HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN DEPRESI PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDATON BANDAR LAMPUNG

(1)

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN DEPRESI PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA WILAYAH KERJA PUSKESMAS

KEDATON BANDAR LAMPUNG

[SKRIPSI]

OLEH

ARYATI PRATAMA PUTRI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(2)

(3)

ABSTRACT

CORRELATION OF FAMILY SUPPORT AND DEPRESSION IN ELDERLY AT POSYANDU FOR ELDERLY PUSKESMAS KEDATON BANDAR LAMPUNG

WORK AREA

BY

ARYATI PRATAMA PUTRI

Mental health problems are one of the biggest problems faced by elderly people, especially depression. Psychological factors which can cause depression in the elderly are the type of personality and social support. The most important social support is the support that comes from family.

The purpose of this research is to find out the correlation between the family support and depression in elderly. Methode of this research is an observasional study with cross sectional approach. This research was conducted during October to December 2014 at posyandu for elderly in Puskesmas Kedaton Bandar Lampung Work Area. Population in this research were all of the elderly aged 60 years at posyandu for elderly at Puskesmas Kedaton Bandar Lampung Work Area, with total 202 persons, by proportional random sampling methods. The statistical analysis used in this research is chi-square test.

The results of elderly with low family support are 10.2 % and the elderly with high family support are 89.8 %. Most of elderly at posyandu for elderly Puskesmas Kedaton Bandar Lampung Work Area are not having depression, with the amount 87,8 % and elderly with depression are 12,3 %. The conclusion of this research is there is a correlation of family support and depression in elderly at Puskesmas Kedaton Bandar Lampung Work Area.


(4)

ABSTRAK

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN DEPRESI PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDATON

BANDAR LAMPUNG

OLEH

ARYATI PRATAMA PUTRI

Masalah kesehatan jiwa adalah masalah paling banyak dihadapi oleh kelompok lansia, yang terbesar adalah gangguan depresi. Faktor psikologi penyebab depresi pada lansia antara lain adalah tipe kepribadian dan dukungan sosial. Dukungan sosial yang terpenting adalah dukungan yang berasal dari keluarga.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan depresi pada lansia. Metode penelitian ini adalah penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilakukan selama bulan Oktober-Desember 2014 di posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Kedaton Bandar Lampung. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh lansia berusia 60 tahun yang ada di posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Kedaton Bandar Lampung sebanyak 202 orang. Metode pengambilan sampel menggunakan proportional random sampling. Adapun analisis statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah uji chi-square.

Hasil penelitian ini adalah Jumlah lansia yang mendapat dukungan keluarga rendah sebesar 10,2% dan lansia yang mendapat dukungan keluarga tinggi sebesar 89,8%. Mayoritas lansia di posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Kedaton Bandar Lampung tidak mengalami depresi yaitu sebesar 87,8% dan yang mengalami depresi sebesar 12,3%. Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan depresi pada lansia di posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Kedaton Bandar Lampung.


(5)

(6)

(7)

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Metro pada tanggal 10 November 1993, sebagai anak tunggal dari Bapak Abdul Kohar Ayub dan Ibu Sri Irianti.

Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) diselesaikan di TK Pertiwi Purbolinggo, Lampung Timur pada tahun 1999, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 2 Perumnas Way Halim pada tahun 2005, Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselesaikan di SMPN 2 Bandar Lampung pada tahun 2008, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan di SMAN 2 Bandar Lampung pada tahun 2011.

Tahun 2011, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Tertulis.

Selama menjadi mahasiswa penulis pernah aktif menjadi anggota Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) sebagai sekretaris Biro Danus 2013-2014 dan aktif pada organisasi Genitalial and Education Health (Gen-C) sebagai anggota 2012–2013. Penulis juga aktif sebagai anggota pada organisasi Forum Studi Islam Ibnu Sina tahun 2011-2013.


(9)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan segala kasih, karunia, dan penyertaan-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi dengan judul “Hubungan Dukungan Keluarga dengan Depresi pada Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Kedaton Bandar Lampung”.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mendapat masukan, bantuan, dorongan, saran, bimbingan, dan kritik dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku Rektor Universitas Lampung; 2. Dr.Sutyarso, M.Biomed, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas

Lampung;

3. dr. Fitria Saftarina, M.Sc, selaku Pembimbing I yang telah meluangkan waktu, memberikan kritik, saran serta nasihat yang bermanfaat dalam penyelesaian skripsi ini;


(10)

ii

4. dr. Azelia Nusadewiarti, M.PH, selaku Pembimbing II yang telah meluangkan waktu, memberikan kritik, saran serta nasihat yang bermanfaat dalam penyelesaian skripsi ini;

5. dr. Jenny Maria Carolina, Sp.Kj, selaku pembahas yang telah bersedia meluangkan waktu dan memberikan ilmu, kritik, serta saran dalam skripsi ini; 6. dr. Ety Aprilia, M.Si, selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan arahan dan motivasi selama saya menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung ini;

7. Seluruh staf pengajar Program Studi Pendidikan Dokter Unila atas ilmu yang telah diberikan kepada saya untuk menambah wawasan yang menjadi landasan bagi masa depan dan cita-cita;

8. Seluruh staf dan karyawan di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung yang membantu dalam proses pembelajaran semasa kuliah dan penyelesaian skripsi ini;

9. Yang tercinta Mama dan Papa yang terus memberikan dukungan, semangat, doa, motivasi dan kasih sayang yang selalu menjadi alasan saya untuk terus berjuang sampai saat ini;

10. Untuk Rezandi Aziztama yang selalu meluangkan waktunya, terimakasih atas dukungan, motivasi dan doa yang terus diberikan yang menjadi penyemangat untuk terus maju;

11. Sahabatku tersayang (Eja, Emon, Sele, Abeng, Weni, Ndey, Indi, Didi) yang hampir setengah perjalanan hidup saling mendukung, saling mendoakan, yang selalu ada disaat suka maupun duka, terimakasih atas pelajaran berharga yang diberikan;


(11)

iii

12. Team ABC (Bela dan Caca) para wanita-wanita tercantik dan tersayang yang telah menemani dikala suka dan duka, terimakasih atas motivasi, pelajaran, doa, dukungan jasmani maupun rohani serta keceriaan yang telah diberikan; 13. Teman-teman CUPS dan Genk Eja terimakasih atas kebersamaan dan

bantuannya;

14. Ririn, Naomi dan Felis teman-teman seperjuangan penelitian skripsi dan teman-teman tim bimbingan dokter Fitri, sukses untuk semua;

15. Yuk ina, Apis dan seluruh keluarga besar yang selalu membantu, mendukung dan mendoakan;

16. Pak Sahrudin dan Om Fotocopy-an (Om Erwan) yang telah membantu dan menyemangati semasa kuliah;

17. Teman-teman seperjuangan angkatan 2011 atas kebersamaannya selama ini. Semoga kita menjadi dokter-dokter yang profesional;

Penulis menyadari bahwa skripsi ini memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.

Bandar Lampung, Desember 2014 Penulis


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C.Tujuan Penelitian ... 4

D.Manfaat Penelitian ... 5

E. Kerangka Teori ... 7

F. Kerangka Konsep... 8

G.Hipotesis ... 9

II.TINJAUAN PUSTAKA A.Konsep Dukungan Keluarga ... 10

1. Pengertian Keluarga ... 10

2. Fungsi Keluarga ... 10

a. Fungsi Keagamaan ... 10

b. Fungsi Budaya ... 11

c. Fungsi Cinta Kasih ... 12

d. Fungsi Perlindungan ... 12

e. Fungsi Reproduksi ... 12

f. Fungsi Sosialisasi ... 13

g. Fungsi Ekonomi... 13


(13)

3. Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan ... 14

4. Pengertian Dukungan Keluarga ... 16

5. Bentuk Dukungan Keluarga ... 17

a. Dukungan Penilaian... 17

b. Dukungan Instrumental ... 17

c. Dukungan Informasional ... 18

d. Dukungan Emosional ... 18

6. Dukungan Keluarga Bagi Kesehatan Lansia ... 19

B. Depresi ... 19

1. Pengertian Depresi ... 19

2. Etiologi Depresi ... 20

a. Polifarmasi ... 20

b. Kondisi Medis Umum ... 20

c. Teori Neurobiologi ... 20

d. Teori Psikodinamik ... 21

e. Teori Kognitif dan Perilaku ... 21

f. Teori Psikoedukatif ... 21

3. Gambaran Klinis Depresi ... 24

a. Perubahan Fisik ... 24

b. Perubahan Pikiran ... 24

c. Perubahan Perasaan ... 25

d. Perubahan Pada Kebiasaan Sehari-hari ... 25

4. Jenis-jenis Depresi Pada Lansia ... 25

5. Derajat Depresi ... 26

6. Instrumen ... 27

7. Penatalaksanaan Depresi Pada Lansia ... 28

a. Terapi Fisik ... 28

b. Terapi Psikologik... 28

1) Psikoterapi Suportif ... 28

2) Terapi Kognitif ... 29

3) Relaksasi ... 29


(14)

C.Lansia ... 30

1. Pengertian Lansia ... 30

2. Teori-teori Penuaan ... 30

a. Teori Biologi ... 31

1) Teori Genetika ... 31

2) Teori Wear-and-Tear ... 31

3) Riwayat Lingkungan ... 32

4) Teori Imunitas ... 32

b. Teori Psikososiologis... 32

1) Teori Kepribadian ... 32

2) Teori Tugas Perkembangan ... 33

3) Teori Disengagement ... 33

4) Teori Aktivitas ... 34

5) Teori Kontinuitas ... 34

3. Batasan-batasan Lansia... 34

4. Perubahan Pada Lansia ... 35

a. Perubahan Pada Sistem Sensoris ... 35

b. Perubahan Pada Sistem Integumen ... 36

c. Perubahan Pada Sistem Muskuloskeletal ... 36

d. Perubahan Pada Sistem Neurologis ... 37

5. Dukungan Keluarga Dengan Depresi Lansia ... 37

III. METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian ... 39

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 39

C. Populasi dan Sampel ... 39

1. Populasi Penelitan ... 39

2. Sampel Penelitian ... 40

D. Variabel Penelitian ... 43

E. Metode Pengumpuln Data ... 43

F. Definisi Operasional ... 43


(15)

H. Alat Penelitian dan Cara Penelitian ... 45

1. Alat Penelitian ... 45

2. Cara Pengambilan Data ... 48

I. Pengolahan dan Analisis Data ... 48

1. Pengolahan Data ... 48

2. Analisis Data ... 49

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 51

1. Gambaran Umum Penelitian di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Kedaton Bandar Lampung ... 51

2. Karakteristik Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Kedaton Bandar Lampung ... 52

a. Jenis Kelamin ... 52

b. Umur ... 53

B. Analisis Univariat ... 53

1. Dukungan Keluarga Pada Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Kedaton Bandar Lampung ... 54

2. Kejadian Depresi Pada Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Kedaton Bandar Lampung ... 54

C. Analisis Bivariat ... 55

D. Pembahasan ... 57

1. Analisis Univariat ... 57

a. Dukungan Keluarga Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Kedaton Bandar Lampung .... 57

b. Kejadian depresi pada Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Kedaton Bandar Lampung .... 59


(16)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... 66 B. Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Teori... 8

2. Kerangka Konsep ... 9

3. Alur Penelitian ... 45

4. Kegiatan Wawancara Terbimbing... 87

5. Pengisian Kuesioner ... 87


(18)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Penggolongan Depresi Menurut ICD-10 (Soedjono, 2007) ... 27 2. Jumlah Sampel ... 41 3. Definisi Operasional... 43 4. Karakteristik Jenis Kelamin Lansia di Posyandu Lansia

Wilayah Kerja Puskesmas Kedaton Bandar Lampung ... 53 5. Karakteristik Umur Lansia di Posyandu LansiaWilayah Kerja

Puskesmas Kedaton Bandar Lampung ... 53 6. Rerata Derajat Dukungan Keluarga Pada Lansia di Posyandu

Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Kedaton Bandar Lampung .... 54 7. Kejadian Depresi Pada Lansia di Posyandu Lansia Wilayah

Kerja Puskesmas Kedaton Bandar Lampung ... 55 8. Tabulasi Silang Hubungan Dukungan Keluarga Dengan

Depresi Pada Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja


(19)

i DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Etik Penelitian ... 71

2. Informed Consent ... 72

3. Kuesioner Penelitian ... 75

4. Input Data Tabel ... 78

5. Hasil Uji Statistik ... 83


(20)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Lanjut usia (lansia) merupakan suatu keadaan atau proses alamiah yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Memasuki usia tua terjadi banyak perubahan baik itu perubahan fisik dan fungsi, perubahan mental dan perubahan psikososial (Nugroho, 2008). Lanjut usia bukanlah suatu penyakit. Lanjut usia adalah tahap akhir dari siklus hidup manusia, merupakan proses dari kehidupan yang tidak dapat dihindari dan akan dialami oleh setiap individu. Pada tahap ini individu mengalami banyak perubahan baik secara fisik maupun secara mental, khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah dimilikinya (Sadock, 2007).

World Population Data Sheet yang dilansir Population Reference Bureau (PRB) memperkirakan bahwa penduduk lansia di dunia yang berusia 65 tahun ke atas pada tahun 2012 mencapai 8% dari 7 milyar penduduk dunia atau berjumlah sekitar 564 juta jiwa. Sebanyak 53% dari seluruh penduduk lansia dunia itu berada di Asia (BKKBN, 2012). Di Indonesia berdasarkan data statistik Survei Penduduk Antar Sensus tahun 2005 jumlah penduduk sebanyak 213.375.287 orang, dengan penduduk lansianya sebanyak 15.537.710 orang.


(21)

2

Sementara pada tahun 2010 berdasarkan data sensus penduduk yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) terjadi peningkatan pesat penduduk diseluruh wilayah Indonesia menjadi sebanyak 237.641.326 orang, dengan jumlah lansia sebanyak 18.118.699 orang (BPS, 2010). Dari hasil survey BPS pada tahun 2011 jumlah lansia di Lampung sebanyak 496,740 orang. Di posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Kedaton sendiri tercatat sebanyak 202 lansia yang mengikuti posyandu lansia.

Peningkatan jumlah penduduk lansia ini sebagai konsekuensi dari peningkatan usia harapan hidup yang merupakan indikasi berhasilnya pembangunan jangka panjang, salah satu di antaranya yaitu bertambah baiknya keadaan ekonomi dan taraf hidup masyarakat. Akan tetapi dengan bertambahnya umur rata-rata ataupun harapan hidup (life expectancy) pada waktu lahir, karena berkurangnya angka kematian kasar (crude date rate) maka presentasi golongan tua akan bertambah dengan segala masalah yang menyertainya (Maramis, 2004). Menurut Gottlieb dalam Goldman (2000), masalah-masalah yang berhubungan dengan lanjut usia adalah masalah kesehatan baik kesehatan fisik maupun mental, masalah sosial, masalah ekonomi dan masalah psikologis. Masalah kesehatan jiwa adalah masalah paling banyak dihadapi oleh kelompok lansia, yang terbesar adalah gangguan depresi (Depkes RI, 2004).

Depresi adalah gangguan afek yang sering terjadi pada lansia dan merupakan salah satu gangguan emosi. Gejala depresi pada lansia dapat terlihat seperti lansia mejadi kurang bersemangat dalam menjalani hidupnya, mudah


(22)

3

putus asa, aktivitas menurun, kurang nafsu makan, cepat lelah dan susah tidur di malam hari (Nugroho, 2000).

Sejauh ini, prevalensi depresi pada lansia di dunia berkisar 8%-15% dan hasil meta analisis dari laporan negara-negara di dunia mendapatkan prevalensi rata-rata depresi pada lansia adalah 13,5% dengan perbandingan wanita-pria 14,1:8,6 (Evy, 2008). Menurut hasil survey World Health Organization (WHO) 1990 setiap tahunnya terdapat 100 juta kasus depresi (Handajani, 2003). Diperkirakan dimasa mendatang (2020) pola penyakit negara berkembang akan berubah, yaitu depresi berat unipolar akan menggantikan penyakit-penyakit saluran pernafasan bawah sebagai urutan teratas (Amir, 2005).

Faktor penyebab depresi pada lansia antara lain adalah faktor biologi, psikologi, stres kronis, penggunaan obat. Adapun faktor biologi antara lain adalah genetik, perubahan struktural otak, risiko vaskular dan kelemahan fisik. Faktor psikologi penyebab depresi pada lansia antara lain adalah tipe kepribadian dan dukungan sosial (Kaplan, 2010). Dalam Smet (1994) mengungkapkan bahwa dukungan sosial yang terpenting adalah dukungan yang berasal dari keluarga.

Menurut Mudjaddid (2003) pada lanjut usia, depresi yang dialami seringkali disebabkan karena kurangnya perhatian dari pihak keluarga. Hal ini mungkin karena kesibukan dari anggota keluarga, pengetahuan keluarga yang kurang tentang bagaimana cara memberikan dukungan yang baik kepada lansia, tempat tinggal yang jauh sehingga anak jarang untuk mengunjungi, anaknya


(23)

4

telah lebih dulu meninggal, anak tidak mau direpotkan dengan urusan orang tuanya serta orang tua sudah jarang di libatkan dalam penyelesaian masalah yang ada dalam keluarga, hal ini mungkin menyebabkan lansia merasa tidak dibutuhkan, tidak berguna dan merasa menjadi beban bagi keluarganya. Dalam kondisi demikian lansia berpotensi mengalami depresi jika tidak ditangani dengan baik.

Berdasarkan penelitian Dewi Kristyaningsih (2011) diperoleh data 96 responden yang mendapat dukungan keluarga diantaranya dukungan kurang (7%), sedang (12%), baik (81%). Sedangkan responden yang mengalami depresi diantaranya lansia tidak mengalami depresi (79%), mengalami depresi ringan (10%), depresi sedang (5%) dan depresi berat (6%). Berdasarkan hasil analisa menggunakan uji korelasi Spearman Rank (Rho) di peroleh ρ= 0,000 < α= 0,05 berarti terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat depresi pada lansia di Desa Langsar Laok Kecamatan Saronggi Kabupaten Sumenep. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati (2009) menunjukan 22 lansia (53,7%) mendapatkan dukungan keluarga rendah dan 22 lansia (53,7%) mengalami tingkat stres rendah dan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan tingkat stress pada lansia di PSTW yayasan Bakti Ria Pembangunan Cibubur Jakarta Timur dengan p value > 0,05.

Menurut data yang didapat dari Puskesmas Kedaton terdapat 22 posyandu lansia dengan jumlah lansia sebanyak 202 lansia yang terbagi dalam 19 posyandu lansia yang aktif. Kelainan atau gangguan fisik yang paling banyak


(24)

5

dialami lansia di posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Kedaton ini adalah tekanan darah tinggi dan kencing manis. Berdasarkan keterangan yang didapat rata-rata lansia tinggal bersama keluarganya.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan depresi pada lansia di posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Kedaton Bandar Lampung.

B.Perumusan Masalah

Apakah terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan depresi pada lansia di posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Kedaton Bandar Lampung?

C.Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan depresi pada lansia di posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Kedaton Bandar Lampung.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi lansia yang mengalami depresi di posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Kedaton Bandar Lampung.

b. Mengidentifikasi dukungan keluarga yang didapat oleh lansia di posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Kedaton Bandar Lampung. c. Menganalisis hubungan dukungan keluarga dengan depresi pada lansia di


(25)

6

D.Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana dan menambah pengetahuan tentang hubungan dukungan keluarga dengan depresi pada lansia.

2. Bagi Institusi

Sebagai bahan kepustakaan dalam lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

3. Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini dapat dijadikan suatu penelitian dasar untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan hubungan dukungan keluarga dengan depresi pada lansia.

4. Bagi Masyarakat

Dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada masyarakat tentang pentingnya memberikan dukungan kepada anggota keluarga yang lansia agar dapat mencegah terjadinya depresi pada lansia.


(26)

7

E. Kerangka Teori

Menurut Friedman (2010) depresi sangat rentan terjadi pada lanjut usia karena faktor kehilangan, penurunan kesehatan fisik dan kurangnya dukungan dari keluarga.

Menurut Kaplan (2010), faktor-faktor yang menjadi penyebab depresi adalah faktor biologi, faktor genetik dan faktor psikososial. Faktor psikososial yang mempengaruhi depresi meliputi peristiwa kehidupan dan stressor lingkungan, kepribadian, psikodinamika, kegagalan yang berulang, teori kognitif dan dukungan sosial (Kaplan, 2010). Smet (1994) mengungkapkan bahwa dukungan sosial yang terpenting adalah dukungan yang berasal dari keluarga.

Friedman (1998) dalam Murniasih (2007) menyatakan dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap anggotanya. Anggota keluarga dipandang sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam lingkungan keluarga. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Keluarga merupakan sistem pendukung yang berarti sehingga dapat memberikan petunjuk tentang kesehatan mental, fisik dan emosi lanjut usia.

Kerangka teori ini disusun dengan modifikasi konsep-konsep serta teori yang diuraikan diatas, yakni tentang lansia, depresi pada lansia dan dukungan keluarga. Adapun kerangka teori penelitian ini adalah :


(27)

8

Gambar 1. Kerangka Teori (Friedman, 2010; Kaplan, 2010)

F. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan bagian dari kerangka teori yang akan menjadi panduan pelaksanaan penelitian. Kerangka konsep dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas, variabel terikat dan variabel perancu.

Faktor biologi Depresi pada lansia

Faktor genetik

Faktor psikososial Dukungan keluarga


(28)

9

Variabel Perancu

Gambar 2. Kerangka Konsep

G. Hipotesis

Didapatkan hubungan antara dukungan keluarga dengan depresi pada lansia di posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Kedaton Bandar Lampung.

Variabel Terikat Variabel Bebas

Depresi pada lansia Dukungan keluarga

1. Penyakit kronis

2. Tingkat ekonomi rendah 3. Kehilangan orang yang


(29)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Konsep Dukungan Keluarga

1. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan (Friedman, 2010).

Sedangkan menurut Ali (2010), keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan dan adopsi dalam satu rumah tangga, yang berinteraksi satu dengan lainnya dalam peran dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.

2. Fungsi Keluarga

Berdasarkan UU No.10 tahun 1992 PP No.21 tahun 1994 tertulis fungsi keluarga dalam delapan bentuk yaitu :

a. Fungsi Keagamaan


(30)

11

hidup seluruh anggota keluarga.

2) Menerjemahkan agama kedalam tingkah laku hidup sehari-hari kepada seluruh anggota keluarga.

3) Memberikan contoh konkrit dalam hidup sehari-hari dalam pengamalan dari ajaran agama.

4) Melengkapi dan menambah proses kegiatan belajar anak tentang keagamaan yang kurang diperolehnya diseko lah atau masyarakat. 5) Membina rasa, sikap, dan praktek kehidupan keluarga beragama

sebagai pondasi menuju keluarga kecil bahagia sejahtera. b. Fungsi Budaya

1) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk meneruskan norma-norma dan budaya masyarakat dan bangsa yang ingin dipertahankan.

2) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk menyaring norma dan budaya asing yang tidak sesuai.

3) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga yang anggotanya mencari pemecahan masalah dari berbagai pengaruh negatif globalisasi dunia.

4) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga yang anggotanya dapat berpartisipasi berperilaku yang baik sesuai dengan norma bangsa Indonesia dalam menghadapi tantangan globalisasi.

5) Membina budaya keluarga yang sesuai, selaras dan seimbang dengan budaya masyarakat atau bangsa untuk menjunjung terwujudnya norma keluarga kecil bahagia sejahtera.


(31)

12

c. Fungsi Cinta Kasih

1) Menumbuhkembangkan potensi kasih sayang yang telah ada antar anggota keluarga ke dalam simbol-simbol nyata secara optimal dan terus-menerus.

2) Membina tingkah laku saling menyayangi baik antar keluarga secara kuantitatif dan kualitatif.

3) Membina praktek kecintaan terhadap kehidupan duniawi dan ukhrowi dalam keluarga secara serasi, selaras dan seimbang.

4) Membina rasa, sikap dan praktek hidup keluarga yang mampu memberikan dan menerima kasih sayang sebagai pola hidup ideal menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.

d. Fungsi Perlindungan

1) Memenuhi kebutuhan rasa aman anggota keluarga baik dari rasa tidak aman yang timbul dari dalam maupun dari luar keluarga.

2) Membina keamanan keluarga baik fisik maupun psikis dari berbagai bentuk ancaman dan tantangan yang datang dari luar.

3) Membina dan menjadikan stabilitas dan keamanan keluarga sebagai modal menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.

e. Fungsi Reproduksi

1) Membina kehidupan keluarga sebagai wahana pendidikan reproduksi sehat baik bagi anggota keluarga maupun bagi keluarga sekitarnya.

2) Memberikan contoh pengamalan kaidah-kaidah pembentukan keluarga dalam hal usia, pendewasaan fisik maupun mental.


(32)

13

3) Mengamalkan kaidah-kaidah reproduksi sehat, baik yang berkaitan dengan waktu melahirkan, jarak antara dua anak dan jumlah ideal anak yang diinginkan dalam keluarga.

4) Mengembangkan kehidupan reproduksi sehat sebagai modal yang kondusif menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.

f. Fungsi Sosialisasi

1) Menyadari, merencanakan dan menciptakan lingkungan keluarga sebagai wahana pendidikan dan sosialisasi anak pertama dan utama.

2) Menyadari, merencanakan dan menciptakan kehidupan keluarga sebagai pusat tempat anak dapat mencari pemecahan dari berbagai konflik dan permasalahan yang dijumpainya baik di lingkungan seko lah maupun masyarakat.

3) Membina proses pendidikan dan sosialisasi anak tentang hal-hal yang diperlukan untuk meningkatkan kematangan dan kedewasaan (fisik dan mental), yang kurang diberikan oleh lingkungan sekolah maupun masyarakat.

4) Membina proses pendidikan dan sosialisasi yang terjadi dalam keluarga sehingga tidak saja bermanfaat positif bagi anak, tetapi juga bagi orang tua, dalam rangka perkembangan dan kematangan hidup bersama menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.

g. Fungsi Ekonomi

1) Melakukan kegiatan ekonomi baik di luar maupun di dalam lingkungan keluarga dalam rangka menopang kelangsungan dan


(33)

14

perkembangan kehidupan keluarga.

2) Mengelola ekonomi keluarga sehingga terjadi keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran keluarga.

3) Mengatur waktu sehingga kegiatan orang tua di luar rumah dan perhatiannya terhadap anggota keluarga berjalan secara serasi, selaras dan seimbang.

4) Membina kegiatan dan hasil ekonomi keluarga sebagai modal untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera.

h. Fungsi Pelestarian Lingkungan

1) Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan internal keluarga.

2) Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan eksternal keluarga.

3) Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan yang serasi, selaras dan seimbang dan antara lingkungan keluarga dengan lingkungan hidup masyarakat sekitarnya.

4) Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan hidup sebagai pola hidup keluarga menuju keluarga kecil bahagia sejahtera (Setiadi, 2008).

3. Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan

Friedman (1998) dikutip dari Setiadi ( 2008) membagi 5 tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang harus dilakukan yaitu:


(34)

15

a. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya. Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis. Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan- perubahan yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga, maka apabila menyadari adanya perubahan perlu segera dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan seberapa besar perubahannya.

b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga. Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan dapat meminta bantuan kepada orang di lingkungan sekitar keluarga.

c. Memberikan keperawatan anggota keluarga yang sakit atau yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda. Perawatan ini dapat dilakukan di rumah apabila keluarga memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk memperoleh tindakan lanjutan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi.


(35)

16

d. Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga. Keluarga memainkan peran yang bersifat mendukung anggota keluarga yang sakit. Dengan kata lain perlu adanya sesuatu kecocokan yang baik antara kebutuhan keluarga dan asupan sumber lingkungan bagi pemeliharaan kesehatan anggota keluarga.

e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada). Hubungan yang sifatnya positif akan memberi pengaruh yang baik pada keluarga mengenai fasilitas kesehatan. Diharapkan dengan hubungan yang positif terhadap pelayanan kesehatan akan merubah setiap perilaku anggota keluarga mengenai sehat sakit.

4. Pengertian Dukungan Keluarga

Friedman (1998) dalam Murniasih (2007) menyatakan dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap anggotanya. Anggota keluarga dipandang sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam lingkungan keluarga. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan.


(36)

17

5. Bentuk Dukungan Keluarga

Keluarga memiliki beberapa bentuk dukungan (Friedman, 2010) yaitu: a. Dukungan Penilaian

Dukungan ini meliputi pertolongan pada individu untuk memahami kejadian depresi dengan baik dan juga sumber depresi dan strategi koping yang dapat digunakan dalam menghadapi stressor. Dukungan ini juga merupakan dukungan yang terjadi bila ada ekspresi penilaian yang positif terhadap individu. Individu mempunyai seseorang yang dapat diajak bicara tentang masalah mereka, terjadi melalui ekspresi pengaharapan positif individu kepada individu lain, penyemangat, persetujuan terhadap ide-ide atau perasaan seseorang dan perbandingan positif seseorang dengan orang lain, misalnya orang yang kurang mampu. Dukungan keluarga dapat membantu meningkatkan strategi koping individu dengan strategi-strategi alternatif berdasarkan pengalaman yang berfokus pada aspek-aspek yang positif.

b. Dukungan Instrumental

Dukungan ini meliputi penyediaan dukungan jasmaniah seperti pelayanan, bantuan finansial dan material berupa bantuan nyata (instrumental support material support), suatu kondisi dimana benda atau jasa akan membantu memecahkan masalah praktis, termasuk di dalamnya bantuan langsung, seperti saat seseorang memberi atau meminjamkan uang, membantu pekerjaan sehari-hari, menyampaikan pesan, menyediakan transportasi, menjaga dan merawat saat sakit


(37)

18

ataupun mengalami depresi yang dapat membantu memecahkan masalah. Dukungan nyata paling efektif bila dihargai oleh individu dan mengurangi depresi individu. Pada dukungan nyata keluarga sebagai sumber untuk mencapai tujuan praktis dan tujuan nyata.

c. Dukungan Informasional

Jenis dukungan ini meliputi jaringan komunikasi dan tanggung jawab bersama, termasuk di dalamnya memberikan solusi dari masalah, memberikan nasehat, pengarahan, saran, atau umpan balik tentang apa yang dilakukan oleh seseorang. Keluarga dapat menyediakan informasi dengan menyarankan tentang dokter, terapi yang baik bagi dirinya dan tindakan spesifik bagi individu untuk melawan stresor. Individu yang mengalami depresi dapat keluar dari masalahnya dan memecahkan masalahnya dengan dukungan dari keluarga dengan menyediakan feed back. Pada dukungan informasi ini keluarga sebagai penghimpun informasi dan pemberi informasi.

d. Dukungan Emosional

Selama depresi berlangsung, individu sering menderita secara emosional, sedih, cemas dan kehilangan harga diri. Jika depresi mengurangi perasaan seseorang akan hal yang dimiliki dan dicintai. Dukungan emosional memberikan individu perasaan nyaman, merasa dicintai saat mengalami depresi, bantuan dalam bentuk semangat, empati, rasa percaya, perhatian sehingga individu yang menerimanya merasa berharga. Pada dukungan emosional ini keluarga menyediakan tempat istirahat dan memberikan semangat.


(38)

19

6. Dukungan Keluarga Bagi Kesehatan Lansia

Menurut Kuntjoro (2002) dukungan yang diberikan keluarga pada lansia dalam merawat dan meningkatkan status kesehatan adalah memberikan pelayanan dengan sikap menerima kondisinya.

Bomar (2004) menjelaskan bahwa dukungan keluarga adalah suatu bentuk perilaku melayani yang dilakukan oleh keluarga baik dalam bentuk dukungan emosi, penghargaan, informasi dan instrumental. Dukungan sosial keluarga mengacu pada dukungan-dukungan yang dipandang oleh anggota keluarga sebagai suatu yang dapat diakses atau diadakan untuk keluarga. Dukungan bisa atau tidak digunakan tapi anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan.

Keluarga merupakan sistem pendukung yang berarti sehingga dapat memberikan petunjuk tentang kesehatan mental, fisik dan emosi lanjut usia. Dukungan keluarga itu dapat dibagi menjadi empat aspek yaitu dukungan penilaian, dukungan instrumental, dukungan informasional dan dukungan emosional (Kaplan, 2010).

B.Depresi

1. Pengertian Depresi

Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk


(39)

20

perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta keinginan bunuh diri (Kaplan, 2010).

Depresi adalah gangguan afek yang sering terjadi pada lansia dan merupakan salah satu gangguan emosi. Gejala depresi pada lansia dapat terlihat seperti lansia mejadi kurang bersemangat dalam menjalani hidupnya, mudah putus asa, aktivitas menurun, kurang nafsu makan, cepat lelah dan susah tidur di malam hari (Nugroho, 2000).

2. Etiologi Depresi

Etiologi diajukan para ahli mengenai depresi pada lanjut usia (Damping, 2003) adalah:

a. Polifarmasi

Terdapat beberapa golongan obat yang dapat menimbulkan depresi, antara lain: analgetika, obat antiinflamasi nonsteroid, antihipertensi, antipsikotik, antikanker, ansiolitika, dan lain-lain.

b. Kondisi medis umum

Beberapa kondisi medis umum yang berhubungan dengan depresi adalah gangguan endokrin, neoplasma, gangguan neurologis dan lain- lain.

c. Teori neurobiologi

Para ahli sepakat bahwa faktor genetik berperan pada depresi lansia. Pada beberapa penelitian juga ditemukan adanya perubahan


(40)

21

neurotransmiter pada depresi lansia, seperti menurunnya konsentrasi serotonin, norepinefrin, dopamin, asetilkolin, serta meningkatnya konsentrasi monoamin oksidase otak akibat proses penuaan. Atrofi otak juga diperkirakan berperan pada depresi lansia.

d. Teori psikodinamik

Elaborasi Freud pada teori Karl Abraham tentang proses berkabung menghasilkan pendapat bahwa hilangnya objek cinta diintrojeksikan ke dalam individu tersebut sehingga menyatu atau merupakan bagian dari individu itu. Kemarahan terhadap objek yang hilang tersebut ditujukan kepada diri sendiri. Akibatnya terjadi perasaan bersalah atau menyalahkan diri sendiri, merasa diri tidak berguna dan sebagainya. e. Teori kognitif dan perilaku

Konsep Seligman tentang learned helplessness menyatakan bahwa terdapat hubungan antara kehilangan yang tidak dapat dihindari akibat proses penuaan seperti keadaan tubuh, fungsi seksual dan sebagainya dengan sensasi passive helplessness pada pasien lanjut usia.

f. Teori psikoedukatif

Hal-hal yang dipelajari atau diamati individu pada orang tua lanjut usia misalnya ketidakberdayaan mereka, pengisolasian oleh keluarga, tiadanya sanak saudara ataupun perubahan-perubahan fisik yang diakibatkan oleh proses penuaan dapat memicu terjadinya depresi pada lanjut usia.


(41)

22

Menurut Kaplan (2010), ada faktor-faktor yang menjadi penyebab depresi, didapat secara buatan yang dibagi menjadi faktor biologi, faktor genetik dan faktor psikososial.

a. Faktor biologi

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa neurotransmiter yang terkait dengan patologi depresi adalah serotonin dan epineprin. Penurunan serotonin dapat mencetuskan depresi dan pada pasien bunuh diri, beberapa pasien memiliki serotonin yang rendah. Pada terapi despiran mendukung teori bahwa norepineprin berperan dalam patofisiologi depresi (Kaplan, 2010). Selain itu aktivitas dopamin pada depresi adalah menurun. Hal tersebut tampak pada pengobatan yang menurunkan konsentrasi dopamin seperti respirin dan penyakit dimana konsentrasi dopamin menurun seperti parkinson biasanya disertai gejala depresi. Obat yang meningkatkan konsentrasi dopamin seperti tyrosin, amphetamine dan bupropion dapat menurunkan gejala depresi (Kaplan, 2010).

Bukti menunjukkan bahwa ada ketergantungan penurunan aktivitas dari noradrenergik, serotonergik dan dopaminergik di dalam otak dengan umur. Khususnya untuk fungsi aktivitas menurun menjadi setengah pada umur 80-an tahun dibandingkan dengan umur 60-an tahun (Kane, 1999).

b. Faktor Genetik

Penelitian genetik dan keluarga menunjukkan bahwa angka resiko di antara anggota keluarga tingkat pertama dari individu yang menderita


(42)

23

depresi berat (unipolar) diperkirakan 2 sampai 3 kali dibandingkan dengan populasi umum. Angka keselarasan sekitar 11% pada kembar dizigot dan 40% pada kembar monozigot (Davies, 1999).

Berdasarkan penelitian Lesler (2001), pengaruh genetik terhadap depresi tidak disebutkan secara khusus, hanya disebutkan bahwa terdapat penurunan dalam ketahanan dan kemampuan dalam menanggapi stres. Proses menua bersifat individual, sehingga dipikirkan kepekaan seseorang terhadap penyakit adalah genetik.

c. Faktor Psikososial

Menurut Freud dalam teori psikodinamikanya, penyebab depresi adalah kehilangan objek yang dicintai (Kaplan, 2010). Ada sejumlah faktor psikososial yang diprediksi sebagai penyebab gangguan mental pada lanjut usia yang pada umumnya berhubungan dengan kehilangan. Faktor psikososial tersebut adalah hilangnya peranan sosial, hilangnya otonomi, kematian teman atau sanak saudara, penurunan kesehatan, peningkatan isolasi diri, keterbatasan finansial dan penurunan fungsi kognitif (Kaplan, 2010). Sedangkan menurut Kane (1999), faktor psikososial meliputi penurunan percaya diri, kemampuan untuk mengadakan hubungan intim, penurunan jaringan sosial, kesepian, perpisahan, kemiskinan dan penyakit fisik.

Faktor psikososial yang mempengaruhi depresi meliputi peristiwa kehidupan dan stressor lingkungan, kepribadian, psikodinamika, kegagalan yang berulang, teori kognitif dan dukungan sosial


(43)

24

(Kaplan, 2010). Menurut Rodin dan Salovey (dalam Smet, 1994) mengungkapkan bahwa dukungan sosial yang terpenting adalah dukungan yang berasal dari keluarga.

3. Gambaran Klinis Depresi

Depresi pada lansia adalah proses patologis, bukan merupakan proses normal dalam kehidupan. Umumnya orang-orang akan menanggulanginya dengan mencari dan memenuhi rasa kebahagiaan. Bagaimanapun, lansia cenderung menyangkal bahwa dirinya mengalami depresi. Gejala umumnya banyak diantara mereka muncul dengan menunjukkan sikap rendah diri dan biasanya sulit untuk di diagnosis (Iskandar, 2012).

a. Perubahan Fisik

1) Nafsu makan menurun 2) Gangguan tidur

3) Kelelahan dan kurang energi 4) Agitasi

5) Nyeri, sakit kepala, otot keram dan nyeri tanpa penyebab fisik

b. Perubahan Pikiran

1) Merasa bingung, lambat dalam berpikir, konsentrasi menurun dan sulit mengingat informasi

2) Sulit membuat keputusan, selalu menghindar 3) Kurang percaya diri


(44)

25

5) Pada kasus berat sering dijumpai halusinasi dan delusi 6) Adanya pikiran untuk bunuh diri

c. Perubahan Perasaan

1) Penurunan ketertarikan dengan lawan jenis 2) Merasa bersalah dan tak berdaya

3) Tidak adanya perasaan 4) Merasa sedih

5) Sering menangis tanpa alasan yang jelas 6) Iritabilitas, marah dan terkadang agresif

d. Perubahan pada kebiasaan sehari-hari

1) Menjauhkan diri dari lingkungan sosial dan pekerjaan 2) Menghindari membuat keputusan

3) Menunda pekerjaan rumah

4) Penurunan aktivitas fisik dan latihan 5) Penurunan perhatian terhadap diri sendiri

4. Jenis-jenis Depresi Pada Lansia

Depresi pada lansia dapat dibedakan menjadi dua kategori yaitu depressive disorder dan bipolar disorder (Luecknotte, 2006). Depressive disorder bisa bervariasi dari depresi mayor hingga dyshymia yang merupakan suatu rentang kronik (2 tahun atau lebih) dari gejala depresi. Pada bipolar disorder gejala depresi bisa berupa gejala manik yang terlihat sebagai


(45)

26

peningkatan mood abormal peralihan antara periode depresi dan mania bisa terjadi secara cepat.

5. Derajat Depresi

Gangguan depresi pada usia lanjut ditegakkan berpedoman pada PPDGJ III (Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa III) yang merujuk pada ICD 10 (International Classification Diagnostic 10). Gangguan depresi dibedakan dalam depresi berat, sedang dan ringan sesuai dengan banyak dan beratnya gejala serta dampaknya terhadap fungsi kehidupan seseorang (Maslim, 2002).

a. Gejala Utama

1) Perasaan depresif

2) Hilangnya minat dan semangat 3) Mudah lelah dan tenaga hilang

b. Gejala Lain

1) Konsentrasi dan perhatian menurun 2) Harga diri dan kepercayaan diri menurun 3) Perasaan bersalah dan tidak berguna 4) Pesimis terhadap masa depan

5) Gagasan membahayakan diri atau bunuh diri 6) Gangguan tidur

7) Gangguan nafsu makan 8) Menurunnya libido


(46)

27

T a b e l 1 . Penggolongan Depresi Menurut ICD-10

Tingkat depresi Gejala utama Gejala lain Fungsi Keterangan

Ringan 2 2 Baik -

Sedang 2 3-4 Terganggu Nampak distress

Berat 3 > 4 Sangat Terganggu Sangat distress

(Soejono, 2007)

6. Instrumen

Geriatric Depression Scale (GDS) dirancang untuk menjadi tes untuk skrining depresi yang mudah untuk dinilai dan dikelola (Rush et al, 2000). Geriatric Depression Scale memiliki format yang sederhana, dengan pertanyaan-pertanyaan dan respon yang mudah dibaca. Geriatric Depression Scale telah divalidasi pada berbagai populasi lanjut usia, termasuk di Indonesia.

Geriatric Depression Scale (GDS) pertama kali diciptakan oleh Yesavage dkk, telah diuji dan digunakan secara luas dengan populasi yang lebih tua. Geriatric Depression Scale (GDS) tersebut menggunakan format laporan sederhana yang diisi sendiri dengan ya atau tidak atau dapat dibacakan untuk orang dengan gangguan penglihatan, serta memerlukan waktu sekitar 10 menit untuk menyelesaikannya (Gallo & Gonzales, 2001).

Skor total 0 – 9 di anggap normal, 10 – 19 mengindikasikan depresi ringan dan 20 – 30 mengindikasikan depresi berat. GDS ini dapat dimampatkan menjadi hanya 15 pertanyaan saja dan mungkin lebih sesuai untuk dipergunakan dalam praktek umum sebagai alat penapis depresi pada lanjut


(47)

28

usia. Dalam penilitian ini nantinya, GDS yang akan dipergunakan adalah GDS yang telah mengalami pemampatan dalam bentuk 15 pertanyaan. Skor total adalah 0-9 dianggap normal/ tidak depresi, sedangkan 10-15 mengindikasikan depresi (Gallo & Gonzales, 2001).

7. Penatalaksanaan Depresi Pada Lansia

Penatalaksanaan depresi pada lansia terdiri dari dua terapi, yaitu terapi fisik dan terapi psikologik.

a. Terapi Fisik

Terapi fisik untuk lansia yang mengalami depresi terdiri dari pemberian obat elektrokonvulsif (ECT) untuk pasien depresi yang tidak bisa makan dan minum, berniat bunuh diri atau retardasi hebat maka ECT merupakan pilihan terapi yang efektif aman. Terapi ECT diberikan sampai ada perbaikan mood (sekitar 5-10 kali). Dilanjutkan dengan antidepresi untuk mencegah kekambuhan.

b. Terapi Psikologik

Terapi psikologik terdiri dari: 1) Psikoterapi suportif

Berikan kehangatan, empati pengertian dan optimistik. Bantu pasien mengidentifikasi dan mengekspresikan hal-hal yang membuatnya prihatin dan melontarkannya. Bantulah memecahkan problem eksternal seperti pekerjaan, menyewa rumah dan hal lainnya.


(48)

29

2) Terapi Kognitif

Bertujuan untuk mengubah pola pikir pasien yang selalu negatif (tentang masa depan, merasa tidak berguna, tidak mampu dan lain-lain) ke arah pola pikir yang netral atau positif dengan latihan-latihan, tugas dan aktivitas-aktivitas tertentu.

3) Relaksasi

Teknik yang umum digunakan adalah program relaksasi progresif baik secara langsung dengan instruktur atau melalui alat perekam. Teknik ini dapat dilakukan dalam praktek umum sehari-hari namun diperlukan kursus singkat teknik relaksasi terlebih dahulu.

4) Terapi Keluarga

Masalah keluarga dapat berperan dalam perkembangan depresi, sehingga dukungan terhadap pasien sangat penting. Proses dinamika keluarga, ada perubahan posisi dari dominan menjadi dependen. Tujuan terapi keluarga adalah untuk meredakan perasaan frustasi dan putus asa serta memperbaiki sikap atau struktur dalam keluarga yang menghambat proses penyembuhan pasien. Berdasarkan teori yang diungkapkan Miller (2004), bahwa dukungan keluarga mempengaruhi kemampuan lansia untuk mencegah terjadinya stress serta depresi dalam kehidupannya juga meningkatkan kemampuan fungsional diantaranya kemampuan kognitif.


(49)

30

C.Lansia

1. Pengertian Lansia

Lanjut usia menurut Undang-Undang No. 4 Tahun 1965 adalah seseorang yang mencapai 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah untuk keperluan hidupnya sehari-hari (Darmojo, 1999). Sedangkan menurut Undang-Undang No.13 Tahun 1998 adalah mereka yang telah mencapai usia 60 tahun keatas (Nugroho, 2008).

Lanjut usia atau usia tua adalah suatu periode dalam tentang hidup seseorang, yaitu suatu periode di mana seseorang ’’beranjak jauh’’ dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh bermanfaat (Hurlock, 2002).

2. Teori-teori Penuaan

Terdapat dua jenis penuaan, antara lain penuaan primer, merupakan proses kemunduran tubuh gradual tak terhindarkan yang dimulai pada masa awal kehidupan dan terus berlangsung selama bertahun-tahun, terlepas dari apa yang orang-orang lakukan untuk menundanya. Sedangkan penuaan sekunder merupakan hasil penyakit, kesalahan dan penyalahgunaan faktor-faktor yang sebenarnya dapat dihindari dan berada dalam kontrol seseorang (Papalia, Olds & Feldman, 2005).


(50)

31

Teori-teori yang menjelaskan bagaimana dan mengapa penuaan terjadi biasanya dikelompokan ke dalam dua kelompok besar, yaitu teori biologis dan teori psikososiologis.

a. Teori Biologis

Teori biologis mencoba untuk menjelaskan proses fisik penuaan, termasuk perubahan fungsi dan struktur pengembangan, panjang usia dan kematian. Teori biologis terdiri dari:

1) Teori Genetika

Teori sebab akibat menjelaskan bahwa penuaan terutama di pengaruhi oleh pembentukan gen dan dampak lingkungan pada pembentukan kode genetik. Menurut teori genetika adalah suatu proses yang secara tidak sadar diwariskan yang berjalan dari waktu ke waktu mengubah sel atau struktur jaringan. Dengan kata lain, perubahan rentang hidup dan panjang usia ditentukan sebelumnya (Stanley & Beare, 2006).

2) Teori Wear-and-Tear

Teori Wear-and- Tear (dipakai dan rusak) mengusulkan bahwa akumulasi sampah metabolik atau zat nutrisi dapat merusak sintensis DNA, sehingga mendorong malfungsi organ tubuh. Pendukung teori ini percaya bahwa tubuh akan mengalami kerusakan berdasarkan suatu jadwal. Sebagai contoh adalah radikal bebas, radikal bebas dengan cepat dihancurkan oleh sistem enzim pelindung pada kondisi normal (Stanley & Beare, 2006).


(51)

32

3) Riwayat Lingkungan

Menurut teori ini, faktor-faktor di dalam lingkungan (misalnya karsinogen dari industri, cahaya matahari, trauma dan infeksi) dapat membawa perubahan dalam proses penuaan. Walaupun faktor-faktor diketahui dapat mempercepat penuaan, dampak dari lingkungan lebih merupakan dampak sekunder dan bukan merupakan faktor utama dalam penuaan (Stanley & Beare, 2006). 4) Teori Imunitas

Teori ini menggambarkan suatu kemunduran dalam sistem imun yang berhubungan dengan penuaan. Ketika orang bertambah tua, pertahanan meraka terhadap organisme asing mengalami penurunan, sehingga mereka lebih rentan untuk menderita berbagai penyakit seperti kanker dan infeksi (Stanley & Beare, 2006).

b. Teori Psikososiologis

Teori psikososiologis memusatkan perhatian pada perubahan sikap dan prilaku yang menyertai peningkatan usia, sebagai lawan dari implikasi biologi pada kerusakan anatomis. Beberapa teori tentang psikososiologis yaitu:

1) Teori Kepribadian

Teori kepribadian menyebutkan aspek-aspek pertumbuhan psikologis tanpa menggambarkan harapan atau tugas spesifik lansia. Teori pengembangan kepribadian orang dewasa yang memandang kepribadian sebagai ekstrovert atau introvert.


(52)

33

Penuaan yang sehat tidak bergantung pada jumlah aktifitas sosial seseorang, tetapi pada bagaimana kepuasan orang tersebut dengan aktifitas sosial yang dilakukan (Stanley & Beare, 2006).

2) Teori Tugas Perkembangan

Tugas perkembangan adalah aktifitas dan tantangan yang harus dipenuhi oleh seseorang pada kehidupan tahap-tahap spesifik dalam hidupnya untuk mencapai penuaan yang sukses. Tugas utama lansia adalah mampu memperlihatkan kehidupan seseorang sebagai kehidupan yang dijalani dengan integritas. Pada kondisi ini tidak hanya pencapaian perasaan bahwa ia telah menikmati kehidupan yang baik, maka lansia tersebut berisiko untuk disibukkan dengan rasa penyesalan atau putus asa (Stanley & Beare, 2006).

3) Teori Disengagement

Teori disengagment (teori pemutusan hubungan), menggambarkan proses penarikan diri oleh lansia dari peran masyarakat dan tanggung jawabnya. Proses penarikan diri ini dapat diprediksi, sistematis, tidak dapat dihindari, dan penting untuk fungsi yang tepat dari masyarakat yang sedang tumbuh. Lansia dikatakan bahagia apabila kontak sosial berkurang dan tanggung jawab telah diambil oleh generasi lebih muda (Stanley & Beare, 2006).


(53)

34

4) Teori Aktivitas

Lawan langsung dari teori disengagement adalah teori aktifitas penuaan, yang berpendapat bahwa jalan menuju penuaan yang sukses adalah dengan cara tetap aktif. Gagasan pemenuhan kebutuhan seseorang harus seimbang dengan pentingnya perasaan dibutuhkan orang lain. Kesempatan untuk berperan dengan cara yang penuh arti bagi kehidupan seseorang yang penting bagi kehidupan dirinya adalah suatu komponen kesejahteraan yang penting bagi lansia (Stanley & Beare, 2006).

5) Teori Kontinuitas

Teori kontiunitas, juga dikenal sebagai suatu teori perkembangan, merupakan suatu kelanjutan dari kedua teori sebelumnya dan mencoba untuk menjelaskan dampak kepribadian pada kebutuhan untuk tetap aktif atau memisahkan diri agar mencapai kebahagian dan terpenuhinya kebutuhan diusia tua (Stanley & Beare, 2006).

3. Batasan-batasan Lansia

Menurut organisasi kesehatan dunia, lanjut usia meliputi: usia pertangahan (45-59 tahun), lanjut usia (60-74 tahun), lanjut usia tua (75-90 tahun) dan usia sangat tua di atas 90 tahun (Hurlock, 2002).

Dewasa akhir (late adulthood) atau lanjut usia, biasanya merujuk pada tahap siklus kehidupan yang dimulai pada usia 65 tahun. Ahli gerontologi membagi lanjut usia menjadi dua kelompok yaitu young-old, berusia 65-74 tahun dan old-old, berusia 75 tahun ke atas. Kadang-kadang digunakan


(54)

35

istilah oldest old untuk merujuk pada orang-orang yang berusia 85 tahun ke atas (Sadock, 2007).

Umur yang dijadikan patokan sebagai lanjut usia berbeda-beda, umumnya berkisar antara 60-65 tahun. Menurut WHO ada empat tahap batasan umur yaitu usia pertengahan (middle age) antara 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) antara 60-74 tahun dan usia tua (old) antara 75-90 tahun, serta usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun (Nugroho, 2008).

4. Perubahan Pada Lansia

Banyak perubahan yang dikaitkan dengan proses menua merupakan akibat dari kehilangan yang bersifat bertahap (gradual loss). Lansia mengalami perubahan-perubahan fisik diantaranya perubahan sel, sistem persarafan, sistem pendengaran, sistem penglihatan, sistem kardiovaskuler, sistem pengaturan suhu tubuh, sistem respirasi, sistem gastrointestinal, sistem genitourinari, sistem endokrin, sistem muskuloskeletal, disertai juga dengan perubahan-perubahan mental menyangkut perubahan ingatan atau memori (Setiati, Harimurti & Roosheroe, 2006).

a. Perubahan pada Sistem Sensoris

Pada lansia yang mengalami penurunan persepsi sensori akan terdapat keengganan untuk bersosialisasi karena kemunduran dari fungsi-fungsi sensoris yang dimiliki. Indra yang dimiliki seperti penglihatan, pendengaran, pengecapan, penciuman dan perabaan merupakan kesatuan integrasi dari persepsi sensori.


(55)

36

b. Perubahan pada Sistem Integumen

Pada lansia, epidermis tipis dan rata, terutama yang paling jelas diatas tonjolan-tonjolan tulang, telapak tangan, kaki bawah dan permukaan dorsalis tangan dan kaki. Penipisan ini menyebabkan vena-vena tampak lebih menonjol. Poliferasi abnormal pada terjadinya sisa melanosit, lentigo, senil, bintik pigmentasi pada area tubuh yang terpajan sinar matahari, biasanya permukaan dorsal dari tangan dan lengan bawah. Sedikit kolagen yang terbentuk pada proses penuaan, dan terdapat penurunan jaringan elastik, mengakibatkan penampilan yang lebih keriput. Tekstur kulit lebih kering karena kelenjar eksokrin lebih sedikit dan penurunan aktivitas kelenjar eksokri dan kelenjar sebasea. Degenerasi menyeluruh jaringan penyambung, disertai penurunan cairan tubuh total, menimbulkan penurunan turgor kulit. Massa lemak bebas berkurang 6,3% berat badan per dekade dengan penambahan massa lemak 2% per dekade. Massa air berkurang sebesar 2,5% per dekade. c. Perubahan pada Sistem Muskuloskeletal

Otot mengalami atrofi sebagai akibat dari berkurangnya aktivitas, gangguan metabolik, atau denervasi saraf. Dengan bertambahnya usia, perusakan dan pembentukan tulang melambat. Hal ini terjadi karena penurunan hormon esterogen pada wanita, vitamin D dan beberapa hormon lain. Tulang-tulang trabekulae menjadi lebih berongga, mikro-arsitektur berubah dan sering patah baik akibat benturan ringan maupun spontan.


(56)

37

d. Perubahan pada Sistem Neurologis

Berat otak menurun 10–20 %. Berat otak ≤ 350 gram pada saat kelahiran, kemudian meningkat menjadi 1,375 gram pada usia 20 tahun, berat otak mulai menurun pada usia 45-50 tahun penurunan ini kurang lebih 11% dari berat maksimal. Berat dan volume otak berkurang rata-rata 5-10% selama umur 20-90 tahun. Otak mengandung 100 juta sel termasuk diantaranya sel neuron yang berfungsi menyalurkan impuls listrik dari susunan saraf pusat. Pada penuaan otak kehilangan 100.000 neuron per tahun. Neuron dapat mengirimkan signal kepada sel lain dengan kecepatan 200 mil per jam. Terjadi penebalan atrofi cerebral (berat otak menurun 10%) antara usia 30-70 tahun. Secara berangsur-angsur tonjolan dendrit di neuron hilang disusul membengkaknya batang dendrit dan batang sel. Secara progresif terjadi fragmentasi dan kematian sel. Pada semua sel terdapat deposit lipofusin (pigment wear and tear) yang terbentuk di sitoplasma, kemungkinan berasal dari lisosom atau mitokondria (Timiras & Maletta, 2007).

5. Dukungan Keluarga Dengan Depresi Lansia

Menurut Sarafino (1998) dukungan atau bantuan yang dibutuhkan oleh lanjut usia bisa didapatkan dari bermacam-macam sumber seperti keluarga, teman, dokter atau profesional dan organisasi kemasyarakatan.

Menurut Friedman (2010) depresi sangat rentan terjadi pada lanjut usia karena faktor kehilangan, penurunan kesehatan fisik dan kurangnya dukungan dari keluarga. Kurangnya dukungan keluarga kepada lanjut usia,


(57)

38

akan mempengaruhi koping pada lansia tidak adekuat. Koping yang tidak adekuat dalam mengahadapi masalah, akan menyebabkan krisis yang bertumpuk dan berkepanjangan yang akhirnya dapat menimbulkan gejala depresi.


(58)

III. METODE PENELITIAN

A.Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional, variabel bebas dan terikat diukur pada waktu bersamaan (Dahlan, 2010). Sebagai variabel bebas adalah dukungan keluarga. Variabel terikatnya adalah tingkat depresi.

B.Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama bulan Oktober-Desember 2014 di posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Kedaton Bandar Lampung.

C.Populasi dan Sampel

1. Populasi penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek atau obyek penelitian yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Dahlan, 2010). Berdasarkan definisi di atas yang menjadi populasi penelitian ini adalah seluruh lansia berusia 60 tahun yang ada di posyandu lansia wilayah


(59)

40

kerja Puskesmas Kedaton Bandar Lampung, yang terbagi dalam 22 posyandu, posyandu yang aktif sebanyak 19 posyandudengan jumlah lansia sebanyak 202orang.

2. Sampel penelitian

Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga dianggap dapat mewakili populasinya (Dahlan, 2010). Dalam penelitian ini, metode pengambilan sampel menggunakan proportional random sampling. Pengambilan sampel secara proporsi dilakukan dengan mengambil subyek dari setiap strata atau setiap wilayah ditentukan seimbang dengan banyaknya subyek dalam masing-masing strata atau wilayah (Arikunto, 2006). Besar sampel yang dipakai pada penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus penelitian untuk menghitung minimum besarnya sampel yang dibutuhkan bagi ketepatan (accurancy) penelititan ini menggunakan rumus untuk populasi kecil atau lebih kecil dari 10.000 (Notoatmojo, 2005). Rumus yang dipakai sebagai berikut:

N n =

1 + N (d2 ) Keterangan:

N = Besar populasi n = Besar sampel

d = Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan (0,05) dengan kriteria.


(60)

41

Maka perhitungannya adalah: 202

n =

1 + 202(0,052 ) 202

n =

1 + 202(0,0025) 202

n =

1,505 n = 134,21 n = 134

Untuk mencegah terjadinya drop out maka sampel ditambah 10% dari jumlah sampel yaitu perhitungan 134 + (10% x 134) = 147,4 responden. Jadi jumlah sampel yang diperoleh sebanyak 147 responden. Di posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Kedaton terdapat 19 posyandu yang aktif, maka jumlah sampel tiap-tiap posyandu adalah:

Tabel 2. Jumlah Sampel

Posyandu Jumlah lansia Perhitungan Jumlah sampel

1 10 10 / 202 x 147 = 7,27 7

2 10 10 / 202 x 147 = 7,27 7

3 7 7 / 202 x 147 = 5,09 5

4 6 6 / 202 x 147 = 4,36 4

5 15 15 / 202 x 147 = 10,91 11

6 17 17 / 202 x 147 = 12,3 12

7 11 11 / 202 x 147 = 8,00 8

8 6 6 / 202 x 147 = 4,36 4

9 17 17 / 202 x 147 = 12,3 12


(61)

42

11 13 13 / 202 x 147 = 9,46 10

12 17 17 / 202 x 147 = 12,3 12

13 11 11 / 202 x 147 = 8,00 8

14 20 20 / 202 x 147 = 14,55 15

15 5 5 / 202 x 147 = 3,63 4

16 9 9 / 202 x 147 = 6,54 7

17 5 5 / 202 x 147 = 3,63 4

18 8 8 / 202 x 147 = 5,8 6

19 10 10 / 202 x 147 = 7,27 7

Adapun sampel yang diambil harus dengan kriteria sebagai berikut: a. Kriteria inklusi

1) Lansia yang bersedia menjadi responden.

2) Peserta posyandu lansia yang berumur 60 tahun keatas. 3) Lansia yang tinggal bersama anggota keluarga.

b. Kriteria eksklusi

1) Lansia yang tidak dapat mendengar. 2) Lansia yang tidak dapat melihat.

3) Lansia yang tidak mengerti bahasa Indonesia. 4) Tidak hadir saat dilakukan penelitian.


(62)

43

D.Variable Penelitian

1. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat depresi lansia. 2. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah dukungan keluarga.

E.Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diambil dari sumbernya langsung yang dirumuskan melalui kuesioner yang menyangkut hubungan dukungan keluarga dengan tingkat depresi pada lansia. Data sekunder yaitu data yang diambil oleh peneliti dari puskesmas setempat dan hasil survey.

F. Definisi Operasional

Tabel 3. Definisi Operasional

No Variabel Pengertian Pengukuran Skala

1 Dukungan keluarga

Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap anggotanya dalam kriteria rendah dan tinggi berdasarkan skala dalam kuesioner dukungan keluarga

Alat ukur: kuesioner dukungan keluarga Nilai ukur:

 0: rendah: bila skor jawaban ≤50% skor total

 1: tinggi: bila skor jawaban >50% skor total

(Arikunto, 2006)


(63)

44

2 Tingkat depresi

Depresi adalah gangguan afek yang sering terjadi pada lansia dan merupakan salah satu gangguan emosi dengan gejala seperti lansia mejadi kurang bersemangat dalam menjalani hidupnya, mudah putus asa, aktivitas menurun, kurang nafsu makan, cepat lelah dan susah tidur di malam hari yang dapat digolongkan dalam kriteria tidak depresi dan depresi yang dilihat

berdasarkan Geriatric Depression

Scale(GDS)

Alat ukur:

Kuesioner Geriatric Depression Scale-15 (GDS-15)

Nilai ukur:

 0: tidak depresi: 0-9  1: depresi: 10-15


(64)

45

G.Alur Penelitian

Gambar 3. Alur Penelitian

H.Alat Penelitian dan Cara Penelitian

1. Alat penelitian

a. Alat Tulis

Adalah alat yang digunakan untuk mencatat, melaporkan hasil penelitian. Alat tersebut adalah pulpen, kertas, pensil dan komputer.

Pembuatan Proposal, Perizinan, Koordinasi 1. Tahap

Persiapan

2. Tahap Pelaksanaan

Pengisian kuisioner Pengisian informed

consent

Pencatatan

Analisis dengan SPSS 3. Tahap


(65)

46

b. Kuesioner Penelitian

Adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Kuesioner yang digunakan adalah:

1) Kuesioner dukungan keluarga

Kuesioner yang digunakan untuk menilai dukungan keluarga pada penelitian ini dimodifikasi dari kuesioner Yenni (2011) tentang hubungan dukungan keluarga dan karakteristik lansia dengan kejadian stroke pada lansia hipertensi. Kuesioner pada penelitian ini menggunakan 10 pertanyaan terkait dukungan keluarga. Adapun kuesioner ini sudah dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas. Validity berarti sejauh mana ketepatan suatu alat ukur dalam mengukur suatu data. Reliability suatu ukuran yang menunjukan sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih dengan alat ukur yang sama (Hastono, 2007). Untuk menguji validitas instrumen dilakukan uji korelasi dengan metoda pearson product moment (r) antara skor masing-masing pernyataan dengan skor totalnya. Pernyataan dikatakan valid jika skor pernyataan tersebut berkorelasi secara signifikan dengan skor totalnya. Apabila r hitung lebih besar dari r tabel, maka pernyataan dikatakan valid. Pernyataan yang tidak valid dibuang dan pernyataan yang valid selanjutnya diuji reliabilitasnya. Instrumen dikatakan reliable yaitu dengan melihat nilai alpha chronbach, lalu dibandingkan dengan r tabel. Apabila r alpha lebih besar dari r tabel, maka kuesioner tersebut reliable (Hastono, 2007). Hasil uji validitas


(66)

47

dari 15 pernyataan terdapat 5 pernyataan yang nilai r hitungnya lebih kecil dari r tabel (0,576) yaitu pernyataan nomor 3, 8, 11, 14, 15. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dari 15 pernyataan, terdapat 10 pernyataan yang dapat dianggap valid dan 5 pernyataan yang tidak valid dihilangkan. Pernyataan yang valid dilanjutkan dengan uji reliabilitas. Hasil uji reliabilitas menunjukan nilai r alpha = 0,977. Hal ini menunjukan bahwa pernyataan telah reliable karena nilai r alpha lebih besar dari nilai r tabel.

2) Kuesioner Geriatric Depression Scale-15 (GDS-15)

Geriatric Depression Scale memiliki format yang sederhana, dengan pertanyaan-pertanyaan dan respon yang mudah dibaca. Geriatric Depression Scale telah divalidasi pada berbagai populasi lanjut usia, termasuk di Indonesia. GDS yang akan dipergunakan adalah Kuesioner Geriatric Depression Scale-15 (GDS-15). Kuesioner dengan 15 item pertanyaan yang dijawab dengan jawaban “IYA” dan “TIDAK”. Untuk nomer soal 1, 5, 7, 11, 13 jika dijawab “IYA” maka bernilai 0 dan diberi kode “0” untuk jawaban “IYA” kemudian jika dijawab “TIDAK” maka bernilai 1 dan diberi kode “1” untuk jawaban “TIDAK”. Sedangkan untuk nomer soal 2, 3, 4, 6, 8, 9, 10, 12, 14, 15 jika dijawab “TIDAK” maka bernilai 0 dan diberi kode “0” untuk jawaban “TIDAK” kemudian jika dijawab “IYA” maka bernilai 1 dan diberi kode “1” untuk jawaban “IYA”. Skor total adalah 0-9 dianggap normal atau tidak depresi, sedangkan 10-15 mengindikasikan depresi (Gallo & Gonzales, 2001).


(67)

48

c. Lembar informed consent

Adalah lembar persetujuan untuk menjadi responden penelitian.

2. Cara Pengambilan Data

Dalam penelitian ini, data diambil secara langsung dari responden (data primer), yang meliputi :

a. Penjelasan mengenai maksud dan tujuan penelitian b. Pengisian informed consent

c. Pencatatan hasil pengukuran pada formulir lembar penelitian

Data sekunder meliputi:

Data yang didapatkan dari hasil survey dan penelitian pendahuluan ke Puskesmas Kedaton tentang data lansia yang mengikuti Posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Kedaton Bandar Lampung.

I. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan secara manual dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Editing

Peneliti pada tahap ini akan memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh responden, apakah terdapat kekeliruan atau tidak dalam pengisiannya.


(68)

49

b. Coding

Peneliti akan mengklasifikasikan kategori-kategori dari data yang didapat dan dilakukan dengan cara memberi tanda atau kode berbentuk angka pada masing-masing kategori

c. Tabulating

Data yang telah diberi kode kemudian dikelompokkan, lalu dihitung dan dijumlahkan dan kemudian dituliskan dalam bentuk tabel.

2. Analisis Data

a. Analisis Univariat

Tujuan analisis univariat adalah untuk menerangkan distribusi frekuensi masing–masing variabel, baik variabel bebas maupun terikat.

b. Analisis Bivariat

Tujuan analisis bivariat adalah untuk melihat ada tidaknya hubungan antara dua variabel, yaitu variabel terikat dengan variabel bebas. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji chi-square. Uji chi square merupakan uji komparatif yang digunakan dalam data di penelitian ini.

Uji signifikan antara data yang diobservasi dengan data yang diharapkan dilakukan dengan batas kemaknaan (α<0,05) yang artinya apabila diperoleh <α, berarti ada hubungan yang signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat dan bila nilai p>α, berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Apabila uji


(69)

50

chi-square tidak memenuhi syarat parametrik (nilai expected count>20%) maka dilakukan uji alternatif Fisher.


(70)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan penjelasan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut :

1. Jumlah lansia yang mendapat dukungan keluarga rendah di posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Kedaton Bandar Lampung sebanyak 15 orang (10,2%) dan lansia yang mendapat dukungan keluarga tinggi sebanyak 132 orang (89,8%).

2. Mayoritas lansia di posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Kedaton Bandar Lampung tidak mengalami depresi yaitu sebanyak 129 0rang (87,8%) dan yang mengalami depresi sebanyak 18 orang (12,3%).

3. Terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan depresi pada lansia di posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Kedaton Bandar Lampung.

B. Saran

Terkait dengan simpulan hasil penelitian, terdapat hal yang dapat disarankan demi keperluan pengembangan dari hasil penelitian ini, yaitu :


(71)

67

1. Diharapkan keluarga dapat memberikan dukungan berupa rasa empati dan kepedulian keluarga terhadap anggota keluarga yang lansia agar dapat mencegah terjadinya depresi pada lansia.

2. Peneliti selanjutnya agar dapat melakukan penelitian di waktu khusus agar tidak mengganggu jalannya kegiatan posyandu lansia, dapat meneliti faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi depresi pada lansia dan agar peneliti selanjutnya dapat meneliti empat instrumen dari dukungan keluarga yaitu dukungan penilaian, dukungan instrumental, dukungan emosional dan dukungan informasional yang paling mempengaruhi depresi pada lansia.

3. Diharapkan lansia melakukan kegiatan-kegiatan yang positif seperti berolahraga, senam dan mengikuti kegiatan keagamaan guna mengurangi kejadian depresi.

4. Puskesmas diharapkan dapat melakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya memberikan dukungan keluarga kepada lansia agar dapat mencegah terjadinya depresi pada lansia.


(1)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan penjelasan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut :

1. Jumlah lansia yang mendapat dukungan keluarga rendah di posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Kedaton Bandar Lampung sebanyak 15 orang (10,2%) dan lansia yang mendapat dukungan keluarga tinggi sebanyak 132 orang (89,8%).

2. Mayoritas lansia di posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Kedaton Bandar Lampung tidak mengalami depresi yaitu sebanyak 129 0rang (87,8%) dan yang mengalami depresi sebanyak 18 orang (12,3%).

3. Terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan depresi pada lansia di posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Kedaton Bandar Lampung.

B. Saran

Terkait dengan simpulan hasil penelitian, terdapat hal yang dapat disarankan demi keperluan pengembangan dari hasil penelitian ini, yaitu :


(2)

67

1. Diharapkan keluarga dapat memberikan dukungan berupa rasa empati dan kepedulian keluarga terhadap anggota keluarga yang lansia agar dapat mencegah terjadinya depresi pada lansia.

2. Peneliti selanjutnya agar dapat melakukan penelitian di waktu khusus agar tidak mengganggu jalannya kegiatan posyandu lansia, dapat meneliti faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi depresi pada lansia dan agar peneliti selanjutnya dapat meneliti empat instrumen dari dukungan keluarga yaitu dukungan penilaian, dukungan instrumental, dukungan emosional dan dukungan informasional yang paling mempengaruhi depresi pada lansia.

3. Diharapkan lansia melakukan kegiatan-kegiatan yang positif seperti berolahraga, senam dan mengikuti kegiatan keagamaan guna mengurangi kejadian depresi.

4. Puskesmas diharapkan dapat melakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya memberikan dukungan keluarga kepada lansia agar dapat mencegah terjadinya depresi pada lansia.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Ali Z. 2010. Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.hlm.39.

Amir N. 2005. Depresi: Aspek neurobiologi diagnosis dan tatalaksana. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.hlm.133.

Anne Lyberg, Anne Lise Holm, Erna Lassenius, Ingela Berggren, Elisabeth Severinsson. 2013. Older persons’ experiences of depressive ill-health and

family support. Journal of Nursing Research and Practice. 20(13):1-8.

http://dx.doi.org/10.1155/2013/837529

Arikunto S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Edisi Revisi Ke-VI. Jakarta: Penerbit PT Rineka Cipta.cet13,hlm.139-344.

Badan Pusat Statistik. 2010. Tapanuli Selatan Dalam Angka 2011. Kabupaten Tapanuli Selatan.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. 2012. Asia Belajar

Memberdayakan Lansia. Diakses pada tanggal 25 September 2014 dari

http://www.bkkbn.go.id/ViewSiaranPers.aspx?SiaranPersID=15

Bomar PJ. 2004. Promoting health in families: Applying family research and

theory of nursing practice. Philadelphia: W.B.Saunders Company

Dahlan S. 2010. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam

Penelitian Kedokteran dan Kesehatan, Edisi Ke-2. Jakarta: Salemba

Medika.hlm.8-32.

Damping and Charles E. 2003. Depresi pada Geriatri: Apa Kekhususannya.

Dalam: Supartonodo, Setiati S, dan Soejono CH, Penatalaksanaan Pasien

Geriatri dengan Pendekatan Interdisiplin. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu

Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.hlm.107-112. Darmojo dan Boedhi R. 2006. Buku Ajar Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut.


(4)

68

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2004. Pedoman Kesehatan Jiwa Usia

Lanjut (Psikogeriatrik). Jakarta: Puskesmas Direktorat Pelayanan Medik.

Davies AM. 1999. Ageing and Health A Global Challenge for Twenty First

Century. Kobe.pp.20-27.

Dewi Kristyaningsih. 2011. Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan

Tingkat Depresi Pada Lansia. Jurnal Keperawatan. 1(1):1-7.

Evy. 2008. Pengetahuan Keluarga Tentang Depresi Pada Lansia. Diakses pada

tanggal 22 September 2014 dari:

http://repository.unand.ac.id/17945/1/5.pdf

Friedman M and Marilyn. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset,

Teori & Praktek. Jakarta: EGC.hlm.108-225.

Gallo JJ and Gonzales J. 2001. Depression and Other Mood Disorder. In: Adelman AM, Daly MP, and Weiss BD, eds 20 Common

Problems in Geriatrics. New York: McGraw-Hill.pp.205-235.

Goldman HH. 2000. Review of General Psychiatry: An Introduction to Clinical

Medicine, 5th ed. Singapore: McGraw-Hill.pp.34-77.

Handajani YS. 2003. Tantangan bagi Indonesia terhadap peningkatan

populasi lanjut usia pada masa mendatang dan antisipasinya. Majalah

Kedokteran Atma Jaya. 2(1):7-12.

Hastono S. 2007. Analisa Data Kesehatan. Jakarta: Universitas Indonesia.

Hurlock EB. 2002. Psikologi perkembangan: suatu pendekatan sepanjang

rentang kehidupan. Surabaya: Erlangga.hlm.385.

Iskandar J. 2012. Abnormal Jiwa. Yogyakarta: ANDI.hlm.124-141.

Kane. 1999. Essentials of Clinical Geriatrics, 4th ed. USA: McGrow-HillCompanies.pp.231-245.

Kaplan HI, Sadock BJ, and Grebb JA. 2010. Sinopsis Psikiatri: Ilmu

Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Jilid Satu. Editor: Dr. I. Made

Wiguna S. Jakarta: Bina Rupa Aksara.hlm.113-129, 149-183.

Lesler and Zayas C. 2001. Comprehensive Geriatric Assessment. USA: McGraw Hill Companies.pp.465-475.

Luecknotte AG. 2006. Gerontologi Nursing.Mosby-years.Book.inc

Maramis. 2004. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Edisi Ke-2. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.hlm.575-582.


(5)

Maslim R.. 2002. Gejala Depresi, Diagnosa Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas

Dari PPDGJ-III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika

Atmajaya.hlm.58-65.

Meta Amelia Widya dan Endang Sri Indrawati. 2011. Hubungan Antata Dukungan Sosial dengan Depresi Pada Lanjut usia Yang Tinggal Di

Panti Werda Wening Wardoyo Jawa Tengah. Jurnal Psikologi Undip.

9(1):65-71.

Miller AC. 2004. Nursing Care of Older Adult Theory and Practice, 3rd ed. Philadelpia: J.B. Lippincott. Co.pp.309.

Mudjaddid. 2003, 3 Juni. Waspadai Depresi pada Orang Usia Lanjut. Kompas.hlm.8.

Murniasih E dan Rahmawati A. 2007. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Akibat Hospitalisasi pada Anak Usia Prasekolah di

Bangsal L RSUP Dr.Soeradji Tirtonegoro Klaten. Jurnal Kesehatan Surya

MedikaYogyakarta. Diakses pada tanggal 29 September 2014 dari http://www.skripsistikes.wordpress.com.

Notoatmodjo S. 2005. Metodologi penelitia kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.hlm.91.

Nugroho W. 2008. Keperawatan Gerontik & Geriatik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran. EGC.hlm.8-17.

Papalia DE, Olds SW and Feldman RD. 2005. Human Development, 9th ed. New York: McGraw-Hill.

R. Schwarzer and N. Knoll.2007. Functional roles of social support within the

stress and coping process: a theoretical and empirical overview.

International Journal of Psychology. 42(4):243–252.

Rush AJ et al.. 2000. Handbook of Psychiatric Measures. Washington, DC: American Psychiatric Association.pp.422-427.

Sadock BJ and Sadock VA. 2007. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry:

Behavioral Science/Clinical Psychiatry, 10th ed. Philadelphia: Lippincott

Williams & Wilkins.pp.1,879.

Setiadi A. 2008. Skizofrenia Memahami Dinamika Keluarga Pasien. Jakarta: Refika Aditya.hlm.9-18.


(6)

70

Setiati S, Harimurti K dan Roosheroe AG. 2006. Proses Menua dan Implikasi

Kliniknya. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, dan

Setiati S, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.hlm.1335-1340.

Soejono. 2000. Pedoman Pengelolaan Kesehatan Pasien Geriatric untuk Dokter

dan Perawat. Jakarta: FK UI.hlm.60-76.

Smet B. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT Grasindo.hlm.131-137.

Stanley M and Beare P. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Jakarta : EGC.hlm.4.

Timiras P and Maletta G. 2007. Physiological Basis of Aging and Geriatrics. New York: Informa Health.

Vitaria Wahyu Astuti. 2010. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Depresi Pada Lansia Di Posyandu Sejahtera GBI Setia Bakti Kediri. Jurnal STIKES RS Baptis Kediri. 3(2):78-83.

W. Moyle and K. Evans.2007.Models of mental health care for older adults: a

review of the litterature. International Journal of Older People Nursing.


Dokumen yang terkait

Dukungan Keluarga dan Kemandirian Lansia dalam Aktivitas Sehari-hari di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan

31 181 125

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANDANWANGI MALANG

37 211 19

Hubungan antara kinerja kader Posyandu lansia terhadap kepuasan lansia di kelurahan Rempoa wilayah binaan kerja Puskesmas Ciputat Timur

2 14 127

Hubungan Lama Menopause dengan Kejadian Disfungsi Seksual pada Wanita Menopause di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Panjang Bandar Lampung

7 24 58

HUBUNGAN STATUS HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN DEMENSIA PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA PUSKESMAS KEDATON BANDAR LAMPUNG

13 44 64

Hubungan Status Gizi dan Hipertensi Terhadap Kemandirian Lansia di Posyandu Lansia Puskesmas Kedaton

0 4 60

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN FAKTOR LAINNYA DENGAN KEAKTIFAN LANJUT USIA (LANSIA) MENGIKUTI KEGIATAN POSYANDU LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH

22 89 76

Dukungan Keluarga dan Kemandirian Lansia dalam Aktivitas Sehari-hari di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan

0 2 12

HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUNDONG BANTUL NASKAH PUBLIKASI - HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUNDO

0 0 16

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KECEMASAN PADA LANSIA DI DESA BANDAR JAYA WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANDAR JAYA LAMPUNG TENGAH

0 0 8