POTENSI PAKAN HASIL LIMBAH JAGUNG (Zea mays L.) DI DESA BRAJA HARJOSARI KECAMATAN BRAJA SELEBAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

(1)

ABSTRAK

POTENSI PAKAN HASIL LIMBAH JAGUNG (Zea mays L.) DI DESA BRAJA HARJOSARI KECAMATAN BRAJA SELEBAH

KABUPATEN LAMPUNG TIMUR Oleh

I Wayan Ardiana K

Penelitian ini bertujuan untuk : 1) mengetahui potensi dari limbah jagung yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak ruminasia di Desa Braja Harjosari, Kecamatan Braja Selebah, Kabupaten Lampung Timur, 2) mengetahui kapasitas tampung ternak dari potensi limbah jagung di Desa Braja Harjosari, Kecamatan Braja Selebah, Kabupaten Lampung Timur. Penelitian ini dilaksanakan pada Februari sampai Maret 2015, bertempat di Desa Braja Harjosari. Penelitian ini menggunakan metode survey. Metode survey yang digunakan adalah metode simple random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketersediaan pakan hasil limbah jagung berdasarkan luas lahan seluas 52 Ha di Desa Braja Harjosari sebesar 623.938,3 kg/th bahan kering atau 623,94 ton/th. Pada

pemanfaatan limbah jagung sebagai pakan ternak jika penggunaan sebanyak 30% dan 40% dalam ransum secara berturut-turut menghasilkan kapasitas tampung sebanyak 417,44 UT/tahun dan 313,08 UT /tahun.


(2)

ABSTRACT

FEED POTENTIAL OF WASTE CORN (ZEA MAYS L.)

IN THE BRAJA HARJOSARI VILLAGE BRAJA SELEBAH SUB-DISTRICT EAST LAMPUNG

By

I Wayan Ardiana K

This research was aimed to: 1) determine the potential of waste corn that can be used as feed in Harjosari Braja Village, Braja Selebah Sub-District, East Lampung 2) aware the potential capacities of livestock from waste corn in Harjosari Braja Village, Braja Selebah Sub-District, East Lampung. The research was conducted in February to March 2015, located in the Braja Harjosari village. This research used survey method with simple random sampling. The results showed that the

availability of feed corn waste based on the land area of 52 hectares in the Braja Harjosari village was 623.938,3 kg / year of dry matter or 623,94 tons / year. On the utilization of waste corn as feed if the usage as much as 30% and 40% in the ration consecutively produce carrying capacity as much as 417,44 UT / year and 313,08 UT / year.


(3)

POTENSI PAKAN HASIL LIMBAH JAGUNG (Zea Mays L.) DI DESA BRAJA HARJOSARI KECEMATAN BRAJA SELEBAH

KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

Oleh :

I WAYAN ARDIANA KAMAJAYA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Peternakan

pada

Jurusan Peternakan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

JURUSAN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada 23 Juli 1991 di Dharma Agung, Lampung Tengah dan

anak pertama dari pasangan Bapak Wayan Dauh dan Ibu Ni Wayan Metri.

Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SDN 1 Dharma Agung pada

2003, pada 2006 menyelesaikan pendidikan sekolah lanjutan tingkat pertama di

SLTP N 1 Seputih Mataram, selanjutnya menyelesaikan pendidikan tingkat atas di

SMA Pancasila pada 2009. Penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Program Studi

Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur Penerimaan

Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada 2009.

Penulis melaksanakan Praktik Umum di peternakan sapi Sony di Karang Anyar,

Lampung Selatan pada Januari sampai Maret 2012 dan Kuliah Kerja Nyata di

Desa Margo Rejo, Kecamatan Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan pada Juni

sampai Juli 2012. Selama masa studi penulis aktif di kepengurusan Himpunan

Mahasiswa Peternakan Sebagai Kepala Bidang Pengabdian Masyarakat periode


(7)

PERSEMBAHAN

Astungkare, atas asung kerta wara nugraha-Nya kepadaku dan semua umat-Nya...

Dengan mengucap syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, saya persembahkan karya kecilku ini untuk :

Ayah (I Wayan Dauh) dan Ibu (Ni Wayan Metri)

Yang telah membesarkan, merawat, mendidik serta doa dan pengorbanannya untuk keberhasilan ku

Terimakasih untuk cinta dan kasih sayang yang tiada terhingga untukku...

Keluarga Besarku

Yang selalu menanti keberhasilanku, terima kasih atas doa dan semangat,

motivasi dalam penyelesaian karya kecilku ini

Ketut Leniyanti S.Pd

Yang tidak pernah bosan memberi semangat, motivasi, doa dan kasih sayang

dalam menyelesaikan karya kecilku ini

Para Pendidikku (Dosen dan Guru-guruku)

Terima kasih atas bimbingan yang diberikan pada ku hingga aku dapat melihat dunia dengan ilmu...


(8)

’bijak

lah dalam menerima sebuah pilihan karena ada kebaikan yang

tidak pernah kita ketahui’

(I Wayan Ardiana K)

Tak penting berapa kali anda gagal, yang penting berapa kali anda

bangkit (Abraham Lincoln)

Semangat adalah sebetulnya kepingan-kepingan bara yang kita

sisipkan pada setiap celah dalam kerja keras kita untuk mencegah


(9)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini dengan baik. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Ir. Yusuf Widodo, M.P.--selaku Pembimbing Utama--atas gagasan,

saran, bimbingan, dan segala bantuan yang diberikan selama penulisan skripsi;

2. Bapak Liman, S.Pt, M.Si.--selaku Pembimbing Anggota--atas saran, arahan,

dan bimbingannya selama penulisan skripsi ini;

3. Ibu Ir. Nining Purwaningsih.--selaku Pembahas--atas kritik, saran, dan

masukan yang positif kepada penulis;

4. Ibu Ir. Tintin Kurtini, M.P.--selaku Pembimbing Akademik--atas bimbingan,

nasihat, dan motivasi yang telah diberikan kepada penulis selama menjalani

studi dan penyusunan skripsi.;

5. Ibu Sri Suharyati, S.Pt, M.P.--selaku Ketua Jurusan Peternakan--atas saran dan

arahan yang diberikan;

6. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S.--selaku Dekan Fakultas

Pertanian, Universitas Lampung--atas izin yang diberikan;

7. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian atas bimbingan,


(10)

8. Ayah dan Ibu tercinta atas segala do’a, kasih sayang, kesabaran, pengorbanan, dan dukungan yang selalu tercurahkan dengan tulus dan ikhlas;

9. Pe Sebudi, Pe Wayan, Me Ketut, Pe Suarjana, Pe Ketut, Me Artini, Pe

Swartika, Kakek dan Nenek dan seluruh keluarga besarku atas bantuan,

semangat, dan dukungan yang selalu tercurah tiada henti;

10.Dani, Ryan dan seluruh pemuda di desa Braja Harjosari atas persahabatan dan

bantuan yang luar biasa selama pelaksanaan penelitian;

11.Ahmed, Bomy, Cibon, Alden, Alda, Deni Ucok, Dani Toto, Dani Rohmat,

Mae, Mefi, Olive, Nurlia, Tj, Eka, Inyok, Iboy, Dhimas, Nendi, Febry, Gita,

Richad, Liza, Pepeng, Zulfy, Ramadi, Fadillah, Porong, Maul, Azis, Nopen,

Rojab, Alm. Andry, Arny, Sadam, seluruh teman-teman 2009 atas

persahabatan dan kebersamaannya selama ini;

12.Keluarga Besar Mahasiswa Peternakan Fakultas Pertanian Universitas

Lampung atas bantuan, saran dan motivasi yang diberikan kepada penulis;

13.Semua orang yang telah menemani dan mengisi kehidupanku dengan kasih

sayang, dukungan, dan kenangan indah.

Bandar Lampung, Juni 2015


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 3

C. Manfaat Penelitian ... 3

D. Kerangka Pemikiran ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. Keadaan Umum Desa Braja Harjosari ... 6

B. Jagung ... 11

C. Limbah Jagung ... 12

1. Jerami jagung ... 14

2. Kulit buah jagung ... 15

3. Tongkol jagung ... 15

4. Tumpi jagung ... 17

D. Ternak Ruminansia ... 18


(12)

III. BAHAN DAN METODE ... 22

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 22

B. Alat dan Bahan Penelitian ... 22

C. Metode Penelitian ... 23

D. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ………... 23

1. Prosedur pengambilan sampel jerami jagung ... 23

2. Prosedur pengambilan sampel janggel dan tumpi jagung ... 25

3. Analisis Proksimat………. 27

E. Peubah yang Diamati ... 36

F. Analisis Data ... 36

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ……….. 37

A. Potensi Limbah Jagung dan Ketersedian Pakan Hasil Limbah Jagung ... 37

B. Kapasitas Tampung ………... 43

V. KESIMPULAN DAN SARAN ………. 46

A.Kesimpulan ……… 46

B. Saran ………...…. 46

DAFTAR PUSTAKA ... 47


(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Luas wilayah menurut jenis penggunaan tanah di Desa Braja Harjosari .... 7

2. Luas areal pertanian dan Perkebunan Desa Braja Harjosari ... 8

3. Jenis dan jumlah ternak ruminansia di Desa Braja Harjosari ... 8

4. Jumlah penduduk Desa Braja Harjosari ... 8

5. Jenis dan jumlah mata pencarian di Desa Braja Harjosai ... 9

6. Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan ... ... 10

7. Jumlah penduduk menurut agama ... 10

8. Proporsi limbah tanaman jagung dan nilai nutrisinya ... 13

9. Kandungan nutrisi dari tumpi jagung ... 17

10. Jenis dan kriteria beberapa ternak berdasarkan Satuan Ternak (ST) …… 19

11. Produksi limbah jagung di Desa Braja Harjosari ……….. 38

12. Produksi limbah jagung pada setiap cuplikan ... 40

13. Kandungan nutrisi limbah jagung berdasarkan bahan kering……... 41

14. Kapasitas tampung berbagai jenis ternak ... 44


(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Proses pengambilan sampel limbah jagung ... 26

2. Peta Desa Braja Harjosari ……….. 58

3. Pengukuran sampel yang akan diambil ... 59

4. Pemotongan tanaman jagung ... 59

5. Proses pemanenan jagung ... 60


(15)

I.PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Kabupaten Lampung Timur merupakan salah satu daerah di provinsi Lampung

yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan

jagung, sehingga potensi yang besar ini mendorong produksi pakan yang dapat

mencukupi kebutuhan ternak. Untuk memenuhi kebutuhan daging, susu dan telur

maka produksi peternakan harus ditingkatkan secara terus-menerus dan ini dapat

dicapai dengan meningkatkan efisiensi produksi peternakan secara menyeluruh

dalam berbagai aspek. Efisiensi produksi peternakan akan sangat tergantung dari

ketersediaan pakan atau makanan ternak yang berkualitas dalam jumlah yang

cukup sepanjang tahun.

Salah satu upaya pengembangan peternakan adalah penyedian pakan yang murah

dan mudah didapat serta tersedia sepanjang tahun. Salah satu bahan yang

potensial adalah limbah hasil tanaman jagung. Limbah pada dasarnya adalah

suatu bahan yang tidak dipergunakan kembali dari hasil aktivitas manusia,

ataupun proses-proses alam yang belum mempunyai nilai ekonomi, bahkan

mempunyai nilai ekonomi yang sangat kecil. Limbah mempunyai nilai ekonomi


(16)

2

memerlukan biaya yang cukup besar. Limbah tanaman jagung merupakan hijauan

tersisa setelah hasil pemanenan jagung. Limbah jagung dengan limbah yang

paling banyak adalah batang jagung (stover) dengan tingkat kecernaan yang

rendah. Kulit jagung merupakan limbah dengan jumlah terkecil namun memiliki

kecernaan yang tinggi dibanding limbah jagung lainnya.

Limbah tanaman jagung dipanen sesegera mungkin setelah bijian tersebut diambil

sebelum residu kehilangan air. Jagung merupakan salah satu komoditi strategis

dalam penyediaan bahan pangan sumber karbohirat dan juga akan terkait penting

dengan industri peternakan dalam negeri yang dewasa ini terus diupayakan

pengembangannya.

Salah satu masalah yang dihadapi dalam pengembangan ternak ruminansia di

Desa Braja Harjosari yaitu sulitnya ketersediaan hijauan terutama pada musim

kemarau. Hal ini dapat menyebabkan turunnya produktivitas ternak dan tak

sedikit petani yang menjual ternaknya dengan harga yang relatif lebih murah

dibanding musim hujan. Menurut Hermawan dan Prasetyo (1991) masalah yang

dihadapi peternak sapi di lahan kering adalah kurangnya ketersediaan pakan

ternak dan sangat rendah mutunya terutama pada musim kemarau. Pada pola

peternakan sapi potong secara tradisional, budidaya penanaman hijauan tidak

dilakukan. Hijauan yang diberikan untuk sapi potong sebagian besar adalah

rumput lapang yang ketersediaannya sangat tergantung pada musim. Maka dari

uraian diatas, penulis melakukan penelitian tentang potensi dan prospek

penggunaan limbah jagung sebagai pakan ternak di Desa Braja Harjosari,


(17)

3

B.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. mengetahui potensi dari limbah jagung yang dapat dimanfaatkan sebagai

pakan ternak ruminasia di Desa Braja Harjosari, Kecamatan Braja Selebah,

Kabupaten Lampung Timur.

2. mengetahui kapasitas tampung ternak dari potensi limbah jagung di Desa Braja

Harjosari, Kecamatan Braja Selebah, Kabupaten Lampung Timur.

C. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada para peternak

di Desa Braja Harjosari, Kecamatan Braja Selebah, Kabupaten Lampung Timur

tentang potensi limbah tanaman jagung yang dapat digunakan sebagai pakan

alternatif dan memenuhi kebutuhan pakan sepanjang tahun.

D. Kerangka Pemikiran

Desa Braja Harjosari merupakan salah satu desa di Kecamatan Braja Selebah,

Kabupaten Lampung Timur. Desa Braja Harjosari merupakan daerah pertanian,

perkebunan, dan peternakan yang memiliki luas wilayah 1075 ha, di desa tersebut

yang paling berkembang adalah dibidang pertanian dan peternakan.

Dibidang peternakan, Desa Braja Harjosari memiliki populasi ternak ruminansia.

Jenis ternak ruminansia yang ada di desa tersebut adalah sapi, kerbau, dan

kambing dengan jumlah 2306 ekor (Profil Desa, 2013). Peningkatan populasi


(18)

4

terpenuhi setiap harinya. Kebutuhan pakan yang harus terpenuhi adalah hijauan.

Hijauan memegang peran yang sangat penting dalam upaya pengembangan

populasi ternak ruminansia karena hijauan merupakan sumber serat kasar yang

dibutuhkan oleh ternak ruminansia sebagai penghasil VFA (Volatile Fatty Acids)

yang dihasilkan di rumen untuk melangsungkan kehidupan ternak ruminansia

tersebut.

Selain, dibidang peternakan, Desa Braja Harjosari mempunyai potensi dibidang

pertanian. Hal itu, dapat diketahui dari luas tanah yang digunakan untuk sawah,

ladang dan tegalan, dan perkebunan sebesar 563,6 ha (52,43%). Komoditi

pertanian yang ada di desa tersebut meliputi, padi, jagung, karet dan kelapa sawit.

Pada 2013, luas tanaman jagung di Desa Braja Harjosari mencapai 52 ha,

sehingga menghasilkan limbah jagung yang cukup banyak. Peningkatan produksi

jagung berarti pula meningkatkan produksi limbah, baik berupa jerami, janggel

jagung dan tumpi.

Limbah jagung tersebut berpotensi dapat dijadikan pakan. Pemanfaatan limbah

tanaman jagung yang maksimal dapat meningkatkan potensi pakan yang

dimanfaatkan saat kekurangan pakan hijauan dimusim kemarau. Limbah tanaman

jagung yang dapat dimanfaatkan untuk dijadikan pakan sumber hijauan dan

campuran pembuatan konsentrat.

Jerami jagung merupakan hasil panenan jagung yang terbuang ketika musim

panen. Penggunaan jerami jagung semakin populer akhir-akhir ini, karena


(19)

5

populasi ternak (ruminansia). Janggel dan tumpi jagung merupakan hasil ikutan

setelah penggilingan jagung dan dapat dimanfaatkan untuk campuran dalam


(20)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Keadaan Umum Desa Braja Harjosari

Desa Braja Harjosari mula-mula dibuka pada September 1958 oleh Jawatan

Transmigrasi Lampung. Pembukaan Kampung (Desa) Braja Harjosari dikepalai

oleh Kepala Susukan Bapak Abu Naim, yang penduduk transmigrannya berasal

dari Jawa Timur, Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Barat, serta Bali. Penempatan

transmigrasi di mulai tahun 1958 dengan jumlah penduduk 998 jiwa terdiri dari

326 KK, sedangkan transmigrasi penduduk Desa Braja Harjosari mendapat

jaminan hidup selama 1 tahun berupa beras, minyak kelapa, ikan asin, gula dan

garam serta pembagian bibit rambutan dan jeruk / KK dan diberikan lahan

garapan atau perumahan sebagai berikut :

1. Pekarangan 0,25 Ha

2. Calon sawah 1 Ha

3. Peladangan 0,75 Ha

Desa Braja Harjosari terletak di Kecamatan Braja Selebah, Kabupaten Lampung

Timur, Provinsi Lampung, atau tepatnya + 36 km dari ibukota Kabupaten

Lampung Timur yaitu Kota Sukadana. Desa Braja Harjosari termasuk desa yang


(21)

7

memiliki jumlah bulan hujan selama 10 bulan, suhu rata – rata mencapai 32oC dan terletak 31 mdl diatas permukaan laut (Profil Desa, 2013).

Desa Braja Harjosari berasal dari 3 kata yakni, Braja, Harjo, dan Sari. Braja

artinya ilmu atau Aji, sedangkan Harjo (yang berasal dari kata Raharjo) yang

berarti Selamat dan kata Sari berarti Inti. Adapun kalau diuraikan atau diartikan

dengan sesungguhnya maka arti nama Desa Braja Harjosari adalah sebagai ‘Keselamatan Lahir dan Batin’.

Desa Braja Harjosari merupakan desa yang memiliki luas wilayah mencapai 1075

ha dengan rincian yang dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Luas wilayah menurut jenis penggunaan tanah di Desa Braja Harjosari No Jenis Penggunaan Tanah Luas (Ha) Persentase %

1 Tanah Sawah 201,2 18,72

2 Ladang dan Tegalan 362,4 33,71

3 Perkebunan 113,3 10,54

4 Perkarangan dan Pemukiman 332,7 30,95

5 Lain-lain 65,4 6,08

Jumlah 1.075 100

Sumber : Desa Braja Harjosari, 2013

Pada Tabel 1 dapat diketahui luas tanah yang digunakan untuk sawah, ladang dan

tegalan, dan perkebunan sebesar 563,6 ha (52,43%). Pertanian di Desa Braja

Harjosari meliputi, padi, jagung, ubi kayu, karet, dan kelapa sawit. Beberapa jenis

tanaman yang di tanam di Desa Braja Harjosari, jagung memiliki luas lahan

sekitar 52 ha. Hal ini berarti sumber pakan yang dihasilkan dari tanaman

pertanian seperti, jagung yang berasal dari sawah, ladang dan tegalan serta

perkebunan sangat besar, sehingga dapat diketahui bahwa potensi pakan hasil

tanaman pertanian yang ada di Desa Braja Harjosari cukup memadai. Luas areal

pertanian dan perkebunan yang ada di Desa Braja Harjosari dapat dilihat pada


(22)

8

Tabel 2. Luas areal pertanian dan Perkebunan Desa Braja Harjosari

Jenis Tanaman Luas (Ha)

Padi 48

Jagung 52

Ubi Kayu 42

Kacang Tanah 5

Karet 75

Kelapa Sawit 40

Sumber : Monografi Desa (2013)

Peternakan di Desa Braja Harjosari pada umumnya adalah peternakan rakyat

dengan skala usaha rumah tangga. Berdasarkan jumlah satuan ternak yang ada

maka usaha ini masih dianggap sebagai usaha sambilan. Jenis - jenis ternak

ruminansia yang terdapat di Desa Braja Harjosari adalah sapi, kerbau, dan

kambing. Jumlah dan jenis ternak ruminansia dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jenis dan jumlah ternak ruminansia di Desa Braja Harjosari

Jenis Ternak Jumlah (ekor) Unit ternak

Kambing 255 35,7

Kerbau 156 156

Sapi 1.895 1.895

Jumlah 2.306 2.086,7

Sumber : Desa Braja Harjosari, 2013

Desa Braja Harjosari memiliki potensi populasi sumber daya manusia yang tinggi

dan dapat dilihat pada Tabel 4 sebagai berikut.

Tabel 4. Jumlah penduduk Desa Braja Harjosari

Sumber : Monografi Desa, 2013

Jenis kelamin Jumlah (orang)

Laki – laki 2.704

Perempuan 2.589


(23)

9

Pada Tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa potensi sumber daya manusia yang ada di

Desa Braja Harjosari sangat tinggi, sehingga mampu meningkatkan perekonomian

di desa tersebut. Selain didukung dengan jumlah penduduk yang cukup tinggi,

sebagian besar penduduk di Desa Braja Harjosari memiliki mata pencaharian

petani, buruh tani, pegawai negeri dan pedagang.

Tabel 5. Jenis dan jumlah mata pencarian di Desa Braja Harjosari

Mata pencaharian Jumlah (orang)

Petani 987

Buruh tani 157

Pegawai negeri 86

Pengerajin 8

Pedagang 98

Montir 9

Dokter 3

Peternak 14

Jasa 25

Pertukangan 27

Nelayan 5

Jumlah 1.419 Sumber : Monografi Desa, 2013

Pada Tabel 5 diatas, penduduk di Desa Braja Harjosari sebagian besar mata

pencahariannya adalah sebagai petani dan buruh tani. Hal ini dikarenakan

wilayah Desa Braja Harjosari memiliki lahan yang cukup luas untuk dijadikan


(24)

10

Tabel 6. Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan

Tingkat Pendidikan Jumlah (orang)

Belum sekolah 387

Usia 7-45 tahun belum pernah sekolah 687 Pernah sekolah SD tetapi tidak tamat 890

Tamat SD/ Sederajat 887

SLTP/ Sederajat 1.069

SLTA/ Sederajat 990

D1 176

D2 94

D3 75

S1 33

S2 5

Jumlah 5.293

Sumber : Monografi Desa, 2013

Pada Tabel 6 di atas dapat dilihat jumlah penduduk di Desa Braja Harjosari

berdasarkan tingkat pendidikannya cukup tinggi. Hal ini dikarenakan

masyarakatnya sudah mengerti bahwa pendidikan sangat penting guna

mendukung Sumber Daya Manusia untuk meningkat taraf ekonomi dan kualitas

hidup yang lebih baik.

Tabel 7. Jumlah penduduk menurut Agama

Agama Jumlah (orang)

Islam 4.842

Kristen 6

Katolik 11

Hindu 434

Budha -

Jumlah 5.293


(25)

11

Pada Tabel 7 di atas, dapat dilihat jumlah penduduk di Desa Braja Harjosari

berdasarkan Agama mayoritas penduduknya memeluk agama Islam. Hal ini

dikarenakan penduduk Braja Harjosari berasal dari pulau Jawa dan sebagian

penduduk memeluk agama Hindu karena berasal dari Bali.

B.Jagung

Tanaman jagung (Zea mays L.) termasuk dalam famili rumput-rumputan

(Graminea). Jagung merupakan tanaman asli Benua Amerika (Purwono dan

Purnamawati, 2008). Tanaman jagung di Indonesia sudah dikenal sejak 400 tahun

yang lalu, yang pertama kali dibawa oleh bangsa Portugis dan Spanyol. Tanaman

jagung termasuk jenis tumbuhan semusim (annual). Susunan tubuh (morfologi)

tanaman jagung terdiri atas akar, batang, daun, bunga, dan buah. Panjang batang

berkisar antara 60-300 cm, tergantung pada tipe jagung.

Tangendjaja dan Wina (2006), menyatakan bahwa tanaman jagung merupakan

komoditas pertanian yang cukup penting, baik sebagai sumber pangan maupun

pakan ternak. Tanaman jagung berupa batang dan daun dapat diberikan pada

macam – macam ternak ruminansia, bulir jagungnya juga dapat digunakan untuk makanan manusia. Seluruh batang tanaman jagung dapat pula diberikan pada

ternak bila tanaman tersebut gagal sebagai tanaman pangan. Tanaman jagung

pada umur tertentu, terutama ketika bulir mulai tumbuh mempunyai nilai gizi


(26)

12

Daun jagung tumbuh melekat pada buku-buku batang. Jumlah daun tiap tanaman

bervariasi antara 8--48 helai. Ukuran daun berbeda-beda, yaitu panjang antara

30--150 cm dan lebar mencapai 15 cm. Tanaman jagung termasuk tanaman

monokotil dari genus Zea yang tumbuh dengan baik pada tanah - tanah yang

bertekstur latosal dengan tingkat kemiringan 5- - 8%, keasaman 5,6--7,5 serta

suhu antara 27--32ºC (Azrai et al., 2007).

C.Limbah Jagung

Setiap kali panen, tanaman jagung akan menghasilkan limbah sebagai hasil

sampingan, misalnya batang dan daun jagung (jerami jagung) serta janggel

jagung. Bila limbah jagung diolah dengan baik sebagai pakan ternak, praktis akan

menambah tersedianya makanan ternak yang cukup bermutu. Pada kondisi

tertentu seluruh tanaman dapat diberikan kepada ternak manakala jagung tidak

bisa dipanen, misalnya pada musim kemarau panjang. Disamping itu, sisa

tanaman jagung setelah dipanen dapat pula dijadikan sebagai padang

penggembalaan (Anonimus, 2013).

Limbah jagung dengan proporsi terbesar adalah batang jagung (stover) dengan

kecernaan bahan kering in vitro terendah. Kulit jagung merupakan limbah dengan

proporsi terkecil tetapi mempunyai kecernaan lebih tinggi dibanding limbah

lainnya. Limbah tanaman jagung terdiri atas 50% batang, 20% daun, 20%

tongkol, 10% klobot. Daun jagung memiliki nilai kecernaan bahan kering in vitro

sebesar 58% dengan kandungan protein kasar sekitar 10% dan daun jagung


(27)

13

Menurut Anggraeny et al., (2006), limbah jagung berupa batang berkisar antara

55,4--62,3%, daun 22,6--27,4%, dan klobot 11,9--16,4%. Nilai palatabilitas yang

diukur secara kualitatif menunjukkan bahwa daun dan kulit jagung lebih disukai

oleh ternak dibandingkan dengan batang ataupun tongkol (Wilson et al., 2004).

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilaporkan Rohaeni et al. (2006), diketahui

potensi limbah berupa daun dan batang sebesar 12,19 ton/ha dalam bentuk segar

sedang janggelnya 1 ton/ha.

Pengolahan biomasa jagung merupakan hal yang diperlukan agar kontinuitas

pakan terus terjamin. Walaupun sebagian besar biomasa tersebut diberikan

kepada ternak dengan cara menggembalakan ternak langsung di areal penanaman

setelah jagung dipanen, namun sebagian biomasa tersebut diproses atau disimpan

dengan cara dibuat silase sebagai pakan cadangan (McCutcheon dan Samples,

2002).

Tabel 8. Proporsi limbah tanaman jagung dan nilai nutrisinya

Biomasa jagung

Kadar

air Proposi Protein kasar

Kecernaan BK in

Vitro Palatabilitas ---%---

Batang 70 - 75 50 3,7 51 Rendah

Daun 20-25 20 7 58 Tinggi

Tongkol 50-55 20 2,8 60 Rendah

Kulit

jagung 45-50 10 2,8 68 Tinggi

Sumber: Wilson et al., (2004)

Ada beberapa istilah daerah untuk berbagai macam limbah tanaman jagung atau


(28)

14

diketahui agar tidak terjadi kesalahan dalam menyusun ransum/pakan konsentrat

untuk ruminansia.

Beberapa istilah penting tersebut adalah :

1. Jerami jagung

Jerami jagung atau brangkasan adalah bagian batang dan daun jagung yang telah

dibiarkan mengering di ladang dan dipanen ketika tongkol jagung dipetik. Jerami

jagung seperti ini banyak diperoleh di daerah sentra tanaman jagung yang

ditujukan untuk menghasilkan jagung bibit atau jagung untuk keperluan industri

pakan (Mariyono et al., 2004).

Jerami jagung merupakan sisa dari tanaman jagung setelah buahnya dipanen dan

dapat diberikan pada ternak, baik dalam bentuk segar maupun dalam bentuk

kering. Pemanfaatan jerami jagung sebagai pakan telah dilakukan terutama untuk

ternak sapi, kambing, domba (Reksohadiprodjo, 1987). Jerami jagung

mempunyai kadar serat kasar yang tinggi yakni 33,58%, tetapi masih dapat

dicerna oleh ternak. Ternak sapi menyukai jerami jagung yang dipotong-potong

yang dipanen umur 80–90 hari (Jamarun, 1991).

Jerami yang di hasilkan dari pertanaman jagung berkisar antara 5-8 ton per hektar

permusim, tergantung pada lokasi dan jenis varietas yang di gunakan. Jumlah

jerami tersebut dapat di gunakan untuk pakan 2-3 ekor sapi dewasa sepanjang

tahun (Haryanto et al., 2003). Pemanfaatan jerami secara langsung sebagai pakan

memiliki banyak kekurangan yaitu jerami mempunyai kandungan serat kasar

tinggi, protein rendah dan daya cerna hanya mencapai 35--40% (Balai Penelitian


(29)

15

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan jerami hingga 10% dalam

ransum sapi akan menghasilkan pertambahan bobot tubuh dan konsumsi pakan

yang tinggi (0,37 kg/ekor/hari dan 4,22 kg/ekor/hari). Ali dan Noerjanto (1983)

menyatakan bahwa pemberian jerami hingga 50% dalam ransum dapat

meningkatkan pertambahan bobot tubuh sapi Madura sebesar 0,597 kg/ekor/hari.

Pamungkas et al. (2004), menggunakan Pleurotus flabelatus untuk fermentasi

jerami jagung. Jamur Pleurotus merupakan jamur pembusuk putih (white rot

fungi). Jamur ini dapat mengeluarkan enzim-enzim pemecah selulosa dan lignin sehingga kecernaan bahan kering jerami jagung akan meningkat.

2. Kulit buah jagung

Kulit buah jagung atau klobot jagung adalah kulit luar buah jagung yang biasanya

dibuang. Kulit jagung manis sangat potensial untuk dijadikan silase karena kadar

gulanya cukup tinggi (Anggraeny et al, 2006). Menurut Subandi dan

Zubachtirodin (2004), kelobot jagung telah banyak dimanfaatkan sebagai pakan di

pulau Jawa. Dari hasil analisis proksimat yang dilakukan oleh Akil et al. (2004),

bahwa kelobot jagung lebih rendah dari brangkasan, kandungan protein kasar

kelobot jagung 3 kali protein kasar brangkasan, dan lemak kasar kelobot 2 kali

lemak kasar brangkasan.

3. Tongkol jagung

Ketika biji jagung dirontokkan dari buahnya, akan diperoleh jagung pipilan


(30)

16

al., 2006). Seiring dengan kebutuhan jagung yang cukup tinggi, maka akan bertambah pula limbah yang dihasilkan dari industri pangan dan pakan berbahan

baku jagung.

Limbah yang dihasilkan diantaranya adalah tongkol jagung yang biasanya tidak

dipergunakan lagi ataupun nilai ekonominya sangat rendah. Umumnya tongkol

jagung dipergunakan sebagai pakan sapi. Di daerah pedesaan tongkol jagung ini

dapat dimanfaatkan sebagai obat diare (Suprapto dan Rasyid, 2002).

Pada umumnya janggel jagung dihancurkan terlebih dahulu, baru diberikan

sebagai pakan. Menurut Tangendjaja dan Gunawan (1988), janggel jagung

banyak digunakan terutama untuk penggemukan sapi dengan komposisi sebanyak

20% dari seluruh pakan yang diberikan.

Rohaeni et al. (2006a) menggunakan Trichoderma virideae untuk memfermentasi

tongkol jagung. Sebelum proses fermentasi dilakukan, diperlukan mesin

penghancur atau penggiling tongkol jagung sehingga diperoleh ukuran partikel

tongkol jagung sebesar butiran biji jagung. Jamur Trichoderma termasuk jamur

penghasil selulase sehingga banyak digunakan untuk memfermentasi

limbah-limbah pertanian. Tongkol dicampur dengan jamur Trichoderma dan dibiarkan

selama 4 – 7 hari dalam tempat tertutup. Fermentasi biasanya akan meningkatkan nilai nutrisi atau nilai kecernaan bahan kering suatu bahan serta dapat pula

menyebabkan bahan menjadi lebih palatabel bagi ternak. Selanjutnya Rohaeni et

al., (2004) melaporkan bahwa pemanfaatan janggel jagung sebagai bahan dasar pembuatan pakan lengkap menghasilkan nilai R/C sebesar 1,19, nilai ini lebih


(31)

17

4. Tumpi jagung

Tumpi adalah hasil samping yang dihasilkan pada saat pemipilan atau perontokan

biji dan merupakan bagian pangkal dari biji jagung. Tumpi bersifat amba (bulky)

(Pamungkas et al., 2004). Tumpi jagung yang telah difermentasi dapat digunakan

sebagai substitusi konsentrat. Kombinasi tumpi jagung (ad lib) dengan 1,5 kg

konsentrat yang diberikan pada sapi PO dara bunting 2 – 3 bulan yang

memperoleh pakan basal rumput gajah dan jerami padi dapat menurunkan biaya

operasional penelitian dibandingkan dengan yang diberi konsentrat saja (Mariyono

et al., 2004). Keberadaan tumpi pada jagung pipil kering sawah dapat

memperlambat proses pengeringan jagung. Pabrik pakan unggas yang melakukan

penyimpanan jagung pipilan dalam silo, keberadaan tumpi dapat menyumbat silo

karena tumpi dapat berkumpul dan membentuk lapisan tebal di dalam silo.

Jumlah tumpi pada jagung pipilan mencapai 2%. Dibandingkan dengan bahan

pakan amba yang lain seperti kulit kopi ataupun kulit kacang, harga tumpi adalah

lebih murah (Anonimus, 2005 ).

Tabel 9. Kandungan nutrisi dari tumpi jagung

No Jenis Kandungan Nutrisi (%)

1 Bahan Kering 87,38

2 Protein Kasar 8,65

3 Lemak Kasar 0,53

4 Serat Kasar 21, 29

5 TDN 48,47

Sumber : (Wahyono dan Hardiyanto, 2004).

Satu hal yang menjadikan tumpi jagung mempunyai nilai lebih adalah karena

tidak bersaing dengan kebutuhan unggas, teksturnya kasar dan umumnya kurang

disukai oleh peternak sapi perah. Pemberian tumpi jagung dalam bentuk basah


(32)

18

D.Ternak Ruminansia

Ruminansia adalah sekumpulan hewan pemakan tumbuhan (herbivora) yang

mencerna makanannya dalam dua langkah, pertama dengan menelan bahan

mentah, kemudian mengeluarkan makanan yang sudah setengah dicerna dari

perutnya dan mengunyahnya lagi. Lambung hewan ini tidak hanya memiliki satu

ruang (monogastrik) tetapi lebih dari satu ruang (poligastrik). Hewan pemamah

biak secara teknis dalam ilmu peternakan serta zoologi dikenal sebagai

ruminansia.

Hewan-hewan ini mendapat keuntungan karena pencernaannya menjadi sangat

efisien dalam menyerap nutrisi yang terkandung dalam makanan dengan dibantu

mikroorganisme di dalam perut-perut pencernanya. Semua hewan yang termasuk

subordo Ruminansia memamah biak adalah sapi, kerbau, kambing, domba,

jerapah, bison, rusa, kancil, genu, dan antilop. Ruminansia yang bukan tergolong

subordo Ruminansia misalnya unta dan kuda walaupun bukan poligastrik tetapi

memiliki modifikasi pencernaan yang efisien pula.

Ruminansia diberi pakan hijauan berdasarkan pada definisi satuan ternak.

Soelthoni (1983) yang disitasi oleh Wulandari (1996) menyatakan bahwa yang

dimaksud dengan satuan ternak (ST) adalah kemampuan seekor ternak

mengkonsumsi makanan secara optimal. Kriteria yang digunakan untuk

menentukan kebutuhan bahan makanan ternak bagi tiap-tiap jenis ternak


(33)

19

Tabel 10. Jenis dan kriteria beberapa ternak berdasarkan Satuan Ternak (ST)

Jenis ternak Kriteria ternak Satuan ternak (ST) Sapi

Kerbau

Kambing

Domba

Dewasa (>2 Tahun) Muda (1—2 Tahun) Anak (<1 Tahun)

Dewasa (>2 Tahun) Muda (1—2 Tahun) Anak (<1 Tahun)

Dewasa (>1 Tahun) Muda (1/2—1 Tahun) Anak (<1/2 Tahun)

Dewasa (>1 Tahun) Muda (1/2—1 Tahun) Anak (<1/2 Tahun)

1,000 0,500 0,250 1,000 0,500 0,250 0,140 0,070 0,035 0,140 0,070 0,035

Sumber : Lenggu, 1983

E.Kapasitas Tampung (Carrying Capacity)

Carrying Capacity (CC) adalah kemampuan untuk menampung ternak per unit per satuan luas sehingga memberikan hasil yang optimum atau daya tampung

padang penggembalaan untuk mencukupi kebutuhan pakan hijauan yang dihitung

dalam animal unit(AU) (Winarto, 2010). Kepadatan ternak yang tidak

memperhatikan Carring Capacity akan menghambat pertumbuhan hijauan yang

disukai, sehingga populasi hijauan yang berproduksi baik akan menurun

kemampuan produksinya, karena tidak mendapat kesempatan untuk bertumbuh


(34)

20

Menurut Susetyo (1981), penentuan kapasitas tampung secara cuplikan memiliki

peranan penting dalam pengukuran produksi hijauan. Penentuan pengambilan

petak – petak cuplikan dapat dilakukan dengan beberapa metode sebagai berikut : 1. Pengacakan merupakan penentuan secara acak suatu lahan hijauan seluas 1 m2

atau dalam bentuk lingkaran dengan garis tengah 1m. Petakan cuplikan kedua

diambil pada jarak lurus 10 langkah kekanan dari petak cuplikan pertama

dengan luas yang sama.

2. Sistematik merupakan pengambilan cuplikan dimulai dari titik yang telah

ditentukan. Cuplikan berikutnya diambil pada suatu titik dari cuplikan pertama

sehingga membentuk garis terpanjang dari lahan sumber hijauan.

3. Stratifikasi merupakan pengambilan sampel cuplikan pada lahan sumber pakan

hijauan dari setiap lahan sumber hijauan yang ada.

Perhitungan mengenai kapasitas tampung (Carrying Capacity) suatu lahan

terhadap jumlah ternak yang dipelihara adalah berdasarkan pada produksi hijauan

makanan ternak yang tersedia. Dalam perhitungan ini digunakan norma Satuan

Ternak (ST) yaitu ukuran yang digunakan untuk menghubungkan bobot tubuh

ternak dengan jumlah makanan ternak yang dikonsumsi.

Ternak dewasa (1 ST) memerlukan pakan hijauan sebanyak 35 kg/ekor/hari.

Ternak muda (0,50 ST) memerlukan pakan hijauan sebanyak 15--17,5

kg/ekor/hari. Anak ternak (0,25 ST) memerlukan pakan hijauan sebanyak 7,5--9

kg/ekor/hari.

Proper Use Factor (PUF) adalah faktor yang harus diperhitungkan untuk menjamin pertumbuhan kembali hijauan makanan ternak. Faktor tersebut yaitu


(35)

21

lingkungan, jenis ternak, jenis tanaman, tipe iklim, dan keadaan musim.

Penggolongan nilai PUF untuk padang penggembalaan adalah a) ringan : 25--30

%; b) sedang : 40--45 %; c) berat : 60--70 %. Pada umumnya kelas tanah yang

dialokasikan untuk peternakan termasuk golongan sedang dan ringan.

Kapasitas tampung lahan padang penggembalaan dapat dihitung dengan

memperhatikan periode merumput ternak, periode istirahat, konsumsi HMT per

hari, produksi HMT per hektar dan PUF. Besarnya produksi hijauan atau kebun

rumput pada suatu areal dapat diperhitungkan, seperti berikut :

1. Produksi kumulatif, merupakan produksi padang penggembalaan atau kebun

rumput yang ditentukan bertahap selama 1 tahun. Setiap pemotongan produksi

hijauan rumput diukur dan dicatat. Setelah 1 tahun seluruh produksi dijumlah

dan hasilnya merupakan produksi kumulatif.

2. Produksi realitas, merupakan produksi yang ditentukan oleh setiap pemotongan

hijauan rumput seluruh areal padang penggembalaan atau kebun rumput. Jadi,

produksi realitas adalah produksi sebenarnya yang bisa diukur dengan produksi

ternak.

3. Produksi Potensial, merupakan produksi yang ditentukan atas dasar perkiraan

suatu areal padang penggembalaan atau kebun rumput. Jadi, perhitungan ini


(36)

22

III. BAHAN DAN METODE

A.Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Februari sampai Maret 2015 bertempat di Desa

Braja Harjosari, Kecamatan Braja Selebah, Kabupaten Lampung Timur dan

Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Pertanian, Universitas

Lampung.

B.Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah limbah asal tanaman jagung,

yaitu janggel, tumpi dan jerami jagung (termasuk klobot) yang diambil di Desa

Braja Harjosari, Kecamatan Braja Selebah, Kabupaten Lampung Timur.

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sekop untuk mengambil

sampel janggel, tumpi dan jerami, karung plastik untuk wadah masing-masing

sampel, timbangan untuk mengukur bobot janggel, tumpi dan jerami, meteran,


(37)

23

C.Metode Penelitian

Metode yang digunakan adalah metode survey. Metode survey yang digunakan

adalah metode simple random sampling. Simple random sampling merupakan

pengambilan sampel yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang

ada dalam populasi. Metode pengambilan data ini dilakukan oleh peneliti

dikarenakan anggota populasi sudah homogen.

Data tersebut terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer mencakup

informasi tentang lahan pertanian yang meliputi obyek penelitian, misalnya luas

tanam jagung, luas panen jagung, dan produksi limbah tanaman jagung yang

dihasilkan. Selain itu, data primer dapat diperoleh dengan melakukan wawancara

kepada para petani menggunakan kuisioner yang sudah disiapkan oleh peneliti.

Data sekunder dikumpulkan berupa data mengenai luas lahan pertanian, luas areal

lahan asal tanaman jagung yang diperoleh dari dinas atau intansi terkait, yaitu

Gakpotan Desa Braja Harjosari.

Pengambilan data dilakukan dengan mengambil sampel jerami jagung, tongkol

atau janggel jagung, dan tumpi. Pengambilan data dilakukan dengan bujur

sangkar 3 x 3 m2.

D.Prosedur Pelaksanaan Penelitian

1. Prosedur pengambilan sampel jerami jagung :

1. menentukan tempat pengambilan sampel limbah jerami jagung dari


(38)

24

merupakan pengambilan data yang dilakukan secara acak karena populasi

sampel yang akan diambil homogen. Lahan jagung yang diambil sebagai

sampel adalah lahan jagung yang sedang panen;

2. menyiapkan peralatanpengambilan sampel jerami jagung seperti, sabit,

karung plastik, timbangan, meteran, tali plastik, alat tulis dan kamera;

3. melakukan pengukuran luas lahan terhadap lahan jagung yang akan diambil

sampel jerami jagung;

4. pengambilan data dengan menggunakan bujur sangkar 3 x 3 m2 sebanyak 5

cuplikan/ha;

5. memotong bagian bawah jagung dan mengambil bagian jeraminya;

6. kemudian sampel jerami jagung di timbang berdasarkan bahan segar;

7. selanjutnya dijemur dan di timbang kembali berdasarkan BKU;

8. untuk analisis, jerami jagung digiling terlebih dahulu kemudian dilakukan

analisis proksimat di laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas

Pertanian, Universitas Lampung;

9. mencatat hasil data yang diperoleh;

10. menghitung Produksi limbah Jagung dengan rumus:

Produksi perubin = Produksi sampel 3 x 3 m2

Luas 1 Ha

Produksi/Ha = X produksi perubin

Luas sampel

Produksi Pertahun = Prod Limbah/Ha x Luas wilayah areal x ∑Panen setahun

11. menghitung kapasitas tampung (carrying capacity) dari data yang


(39)

25

Jumlah produksi hijauan (kg/th) Kapasitas tampung =

Kebutuhan pakan (kg/satuan ternak/th)

Keterangan : konsumsi/ ekor/ tahun berdasarkan bahan kering 2. Prosedur pengambilan sampel janggel dan tumpi jagung :

1. menentukan tempat pengambilan sampel limbah janggel dan tumpi jagung

dari masing-masing tempat penggilingan jagung, berdasarkan metode

simple random sampling yang merupakan pengambilan data yang dilakukan

secara acak karena populasi sampel yang akan diambil homogen;

2. mengamati secara langsung proses penggilingan jagung, kemudian

mengambil sampel janggel dan tumpi jagung di timbang berdasarkan bahan

segar;

3. selanjutnya dijemur dan di timbang kembali berdasarkan BKU;

4. untuk analisis, janggel dan tumpi jagung digiling terlebih dahulu kemudian

dilakukan analisis proksimat di laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak

Fakultas Pertanian, Universitas Lampung;

5. mencatat hasil data yang diperoleh;

6. menghitung Produksi limbah Jagung dengan rumus:

Produksi perubin = Produksi sampel 3 x 3 m2 Luas 1 Ha

Produksi/Ha = X produksi perubin

Luas sampel

Produksi Pertahun = Prod Limbah/Ha x Luas wilayah areal x ∑Panen setahun

7. menghitung kapasitas tampung (carrying capacity) dari data yang diperoleh


(40)

26

Jumlah produksi hijauan (kg/th) Kapasitas tampung =

Kebutuhan pakan (kg/satuan ternak/th) Keterangan : konsumsi/ ekor/ tahun berdasarkan bahan kering

Gambar 1. Proses pengambilan sampel limbah jagung Pemanenan

Bujur Sangkar 3x3 M2

Potong Bagian Bawah Jagung

20 cm

Jagung Jerami

Timbang (Bobot Segar)

b

Timbang (Bobot Kering Udara) Jemur

Giling

Analisis proksimat digiling

Tumpi Janggel

jagung

Sampel Jagung


(41)

27

3. Analisis proksimat a. Kadar Air

1. memanaskan cawan porselin beserta tutupnya yang telah dibersihkan ke

dalam oven 1050 C selama ± 1 jam;

2. mendinginkan di dalam desikator selama 15 menit;

3. menimbang cawan porselin beserta tutupnya dan mencatat bobotnya (A);

4. memasukkan sampel analisa ke dalam cawan porselin sekitar satu gram

kemudian mencatat bobotnya (B);

5. memanaskan cawan porselin yang berisi sampel di dalam oven1050 C selama ≤ 6 jam (penutup jangan dipasang);

6. mendinginkan di dalam desikator selama 15 menit;

7. menimbang cawan porselin tanpa tutup berisi sampel analisis tersebut (C);

8. menghitung kadar air dengan rumus sebagai berikut :

(B –A) — (C –A)

Kadar air = X 100% (B –A)

Keterangan :

KA = kadar air (%)

A = bobot cawan porselin (g)

B = bobot cawan porselin berisi sampel sebelum dipanaskan (g)

C = bobot cawan porselin berisi sampel sesudah dipanaskan (g)

9. melakukan analisis sebanyak dua kali (duplo), kemudian menghitung


(42)

28

KA1 + KA2 Kadar air % =

2

Keterangan : KA1 = kadar air pada ulangan pertama (%)

KA2 = kadar air pada ulangan kedua (%)

10. menghitung kadar bahan kering dengan rumus sebagai berikut :

BK = 100% KA

Keterangan :

BK = kadar bahan kering (%)

KA = kadar air (%)

b. Kadar Abu

1. memanaskan cawan porselin beserta penutupnya yang bersih di oven 1050 C

selama sekitar 1 jam;

2. mendinginkan dalam desikator selama 15 menit;

3. menimbang dan catat bobotnya (A);

4. memasukan sampel sebanyak + 1 gram dan catat bobot cawan porselin

berisi sample (B);

5. mengabukan didalam tanur 6000 C selama 2 jam, tutup cawan tidak perlu

disertakan;

6. mematikan tanur ( apabila sampel berubah warna menjadi putih

keabu-abuan, maka berarti pengabuan sudah sempurna );

7. mendiamkan sekitar 1 jam, kemudian dinginkan dalam desikator sampai

mencapai suhu kamar biasa dan penutup cawan porselin dipasang;


(43)

29

9. menghitung kadar abu dengan rumus sebagai berikut

C –A

Kadar abu = X 100%

B –A Keterangan : K Ab : kadar abu

A : bobot cawan porselin (gram)

B : bobot cawan porselin berisi sampel sebelum diabukan

C : bobot cawan porselin berisi sampel sesudah diabukan

10. melakukan analisis dua kali (duplo) beri tanda 1 dan 2 pada masing – masing bagian bawah cawan porselin dan hitung rata –rata nya :

KAbu1 + KAbu2 Kadar abu % =

2 Keterangan :

KAbu1 = kadar abu pada ulangan pertama (%)

KAbu2 = kadar abu pada ulangan kedua (%)

c. Kadar Protein

1. menimbang kertas saring biasa (6x6 cm2) dan catat bobotnya (A);

2. memasukan sampel sebanyak ± 0,1 g dan catat bobot kertas berisi sampel

(B);

3. melipat kertas saring;

4. kemudian masukan ke dalam labu kjeldhal. Tambahkan 5 ml H2SO4 pekat

(kerjakan di ruang asam);

5. menambahkan 1 ujung sendok kecil atau secukupnya campuran katalisator;


(44)

30

7. mematikan alat destruksi apabila sampel berubah menjadi larutan berwarna

jernih;

8. mendiamkan sampai menjadi dingin (tetap di ruang asam);

9. menambahkan 200 ml air suling;

10. menyiapkan 25 ml H3BO3 merah muda di gelas Erlenmeyer, kemudian

tetesi 2 tetes indikator (larutan berubah warna menjadi ungu). Ujung alat

kondensor masukan ke dalam gelas tersebut dan harus dalam posisi

terendam;

11. menyalakan alat destilasi. Kerjakan destilasi;

12. menambahkan 25 ml NaOH 40% ke dalam labu kjeldahl tersebut secara

cepat dan hati-hati, jangan sampai digoyang-goyang atau dikocok;

13. mengamati larutan yang terdapat digelas Erlenmeyer sampai berubah

hijau;

14. mengangkat ujung alat kondesor yang terendam , apabila larutan telah

menjadi sebanyak 100 cc dari gelas tersebut;

15. mematikan alat destilasi;

16. membilas ujung alat kondensor dengan air suling dengan menggunakan

botol semprot;

17. menyiapkan peralatan untuk titrasi;

18. mengisi buret dengan larutan HCl 0,1 N. Amati dan baca angka pada

buret, kemudian dicatat (L1);

19. melakukan titrasi secara perlahan-lahan dan hentikan titrasi, apabila

larutan berubah warna menjadi ungu;


(45)

31

21. melakukan pekerjaan diatas untuk blanko (tanpa sampel analisis);

22. menghitung persentase nitrogen dengan rumus sebagai berikut :

N = Lsampel - Lblanko x N HCL x 14 x 100%

B – A Keterangan :

N : besarnya kandungan nitrogen (%)

Lsampel : volume titran untuk sampel (ml)

Lblanko : volume titran untuk blanko (ml)

N HCL : normalitas HCL

14 : berat atom nitrogen sebesar 14

A : bobot kertas saring biasa (gram)

B : bobot kertas saring biasa berisi sample (gram)

23. menghitung kadar protein seperti dibawah ini :

Kp = N x Fp

Keterangan : Kp : kadar protein kasar (%)

N : kandungan nitrogen (%)

Fp : angka factor protein untuk pakan nabati sebesar 6,25

24.melakukan analisis ini dua kali (duplo). Beri tanda 1 dan 2 pada

masing-masing labu kjeldahl dan gelas Erlenmeyer. Kemudian hitung rata-rata

kandungan kadar proteinnya, seperti dibawah ini :

Kprotein1.+ Kprotein2 Kadar protein % =

2

Keterangan : Kprotein1 : kadar protein pada ulangan pertama (%)


(46)

32

d. Kadar Lemak

1. memanaskan kertas saring biasa (6x6 cm2) di dalam oven 1050C selama 1

jam;

2. memasukan ke dalam desikator selama 10 menit;

3. menimbang dan catat bobotnya (A);

4. menambahkan sampel analisis ± 0,3 gram dan catat bobot kertas saring

berisi sampel (B);

5. melipat kertas saring;

6. memanaskan ke dalam oven 1050C selama 6 jam. Kemudian dinginkan ke

dalam desikator selam 15 menit. Setelah itu, timbang dan catat

bobotnya(C);

7. memasukan ke dalam soxhlet dan hubungkan alat soxhlet dengan labu

didih;

8. memasukan ke dalam soxhlet 300 ml petroleum ether atau chloroform;

9. menghubungkan antara alat soxhlet dan alat kondensor;

10.mengalirkan air ke dalam alat kondensor;

11.menyalakan alat pemanas. Sekali- kali, jangan menyalakan alat pemanas,

apabila air tidak dialirkan ke dalam kondensor;

12.memanaskan atau didihkan selama 6 jam ( terhitung sejak air mulai

mendidih);

13.mematikan alat pemanas, kemudian hentikan aliran air;

14.mengambil lipatan kertas saring berisi residu dan panaskan di oven 1050C

selama 6 jam. Kemudian dinginkan ke dalam desikator selam 15 menit.


(47)

33

15.menghitung kadar lemak dengan rumus sebagai berikut :

(C –A) — (D –A)

K lk = X 100% B –A

Keterangan : K lk : kadar lemak

A : bobot kertas saring (gram)

B : bobot kertas saring berisi sampel sebelum

dipanaskan (gram)

C : bobot kertas saring berisi sampel sesudah

dipanaskan (gram)

D : bobot kertas saring berisi residu sesudah

dipanaskan (gram)

16.melakukan analisis dua kali (duplo) beri tanda 1 dan 2 pada masing – masing lipatan kertas dengan pensil dan hitung rata –rata nya :

Klemak1.+ Klemak2 Kadar lemak % =

2

Keterangan : K lemak 1 : kadar lemak pada ulangan pertama (%)

K lemak 2 : kadar lemak pada ulangan kedua (%)

e. Kadar Serat Kasar

1. menimbang kertas (8x8 cm) dan catat bobotnya (A);

2. memasukan sampel analisis ± 0,1 gram dan catat bobot kertas saring berisi

sampel (B);


(48)

34

4. menambahkan 200 ml H2SO4 0,25N. Hubungkan gelas erlenmeyer dengan

alat kondensor;

5. menyalakan pemanas dan panaskan selama 30 menit (terhitung sejak awal

mendidih);

6. menyaring dengan corong kaca beralas kain linen;

7. membilas dengan air suling panas dengan menggunakan botol semprot

sampai bebas asam;

8. melakukan uji kertas lakmus untuk mengetahui bebas asam ( tidak

berwarna merah);

9. residu masukan kembali ke dalam gelas erlenmeyer;

10.menambahkan 200 ml NaOH 0,313 N. Hubungkan gelas erlenmeyer

dengan alat kondensor;

11.memanaskan selama 30 menit ( terhitung sejak awal mendidih );

12.menyaring dengan menggunakan corong kaca beralas kertas saring

whatman ashles nomor 541 berdiameter 12 cm yang sudah diketahui

bobotnya (C);

13.membilas dengan air suling panas dengan menggunakan botol semprot

sampai bebas basa;

14.melakukan uji kertas lakmus untuk mengetahui bebas basa ( tidak berwarna

biru );

15.membilas dengan aceton dan lipat kertas saring whatman ashlees berisi

residu;

16.memanaskan ke dalam oven 1050C selama 6 jam. Dinginkan di dalam


(49)

35

17.meletakan ke dalam cawan porselein yang sudah diketahui bobotnya (E);

18.mengabukan di dalam tanur 6000C selama 2 jam ( terhitung suhu

menunjukan angka 6000C );

19.mematikan tanur dan diamkan + 1 jam ( sampai warna merah membara

pada cawan sudah tidak ada );

20.memasukan ke dalam desikator, sampai mencapai suhu kamar biasa;

21.menimbang dan catat bobotnya (F);

22.menghitung serat kasar sebagai berikut :

(D–C) — (F –E)

KS = X 100%

(B –A)

Keterangan :

KS : kadar serat kasar (%)

A : bobot kertas (gram)

B : bobot kertas berisi sampel analisa (gram)

C : bobot kertas saring whatman ashless (gram)

D : bobot kertas saring whatman ashless berisi residu (gram)

E : bobot cawan porselein (gram)

F : bobot cawan porselein berisi abu (gram)

23.melakukan analisis ini dua kali (duplo). Beri tanda 1 dan 2 pada

masing-masing gelas erlenmeyer, kertas saring whatman ashless, dan cawan

porselein.

24.kemudian hitung rata-rata kadar serat kasar, sebagai berikut

KS1.+ KS2 Kadar serat kasar % =


(50)

36

Keterangan : KS 1 : kadar serat kasar pada ulangan pertama (%)

KS 2 : kadar serat kasar pada ulangan kedua (%)

f. Kadar Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen

Bahan ekstrak tanpa nitrogen adalah hasil pengurangan antara 100% dan

penjumlahan dari persentase kadar air, abu, protein, lemak, dan serat kasar.

Hitung kadar BETN dengan rumus seperti dibawah ini.

BETN = 100% - ( KA+KAb+KP+KL+KS ) Keterangan : BETN : kadar BETN (%)

KA : kadar air (%)

KAb : kadar abu (%)

KP : kadar protein kasar (%)

KL : kadar lemak (%)

KS : kadar serat kasar (%)

E.Peubah yang diamati

Peubah yang diukur dalam penelitian ini adalah

1. produksi limbah tanaman jagung seperti jerami jagung, janggel jagung,

dan tumpi jagung berdasarkan luas tanam tanaman jagung.

2. kapasitas ternak atau kapasitas tampung berdasarkan produksi pakan

limbah tanaman jagung.

F. Analisis data


(51)

V. KESIMPULAN A.Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa

1. Jumlah produksi limbah jagung yang ada di Desa Braja Harjosari berdasarkan

bahan kering 623.938,3 kg/th.

2. Berdasarkan produksi limbah jagung tersebut dengan kisaran penggunaan 30%

pada ternak memiliki kapasitas tampung 417,44 UT/tahun setara dengan 417

ekor sapi, 417 ekor kerbau, 2.981 ekor kambing, sedangkan kisaran

penggunaan 40% pada ternak memiliki kapasitas tampung 313,08 UT/tahun

setara dengan 313 ekor sapi, 313 ekor kerbau, 2.236 ekor kambing.

3. Pemanfaatan limbah jagung dengan kisaran penggunaan 30% dan 40% tidak

mampu memenuhi kebutuhan populasi ternak sapi tetapi mampu memenuhi

kebutuhan populasi ternak kambing atau kerbau.

B.Saran

Dari hasil penelitian ini dapat disarankan bahwa perlu dilakukan pengolahan


(52)

DAFTAR PUSTAKA

Akil, M., Rauf, I.U. Firmansyah, A.F. Fadhly, Syafruddin, Faesal, A.

Kamaruddin, dan R. Efendi. 2004. Teknologi Budidaya Jagung untuk Pangan dan Pakan yang Efisien dan Berkelanjutan pada Lahan Marjinal. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Maros. 61p.

Ali, A dan Noerjanto. 1983. Penggunaan jerami dalam ransum

ternak;pengaruhnya pada konsumsi dan berat badan Sapi Aceh. Pros. Pertemuan Ilmiah Ruminansia Besar. Puslitbangnak. Bogor. PP. 37-40.

Anggraeny, Y.N., U. Umiyasih, dan N.H. Krishna. 2006. Potensi limbah jagung siap rilis sebagai sumber hijauan sapi potong. Prosiding Lokakarya Nasional Jejaring Pengembangan Sistem Integrasi Jagung-Sapi. Puslitbangnak, Pontianak, 9-10 Agustus 2006. p.149-153.

Anonimus. 2005. Hasil Analisis Proksimat Bahan Pakan Asal Limbah Pertanian. Laporan Tahunan. Loka Penelitian Sapi Potong, Grati.

Anonimus. 2013. Terminologi: Bahan Pakan dari Hasil Ikutan Industri Pangan. http://manglayang.blogsome.com/2013/04/21/terminologi-bahan-pakan-dari-hasil-ikutan-industri-pangan/. Diakses pada tanggal 10 Januari 2013.

Azrai, M., M.J. Mejaya dan M. Yasin. 2007. Pemuliaan jagung khusus. Dalam: Jagung: Teknik Produksi dan Pengembangan. Sumarno, Suyamto, A. Widjono, Hermanto dan H. Kasim (Eds.). Puslitbang Tanaman Pangan, Bogor. hlm. 96 – 109.

Balai Penelitian Ternak Ciawi. 2003. Jerami Padi Fermentasi sebagai Ransum Dasar Ternak Ruminansia. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian vol.25 No.3 ISSN 0216-4427.

Ensminger, 1961. Nilai Konversi AU pada Ternak Ruminansia. http://stpp-Malang.ac.id//nilai konversi AU pada berbagai Jenis dan Umur Fisiologi Ternak. Diakses pada 29 mei 2015

Haryanto, et al. 2003. Pemanfaatan. Probiotik Dalam Upaya Peningkatan

Efisiensi Fermentasi Pakan di Dalam Rumen. Prosiding Seminar Nasional Peternakan & Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor.


(53)

48

Hermawan, A. dan T.Prasetyo. 1991. Strategi pengembangan rumput unggul di DAS Jratunseluna. Risalah Lokakarya Hasil Penelitian P3HTA / UACP-FSR. Bandung 25-26 Januari 1991. P3HTA. p. 162-172.

Higa, T. dan I. F. Parr. 1997. Em Untuk Pertanian Dan Lingkungannya Berkelanjutan Indonesia Kyusei Nature Farming Societies. Jakarta.

Jamarun, N. 1991. Penyediaan Pemanfaatan dan Nilai Gizi Limbah Pertanian Sebagai Makanan Ternak di Sumatra Barat. Pusat Penelitian Universitas Andalas, Padang.

Lenggu, S.C. 1983. Analisis Usaha Tani. Diktat Kuliah. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.

Luthan, Fauzi., 2010 Pedoman Teknis Pengembangan Usaha Integrasi Ternak Sapidan Tanaman. Jakarta, Kementrian Pertanian Direktorat Jendral PeternakanDirektorat Budidaya Ternak Ruminansia.

Mariyono, U. Umiyasih, Y. Anggraeny dan M. Zulbardi. 2004. Pengaruh substitusi konsentrat komersial dengan tumpi jagung terhadap

performans sapi PO bunting muda. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 4 – 5 Agustus 2004. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 97 – 101.

McCutcheon, J and D. Samples. 2002. Grazing Corn Residues. ExtensionFact Sheet Ohio State University Extension. US. ANR10-02.

Nulik, J., D. Kanahau dan E.Y. Hosang. 2006. Peluang dan prospek integrasi jagung dan ternak di Nusa Tenggara Timur. Pros. Lokakarya Nasional Jejaring Pengembangan Sistem Integrasi Jagung – Sapi. Pontianak, 9 – 10 Agustus 2006. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 253 – 260.

Nusio, L.G. 2005. Silage production from tropical forages. In: Silage production and utilization. Park, R.S. and Stronge, M.D. (Eds.). Wageningen Academic Publ., the Netherlands: p. 97-107.

Pamungkas, D., U, Umiyasih, Yn Anggraeny, N.H. Krishna, L. Affandhy,

Mariyono dan M. Zulbandi. 2004. Teknologi Peningkatan Mutu Biomas Lokal untuk Penyediaan Pakan Sapi Potong. Laporan Akhir. Loka Penelitian Sapi Potong, Grati.

Parakkasi,A. 1991. Nutrisi Makanan Ternak Ruminan. Universitas Indonesia press. Jakarta

Pasaribu, T, B. Tangendjaja, and E. Wina. 1995. Silase kulit jagung manis (Zea mays var saccharata) sebagai pakan domba. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Peternakan. p. 170-175.


(54)

49

Purwono, L dan Purnamawati. 2008. Budidaya Tanaman Pangan. Penerbit Agromedia. Jakarta.

Reksohadprodjo,S. 1987. Pakan Ternak Gembala. BPFE. Yogyakarta.

Resa, E. 2010. Potensi Pakan Kosentrat Asal Tanaman Padi dan Jagung di Kota Metro Provinsi Lampung. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Rohaeni, E.S., N. Amali, dan A. Subhan. 2006. Janggel jagung fermentasi sebagai pakan alternatif untuk ternak sapi pada musim kemarau. Prosiding

Lokakarya Nasional Jejaring Pengembangan Sistem Integrasi Jagung-Sapi. Puslitbangnak, Pontianak, 9-10 Agustus 2006, p. 193-196.

Rohaeni, E.S., A. Subhan dan A. Darmawan. 2006b. Kajian penggunaan pakan lengkap dengan memanfaatkan janggel jagung terhadap pertumbuhan sapi. Pros. Lokakarya Nasional Jejaring Pengembangan Sistem Integrasi Jagung-Sapi. Pontianak, 9 – 10 Agustus 2006. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 185 – 192.

Santoso, U. 1995. Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Sapi. Penebar Swadaya. Jakarta

Soeharsono dan B. Sudaryanto. 2006. Tebon jagung sebagai sumber hijauan pakan ternak strategis di lahan kering Kabupaten Gunung Kidul. Pros. Lokakarya Nasional Jejaring Pengembangan Sistem Integrasi Jagung – Sapi. Pontianak, 9 – 10 Agustus 2006. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 136 – 141.

Subandi dan Zubachtirodin, 2004. Prospek pertanaman jagung dalam poduksi biomas hijauan pakan. Prosiding Pemberdayaan Petani Miskin di Lahan Marginal Melalui Inovasi teknologi Tepat Guna. Badan Litbang Pertanian, Jakarta. hlm. 105 – 110.

Suprapto, H.S. dan Rasyid, M.S. (2002). Bertanam Jagung. Penebar Swadaya, Jakarta.

Susetyo, I. Kismono dan B. Suwardi. 1981. Hijauan Makanan Ternak. Direktorat Jendral Peternakan Departemen Pertanian. Jakarta.

Tangendjaja, B. dan Gunawan, 1988. Jagung dan limbahnya untuk makanan ternak. Dalam Jagung. Puslitbang Tanaman Pangan, Bogor. hlm. 349 – 378.

Tangendjaja, B dan E. Wina. 2006. Limbah Tanaman Dan Produk Samping Industri jagung Untuk Pakan. Balai Penelitian Ternak, Bogor.


(55)

50

Yogyakarta.

Utomo, R. 1999. Teknologi Pakan Hijauan. Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta.

Umiyasih, U. dan E. Wina. 2008. Pengolahan Dan Nilai Nutrisi Limbah Tanaman Jagung Sebagai Pakan Ternak Ruminansia. Buletin Ilmu Peternakan Indonesia, Wartazoa 18(3):127-136

Wahyono, D.E dan R. Hardianto. 2004. Pemanfaatan Sumber Daya Pakan Lokal Untuk Pengembangan Usaha Sapi Potong. Jurnal Lokakarya Sapi Potong. Grati. Pasuruan.

Wilson, C.B., G.E. Erickson, T.J. Klopfenstein, R.J. Rasby, D.C. Adams dan G. Rush. 2004. A Review of Corn Stalk Grazing on Animal Performans and Crops Yield. Nebraska Beef Cattle Report. pp. 13 – 15.

Winarto, B. 2010. Kamus Rimbawan. Yayasan Bumi Indonesia Hijau. Jakarta.

Wiradisastra, M.D.H., Tahjan, U., A.R. Tarmidi. 1981. Ilmu Tanaman Makanan Ternak. Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran. Bandung.

Yasa Rae, M.I. dan N.I. Adijaya. 2004. Daya Dukung Limbah Jagung dan Kacang Tanah untuk Pakan Sapi di Lahan Marginal. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali.


(1)

36

Keterangan : KS 1 : kadar serat kasar pada ulangan pertama (%) KS 2 : kadar serat kasar pada ulangan kedua (%) f. Kadar Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen

Bahan ekstrak tanpa nitrogen adalah hasil pengurangan antara 100% dan penjumlahan dari persentase kadar air, abu, protein, lemak, dan serat kasar. Hitung kadar BETN dengan rumus seperti dibawah ini.

BETN = 100% - ( KA+KAb+KP+KL+KS ) Keterangan : BETN : kadar BETN (%) KA : kadar air (%)

KAb : kadar abu (%)

KP : kadar protein kasar (%) KL : kadar lemak (%) KS : kadar serat kasar (%)

E.Peubah yang diamati

Peubah yang diukur dalam penelitian ini adalah

1. produksi limbah tanaman jagung seperti jerami jagung, janggel jagung, dan tumpi jagung berdasarkan luas tanam tanaman jagung.

2. kapasitas ternak atau kapasitas tampung berdasarkan produksi pakan limbah tanaman jagung.

F. Analisis data


(2)

V. KESIMPULAN

A.Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa

1. Jumlah produksi limbah jagung yang ada di Desa Braja Harjosari berdasarkan bahan kering 623.938,3 kg/th.

2. Berdasarkan produksi limbah jagung tersebut dengan kisaran penggunaan 30% pada ternak memiliki kapasitas tampung 417,44 UT/tahun setara dengan 417 ekor sapi, 417 ekor kerbau, 2.981 ekor kambing, sedangkan kisaran

penggunaan 40% pada ternak memiliki kapasitas tampung 313,08 UT/tahun setara dengan 313 ekor sapi, 313 ekor kerbau, 2.236 ekor kambing.

3. Pemanfaatan limbah jagung dengan kisaran penggunaan 30% dan 40% tidak mampu memenuhi kebutuhan populasi ternak sapi tetapi mampu memenuhi kebutuhan populasi ternak kambing atau kerbau.

B.Saran

Dari hasil penelitian ini dapat disarankan bahwa perlu dilakukan pengolahan limbah jagung sehingga mampu meningkatkan kandungan nutrisi.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Akil, M., Rauf, I.U. Firmansyah, A.F. Fadhly, Syafruddin, Faesal, A.

Kamaruddin, dan R. Efendi. 2004. Teknologi Budidaya Jagung untuk Pangan dan Pakan yang Efisien dan Berkelanjutan pada Lahan Marjinal. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Maros. 61p.

Ali, A dan Noerjanto. 1983. Penggunaan jerami dalam ransum

ternak;pengaruhnya pada konsumsi dan berat badan Sapi Aceh. Pros. Pertemuan Ilmiah Ruminansia Besar. Puslitbangnak. Bogor. PP. 37-40. Anggraeny, Y.N., U. Umiyasih, dan N.H. Krishna. 2006. Potensi limbah jagung

siap rilis sebagai sumber hijauan sapi potong. Prosiding Lokakarya Nasional Jejaring Pengembangan Sistem Integrasi Jagung-Sapi. Puslitbangnak, Pontianak, 9-10 Agustus 2006. p.149-153.

Anonimus. 2005. Hasil Analisis Proksimat Bahan Pakan Asal Limbah Pertanian. Laporan Tahunan. Loka Penelitian Sapi Potong, Grati.

Anonimus. 2013. Terminologi: Bahan Pakan dari Hasil Ikutan Industri Pangan. http://manglayang.blogsome.com/2013/04/21/terminologi-bahan-pakan-dari-hasil-ikutan-industri-pangan/. Diakses pada tanggal 10 Januari 2013. Azrai, M., M.J. Mejaya dan M. Yasin. 2007. Pemuliaan jagung khusus. Dalam:

Jagung: Teknik Produksi dan Pengembangan. Sumarno, Suyamto, A. Widjono, Hermanto dan H. Kasim (Eds.). Puslitbang Tanaman Pangan, Bogor. hlm. 96 – 109.

Balai Penelitian Ternak Ciawi. 2003. Jerami Padi Fermentasi sebagai Ransum Dasar Ternak Ruminansia. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian vol.25 No.3 ISSN 0216-4427.

Ensminger, 1961. Nilai Konversi AU pada Ternak Ruminansia. http://stpp-Malang.ac.id//nilai konversi AU pada berbagai Jenis dan Umur Fisiologi Ternak. Diakses pada 29 mei 2015

Haryanto, et al. 2003. Pemanfaatan. Probiotik Dalam Upaya Peningkatan

Efisiensi Fermentasi Pakan di Dalam Rumen. Prosiding Seminar Nasional Peternakan & Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor.


(4)

48

Hermawan, A. dan T.Prasetyo. 1991. Strategi pengembangan rumput unggul di DAS Jratunseluna. Risalah Lokakarya Hasil Penelitian P3HTA / UACP-FSR. Bandung 25-26 Januari 1991. P3HTA. p. 162-172.

Higa, T. dan I. F. Parr. 1997. Em Untuk Pertanian Dan Lingkungannya Berkelanjutan Indonesia Kyusei Nature Farming Societies. Jakarta. Jamarun, N. 1991. Penyediaan Pemanfaatan dan Nilai Gizi Limbah Pertanian

Sebagai Makanan Ternak di Sumatra Barat. Pusat Penelitian Universitas Andalas, Padang.

Lenggu, S.C. 1983. Analisis Usaha Tani. Diktat Kuliah. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.

Luthan, Fauzi., 2010 Pedoman Teknis Pengembangan Usaha Integrasi Ternak Sapidan Tanaman. Jakarta, Kementrian Pertanian Direktorat Jendral PeternakanDirektorat Budidaya Ternak Ruminansia.

Mariyono, U. Umiyasih, Y. Anggraeny dan M. Zulbardi. 2004. Pengaruh substitusi konsentrat komersial dengan tumpi jagung terhadap

performans sapi PO bunting muda. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 4 – 5 Agustus 2004. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 97 – 101.

McCutcheon, J and D. Samples. 2002. Grazing Corn Residues. Extension Fact Sheet Ohio State University Extension. US. ANR10-02.

Nulik, J., D. Kanahau dan E.Y. Hosang. 2006. Peluang dan prospek integrasi jagung dan ternak di Nusa Tenggara Timur. Pros. Lokakarya Nasional Jejaring Pengembangan Sistem Integrasi Jagung – Sapi. Pontianak, 9 – 10 Agustus 2006. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 253 – 260.

Nusio, L.G. 2005. Silage production from tropical forages. In: Silage production and utilization. Park, R.S. and Stronge, M.D. (Eds.). Wageningen Academic Publ., the Netherlands: p. 97-107.

Pamungkas, D., U, Umiyasih, Yn Anggraeny, N.H. Krishna, L. Affandhy,

Mariyono dan M. Zulbandi. 2004. Teknologi Peningkatan Mutu Biomas Lokal untuk Penyediaan Pakan Sapi Potong. Laporan Akhir. Loka Penelitian Sapi Potong, Grati.

Parakkasi,A. 1991. Nutrisi Makanan Ternak Ruminan. Universitas Indonesia press. Jakarta

Pasaribu, T, B. Tangendjaja, and E. Wina. 1995. Silase kulit jagung manis (Zea mays var saccharata) sebagai pakan domba. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Peternakan. p. 170-175.


(5)

49

Purwono, L dan Purnamawati. 2008. Budidaya Tanaman Pangan. Penerbit Agromedia. Jakarta.

Reksohadprodjo,S. 1987. Pakan Ternak Gembala. BPFE. Yogyakarta.

Resa, E. 2010. Potensi Pakan Kosentrat Asal Tanaman Padi dan Jagung di Kota Metro Provinsi Lampung. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Rohaeni, E.S., N. Amali, dan A. Subhan. 2006. Janggel jagung fermentasi sebagai pakan alternatif untuk ternak sapi pada musim kemarau. Prosiding

Lokakarya Nasional Jejaring Pengembangan Sistem Integrasi Jagung-Sapi. Puslitbangnak, Pontianak, 9-10 Agustus 2006, p. 193-196. Rohaeni, E.S., A. Subhan dan A. Darmawan. 2006b. Kajian penggunaan pakan

lengkap dengan memanfaatkan janggel jagung terhadap pertumbuhan sapi. Pros. Lokakarya Nasional Jejaring Pengembangan Sistem Integrasi Jagung-Sapi. Pontianak, 9 – 10 Agustus 2006. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 185 – 192.

Santoso, U. 1995. Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Sapi. Penebar Swadaya. Jakarta

Soeharsono dan B. Sudaryanto. 2006. Tebon jagung sebagai sumber hijauan pakan ternak strategis di lahan kering Kabupaten Gunung Kidul. Pros. Lokakarya Nasional Jejaring Pengembangan Sistem Integrasi Jagung – Sapi. Pontianak, 9 – 10 Agustus 2006. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 136 – 141.

Subandi dan Zubachtirodin, 2004. Prospek pertanaman jagung dalam poduksi biomas hijauan pakan. Prosiding Pemberdayaan Petani Miskin di Lahan Marginal Melalui Inovasi teknologi Tepat Guna. Badan Litbang Pertanian, Jakarta. hlm. 105 – 110.

Suprapto, H.S. dan Rasyid, M.S. (2002). Bertanam Jagung. Penebar Swadaya, Jakarta.

Susetyo, I. Kismono dan B. Suwardi. 1981. Hijauan Makanan Ternak. Direktorat Jendral Peternakan Departemen Pertanian. Jakarta.

Tangendjaja, B. dan Gunawan, 1988. Jagung dan limbahnya untuk makanan ternak. DalamJagung. Puslitbang Tanaman Pangan, Bogor. hlm. 349 – 378.

Tangendjaja, B dan E. Wina. 2006. Limbah Tanaman Dan Produk Samping Industri jagung Untuk Pakan. Balai Penelitian Ternak, Bogor. Tilman, et al. 1989. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Universitas Gadjah Mada.


(6)

50

Yogyakarta.

Utomo, R. 1999. Teknologi Pakan Hijauan. Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta.

Umiyasih, U. dan E. Wina. 2008. Pengolahan Dan Nilai Nutrisi Limbah Tanaman Jagung Sebagai Pakan Ternak Ruminansia. Buletin Ilmu Peternakan Indonesia, Wartazoa 18(3):127-136

Wahyono, D.E dan R. Hardianto. 2004. Pemanfaatan Sumber Daya Pakan Lokal Untuk Pengembangan Usaha Sapi Potong. Jurnal Lokakarya Sapi Potong. Grati. Pasuruan.

Wilson, C.B., G.E. Erickson, T.J. Klopfenstein, R.J. Rasby, D.C. Adams dan G. Rush. 2004. A Review of Corn Stalk Grazing on Animal Performans and Crops Yield. Nebraska Beef Cattle Report. pp. 13 – 15.

Winarto, B. 2010. Kamus Rimbawan. Yayasan Bumi Indonesia Hijau. Jakarta. Wiradisastra, M.D.H., Tahjan, U., A.R. Tarmidi. 1981. Ilmu Tanaman Makanan

Ternak. Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran. Bandung.

Yasa Rae, M.I. dan N.I. Adijaya. 2004. Daya Dukung Limbah Jagung dan Kacang Tanah untuk Pakan Sapi di Lahan Marginal. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali.