Penjelan Penafsiran KANDUNGAN MAKNA DALAM SURAT AL-NAHL AYAT 43-44

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 83        .....  “Katakanlah Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku ….” Ayat di atas menunjukkan, bahwa para utusan Allah SWT adalah manusia biasa seperti pada umumnya, namun perbedaannya adalah ia diberi wahyu oleh Allah dan sebagai pembawa risalah untuk dijadikan sebagai pegangan bagi pengikut dan umatnya. Menurut Muhammad al-Razy Fakhr al-Ra zi ibn „Alamah Dhiya‟udin „Umar, bahwa Allah tidak pernah mengutus utusan seorang perempuan dan juga tidak seorang malaikat. Tetapi ada ayat yang menunjukkan bahwa Allah pernah menjadikan malaikat sebagai utusan, hal ini sesuai dengan ayat لع ج َ س كئل ل sehingga secara ekspilisit ayat ini menjelaskan bahwa Allah mengutus malaikat sebagai utusan. Namun secara implisit ayat ini juga menerangan, bahwa malaikat diutus untuk malaikat itu sendiri, bukan untuk manusia. Pendapat ini, dipertegas oleh Imam al-Qady, Abu Ali al-Jubdi yang berpandangan, bahwa Allah tidak pernah mengutus malaikat kepada Nabi kecuali malaikat itu berubah wujud menjadi manusia. Jika seperti itu, sudah barang tentu malaikat berubah wujud. Hal ini dapat dilihat dari pendapatnya sebagai berikut: َد َل َ ل َي َع َل َأ َ َت َع َل َ َأ َس َل َ َح ً َ َ ل َ ء َ , َد َل َ ي ً َع َل َأ َ َ َ َس َل َ ًك , َل ك َ ه َ َق ل َج ع ل ل َ َل ئ َك َ س ًل َي َع َل َأ َ ل َ َل ئ َك َ َ س ل َل َس ئ digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 84 ل َ َل ئ َك َ َف , َك َ َ ه َ َه َ َ َي َد ل ًل َع َل َأ َ َ َأ َس َل َ س ًَ َ ل َ َل ئ َك َل َنل . َق َ ل َق ض َ , َ َع َم َ ب َع ل ل ج َ ئ َأ َ َل م ي َع ث إ َل َ ل َ ء َع َل م َ ل َل ََ َ ه َ ب َ ل َج َ ل َ َل ئ َك ث , َم َق َ ل َق ض َل : َع َل َ َ َد َأ َ ل ل َك َل ي س َل َل َ ل َ ء َع َل م َ ل َل ب َح َ أ َ م . 31 Sementara itu, ada sebagian ulama yang menganalogikan ayat di atas dengan kisah nabi Isa adalah bahwa Allah mengutus utusan berupa anak kecil yang bisa berbicara dalam buaian bunda Siti Maryam, yakni nabi Isa as. Pendapat mereka ini didasarkan pada Firman Allah نَلَعَج َ َت ك ل َ َت ل َع إ ًَ Melihat realitas ini adalah benar, bahwa Nabi Isa adalah Nabi, tapi bukanlah utusan. Karena pengertian Nabi lebih umum dari utusan, dengan kata lain, Nabi diutus untuk dirinya sendiri, sedangkan Rasul untuk dirinya sendiri dan untuk orang lain. Sementara itu, Muhammad Khusein al- Taba‟taba‟i menafsirkan sebagai berikut: َف َل َت َم َ س ت ََ ل َ ك ل َ َ َع َل ح َ َ ل َف َ نل َ ء َع َ ل َس َل َ نل َج ًع , َ َق ح ك َ ل َع ع َ َع َل َ ل َل َق ل إ : َع ل َتَ َ ل ك َت َ َ َج َع َل ن َ ً 32 Mencermati persoalan ini, maka dapat dikatakan bahwa Allah mengutus para utusan itu dari kalangan manusia sendiri, bukan seorang 31 Muhammad al-Razy Fakhr al-Razi ibn „Alamah Dhiya‟udin „Umar, Tafsir Fahr al-Razi, Juz 17, Beirut: Dar al-Fikr, t.th., h. 36-37. 32 Muhammad Khusein al- Taba‟taba‟i, al-Mizan fi Tafsir al-Qur’an, Juz 12, Beirut: Nuasasah al- A‟malili al-Madbuati, t.th., h. 255-256. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 85 malaikat. Apa jadinya jika utusan itu dari malaikat yang berbeda jenis dengan manusia, yang berada dalam alam yang berbeda dengan keberadaan yang berbeda itu keduanya tidak akan pernah ketemu. Maka diutuslah Nabi Muhammad sebagai utusan serta memberikan peringatan kepada ornag-orang musyrik yang tidak percaya akan utusan manusia. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT sebagai berikut:        Setelah orang-orang musyrik tidak percaya akan utusan dari manusia, maka Allah berfirman: bertanyalah kalian kepada ك ل له . Para ulama tafsir berbeda dalam menafsirkan afaz ك ل َل هَأ لَ س َف . Menurut Wahbaf al-Zuhaily, bahwa ك ل َل هَأ لَ س َف mempunyai pengertian, bertanyalah kamu kepada ahli ilmu dan ahli kitab terdahulu. Hal ini sesuai dengan pendapatnya sebagai berikut: ك ل َل هَأ لَ س َف َ ... َف س َ ل َ ه َل ل ع ل م َ َ ه َل ل ك ت ل َ َ . 33 Al-Raghib dalam kitab mufradat mengomentari lafaz “ ك ل ” berarti menumbuhkan kemantapan jiwa dengan menanamkan ilmu-ilmu makrifah حس ب تع . Lebih lanjut ia menambahkan bahwa lafaz “ ك ل ” juga berarti menghadirkan sesuatu dalam hati, perkataan serta perbuatan. Dengan kata lain, mengingatkan hati dengan ingat kepada serta diwujudkan dengan bentuk perbuatan. Hal ini sesuai dengan pendapatnya sebagai berikut: 33 Wahbah al-Zuhaili, op. cit., h. 143. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 86 َق َ َ ل غ ف ل ف َ َد ل : ك َت َ ً ي َق َ ي َ د ب َه َ َ ل َنل ف ب َ ي ك ل ل َ َ ي ح َف َ َ ي ق َت ن َ ل َ ع َف َ ه َ َك ل ح ف ََ َ َ ل ح ف َ ي َق ع ت َ ً ب ح َ َ ل ك َي َق إ ع ت َ ً ب س ت ح َ َ , َت َ ً ي َق ل ح َشل ئ ف ل َق ل َ ل َق َ ل َ ل َك ق َل : ك َ َع َ َ ك َ ََ َع َ َب ل َع إ َد َ َ ل ح ف َ َت َ َ ض َع ل َح َج . 34 Jadi, kalau dikontekkan dengan pendidikan, maka pendidikan tidak hanya teosentris, akan tetapi pendidikan juga melihat nilai-nilai humanisme sosiologis. Dalam kitab Tafsir al-Kabir dijelaskan, bahwa lafaz ك ل له memiliki banyak penafsiran dan pendapat. Pertama, menurut Ibnu Abbas, bahwa lafaz- lafaz tersebut bermakna ahli Taurat. Pendapat beliau didasarkan pada firman Allah dalam surat al- Anbiya‟ ayat 105 yang berbunyi ل ف َن َتَك َقَل َ عَب بَ ك ل . Kedua, Imam al-Zujaj berpendapat bahwa lafaz tersebut berarti orang- orang ahli kitab yang paham terhadap makna-makna kitab Allah dan kemudian menjelaskan kepada orang-orang bahwa para utusan itu adalah manusia. Ketiga, maksud lafaz tersebut adalah ahli ilmu yang menguasai informasi-informasi masa lampau dan untuk kemudian diinformasikan pada orang-orang. Keempat, Imam Abu al-Zujaj, memahami arti lafaz tersebut dengan arti orang yang berilmu dan mengerti tentang hakikatnya ilmu. Untuk lebih lanjut, pendapat di atas dapat dilihat sebagai berikut: 34 Muhammad Khusein al- Taba‟taba‟i, op. cit., h. 256. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 87 ف ل َ د ب َأ ه ل ل ك ج َ ل : َ َق : َ ب َع َ َ ض َ ل َع ن َ ي : ي َ ه َل َتل َ َ . َل ل ل َع َل َق ل َت َع َل َ َل َق َك َت َن ف ل ب َب ع ل ك : ء ل 101 َي ع ن َتل َ َ َل . َق : َ ل َج َف : س َ ل َ ه َل ل ك َت َل ي َ َي ع ف َ َ َع َك َت َ ل َت َع َل َف َ م َي ع ف َ َ ل َ ء ك ل م َب َش ً َ . َل ل ث َ : ه َل ل ك َ َ ه َل ل ع ل م ب خ َ ل َ ض َ , إ ً ل َع ل م ب َشل ئ َي ك َ ك َل َ . َ ل ب ع َق : َ ل َج َ : ع َن َس ل ك ل َ ي َك َ ب ع ل م َ َت ح ق ق . 35 Menurut Imam Fahr al- Din Muhammad ibn „Umar bin Khusain ibn Khasan pengarang “Tafsir al-Kabir” menjelaskan, bahwa setelah orang-orang musyrik kafir Mekah meragukan adanya kenabian dari manusia, maka untuk menyakinkan orang kafir tersebut, mereka kembali kepada ahli kitab Yahudi dan Nasrani sebagai orang yang ahli ilmu dan mempunyai kitab tentang hal tersebut. 36 َ َ ق َ ل : ه َأ َ َه شل َ َ ه َ َق ل م ل : َ ع َل َ َ َج ل َ َي ك َ َ س َل َ َ َح ً َ ل َ َش إ َ َ َت َ َك ب َ ك َف َ َ َك َ ث , َم إ َ م َك ق ي َ ب َأ َ ل َ َد َ َنل َ َ َأ ص َح َ ل ع ل َ َ ل ك ت َف َأ َ َ ه م ل ب َأ َ ي َج ع ف َه ل َ َأ َل َل ل َ َد َ َنل َ َ ل َ ن َل م ض ع ف َه شل َ َ س ق َ َف , َ ل َ د َ َ َنل َ ل َ َ َل َ َت ي َق َه شل َ َ َب َ س ق َ . 35 Imam Fahr al- Din Muhammad ibn „Umar ibn Khusain ibn Khasan, Tafsir Kabir, Beirut: Darul Kutub al-Ilmiah, t.th., h. 30. 36 Ibid., h. 30. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 88 Atas dasar inilah, maka al-Razi berpendapat bahwa ك ل له adalah orang Yahudi dan Nasrani. Namun demikian, menurut sebagian ulama, bahwa makna ك ل له adalah orang-orang yang ahli ilmu, baik itu orang-orang mukmin atau orang-orang kafir yang memberikan informasi tentang sejarah- sejarah masa lampau. Menurut ulama yang lain bahwa lafaz ك ل له bermakna ahli Qur‟an. Permasalahannya, kenapa diberi nama ك ل ? Karena al-Qur‟an tersebut bermakna peringatan bagi orang-orang mukmin atau orang-orang yang tidak percaya akan kenabian. Penjelasan al-Razi di atas dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: َ َق َ َب ع م ل : َ د ب َأ ه ل ل ك َ أ ه ل ل ع ل م ب خ َ َ َ َ ل َ م َس َ ًء َك ن َ َأ ك َف ً َ ؟ َق َ َب ع م ل : َ د ب َأ ه ل ل ك َ َأ ه َل ل ق َأ َ ل َ َل س َ ك ً َ , َ ه َل نل َ ََََ ََ ََْ َ َأ ص َح ب َخ َص َ ل ن َ َ . ف َأ َي ك َ ل ق َأ َ ك ً َ َأ ه َل ََ َ ي َ ف َل ك َ َد َ َ ل َك َ َ ل َي َخ َص َ ََ َت َل ئ م َت َ ل َح َج َف َ َل َك َل م َي ك َ َ ل َ ل ن َ َنل َ ََََ ََ ََْ َف َك َف ي ق َل َ أ ت َ ع َ ل ن َ؟ 37 Lafaz َ َل عَت ََ م ت ن ك إ merupakan syarat dari lafaz ك ل َل هَأ لَأ س َف. Maksudnya, antara jawab dengan syarat didahulukan jawab. Oleh karena itu ayat tersebut berarti: “maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui”. Di sini “bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan” merupakan jawaban dari arti ayat 37 Muhammad Khusein al- Taba‟taba‟i, op. cit., h. 257-258. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 89 sebelumnya. Sedangkan “jika kamu tidak mengetahui” merupakan syarat dari jawaban tersebut. Dalam surat al-Nahl ayat 43 di atas, menjelaskan bahwa Allah tidak pernah mengutus malaikat untuk manusia, namun Allah mengutus utusan dari manusia itu sendiri. Maka apabila tidak percaya bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan tentang hal itu. Ayat ini jelas bahwa salah satu metode belajar adalah mengembalikan segala sesuatu kepada pakarnya atau ahlinya, baik ilmu pengetahuan maupun seni. Merekalah orang-orang yang mampu menerangkan sesuatu yang belum jelas dan yang dapat menawarkan solusi atas problematika yang ada. 38              Lafaz َن َ ل ب mempunyai pengertian “penguat atau alasan” bahwa Nabi itu utusan Allah. Sedangkan lafaz ب ل َ bermakna “kitab” jamak dari lafaz ب َ لَ 39 Menurut Ahmad Mustafa al-Maraghi, bahwa lafaz ب ل َ َن َ ل بberarti Allah tidak mengutus para Rasul , kecuali mereka laki-laki dengan membawa dalil-dalil dan hujjah-hujjah yang membuktikan kebenaran kenabian mereka, 38 Yusuf Qardhawi, “Al-„Aqlu wa „Ilm fi al- Qur‟an al-Karim”, terj. Abdul Hayyie al-Kattani, dkk., Al- Qur’an Berbicara tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan, Jakarta: Gema Insani Press, 1999, h. 240. 39 Abu Ja‟far Muhammad ibn Jarir al-Tabari, Tafsir Jami’ al-Bayan, Juz 13, Beirut: Dar al- Fikr, t.th., h. 3. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 90 serta kitab-kitab yang memuat berbagai takli f dan syari‟at yang mereka sampaikan dari Allah SWT kepada para hamba. 40 Menurut Wahbah al-Zuhaily, bahwa lafaz ب ل َ َن َ ل ب mempunyai pengertian, adanya para utusan itu membawa bukti-bukti tentang kenabian mereka serta membawa kitab-kitab yang berisi undang-undang Tuhan Allah, mengenai lafaz ب ل َ adalah jama‟ dari lafaz بَ لَ mempunyai arti “kitab”. Hal ini sesuai dengan pendapatnya sebagai berikut: َا .... روبزلاو تانيبلاب ْي َأ ْر َس ْل َن ُا ْم ِب ُْلا َج ِج َو َدلا َل ِئ ُل َلا ِت َت ْش َه ُد َُل ْم ُب ْص َد ُق ُ ن ُ ب َو ِِت ْم , َو ِب ْلا ُك ُت ِب ْلا ُم ْش َت ِم َل ُة َع َل َتلا ى ْش ِر ْي ِع َو . ىاَبَرلا زلا ُ ب ُر َْج ُع ُز ُ ب ْ و َر َا ْى ِك َت با . 41 Pendapat beliau ini didasarkan pada Firman Allah dalam surat al- Anbiya‟ ayat 105 sebagai berikut:              “Dan sungguh telah Kami tulis di dalam Zabur sesudah Kami tulis dalam Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hamba- Ku yang saleh”. 42 Menurut Abu Fadl Syihabuddin Sy a‟id Mahmud al-Alusi al-Baghdadi, bahwa lafaz ب ل َ َن َ ل ب mempunyai pengertian “mukjuzat dan kitab-kitab”. Keduanya ini berfungsi sebagai argumentasi atas kejujuran Nabi Muhammad saw sebagai utusan dan sebagai penjelas terhadap sejarah-sejarah Allah untuk 40 Ahmad Mustafa al-Maraghi, op. cit., h. 163. 41 Wahbah al-Zuhaily, op. cit., h. 143. 42 Departemen Agama RI, op. cit., h. 508. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 91 diberikan kepada umatnya. Pendapat Abu Fadl ini secara lebih lanjut dapat dilihat sebagai berikut: ِب ْلا َ ب ِّي َن ِتا َو زلا ُب ِر َا ْى ِب ْلا ُم ْع ِج َز ِتا َو ْلا ُك ُت ِب َو , ُْلا ْو َل ِل ِّدل َل َل ِة َع َل ِّصلا ى ْد ِق َو , َثلا ِنا َي ُة ِل َ ب َي ِنا َشلا َر ِئا ِع َو َتلا ْك ِل ْي ِف . 43 Selanjutnya Allah berfirman :           Maksud ك ل dalam ayat ini adalah al-Qur‟an sebagai mukjizat yang diberikan kepada nabi Muhammad saw untuk dijadikan pedoman dalam memberikan penjelasan kepada manusia tentang apa saja yang telah diberikan kepada Nabi Muhammad saw baik berupa perintah maupun larangan serta aturan-aturan hidup lainnya yang harus mereka perhatikan dan mengandung kisah umat-umat terdahulu supaya dijadikan sebagai suri tauladan dalam menempuh kehidupan di dunia. Di samping itu supaya dijadikan sebagai dasar mengenai hal-hal yang dianggap sukar, yaitu merinci kandungan yang bersifat global sesuai dengan kemampuan berfikir. 44 Penafsiran ayat tersebut, apabila dihubungkan dalam pendidikan adalah bahwa dalam proses pendidikan haruslah ada seorang yang ahli seorang guru untuk menyampaikan pengetahuan transfer of knowledge kepada murid. Dalam hal ini, dibuktikan dengan dengan pernyataan di atas, 43 Abu Fadl Syihabuddin Syaid Mahmud al-Alusi al-Baghdadi, Tafsir Ruh al- Ma’ani, Juz XIII, Baghdad: Dar al-Fikr, t.th., h.148-149. 44 Departemen Agama RI, op. cit., h. 390. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 92 bahwa Nabi Muhammad sebagai penyalur firman Allah kepada umat- umatnya. Sedangkan dalam proses pendidikan tentunya ada materi yang akan diajarkan atau disampaikan kepada murid. Dalam hal ini materinya adalah al- Qur‟an. Lafaz َ َكَفَتَي م َلَعَل َ mempunyai makna bahwa Allah menurunkan al- Qur‟an agar manusia mau memikirkan kandunganisi al-Qur‟an dengan pemikiran yang baik terhadap prinsip-prinsip hidup yang terkandung di dalamnya, tata aturan, serta contoh yang ada di dalam ayat-ayat al- Qur‟an itu, agar umat memperoleh kesejahteraan hidup di dunia dan kebahagiaan hidup di akhirat. 45 45 Ibid., h. 390. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM SURAT AN-NAHL AYAT

43-44 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM A. Analisis Nilai-nilai Pendidikan Dalam Surat an-Nahl Ayat 43-44 Dalam surat an-Nahl ayat 43-44, peneliti menemukan beberapa nilai- nilai pendidikan yang dijelaskan sebagai berikut.

1. Iman Kepada Allah SWT

Beriman bahwa Allah itu ada adalah iman yang paling utama. Yaitu menyakini bahwa Allah mempunyai sifat-sifat yang serba sempurna, terlepas dari kurang dan cela, tunduk dan patuh kepada-Nya, serta menjalankan perintah-Nya dan menjahui larangan-Nya. 1 Jika seseorang sudah tidak percaya bahwa Tuhan itu ada, maka sesungguhnya orang itu dalam kesesatan yang nyata, karena Allah adalah maha Esa dengan sifat wahdaniat rububiah dan wahdaniat uluhiyah. 2 Kemampuan manusia untuk melihat warna hanya terbatas pada beberapa frekuensi tertentu, demikian pula suara. Terkadang sinar yang amat menyilaukan bukan saja tak dapat dilihat, tapi dapat membutakan manusia. Demikian pula suara dengan frekuensi dan kekerasan tertentu selain ada yang tak bisa didengar juga ada yang mampu menghancurkan pendengaran manusia. Jika untuk 1 Mudjab Mahali, Insan Kamil Dalam Kaca Pandang Rasulullah, Yogyakarta: BPFE, 1986, h. 77. 2 Syeikh Mahmud Shaltut, Al Islam Aqidah Wa Syari’ah, terjmh. Fachruddin dan Nasruddin Taha, Akidah dan Syariah Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1994, h. 17. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id mengetahui keberadaan ciptaan Allah saja manusia sudah mengalami kesulitan, apalagi untuk mengetahui keberadaan Sang Maha Pencipta. Dalam surat an-Nahl ayat 43 yang menerangkan tentang anjuran untuk mengimani Allah SWT. Sebagaimana berikut:          “dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka ..” 3 Tidaklah Kami mengutus para Rasul sebelummu kepada umat-umat, untuk mengajak mereka agar mentauhidkan Aku dan melaksanakan perintah-Ku, kecuali mereka itu adalah anak laki-laki dari bani Adam yang kami wahyukan kepada mereka bukan para Malaikat. Dari ayat tersebut dijelaskan bahwa manusia sebagai hamba Allah Abd Allah secara jelas dituntut untuk mentauhidkan-Nya, karena Allah adalah sang Maha Pencipta. Karena ketika iman seseorang lemah, dapat dipastikan orang tersebut bisa tersesat dalam ajaran Islam yang dianutnya. Maka dari itu pendidikan aqidah harus diajarkan mulai dari kecil, sebagaimana yang telah dijelaskan dalam surat Luqman ayat 13 yang berbunyi:                3 Departemen Agama RI, Al- Qur’an Dan Terjemahannya, Jakarta: Pustaka Amani, 2005, h. 408. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id “Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar. ” 4 Dalam ayat tersebut Allah SWT, mengabarkan wasiat yang diberikan Luqman kepada anaknya yang bernama Tsaron, dalam kitab tafsir al- Baghowi disebutkan bahwa nama anaknya adalah An‟am, pendapat lain juga ada yang menyebutkan bahwa nama anaknya adalah Asykam atau Matsan. Luqman al-hakim memberikan nasehat yang paling baik yang harus diketahui, maka dari itu yang pertama beliau nasehatkan kepada putranya adalah menyembah Allah SWT, dan tidak menyekutukannya dengan sesuatu apapun. 5 Kesyirikan disebut dzolim karena orang yang musyrik telah dzolim pada dirinya sendiri. Kesyirikan itu tidak hanya menyembah kepada selain Allah SWT. Kesyirikan juga dapat terjadi bagi mereka apabila mempercayai ada kekuatan lain yang dapat memberikan manfaat atau mudlorot selain Allah SWT. Maka orang yang memakai jimat, mempercayai tahayyul, pergi ke dukun, pergi ke kuburan, mempercayai tanggal, nomor, atau hari baik dan buruk dengan mempercayai bahwa 4 Departemen Agama RI., op. cit. h. 512. 5 Al- Imam Abul Fida Isma‟il Ibnu Katsir Ad-Dimasyqi, Tafsir Ibnu Katsir, juz 4, Terj. Bahrun Abu Bakar, et.al., Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2002, h. 413.