27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
III.1 Tujuan Metodologi Peneletian
Tujuan metodologi ini adalah menjelaskan tata cara dalam mendapatkan data-data pokok baik data primer maupun data lain yang diperlukan, yang
selanjutnya akan digunakan dalam pengolahan dan juga analisa data dalam rangka mendapatkan hasil sesuai dengan tujuan yang diharapkan, yaitu menilai kondisi
perkerasan jalan untuk mengidentifikasi jenis dan tingkat kerusakan jalan serta mengukur ketidakrataan permukaan perkerasan jalan untuk dibandingkan dengan
metode yang ada.
III.2 Bagan Alir
Berdasarkan studi pustaka yang sudah dibahas sebelumnya, maka untuk memudahkan dalam pembahasan dan analisa dibuat suatu diagram alir atau
flowchart, seperti pada Gambar 3.1. Diagram alir ini merupakan tahapan studi yang akan dilakukan dalam rangka menyelesaikan studi ini. Dengan demikian,
studi ini dapat diselesaikan dengan sistematis dan mendapatkan hasil yang valid serta sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Universitas Sumatera Utara
28
Gambar 3.1: Diagram aliran penelitian Analisis Data :
- Metode IRI - Metode SDI
Mulai
Pengambilan Data
Data Primer : - Koordinat mobil
survei - Panjang ruas jalan
- IRI - Video kondisi ruas
jalan
Kesimpulan dan saran
Selesai Persamaan Korelasi IRI SDI
Grafik Korelasi IRI SDI Landasan Teori
Data Sekunder : - Peta
- Nama ruas jalan - Nomor ruas jalan
- Status ruas jalan
Universitas Sumatera Utara
29
III.3 Metode Penelitian
Peneltitian ini termasuk penelitian terapan, yaitu mengimplementasikan indikator-indikator penilian terhadap kinerja perkerasan jalan, seperti IRI dan SDI.
Untuk mengkaji gambaran kinerja maka metode yang digunakan adalah metode pengumpulan data, yang dimulai dari data primer dan data sekunder kemudian
dilakukan analisis.
III.4 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan suatu cara atau proses yang sistematis dalam pengumpulan, pencatatan, dan penyajian fakta untuk mencapai tujuan
tertentu. Tujuan pengumpulan data dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh faktor-faktor untuk melakukan analisa kinerja perkerasan jalan.
Data yang diperlukan dalam penelitian ini berupa : Data Primer
Data yang dikumpulkan langsung dari lokasi penelitian. Data primer diperoleh melalui alat PARVID yang menggunakan Roughometer NAASRA
sebagai pengukur ketidakrataan permukaan jalan. Yaitu : 1. GPS, menyangkut lokasi geografis mobil survei tersebut berada
2. Panjang ruas jalan 3. IRI International Roughness Index atau ketidakrataan jalan
4. Video kondisi ruas jalan Data Sekunder
Data yang didapat dari survei kondisijalan Bina Marga sebelumnya yaitu : 1. Peta ruas jalan
2. Nama ruas jalan
Universitas Sumatera Utara
30
3. Nomor ruas jalan 4. Status ruas jalan
III.6 Metode Visual
Survei kondisi permukaan dengan metode visual adalah sistem penilaian kondisi perkerasan jalan berdasarkan dengan pengamatan visual dan dapat
digunakan sebagai acuan dalam usaha pemeliharaan. Diantaranya adalah : 1.
Metode Pavement Condition Index PCI 2.
Metode Road Condition Index RCI 3.
Metode Surface Distress index SDI
III.6.1 Metode Pavement Condition Index PCI
Pavement Condition Index PCI adalah sistem penilaian kondisi perkerasan jalan berdasarkan jenis, tingkat dan luas kerusakan yang terjadi. Adapun penilaian
kondisi kerusakan jalan dimulai dengan melakukan identifikasi terhadap jenis – jenis kerusakan yang akan ditinjau. Menurut metode Pavement Condition
IndexPCI, jenis – jenis kerusakan jalan yang ditinjau adalah alligator cracking, bleeding, block cracking, bumps and sags, corrugation, depression, edge
cracking, joint reflection, laneshoulder drop off, longitudinal and transverse cracking, patching and utility cut patching, polished aggregate, potholes, railroad
crossings, rutting, shoving, slippage cracking, swell, weathering and ravelling.Jenis – jenis kerusakan perkerasan jalan tersebut akan di identifikasi
berdasarkan tingkat kerusakan pada tiap – tiap jenis kerusakan severity level. Tingkat kerusakan yang akan digunakan dalam metode PCI adalah low severity
level L, medium severity level M, dan high severity level H.
Universitas Sumatera Utara
31
Penilaian Kondisi Perkerasan
Dalam melaksanakan penilaian kondisi perkerasan di lakukan dalam beberapa tahap pekerjaan. Tahap awal adalah dengan mengevaluasi jenis – jenis
kerusakan yang terjadi sesuai dengan tingkat kerusakannya severity level. Yaitu dengan cara mengukur panjang, luas dan kedalaman terhadap tiap – tiap
kerusakan. Kemudian pada tahap berikutnya perlu dihitung nilai density, deduct value, total deduct value, corrected deduct value, sehingga kemudian akan didapat
nilai PCI yang merupakan acuan dalam penilaian kondisi perkerasan jalan.
Klasifikasi Kualitas Perkerasan dan Penentuan Jenis Pemeliharaan
Dari nilai PCI masing-masing unit penelitian dapat diketahui kualitas lapis perkerasan untuk unit segmen berdasarkan kondisi tertentu yaitu sempurna
excellent, sangat baik very good, baik good, sedang fair, jelek poor, sangat jelek very poor, dan gagal failed. Adapun pembagian nilai kualitas
kondisi perkerasan berdasarkan nilai PCI adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1 Klasifikasi Kondisi Perkerasan
Universitas Sumatera Utara
32
Dari hasil klasifikasi kualitas perkerasan jalan ini, maka dapat ditentukan urutan jenis pemeliharaan yang sesuai untuk di lakukan. Jika nilai PCI 50 untuk
jalan primer, dan nilai PCI 40 untuk jalan sekunder, maka diusulkan jenis pemeliharaan mayor yaitu pemeliharaan terhadap keseluruhan unit jalan melalui
overlay atau rekonstruksi terhadap jalan tersebut. Sedangkan jika nilai PCI 50 untuk jalan primer, dan nilai PCI 40 untuk jalan sekunder maka dapat
dilakukan program pemeliharaan rutin sebagai usulan penanganannya. Kelebihan Metode PCI :
1. PCI mendeskripsikan rating kondisi performansi permukaan jalanyang lebih bersifat struktural karena analisisnya harus didukung denganpengukuran jenis dan
tipe kerusakan yang dilengkapi dengan pendetailan dimensidan klasifikasi kerusakan tiap jenis kerusakan yang diamati pada tiap luasan.
2. Hasil pengukuran nilai PCI memilikikelebihan dalam hal penyajian data pendukung lebih detail dan lengkap untukmemutuskan perlunya perbaikan berkala
atau peningkatan jalan karena dapatditelusuri jenis kerusakan struktural apa yang dominan di luasan perkerasan jalanyang diteliti.
Kekurangan Metode PCI : 1. Pemahaman untuk memutuskan jenis dan tipe kerusakan perkerasan hampir
tidaksama antar pakar tenaga ahli. 2. Pengukuran detail dimensi panjang, lebar,kedalaman tiap jenis kerusakan
memerlukan waktu yang lama lebih dari satu jamuntuk tiap jenis kerusakan.
III.6.2 Metode Road Condition Index RCI
Road Condition Index RCI, disebut juga indeks kondisi jalan, merupakan salah satukinerja fungsional perkerasan yang dikembangkan oleh American
Universitas Sumatera Utara
33
Association of StateHighway Officials AASHO pada tahun 1960an. Disamping Present Serviceability Indexyang digunakan dalam perencanaan tebal perkerasan,
indeks kondisi jalan dapat digunakansebagai indikator tingkat kenyamanan dari suatu ruas jalan yang dapat diestimasi dariparameter kinerja fungsional lainnya
seperti ketidakrataan perumkaan jalan. Indeks kondisijalan dapat juga ditentukan dengan pengamatan langsung secara visual di lapangan olehbeberapa orang ahli.
Penilaian kondisi permukaan perkerasan terhadap parameter RCI dapatdilihat pada tabel di bawah.
Tabel 3.2 Kondisi Permukaan Jalan secara Visual dan Nilai RCI
Sumber : Sukirman 1999 Kelebihan Metode RCI :
1. Indeks kondisi jalan dapat digunakansebagai indikator tingkat kenyamanan dari suatu ruas jalan yang dapat diestimasi dari parameter kinerja fungsional.
Kekurangan Metode RCI : 1. Indeks kondisi jalan ditentukan dengan pengamatan langsung secara visual di
lapangan olehbeberapa orang ahli dengan jenis kerusakan yang tidak detail.
Universitas Sumatera Utara
34
III.6.3 Metode Surface Distress index SDI
SDI Surface Distress Index adalah sistem penilaian kondisi perkerasan jalan berdasarkan dengan pengamatan visual dan dapat digunakan sebagai acuan
dalam usaha pemeliharaan. Dalam pelaksanaan metode SDI di lapangan maka ruas jalan yang akan disurvei harus dibagi ke dalam segmen-segmen. Penulis
mengambil panjang tiap segmen adalah 100 m. Data-data yang akan diambil berdasarkan metode bina marga adalah :
1. Keretakan Cracking, jenis keretakan yang di tinjau adalah retak kulit buaya, acak, melintang, memanjang dengan skala kerusakan 5, 4, 3, 1, dengan
ketentuan lebar retakan 2 mm, 1 – 2 mm, 1 mm dengan skala kerusakan 3, 2, 1, serta luasan kerusakan 30 , 10 – 30 , 10 dengan skala kerusakan 3,
2, 1. Masing-masing keadaan skala menunjukkan kondisi mulai dari rusak berat sampai ringan.
2. Alur Rutting, diukur berdasarkan kedalaman kerusakan mulai dari skala 20 mm, 11 – 20 mm, 6 – 10 mm, 0 – 5 mm dengan skala kerusakan 7, 5, 3, 1.
Masing-masing keadaan skala menunjukkan kondisi mulai dari rusak berat sampai ringan.
3. Lubang Potholes dan Tambalan Patching, diukur berdasarkan luasan kerusakan yang terjadi yang dimulai dari skala 30 , 20 – 30 , 10 – 20 ,
10 dengan skala kerusakan 3, 2, 1, 0. Masing-masing keadaan skala menunjukkan kondisi mulai dari rusak berat sampai ringan.
4. Kekasaran permukaan, jenis kerusakan yang ditinjau adalah pengelupasan Desintegration, pelepasan butir raveling, kekurusan hungry, kegemukan
Universitas Sumatera Utara
35
fattybleeding, dan permukaan rapat close texture. Dengan skala kerusakan 4, 3, 2, 1, 0.
5. Amblas Depression, diukur berdasarkan kedalaman kerusakan yang terjadi dimulai dari skala 5100 m, 2 – 5 100 m, 0 – 2 100 m dengan skala kerusakan
4, 2, 1. Masing-masing keadaan skala menunjukkan kondisi mulai dari rusak berat sampai ringan.
6. Bleeding Kegemukan bleeding biasanya ditandai dengan permukaan jalan yang
menjadi lebih hitam dan licin. Permukaan jalan menjadi lebih lunak dan lengket. Ini disebabkan pemakaian aspal yang berlebih.
Tingkat kerusakan dibagi menjadi kerusakan ringan low yang ditandai dengan permukaan jalan yang hitam, aspal tidak menempel pada roda kendaraan,
kerusakan sedang medium yang ditandai dengan permukaan aspal hitam, aspal menempel pada kendaraan selama beberapa minggu dalam setahun, kerusakan
berat high yang di tandai dengan permukaan yang berwarna hitam dan terdapat jejak roda kendaraan akibat aspal yang menempel pada roda kendaraan.
Gambar 3.2 Bleeding
Universitas Sumatera Utara
36
7.Weathering and Ravelling Kerusakan ini ditandai dengan permukaan perkerasan yang kasar dan
rusak akibat hilangnya bahan pengikat aspal atau tar sehingga menyebabkan pelepasan butiran aggregat. Pelepasan butiran ini menunjukkan kualitas aspal
serta campuran yang rendah atau ada kesalahan dalam pencampuran. Pelepasan butiran ini juga dapat di sebabkan adanya lalu lintas yang berlebih.
Berdasarkan tingkat kerusakannya dapat dibedakan menjadi kerusakan rendah low ditandai dengan dimulainya pelepasan butiran pada permukaan jalan,
kerusakan sedang medium yang ditandai dengan pelepasan butiran yang menyebabkan permukaan jalan menjadi tidak rata dan kasar, kerusakan berat
high yang ditandai dengan pelepasan butiran yang menyebabkan permukaan menjadi tidak rata, kasar, dan tidak jarang disertai dengan adanya lubang disekitar
kerusakan.
III.6.1 Tata Cara Menilai SDI
Dari hasil pengamatan tersebut, maka di dapat nilai dari tiap jenis kerusakan yang diidentifikasi, sehingga untuk menentukan penilaian kondisi jalan
didapat dengan cara menjumlahkan seluruh nilai kerusakan perkerasan yang terjadi, dapat diketahui bahwa semakin besar angka kerusakan kumulatif maka
akan semakin besar pula nilai kondisi jalan, yang berarti bahwa jalan tersebut memiliki kondisi yang buruk sehingga membutuhkan pemeliharaan yang lebih
baik. 1.
Survei kondisi jalan RCS secara visual 2.
Setiap lubang untuk 100 seratus m 3.
Faktor yang diamati
Universitas Sumatera Utara
37
- Kondisi permukaan perkerasan - Kondisiretak di permukaan jalan
- Jumlah dan ukuran lubang - Bekas roda
- Kerusakanpada tepi perkerasan jalan, dan lain lain Nilai SDI dihitung dengan pembobotan
- Total luasan retak bobot 1
- Luasan retak lebar bobot 2
- Jumlah lubang100m bobot 3
- Kondisi permukaan Ravelling
bobot 50 Fattynormal 0
- Kedalaman alur mm bobot 5
- Luas tambalan bobot 3
Contoh menghitung SDI :
Universitas Sumatera Utara
38
Tabel 3.3 Klasifikasi Tabel SDI
KONDISI JALAN SDI
BAIK 50
SEDANG 50 – 100
RUSAK RINGAN 100 – 150
RUSAK BERAT 150
Kelebihan Metode SDI : 1. Memakai form survei yang sesuai dengan kerusakan yang ditinjau pada metode
SDI. 2. Dapat dilakukan dengan mobil survei.
3. Jenis dan tipe kerusakan mempunyai bobot masing- masing. Kekurangan Metode SDI :
1. Untuk menghitung SDI diperlukan data jenis dantipe kerusakan per 100 m panjang jalan sehingga akuisisi data ukur memerlukan waktuyang cukup lama.
III.7 Metode International Roughness Index IRI
International Roughness Index IRI atau ketidakrataan permukaan jalan dikembangkan oleh Bank Dunia pada tahun 1980an. IRI digunakan untuk
menggambarkan suatu profil memanjang dari suatu jalan dan digunakan sebagai standar ketidakrataan permukaan jalan. Satuan yang biasa direkomendasikan
adalah meter per kilometer mkm.Pengukuran IRI didasarkan pada perbandingan akumulasi pergerakan suspensi kendaraan standar dalam mm, inchi, dll dengan
Universitas Sumatera Utara
39
jarak yang ditempuh oleh kendaraan selama pengukuran berlangsung dalam m, km, dll .
Untuk mengetahui tingkat kerataan permukaan jalan dapat dilakukan pengukuran dengan menggunakan berbagai cara metode yang telah
direkomendasikan oleh Bina Marga maupun AASHTO. Metode pengukuran kerataan jalan yang dikenal pada umumnya antara lain metode NAASRA SNI
03-3426-1994. Metode lain yang dapat digunakan untuk pengukuran dan analisis kerataan perkerasan adalah Rolling Straight Edge, Slope Profilometer AASHTO
Road Test, CHLOE Profilometer, dan Roughometer.
Gambar 3.3: International Roughness Index
Sumber : Fengxuan Hu. 2004 Development Of A Direct Type Road Roughness Evaluation System.
Universitas Sumatera Utara
40
Untuk tugas akhir ini carametode yang digunakan untuk mengukur nilai ketidakrataan perkerasan jalan adalah adalah Roughmeter NAASRA yang
dikombinasi dengan peralatan lainnya yang disebut dengan PARVID Positioning Accurated Roughness with Video. PARVID merupakan gabungan dari peralatan-
peralatan yang dipasang serta dirangkai pada mobil survei. Standard Operating Procedure SOP yang harus dilakukan dalam
proses penggunaan alat PARVID adalah sebagai berikut : Pemasangan Alat- alat Survei, yaitu :
1. LOGER Loger ini digunakan untuk menyimpan berbagai data tanpa menggunakan
laptop secara terus menerus, kapasitas loger ini mencapai 1 GigaByte GB , selanjutnya data yang disimpan loger dipindahkan ke laptop melalui kabel USB to
serial dan tersimpan dalam bentuk Microsoft Excel .xls. Output yang disimpan Loger adalah :NAASRA National Association of Australian State Road
Authorities meter yang menghasilkan nilai IRI International Roughness Index 2. GPS GLOBAL POSITIONING SYSTEM TRACKING
Adalah sistem navigasi satelit, GPS ini menggunakan satelit yang mengirimkan sinyal gelombang mikro ke bumi, sinyal ini diterima oleh alat
penerima di permukaan, dan digunakan untuk menentukan kecepatan, posisi, arah dan waktu. Huruf N pada Latitude menyatakan North Utara, yaitu Lintang utara,
garis lintang utara adalah garis khayal yang melingkari bumi dari equator garis khatulistiwa hingga ke bagian kutub utara bumi. Huruf E pada Longitude
menyatakan East Timur, yaitu bujur timur, garis bujur timur adalah garis khayal yang berada di sebelah timur kota Greenwich.
Universitas Sumatera Utara
3. NAASRA METER DA Batang Naasra pe
akan ditangkap, dengan yang akan dikalikan den
Naasra yang digunakan, mendeteksi getaran.
Gambar 3.5 NA
4. ROTARY HALDA D Alat penangkap
untuk 1000 pulsa untuk penangkap getaran menja
Gambar 3.4 GPS DAN KABEL PEGAS
pemantau getaran kerusakan, setiap getaran seke an alat ini menggunakan Rotary pulsa 1000 satu p
dengan skala Naasra yang diinginkan, semakin b an, maka semakin besar sensitifitas alat Naasra
AASRA METER DAN KABEL PEGAS DAN ROTARY NAASRA
p sensor yang mana plat sensor tersebut sudah tuk Naasra dan 50 pulsa untuk Haldameter, se
njadi elektromagnetik.
41
kecil apapun u putarannya
besar skala ra ini dalam
ah dirancang sebagai alat
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.6 ROT 5. COUNTER
Alat monitor pen angka. Kendali monitor
Naasra meter dan Haalda pada saat kalibrasi mobil
6. POWER INVERTER Alat elektronik
dengan kapasitas volume lainnya seperti HandyCa
Ga OTARY HALDA DAN ROTARY NAASRA
pencatat Naasra meter yang bersifat display deng or pergerakan Naasra dan Halda meter. Nilai Skal
lda meter ini harus disesuaikan dengan skala kalib il dijalankan.
R k untuk mengubah Listrik DC accu mobil me
me 300 watt, alat ini juga berguna untuk pemaka Cam, charger HP atau Lap Top dll.
Gambar 3.7 POWER INVERTER
42
ngan 6 digit kala kalibrasi
alibrasi loger
menjadi AC makaian listrik
Universitas Sumatera Utara
7. LAPTOP Laptop digunak
disambungkan ke loger Perangkat lunak.
8. HANDY CAM DAN Handycam digun
jalan yang ditempatkan 30 langit-langit.
Gamba
9. MONITOR Monitor pada s
handycam kondisi asp memonitor kerja Record
10. SENSOR Loger PARVID t
dihubungkan dengan ka depan, dan remote ko
yang akan dihubungkan akan untuk memproses data Processing Da
ger melalui kabel USB to Serial menggunakan
N MONITOR unakan untuk menghasilkan 2 output video, Vid
an di depan , untuk merekam video 70 situasi
bar 3.8 HANDY CAM DAN MONITOR
sandaran kursi ini digunakan untuk meliha spal yang berada di belakang atap mobil, d
rd ONOFF handycam.
D telah dilengkapi dengan kabel sensor gambar kabel 2 remote handycam, yaitu remote handyc
kondisi aspal.Loger PARVID dengan kabel sen an dengan remote handycam.Pada pelaksanaan su
43
Data yang an software
Video situasi si jalan, dan
lihat display , dan untuk
r yang akan ycam situasi
sensor tekan survey, jika
Universitas Sumatera Utara
44
kabel loger telah dihubungkan ke kabel remote, maka ketika dilakukan start survey di awal ruas menekan angka 1 pada loger, remote akan otomatis
mengirimkan sinyal ON kepada handycam, sehingga semua alat dapat bekerja secara bersamaan.
2.Kalibrasi Halda Jarak Setelah semua alat- alat terpasang pada mobil survei maka dilakukan
kalibrasi jarak. Segmen Jalan Untuk Lokasi Kalibrasi
• Ukur dengan Roll meter, Segmen dengan panjang 300 m dan pada bagian
jalan yang lurus •
Ukur Jalan dengan Alat Halda, dan lakukan berkali kali dengan mengganti skala Rotary pada counter, hingga mencapai nilai panjang yang sesuai
Pemberian Tanda Bantudan Rambu Pengaman •
Di awal dan akhir lokasi pengukuran harus diberi tanda. •
Di jalur ban harus diberi tanda menggunakan cat pilok untuk memudahkan pelaksanaan pengukuran.
• Dilengkapi rambu lalulintas traffic cone
Gambar 3.9 Kalibrasi Sensor Jarak
3. Kalibrasi Roughometer NAASRA Setelah dilakukan kalibrasi sensor jarak maka dilakukan kalibrasi
Roughometer NAASRA dengan menggunakan Dipstick sebagai alat bantu untuk mengukur perbedaan elevasi pada jalan sepanjang 100 – 300 m. Dengan
Universitas Sumatera Utara
45
mengambil sampel jalan untuk 5 lima sampel yaitu : Sangat baik, baik, sedang, buruk, sangat buruk.
Setelah selesai dikalibrasi maka pengukuran nilai ketidakrataan permukaan jalan sudah bisa dilakukan dengan kecepatan 20-40 kmjam. Hasil ketidakrataan
jalan didapat per segmen jalan, panjang tiap segmen adalah 100 m. Setelah dilakukan kalibrasi Roughometer NAASRA maka sudah bisa
dilakukan pengukuran di lokasi penelitian. Pengukuran nilai IRI dilakukan tiap 100 meter, sama seperti pengukuran nilai SDI. Dalam proses pengambilan nilai
kerataan perkerasan maka kendaraan harus dijalankan dengan kecepatan 20-40 kmjam, hal ini diperlukan agar data yang didapat dari pengukuran menjadi
semakin akurat. Kemudian setelah data kerataan perkerasan selesai diambil, maka data
hasil survei bisa langsung didapat dengan menghubungkannya dengan laptop dan data diunduh ke dalam laptop.
Tabel 3.4 Klasifikasi Tabel IRI
Category IRI
Surface Type Legend
1 4
Sealed Very Good
2 4 – 8
Sealed Good – Fair
3 8 – 12
Sealed Fair – Poor
4 12 – 16
Sealed Poor – Bad
5 16 – 20
Sealed Bad
6 = 20
Sealed Very bad
7 Any
Unsealed Unsealed
Universitas Sumatera Utara
46
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN