Dukungan Keluarga dan Kemandirian Lansia dalam Aktivitas Sehari-hari di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan

(1)

SKRIPSI

Oleh

Desi Amelinda Sitanggang 111101076

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

SKRIPSI

Oleh

Desi Amelinda Sitanggang 111101076

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

(4)

(5)

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “Dukungan Keluarga dan Kemandirian

Lansia dalam Aktivitas Sehari-hari di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas

Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan”, sebagai salah satu syarat untuk

menyelesaikan pendidikan di Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS sebagai Wakil Dekan I dan Bapak Ikhsanuddin A. Harahap, S.Kp, MNS sebagai Wakil Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS selaku Wakil Pembantu Dekan II Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan selaku dosen pembimbing skripsi, penulis sangat bersyukur dan berterima kasih kepada Beliau yang telah memberikan bimbingan dalam proses penulisan skripsi ini.


(6)

menyelesaikan akademik di Fakultas Keperawatan Sumatera Utara.

6. Orang tua saya Bapak IPDA M. Sitanggang dan ibu H. Sipayung,kepada Abang dan Adik yang penulis sayangi. Terima kasih telah memberikan doa, semangat dan dukungan baik moril maupun materiil sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Semua dosen dan staf pengajar serta civitas akademika Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan banyak ilmu kepada penulis selama perkuliahan.

8. Teman-teman seperjuangan angkatan 2011 S1 Keperawatan. Sahabat-sahabat penulis (Ara, Chaca, Tia, Ibeth, Ayu, Jernita, Widya, Miranda)dan Devi Arisanty, teman-teman satu bimbingan (Friska, Suci, Maya) dan teman-teman seperjuangan yang tidak bisa disebutkan satu persatu, semoga kita akan meraih kesuksesan.

9. Erwin Situmorang, Nia Silalahi, Kristanty Sinaga dan teman-teman satu organisasi gereja OMK Bandar Khalipah, terima kasih untuk segala doa, dukungan dan semangat yang diberikan dari awal hingga selesai pengerjaan skripsi ini.

10. Seluruh petugas kesehatan di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang, terima kasih atas diizinkannya penulis untuk melakukan penelitian di Puskesmas Bandar Khalipah Kec. Percut Sei Tuan.


(7)

memperkenalkan responden dalam penelitian ini.

12. Seluruh responden untuk penelitian ini yaitu lansia yang berusia 60 tahun ke atas yang berada dalam kegiatan posyandu lansia wilayah kerja puskesmas Bandar Khalipah Kec. Percut Sei Tuan.

Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang keperawatan dan bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Penulis sangat mengharapkan adanya saran yang besifat membangun untuk perbaikan yang lebih baik di masa yang akan datang.

Medan, 3 Juli 2015 Penulis,


(8)

Halaman judul ... i

Halamanpernyataanorisinalitas ... ii

Lembarpengesahan ... iii

Prakata ... iv

Daftar isi ... vii

Daftar tabel ... x

Daftar gambar... xi

Abstrak ... xii

Bab 1. Pendahuluan ... 1

1. Latar belakang ... 1

2. Rumusan masalah... 5

3. Pertanyaan penelitian ... 5

4. Tujuan penelitian ... 6

4.1 Tujuan Umum ... 6

4.2 Tujuan Khusus ... 6

5. Manfaat penelitian ... 6

Bab 2. Tinjauan Pustaka ... 8

1. Konsep lansia ... 8

1.1 Definisi lansia ... 8

1.2 Batasan-batasan lansia ... 9

1.3 Permasalahan lansia ... 9

2. KonsepKemandirian ... 11

3. Penilaian tingkat kemandirian dalam aktivitas sehari-hari ... 12

4. Dukungan keluarga ... 19

4.1 Definisi Keluarga ... 19

4.2 Tipe keluarga ... 19

4.3 Fungsi keluarga ... 21


(9)

Bab 4. Metodelogi Penelitian ... 32

1. Desain penelitian ... 32

2. Populasi dan sampel penelitian ... 32

2.1 Populasi ... 32

2.2 Sampel ... 32

2.3 Teknik sampling ... 33

3. Lokasi dan waktu ... 33

4. Pertimbangan etik... 34

5. Instrumen penelitian ... 35

6. Validitas dan ReliabelitasInstrumen ... 37

6.1 Validitas ... 37

6.2 Reliabelitas ... 38

7. Pengumpulan data ... 39

8. Analisa data ... 40

Bab 5. Hasil dan Pembahasan ...41

1. Hasil Penelitian ... 41

1.1 Demografi Responden ... 41

1.2 Dukungan Keluarga terhadap Lansia ... 43

1.3 Dukungan Emosional terhadap Lansia... 44

1.4 Dukungan Informasi terhadap Lansia ... 45

1.5 Dukungan Instrumental terhadap Lansia ... 46

1.6 Dukungan Penilaian terhadap Lansia ... 47

1.7 Kemandirian Lansia dalam Aktivitas Sehari-hari ... 48

1.8 Aktivitas Lansia Sehari-hari ... 48

2. Pembahasan ... 50

2.1 Dukungan Keluarga terhadap Lansia ... 50

2.2 Kemandirian Lansia dalam Aktivitas Sehari-hari ... 57

Bab 6. Kesimpulan dan Saran ... 61

1. Kesimpulan ... 61

2. Saran ... 62

2.1 Pelayanan kesehatan... 62

2.2 Pendidikan keperawatan... 62

2.3 Peneliti selanjutnya ... 62

2.4 Bagi Keluarga Lansia ... 62


(10)

Lampiran-Lampiran

Lampiran 1.Inform consent ... 68

Lampiran 2.Kuesioner penelitian ... 70

Lampiran 3. Lembar persetujuan validitas ... 75

Lampiran 4. Hasil uji reliabilitas ... 76

Lampiran 5. Hasil analisa univariat demografi ... 79

Lampiran 6. Hasil analisa univariat dukungan keluarga ... 83

Lampiran 7. Hasil analisa univariat kemandirian lansia ... 89

Lampiran 8. Master tabel reliabilitas ... 92

Lampiran 9. Master tabel pengumpulan data ... 93

Lampiran 10. Surat persetujuan komisi etik ... 98

Lampiran 11. Lembar terjemahan abstrak ... 99

Lampiran 12. Surat izin survei ... 100

Lampiran 13. Surat balasan pelaksanaan survei ... 101

Lampiran 14. Surat uji reliabilitas dan pengambilan data... 102

Lampiran 15. Surat balasan pelaksanaan dan penyelesaian penelitian ... 104

Lampiran 16. Jadwal penelitian ... 105

Lampiran 17. Taksasi dana ... 106

Lampiran 18. Lembar bukti bimbingan ... 107


(11)

Daftar Tabel

Tabel 1. Distribusi frekuensi dan persentase demografi responden di posyandu lansia wilayah kerja puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan ... 42 Tabel 2. Distribusi frekuensi dan persentase dukungan keluarga terhadap lansia

di posyandu lansia wilayah kerja puskesmas Bandar Khalipah Kec. Percut Sei Tuan ... 43 Tabel 3. Distribusi frekuensi dan persentase dukungan emosional terhadap

lansia di posyandu lansia wilayah kerja puskesmas Bandar Khalipah Kec. Percut Sei Tuan... 44 Tabel 4. Distribusi frekuensi dan persentase dukungan informasi terhadap

lansia di posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kec. Percut Sei Tuan... 45 Tabel 5. Distribusi frekuensi dan persentase dukungan instrumental terhadap

lansia di posyandu lansia wilayah kerja puskesmas Bandar Khalipah Kec. Percut Sei Tuan... 46 Tabel 6. Distribusi frekuensi dan persentase dukungan penilaian terhadap

lansia di posyandu lansia wilayah kerja puskesmas Bandar Khalipah Kec. Percut Sei Tuan ... 47 Tabel 7. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan tingkat kemandirian

lansia dalam aktivitas sehari-hari di posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kec. Percut Sei Tuan ... 48 Tabel 8. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan aktivitas

sehari-hari di posyandu lansia wilayah kerja puskesmas Bandar


(12)

Daftar Skema


(13)

Judul : Dukungan Keluarga dan Kemandirian Lansia dalam Aktivitas Sehari-hari di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan. Nama : Desi Amelinda Sitanggang

NIM : 111101076

Program : Sarjana Keperawatan (S1) Tahun akademik : 2011

Abstrak

Menua atau lanjut usia adalah suatu keadaan alamiah yang tidak dapat dihindari, terjadi masalah dan perubahan pada lansia baik secara fisik, psikologis dan sosial. Masalah dan perubahan yang terjadi pada lansia membutuhkan dukungan dari keluarga karena dukungan keluarga berhubungan dengan kemandirian lansia untuk menjaga kesehatan fisik maupun kejiwaanya. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi tentang dukungan keluarga dan kemandirian lansia dalam aktivitas sehari-hari di posyandu lansia wilayah kerja puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan. Desain penelitian ini deskritif, jumlah sampel 67 orang dengan teknik Quota Sampling. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner yang terdiri dari data demografi, kuesioner dukungan keluarga dan kuesioner aktivitas sehari-hari. Hasil penelitian berdasarkan karakteristik responden mayoritas usia 60-74 (61%), jenis kelamin wanita (66%), agama Islam (82%), suku Jawa (58%), tinggal bersama anak mereka (55%), umumnya masalah kesehatan responden adalah Rematik (30%), pekerjaan petani (42%), berpenghasilan <1.650.0000 (55%) dengan jenjang pendidikan responden rata-rata adalah SD (52%). Dukungan keluarga terhadap lansia tergolong dalam kategori tinggi (79%), tingkat kemampuan lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari tergolong kategori tingkat mandiri (46%). Dengan demikian peneliti berharap dengan diberikan dukungan yang tinggi maka lansia akan mudah melakukan aktivitas sehari-hari karena merasa diperhatikan keluarga sehingga tercapai kemandirian yang baik.


(14)

Title of the Thesis : Old People’s Family Support and Independence in Daily Activity at Posyandu for Old People in the Working Area of Bandar Khalipah Puskesmas, Percut Sei Tuan Subdistrict

Name of Student : Desi Amelinda Sitanggang Std. ID Number : 111101076

Study Program : S1 (Undergraduate) Nursing

Academic Year : 2015

ABSTRACT

Old age is a natural phenomenon which cannot be avoided. There are problems and change in old people, either physically, psychologically, and socially which need family support since it is related to old people’s independence in keeping their physical and mental health stable. The objective of the research was to identify family support and old people’s independence in daily activity at posyandu for old people in the working area of Bandar Khalipah Puskesmas, Percut Sei Tuan Subdistrict. The samples were 67 respondents, taken by using quota sampling technique. The data were gathered by distributing questionnaires on demographic data, family support, and daily activity. The result of the research showed that 61% of the respondents were 60-74 years old, 66% of the respondents were females, 82% of the respondents were Moslems, 58% of the respondents were Javanese, 55% of the respondents lived wit their children, 30% of the respondents were affected by rheumatism, 42% of the respondents were farmers, and 52% of the respondents were elementary school graduates with income < Rp.1,650,000. Family support for old people were in high category (79%) and 46% of the respondents had independence in doing their daily activity. The researcher expected that by good support, old people would easily do their daily activity since they felt that their families paid attention to them which made them feel independent.


(15)

Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan alamiah yang tidak dapat dihindari, berjalan secara terus-menerus dan berkesinambungan di dalam kehidupan manusia. Lansia dapat dikatakan usia emas, karena tidak semua orang dapat mencapai usia tersebut, maka lansia memerlukan tindakan keperawatan, baik yang bersifat promotif maupun preventif agar lansia dapat menikmati usia emas serta menjadi lansia yang berguna dan bahagia (Maryam, 2008).

Berdasarkan data sensus penduduk BPS (2010) penduduk di Indonesia sebanyak 237.641.326 orang dengan jumlah lansia sebanyak 18.118.699 orang sedangkan Data Sensus Penduduk BPS di Sumatera Utara sebanyak 11.688.987 orang dengan jumlah lansia sebanyak 631.604 orang. Berdasarkan data statistik terjadi peningkatan jumlah prevalensi lansia pada tahun 2050 dan akan banyak penduduk usia muda merawat lansia yang disebut sebagai buming lansia (SUSENAS, 2009). Peningkatan populasi lansia yang beresiko terhadap masalah-masalah kesehatan pada lansia karena proses penuaan yang dialami yang berdampak terhadap ketergantungan klien terhadap keluarga.

Perubahan-perubahan yang dialami oleh lansia yaitu dari masalah perubahan fisik, psikologis, dan sosialnya. Nugroho (2008) menjabarkan bahwa masalah khusus yang terjadi pada lansia mencakup perubahan nilai sosial masyarakat yang cenderung mengakibatkan menurunnya penghargaan dan penghormatan terhadapa lansia, berkurangnya daya tahan tubuh lansia,


(16)

mengalami kemunduran fisik, penurunan peran sosial dan masalah kondisi mental. Kemunduran fisik pada lansia disebabkan oleh masalah-masalah fisik seperti persendian yang kaku, pergerakan yang terbatas, keseimbangan tubuh, gangguan peredaran darah, gangguan pengelihatan, gangguan pendengaran dan gangguan pada perabaan (Hardyanto dan Setiabudi, 2005).

Perubahan-perubahan tersebut mengarah pada kemunduran fisik yang berdampak terhadap terbatasnya mobilitas fisik lansia maka akan membatasi dan mengganggu aktivitas hari lansia (Potter & Perry, 2005). Aktivitas sehari-hari lansia yang akan terganggu dengan terjadinya perubahan kemunduran fisik lansia meliputi terganggunya aktivitas dalam hal makan, BAK/BAB, mandi, berpakaian, berjalan. Aktivitas sehari-hari yang terganggu juga mempengaruhi tingkat kemandirian lansia. Rinajumita (2011) memaparkan bahwa secara teoritis kemandirian lansia merupakan kemampuan lansia untuk melakukan fungsi yang berhubungan dengan aktivitas sehari-hari yaitu kemampuan untuk hidup mandiri di masyarakat tanpa atau sedikit bantuan dari orang lain yang dapat diketahui dari aktivitas dasar hari dan aktivitas instrumen sehari-hari.

Hasil penelitian Praktikwo.S, dkk (2006) menjabarkan bahwa kemandirian lansia berpengaruh terhadap perilaku lansia sehari-hari seperti aktivitas mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, mencuci rambut, menjaga personal hygiene, menyapu lantai ataupun halaman dan membersihkan kamarnya sendiri sehingga lansia yang masih aktif dapat beraktivitas sesuai dengan kemampuan lansia.


(17)

Lansia yang mempunyai tingkat kemandirian rendah dalam melakukan aktivitas sehari-hari akan meningkatkan beban keluarga, masyarakat dan pemerintahan. Peningkatan yang terutama terjadi berhubungan dengan kebutuhan layanan khusus seperti kesehatan dan nutrisi yang nantinya akan menimbulkan beban sosial yang tinggi akibat pertumbuhan lansia yang terus meningkat (Komisi Nasional, 2010). Dengan keluarga menganggap bahwa lansia sebagai beban keluarga maka itu akan membuat lansia untuk menjadi lebih menyendiri dan merasa kesepian.

Husain. S (2013) menjabarkan pula bahwa menyikapi hal ini bahwa lansia yang tinggal bersama keluarga pada umumnya aktivitasnya tidak berubah melainkan bertambah seperti menjalankan peranannya sebagai orangtua seperti mengasuh cucu, membersihkan rumah dan lainnya, sehingga kemandirian lansia dalam aktivitas sehari-hari harus ditingkatkan agar lansia dapat melakukan aktivitas secara maksimal dan untuk mencapai hal tersebut dukungan keluarga sangat diperlukan.

Keluarga seharusnya lebih memberikan dukungan keluarga terhadap lansia karena dengan memberikan dukungan keluarga akan membantu masalah-masalah lansia. Dukungan keluarga yang dimaksudkan dapat berupa dukungan sosial, informasi, emosional, dan instrumental yang diberikan keluarga agar anggota keluarga merasa diperhatikan (Friedman,2010). Lansia juga perlu mendapatkan dukungan keluarga agar lansia dapat menikmati kehidupan di hari tua sehingga dapat bergembira atau merasa bahagia dan tetap menjalankan aktivitas sehari-hari secara terartur dan maksimal (Rahayu, 2010).


(18)

Penelitian Husain. S (2013) menjabarkan bahwa dukungan keluarga itu penting terutama bagi lansia. Keluarga harus bisa menjalankan tugas bahwa keluarga harus mampu mengenal masalah-masalah yang terjadi pada lansia karena dengan keluarga mengetahui masalah lansia, keluarga dapat menghadapi masalah perilaku lansia dalam menjalankan aktivitas lansia. Selain itu, hasil penelitian ini menjabarkan pula bahwa dengan diberikannya dukungan keluarga kepada lansia, keluarga dapat menjadi fasilitator yang menjembatani antara lansia dengan lingkungan dan masyarakat sehingga lansia dapat tetap berakitvitas secara mandiri melalui dukungan keluarga seperti memotivasi lansia untuk tetap beraktivitas.

Waston (2003) menjabarkan bahwa pada kenyataannya ditemukan keluarga yang kurang memperhatikan dan memberikan dukungan terhadap anggota keluarga lansia di rumah. Beberapa alasan keluarga terlalu sibuk untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya, bekerja diluar rumah dan sibuk dengan pekerjaan mereka sehingga menyebabkan lansia merasa kurang diperhatikan atau kurang diberikan dukungan yang optimal kepada dirinya. Disamping itu, kebudayaan timur dengan budaya kekeluargaan yang sangat erat dengan anak cucu dan sanak saudara para lansia umumnya tidak keberatan untuk menerima kehadiran dan keberadaan lansia di dalam keluarganya namun demikian adanya pandangan keliru tentang lansia antara lain lansia berbeda dengan orang lain, lansia tidak dapat belajar keterampilan baru, tidak produktif dan menjadi beban masyarakat, tidak berdaya, tidak dapat mengambil keputusan, tidak dapat menikmati kehidupan sehingga tidak dapat bergembira,


(19)

lemah, jompo, sakit-sakitan atau cacat, menghabiskan uang untuk berobat, hal ini mempengaruhi anggota keluarga dalam memperlakukan lansia (Kuntjoro, 2002).

Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Khulaifah,dkk (2013) bahwa keluarga yang tergolong tidak mendukung kemandirian lansia sehingga lansia cenderung tergantung sedangkan untuk keluarga yang tergolong mendukung kemandirian lansia sehingga lansia cenderung mandiri.

Berdasarkan uraian tersebut diatas maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Dukungan Keluarga dan Kemandirian Lansia dalam Aktivitas Sehari-hari di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan tahun 2014.

2. Rumusan Masalah

Bagaimanakah gambaran dukungan keluarga dan kemandirian lansia dalam aktivitas sehari-hari di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan?

3. Pertanyaan Penelitian

3.1 Bagaimanakah gambaran dukungan keluarga terhadap lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan?


(20)

3.2 Bagaimanakah gambaran kemandirian lansia dalam aktivitas sehari-hari di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan?

4. Tujuan Penelitian 4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui dukungan keluarga dan kemandirian lansia dalam aktivitas sehari-hari di Posyandu Lansia wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan.

4.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran dukungan keluarga di Posyandu Lansia wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan.

2. Mengetahui gambaran kemandirian lansia dalam aktivitas sehari-hari di Posyandu Lansia wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan.

5 Manfaat Penelitian

5.1 Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian ini merupakan evidence basepractice yang dapat dijadikan sebagai masukan bagi pelayanan keperawatan lansia di Posyandu.


(21)

5.2 Pendidikan keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menjadi data dasar informasi tambahan tentang dukungan keluarga dan kemandirian lansia yang dapat dijadikan referensi terkait dengan pendidikan keperawatan.

5.3 Penelitian keperawatan

Hasil penelitian ini menjadi data dasar dan referensi bagi penelitian selanjutnya yang terkait dengan dukungan keluarga dan kemandirian lansia.


(22)

1.1 Definisi Lansia

Menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No.13 Tahun 1998 tentang Kesehatan dalam Maryam, dkk (2008) dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun. Menurut Setiati dkk, 2009 terdapat beberapa istilah yang digunakan gerontologis ketika membicarakan proses menua: (1) Aging (bertambahnya umur) menunjukkan efek waktu, suatu proses perubahan, biasanya bertahap dan spontan, (2) Senescence (menjadi tua) hilangnya kemampuan sel untuk membelah dan berkembang (dan seiring waktu akan menyebabkan kematian), (3) Homeostenosis penyempitan/berkurangnya cadangan homeostatis yang terjadi penuaan pada setiap organ.

Menurut Depkes RI dalam Maryam, dkk (2008) penuaan adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari secara terus-menerus dan berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis dan kemampuan tubuh secara keseluruhan. Menjadi tua ditandai dengan adanya kemunduran biologis yang terlihat sebagai gejala-gejala kemunduran fisik, antara lain kulit mulai mengendur, timbul keriput, rambut beruban,gigi mulai ompong, pendengaran dan pengelihatan berkurang, mudah ilelah, gerakan menjadi lamban dan kurang lincah, serta terjadi penimbunan lemak kemampuan kognitif terutama di perut dan pinggul. Kemunduran lain yang terjadi


(23)

adalah kemampuan-kemampuan kognitifseperti suka lupa, kemunduran orientasi terhadap waktu, ruang, tempat, serta tidak mudah menerima hal/ide baru (Maryam dkk, 2008).

1.2. Batasan-Batasan Lansia

Di Indonesia, batasan lansia adalah 60 tahun ke atas. Hal ini di pertegas dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 (Maryam, 2008).

Mubarak dkk, (2011) menjabarkan bahwa umur yang dijadikan patokan sebagai lansia berbeda-beda, umumnya berkisar antara 60-65 tahun. Berikut dikemukakan beberapa pendapat mengenai batasan umur. Menurut organisasi WHO, ada empat tahap,yakni : a)Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun, b) Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun, c) Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun, c) Usia sangat tua (very old) usia >90 tahun. Sedangkan menurut Departemen Kesehatan RI dalam Mubarak, dkk (2011) usia lanjut dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: a) kelompok menjelang usia lanjut (45-54 tahun), b) kelompok usia lanjut (55-64 tahun), c) kelompok usia lanjut (kurang dari 65 tahun).

1.3 Permasalahan Lansia

Masalah-masalah kesehatan atau penyakit fisik dan atau kesehatan jiwa yang sering timbul pada proses menua (lansia). Menurut Setiati, dkk(2009) gangguan fisik yang terjadi pada lansia diantaranya gangguan kardiovaskular, gangguan sistem endokrin, gangguan fungsi pendengaran, dan gangguan


(24)

berbentuk verbal (dibentak) dan nonverbal (dicubit, tidak diberi makan). Selain itu lansia juga mengalami masalah psikologis yang dialami seperti takut menghadapi kematian,frustasi, kesepian dan harus menentukan kondisi hidup yang sesuai dengan perubahan status ekonomi dan kondisi fisik (Maryam, 2008). Mubarak, dkk (2011) menjabarkan bahwa perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia diantaranya, yaitu: (1) Perubahan kondisi fisik lansia yang meliputi perubahan dari tingkat sel sampai ke semua sistem organ tubuh, diantaranya sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastrointestinal, urogenital, endokrin dan integumen. Masalah fisik yang sering ditemukan pada lansia diantaranya lansia mudah jatuh, mudah lelah, kekacauan mental akut, nyeri pada dada, berdebar-debar, sesak nafas pada saat melakukan aktivitas/kerja fisik, pembengkakan pada kaki bawah, nyeri pinggang atau punggung, nyeri sendi pinggul, sulit tidur, sering pusing, berat badan menurun, gangguan pada fungsi penglihatan, pendengaran dan sulit menahan kencing. Perubahan fungsi organ satu dengan organ lainnya tidak sama, meskipundemikian secara umum dijumpai penurunan fungsi secara menyeluruh, (2) Perubahan kondisi mental, meliputi penurunan fungsi kognitif dan psikomotoryang dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain: perubahan fisik terutama indra perasa, kesehata umum, tingkat pendidikan, keturunan, lingkungan, gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan, kehilangan hubungan dengan teman dan keluarga.

(3) Perubahan psikososial, perubahan ini sangat beragam bersangkutan pada kepribadian individu yang bersangkutan. Perubahan psikososial ini meliputi minat, isolasi dan kesepian, perubahan kognitif dalam hal kemunduran


(25)

pada tugas-tugas yang membutuhkan kecepatan dan tugas yang memerlukan memori jangka pendek, dan perubahan spiritual.Sedangkan menurut Boedhi Darmodjo (dalam Maryam dkk, 2008) menjadi tua bukanlah suatu penyakit atau sakit, tetapi suatu proses perubahan dimana kepekaan bertambah atau batas kemampuan beradaptasi menjadi berkurang yang sering dikenal dengan geriatric giant.

2. Konsep Kemandirian

Gracinia (2004) mendefinisikan kemandirian itu adalah kemampuan untuk dapat menjalani kehidupan tanpa adanya ketergantungan kepada orang lain. Kemandirian didefinisikan sebagai kemampuan individu untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan tidak bergantung dengan orang lain. Selain itu kemandirian diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang berupaya untuk memenuhi segala tuntutan kebutuhan hidup dengan penuh tanggungjawab terhadap apa yang dilakukannya.

Karakteristik utama dari aging process adalah makin kehilangan kemandirian atau meningkatnya ketergantungan. Ketergantungan ini dapat bersifat structural (sosial), fungsional/fisik dan ketergantugan perilaku (psikologis) . Menurut Baltes (1989 dalam Padila, 2013) ketergantungan perilaku tidak semata- mata merupakan produk dari penurunan biologis tetapi dapat pula atau terutama merupakan konsekuensi dari faktor-faktor sosial budaya yang menekankan Vulnerability biology dari lansia, kondisi-kondisi dalam lingkungan sosial yang memupuk perilaku dependen. Banyak faktor


(26)

sosial, budaya, ekonomi dan psikologis yang berperan dalam perkembangan dan menetapnya ketergantungan (Multicausality).

Utami Munandar (1977 dalam Padila, 2013) bahwa kemandirian lanjut usia sangat terkait dengan tugas-tugas perkembangan. Kemampuan seseorang untuk melaksanakan kepribadian, sebagai hasil interaksi dirinya dengan lingkungan, maka apapun yang terjadi pada lansia harus mampu: menyesuaikan diri terhadap penurunan kekuatan fisik dan kesehatan, menyesuaikan diri terhadap pensiun dan penghasilan yang berkurang, menyesuaikan diri terhadap pasangan hidup yang meninggal, membentuk afilasi dengan kelompok sebaya, menerima dan menyesuaikan diri terhadap peran-peran sosial dengan cara yang fleksibel (keluarga, hobi dan kegiatan), dan membentuk tatanan hidup fisik yang memuaskan.

3 Penilaian Tingkat Kemandirian dalam Aktivitas Sehari-hari

Aktivitas sehari-hari adalah aktivitas perawatan diri yang harus dilakukan seseorang setiap hari untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidup sehari-hari (Smeltzer & Bare, 2002). Aktivitas hari terbagi dua, yaitu aktivitas sehari-hari dasar meliputi membersihkan diri, mandi, berpakaian, berhias, makan, BAB/BAK, berpindah dan aktivitas sehari- hari instrumental meliputi melakukan pekerjaan rumah, menyediakan makanan, minum obat, menggunakan telepon (Darmojo, 2006).

Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas seperti: berdiri, berjalan dan bekerja. Kemampuan aktivitas


(27)

seseorang tidak lepas dari ketidakadekuatan sistem persarafan dan muskuloskeletal. Diantaranya dalam sistem saraf, lansia mengalami penurunan koordinasi dan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Secara umum kondisi fisik seseorang yang telah memasuki usia lanjut mengalami penurunan. Hal ini menyebabkan seseorang lansia rentanterhadap penyakit. Dan kemajuan proses penyakit mengancam kemandirian dan kualitas hidup dengan membebani kemampuan melakukan perawatan personal dan aktivitas sehari-hari (Smeltzer & Bare, 2002).

Kemampuan dan ketidakmampuan dalam melakukan aktivas sehari-hari atau untuk mengukur tingkat kemandirian lansia dapat diukur dengan menggunakan indeks Katz, indeks Barthel,Lowton IADL,Kenny self-care dan indeks ADL. Lueckenotte (2000) menjabarkan untuk melihat tingkat kemandirian dalam aktivitas terbagi menjadi dua, yaitu:

1. Indeks ADL Katz

Indeks ADLini didasarkan pada fungsi psikososial dan biologis dasar dan mencerminkan status kesehatan respon neurologis dan lokomotorik yang terorganisasi. Penilaian Indeks ADL Katz didasarkan pada tingkat kemampuan seseorang dalam melakukan aktivitas secara mandiri. Jadi suatu aktivitas akan diberi nilai jika aktivitas tersebut dapat dilakukan secara mandiri atau tanpa bantuan orang lain (Lueckenotte, 2000). Daftar faktor, sifat, dan keterampilan yang diukur melalui ADL adalah mandi (bathing), buang air besar (toeleting),


(28)

buang air kecil (continence), berpakaian (dressing), bergerak (transfer), makan (feeding).

Mandi (bathing) meliputi aspek ketidaktergantungan berupa bantuan mandi hanya pada satu bagian tubuh (seperti punggung atau ketidakmampuan ekstremitas) atau mandi sendiri dengan lengkap. Aspek ketergantugan berupa bantuan saat mandi lebih dari satu bagian tubuh, bantuan saat masuk dan keluar dari bath tub atau tidak mandi sendiri.

Buang air besar/buang air kecil (toileting) meliputi aspek ketidaktergantungan masuk dan keluar toilet, melepas dan mengenakan celana, menyeka dan menyiram, atau membersihkan organ ekskresi dan juga menangani bedpan sendiri atau tidak menggunakan bantuan mekanis. Aspek ketergantungan berupa tidak melepaskan atau menggunakan celana secara mandiri, penggunaan bedpan atau mendapat bantuan untuk masuk dan menggunakan toilet.

Kontinensia (continence) meliputi aspek ketidaktergantungan berupa berkemih dan defekasi secara keseluruhan terkontrol oleh tubuh. Ketergantungan akan inkontinensia parsial atau total dalam berkemih atau defekasi. Dikontrol parsial atau total denga enema, kateter atau penggunaan urinal atau bedpen secara teratur.

Berpakaian (dressing) meliputi aspek ketidaktergantungan meliputi mampu mengambil pakaian dari lemari, mengenakan pakaian luar, pakaian dalam, menangani pengikat yang dilakukan secara mandiri. Aspek


(29)

ketergantungan meliputi tidak mengenakan pakaian sendiri atau dibantu orang lain.

Berpindah (transfering) meliputi aspek ketidaktergantungan meliputi bergerak masuk dan keluar dari tempat tidur secara mandiri, berpindah ke dalam dan keluar kursi dan berpindah dari posisi tidur ke duduk. Aspek ketergantungan meliputi bantuan dalam bergerak masuk dan keluar tempat tidur atau kursi, tidak melakukan satu atau dua perpindahan.

Makan (feeding) meliputi aspek ketidaktergantungan berupa mengambil makanan dari piring, memasukkan makanan ke dalam mulut secara mandiri. Aspek ketergantungan meliputi bantuan dalam mengambil makanan atau tidak makan sama sekali atau makan secara parenteral.

Berdasarkan keenam aktivitas yang dinilai, pemeriksa dapat mengkategorikan pasien ke dalam kelompok: (1) KATZ A meliputi ketidaktergantungan dalam hal makan, kontinen buang air besar/buang air kecil, mengenakan pakaian, pergi ke toilet, berpindah dan mandi, (2) KATZ B meliputi ketidaktergantungan pada semuanya kecuali salah satu dari fungsi diatas, (3) KATZ C meliputi ketidaktergantungan semuanya kecuali mandi dan salah satu dari fungsi di atas, (4) KATZ D meliputi ketidaktergantungan semuanya kecuali mandi, berpakaian dan salah satu fungsi diatas, (5) KATZ E meliputi ketidaktergantngan semua kecuali mandi, berpakaian, ke toilet dan salah satu fungsi diatas, (6) KATZ F meliputi ketidaktergantungan semuanya


(30)

kecuali makan, berpakaian, ke toilet, berpindah dan salah satu fungsi diatas, (7) KATZ G meliputi ketergantungan untuk semua fungsi di atas.

Keterangannya bahwa ketidaktergantungan berarti tanpa pengamatan, pengarahan atau bantuan aktif dari orang lain. Seseorang yang menolak untuk melakukan fungsi dianggap tidak melakukan fungsi meskipun dia dianggap mampu. (Stanhope, 1998).

2. Indeks Barthel

Indeks Barthel adalah suatu alat yang cukup sederhana untuk menilai perawatan diri dan mengukur harian seseorang berfungsi secara khusus aktivitas sehari-hari dan mobilitas (Lueckenotte, 2000). Indeks Barthel terdiri dari 10 item, yaitu transfer (tidur ke duduk, bergerak dari kursi roda ke tempat tidur dan kembali), mobiliasi (berjalan), penggunaan toilet (pergi ke/dari toilet), membersihkan diri, kemampuan buang air besar/buang air kecil, mandi, berpakaian, makan, naik/turun tangga.

Penilaian ini dapat digunakan untuk menentukan tingkat dasar dari fungsi dan dapat digunakan untuk memantau perbaikan dalam aktivitas sehari-hari dari waktu ke waktu. Penilaian indeks Barthel berdasarkan pada tingkat bantuan orang lain dalam meningkatkan aktivitas sehari-hari meliputi sepuluh aktivitas.

Apabila seseorang mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri akan mendapatkan nilai 15 dan jika membutuhkan bantuan nilai 10 dan jika tidak mampu 5 untuk item masing-masing. Kemudian nilai dari setiap item akan


(31)

dijumlah untuk mendapatkan skor total dengan skor maksimum 100. Namun nilai 5, 10, 15 cukup sering diganti dengan 1, 2 dan 3 dengan skor maksimum 20.

3. Lowton IADL

Pengkajian aktivitas sehari-hari dengan indeks Lawton IADL menggunakan beberapa item penilaian, yaitu: (1) Menggunakan telepon meliputi mengoperasikan telepon atas inisiatif sendiri mencari dan menghubungkan nomor telepon dan seterusnya, menghubungi beberapa nomor telepon yang telah dikenal dengan baik, menjawab telepon tetapi tidak menghubungi,tidak menggunakan telepon sama sekali, (2) Berbelanja meliputi mengurus semua keperluan belanja secara mandiri, berbelanja secara mandiri untuk pembelian yang kecil, perlu ditemani pada setiap kegiatan belanja, tidak mampu berbelanja sama sekali, (3) Persiapan makan meliputi merencanakan dan menyajikan makanan yang cukup secara mandiri, menyiapkan makanan yang adekuat jika bahan-bahan untuk membuatnya telah disediakan, memanaskan dan menyajikan makanan yang disiapkan atau menyiapkan makanan tetapi tidak mempertahankan diet yang adekuat, memerlukan makanan yang telah disiapkan dan disajikan, (4) Memelihara rumah meliputi memelihara rumah sendiri atau kadang-kadang dengan bantuan (misalnya bantuan untuk pekerjaan rumah yang berat), melaksanakan tugas ringan sehari-hari seperti mencuci piring dan merapikan tempat tidur, melaksanakan tugas ringan sehari-hari tetapi tidak dapat memelihara tingkat kebersihan yang dapat diterima, perlu bantuan untuk semua tugas


(32)

pemeliharaan rumah, tidak berpartisipasi dalam setiap tugas pemeliharaan rumah, (5) Mencuci pakaian meliputi apakah mencuci pakaian sepenuhnya, mencuci barang-barang yang kecil, kaos kaki, stocking, dan lain-lain, memerlukan semua cucian dikerjakan oleh orang lain. (6) Model transportasi meliputi berpergian secara mandiri dengan transportasi umum atau mengemudi mobil pribadi, melakukan perjalanan sendiri dengan menggunakan taksi tetapi tidak jika menggunakan transportasi umum, berpergian dengan transportasi umum walaupun dengan dibantu ataupun ditemani oleh orang lain, berpergian terbatas hanya menggunakan mobil atau taksi dengan bantuan orang lain, tidak berpergian sama sekali, (7) Tanggung jawab untuk pengobatannya meliputi bertanggungjawab untuk minum obat dalam dosis benar dan waktu yang benar, mengambil tangungjawab jika pengobatan telah disiapkan lebih dahulu dalam dosis terpisah, apakah tidak mampu untuk menggunakan pengobatan miliknya sendiri, (8) Kemampuan untuk menangani keuangan meliputi mengatur berbagai masalah keuangan secara mandiri (anggaran, menulis cek, membayar uang sewa dan tagihan lainnya, pergi ke bank), mengumpulkan dan mempertahankan sumber pendapatan,mengatur pembelian sehari-hari tetapi perlu bantuan berkenaan dengan perbankan, pembelian yang besar dan sebagainya, tidak mampu untuk menangaini keuangan (Lawton & Brody, 1969 dalam Stenley and Bare 2006).


(33)

4. Dukungan Keluarga 4.1 Definisi Keluarga

Friedman (2010) mendefinisikan bahwa keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh kebersamaan dan kedekatan emosional serta yang mengidentifikasikan dirinya sebagai bagian dari keluarga. Menurut WHO, keluarga adalah anggota rumah tangga saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan. Menurut Setiadi (2008) mendefinisikan bahwa keluarga adalah bagian dari masyarakat yang peranannya sangat penting untuk membentuk kebudayaan yang sehat, dimana dari keluarga inilah pendidikan kepada individu dimulai dan akan tercipta tatanan masyarakat yang baik, sehingga untuk membangun suatu kebudayaan maka seyogyanya dimulai dari keluarga. Menurut Stuart (dalam Setiawati dan Dermawan, 2008) ada lima hal penting yang ada pada definisi keluarga adalah : 1) keluarga adalah suatu sistem atau unit, 2) komitmen dan keterikatan antara anggota keluarga yang meliputi kewajiban di masa yang akan datang, 3) fungsi keluarga dalam pemberian perawatan meliputi perlindungan, pemberian nutrisi dan sosialisasi untuk seluruh anggota keluarga, 4) anggota-anggota keluarga mungkin memiliki hubungan dan tinggal bersama atau mungkin juga tidak ada hubungan dan tinggal terpisah, 5) keluarga mungkin memiliki anak atau mungkin juga tidak.

4.2 Tipe Keluarga

Setiadi (2008) memaparkan bahwa keluarga dibagi kedalam beberapa tipe keluarga, yaitu secara tradisional dan secara modern. Secara tradisional keluarga


(34)

dikelompokkan menjadi dua, yaitu: (1) Keluarga inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya, (2) Keluarga besar (Extended Family) adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek-nenek, paman-bibi)

Secara modern tipe keluarga dikelompokkan sebagai berikut:(1) Tradisional Nuclear. Keluarga inti (ayah, ibu dan anak) tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah, (2) Reconstituted Nuclear. Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami/istri tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak-anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru, satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah., (3) Middle Age/Aging Couple. Suami sebagai pencari uang, istri di rumah atau keduanya bekerja di rumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah atau perkawinan atau meniti karir, (4) Dyadic Nuclear. Suami/istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak yang keduanya atau salah satu bekerja di luar rumah,

(5) Single Parent. Satu orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah atau di luar rumah, (6) Dual Carrier. Suami/istri berkarier dan tanpa anak, (7) Commuter Married. Suami/istri atau keduanya karier dan tinggal terpisah pada jarak tertentu. Keduanya saling mencai pada waktu-waktu tertentu, (8) Single Adult. Wanita/pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya keinginan untuk


(35)

kawin, (9) Three Generation. Tiga generasi atau lebih yang tinggal dalam satu rumah, (10) Institusional. Anak-anak atau orang dewasa tinggal dalam suatu panti, (11) Comunal. Satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang monogami dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas, (12) Group Marriage. Satu rumah terdiri dari orang tua dan keturunannya di dalam kesatua keluarga dan tiap individu sudah menikah dengan yang lain dan semua adalah orang tua dari anak-anak, (13)Unnmarried Parent and Child. Ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki, anaknya diadopsi, (14) Cohibing Couple. dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa menikah, (15) Gay and Lasbian Family. Keluarga yang dbentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama.

4.3 Fungi Keluarga

Friedman (2010) menjabarkan bahwa terdapat empat fungsi keluarga meliputi fungsi afektif, fungsi sosilisasi, fungsi reproduksi dan fungsi ekonomi.Fungsi afektif. Fungsi afektif merupakan dasar utama baik untuk pembentukan maupun berkelanjutan unit keluarga itu sendiri, sehingga fungsi afektif merupakan salah satu fungsi keluarga yang paling penting dan basis kekuatan keluarga. Peran utama orang dewasa dalam keluarga adalah fungsi afektif, fungsi ini berhubungan dengan persepsi keluarga dan keperdulian terhadap kebutuhan sosioemosional semua anggota keluarganya. Hal tersebut mengurangi ketegangan dan mempertahankan moral. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi


(36)

afektif tampak pada kebahagian dan kegembiraan seluruh anggota keluarga yang mempertahankan iklim positif. Hal tersebut dapat dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dan hubungan dalam keluarga. Dengan demikian, keluarga yang berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh anggota keluarga dapat mengembangkan konsep diri yang positif. Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif adalah :

a. Saling mengasuh

Cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling mendukung anggota keluarga, mendapat kasih sayang dan dukungan dari anggota yang lain. Kemampuannya untuk memberikan kasih sayang akan meningkat, pada akhirnya tercipta hubungan yang hangat dan saling mendukung. Hubungan inti dalam keluarga merupakan modal dasar dalam memberi hubungan dengan orang di luar keluarga atau masyarakat.

b. Saling menghargai.

Bila anggota keluarga saling mengahargai dan mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu mempertahankan iklim yang positif, maka fungsi afetif akan tercapai.

c. Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga

Dimulai sejak pasangan sepakat memulai hidup baru. Ikatan antara anggota keluarga dikembangkan melalui proses identifikasi dan penyesuaian pada berbagai aspek kehidupan anggota keluarga. Orang tua harus mengembangkan proses identifikasi yang positif sehingga anak-anak dapat meniru tingkah laku yang positif dari kedua orangtuanya. Fungsi afektif


(37)

merupakan sumber energi yag menentukan kebahagian keluarga. Keretakan keluarga, kenakalan anak atau masalah keluarga, timbul karena fungsi afektif di dalam keluarga tidak terpenuhi.

Fungsi sosialisasi. Sosialisasi dimulai semenjak manusia lahir. Leslie & Korman (1989 dalam Friedman, 2010) mendefinisikan bahwa sosialisasi anggota keluarga adalah fungsi yang universal dan lintas budaya yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup masyarakat. Keluarga memiliki tanggung jawab utama dalam mengubah seorang bayi dalam hitungan tahun menjadi makhluk sosial yang mampu berpartisipasi penuh dalam masyarakat. Selain itu, sosialisasi seharusnya tidak sekedar dianggap berhubungan dengan pola perawatan bayi dan anak, tetapi lebih kepada proses seumur hidup yang meliputi internalisasi sekumpulan norma dan nilai yang tepat agar dapat menjadi seorang remaja, suami/istri, orangtua, sebagai pegawai yang baru bekerja, kakek/nenek, pensiunan. Jadi, sosialisasi melibatkan pembelajaran budaya. Dan keberhasilan perkembangan individu dan keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan antara anggota keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi.

Fungsi reproduksi. Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan, tujuan untuk membentuk keluarga adalah untuk meneruskan keturunan. Dahulu, pernikahan dan keluarga dirancang untuk mengatur dan mengendalikan perilaku seksual


(38)

serta reproduksi dan sampai saat ini reproduksi masih mendominasi fungsi primer keluarga, yang merupakan justifikasi keberadaan keluarga.

Fungsi ekonomi. Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan akan makan, pakaian dan tempat tinggal. Fungsi ekonomi melibatkan penyediaan keluarga akan sumber daya yang cukup, finansial, ruang dan alokasinya yang sesuai melalui proses pengambilan keputusan. Banyak pasangan sekarang kita lihatdengan penghasilan yang tidak seimbang antara suami dan istri, hal ini menjadi permasalahan yang berujung pada perceraian.

4.4 Dukungan Keluarga

Kane (1988 dalam Friedman 2010) mendefenisikan dukungan keluarga sebagai proses hubungan antara keluarga dengan lingkungan sosialnya. Dukungan keluarga tersebut bersifat reprokasitas (timbal balik), umpan balik (kuantitas dan kualitas komunikasi), dan keterlibatan emosional (kedalam intimasi dan kepercayaan) dalam hubungan sosial. Dukungan keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang masa kehidupan, sifat dan jenis dukungan berbeda dalam berbagai tahap-tahap siklus kehidupan. Dukungan keluarga dapat berupa dukungan sosial interna, seperti dukungan dari suami, istri atau dukungan dari saudara kandung dan dapat juga berupa dukungan keluarga eksternal bagi keluarga inti. Dukungan keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal. Sebagai akibatnya, hal ini meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga (Friedman, 2010).


(39)

4.5 Jenis Dukungan Keluarga

Caplan (1976 dalam Friedman 2010) dan House (1984 dalam Setiadi, 2008) menerangkan bahwa keluarga memiliki empat fungsi dukungan, diantaranya :

1. Dukungan emosional

Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi dari orang lain adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan didengarkan serta penghargaan. Dengan demikian seseorang yang menghadapi persoalan merasa dirinya tidak menanggung beban sendiri tetapi masih ada orang lain yang mau memperhatikan, mau mendengar segala keluhnya, bersimpati dan empati terhadap persoalan yang dihadapinya, bahkan mau memecahkan masalah yang dihadapinya. Lansia pun demikian, lansia tidak hanya membutuhkan dukungan secara fisik saja tetapi hubungan emosional antar anggota keluarga akan sangat mendukung lansia dalam mempertahankan kemandiriannya.

Dukungan emosional didapat dari keluarga, bahwa kasih sayang dari anggota keluarga kepada anggota keluarga yang lain, memberi penghargaan terhadap kehidupan keluarga terutama berkaitan dengan persepsi dan perhatian terhadap kebutuhan emosional para anggota keluarga (Faridatus dalam Triswandari, 2008). Dukungan emosional merupakan dukungan keluarga yang paling banyak diterima oleh lansia karena dukungan


(40)

emosional ini penting dalam meningkatkan semangat dan memberikan ketenangan.

2. Dukungan informasi

Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminitor (penyebar informasi). Menjelaskan tentang pemberian saran dan sugesti, informasi yang dapat digunakan untuk mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menekan munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberi informasi. Dukungan informasi merupakan suatu dukungan atau bantuan yang diberikan oleh keluarga dalam bentuk memberi saran atau masukan, nasehat atau arahan dan memberikan informasi-informasi penting kepada orang yang membutuhkan. Dukungan informatif yang tepat akan meningkatkan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari. Lingkungan di tempat tinggal perkotaan, memudahkan keluarga yang memiliki lansia untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai perubahan pada lansia baik melalui media cetak seperti koran atau majalah maupun media elektronik seperti televisi dan internet serta fasilitas kesehatan yang lengkap di daerah perkotaan (Soejono, 2002).


(41)

3. Dukungan instrumental

Keluarga merupakan sumber pertolongan praktis dan konkrit diantaranya: kesehatan pasien dalam hal kebutuhan makan dan minum, istirahat dan terhindarnya pasien dari kelelahan. Dukungan instrumental keluarga ini merupakan suatu dukungan atau bantuan penuh dari keluarga dalam bentuk memberikan bantuan tenaga, dana, maupun meluangkan waktu untuk membantu atau melayani dan mendengarkan klien dalam menyampaikan perasaannya. Bentuk bantuan ini bertujuan untuk mempermudah seseorang dalam melakukan aktifitasnya berkaitan dengan persoalan-persoalan yang dihadapinya atau menolong secara langsung kesulitan yang dihadapi, misalnya dengan menyediakan peralatan lengkap dan memadai bagi penderita, menyediakan obat-obat yang dibutuhkan dan lain-lain. Keluarga menyediakan alat mandi, makan, pakaian lansia, bukan berarti lansia menjadi tidak mandiri karena disediakannya alat-alat tersebut tetapi bagaimana kemandirian lansia dalam menggunakan alat-alat tersebut.

4. Dukungan penilaian

Keluarga bertindak sebagai sebuah umpan baik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah. Terjadi lewat ungkapan rasa hormat (peghargaan) serta sebagai sumber dan validator identitas keluarga, diantaranya adalah memberi penghargaan dan perhatian pada sesama anggota keluarga. Dukungan penilaian ini akan terbentuk bila hubungan interpersonal baik. Ikatan kekeluargaan yang kuat sangat membantu ketika


(42)

keluarga menghadapi masalah, karena keluarga adalah orang yang paling dekat hubungannya dengan anggota keluarganya. Bentuk penilaian ini merupakan bentuk peghargaan yang diberikan seseorang kepada pihak lain berdasarkan kondisi sebenarnya dari penderita. Penilaian ini bisa positif dan negatif yangmana pengaruhnya sangat berarti bagi seseorang. Dukungan penghargaan menyebabkan lansia merasa bahwa dirinya dianggap dan dihargai sehingga akan menaikkan harga diri (House & Smett dalam Triswandari, 2008). Di Indonesia sudah menjadi budaya bahwa orang tua merupakan tempat meminta saran dan pertimbangan terhadap masalah yang terjadi di keluarga maupun di masyarakat. Dalam keluarga, kakek dan nenek mrmpunyai peranan yang sangat penting sebagai warga tertua yang penuh pengalaman dan kebijakan, namun tidak jarang lansia merasa tidak dibutuhkan lagi sehingga dukungan berupa peghargaan sangat penting bagi lansia (Murodion, 2006).


(43)

Kerangka konseptual dalam penelitian ini memberikan gambaran tentang Dukungan keluarga dengan mengkategorikan dukungan keluarga dalam tiga tingkatan yaitu rendah, cukup dan tinggi dan kemandirian lansia dalam aktivitas sehari-haridengan mengkategorikan ke dalam tingkat kemandirian mandiri, ringan, sedang, berat, dan total di Posyandu Lansia wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan.

Skema1. Gambaran Dukungan Keluarga dan Kemandirian Lansia dalam Aktivitas Sehari-hari di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan.

2 Definisi Operasional

Kemandirian Lansia dalam Aktivitas Sehari-hari, meliputi: - BAB/BAK

- Membersihkan diri - Penggunaan toilet - Makan

- Berpindah posisi - Mobilitas/berjalan - Mandi

- Berpakaian - Naik/turun tangga Dukungan Keluarga terhadap

klien :

- Dukungan emosional - Dukungan informasional - Dukungan instrumental - Dukungan penilaian

Dikategorikan : - mandiri - ringan - sedang - berat - total Dikategorikan : - rendah - cukup - tinggi


(44)

2. Definisi Operaional

Dukungan keluarga adalah suatu proses yang terjadi secara terus menerus sepanjang masa kehidupan seorang dengan lainnya yang saling berikatan dan membantu satu sama lain dalam wadah kelompok kecil sesuai tahap-tahap siklus kehidupan, dukungan keluarga meliputi dukungan emosional, dukungan informasional, dukungan instrumental dan dukungan penilaian.

Dukungan emosional adalah bantuan yang diberikan secara emosional dalam bentuk perhatian dari keluarga dengan adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan didengarkan serta pengharapan dalam kehidupan.

Dukungan informasional adalah bantuan keluarga yang diberikan dalam bentuk saran, usulan, nasehat, petunjuk dan pemberi informasi.

Dukungan instrumental adalah bentuk yang diberikan keluarga dalam bentuk bantuan pendampingan, pemberian dana dan meluangkan waktu untuk melayani dan mendengarkan klien anggota keluarga dalam menyampaikan perasaan dan hal-hal yang dialami.

Dukungan penilaian adalah bantuan dari keluarga dalam memberikan penghargaan, perhatian, dan pujian kepada sesama anggota keluarga yang telah memberikan respon positif.

Dukungan keluarga dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan Kuesioner Dukungan Keluarga (KDK) dalam bentuk skala likert dengan menggunakan skala ukur ordinal dengan hasil rendah, cukup, tinggi.


(45)

Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun. Kemandirian lansia adalah suatu keadaan dimana seorang lansia berupaya untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari berdasarkan tingkat ketergantungan terhadap keluarga meliputi kemampuan dalam buang air besar, kemampuan dalam buang air kecil, membersihkan diri (memasang gigi palsu, sikat gigi, sisir rambut, bercukur, cuci muka), mandi, penggunaan toilet (masuk dan keluar WC, melepas/memakai celana, menyeka, menyiram), makan, berpindah posisi dari tempat tidur ke kursi roda dan sebaliknya, mobilitas/berjalan, berpakaian dan naik/turun tangga.

Kemandirian lansia dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan Kuesioner Aktivitas Sehari-hari (KKLAS) Indeks Barthel dalam bentuk skala likert dengan menggunakan skala ukur ordinal dengan hasil ketergantungan Total, Berat, Sedang, Ringan, Mandiri.


(46)

1. Desain Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Notoatmodjo (2012) memaparkan bahwa penelitian deskriptif merupakan suatu metode penelitian yang mendeskripsikan atau menggambarkan suatu keadaan yang terjadi di dalam masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan dukungan keluarga dan kemandirian lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan.

2. Populasi dan Sampel 2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2012). Populasi penelitian ini adalah lansia yang dibina oleh Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan yang terdapat pada 20 posyandu lansia yang sebanyak 665 orang tercatat sampai dengan pada bulan November 2014. 2.2 Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2012). Pada penelitian ini yang menjadi sampel adalah lansia yang dibina di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan.


(47)

Penentuan jumlah sampel penelitian didasarkan pada ketentuan rumus dari Arikunto tahun 2010 yaitu jika populasi lebih dari 100 orang, dapat diambil jumlah sampel 10%-15% dari sejumlah populasi yang dianggap representatif. Berdasarkan hal tersebut, peneliti menetapkan jumlah responden 10% dari jumlah populasi. Dengan demikian jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 67 orang. Adapun kriteria inklusif responden dalam penelitian ini adalah lansia yang dibina di Posyandu Lansia, lansia yang berusia lebih dari 60 tahun, lansia yang memiliki masalah kesehatan, lansia yang tinggal bersama keluarga, tidak sedang mengalami disorientasi tempat, waktu, orang, dapat berkomunikasi dengan berbahasa indonesia dan bersedia menjadi responden.

2.3 Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel atau teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan teknik non probability sampling dengan Quota Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menetapkan sejumlah anggota sampel secara quotum atau jatah (Notoatmodjo, 2012).

3. Lokasi dan Waktu

Penelitian inidilakukan di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan. Adapun alasan pemilihan lokasi karena pada survey awal penelitian diketahui bahwa Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan memiliki kegiatan Posyandu lansia yang aktif sehingga terdapat jumlah sampel penelitian


(48)

yang memadai sesuai dengan kriteria sampel penelitian. Lokasi ini jugamudah untuk dijangkau peneliti dan belum ada peneliti yang melakukan penelitian tentang dukungan keluarga dan kemandirian lansia dalam aktivitas sehari-hari di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan sehingga peneliti memilih lokasi ini sebagai tempat penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan 11 April sampai dengan 8 Juni 2015.

4. Pertimbangan Etik

Perkembangan etik dimulai dari proses administrasi penelitian yaitu setelah mendapat persetujuan dari institusi pendidikan (Fakultas Keperawatan USU) dan izin dari Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dan Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan, selanjutnya peneliti melakukan beberapa langkah-langkah penelitian mulai dari pertimbangan etik penelitian yang meliputi: persetujuan dari responden penelitian (Informed Consent), lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan diteliti yang sesuai dengan kriteria inklusi yang telah ditetapkan dan disertai judul penelitian, bila responden tidak bersedia menjadi responden maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghargai hak-hak responden. Penelitian dilakukan dengan rahasia (Anomity), dan untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, maka waktu penelitian ini peneliti tidak mencantumkan nama responden, tetapi lembar tersebut diberikan kode penelitian (Confidentiality), kerahasian informasiresponden dijamin oleh peneliti sebagai kelompok data tertentu yang


(49)

akan dilaporkan sebagai hasil penelitian. Penelitian ini tidak menyakiti aspek biologis, psikologis, sosial dan spiritual dari responden.

5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini disusun oleh peneliti dengan mengacu kepada tinjauan pustaka dan kerangka konsep. Instrumen penelitian berupa kuesioner yang terdiri dari 3 bagian berisi: Kuesioner Data Demografi (KDD), Kuesioner Dukungan Keluarga (KDK) dan Kuesioner Kemandirian Lansia dalam Aktivitas sehari-hari (KKLAS).

Kuesioner tentang data demografi adalah aspek data tentang responden meliputi kode nomor, jenis kelamin, umur, tinggal dengan, agama, suku, masalah kesehatan, pekerjaan, penghasilan, dan pendidikan. Data demografi ini diisi pada bagian yang telah disediakan pada lembar kuesioner.

Kuesioner dukungan keluarga diidentifikasikan berdasarkan konsep dari Caplan pada tahun 1976dan dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan penelitian. Penelitian dengan menggunakan skala likert yaitu untuk penilaian dukungan keluarga yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang meliputi empat komponen dukungan keluarga yang diterima oleh lansia berupa dukungan emosional (1-5), dukungan informasi (6-10), dukungan instrumental (11-15), dan dukungan pengharapan (16-20). Kuesioner ini disusun dalam bentuk pertanyaan positifdengan empat alternatif jawaban yang terdiri dari selalu (SL), sering (SR), kadang-kadang (KD), tidak pernah (TD).


(50)

Pertanyaan-pertanyaan positif terdapat pada nomor 1-20. Skor nilai yang diberikan untuk setiap pertanyaan 1 sampai 4, dimana jawaban selalu (SL) nilai 4, sering (SR) nilai 3, kadang-kadang (KD) nilai 2, tidak pernah (TD) nilai 1. Dengan total skor 20-80. Semakin tinggi jumlah skor maka dukungan keluarga semakin baik.

Dukungan keluarga terhadap lansia akan dikategorikan berdasarkan rumus statistika menurut Hidayat (2009).

Dimana i merupakan panjang kelas dengan rentang (nilai tertinggi dikurangi nilai terendah). Dan hasil skoring dukungan keluarga nilai tertinggi 80 dan nilai terendah adalah 20, maka rentang kelas adalah 60 dengan 3 kategori banyak kelas, sehingga diperoleh panjang kelas sebesar 20. Data untuk kuesioner dukungan keluarga (KDK) dikategorikan sebagai berikut: 20-40 adalah dukungan keluarga rendah, 41-60 adalah dukungan keluarga cukup dan 61-80 adalah dukungan keluarga tinggi.

Kuesioner kemandirian lansia dalam aktivitas sehari-hari (KKLAS) meliputikemampuan dalam buang air besar, kemampuan dalam buang air kecil, membersihkan diri (memasang gigi palsu, sikat gigi, sisir rambut, bercukur, cuci muka), mandi, penggunaan toilet (masuk dan keluar WC, melepas/memakai celana, menyeka, menyiram), makan, berpindah posisi dari tempat tidur ke kursi roda dan sebaliknya, mobilitas/berjalan, berpakaian dan naik/turun tangga.Kuesioner aktivitas sehari-hari diukur dengan menggunakan indeks barthel yaitu mandiri dengan skor 20, ketergantungan ringan 12-19,


(51)

ketergantungan sedang 9-11, ketergantungan berat 5-8 dan ketergantungan total 0-4. Pertanyaan yang diajukan terdiri dari 10 butir yang merupakan pertanyaan yang terstruktur yaitu menjawab sesuai dengan pedoman yang sudah ditetapkan.

6. Validitas dan Reliabilitas Instrumen 6.1. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkatan-tingkatan kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Penelitian ini menggunakan uji validitas dengan memenuhi unsur penting dengan menentukan validitas pengukuran instrumen yaitu: relevansi isi, instrumen disesuaikan dengan tujuan penelitian agar dapat mengukur objek dengan jelas. Pada penelitian ini akan dilakukan penyesuaian instrumen penelitian sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu relevan pada sasaran subjek dan cara pengukuran melalui instrumen yang disusun sesuai dengan tinjauan pustaka.

Instrumen penelitian berupa kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini divalidasikan oleh Dosen Fakultas Keperawatan USU yang memiliki kesesuaian bidang ilmu terkait dukungan keluarga yaitu oleh Ibu Lufthiani S.Kp, Ns, M.Kes dan nilai valid yang didapat yaitu 0,9 karena nilai valid lebih besar dari 0,7 maka kuesioner dukungan keluarga telah valid. Untuk instrumen penelitian Kuesioner Kemandirian Lansia dalam Aktivitas sehari-hari kuesioner ini diadopsi langsung dari indeks barthel


(52)

dengan menerjemahkan indeks barthel ke dalam bahasa Indonesia. Kuesioner ini telah diuji validitas oleh Agung (2006) dengan Coefficient Alpha Cronbach 0,938.

6.2. Reliabilitas

Sebagai pemeriksaan pendahuluan sebelum melakukan penelitian, menunjukkan sejauhmana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2012). Uji reliabilitas instrumen bertujuan untuk mengetahui seberapa besar derajat alat ukur dapat mengukur secara konsisten objek yang akan diukur. Alat ukur yang baik adalah alat ukur yang memberikan hasil yang relatif sama bila digunakan beberapa kali pada kelompok sampel yang sama.

Uji Reliabiitas ini dilakukan terhadap responden yang tidak termasuk dalam jumlah sampel penelitian dengan menggunakan metode uji Cronbach’s Alpha untuk Kuesioner Dukungan Keluarga (KDK). Uji reliabilitas penelitian ini dilakukan terhadap responden yang memenuhi kriteria sampel penelitian kemudian jawaban dari responden diolah menggunakan komputerisasi. Bila dilakukan uji reliabilitas diperoleh nilai Cronbach’s Alpha (α) lebih dari 0,70 maka instrumen dinyatakan reliabel (Polit & Hungler, 1995). Hasil uji reliabilitas terhadap kuesioner dukungan keluarga adalah 0,902 dan untuk uji reliabilitas kuesioner kemandirian lansia dalam aktivitas sehari-hari adalah 0,969 sehingga dapat diambil


(53)

kesimpulan bahwa instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah reliabel.

7. Pengumpulan Data

Prosedur yang dilakukan dalam pengumpulan data yaitu pada tahap awal peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi pendidikan (Fakultas Keperawatan USU) kemudian mengirimkan permohonan izin yang diperoleh ke Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang untuk meneliti di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Percut Sei Tuan. Peneliti menentukan responden yang sesuai dengan kriteria insklusi yang telah ditetapkan. Setelah mendapatkan calon responden, selanjutnya peneliti menjelaskan kepada responden tersebut tentang tujuan, manfaat dan cara pengisian kuesioner. Kemudian bagi calon responden yang bersedia, diminta untuk menandatangani informed consent. Pengisian kuesioner dilakukan dengan cara peneliti membacakan isi kuesioner kepada responden dan responden menjawab pertanyaan. Jawaban yang diberikan oleh responden juga disesuaikan peneliti dengan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti saat pengisian kuesioner berlangsung dan selanjutnya peneliti menandai jawaban yang diberikan responden di lembar kuesioner. Selesai pengisian, peneliti memeriksa kelengkapan data. Jika data yang kurang lengkap, data dapat langsung dilengkapi selanjutnya data yang terkumpul dianalisa.


(54)

Revisi Pengumpulan data penelitian, peneliti hanya melakukan pengumpulan data di 10 posyandu lansia hal ini dikarenakan bahwa posyandu lansia yang aktif hanya 10 posyandu lansia dari 20 posyandu lansia.

8. Analisa Data

Analisa data dilakukan setelah semua data dalam kuesioner dikumpulkan melalui beberapa tahap dimulai dengan editing untuk memeriksa kelengkapan data, kemudian data yang sesuai diberi kode (coding) untuk memudahkan peneliti dalam melakukan tabulasi dan analisa data. Kemudian memasukkan (entry) data ke dalam komputer dan dilakukan pengolahan data dengan menggunakan komputerisasi. Dilakukan dengan pengolahan data dengan menggunakan program komputerisasi. Pengolahan data dilakukan dengan cara univariat, dimana data univariat untuk menampilkan data demografi yang terdiri dari usia, jenis kelamin, bertempat tinggal dengan, agama, suku, masalah kesehatan, pekerjaan, penghasilan, pendidikan, dukungan keluarga dan kemandirian aktivitas sehari-hari dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase.


(55)

1. Hasil Penelitian

Pada bab ini menguraikan hasil penelitian dan pembahasan tentang dukungan keluarga dan kemandirian lansia di posyandu lansia Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan, yang dilakukan dari tanggal 11 April sampai dengan 8 Juni 2015. Penyajian data meliputi data demografi responden, dukungan keluarga yang diterima responden dan tingkat kemandirian responden terhadap aktivitas sehari-hari.

1.1Demografi Responden

Dari hasil penelitian yang dilakukan karakteristik responden, yaitu mayoritas responden berada dalam kelompok umur 60-74 tahun (61%) dengan rata-rata umur 62 tahun (SD=10,19). Berdasarkan jenis kelamin responden wanita lebih banyak daripada pria (66%), umumnya responden beragama Islam (82%), bersuku Jawa (58%), tinggal bersama anak mereka (55%). Data masalah kesehatan yang banyak dialami responden umumnya masalah kesehatan Rematik (30%), pekerjaan responden sebagai petani (42%), berpenghasilan <1.650.0000 (55%) dan berdasarkan jenjang pendidikan responden rata-rata adalah SD (52%).


(56)

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Demografi Responden di Posyandu Lansia Puskesmas Bandar Khalipah Kec. Percut Sei Tuan (n=67)

Data Demografi Frekuensi Persentase

Usia

60-74 (erderly) 41 61

75-90 (old) 21 31

>90 (very olds)

Mean= 72,72 SD= 10,19

5 8

Jenis Kelamin

Pria 23 34

Wanita 44 66

Tinggal dengan

Suami/istri 26 39

Anak 37 55

Cucu 4 6

Agama

Islam 55 82

Kristen 12 18

Suku

Batak Toba 12 18

Jawa 39 58

Melayu 7 10

Mandailing 9 14

Masalah kesehatan

Rematik 19 30

Hipertensi 16 24

Paru-paru 14 21

Diabetes Militus 8 12

Gastritis 4 6

Stroke 3 4


(57)

Tabel 1 (Lanjutan)

Pekerjaaan

Pegawai swasta 2 3

Wirausaha 26 39

Petani 28 42

IRT/Tidak bekerja 11 16

Pendidikan

Tidak sekolah 24 36

SD 35 52

SMP 7 10

SMA 1 2

1.2 Dukungan Keluarga terhadap Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan

Hasil penelitian tentang menunjukkan bahwa dukungan keluarga yang diberikan keluarga kepada responden mayoritas ada dalam kategori tinggi yaitu (79%), kategori cukup (18%) dan dukungan keluarga yang diberikan keluarga kepada rensponden dalam kategori rendah terdapat (3%).

Tabel 2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Dukungan Keluarga terhadap Lansia di Posyandu LansiaPuskesmas Bandar Khalipah Kec. Percut Sei Tuan (n=67)

Dukungan Keluarga Frekuensi Persentase

Tinggi (61-80) 53 79

Cukup (41-60) 12 18

Rendah (20-40) 2 3


(58)

1.3Dukungan Emosional terhadap Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (69%) menyatakan keluarga selalu memberikan tempat tinggal yang nyaman dan tenang bagi lansia, keluarga selalu memberikan perhatian dengan menciptakan suasana lingkungan rumah yang aman bagi lansia (67%), keluarga selalu memberikan kepercayaan kepada lansia untuk melakukan aktivitas sehari-hari (46%), keluarga sering mendengarkan keluhan lansia ketika lansia bersedih (46%), keluarga selalu memberikan kasih sayang kepada lansia dalam setiap aktivitas yang dilakukan lansia (49%).

Tabel 3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Dukungan Emosional terhadap Lansia di Posyandu LansiaPuskesmas Bandar Khalipah Kec. Percut Sei Tuan (n=67)

Uraian Tidak

Pernah n (%) Kadang-kadang n (%) Sering n (%) Selalu n (%)

Keluarga adalah tempat tinggal yang nyaman dan tenang bagi saya

0 3 (4) 18 (27) 46 (69) Keluarga memberikan perhatian

dengan menciptakan suasana lingkungan rumah yang aman bagi saya untuk beraktivitas

0 4(6) 18 (27) 45 (67)

Keluarga memberikan kepercayaan kepada saya melakukan aktivitas

0 9 (14) 27 (40) 31 (46)

Keluarga mendengarkan keluhan saya ketika saya sedih

2(3) 6 (9) 31 (46) 28 (42) Keluarga memberikan kasih

sayang dengan memperhatikan saya saat beraktivitas


(59)

1.4Dukungan Informasi terhadap Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (63%) keluarga selalu mencari informasi tentang masalah kesehatan yang dialami melalui majalah dan ahli, keluarga sering menyarankan lansia untuk datang berkunjung ke posyandu lansia (46%), keluarga selalu mengingatkan hal-hal yang harus dihindari yang dapat menbuat lansia terserang penyakit (46%), keluarga sering mengingatkan lansia untuk tetap menjaga kesehatan (51%), keluarga sering memberikan solusi permasalahan kepada lansiadalamaktivitas sehari-hari (52%).

Tabel 4 Distribusi Frekuensi dan Persentase Dukungan Informasi Keluarga terhadap Lansia di Posyandu Lansia Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan (n=67)

Uraian Tidak

pernah n (%) Kadang-kadang n (%) Sering n (%) Selalu n (%) Keluarga mencari informasi masalah kesehatan melalui majalah, ahli, dll

2(3) 5 (7) 18 (27) 42 (63)

Keluarga menyarankan saya ke posyandu lansia

4(6) 8 (12) 31 (46) 24 (36) Keluarga mengingatkan

hal-hal yang harus dihindari yang dapat membuat terserang penyakit

1 (2) 6(9) 28 (43) 31 (46)

Keluarga mengingatkan saya menjaga kesehatan

0 6(9) 34 (51) 27 (40)

Keluarga memberikan solusi permasalahan aktivitas sehari-hari


(60)

1.5Dukungan Instrumental terhadap Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keluarga sering memberikan fasilitas yang diperlukan lansia melakukan aktivitas (49%), keluarga sering meluangkan waktu menemani lansia agar lansia tetap beraktivitas (49%), keluarga selalu menyediakan transportasi yang mempermudah lansia melakukan aktivitas (48%), keluarga sering mengantar kemana saja lansia akan pergi (45%), dan keluarga sering membantu lansia ketika lansia mengalami kendala dalam melakukan aktivitas (45%).

Tabel 5 Distribusi Frekuensi dan Persentase Dukungan Instrumental Keluarga terhadap Lansia di Posyandu Lansia Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan (n=67)

Uraian Tidak

pernah n (%) Kadang-kadang n (%) Sering n (%) Selalu n (%) Keluarga memberikan

fasilitasyang saya perlukan untuk melakukan aktivitas

3 (5) 8 (12) 33 (49) 23 (34) Keluarga meluangkan waktu

menemani beraktivitas

1 (2) 17 (25) 33 (49) 16(24) Keluarga menyediakan

transportasi untuk melakukan aktivitas

1 (2) 5 (7) 29 (43) 32 (48) Keluarga mengantarkan saya

pergi

2(3) 10 (15) 30 (45) 25 (37) Keluarga membantu saya ketika

saya mengalami kendala dalam beraktivitas


(61)

1.6Dukungan Penilaian terhadap Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keluarga selalu membimbing lansia agar tetap menjaga kondisi kesehatan (45%), keluarga sering menunjukkan rasa perduli terhadap lansia (52%), keluarga selalu menghormati setiap keputusan yang diungkapkan oleh lansia (66%), keluarga selalu menyarankan lansia agar tetap menjalin hubungan sosial dengan orang lain atau rekan sebaya (58%), dan keluarga sering memotivasi lansia untuk tetap menjalankan kegiatan atau hobby (46%).

Tabel 6 Distribusi Frekuensi dan Persentase Dukungan Penilaian Keluarga terhadap Lansia di Posyandu Lansia Puskesmas Bandar Khalipah Kec. Percut Sei Tuan (n=67)

Uraian Tidak

pernah n (%) Kadang-kadang n (%) Sering n (%) Selalu n (%) Keluarga membimbing saya

agar tetap menjaga kesehatan

0 8 (12) 29 (43) 30 (45) Keluarga menunjukkan bahwa

keluarga memperdulikan saya

1 (2) 5 (7) 35 (52) 26 (39) Keluarga menghormati

keputusan saya

0 7 (10) 16 (24) 44 (66) Keluarga menyarankan saya

agar tetap menjalin hubungan sosial dengan orang lain/rekan

2 (3) 8 (12) 18 (27) 39 (58)

Keluarga memotivasi saya untuk tetap menjalankan kegiatan/hobby


(62)

1.7 Kemandirian Lansia dalam Aktivitas Sehari-hari

Hasil analisa data tingkat kemandirian lansia dalam aktivitas sehari-hari di posyandu lansia wilayah kerja puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan mayoritas ada dalam kategori mandiri yaitu (46%).

Tabel 7 Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Tingkat Kemandirian Lansia dalam Aktivitas Sehari-hari di Posyandu Lansia Puskesmas Bandar Khalipah Kec. Percut Sei Tuan (n=67)

Kategori Frekuensi Persentase

Mandiri 31 46

Ketergantungan ringan 29 43

Ketergantungan sedang 7 11

Ketergantungan berat 0 0

Ketergantungan total 0 0

1.8 Aktivitas sehari-hari

Hasil analisa aktivitas sehari-hari responden dapat dilihat pada tabel 8 dibawah ini Tabel 8 Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden berdasarkan Aktivitas Sehari-hari di Posyandu Lansia Puskesmas Bandar Khalipah Kec. Percut Sei Tuan (n=67)

Pertanyaan Frekuensi Persentase

Transfer

Bagaimana kemampuan transfer (perpindahan posisi tidur ke posisi duduk?

Mandiri 59 88

Dibantu satu orang 7 10

Dibantu dua orang 1 2


(63)

Tabel 8 (Lanjutan)

Mobilisasi

Bagaimana kemampuan berjalan (mobilisasi) Bapak/Ibu?

Mandiri 53 79

Dibantu satu orang 13 19

Dibantu dua orang 1 2

Tidak mampu 0 0

Pergi ke toilet

Bagaimana penggunaan toilet seperti menyiram BAB/BAK?

Mandiri 59 88

Perlu pertolongan orang lain 8 12

Tergantung orang lain 0 0

Membersikan diri

Bagaimana kemampuan Bapak/Ibu dalam

membersihkan diri seperti lap muka, sisir rambut dan sikat gigi?

Mandiri 63 94

Perlu pertolongan orang lain 4 6

BAB

Bagaimana kemampuan Bapak/Ibu dalam buang air besar?

Mandiri 59 88

Dibantu satu orang 8 12

Tidak mampu 0 0

BAK

Bagaimana kemampuan Bapak/Ibu dalam buang air kecil?

Mandiri 59 88

Dibantu satu orang 8 12

Tidak mampu 0 0

Mandi

Bagaimana kemampuan Bapak/Ibu dalam hal mandi?

Mandiri 62 93


(64)

2.Pembahasan

Hasil penelitian ini membahas tentang dukungan keluarga dan kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

2.1 Dukunga Keluarga terhadap Lansia

Secara teoritis dukungan keluarga adalah suatu bentuk perilaku melayani yang dilakukan oleh keluarga baik dalam bentuk dukungan emosional, informasi, instrumental dan penilaian (Hause, 2004). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan keluarga yang diberikan keluarga kepada responden mayoritas dalam kategori tinggi (79%), cukup (18%) dan rendah (3%). Hasil penelitian ini sejalan dengan Herlinah (2013) tentang hubungan dukungan keluarga dengan perilaku lansia dalam pengendalian hipertensi di Jakarta menunjukkan hasil bahwa dukungan keluarga baik dengan mayoritas dukungan yang diberikan adalah Tabel 8 (Lanjutan)

Berpakaian

Bagaimana kemampuan Bapak/Ibu dalam berpakaian?

Mandiri 60 90

Sebagian dibantu 7 10

Tergantung pertolongan orang lain 0 0

Naik turun tangga

Bagaimana kemampuan Bapa/Ibu untuk naik turun tangga?

Mandiri 33 49

Perlu pertolongan 32 48


(65)

didukung oleh Khulaifah, dkk (2013) di Dusun Sembayat Timur Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik menunjukkan hasil bahwa dukungan keluarga yang diterima lansia dari keluarga yaitu baik dengan dukungan yang mayoritas diberikan keluarga adalah dukungan penghargaan (82,4%).Dukungan keluarga yang tinggi dalam penelitian ini juga dimungkinkan karena suku responden yang mayoritas Jawa (58%) dan responden yang mayoritas tinggal bersama anaknya (55%), dimana dalam budaya orang Jawa umumnya orang tua mengikuti anaknya dan sebagai anak harus bisa menjaga dan merawat orang tuanya (Zakariya A, 2011).

Dukungan keluarga terdiri dari empat dukungan keluarga meliputi dukungan emosional, informasi, instrumental dan penilaian. Bomar (2004) menyatakanbahwa dukungan emosional keluarga mempengaruhi status alam perasaan dan motivasi diri dalam mengikuti terapi dan dukungan emosional merupakan fungsi efektif keluarga yang harus diberikan pada seluruh anggota keluarga termasuk kepada lansia dengan penyakit kronis Friedman (2010). Dari hasil penelitian, dukungan emosional yang terutama didapatkan lansia dari keluarga adalah lansia merasa nyaman dan tenang tinggal bersama keluarga (69%) dankeluarga selalu memberikan perhatian dengan menciptakan lingkungan yang aman bagi lansia untuk melakukan aktivitas sehari-hari(67%). Hasil penelitian ini dimungkinkan karena masih banyak lansia yang tinggal dengan anaknya sebanyak(55%) dimana ini bisa menunjukkan bahwa lansia masih sangat nyaman untuk tinggal bersama dengan keluarga mereka dan responden juga menyatakan bahwa mereka lebih nyaman tinggal bersama dengan keluarga daripada tinggal


(66)

sendiri. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Khulaifah, dkk (2013) bahwa dukungan emosional yang diberikan oleh keluarga berupa kepedulian terhadap kemandirian lansia dalam aktivitas sehari-hari karena lansia tidak hanya membutuhkan dukungan fisik saja tetapi hubungan emosional antar keluarga akan sangat mendukung lansia dalam mempertahankan kemandiriannya. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa keluargasering mendengarkan keluhan lansia ketika mereka sedih (46%), lansia menyatakan bahwa biasanya keluarga mereka masih sering meluangkan waktu bersama mereka untuk mendengarkan keluhan-keluhan mereka ketika keluarga sudah pulang bekerja ataupun ketika waktu luang keluarga kosong. Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Husain (2013) tentang hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari di Desa Tualango Kecamatan Tilingo Kabupaten Gorontalo yang pada penelitiannya menunjukkan 67,7% dari 31 responden menjawab bahwa keluarga tidak mendengarkan keluhan-keluhan lansia. Dan pada hasil penelitian di Posyandu Lansia Puskesamas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan juga menunjukkan bahwa keluarga memberikan kasih sayang dan perhatian kepada lansia dalam setiap aktivitas yang dilakukan (49%). Hal ini sependapat dengan penelitian Khulaifah, dkk (2013) tentang hubungan dukunngan keluarga dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan activitie daily living di Dusun Sembayat Timur Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik pada 34 responden bahwa dukungan emosional terutama dari keluarga adalah kasih sayang dan berkaitan dengan persepsi serta perhatian terhadap kebutuhan sosio emosional para keluarga.


(67)

Dukungan informasi adalah bantuan keluarga yang diberikan dalam bentuk saran, usulan, nasehat, petunjuk dan pemberi informasi. Dukungan informasi yang baik akan meningkatkan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari. Dari hasil penelitian dukungan informasi yang banyak diterima lansia dari keluarga adalah keluarga selalu mencari informasi tentang masalah kesehatan melalui majalah dan ahli (63%) dan keluarga sering menyarankan lansia untuk datang berkunjung ke posyandu lansia sebanyak (46%).Hasil penelitian tidak sejalan dengan Bratanegara, dkk (2012) tentang dukungan keluarga terhadap pemanfaatan posbindu lansia di Kelurahan Karasak Kota Bandungyang melakukan penelitian pada 77 responden bahwa hasil penelitiannya menunjukkan keluarga tidak mendukung dalam pemberian informasi (82%) meliputi tidak mencari informasi tentang masalah kesehatan lansia, tidak pernah mengingatkan untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia serta tidak mengingatkan untuk selalu menjaga kesehatan hal ini dikarenakan pada penelitian tersebut mayoritas keluarga responden dalam ekonomi rendah dan pendidikan rendah. Namun pendapat Bratanegara, dkk (2012) tidak sejalan dengan penelitian ini, dimana penelitian ini mendapatkan dukungan informasi yang tinggi meskipun tingkat pendidikan dan ekonomi yang rendah. Pada penelitian ini juga menunjukkan bahwa keluarga mengingatkan hal-hal yang harus dihindari agar tidak terserang penyakit (46%) dan keluarga mengingatkan lansia menjaga kesehatan (51%). Hasil ini sejalan dengan penelitian Marlina (2010) tentang dukungan keluarga terhadap pengontrolan hipertensi pada anggota keluarga lansia di Gampoeng Aceh Darussalam yang menyatakan bahwa keluarga


(1)

(2)

(3)

TAKSASI DANA PENELITIAN

No Kegiatan Biaya

1 PROPOSAL

 Biaya rental dan print penyelesaian proposal  Biaya internet

 Fotocopy sumber-sumber tinjauan pustaka  Fotocopy memperbanyak proposal

 Sidang proposal

Rp 100.000,- Rp 100.000,- Rp 50.000,- Rp 40.000,- Rp 132.000,- 2. PENGUMPULAN DATA

 Izin penelitian  Transportasi

 Fotocopy kuesioner

Rp 150.000,- Rp 100.000,- Rp 100.000,- 3 ANALISA DATA DAN PENGUMPULAN

LAPORAN

 Biaya Rental dan print  Penjilidan

 Fotocopy laporan dan penelitian  Sidang Skripsi

Rp 100.000,- Rp 200.000,- Rp 100.000,- Rp 150.000,-

BIAYA TAK TERDUGA Rp 150.000,-


(4)

(5)

(6)

111

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Desi Amelinda Sitanggang

Tempat/Tanggal Lahir : Aceh, Tapak Tuan / 18 September 1993 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Katolik

Alamat : Jl. Besar Tembung Pasar IX Gg.Beromo

Pendidikan :

1. SD Methodist Batang Kuis (2002-2008) 2. SMP Methodist-7 Medan (2005-2008) 3. SMA Methodist-7 Medan (2008-2011) 4. S1 Keperawatan USU Medan (2011-2015)