sejak dibangku sekolah menengah. Awalnya bermula dari M2 yang suka membuat kelompok – kelompok atau yang biasa disebut oleh kaum muda “geng-gengan” hingga pada kenakalan-kenakalan perkelahian yang terus menerus dimenangkan oleh M2. Dari situ M2 mulai dihormati oleh kawan-kawanya, sampai pada suatu saat ia mencoba mengambil peluang untuk memanfaatkan teman-teman (teman-teman perempuan) yang dekat dengan untuk dijadikan sebagai anak buah hingga menjadi pekerja seks tingkat SMA atau yang lebih sering disebut sebagai kimcil.

Hal tersebut terus berlanjut dan semakin menjadi karena setelah M2 lulus sekolah dia melanjutkan karirnya dan fokus pada dunia prostitusi tersebut. Pada tahun yang ketiga tepatnya setelah lulus SMA dia ada dimasa jaya karena relasi dunia malam bertambah dan pekerja M2 bertambah hingga sampai pada 20 pekerja waktu itu. pada tahun keempat M2 memiliki seorang kekasih, hingga pada suatu saat M2 mengandung anak dari kekasihnya namun M2 ditinggalkan dan disitulah M2 mulai


(4)

M2 memutuskan untuk pergi ke Bali untuk sejenak tenang sembari menunggu proses kelahiran sang buah hatinya. Lalu pada akhir tahun 2015 M2 kembali ke Salatiga setelah melahirkan di Bali dan memulai karirnya sebagai mucikari. Saat ini M2 sedang merintis kembali dan manfaatkan peluang prostitusi online dan saat ini M2 hanya memiliki 4-7 orang pekerja.

M2 menjelaskan bahwa apa yang membuat ia bertahan menekuni pekerjaan ini bukanlah karena faktor kebutuhan, melainkan faktor hobi. M2 mengatakan bahwa sampai kapanpun atau sampai M2 mendapati pekerjaan yang mapanpun M2 akan tetap menekuni bisnis ini. Karena kerja kerasnya saat ini membuahkan hasil yang luar biasa, terbukti bahwa pelanggan M2 ada dari berbagai kalangan kelas menengah keatas dan anak-anak dia sekarang juga lebih pilihan. M2 enggan untuk disebut dirinya sebagai mucikari karena masih muda, namun realita yang M2 paparkan adalah bagian dari pekerjaanya sebagai salah seorang mucikari di Kota Salatiga. M2 juga mucikari yang tidak mau disebutkan namanya, M2 hanya mengatakan bahwa yang menyebutnya dengan sebutan “Mami” adalah orang yang sayang sekali dengan dia. Dalam arti orang yang sayang dengan mami adalah orang yang mau menjadikan M2 sebagai simpenan untuk meraup uang lebih banyak lagi. Sebab M2 selain sebagai mucikari adalah juga pekerja yang berkedok sebagai simpenan suami orang yang hanya dalam tempo 5-7 hari saja. Jadi M2 sendiri adalah mucikari berkedok pekerja pilihan. Namun tidak semua orang dapat menjadikan mami sebagai simpanan.

 Perantara Mucikari Salatiga

P2 adalah orang yang sama dengan P1. Namun disini tugas P2 lebih terlihat dibandingan pekerja dia sebagai P1. Tugasnya – pun sama dengan tugas dia sebagai P1, akan tetapi disini P2 lebih memiliki peran yang besar karena selain dia berada di kota sendiri P2 hanya fokus juga untuk mencari tahu kebenaran pelanggan baru di kota sendiri, dan membantu pelanggan untuk dapat berhubungan langsung dengan mucikari secara aman. Pekerjaan yang dilakukan P2 lebih ringan disini, karena P2 tentunya memiliki relasi yang luas dan jaringan yang cukup leluasa untuk bergerak mencari, mengamati, dan menelusuri informasi calon pengguna bahkan pengguna rekomendasi dari M2.


(5)

Perlu diketahui bahwa P2 menyampaikan kepada penulis mengenahi hal yang sama yaitu pekerjaan P2 sebagai perantara mucikari ini adalah pekerjaan yang bukan tetap, tidak terikat, dan tentunya sebagai pekerjaan freelance, sehingga P2 masih bias menerima job yang sama di mucikari lain atau bahkan pekerjaan lain sekalipun. Kedekataan P2 dengan M2 juga lebih terlihat lebih dekat dibandingkan kedekataan P1 dengan M1. Sebab lamanya P2 menjalin relasi dengan M2 menjadi salah satu faktor yang membuat mereka dekat dan membuat mereka punya saling rasa percaya yang lebih tinggi. Namun tidak juga menutup kemungkinan untuk P1 / P2 ini dapat membangun kepercayaan yang baik juga terhadap M1.

 Pekerja Seks 1

PS1 adalah wanita pekerja seks komersial yang bekerja di bawah naungan lokalisasi Citra Dewi bandungan. PS1 berasal dari daerah Tegal, dia janda beranak satu. Di kompleksnya dia adalah perempuan pilihan dibandingankan teman-temanya. Setiap harinya PS1 bekerja pukul 18.00 hingga pukul 03.00 dini hari atau bahkan sampai subuh. Namun tidak menutup kemungkinan ketika bangun tidur di jam 10.00 atau sekitar jam 11.00 pagi PS1 bisa dipakai untuk melayani. Sebelumnya PS1 sempat menjadi Tenaga Kerja Wanita di Malysia selama 5 tahun. Tidak puas dengan pekerjaan disana maka PS1 mencoba melirik pekerjaan sebagai pekerja seks atas dasar rekomendasi temanya yang ada di kampung halamanya. Kurang lebih sudah 5 tahun pula PS1 menjadi pekerja seks di bandungan. PS1 melayani tamu sekitar 5-7 pelanggan dalam semalam, itupun belom termasuk yang ingin menggunakan jasa PS1 diluar jam kerja.

Atik adalah nama samaran PS1 ketika dia bekerja, namun untuk data aslinya PS1 sangatlah tertutup guna menjaga keamananya. PS1 tergolong juga pekerja yang cukup menjaga kesehatan dirinya. Ia menuturkan bahwa PS1 rutin dalam memeriksakan kesehatanya. Ia pun juga tidak sama sekali mengkonsumsi minuman alkohol, dan untuk kebiasaan merokok PS1 juga tidak terlalu menjadi perokok aktif. Karena sebelumnya dia tidak merokok dan saat ini dia merokok disebabkan sedang ada tekanan pikiran akibat kebutuhan kehidupanya. Dengan menggunakan 1 smartphone dan 1 ponsel kecil PS1 dikendalikan dalam ikatan prostitusi online dia area PS1 bekerja.


(6)

 Petugas Tamu Lonte

PTL adalah sebutan atau sebuah cap bagi seorang bapak-bapak yang biasanya ada dipinggir jalan kawasan Desa Kalinyamat, Bandungan yang aktifitasnya terkadang hanya petugas parkir ataupun Cuma merokok di depan kawasan lokalisasi maupun merokok dan menongkrong di sekitar jalan jalan sempit wilayah tersebut guna menghantarkan seorang pengguna jasa prostitusi. Perlu diketahui bahwa kebradaan PTL tidak hanya menghantarkan tamu untuk memilih pekerja seks dan memilih hotel, namun bisa juga ditelfon maupun dipesan secara online melalui media social whatsapp maupun Blackberry Messager.

Mereka juga meantau kinerja pekerja yang sedang melayani tamunya, meastikan pula apakah tamunya juga aman atau tidak. Penghasilan PTL didapat dari pekerja seks, mami atau papi mucikari, maupun dari pelanggan yang memberi bonus. Penampilan mereka tidak meunjukan seperti orang-orang yang bekerja di lokalisasi, mereka sangat biasa dan seperti masyarakat yang sedang kumpul atau tepatnya seperti bapak –bapak yang sedang berkumpul. Keberadaan PTL sangat membantu pekerja seks dan mami atau papi mucikari.

Jikalau ditelusuri jumlah mereka tidak cukup banyak, namun pekerjaan mereka ini adalah setara dengan perantara – perantara mucikari. Walaupun hasil atau upah mereka tidak sebanyak mucikari maupun pekerjanya namun pekerjaan PTL cukup ringan dan cukup aman karena resikonya kecil dan tentunya sama seperti perantara tidak terikat. Mereka juga adalah sebagian masyarakat daerah sekitar yang mencoba memanfaatkan peluang kesempatan kerja untuk menjadi PTL. Sikap mereka ramah, sopan dan tentunya sungguh menghormati. Tidak hanya bos-bos atau tamu-tamu yang membawa mobil aja yang dilayani namun anak-anak muda yang juga ikut menikmati wisata lokalisasi ini juga dilayani, dihantarkan, dan diberikan pilihan terbaik oleh PTL. Memang terkadang orang yang sudah cukup kenal baru yang bisa memesan bahkan memilih pekerja yang diinginkan pelanggan dengan menghubungi secara personal melalui telfon maupun secara online malalui media social yang digunakan PTL. Namun cukup banyak juga orang yang memesan melalui PTL dan banyak orang juga berusahan menjalin relasi yang baik dengan PTL agar dimudahkan dalam mendapatkan jasa yang memuaskan dan sesuai keinginan. Pengahsilan PTL diluar pekerjaan ini biasanya juga berupa tukang parkir, jadi penghasilan yang cukup dengan kerjaan mereka yang ringan yang membuat mereka tetap bertahan seperti


(7)

salah satu PTL yang penulis sempatajak untuk mengobrol untuk mengetahui latarbelakang mereka.

4.2.Hasil Pengamatan dan Wawancara Penelitian Lapangan.

2.2.1. Hasil Pengamatan dan Wawancara P1/P2

Senin Pagi, 11 Januari 2016 Penulis mencoba untuk bertaya tentang mucikari mana yang bisa untuk diajak ketemu dan mau untuk diajak mengobrol mengenai topik yang penulis kerjakan saat itu. Awalnya penulis sama sekali belum mengetahui jikalau P1/P2 seorang yang gemar dunia prostitusi dan seorang perantara mucikari. Penulis hanya tau apabila P1/P2 adalah kawan yang punya relasi orang-orang prostitusi karena dia adalah seseorang yang gemar karaoke. Penulis mencoba mencoba untuk bertaya tentang mucikari mana yang bisa untuk diajak ketemu dan mau untuk diajak mengobrol mengenai topik yang penulis kerjakan saat ini. Namun teryata P1/P2 belum membawa kabar baik mengenai hal tersebut.

Wah ketemu mucikari buat ngobrol dan gak pakai anaknya itu gak gampang loh kik. Mereka gak mau rugi waktu, karena ketimbang buat ngobrol mereka lebih baik melayani tamu yang mau pakai anak – anaknya. Seandainya mereka maupun juga kita harus keluar kocek untuk kasih bonus ke mereka buat ganti rugi waktu. Persoalan kedua adalah tidak semua mucikari gampang diketemui orang-orang baru apalagi mau wawancara aja” (P1/P2)

Penulis kemudian menjelaskan bahwa proses wawancara penulis tidak akan berlangsung dengan proses yang kaku. Penulis akan melakukan sebuah percakapan santai. Lalu penulis juga akan menyiapkan untuk rokok, ajakan karaoke, minum, dan tape kepada mucikari. P1/P2 menyarankan kepada penulis untuk santai dan bersabar, karena jikalau ada penulis akan segera dihubungi. Yang terpenting ya adalah untuk disiapkan uang atau anggaran penelitian, karena ketika sudah ada uang P1/P2 mengatakan bahwa semuanya akan muda untuk bergerak.

“Tak bantu sebisaku ya kik, pokoke santai aja. Begitu dapet langsung tak kabari. Yang penting ada duitnya dulu lah…duit lancar, mami kaya apa aja bisa lancar juga sama aku hahhahahaa …. Segera tak hub lagi deh.” (P1/P2)


(8)

Kamis, 28 Januari penulis kembali menemui P1/P2 di kediaman kakak sepupu P1/P2. Ditempat tersebut penulis menanyakan kabar mengenai mucikari mana yang bisa diketemui, lalu bagaimana kurang lebih dunia prostitusi, dan bagaimana system jaringan mereka. Akan tetapi P1/P2 sampai saat itu masih belum bisa memberikan Mucikari yang penulis inginkan dengan alasan beberapa mucikari yang sudah dihubunginya ada yang tidak mau rugi waktu, malas, bahkan tidak percaya dengan topik tugas akhir penulis. Penulis kemudian meminta P1/P2 untuk segera menghubungi penulis melalui telfon ketika sudah mendapatkanya.

“Masih belum dapet Ki. Mereka ada yang takut, ada yang males, bahkan ada yang gak percaya kalo skripsi kok ngangkat topic beginian.” (P1/P2)

“Gini kik, dunia seperti itu sangat rumit, dalam arti rumit dan ruwet orang-orangnya juga sistemnya. Contohnya mucikari itu kedoknya banyak dan gak kelihatan. Sama seperti prostitusi online kelas artis yang mucikarinya bisa makeover nya sendiri, atau sutradara, atau malah paling parah crew. Kalo kamu nanti sudah masuk ya jangan heran dengan ruwetnya dan jangan kaget kalo mereka hanya bisa diketemui sekali, kecuali kamu punya duit banyak. Intinya uang lancar, tape besar ya mereka mau.” (P1/P2)

Selasa malam, 2 Februari tepatrnya pukul 20.00 penulis mendapat telfon dari P1/P2 yang mengabarkan dengan mendadak bahwa P1/P2 bahwa dia sudah menemukan mucikari yang menyediakan waktunya untuk penulis saat itu juga. P1/P2 meminta kepada penulis untuk siap dan membawa uang secukupnya, tepat pukul 11.00 P1/P2 mengajak bertemu di cungkup. Lalu terjadilah percakapan singkat antara kami yang intinya penulis disarankan untuk segera membooking di tempat karaoke Inul Vista dan segera mengahabari untuk di ruangan nomor berapa.

Kik ini orang semarang, barang bagus deh pokoknya. Susah buat diketemui lagi jadi dimanfaatkan sebaik mungkin momen ini. Aku bisa bantu kelengkapan informasinya kalo kamu kurang jelas, aku deket sama dia sudah cukup lama. Kamu langsung ke Inul Karaoke ya, booking. Aku tak jemput doi dulu di alfamart. (P1/P2)


(9)

2.2.2. Hasil Pengamatan dan Wawancara M1

Malam itu sesampainya di room karaoke yang sudah dibooking, tak lama kemudian M1 datang disusul dengan P1. Awal bertemu penulis berkenalan dengan sejenak dengan M1. Kemudia penulis menanyakan mengenai tujuan penulis, supaya penulis leluasa untuk bertanya, dan supaya menjaga agar M1 tidak tersinggung. Namun teryata M1 sudah diberitahu sebelumnya oleh P1 mengenai tujuan penulis. Awal percakapan dimulai penulsi dengan percakapan mengenai tempat tinggal M1. Kemudian penulis membangun percakapan dengan mengarah ke bahasan mengenai alasan M1 terjun ke dunia prostitusi.

“Dulu awalnya saya pemandu karaoke di wisata karaoke Battam. Disitu saya melihat temen – temen saya yang saling menjual temenya sendiri dengan mudahnya dan atas dasar mau sama mau. Kemudian saya mencoba perlahan untuk menarik diri dari Battam dan kembali ke semarang dengan profesi baru yaitu jadi maminya anak-anak.” (M1)

Selanjutnya penulis juga menanyakan mengenai asal dan pembagian anak-anak yang dipekerjakan M1. Dalam percakapan tersebut dikatakan bahwa anak-anak M1 berasal dari Semarang sendiri dan dari Jakarta dan Batam untuk anak-anak M1 yang ditempatkan di Bandungan. Kemudian disusul percakapan mengenai sistem yang kahirnya dijelaskan bahwa komunikasi mereka (anak-anak mucikari) dengan M1 melalui media sosial Blackberry Messanger. M1 mempunyai 2 Hape dimana

“Kalo sistemnya ya gini, seperti yang mas lihat (“sembari mengeluarkan 2 ponsel”), saya punya dua smartphone Mas. Satu untuk kerja sama anak-anak saya, satu punya saya sendiri tapi juga biasa buat kerja juga. Yang blackberry ini buat pilih mana anak-anak saya yang siap dipakaikan pelanggan, dan list anak-anak saya juga disini semua. Termasuk pelanggan-pelanggan saya ya ada di kontak ponsel blackberry saya Mas.” (M1)

Percakapan yang terbangun selanjutnya mengarah pada bahasan menegenai perbedaan anak-anak yang ditempatkan di Semarang dan Bandungan. Dijelaskanya bahwa yang membedakan adalah masalah kualitas dan harga. Anak-anak yang di semarang adalah wanita dengan tariff standart dan yang di bandungan untuk tariff atas sesuai dengan kemolekan dan kualitas fisik yang berkualitas. Penulispun kembali memperdalam dengan ulasan mengenai sistem online dengan media sosial yang digunakan apakah melalui blackberry group atau


(10)

mengenakan chat biasa saja melalui blackberry messager dan untuk harga yang dipatok sendiri berkisar sekitar berapa untuk anak-anknya.

“Gini Nang, aku gak pakai BBM Group, bahaya nang. Takutnya kalo ada anak-anakku yang ada apa-apa atau yang gak beres, BBM group bisa jadi bukti untuk semuanya.(M1)

“Kalo untuk harga, yang di Semarang itu tarif standart lah 350-750 ribu, lalu kalau yang di Bandungan itu anak-anak pilihanku yang harganya dari 1juta bahkan sampai 2 juta Mas. Mau pesen ? ya tinggal pesen aja sama aku, nanti dia aku suruh milih mau pakai yang mana lewat BBM Mas. Nah selanjutnya aku hubungi ke anak-anakku terus kalo dia bisa aku hubungi yang mau pakai lalu bisa DP dulu langsung ke anaku, gak melalui aku. Kalo ketemu cocok yang langsung mas ngentot hahahha kalo gak yaudah DP angus gak papa. Hahahaaaaa“ (M1)

Kemudian penulis membahas jika penggunaan BBM adalah untuk pelanggan M1 saja, maka bagaimana dengan pelanggan baru atau orang yang sama sekali tidak M1 kenal namun mau untuk memakai anak-anak M1 yang tarafnya, anak-anak kelas atas atau pilihan. Penulis menuturkan apakah M1 tidak curiga dan bagaimana menyiasatinya karena orang baru atau pengguna baru tersebut secara penampilanpun tidak meyakinkan.

”Nyiasatinya gini Mas, aku mau pelanggan barunya kenal dulu sama aku. Supaya menjaga keamananku. Tapi sebelum kenal sama aku, aku ada perantara lohh. Hehehhe dia sudah lama bantu kinerjaku” (M1)

M1 menjelaskan bahwa teryata perantara yang dimaksudkan adalah P1 yang membantu keberlangsungan penulis dalam penelitian ini. Berangkat dari hal ini penulis jadi tau kalo P1 adalah perantara M1. Dijelaskan pula bahwa P1 membantu pekerjaan M1 sudah cukup lama. Kalau ada pelanggan baru yang belum kenal pastinya maka M1 meminta P1 untuk mencari tahu asal usul pelanggan baru tersebut. M1 sendiri menjamin jika pekerjaan P1 luar biasa dari pantauan selama ini, apalagi untuk pelanggan baru dari P1 dijamin aman keberadaanya. Kemudian penulis juga mengulas jikalau posisi pengguna baru sudah dinyatakan aman bagimana langkah komunikasi selanjutnya yang ditempuh oleh pelanggan baru. M1 menjelaskan ketika sudah mendapat pin atau contac M1 dari P1 maka pengguna bisa memeulai obrolan dengan M1. M1 mengatakan bahwa komunikasi yang terbentuk juga tergantung penggunanya dapat mengambil hati M1 atau malah sebaliknya membuat M1 untuk tidak tertarik kepada orang baru tersebut. M1 menginginkan pengguna baru dapat


(11)

melakukan penjajakan dengan baik kepada M1. Selain dengan komunikasi dan rayuan yang pas menurut M1, bisa juga ditempuh dengan membelikan minuman yang M1 suka sembari mengajak bertemu.

“Vodka cukup lah yang botol kecil gitu 3 cukup hahhahaa, tapi ya nggak hanya minum gini aja lah Mas. Maksudnya ya gimana dia buat aku percayalah dengan ngobrol ketemuan…” (M1)

Melihat waktu sewa tempat karaoke kami sudah mau habis. Maka kami merencanakan untuk pindah tempat karaoke yang lain. Penulis kemudia juga meminta saran kepada P1 untuk membeli minum, namun P1 menyarankan untuk membeli minuman seperti “anggi” yang harga miring supaya budget kedepan tidak terlalu membengkak karena masih banyak pengeluaran. Lalu penulis bersama M1 pergi beralih ke Karaoke Zenso untuk melanjutkan karaoke dan obrolan sembari menunggu P1 datang membawa minuman. Pada tahap ini penulis tidak banyak bertanya namun hanya melengkapi beberapa kekurangan data. Karena disini penulis memberikan kesempatan yang leluasa untuk M1 merokok, minum, dan beryanyi. Untuk memperlengkap data yang diperlukan, penulis hanya berbincang mengenai seputar nama panggilan dan pembagian komisi. Setelah itu karena keterbatasan waktu, penulis juga memohon untuk diberi dan diterima di account blackberry massanger pribadi M1, supaya pertemuan selanjutnya tetap bisa direncanakan dan diatur. Namun M1 mengatakan bahwa kedepan akan sulit untuk diketemui, dan informasi lebih lanjut akan bisa dijelaskanoleh P1 karena P1 dianggap sebagai kepercayaan M1. Informasi yang tidak didapat pada malam mini bisa bertanya kepada P1.

“Aku biasa panggil mereka ya temen… “temen-temenku”, aku gak mau panggil mereka anak atau apalah yang buat mereka merasa jadi bawahanku. Kita teman dan sama-sama saling menghargai dan cari serta bagi rezeki bareng-bareng mas.” (M1) “Yah kalo saya biasa dapet 10-20% lah mas, tambahan juga kalo pelanggan baik hati kasih tape. Biasa kalo udah langganan atau yang tajir ya tetep bagi bagi tape mas hehehehehe…”(M1)

Setelah kurang lebih 2 jam berlangsung kamipun mengakiri pembicaraan dan acara kami di room, karena jam 2 dini hari M1 harus kembali lagi ke semarang untuk bekerja. Sebelum pulang datanglah kawan P1 yang nantinya akan ikut menghantarkan pulang M1. Kami sempatkan untuk berfoto dan berbincang sejenak lalu kami pulang dan terpisah.


(12)

blackberry kepunyaan M1 guna menepati janji yang pengurus buat. Penulis berharap bisa bertemu lagi dengan M1 kedepanya ketika M1 lowong, namun setelah 3 minggu ada masalah yang terjadi yaitu penulis kehilangan contac blackberry messanger M1, dan teryata saya dan P1 telah di hapus dari daftar contac M1. P1 juga bertanya –tanya bagaimana hal tersebut bisa terjadi, karena setelah pembicaraan tersebut P1 juga tidak dihubungi lagi. Namun beberpa hari kemudian P1 memberitahukan kepada saya bahwa M1 memang tidak mau menambahkan akun punulis di contac blackberry kepunyaan M1 untuk tetap menjaga keamananya. M1 meminta untuk selanjutnya P1 yang memberi informasi selanjutnya. Penulis coba untuk menegosiasikan supaya tetap bisa berhubungan dengan M1 namun karena nampaknya sudah terlalu sulit, maka kemudian penulis memutuskan untuk berlanjut ke narasumber berikutnya yang dalam proses negosiasi juga oleh P1.

2.2.3. Hasil Pengamatan dan Wawancara M2

Tepantnya awal april tanggal 9 P1 memberikan kabar mengenai narasumber kedua yaitu mucikari yang berasal dari Salatiga. P1 memberitahu bahwa ada mucikari dari Salatiga yang bisa diketemui untuk dijadikan sebagai narasumber penulis. Bahkan disini penulis sudah diuruskan dan diberikan tentang maksud dan tujuan penulis, namun ada hal yang sama bahwa penulis juga hanya dapat bertemu sekali karena persoalan pentingya waktu bagi mucikari tersebut untuk hal pekerjaanya. M2 adalah mucikari kedua yang menjadi rekomendasi oleh P1. Pada hal ini P1 tetap setia menemani dan membantu penulis dalam proses penelitian awal hingga pada akhirnya nanti. Tepat pada tanggal 10 April 2016 malam hari penulis coba invite blackberry messanger M2 melalui pin yang sudah P1 berikan, untuk dapat mengobrol dulu dengan M2. Pada saat itu juga penulis di approve M2 untuk dapat berbincang menggunakan blackberry messanger nya. Penulispun memperkenalkan diri dan berterimakasih untuk approved blackberry messanger oleh M2 kepada penulis. Penulis bertanya dimana domisili M2 tinggal, dan M2 hanya menyebutkan bahwa dia berasal dari Salatiga juga sama seperti penulis. Lalu penulis menyempatkan untuk meminta foto M2 terlebih dahulu untuk mengetahui gambaran wajah M2. Penulispun diberi dan langsung menyimpanya, sebab P1 sudah mengutarakan bahwa M2 mau diketemui namun tidak mau untuk proses direkam dan sampai kepada proses foto. Untuk berjaga – jaga apabila nanti penulis akan di delete contac oleh M2, maka penulis berinisiatif untuk menyimpan foto-foto tersebut sehingga penulis sudah punya bukti foto untuk M2. Berlanjut ke percakapan penulis dengan M2 maka


(13)

kamipun setelah melakukan tahap perkenalan dan penjajakan, kamipun berjanjian untuk bertemu di satu tempat yang tertutup untuk keamanan dan ketenangan seperti apa yang M2 mau. Awalnya kami berjanjian untuk bertemu tanggal 11 namun tiba-tiba terkait pekerjaan maka M2 membatalkan dan mengganti dengan bertemu pada hari berikutnya di tanggal 12 April. M2 meminta untuk diketemui di Kafeole Salatiga, tepatnya di sudut gazebo yang paling sepi dan tenang. Lalu segera penulis juga mengabari P1 untuk memberitahu hari pertemuan tersebut, karena untuk negosisasi waktu akan dilakukan sendiri oleh P1 kepada M2. Singkat cerita, tepat ditanggal 12 saya bersama P1 menjemput M2 di depan Masjid Karang Pete Salatiga. Lalu kami berangkat menuju Kafeole, dan tibanya disana kami langsung mencari tempat dan kami mendapat tempat paling ujung di dekat parkiran motor atau disebelah kubu kiri caffe. Di tempat yang terang penulis melihat sendiri penampilan fisik yang berbeda dibandingkan M1. M2 lebih tinggi, putih, dan lebih cantik. M2 bertato di banyak tempat, berambut pirang, memakai rok sangat mini, tank top dan rompi ketika bertemu waktu itu. Cara dan gaya berbicara M2 lebih manja dan M2 lebih mempunyai sifat tertutup dibandingkan M1. Penulis pun langsung berjabat tangan seusai duduk, lalu kembali lagi memperkenalkan diri dan menawarkan apa yang akan dipesan oleh M2. Sembari pesanan datang kami mulai mengobrol mengenai latar belakang yang teryata menunjukan bahwa M2 adalah janda anak 1. M2 tidak mau membahas mengenai dimana suaminya, karena suaminya telah meninggalkanya sejak ia mengandung anaknya dan hal tersebut nampaknya membuat kenangan kelam tersendiri bagi M2. Saat ini M2 tinggal bersama orang tuanya, karena tidak disarankan untuk tinggal sendiri. Kemudian perlahan penulis mulai masuk ke bahasan-bahasan inti, dengan topic awal mengenai lamanya M2 bekerja di dunia prostitusi.

“Ya awalnya dari SMA udah gini Mas. Dulu awalnya saya kan main geng-geng gitu, dan suka berantem. Saya jadi dihargai dan temen-temen saya wanita itu punya rasa segan sama saya. Lalu saya manfaatkan keseganan mereka sama saya untuk saya ajak mereka terkenal melalui kerjaan ginian Mas. Itu awalnya kita masih modal sms, atau ketemu langsung yang mau pakai sama saya. Belom pakai sistem booking kaya sekarang yang saya jalankan. Itu berlangsung waktu saya awal kelas 3 SMA sampai lulus di tahun pertama. Lulus ya langsung saya tekuni mas. Karena saya malah jadi hobi lagi bukan butuh duit atau apa. Karena saya juga dari latar belakang orang yang mampu Mas. Bahkan orang tua gak ngebolehin saya kerja sekarang. hehehe… Saya semakin menjadi abis lulus SMA, dan disitu saya mulai main yang namanya sistem booking karena hobi saya ini semakin jadi Mas.” (M2)


(14)

Kemudian M2 bercerita tentang keadaanya saat ini yang sedang membangun kembali hobi pekerjaanya. Karena diceritakanya setelah awal tahun 2015 M2 menikah punya anak namun karena ditinggal pergi dan M2 stress maka M2 kabur ke pulau Bali untuk melahirkan disana, dan menenangkan diri. M2 mengatakan bahwa pada waktu itu semua pekerjaan hilang dan anak-anak kepercayaanya hilang semua. Padal anak-anak M2 sudah ada sekitar 20 orang sebelumnya dan hilang begitu saja. Namun M2 tidak diam diri, dia memulai kembali karirnya di awal tahun 2016 dan saat ini sudah ada 4-7 orang yang menjadi anak-anak baru M2. Walau sebenarnya M2 sudah tidak boleh kerja oleh orang tuanya karena M2 akan dicukupi oleh orangtuanya, namun karena hobi maka M2 tetap gigih membangun semuanya.

“Ya iyalah Mas. Saya itu loh gak boleh kerja sama orang tua, pokoknya ya cuman dirumah ngurus anak aja ntar butuh apa tinggal minta. Tapi saya nggak mau Mas…, Mau saya dapet kerja kantoran tetep saya bakal gini. Coba Mas kalo hobi udah balapan, ya sampai mati juga tetep menjiwai dunia itu, mau ada tawaran lain ya tetep. Soalnya ya apa yaa….ini itu hobi yang jadi kerjaan saya Mas.” (M2)

Penulis kemudian beralih ke pembahasan yang lebih mendalam mengenai anak-anak barunya. Dijelaskan bahwa anak-anak M2 berasal dari salatiga semua, namun jikalau ada pelanggan yang ingin mencari pelayan yang top level atau sesuai request maka M2 punya orang-orang pilihan di area Solo atau Semarang. sedangkan untuk tarinfnya sendiri berkisar satu juta keatas dengan jaminan orang yang berkualitas. M2 memiliki langganan yang rata-rata banyak dari kalangan polisi , militer, pengusaha, juragan, dan orang-orang berduit. Namun ada yang mengejutkan ketika teryata M2 juga bisa dipakai sendiri, karena dia kebetulan suka dan mengidolakannorang-orang militer yang tegas, keras, dan kasar. Usut punya usut bahwa M2 adalah orang yang suka dengan hubungan seks sual dengan gaya keras.

“Ya Kalo aku cocok ya bisa tak pakai sendiri” (M2)

“Ya kalo aku sih asal ganteng cocok dan bisa ambil hatiku aku mau mau aja. Apalagi Militer mainya juga militer …hahahaha enak….” (M2)

Melanjutkan pembahasan maka penulis menegaskan kembali apakah M2 benar-benar bisa dipakai atau tidak. Namun dengan tanpa malu-malu maka M2 menjelaskan bahwa kalau mau menggunakan M2 sendiri harus ditempuh langkah yang panjang.

“Ya paling gak kalo sama aku, ya kita karaoke dulu, terus kita mabuk bareng dulu Mas…ajak aku keluar makan, dan aku lihat dia potensi gak jadi simpenan aku. Biasa aku jadikan simpenan cuman seminggu, kalo dalam masa simpenan bisa nuruti


(15)

semua kemauan aku ya kita bisa lah ke ML, tapi habis itu kalo udah tak tinggal hahahhahaa…. Tak hapus contac dia Mas hehhehee …” (M2)

Penulis lalu langsung menanyakan apakah M2 memegang dua peran pekerjaan (mucikari dan pelayan seks) namun M2 hanya tersenyum dan mempersilahkan penulis untuk menilai apa saja tentang M2. Beralih ke pendalaman anak-anak M2 maka penulis meminta penjelasan inti mengenai anak-anak yang dipekerjakan jika akan dipakai oleh pelanggan baru yang M2 sendiri tidak tau orangnya namun orang tersebut siap untuk membayar dengan harga berapapun pada anak pilhan M2 maka dijelaskan langkah yang harus ditempuh adalah dengan di meminta bantuan perantara. Heranya lagi bahwa perantara tersebut adalah P1 tadi, sehingga saat itu juga penulis menempatkan P1 menjadi P2. \

“Ya itu sebelahmu yang bantuin. Dia kerja sama aku sudah dari lama banget kali Mas….” (M2)

“Heh heh heh Mi, jangan bukak kedok too wahhh parah…. Iki apa-apaan sih” (P2) Kemudian M2 menjelaskan bahwa P2 adalah kawan yang berprofesi sambilan sebagai perantara m2. P2 adalah orang yang membantu untuk checking orang- orang baru. Terkadang juga pelanggan baru datang melalui P2. Namun untuk pengguna yang datang melalui P2 dijamin keamananya sehingga M2 mengatakan bahwa P2 adalah kepercayaan M2 sejak lama. Namun penulis membahas lebih mendalam ketika ada pelanggan baru yang M2 rasa sendiri masih belom yakin maka hal yang harus ditempuh adalah M2 mengingini untuk pengguna baru menemui M2 untuk diajak karaoke, minum, dan lihat karakter orangya selama bertemu.

“Dia harus nemeni aku nyanyi sama minum dulu lah…aku lihat dia aslinya gimana..soalnya juga kalo bukan pelanggan tetap aku juga mikir-mikir lah walau tetep udah di cari tau seluk beluknya sama P2 tapi aku tetep keamanan nomer satu lah…” (M2)

Melihat selama percakapan M2 hanya membawa satu ponsel maka penulis mencoba mencaritahu. M2 menjelaskan bahwa Ponselnya terdapat dua simcard . Satu kartu prabayar berguna untuk kerja dan kemudian satunya untuk keperluan komunikasi biasa jikalau ada seseorang yang akan menghubungi. Sedikit mengulas ke pembahasan sebelumnya penulis mencoba membahas mengenai kegiatan pekerjaan M2, dimana sebelumnya keluarga menghendaki untuk M2 tidak bekerja maka langkah yang ditempuh M2 untuk dapat bekerja adalah setiap pukul 11 Malam M2 kabur untuk bekerja.


(16)

“Jadi gini Mas dari aku bangun sampai maghrib itu waktu aku bersama anakku, dan keluarga. Lalu abis Maghrib kalo ada job aku bisa ketemuan dulu lah sama yang mau pesen atau orang yang mungkin ada perlu dan jam 10 aku harus udah pulang sama orang tuaku. Aku intinya sangat – sangat dikengkang sama orang tua aku, jadi ya malah gini jadinya. Nah Jam 11 kurang seidkit biasa aku kabur Mas dijemput temen aku, aku biasa stay di karaoke sembir. Kalo gak ratna ya di ngawen sana lah Mas…aku kan juga hobi nyanyi hehhehehe…nah biasa aku mulai kerja jam segitu sembari nongkrong, minum, karaoke plus jalankan hobi hehhehee…. Disitu aku juga ngawasin intinya sama anak-anaku kalo ada yang gak beres. Aku bisa langsung samperin.” (M2)

M2 menjelaskan bahwa ketidak beresan terjadi apabilan ada anak yang tidak mau diajak berhubungan dengan alasan menstruasi. Namun jika ditemui hal tersebut M2 menyarankan terhadap pelanggan untuk mengecek. Karena pengguna sudah membayar dengan serius dan wajib mendapatkan haknya. Terkadang juga ada kasus pelayan tidak bisa memuaskan atau tidak bisa tahan lama dalam berhubungan sehingga ada complain pelanggan. Menanggapi hal itu semua biasa M2 bertindak dengan cara kasar supaya hal tersebut tidak terulangi. Biasa dengan menampar dan memaki pekerja di depan pelanggan, agar pelayan malu dan tidak mengulangi kesalahan. Untuk bahasan terakhir penulis hanya bertanya bahasan ringan mengenai panggilan M2. Setelah itu kami harus mengakhiri pertemuan kami karena P2 harus pergi dan M2 harus bekerja.

“Intinya aku gak mau disebut Mami, mucikari, atau germo ya karena aku masih muda, walau kerjaanku gini ya. Biasa aku dipanggil “kakak” sama anak-anaku, dan aku sebut mereka “adik”. Kalaupun ada yang manggil aku Mami itu adalah orang yang sayang sama aku, yang jadi simpenanku lah dan yang deket banget sama aku.” (M2)

Akhinya kami pulang dengan mengantarkan M2 terlebih dahulu di tempat kami menjemput dia pertama. Lalu saya menyempatkan kembali mengobrol dengan P1. Mengenai langkah berikutnya. Didalam proses berikutnya penulis mengambil dan mencari informasi atau data melalui sudut pandang pekerja seks, namun tidak pada pekerja seks M1 satu atau M2 karena keterkaitan dengan biaya yang tidak sedikit untuk itu. Sebab kelengkapan sumber data dapat penulis perlengkapi melalui P1/P2 yang menjadi kepercayaan kedua mucikari tersebut.


(17)

2.2.4. Hasil Pengamatan dan Wawancara PSK

Penulis kemudian membahas bagaimana mendapatkan pekerja seks yang bisa diwawancarai tanpa dipakai (tanpa harus berhubungan badan). P1/P2 menyarankan untuk pergi bersama ke satu desa di Bandungan, tepatnya adalah desa lokalisasi yaitu Kalinyamat. Sebab disana akan ditemukan pekerja yang penulis maksudkan. Tidak lama kemudian tanggal 16 April 2016 penulis bersama P1/P2 berangkat bersama ke Bandungan untuk pergi mencari pekerja yang bisa kami hanya ajak mengobrol. Kurang lebih pukul 22.00 kami berangkat dari salatiga dan tiba disana pukul 23.00 kami langsung masuk kawasan tersebut. Dipinggir jalan kecil terdapat beberapa bapak-bapak yang sedang duduk berbincang, merokok, dan kadang menjadi petugas parkir. Namun pada waktu itu P1/P2 yang sedang menyetir berhenti dan membuka kaca lalu bertanya kepada salah seorang bapak-bapak tersebut dimana bisa kami cari PSK. Lalu kami disuruh parkir dan kami turun dari mobil dan menyisir dikawasan Citra Dewi. Usut punya usut bahwa bapak tersebut adalah seseorang yang kerap kali disebut sebagai PTL oleh pengunjung, atau Pengantar Tamu Lonte. PTL tersebut mengantarkan kami ke lorong-lorong kos kosan untuk menyisir dan mencari pekerja yang sesuai, akhirnya penulis meminta tolong P1/P2 untuk memilih karena penulis yakin bahwa P1/P2 memilih yang terbaik. Setelah kami mendapat yang pas dengan pilihan kami, kami meminta PTL untuk menghantarkan kami mencari hotel terdekat. Kamipun dibantu buat mengurus hotel sehingga kami tinggal membayar dan masuk. Penulis masuk duluan ke kamar hotel tersebut, sedangkan P1/P2 mengurus pembayaran, dan kemudian PSK tersebut datang. Ketika dia datang penulis sedang ada di dalam kamar mandi, ketika penulis keluar kemudia PSK tersebut menyapa penulis. Penulis membalas dengan senyum dan sapaan hangat, lalu saya menghampirinya namun PSK tersebut terburu untuk mengeluarkan kondom dan mau membuka pakaianya. Lalu penulis seketika mengatakan untuk tidak usah tergesa karena penulis dan kawan penulis tidak mau untuk dilayani namun hanya ingin curhat bersama saja dalam rangka tipu daya penulis yang mengatakan bahwa penulis sedang dalam keadaan galau. Kami kemudian selama kurang lebih 2 jam sharing mengenai pribadi PSK tersebut.

“Lah kok mas ? kok malah gak mau kawin kenapa….?” (PSK) “Ganteng-ganteng kok malah curhat gak mau kawin…” (PSK)

Penulis dan P1/P2 malah dibilang gila oleh PSK tersebut karena tidak mau untuk dijak berhubungan badan. Penulis disini tetap fokus dan langsung menjajaki dalam


(18)

di kawasan tersebut sudah sekitar 5 tahun. Sebelumnya PSK tersebut menjadi TKW di Malaysia, namun karena butuh penghasilan yang lebih maka ia memutuskan untuk menyadi seorang pelayan seks. Orang tua PSK tersebut awalnya tidak terima dan marah namun PSK tersebut tetap bersih keras untuk tetap bekerja menjadi seorang pekerja seks. Penulis meminta juga PSK bercerita mengenai statusnya sudah memiliki anak atau masih single. Namun PSK malah kembali menanyakan apakah penulis sungguh tidak mau untuk berhubungan badan. Karena apabila penulis tidak mau PSK meminta tambahan uang.

“Mas kamu beneran gak kawin toh, kok malah Tanya gini ?” (PSK)

“Kalo gak kawin aku mau tambahan 100rb lah…kalo kawin enak, kamu paling 20 menit kurang udah tepar. Lah kalo kamu ajak curhat gini full 1 jam loh Mas” (PSK) Penulis kemudian tetap menjelaskan untuk tidak berhubungan badan dan berjanji akan menambahi apa yang PSK mau dengan syarat PSK bisa terbuka dan dengan santai bercerita. Kemudia PSK bercerita apabila dia punya masalah dengan suaminya dan akhirnya mereka cerai. Kemudia alasan PSK bekerja selaqin untuk anaknya adalah buntuk cicilan mobil yang ia sedang jalani saat ini. Dia rela mati-matian menjual tubuhnya untuk mencicil mobil Toyota Yaris, hingga semalam 5-7 orang siap buat dilayani oleh PSK tersebut. Hingga pagi haripun jikalau ada yang menginginkan untuk berhubungan maka PSK tersebut tetap akan melayani dengan syarat PSK tidak mau mengenakan tampilan wajah yang sudah dandan. Kemudian penulis juga membahas adakah pemeriksaan untuk kesehatan reproduksi bagi pekerja dikawasan ini. Kebetulan PSK tersebut sehat selama lima tahun ini dan tidak mengalami penyakit.

“Ada kok, pemeriksaan seminggu sekali. Allhamdulilah aku aman Mas. Aku soalnya mbatesin kalo setiap pelangganku wajib kondom dan aku gak mau ciuman aku juga gak mau kalo oral seks tanpa kondom. Kalo ada yang maksa aku marah dan aku tinggal aja Mas.” (PSK)

PSK juga menjelaskan bahwa dirinya tidak mengkonsumsi alkohol, dan dia juga merokokpun baru beberapa minggu karena sebelumnya sudah berhenti lama. Ketika penulis ingin mnengajak keluar PSK tersebut tidak mau dan takut kalo ketawan PTL. Berangkat melalui hal tersebut penulis kembali meminta penjelasan apakah PSK ada dalam naungan Papi atau Mami mucikari atau sebalkinya. Namun PSK tersebut tetap tidak bisa menjelaskan dan menutupi. Hanya dijelaskan jika Ibu kos adalah Mami PSK tersebut. Penulis tidak tinggal diam, penulis menghambil body lotion di tas PSK dan mengggosok pundak PSK serta


(19)

menggeser tali bra nya supaya bisa memuaskan pijitan yang dilakukan. PSK meminta penulis untuk berhenti memijat karena takut capek, namun karena kebetulan PSK juga sedang kurang enak badan maka penulis tetap melanjutkan dan akhirnya PSK tersebut mau menceritakan sedikit-sedikit mengenai mucikari dan PTL nya.

“Ya Ada sih Mas, tapi kedok sebenarnya…Jadi Mamiku itu yang punya Kos dan Papiku yang warung kelontong jual rokok sama minuman itu loh Mas waktu mau masuk gangku tadi….nah Kalo PTL mantau aku dan kasih laporan lah ke Mami terkadang. Aman gak penggunaya. Soalnya banyak tindak criminal to Mas, kaya abis dipakai gak mau bayar terus ceweknya dibunuh. Jadi ya PTL tetep mantau lewat

BBM Mas…” (PSK)

Tiba – tiba PSK tersebut membetulkan bajunya, dan mengakhiri pembicaraannya karena waktu habis. Namun penulis melakukan negosiasi dan akhirnya penulis hanya menambah seratus ribu rupiah dan tetap memijat dan “meng-kerokin” PSK sambil tetap bercerita. Kemudian penulis memulai dengan pertanyaan inti selanjutnya mengenai PSK pilihan yang cantik dan yang jadi primadona. Namun PSK tersebut tidak mau karena takut kehilangan kami. PSK tersebut merasa nyaman dengan kami karena kami benar-benar menghargai dengan tidak berhubungan badan hingga akhir waktu.

“Gak mau mas…kamu cuma punya aku…hihi foto dulu ahh sama aku hehehee…ini aku juga lagi BBM PTL sama temenku loh…aku bilang gak diajak kawin malah dipijiti dikeroki sama adek adek ganteng …hahha” (PSK)

“Hahhahahahha ….. tapi serius ini, Masak kamu gak bisa anterin dan kasih aku yang paling cantik ? aku janji lahh bakal ketemu lagi soalnya kamu itu mukanya mirip kaka sepupuku…makanya tak pilih hahahhaa” (Penulis)

“Iya Mas bisa bisa ajalah kalo buat yang baik baik kaya kalian Mas” (PSK)

Kemudian penulis menanya tetang asal usul PSK, karena logatnya yang berbeda dengan orang Bandungan. Alhasil PSK tersebut berasal dari Tegal setelah ia mengaku. Sebulan sekali PSK tersebut meluangkan waktu untuk pulang ke kampung halaman. Yang mengejutkan ternyata ada beberap tetangga PSK tersebut yang juga menjadi pekerja seks dikawasan Citra Dewi. Kemudian tiba-tiba PSK tersebut membenarkan tali bra nya dan memakai bajunya kembali kemudian memakai sepatu dan mengajak untuk keluar pulang. Penulis akhirnya juga bersiap-siap dan kamipun keluar. Sesuai janji penulis juga memberikan rokok kepada PSK


(20)

membelikan rokok penulispun menyempatkan mampir ke kos PSK tersebut dan melihat lihat keadaan ruangan yang menjadi tempat kos tersebut. Tempat yang tidak bagus tapi sangat mahal bagi penulis, karena kamar kosong dan sebulan harus membayar 500rb per PSK yang menempatinya. Penulis dan P1/P2 menyempatkan juga untuk bertemu teman – teman PSK yang lain dan sempat mengobrol sebentar. Lalu kami kemudian pulang dan kembali vertemu PTL yang menghantarkan kami tadi untuk kami beri tape rokok. PTL juga menanyakan apakah puas atau tidak, dan menawarkan PIN blackberry kalo mau supaya mudah dalam bertransaksi kalo ingin menggunakanya kembali dilain waktu.


(1)

semua kemauan aku ya kita bisa lah ke ML, tapi habis itu kalo udah tak tinggal hahahhahaa…. Tak hapus contac dia Mas hehhehee …” (M2)

Penulis lalu langsung menanyakan apakah M2 memegang dua peran pekerjaan (mucikari dan pelayan seks) namun M2 hanya tersenyum dan mempersilahkan penulis untuk menilai apa saja tentang M2. Beralih ke pendalaman anak-anak M2 maka penulis meminta penjelasan inti mengenai anak-anak yang dipekerjakan jika akan dipakai oleh pelanggan baru yang M2 sendiri tidak tau orangnya namun orang tersebut siap untuk membayar dengan harga berapapun pada anak pilhan M2 maka dijelaskan langkah yang harus ditempuh adalah dengan di meminta bantuan perantara. Heranya lagi bahwa perantara tersebut adalah P1 tadi, sehingga saat itu juga penulis menempatkan P1 menjadi P2. \

“Ya itu sebelahmu yang bantuin. Dia kerja sama aku sudah dari lama banget kali Mas….” (M2)

“Heh heh heh Mi, jangan bukak kedok too wahhh parah…. Iki apa-apaan sih” (P2) Kemudian M2 menjelaskan bahwa P2 adalah kawan yang berprofesi sambilan sebagai perantara m2. P2 adalah orang yang membantu untuk checking orang- orang baru. Terkadang juga pelanggan baru datang melalui P2. Namun untuk pengguna yang datang melalui P2 dijamin keamananya sehingga M2 mengatakan bahwa P2 adalah kepercayaan M2 sejak lama. Namun penulis membahas lebih mendalam ketika ada pelanggan baru yang M2 rasa sendiri masih belom yakin maka hal yang harus ditempuh adalah M2 mengingini untuk pengguna baru menemui M2 untuk diajak karaoke, minum, dan lihat karakter orangya selama bertemu. “Dia harus nemeni aku nyanyi sama minum dulu lah…aku lihat dia aslinya gimana..soalnya juga kalo bukan pelanggan tetap aku juga mikir-mikir lah walau tetep udah di cari tau seluk beluknya sama P2 tapi aku tetep keamanan nomer satu lah…” (M2)

Melihat selama percakapan M2 hanya membawa satu ponsel maka penulis mencoba mencaritahu. M2 menjelaskan bahwa Ponselnya terdapat dua simcard . Satu kartu prabayar berguna untuk kerja dan kemudian satunya untuk keperluan komunikasi biasa jikalau ada seseorang yang akan menghubungi. Sedikit mengulas ke pembahasan sebelumnya penulis mencoba membahas mengenai kegiatan pekerjaan M2, dimana sebelumnya keluarga menghendaki untuk M2 tidak bekerja maka langkah yang ditempuh M2 untuk dapat bekerja adalah setiap pukul 11 Malam M2 kabur untuk bekerja.


(2)

“Jadi gini Mas dari aku bangun sampai maghrib itu waktu aku bersama anakku, dan keluarga. Lalu abis Maghrib kalo ada job aku bisa ketemuan dulu lah sama yang mau pesen atau orang yang mungkin ada perlu dan jam 10 aku harus udah pulang sama orang tuaku. Aku intinya sangat – sangat dikengkang sama orang tua aku, jadi ya malah gini jadinya. Nah Jam 11 kurang seidkit biasa aku kabur Mas dijemput temen aku, aku biasa stay di karaoke sembir. Kalo gak ratna ya di ngawen sana lah Mas…aku kan juga hobi nyanyi hehhehehe…nah biasa aku mulai kerja jam segitu sembari nongkrong, minum, karaoke plus jalankan hobi hehhehee…. Disitu aku juga ngawasin intinya sama anak-anaku kalo ada yang gak beres. Aku bisa langsung samperin.” (M2)

M2 menjelaskan bahwa ketidak beresan terjadi apabilan ada anak yang tidak mau diajak berhubungan dengan alasan menstruasi. Namun jika ditemui hal tersebut M2 menyarankan terhadap pelanggan untuk mengecek. Karena pengguna sudah membayar dengan serius dan wajib mendapatkan haknya. Terkadang juga ada kasus pelayan tidak bisa memuaskan atau tidak bisa tahan lama dalam berhubungan sehingga ada complain pelanggan. Menanggapi hal itu semua biasa M2 bertindak dengan cara kasar supaya hal tersebut tidak terulangi. Biasa dengan menampar dan memaki pekerja di depan pelanggan, agar pelayan malu dan tidak mengulangi kesalahan. Untuk bahasan terakhir penulis hanya bertanya bahasan ringan mengenai panggilan M2. Setelah itu kami harus mengakhiri pertemuan kami karena P2 harus pergi dan M2 harus bekerja.

“Intinya aku gak mau disebut Mami, mucikari, atau germo ya karena aku masih muda, walau kerjaanku gini ya. Biasa aku dipanggil “kakak” sama anak-anaku, dan aku sebut mereka “adik”. Kalaupun ada yang manggil aku Mami itu adalah orang yang sayang sama aku, yang jadi simpenanku lah dan yang deket banget sama aku.” (M2)

Akhinya kami pulang dengan mengantarkan M2 terlebih dahulu di tempat kami menjemput dia pertama. Lalu saya menyempatkan kembali mengobrol dengan P1. Mengenai langkah berikutnya. Didalam proses berikutnya penulis mengambil dan mencari informasi atau data melalui sudut pandang pekerja seks, namun tidak pada pekerja seks M1 satu atau M2 karena keterkaitan dengan biaya yang tidak sedikit untuk itu. Sebab kelengkapan sumber data dapat penulis perlengkapi melalui P1/P2 yang menjadi kepercayaan kedua mucikari tersebut.


(3)

2.2.4. Hasil Pengamatan dan Wawancara PSK

Penulis kemudian membahas bagaimana mendapatkan pekerja seks yang bisa diwawancarai tanpa dipakai (tanpa harus berhubungan badan). P1/P2 menyarankan untuk pergi bersama ke satu desa di Bandungan, tepatnya adalah desa lokalisasi yaitu Kalinyamat. Sebab disana akan ditemukan pekerja yang penulis maksudkan. Tidak lama kemudian tanggal 16 April 2016 penulis bersama P1/P2 berangkat bersama ke Bandungan untuk pergi mencari pekerja yang bisa kami hanya ajak mengobrol. Kurang lebih pukul 22.00 kami berangkat dari salatiga dan tiba disana pukul 23.00 kami langsung masuk kawasan tersebut. Dipinggir jalan kecil terdapat beberapa bapak-bapak yang sedang duduk berbincang, merokok, dan kadang menjadi petugas parkir. Namun pada waktu itu P1/P2 yang sedang menyetir berhenti dan membuka kaca lalu bertanya kepada salah seorang bapak-bapak tersebut dimana bisa kami cari PSK. Lalu kami disuruh parkir dan kami turun dari mobil dan menyisir dikawasan Citra Dewi. Usut punya usut bahwa bapak tersebut adalah seseorang yang kerap kali disebut sebagai PTL oleh pengunjung, atau Pengantar Tamu Lonte. PTL tersebut mengantarkan kami ke lorong-lorong kos kosan untuk menyisir dan mencari pekerja yang sesuai, akhirnya penulis meminta tolong P1/P2 untuk memilih karena penulis yakin bahwa P1/P2 memilih yang terbaik. Setelah kami mendapat yang pas dengan pilihan kami, kami meminta PTL untuk menghantarkan kami mencari hotel terdekat. Kamipun dibantu buat mengurus hotel sehingga kami tinggal membayar dan masuk. Penulis masuk duluan ke kamar hotel tersebut, sedangkan P1/P2 mengurus pembayaran, dan kemudian PSK tersebut datang. Ketika dia datang penulis sedang ada di dalam kamar mandi, ketika penulis keluar kemudia PSK tersebut menyapa penulis. Penulis membalas dengan senyum dan sapaan hangat, lalu saya menghampirinya namun PSK tersebut terburu untuk mengeluarkan kondom dan mau membuka pakaianya. Lalu penulis seketika mengatakan untuk tidak usah tergesa karena penulis dan kawan penulis tidak mau untuk dilayani namun hanya ingin curhat bersama saja dalam rangka tipu daya penulis yang mengatakan bahwa penulis sedang dalam keadaan galau. Kami kemudian selama kurang lebih 2 jam sharing mengenai pribadi PSK tersebut.

“Lah kok mas ? kok malah gak mau kawin kenapa….?” (PSK) “Ganteng-ganteng kok malah curhat gak mau kawin…” (PSK)

Penulis dan P1/P2 malah dibilang gila oleh PSK tersebut karena tidak mau untuk dijak berhubungan badan. Penulis disini tetap fokus dan langsung menjajaki dalam percakapan yang lebih mendalam. Diawali dengan bahasan mengenai lamanya PSK bekerja


(4)

di kawasan tersebut sudah sekitar 5 tahun. Sebelumnya PSK tersebut menjadi TKW di Malaysia, namun karena butuh penghasilan yang lebih maka ia memutuskan untuk menyadi seorang pelayan seks. Orang tua PSK tersebut awalnya tidak terima dan marah namun PSK tersebut tetap bersih keras untuk tetap bekerja menjadi seorang pekerja seks. Penulis meminta juga PSK bercerita mengenai statusnya sudah memiliki anak atau masih single. Namun PSK malah kembali menanyakan apakah penulis sungguh tidak mau untuk berhubungan badan. Karena apabila penulis tidak mau PSK meminta tambahan uang.

“Mas kamu beneran gak kawin toh, kok malah Tanya gini ?” (PSK)

“Kalo gak kawin aku mau tambahan 100rb lah…kalo kawin enak, kamu paling 20 menit kurang udah tepar. Lah kalo kamu ajak curhat gini full 1 jam loh Mas” (PSK) Penulis kemudian tetap menjelaskan untuk tidak berhubungan badan dan berjanji akan menambahi apa yang PSK mau dengan syarat PSK bisa terbuka dan dengan santai bercerita. Kemudia PSK bercerita apabila dia punya masalah dengan suaminya dan akhirnya mereka cerai. Kemudia alasan PSK bekerja selaqin untuk anaknya adalah buntuk cicilan mobil yang ia sedang jalani saat ini. Dia rela mati-matian menjual tubuhnya untuk mencicil mobil Toyota Yaris, hingga semalam 5-7 orang siap buat dilayani oleh PSK tersebut. Hingga pagi haripun jikalau ada yang menginginkan untuk berhubungan maka PSK tersebut tetap akan melayani dengan syarat PSK tidak mau mengenakan tampilan wajah yang sudah dandan. Kemudian penulis juga membahas adakah pemeriksaan untuk kesehatan reproduksi bagi pekerja dikawasan ini. Kebetulan PSK tersebut sehat selama lima tahun ini dan tidak mengalami penyakit.

“Ada kok, pemeriksaan seminggu sekali. Allhamdulilah aku aman Mas. Aku soalnya mbatesin kalo setiap pelangganku wajib kondom dan aku gak mau ciuman aku juga gak mau kalo oral seks tanpa kondom. Kalo ada yang maksa aku marah dan aku tinggal aja Mas.” (PSK)

PSK juga menjelaskan bahwa dirinya tidak mengkonsumsi alkohol, dan dia juga merokokpun baru beberapa minggu karena sebelumnya sudah berhenti lama. Ketika penulis ingin mnengajak keluar PSK tersebut tidak mau dan takut kalo ketawan PTL. Berangkat melalui hal tersebut penulis kembali meminta penjelasan apakah PSK ada dalam naungan Papi atau Mami mucikari atau sebalkinya. Namun PSK tersebut tetap tidak bisa menjelaskan dan menutupi. Hanya dijelaskan jika Ibu kos adalah Mami PSK tersebut. Penulis tidak tinggal diam, penulis menghambil body lotion di tas PSK dan mengggosok pundak PSK serta


(5)

menggeser tali bra nya supaya bisa memuaskan pijitan yang dilakukan. PSK meminta penulis untuk berhenti memijat karena takut capek, namun karena kebetulan PSK juga sedang kurang enak badan maka penulis tetap melanjutkan dan akhirnya PSK tersebut mau menceritakan sedikit-sedikit mengenai mucikari dan PTL nya.

“Ya Ada sih Mas, tapi kedok sebenarnya…Jadi Mamiku itu yang punya Kos dan Papiku yang warung kelontong jual rokok sama minuman itu loh Mas waktu mau masuk gangku tadi….nah Kalo PTL mantau aku dan kasih laporan lah ke Mami terkadang. Aman gak penggunaya. Soalnya banyak tindak criminal to Mas, kaya abis dipakai gak mau bayar terus ceweknya dibunuh. Jadi ya PTL tetep mantau lewat BBM Mas…” (PSK)

Tiba – tiba PSK tersebut membetulkan bajunya, dan mengakhiri pembicaraannya karena waktu habis. Namun penulis melakukan negosiasi dan akhirnya penulis hanya menambah seratus ribu rupiah dan tetap memijat dan “meng-kerokin” PSK sambil tetap bercerita. Kemudian penulis memulai dengan pertanyaan inti selanjutnya mengenai PSK pilihan yang cantik dan yang jadi primadona. Namun PSK tersebut tidak mau karena takut kehilangan kami. PSK tersebut merasa nyaman dengan kami karena kami benar-benar menghargai dengan tidak berhubungan badan hingga akhir waktu.

“Gak mau mas…kamu cuma punya aku…hihi foto dulu ahh sama aku hehehee…ini aku juga lagi BBM PTL sama temenku loh…aku bilang gak diajak kawin malah dipijiti dikeroki sama adek adek ganteng …hahha” (PSK)

“Hahhahahahha ….. tapi serius ini, Masak kamu gak bisa anterin dan kasih aku yang paling cantik ? aku janji lahh bakal ketemu lagi soalnya kamu itu mukanya mirip kaka sepupuku…makanya tak pilih hahahhaa” (Penulis)

“Iya Mas bisa bisa ajalah kalo buat yang baik baik kaya kalian Mas” (PSK)

Kemudian penulis menanya tetang asal usul PSK, karena logatnya yang berbeda dengan orang Bandungan. Alhasil PSK tersebut berasal dari Tegal setelah ia mengaku. Sebulan sekali PSK tersebut meluangkan waktu untuk pulang ke kampung halaman. Yang mengejutkan ternyata ada beberap tetangga PSK tersebut yang juga menjadi pekerja seks dikawasan Citra Dewi. Kemudian tiba-tiba PSK tersebut membenarkan tali bra nya dan memakai bajunya kembali kemudian memakai sepatu dan mengajak untuk keluar pulang. Penulis akhirnya juga bersiap-siap dan kamipun keluar. Sesuai janji penulis juga memberikan rokok kepada PSK tersebut, maka kami menuju ke warung papi PSK tersebut untuk membeli rokok. Seusai


(6)

membelikan rokok penulispun menyempatkan mampir ke kos PSK tersebut dan melihat lihat keadaan ruangan yang menjadi tempat kos tersebut. Tempat yang tidak bagus tapi sangat mahal bagi penulis, karena kamar kosong dan sebulan harus membayar 500rb per PSK yang menempatinya. Penulis dan P1/P2 menyempatkan juga untuk bertemu teman – teman PSK yang lain dan sempat mengobrol sebentar. Lalu kami kemudian pulang dan kembali vertemu PTL yang menghantarkan kami tadi untuk kami beri tape rokok. PTL juga menanyakan apakah puas atau tidak, dan menawarkan PIN blackberry kalo mau supaya mudah dalam bertransaksi kalo ingin menggunakanya kembali dilain waktu.