Analisis proksimat Prosedur Pelaksanaan Penelitian

9. menghitung kadar abu dengan rumus sebagai berikut C –A Kadar abu = X 100 B –A Keterangan : K Ab : kadar abu A : bobot cawan porselin gram B : bobot cawan porselin berisi sampel sebelum diabukan C : bobot cawan porselin berisi sampel sesudah diabukan 10. melakukan analisis dua kali duplo beri tanda 1 dan 2 pada masing – masing bagian bawah cawan porselin dan hitung rata –rata nya : KAbu 1 + KAbu 2 Kadar abu = 2 Keterangan : KAbu 1 = kadar abu pada ulangan pertama KAbu 2 = kadar abu pada ulangan kedua c. Kadar Protein 1. menimbang kertas saring biasa 6x6 cm 2 dan catat bobotnya A; 2. memasukan sampel sebanyak ± 0,1 g dan catat bobot kertas berisi sampel B; 3. melipat kertas saring; 4. kemudian masukan ke dalam labu kjeldhal. Tambahkan 5 ml H 2 SO 4 pekat kerjakan di ruang asam; 5. menambahkan 1 ujung sendok kecil atau secukupnya campuran katalisator; 6. menyalakan alat destruksi, kemudian kerjakan destruksi; 7. mematikan alat destruksi apabila sampel berubah menjadi larutan berwarna jernih; 8. mendiamkan sampai menjadi dingin tetap di ruang asam; 9. menambahkan 200 ml air suling; 10. menyiapkan 25 ml H 3 BO 3 merah muda di gelas Erlenmeyer, kemudian tetesi 2 tetes indikator larutan berubah warna menjadi ungu. Ujung alat kondensor masukan ke dalam gelas tersebut dan harus dalam posisi terendam; 11. menyalakan alat destilasi. Kerjakan destilasi; 12. menambahkan 25 ml NaOH 40 ke dalam labu kjeldahl tersebut secara cepat dan hati-hati, jangan sampai digoyang-goyang atau dikocok; 13. mengamati larutan yang terdapat digelas Erlenmeyer sampai berubah hijau; 14. mengangkat ujung alat kondesor yang terendam , apabila larutan telah menjadi sebanyak 100 cc dari gelas tersebut; 15. mematikan alat destilasi; 16. membilas ujung alat kondensor dengan air suling dengan menggunakan botol semprot; 17. menyiapkan peralatan untuk titrasi; 18. mengisi buret dengan larutan HCl 0,1 N. Amati dan baca angka pada buret, kemudian dicatat L 1 ; 19. melakukan titrasi secara perlahan-lahan dan hentikan titrasi, apabila larutan berubah warna menjadi ungu; 20. mengamati buret dan baca angkanya, kemudian dicatat L 2 ; 21. melakukan pekerjaan diatas untuk blanko tanpa sampel analisis; 22. menghitung persentase nitrogen dengan rumus sebagai berikut : N = L sampel - L blanko x N HCL x 14 x 100 B – A Keterangan : N : besarnya kandungan nitrogen L sampel : volume titran untuk sampel ml L blanko : volume titran untuk blanko ml N HCL : normalitas HCL 14 : berat atom nitrogen sebesar 14 A : bobot kertas saring biasa gram B : bobot kertas saring biasa berisi sample gram 23. menghitung kadar protein seperti dibawah ini : Kp = N x Fp Keterangan : Kp : kadar protein kasar N : kandungan nitrogen Fp : angka factor protein untuk pakan nabati sebesar 6,25 24. melakukan analisis ini dua kali duplo. Beri tanda 1 dan 2 pada masing- masing labu kjeldahl dan gelas Erlenmeyer. Kemudian hitung rata-rata kandungan kadar proteinnya, seperti dibawah ini : Kprotein 1 .+ Kprotein 2 Kadar protein = 2 Keterangan : Kprotein 1 : kadar protein pada ulangan pertama Kprotein 2 : kadar protein pada ulangan kedua d. Kadar Lemak 1. memanaskan kertas saring biasa 6x6 cm 2 di dalam oven 105 C selama 1 jam; 2. memasukan ke dalam desikator selama 10 menit; 3. menimbang dan catat bobotnya A; 4. menambahkan sampel analisis ± 0,3 gram dan catat bobot kertas saring berisi sampel B; 5. melipat kertas saring; 6. memanaskan ke dalam oven 105 C selama 6 jam. Kemudian dinginkan ke dalam desikator selam 15 menit. Setelah itu, timbang dan catat bobotnyaC; 7. memasukan ke dalam soxhlet dan hubungkan alat soxhlet dengan labu didih; 8. memasukan ke dalam soxhlet 300 ml petroleum ether atau chloroform; 9. menghubungkan antara alat soxhlet dan alat kondensor; 10. mengalirkan air ke dalam alat kondensor; 11. menyalakan alat pemanas. Sekali- kali, jangan menyalakan alat pemanas, apabila air tidak dialirkan ke dalam kondensor; 12. memanaskan atau didihkan selama 6 jam terhitung sejak air mulai mendidih; 13. mematikan alat pemanas, kemudian hentikan aliran air; 14. mengambil lipatan kertas saring berisi residu dan panaskan di oven 105 C selama 6 jam. Kemudian dinginkan ke dalam desikator selam 15 menit. Setelah itu, timbang dan catat bobotnya D; 15. menghitung kadar lemak dengan rumus sebagai berikut : C –A — D –A K lk = X 100 B –A Keterangan : K lk : kadar lemak A : bobot kertas saring gram B : bobot kertas saring berisi sampel sebelum dipanaskan gram C : bobot kertas saring berisi sampel sesudah dipanaskan gram D : bobot kertas saring berisi residu sesudah dipanaskan gram 16. melakukan analisis dua kali duplo beri tanda 1 dan 2 pada masing – masing lipatan kertas dengan pensil dan hitung rata –rata nya : Klemak 1 .+ Klemak 2 Kadar lemak = 2 Keterangan : K lemak 1 : kadar lemak pada ulangan pertama K lemak 2 : kadar lemak pada ulangan kedua e. Kadar Serat Kasar 1. menimbang kertas 8x8 cm dan catat bobotnya A; 2. memasukan sampel analisis ± 0,1 gram dan catat bobot kertas saring berisi sampel B; 3. menuangkan sampel analisis ke dalam gelas erlenmeyer; 4. menambahkan 200 ml H 2 SO 4 0,25N. Hubungkan gelas erlenmeyer dengan alat kondensor; 5. menyalakan pemanas dan panaskan selama 30 menit terhitung sejak awal mendidih; 6. menyaring dengan corong kaca beralas kain linen; 7. membilas dengan air suling panas dengan menggunakan botol semprot sampai bebas asam; 8. melakukan uji kertas lakmus untuk mengetahui bebas asam tidak berwarna merah; 9. residu masukan kembali ke dalam gelas erlenmeyer; 10. menambahkan 200 ml NaOH 0,313 N. Hubungkan gelas erlenmeyer dengan alat kondensor; 11. memanaskan selama 30 menit terhitung sejak awal mendidih ; 12. menyaring dengan menggunakan corong kaca beralas kertas saring whatman ashles nomor 541 berdiameter 12 cm yang sudah diketahui bobotnya C; 13. membilas dengan air suling panas dengan menggunakan botol semprot sampai bebas basa; 14. melakukan uji kertas lakmus untuk mengetahui bebas basa tidak berwarna biru ; 15. membilas dengan aceton dan lipat kertas saring whatman ashlees berisi residu; 16. memanaskan ke dalam oven 105 C selama 6 jam. Dinginkan di dalam desikator selama 15 menit, kemudian timbang dan catat bobotnya D; 17. meletakan ke dalam cawan porselein yang sudah diketahui bobotnya E; 18. mengabukan di dalam tanur 600 C selama 2 jam terhitung suhu menunjukan angka 600 C ; 19. mematikan tanur dan diamkan + 1 jam sampai warna merah membara pada cawan sudah tidak ada ; 20. memasukan ke dalam desikator, sampai mencapai suhu kamar biasa; 21. menimbang dan catat bobotnya F; 22. menghitung serat kasar sebagai berikut : D –C — F –E KS = X 100 B –A Keterangan : KS : kadar serat kasar A : bobot kertas gram B : bobot kertas berisi sampel analisa gram C : bobot kertas saring whatman ashless gram D : bobot kertas saring whatman ashless berisi residu gram E : bobot cawan porselein gram F : bobot cawan porselein berisi abu gram 23. melakukan analisis ini dua kali duplo. Beri tanda 1 dan 2 pada masing- masing gelas erlenmeyer, kertas saring whatman ashless, dan cawan porselein. 24. kemudian hitung rata-rata kadar serat kasar, sebagai berikut KS 1 .+ KS 2 Kadar serat kasar = 2 Keterangan : KS 1 : kadar serat kasar pada ulangan pertama KS 2 : kadar serat kasar pada ulangan kedua f. Kadar Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen Bahan ekstrak tanpa nitrogen adalah hasil pengurangan antara 100 dan penjumlahan dari persentase kadar air, abu, protein, lemak, dan serat kasar. Hitung kadar BETN dengan rumus seperti dibawah ini. BETN = 100 - KA+KAb+KP+KL+KS Keterangan : BETN : kadar BETN KA : kadar air KAb : kadar abu KP : kadar protein kasar KL : kadar lemak KS : kadar serat kasar

E. Peubah yang diamati

Peubah yang diukur dalam penelitian ini adalah 1. produksi limbah tanaman jagung seperti jerami jagung, janggel jagung, dan tumpi jagung berdasarkan luas tanam tanaman jagung. 2. kapasitas ternak atau kapasitas tampung berdasarkan produksi pakan limbah tanaman jagung.

F. Analisis data

Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif.

V. KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa 1. Jumlah produksi limbah jagung yang ada di Desa Braja Harjosari berdasarkan bahan kering 623.938,3 kgth. 2. Berdasarkan produksi limbah jagung tersebut dengan kisaran penggunaan 30 pada ternak memiliki kapasitas tampung 417,44 UTtahun setara dengan 417 ekor sapi, 417 ekor kerbau, 2.981 ekor kambing, sedangkan kisaran penggunaan 40 pada ternak memiliki kapasitas tampung 313,08 UTtahun setara dengan 313 ekor sapi, 313 ekor kerbau, 2.236 ekor kambing. 3. Pemanfaatan limbah jagung dengan kisaran penggunaan 30 dan 40 tidak mampu memenuhi kebutuhan populasi ternak sapi tetapi mampu memenuhi kebutuhan populasi ternak kambing atau kerbau.

B. Saran

Dari hasil penelitian ini dapat disarankan bahwa perlu dilakukan pengolahan limbah jagung sehingga mampu meningkatkan kandungan nutrisi. DAFTAR PUSTAKA Akil, M., Rauf, I.U. Firmansyah, A.F. Fadhly, Syafruddin, Faesal, A. Kamaruddin, dan R. Efendi. 2004. Teknologi Budidaya Jagung untuk Pangan dan Pakan yang Efisien dan Berkelanjutan pada Lahan Marjinal. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Maros. 61p. Ali, A dan Noerjanto. 1983. Penggunaan jerami dalam ransum ternak;pengaruhnya pada konsumsi dan berat badan Sapi Aceh. Pros. Pertemuan Ilmiah Ruminansia Besar. Puslitbangnak. Bogor. PP. 37-40. Anggraeny, Y.N., U. Umiyasih, dan N.H. Krishna. 2006. Potensi limbah jagung siap rilis sebagai sumber hijauan sapi potong. Prosiding Lokakarya Nasional Jejaring Pengembangan Sistem Integrasi Jagung-Sapi. Puslitbangnak, Pontianak, 9-10 Agustus 2006. p.149-153. Anonimus. 2005. Hasil Analisis Proksimat Bahan Pakan Asal Limbah Pertanian. Laporan Tahunan. Loka Penelitian Sapi Potong, Grati. Anonimus. 2013. Terminologi: Bahan Pakan dari Hasil Ikutan Industri Pangan. http:manglayang.blogsome.com20130421terminologi-bahan-pakan- dari-hasil-ikutan-industri-pangan. Diakses pada tanggal 10 Januari 2013. Azrai, M., M.J. Mejaya dan M. Yasin. 2007. Pemuliaan jagung khusus. Dalam: Jagung: Teknik Produksi dan Pengembangan. Sumarno, Suyamto, A. Widjono, Hermanto dan H. Kasim Eds.. Puslitbang Tanaman Pangan, Bogor. hlm. 96 – 109. Balai Penelitian Ternak Ciawi. 2003. Jerami Padi Fermentasi sebagai Ransum Dasar Ternak Ruminansia. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian vol.25 No.3 ISSN 0216-4427. Ensminger, 1961. Nilai Konversi AU pada Ternak Ruminansia. http:stpp- Malang.ac.idnilai konversi AU pada berbagai Jenis dan Umur Fisiologi Ternak. Diakses pada 29 mei 2015 Haryanto, et al. 2003. Pemanfaatan. Probiotik Dalam Upaya Peningkatan Efisiensi Fermentasi Pakan di Dalam Rumen. Prosiding Seminar Nasional Peternakan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor.