Analisis Kesejahteraan Masyarakat Nelayan Di Kota Sibolga

(1)

SKRIPSI

ANALISIS TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT NELAYAN DI KOTA SIBOLGA

OLEH

DENNIS ANDERSEN HUTAGALUNG 120501094

PROGRAM STUDI STRATA-1 EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

ABSTRAK

ANALISIS TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT NELAYAN DI KOTA SIBOLGA

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan di Kota Sibolga dengan menggunakan data primer untuk 100 responden yang mewakili seluruh populasi masyarakat nelayan di Kota Sibolga. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan daftar kuisioner. Metode analisis yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Data yang terkumpul diolah dan disajikan dalam bentuk tabel.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat nelayan di Kota Sibolga pada umumnya memiliki tingkat kesejahteraan yang tergolong rendah atau miskin. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat pendapatan yang masih rendah dan pengeluaran rumah tangga yang cukup besar serta kondisi perumahan yang belum layak.

Kata kunci: Kesejahteraan, Pendapatan, Pendidikan, Kesehatan, Kondisi Perumahan Serta fasilitas yang dimiliki


(3)

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine the level of welfare of coastal communities in the distric of Sibolga city data for 100 respondents representing the entire population of the coastal communities in the District Sibolga city. The data was collected using questionnaires. The analysis method used is descriptive qualitative. The data collcected was processed and presentedin the form of tables.

The results showed that the coastal communities in the district of Sibolga city generally have a relatively low level of prosperity or poverty. This is

indicated by the low levels of income and household spendingsubstansial and living conditions are not feasible.

Keywords: welfare, revenue, education, health, housing conditions and facilities owned


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat-Nya sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “ANALISIS KESEJAHTERAAN MASYARAKAT NELAYAN DI KOTA SIBOLGA” Penulis selesaikan. Penulis mendapatkan banyak bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik berupa moril maupun material, sehingga penulis semakin termotivasi untuk menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini yang mana banyak sekali menemukan kendala-kendala yang cukup berarti dalam penyusunanya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis, diantaranya kepada:

1. Kedua orang tua tercinta Bapak yang saya cintai Sangma Hutagalung dan Ibunda Rony Hutabarat yang telah mendidik, merawat dan memberikan saya cinta, doa, dan kasih sayang yang sangat besar kepada saya.

2. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec., Ac., Ak., CA. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara

3. Bapak Wahyu Ario Pratomo SE., M.Ec., selaku Ketua dan Bapak Syahrir Hakim Nasution, M.Si., selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.


(5)

4. Bapak Irsyad, SE., M.Soc, Sc., Ph.D., selaku Ketua Program Studi S1 dan Bapak Paidi Hidayat, SE., M.Si selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Dr. Rujiman, MA. Selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada saya selama masa pendidikan.

6. Bapak Kasyful Mahalli, SE., M.Si., selaku dosen penguji I yang telah bersedia meluangkan waktu dalam memberikan saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini.

7. Bapak Drs. Rakhmat Sumanjaya Hasibuan, M.Si., selaku dosen penguji II yang telah bersedia meluangkan waktu dalam memberikan saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini.

8. Seluruh dosen dan pegawai Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, terima kasih atas segala bimbingan dan bantuannya selama penulis mengikuti perkulihaan.

9. Abang saya Alberto Hans Hutagalung, S.E., Saron Hutagalung, S.Kom., Marco Hutagalung, S.E., dan Kakak saya Belinda Theresia Hutagalung, S.Ip., Vinessia Hutagalung, S.E. Terima kasih atas dukungan dan doa sehingga saya dapat terpacu untuk menyelesaikan skripsi ini.

10. Untuk sahabat terbaik saya serta seluruh mahasiswa Program Studi Ekonomi Pembangunan stambuk 2012 lainnya. Terima kasih saya sampaikan sebab banyak mendapat arti persahabatan dari kalian.


(6)

Akhirnya saya berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan peneliti lainnya,khususnya mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara. Semoga Tuhan senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semua pihak yang telah bersedia membantu penyelesaian skripsi ini.

Medan,

Dennis Andersen Hutagalung 120501094


(7)

DAFTARISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ...v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

BAB IPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah ...1

1.2Perumusan Masalah ...4

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ...5

1.3. 1Tujuan Penelitian ...5

1.3. 2 Manfaat Penelitian ...5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Kesejahteraan ...6

2.2Konsep-konsep Mengenai Kemiskinan ...8

2.3Hubungan Pendekatan Dalam Pengukuran Kemiskinan ...10

2.4Pengertian dan Penggolongan Nelayan ... 12

2.5 Gambaran Kondisi Nelayan ... 13

2.6 Pengertian Pendapatan, Pendidikan, dan Kemiskinan ... 16

2.6.1Pengertian Pendapatan ... 16

2.6.1Pengertian Pendidikan ... 17

2.6.1Pengertian Kesehatan ... 17

2.7 Hubungan Pendapatan, Pendidikan, dan Kesehatan Terhadap Kesejahteran ... 19

2.8 Penelitian Terdahulu ...22

2.9 Kerangka Penelitian ...24


(8)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian ... 26

3.2Tempat dan Waktu Penelitian ... 26

3.3 Populasi dan Sampel ... 27

3.3.1Populasi ... 27

3.3.2Sampel ... 27

3.4 Metode dan Pengumpulan Data ... 28

3.5 Uji Validitas dan Uji Reabilitas ... 29

3.5.1 Uji Validitas ... 29

3.5.2 Uji Reabilitas ...30

3.6 Definisi Operasional ...30

3.7 Analisis Data ... 31

3.8 Pengujian Asumsi Klasik ...32

3.8.1 Uji Multikolonieritas ...32

3.8.2 Uji Heterokedastisitas ...33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1Deskripsi Daerah Penelitian ...34

4.2 Hasil Penelitian ...34

4.2.1 Karakteristik Responden...34

4.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ...35

4.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ...35

4.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga ...36

4.3 Indikator Kesejahteraan Masyarakat Nelayan ... 37

4.3.1 Indikator Kesejahteraan Masyarakat Nelayan Berdasarkan Tingkat Pendapatan Per Bulan ...38

4.3.2 Indikator Kesejahteraan Masyarakat Nelayan Berdasarkan Tingkat Kesehatan Keluarga ...40 4.3.3 Indikator Kesejahteraan Masyarakat Nelayan


(9)

4.3.4 Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Nelayan ...43

4.4Analisis Data dan Pembahasan ...44

4.4.1 Uji Validitas dan Reabilitas ...45

4.4.2 Hasil Uji Regresi Linier Berganda ...46

4.4.3 Uji t (parsial)...47

4.4.4 Uji f-Statistik ...49

4.5 Uji Asumsi Klasik ... 50

4.5.1 Multikolonieritas ...50

4.5.2 Heterokedastisitas ...51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan ...52

5.2 Saran ...53

DAFTAR PUSTAKA ...54


(10)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ... 35

4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 36

4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga ... 37

4.4 Indikator Tingkat Pendapatan Perbulan ... 38

4.5 Indikator Tingkat Kesehatan Keluarga ... 40

4.6 Indikator Kondisi Perumahan serta Fasilitas yang Dimiliki ... 41

4.7 Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Nelayan di Kota Sibolga ... 43

4.8 Uji Validitas dan Reabilitas ... 45

4.9 Analisi Linier Berganda ... 46

4.10 Hasil Uji Signifikan Parsial(Uji-t) ... 47

4.11 Hasil Uji Signifikan Simultan (Uji-t) ... 49

4.12 Hasil Uji Multikolonieritas ... 50


(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual ... 24 4.1Kondisi Perumahan Nelayan ... 42 4.2Kondisi Perumahan Nelayan ... 43


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1 Kuisoner Penelitian ... 56

2 Output Uji Validitas dan Reabilitas ... 61

3 Output Analisis Linier Berganda ... 62


(13)

ABSTRAK

ANALISIS TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT NELAYAN DI KOTA SIBOLGA

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan di Kota Sibolga dengan menggunakan data primer untuk 100 responden yang mewakili seluruh populasi masyarakat nelayan di Kota Sibolga. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan daftar kuisioner. Metode analisis yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Data yang terkumpul diolah dan disajikan dalam bentuk tabel.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat nelayan di Kota Sibolga pada umumnya memiliki tingkat kesejahteraan yang tergolong rendah atau miskin. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat pendapatan yang masih rendah dan pengeluaran rumah tangga yang cukup besar serta kondisi perumahan yang belum layak.

Kata kunci: Kesejahteraan, Pendapatan, Pendidikan, Kesehatan, Kondisi Perumahan Serta fasilitas yang dimiliki


(14)

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine the level of welfare of coastal communities in the distric of Sibolga city data for 100 respondents representing the entire population of the coastal communities in the District Sibolga city. The data was collected using questionnaires. The analysis method used is descriptive qualitative. The data collcected was processed and presentedin the form of tables.

The results showed that the coastal communities in the district of Sibolga city generally have a relatively low level of prosperity or poverty. This is

indicated by the low levels of income and household spendingsubstansial and living conditions are not feasible.

Keywords: welfare, revenue, education, health, housing conditions and facilities owned


(15)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Negara maritim seperti Indonesia adalah masyarakat nelayannya merupakan golongan masyarakat paling miskin di Asia bahkan di dunia (Suara Pembaruan 18 November 2005).Berdasarkan data Survei Sosial dan Ekonomi Nasional 2013 (Badan Pusat Statistik) yang diolah, diketahui bahwa hanya 2,2 persen rumah tangga di Indonesia yang memiliki kepala rumah tangga berprofesi sebagai nelayan. Jumlahnya sekitar 1,4 juta kepala rumah tangga nelayan. Rata-rata jumlah anggota rumah tangga di Indonesia sekitar empat orang. Maknanya, ada sekitar 5,6 juta penduduk Indonesia yang kehidupannya bergantung kepada kepala rumah tangga yang berprofesi sebagai nelayan. Sementara secara keseluruhan jumlah nelayan di Indonesia diperkirakan sebanyak 2,17 juta (hanya 0,87 persen tenaga kerja). Ada sekitar 700.000 lebih nelayan yang berstatus bukan sebagai kepala rumah tangga. Sebagian besar nelayan tinggal tersebar di 3.216 desa yang terkategori sebagai desa (mayoritas penduduknya berprofesi sebagai nelayan). Secara geografis, nelayan ada di seluruh wilayah Indonesia. Hal ini tidak mengherankan mengingat dua per tiga wilayah Indonesia adalah lautan serta memiliki potensi perikanan sangat besar.

Pada Sumatera Utara jumlah total nelayan sebanyak 251.000 orang, yang terdiri dari penangkapan ikan di laut dan di perairan umum seperti danau, sungai, waduk dan sebagainya. Sedangkan, jumlah nelayan khusus menangkap ikan di


(16)

laut sebanyak 190.000 orang.Padahal negara Indonesia yang mempunyai kekayaan laut yang melimpah dan luas tidak dapat dimanfaatkan dengan baik.

Ironisnya, walaupun seafood menjadi salah satu makanan favorit yang mahal, tingkat kesejahteraan nelayan umumnya lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang berprofesi bukan sebagai nelayan. Rata-rata pengeluaran nelayan hanya sekitar Rp 561.000 per bulan, lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang bukan nelayan dengan rata-rata pengeluaran sebesar Rp 744.000 per bulan.

Tingkat upah nelayan juga hanya sekitar Rp 1,1 juta per bulan, sedikit di bawah pekerja bukan nelayan yang memiliki upah Rp 1,2 juta per bulan. Namun, ada sedikit kabar menggembirakan, yaitu lebih dari 84 persen rumah tangga nelayan memiliki rumah sendiri. Bandingkan dengan kenyataan bahwa hanya 79 persen rumah tangga bukan nelayan yang memiliki rumah sendiri. Meskipun demikian, data ini sesungguhnya tidak menunjukkan bagaimana kualitas rumah yang dimiliki nelayan. Kenyataan lain, komunikasi bukan menjadi hambatan bagi para nelayan karena sekitar 83 persen nelayan memiliki telepon seluler.

Para nelayan kurang beruntung ditinjau dari aspek pendidikan, dengan hampir 70 persen nelayan berpendidikan sekolah dasar ke bawah dan hanya sekitar 1,3 persen yang berpendidikan tinggi. Pemerintah juga perlu memperhatikan aspek kesehatan para nelayan.

Survei Sosial dan Ekonomi Nasional 2013 menunjukkan bahwa sekitar 25 persen nelayan mengalami gangguan kesehatan dalam satu bulan terakhir saat disurvei. Sebagian dari mereka menyatakan bahwa gangguan kesehatan tersebut


(17)

mengganggu aktivitas mereka mencari nafkah sehingga berdampak pada ekonomi rumah tangganya. Hanya 54 persen nelayan yang memiliki jaminan kesehatan sehingga menjadi masalah para nelayan.Rumah tangga nelayan juga cenderung memiliki anak lebih banyak dibandingkan dengan rumah tangga bukan nelayan. Program Keluarga Berencana (KB) jelas penting bagi kehidupan para nelayan guna meningkatkan kesejahteraan mereka dalam jangka panjang.

Secara umum, jumlah tenaga kerja yang memilih pekerjaan sebagai nelayan kurang dari 1 persen dan mereka memiliki kehidupan yang kurang menguntungkan dibandingkan dengan para pekerja lainnya secara rata-rata. Sementara data Food and Agriculture Organization(FAO) tahun 2006 menyebutkan, ada sekitar 6,2 juta penduduk Indonesia terlibat dalam kegiatan perikanan.Bagaimanapun, jumlah nelayan yang sedikit menunjukkan bahwa mayoritas penduduk Indonesia tidak berorientasi pada laut sebagai sumber penghidupan. Menjadi nelayan bukanlah pilihan pekerjaan yang menarik karena mungkin nelayan identik dengan kemiskinan.Tidak mengherankan apabila jarang sekali kita mendengar seorang anak bercita-cita menjadi nelayan. Padahal, kita meyakini bahwa dari laut kita bisa membangun kesejahteraan. Membangun negara maritim yang tangguh tentunya diawali dengan membangun nelayan yang sejahtera. Jika menjadi nelayan memberikan jaminan kesejahteraan, profesi ini dapat menjadi pilihan menarik bagi angkatan kerja di Indonesia yang berlimpah.

Nelayan kita terjebak dalam perangkap kemiskinan. Mereka tidak memiliki akses yang memadai terhadap pendidikan dan kesehatan. Mereka juga kesulitan mendapatkan akses kredit karena sebagian besar bank beranggapan


(18)

bahwa pinjaman bagi nelayan berisiko tinggi (survei Lembaga Demografi di Sulawesi Utara, 2014).Hanya 2,34 persen Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia yang berasal dari perikanan laut (BPS,2013). Kontribusi sektor perikanan terhadap PDB selama periode 2010-2012 bahkan di angka 2,33 persen.

Gambaran tentang kondisi kehidupan penduduk pesisir dapat dilihat dari rata – rata jumlah kepala keluarga. Jumlah penduduk di Kota Sibolga mencapai 85.271 pada tahun 2012 dan jumlah kepala keluarga yang berprofesi sebagai nelayan mencapai 8009 kepala keluarga. Kota Sibolga memiliki 5 pulau – pulau kecil dengan luas keseluruhan 137,08 Ha. Sebagaimana diketahui, dengan panjang garis pantai pulau-pulau kecil,maka pantai Kota Sibolga memiliki potensi pengembangan budidaya ikan melalui sistem Keramba Jaring Apung (KJA).

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka penelitian ini dibatasi pada hubungan indikator kesejahteraan masyarakat terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat di Kota Sibolga, dalam hal ini pendapatan,pendidikan,kesehatan, dan kondisi perumahan dan fasilitas yang dimiliki.

Dengan permasalahan tersebut maka dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah terdapat pengaruh pendapatan terhadap kesejahteraan masyarakat di Kota Sibolga?

2. Apakah terdapat pengaruh tingkat pendidikan terhadap kesejahteraan masyarakat di Kota Sibolga?


(19)

3. Apakah terdapat pengaruh kesehatan terhadap kesejahteraan masyarakat di Kota Sibolga?

4. Apakah terdapat pengaruh kondisi rumah terhadap kesejahteraan masyarakat di Kota Sibolga?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1.Untuk mengetahui berapa besar pengaruh antara tingkat pendapatan terhadap kesejahteraan masyarakat di Kota Sibolga.

2. Untuk mengetahui berapa besar pengaruh tingkat pendidikan terhadap kesejahteraan masyarakat di Kota Sibolga.

3. Untuk mengetahui berapa besar pengaruh tingkat kesehatan terhadap kesejahteraan masyarakat di Kota Sibolga.

4. Untuk mengetahui berapa besar pengaruh antara kondisi rumah terhadap kesejahteraan masyarakat di Kota Sibolga.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar SarjanaEkonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU.

2. Sebagai penambah wawasan bagi peneliti yang berkaitan dengan hubungan tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, tingkat kesehatan, dan kondisi rumah terhadap kesejahteraan.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kesejahteraan

2.1.1 Definisi Kesejahteraan

Istilah kesejahteraan bukanlah hal yang baru, baik dalam wacana global maupun nasional.Kesejahteraan itu meliputi keamanan, keselamatan, dan kemakmuran. Di dalam undang-undang RI nomor 6 tahun 1974 tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial,misalnya, merumuskan kesejahteraan sosial sebagai:

“Suatu kehidupan dan penghidupan sosial, material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan kententraman lahir dan batin, yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga, serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak atau kewajiban manusia dengan Pancasila.”

Kesejahteraan pada intinya mencakup tiga konsepsi, yaitu:

1. Kondisi kehidupan atau keadaan sejahtera, yakni terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah, dan sosial.

2. Institusi, arena atau bidang kegiatan yang melibatkan lembaga kesejahteraan sosial dan berbagai profesi kemanusiaan yang menyelenggarakan usaha kesejahteraan sosial dan pelayanan sosial.

3. Aktivitas, yakni suatu kegiatan-kegiatan atau usaha yang terorganisir untuk mencapai sejahtera.


(21)

segala bentuk kebutuhan hidup, khususnya yang bersifat mendasar seperti makanan, pakaian, perumahan, pendidikan, dan perawatan kesehatan. Pengertian seperti ini menempatkan kesejahteraan sebagai tujuan dari suatu kegiatan pembangunan.Misalnya, tujuan pembangunan adalah untuk meningkatkan taraf kesejahteraan sosial masyarakat. Pemaknaan kesejahteraan sebagai arena menempatkan kesejahteraan sebagai arena atau wahana atau alat untuk mencapai tujuan pembangunan (Suharto,2004).

Tentunya ada konsep lain dari kesejahteraan yang melebihi konsep kemiskinan (poverty), baik diukur melalui dimensi moneter maupun non-moneter. Contohnya seperti ketimpangan.Ketimpangan menitikberatkan pada distribusi dari variabel terukur (misalnya pendapatan dan pengeluaran) terhadap seluruh penduduk.Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa posisi relatif dari individu rumah tangga dalam masyarakat merupakan aspek penting dari kesejahteraan mereka.

Adapun usaha untuk meningkatkan kualitas hidup manusia secara menyeluruh mencakup:

1. Peningkatan taraf hidup, melalui seperangkat pelayanan sosial dan jaminan sosial segenap lapisan masyarakat, terutama kelompok-kelompok masyarakat yang kurang beruntung dan rentan yang sangat memerlukan perlindungan sosial. 2. Peningkatan keberdayaan melalui penetapan sistem dan kelembagaan ekonomi, sosial, dan politik yang menjunjung harga diri dan martabat kemanusiaan.

3. Penyempurnaan kebebasan melalui perluasan aksebilitas dan pilihan-pilihan kesempatan sesuai dengan aspirasi, kemampuan dan standar kemanusiaan.


(22)

Hal yang perlu dicatat dari bahasan tentang kesejahteraan yaitu kerentanan (vulberability).Kerentanan didefinisikan sebagai peluang atau fisik menjadi miskin atau jatuh menjadi lebih miskin pada waktu-waktu mendatang.Kerentanan merupakan dimensi kunci dari kesejahteraan karena kerentanan berakibat pada perilaku individu (dalam bentuk investasi, pola produksi, strategipenanggulangan) dan persepsi dari kondisi mereka sendiri.

Ada beberapa indikator keluarga sejahtera berdasarkan Badan Pusat Statistik, yaitu:

1. Pendapatan

2.Konsumsi atau pengeluaran rumah tangga 3. Keadaan tempat tinggal

4.Fasilitas tempat tinggal 5. Kesehatan anggota keluarga

6. Kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan

7. Kemudahaan memasukkan anak kejenjang pendidikan 8. Kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi

2.2 Konsep – Konsep Mengenai Kemiskinan

Kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa hadir ditengah-tengah masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang.Menurut Ellis (dalam Suharto, 2005:133) menyatakan bahwa dimensi kemiskinan menyangkut aspek ekonomi, politik dan sosial-psikologis.Secara ekonomi, kemiskinan didefinisikan sebagai kekurangan sumberdaya yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan meningkatkan kesejahteraan sekelompok


(23)

orang.Kemiskinan pada umunya didefinisikan dari segi ekonomi, khususnya pendapatan dalam bentuk uang ditambah dengan keuntungan-keuntungan non-material yang diterima seseorang.Namun demikian, secara luas kemiskinan juga kerap didefinisikan sebagai kondisi yang ditandai oleh serba kekurangan: kekurangan pendidikan, keadaan kesehatan yang buruk, dan kekurangan transportasi yang dibutuhkan oleh masyarakat (SMERU dalam Suharto et.al., 2004). Definisi kemiskinan dengan menggunakan pendekatan kebutuhan dasar seperti ini diterapkan oleh Depsos, terutama dalam mendefinisikan fakir miskin.

Kemiskinan adalah ketidakmampuan individu dalam memenuhi kebutuhan dasar minimal untuk hidup layak (BPS dan Depsos, 2002:3).Dalam konteks politik, Friedman mendefinisikan kemiskinan dalam kaitannya dengan ketidaksamaan kesempatan dalam mengakumulasikan basis kekuasaan sosial.Kemiskinan secara sosial-psikologis menunjukan pada kekurangan jaringan dan struktur sosial yang mendukung dalam mendapatkan kesempatan-kesempatan peningkatan produktivitas.Dimensi kemiskinan ini juga dapat diartikan sebagai kemiskinan yang disebabkan oleh adanya faktor-faktor penghambat yang mencegah atau merintangi seseorang dalam memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang ada di masyarakat.Faktor-faktor penghambat tersebut secara umum meliputi faktor internal dan eksternal.Faktor internal datang dari dalam diri si miskin itu sendiri, seperti rendahnya pendidikan atau adanya hambatan budaya.Teori “kemiskinan budaya” (cultural poverty) yang dikemukan oleh Oscar Lewis, misalnya menyatakan bahwa kemiskinan dapat muncul sebagai akibat adanya nilai-nilai atau kebudayaan yang dianut oleh orang-orang miskin, seperti


(24)

malas, mudah menyerah pada nasib, kurang memiliki etos kerja dan sebagainya.Faktor eksternal datang dari luar kemampuan orang yang bersangkutan, seperti birokrasi atau peraturan-peraturan resmi yang dapat menghambat seseorang dalam memanfaatkan sumberdaya.

Kemiskinan model ini seringkali diistilahkan dengan kemiskinan struktural.Menurut pandangan ini, kemiskinan terjadi bukan dikarenakan “ketidakmampuan” sistem dan struktur sosial dalam menyediakan kesempatan-kesempatan yang memungkinkan si miskin dapat bekerja.Dengan demikian manusia mempunyai keterbatasan dalam melakukan pilihan, akibat adanya potensi manusia untuk mengembangkan hidupnya menjadi terhambat. Kemiskinan juga muncul karena adanya perbedaan kualitas sumber daya manusia, karena jika kualitas manusianya rendah pasti akan mempengaruhi yang lain, seperti pendapatan. Tapi itu hanyalah masalah klasik.Sekarang penyabab kemiskinan adalah karena tidak mempunyai uang.

2.3 Hubungan Pendekatan Dalam Pengukuran Kemiskinan

Strategi suatu kebutuhan dasar (basic needs) sebagaimana dikutip oleh Thee (1981:29), dipromosikan dan dipopulerkan oleh internasional labor

organization (ILO) pada tahun 1976 dengan judul kesempatan kerja, pertumbuhan

ekonomi, dan kebutuhan dasar: suatu masalah bagi satu dunia. Strategi kebutuhan dasar memang memberi tekanan pada pendekatan langsung dan bukan cara tidak langsung seperti melalui effek menetes kebawah (trickledown effect) dari pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Kesulitan umum dalam penentuan indikator kebutuhan dasar adalah standart atau kriteria yang subjektif karena dipengaruhi


(25)

oleh adat, budaya, daerah, dan kelompok sosial.Di samping itu kesulitan penentuan secara kuantitatif oleh masing-masing komponen kebutuhan dasar yang dimiliki oleh komponen itu sendiri.Misalnya selera konsumen terhadap satu jenis makan atau komoditi lainnya.

Konsep kebutuhan dasar yang dicakup dalam komponen kebutuhan dasar dan karakteristik kebutuhan dasar serta hubungan dengan garis kemiskinan.Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) komponen kebutuhan dasar terdiri dari, pangan dan bukan pangan yang disusun menurut daerah perkotaan dan pedesaan berdasarkan hasil survey sosial ekonomi nasional (SUSENAS).Berdasarkan komposisi pengeluaran konsumsi penduduk, dapat dihitung besarnya kebutuhan minimum untuk masing-masing komponen.

Ukuran kemiskinan pada tingkat makro dapat memberikan gambaran kemiskinan rumah tangga menurut wilayah regional, provinsi, dan kota-desa. Untuk menetapkan rumah tangga sebagai kelompok sasaran program, seperti intervensi dan mengurangi dampak krisis, kriteria-kriteria infrastruktur pelayanan pemerintah dan fasilitas umum lainnya menurut karakteristik wilayah dan rumah tangga sangat penting untuk diperhatikan.Beberapa indikator untuk mengindetifikasikan rumah tangga miskin dapat dikembangkan berdasarkan rumah tangga, termasuk indikator demografi, sosial ekonomi, dan indikator lainnya.

Indikator ekonomi yang dapat digunakan untuk mendefinisikan rumah tangga miskin yaitu dengan ciri-ciri pekerjaan yang dilakukan oleh kepala rumah tangga dan akses terhadap sumber/asset (Pernia dan Quibria,1991). Untuk wilayah


(26)

pesisir karakteristik pekerjaan kepala rumah tangga adalah sebagai nelayan.Yang mana kehidupannya bergantung dengan hasil tangkapan laut.

Dalam Zulfahri (2002), Masri Singarimbum mencirikan kemiskinan sebagai suatu kondisi yang memenuhi ciri – ciri :

1. Pendapatan rendah 2. Gizi rendah

3. Tingkat pendidikan rendah 4. Keterampilan rendah 5. Harapan hidup pendek

Sedangkan keban (1994) membagi menjadi 3 kelompok faktor penyebab kemiskinan rumah tangga yaitu:

1. Karakteristik individu kepala rumah tangga 2. Karakteristik pekerjaan kepala rumah tangga 3. Karakteristik lingkungan

2.4 Pengertian dan Penggolongan Nelayan

Menurut Mulyadi (2005:7), nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan atau budi daya. Mereka pada umumnya tinggal di pinggir pantai, sebuah lingkungan pemukiman yang dekat lokasi kegiatannya (Imron,2003)

Sesungguhnya,nelayan bukanlah suatu entitas tunggal, mereka terdiri dari beberapa dari beberapa kelompok. Dilihat dari segi pemilikan alat tangkap, nelayan dapat dibedakan menjadi 3 kelompok,yaitu:


(27)

1. Nelayan buruh 2. Nelayan juragan 3. Nelayan perorangan

Nelayan buruh adalah nelayan yang bekerja dengan alat tangkap milik orang lain. Sebaliknya, nelayan juragan adalah nelayan yang memiliki alat tangkap yang dioperasikan oleh orang lain. Adapun nelayan perorangan adalah nelayan yang memiliki peralatan tangkap sendiri, dan dalam pengoperasiannya tidak melibatkan orang lain.

2.5 Gambaran Kondisi Nelayan

Suatu ironi bagi negara maritim seperti Indonesia adalah masyarakat nelayannya merupakan golongan masyarakat paling miskin di Asia bahkan di dunia (Suara Pembaruan,18 November 2005). Pemandangan yang sering dijumpai di perkampungan nelayan adalah lingkungan hidup yang kumuh serta rumah-rumah yang sangat sederhana.Kalaupun ada beberapa rumah-rumah yang menonjolkan tanda-tanda kemakmuran (misalnya rumah yang megah dan berantena parabola), rumah-rumah tersebut umumnya dipunyai oleh pemilik kapal, pemodal, atau rentenir yang jumlahnya tidak signifikan dan sumbangannya kepada kesejahteraan komunitas sangat tergantung pada individu yang sangat bersangkutan. Kemiskinan masyarakat nelayan bersifat multi dimensi dan disebabkan oleh tidak terpenuhinya hak-hak dasar masyarakat antara lain kebutuhan akan pangan, kesehatan, pendidikan, infrastruktur (DKP,2005:10). Di samping itu, kurangnya kesempatan berusaha, kurangnya akses terhadap informasi teknologi dan


(28)

permodalan, budaya dan gaya hidup yang cenderung boros, menyebabkan posisi tawar masyarakat miskin semakin lemah.

Dilihat dari lingkupnya, kemiskinan nelayan tediri atas kemiskinan prasarana dan kemiskinan keluarga.Kemiskinan prasarana dapat dindikasikan pada ketersediaan prasarana fisik di desa-desa nelayan, yang pada umumnya masih sangat minim, seperti tidak tersedianya air bersih, jauh dari pasar, dan tidak adanya akses untuk mendapatkan bahan bakar yang sesuai dengan harga standar.Kemiskinan prasarana itu secara tidak langsung juga memiliki andil bagi munculnya kemiskinan keluarga. Misalnya, tidak tersedianya air bersih akan memaksa keluarga untuk mengeluarkan uang untuk membeli air bersih, yang berarti mengurangi pendapatan mereka. Kemiskinan prasarana juga dapat mengakibatkan keluarga yang berada di garis kemiskinan (need poor) bisa merosot ke dalam kelompok keluarga miskin.

Sesungguhnya, ada dua hal utama yang terkandung dalam kemiskinan (Soetrisno,1995), yaitu kerentanan dan ketidakberdayaan. Dengan kerentanaan yang dialami, orang miskin akan mengalami kesulitan untuk menghadapi situasi darurat. Ini dapat dilihat pada nelayan perorangan misalnya, mengalami kesulitan untuk membeli bahan bakar untuk keperluan melaut. Hal ini disebabkan sebelumnya tidak ada hasil tangkapan yang bisa dijual dan tidak ada dana cadangan yang dapat digunakan untuk keperluan yang mendesak. Hal yang sama juga dialami nelayan buruh,mereka merasa tidak berdaya di hadapan para juragan yang telah memperkerjakannya,meskipun bagi hasil yang diterimanya dirasakan tidak adil.


(29)

Selain itu, nelayan miskin umumnya belum banyak tersentuh teknologi modern, kualitas sumber daya manusia rendah dan tingkat produktivitas hasil tangkapannya sangat rendah.Tingkat pendidikan nelayan berbanding lurus dengan teknologi yang dapat dihasilkan oleh para nelayan, dalam hal ini teknologi di bidang penangkapan dan pengawetan ikan. Ikan cepat mengalami proses pembusukan dibandingkan dengan bahan makanan lain disebabkan oleh bakteri dan perubahan kimiawi pada ikan. Oleh karena itu, diperlukan teknologi pengawetan ikan yang baik. Selama ini, nelayan hanya menggunakan cara yang tradisional untuk mengawetkan ikan. Hal tersebut salah satunya disebabkan karena rendahnya tingkat pendidikan dan penguasaan nelayan terhadap teknologi (Kusnadi,2000).

Dengan demikian, masalah sosial ekonomi yang terdapat pada kehidupan nelayan antara lain adalah :

a. Rendahnya tingkat pendidikan,

b. Miskin pengetahuan dan teknologi untuk menunjang pekerjaanya, c. Kurangnya daya kreativitas,

d. Belum adanya perlindungan terhadap nelayan dari jeratan para tengkulak,serta, e. Kurangnya tersedia wadah pekerjaan informal.

Dengan rendahnya produktivitas,nelayan tetap melakukan operasi penangkapan ikan yang sesungguhnya tidak lagi efisien secara ekonomis. Nelayan tetap tinggal pada industri perikanan karena rendahnya opportunity cost (Subade and Abdullah,1993). Opportunity cost nelayan,menurut definisi, adalah kemungkinan atau alternatif kegiatan atau usaha ekonomi lain yang terbaik yang


(30)

diperoleh selain menangkap ikan. Dengan kata lain, opportunity cost adalah kemungkinan lain yang bisa dikerjakan nelayan bila saja mereka tidak menangkap ikan. Bila opportunity cost rendah maka nelayan cenderung tetap melaksanakan usahanya meskipun usaha tersebut tidak lagi menguntungkan dan efisien. Ada juga argument yang mengatakan bahwa opportunity cost nelayan, khususnya di negara berkembang, sangat kecil dan cenderung mendekati nihil. Bila demikian maka nelayan tidak punya pilihan lain sebagai mata pencahariannya. Dengan demikian apa yang terjadi, nelayan tetap bekerja sebagai nelayan karena itu yang bisa dikerjakan.

2.6 Pengertian Pendapatan, Pendidikan, dan Kesehatan 2.6.1 Pengertian Pendapatan

Pendapatan merupakan salah satu unsur yang paling utama dari pembentukan laporan laba rugi dalam suatu perusahaan. Banyak yang masih bingung dalam penggunaan istilah pendapatan. Hal ini disebabkan pendapatan dapat diartikan sebagai revenue dan dapat juga diartikan sebagai income. Menurut Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari aktivitas perusahaan yang dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan, penghasilan jasa (fees), bunga, deviden, royalti dan sewa.” Definisi tersebut memberikan pengertian yang berbeda dimana income memberikan pengertian pendapatan yang lebih luas,

income meliputi pendapatan yang berasal dari kegiatan operasi normal perusahaan

maupun yang berasal dari luar operasi normalnya. Sedangkan revenue merupakan penghasil dari penjualan produk, barang dagangan, jasa dan perolehan dari setiap


(31)

transaksi yang terjadi. Tinggi rendahnya pendapatan seseorang tergantung pada faktor-faktor seperti umur, jenis kelamin, kemampuan, pendidikan dan

pengalaman.

2.6.2 Pengertian Pendidikan

Pendidikan merupakan suatu usaha serta upaya yang dilakukan oleh manusia yang sudah dewasa dalam membimbing manusia yang masih belum dewasa ke arah kedewasaan. Bimbingan disini dalam arti luas, yaitu memberikan pengetahuan serta pemahaman kepada anak-anak bagaimana dia harus bertanggung jawab menyelesaikan tugas-tugasnya, mengajarkan kemandirian, saling menghormati, rasa tanggung jawab, serta bimbingan lainnya. Selain itu juga pendidikan bisa diartikan bahwa proses perubahan atau pendewasaan manusia, berawal dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak paham menjadi paham dan sebagainya.

Menurut Michael Todaro (1998:476) bahwa pendidikan memiliki pengaruh positif terhadap promosi pertumbuhan ekonomi. Bahwasannya tersedianya tenaga-tenaga kerja terampil dan terdidik sebagai syarat penting berlangsungnya pembangunan ekonomi secara berkesinambungan sama sekali tidak perlu diragukan.

2.6.3 Pengertian Kesehatan

Pengertian sehat menurut WHO adalah “Health is a state of complete

physical, mental and social well-being and not merely the absence of diseases or

infirmity”. Sehat adalah kondisi normal seseorang yang merupakan hak hidupnya.


(32)

lingkungan berupa udara segar, sinar matahari, santai, kebersihan serta pikiran, kebiasaan dan gaya hidup yang baik.Selama beberapa dekade terakhir, pengertian sehat masih dipertentangkan oleh para ahli dan belum ada kata sepakat dari para ahli kesehatan maupun tokoh masyarakat dunia.AkhirnyaWorld Health

Organization (WHO)membuat defenisi universal yang menyatakan bahwa

pengertian sehat adalah suatu keadaan kondisi fisik, mental, dan kesejahteraan sosial yang merupakan satu kesatuan dan bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan.Menurut WHO, ada tiga komponen penting yang merupakan satu kesatuan dalam defenisi sehat yaitu:

1.Sehat Jasmani

Sehat jasmani merupakan komponen penting dalam arti sehat seutuhnya, berupa sosok manusia yang berpenampilan kulit bersih, mata bersinar, rambut tersisir rapi, berpakaian rapi, berotot, tidak gemuk, nafas tidak bau, selera makan baik, tidur nyenyak, gesit dan seluruh fungsi fisiologi tubuh berjalan normal.

2. Sehat Mental

Sehat mental dan sehat jasmani selalu dihubungkan satu sama lain dalam pepatah kuno “Jiwa yang sehat terdapat di dalam tubuh yang sehat” (Men Sana In Corpore

Sano).

3.Sehat Spritual

Spritual merupakan komponen tambahan pada pengertian sehat oleh WHO dan memiliki arti penting dalam kahidupan sehari-hari masyarakat. Setiap individu perlu mendapat pendidikan formal maupun informal, kesempatan untuk berlibur, mendengar alunan lagu dan musik, siraman rohani seperti ceramah agama dan


(33)

lainnya agar terjadi keseimbangan jiwa yang dinamis dan tidak monoton. 2.7 Hubungan Pendapatan, Pendidikan, dan Kesehatan terhadap kesejahteraan

Tingkat penghasilan/pendapatan suatu negara biasanya diukur dari pendapatan perkapita, yaitu jumlah pendapatan rata-rata penduduk dalam suatu negara. Angka total pendapatan atau gross national produk(GNP) per kapita merupakan konsep yang paling sering dipakai tolak ukur tingkat kesejahteraan ekonomi penduduk di suatu negara. Akan tetapi masih banyak pendapatan per kapita yang masih rendah misalnya di desa atau di kota yang sedang berkembang. Hal ini disebabkan oleh :

1. Pendidikan yang masih rendah 2. Besarnya angka ketergantungan 3. Jumlah penduduk yang banyak

4. Produktivitas tenaga kerja (labor productivity) yang masih rendah.

Dampak yang menyebabkan tingkat pendapatan penduduk yang masih rendah terhadap pembangunan adalah :

1. Tingkat kesejahteraan yang masih rendah yang akan menyebabkan hasil pembangunan yang akan banyak dinikmati masyarakat kelas sosial menengah ke atas.

2. Rendahnya daya beli masyarakat sehingga membuat pembangunan bidang ekonomi kurang berkembang dengan baik.

Untuk meningkatkan pendapatan masyarakat sehingga dapat mendukung pelaksanaan pembangunan dengan cara:


(34)

1. Meningkatkan GNP dengan cara meningkatkan barang dan jasa 2. Memperluas kesempatan kerja

3. Menekan laju pertumbuhan penduduk 4. Menggiatkan usaha kerajinan rumah tangga 5. Merangsang kemauan berwiraswasta.

Permasalahan kualitas penduduk dan dampaknya terhadap pembangunan adalah sebagai berikut:

Masalah tingkat pendidikan di kota yang berkembang lebih rendah dibandingkan dengan kota yang maju. Rendahnya tingkat pendidikan disebabkan:

a. Tingkat kesadaran masyarakat untuk bersekolah rendah.

b. Besarnya anak usia sekolah yang tidak seimbang dengan penyediaan sarana pendidikan.

c. Pendapatan perkapita penduduk di Indonesia rendah

Dampak yang ditimbulkan dari rendahnya tingkat pendidikan terhadap pembangunan adalah:

1. Rendahnya penguasaan teknologi maju, sehingga harus mendatangkan tenaga ahli dari negara maju. Keadaan ini sungguh ironis, di mana keadaan jumlah penduduk Indonesia besar, tetapi tidak mampu mencukupi kebutuhan tenaga ahli yang sangat diperlukan dalam pembangunan.

2. Rendahnya tingkat pendidikan mengakibatkan sulitnya masyarakat menerima hal-hal yang baru. Hal ini nampak dengan ketidakmampuan masyarakat merawat hasil pembangunan secara benar, sehingga banyak fasilitas umum yang rusak karena ketidakmampuan masyarakat memperlakukan secara tepat. Kenyataan


(35)

seperti ini apabila terus dibiarkan akan menghambat jalannya pembangunan. Oleh karena itu, pemerintah mengambil beberapa kebijakan yang dapat meningkatkan mutu pendidikan masyarakat.

Usaha yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan masyarakat adalah:

1. Pencanangan wajib belajar 9 tahun.

2. Mengadakan proyek belajar jarak jauh seperti SMP Terbuka dan Universitas Terbuka.

3. Meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan (gedung sekolah, perpustakaan, laboratorium, dan lain-lain).

4. Meningkatkan mutu guru melalui penataran-penataran. 5. Menyempurnakan kurikulum sesuai perkembangan zaman. 6. Mencanangkan gerakan orang tua asuh.

7. Memberikan beasiswa bagi siswa yang berprestasi.

Tingkat kesehatan suatu negara umumnya dilihat dari besar kecilnya angka kematian, karena kematian erat kaitannya dengan kualitas kesehatan.

Kualitas kesehatan yang rendah umumnya disebabkan: 1. Kurangnya sarana dan pelayanan kesehatan.

2. Kurangnya air bersih untuk kebutuhan sehari-hari. 3. Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan. 4. Gizi yang rendah.

5. Penyakit menular.


(36)

Dampak rendahnya tingkat kesehatan terhadap pembangunan adalah terhambatnya pembangunan fisik karena perhatian tercurah pada perbaikan kesehatan yang lebih utama karena menyangkut jiwa manusia. Selain itu, jika tingkat kesehatan manusia sebagai objek dan subjek pembangunan rendah, maka dalam melakukan apa pun khususnya pada saat bekerja, hasilnya pun akan tidak optimal.

Untuk menanggulangi masalah kesehatan ini, pemerintah mengambil beberapa tindakan untuk meningkatkan mutu kesehatan masyarakat, sehingga dapat mendukung lancarnya pelaksanaan pembangunan. Upaya-upaya tersebut di antaranya sebagai berikut:

1. Mengadakan perbaikan gizi masyarakat.

2. Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular. 3. Penyediaan air bersih dan sanitasi lingkungan.

4. Membangun sarana-sarana kesehatan, seperti puskesmas, rumah sakit, dan lain-lain.

5. Mengadakan program pengadaan dan pengawasan obat dan makanan. 6. Mengadakan penyuluhan tentang kesehatan gizi dan kebersihan lingkungan.

2.8 Penelitian Terdahulu

Analisis tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan selalu menarik diteliti.Penelitian yang dilakukan oleh Liony Wijayanti dan Ihsannudin dengan judul Strategi Peningkatan Kesejahteraan Masyarkat Nelayan kecamatan Pademawu Kabupaten Pamekasan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi


(37)

kemiskinan dan strategi peningkatan kesejahteraan masyarakat nelayan di Kecamatan Pademawu.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa didasarkan pada kriteria World Bank dinyatakan nelayan belum sejahtera.Namun jika didasarkan pada kriteria BPS propinsi Jawa Timur dinyatakan sudah sejahtera.

Pada penelitian yang kedua oleh Eko Sugiharto dengan judul Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Nelayan Desa Benua Baru Hilir Berdasarkan Indikator Badan Pusat Statistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa menurut Badan Pusat Statistik indikator bahwa 15% responden diklasifikasikan keluarga dengan tingkat kesejahteraan yang tinggi dan 85% diklasifikasikan keluarga dengan tingkat kesejahteraan menengah.

Pada penelitian yang ketiga oleh Eko Sugiharto, Salmani, dan Bambang Indratno Gunawan dengan judul Studi Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Nelayan di Kampung Gurimbang Kecamatan Sambaliung Kabupaten Berau. Hasil penelitian menunjukkan bahwa menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) diketahui bahwa sebanyak 31 orang responden (94%) nelayan di Kampung berada pada tahap Keluarga Prasejahtera dan sebanyak 2 orang responden (6%) berada pada tahap Keluarga Sejahtera I.

Pada penelitian yang keempat oleh Qoriah Saleha, SPi, MSi dengan judul Profil Aktivitas Ekonomi dan Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Nelayan di Desa Pela, Kecamatan Kota Bangun, Kabupaten Kutai Kartanegara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa indikator tingkat kesejahteraan di BKKBN menunjukkan bahwa 91,30% miskin dan 8,69% tidak miskin. Indikator BPS menunjukkan


(38)

bahwa 2,17% miskin dan 97,83% tidak miskin. Dan kemudian, indikator Sajogyo menyatakan bahwa 100% tidak miskin.

2.9 Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 2.10 Hipotesis

Menurut Sugiyono (2011:70), hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena, jawaban yang diberikan melalui hipotesis baru didasarkan teori, dan belum menggunakan fakta.Hipotesis memungkinkan kita menghubungkan teori dengan pengamatan, atau pengamatan dengan teori.Hipotesis mengemukakan pernyataan tentang harapan peneliti mengenai hubungan-hubungan antara variabel-variabel Kesejahteraan

Masyarakat (Y)

Tingkat Pendapatan (X1)

Tingkat Pendidikan (X2)

Tingkat Kesehatan (X3)

Kondisi Perumahan dan Fasilitas yang dimiliki (X4)


(39)

dalam persoalaan.Oleh sebab itu rumusan masalah penelitian ini biasanya disusun dalam kalimat pernyataan.

Dugaan sementara dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh positif antara tingkat pendapatan terhadap kesejahteraan masyarakat.

2. Terdapat pengaruh positif antara tingkat pendidikan terhadap kesejahteraan masyarakat.

3. Terdapat pengaruh positif antara tingkat kesehatan terhadap kesejahteraan masyarakat.

4. Terdapat pengaruh positif antara kondisi rumah terhadap kesejahteraan masyarakat.


(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu dan juga langkah yang akan dilakukan dalam pengumpulan data secara empiris untuk memecahkan masalah dan menguji hipotesis penelitian.

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian tentang Analisi Tingkat Keejahteraan Masyarakat di Kota Sibolga ini menggunakan metode penelitian Deskriptif Kuantitatif.Penelitian Deskriptif, yaitu menjelaskan hubungan antar variabel dengan menganalisis data numerik (angka) menggunakan metode statistik melalui pengujian hipotesa.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Kota Sibolga. Tahapan penelitian ini dilakukan selama 4 bulan.Sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara observasi di lokasi penelitian dan mengadakan wawancara langsung dengan responden. Wawancara ini berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah disusun sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian. Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan dari sumber-sumber yang telah ada, data sekunder dalam penelitian ini berfungsi sebagai data pendukung. Data yang dijadikan referensi diperoleh melalui Badan Pusat Statistik dan Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan di Kota sibolga.


(41)

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 3. 3. 1 Populasi

Sugiyono (2011:90) mengemukakan populasi adalah wilayah generelisasi yang terdiri dari atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.Populasi dalam penelitian ini adalah data seluruh penduduk Kota Sibolga yang bekerja sebagai nelayan.

3. 3. 2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode random sampling, yaitu pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak dan dimana tiap unsur yg membentuk populasi diberi kesempatan yg sama untuk terpilih menjadi sampel. (Sugiyono, 2011:93)

Dalam penarikan sample maka jumlahnya harus representative untuk nantinya hasil bisa digeneralisasi. Untuk memenuhi persyaratan tersebut diambil menggunakan rumus Slovin, yaitu:

n = �

1+��2

Keterangan:

n = Besar Sampel

N = Jumlah nelayan di Kota Sibolga

e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat


(42)

Dengan menggunakan rumus Slovin tersebut maka :

n = �

1+��2

n = 9008

1+ 9008 (0,1)2

n = 9008

1+9008 (0,01)

n = 100 responden

Dari perhitungan tersebut didapat 100 orang.Dengan demikian sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 100 responden.

Penentuaan jumlah sampel penelitian menggunakan teknik pengambilan sampel secara teknik sample random sampling, yaitu suatu tipe sampling probabilitas. Teknik ini sangat populer dan banyak dianjurkan penggunaannya dalam proses penelitian. Pada teknik acak ini, secara teoritis, semua anggota dalam populasi mempunyai probabilitas atau kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Teknik ini merupakan teknik yang paling objektif, dibandingkan dengan teknik-teknik sampling yang lain.

3.4 Metode pengumpulan Data

Dalam melakukan kegiatan selalu ada kegiatan untuk melakukan pengumpulan data. Metode pengumpulan data primer dalam penelitian ini menurut Sugiyono (2011:165) yaitu:

1. Observasi

Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuisioner.Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila penelitian ini berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam.Metode ini banyak


(43)

digunakan untuk mengamati pola kehidupan dan perilaku masyarakat nelayan secara langsung.

2. Kuisioner

Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. (Sugiyono, 2011:162).

3.5 Uji Validitas dan Uji Reabilitas 3.5.1 Uji Validitas

Menurut Sugiyono (2005:78) valid berarti instrument yang digunakan untuk mendapatkan data yang digunakan untuk mengukur apa seharusnya yang diukur. Dalam penyelesaian dalam data primer ini diperlukan kecermatan dalam menentukan alat karena yang akan diukur bersifat abstrak yaitu berupa konsep. Validitas konstruk (construct validity), validitas ini (content validity), dan validitas eksternal (external validity).Validitas konstruk adalah validitas yang mengacu pada konsistensi dari semua komponen kerangka konsep.Validitas isi adalah suatu alat pengukur ditentukan oleh sejauh mana alat pengukur tersebut mewakili semua aspek yang dianggap sebagai kerangka konsep.Dan validitas eksternal adalah validitas yang diperoleh dengan mengorelasikan alat pengukur baru dengan alat pengukur yang sudah valid.


(44)

3.5.2 Uji Reabilitas

Uji Reabilitas dilakukan untuk mendapatkan tingkat ketepatan alat pengumpul data (instrument) yang digunakan. Pertanyaan yang akan diberikan pada quisioner ini adalah pertanyaan yang menyangkut fakta dan pendapat responden. Untuk data primer dalam penelitian ini pengumpulan data yang dilakukan melalui studi pustaka. Studi pustaka merupakan cara memperoleh informasi melalui benda-benda tertulis, yang diperoleh dan berbagai sumber antara lain, jurnal, skripsi, maupun buku-buku yang relevan dalam membantu penelitian ini, juga termasuk buku-buku terbitan instansi pemerintah. Instansi yang dimaksud antara lain Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Perencanaan Pembangunan Nasional/Daerah, Dinas Perikanan dan Kelautan. Data-data ini diharapkan dapat menjadi landasan pemikiran dalam melakukan penelitian.

3.6 Definisi Operasional

1. Kesejahteraan (Ksm) adalah suatu dimana kebutuhan hidup terpenuhi dengan kebutuhan pangan, sandang, papan sehingga dapat dikatakan masyarakat sejahtera.

2. Pendapatan (Y) adalah penghasilan yang diperoleh masyarakat setiap bulan dalam jumlah rupiah atau penghasilan yang didapat seseorang dalam jangka waktu mereka bekerja.

3. Pendidikan (pend) adalah lamanya masyarakat menuntut ilmu (bersekolah) dari mulai masuk sampai tamat dalam hitungan tahun.

4. Kesehatan (kes) adalah suatu keadaan fisik, mental, dan sosial kesejahteraan dan memungkinkan setiap orang produktif secara sosial dan ekonomis.


(45)

5. Kondisi rumah serta fasilitas yang dimiliki (rum) adalah suatu kelayakan tempat tinggal yang menggambarkan kesejahteraan masyarakat nelayan.

3.7 Analisis Data

Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah metode regresi linier berganda, dimana data yang dikumpulkan melalui hasil wawancara, kemudian dianalisis menggunakan indikator yang digunakan. Rumus metodenya, yaitu:

Y = α + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 + e

Keterangan:

α = konstanta

β1, β2, β3, β4 = koefisien regresi variabel independen

X1 = Pendapatan

X2 = Pendidikan

X3 = Kesehatan

X4 = Kondisi rumah dan fasilitas

Y = Kesejahteraan Masyarakat

Pengujian hipotesis penelitian secara simultan (serempak) dan parsial yang dilakukan dengan menggunakan aplikasi software pengolahan data dengan SPSS dengan analisis tersebut:

1. Uji T (secara parsial)

Uji t dilakukan untuk menguji pengaruh variabel independen (tingkat pendapatan, pendidikan, kesehatan, dan kondisi perumahan serta fasilitas yang dimiliki) secara pasrsial terhadap variabel independen. Adapun hipotesis statistic pengujian sebagai berikut:


(46)

Ho : β1 = 0 (tidak ada pengaruh tingkat pendapatan, pendidikan, kesehatan, dan kondisi perumahan serta fasilitas yang dimiliki terhadap kesejahteraan masyarakat).

H1 ≠ β1 = 0 (ada pengaruh tingkat pendapatan, pendidikan, kesehatan, dan kondisi perumahan serta fasilitas yang dimiliki terhadap kesejahteraan masyarakat).

2. Uji F (Uji secara simultan)

Uji F dilakukan untuk melihat secara simultan (bersama-sama) apakah ada pengaruh dari variabel bebas (pendapatan, pendidikan, kesehatan, dan kondisi perumahan serta fasilitas yang dimiliki).

Model hipotesis yang dilakukan dalam uji F ini adalah:

Ho : β1 β2 β3 β4 = 0 (artinya pendapatan, pendidikan, kesehatan, dan kondisi perumahan serta fasilitas rumah yang dimiliki secara bersama-sama tidak terpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat).

H1 :β1 β2β3 β4 ≠ 0(artinya pendapatan, pendidikan, kesehatan, dan kondisi perumahan serta fasilitas rumah yang dimiliki secara bersama-sama berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat).

3.8 Pengujian Asumsi Klasik 3.8.1 Uji Multikolonieritas

Multikolonieritas adalah keadaan dimana variabel independen dalam persamaan regresi punya korelasi (hubungan) yang erat satu sama lain. Tujuan uji


(47)

multikolonieritas adalah menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independent).Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas (tidak terjadi multikolonieritas). Jika variabel sering berkorelasi maka variabel ini tidak ortogonal yaitu variabel bebas yang nilai korelasi antar sesama variabel bebas sama dengan nol.

Dasar pengambilan keputusan uji multikolonieritas:

Jika nilai VIF < 10 atau nilai tolerance > 0,10 maka terjadi multikolonieritas. Jika nilai VIF > 10 atau nilai tolerance < 0,10 maka tidak terjadi multikolonieritas. 3.8.2 Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homokedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas model regresi yang baik adalah Homokedastisitas tidak terjadi Heteroskedastisitas.

Heteroskedastisitas dalam penelitian ini deteksi dengan menggunakan analisis grafik dan varian tak bersyarat.Analisis grafik, yaitu dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot, dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu X adalah residual (Y prediksi-Y sesungguhnya).Dasar pengambilan keputusan untuk Heteroskedastisitas dengan analisis grafik, jika tidak terjadi Heteroskedastisitas.Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu yang terbentuk (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi Heteroskedastisitas.


(48)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Daerah Penelitian

Kota Sibolga memiliki 5 (lima) pulau-pulau kecil dengan luas keseluruhan 137,08 Ha. Keberadaan pulau-pulau tersebut memberikan peluang dalam pengembangan wisata bahari dan perikanan budidaya. Sebagaimana diketahui, dengan panjang garis pantai mencapai 21,84 km termasuk 10,41 km garis pantai pulau-pulau kecil, maka pantai Kota Sibolga memiliki potensi pengembangan budidaya ikan melalui sistem Keramba Jaring Apung (KJA).

Jumlah penduduk di Kota Sibolga pada tahun 2012 berjumlah 85.271 jiwa, kepala keluarga yang berprofesi sebagai nelayan berjumlah 8009 kepala keluarga. 4.2 Hasil Penelitian

Responden dalam penelitian ini berjumlah 100 orang.Responden merupakan masyarakat Kota Sibolga yang berprofesi sebagai nelayan.Hasil penelitian didapatkan melalui pengumpulan data dengan menggunakan kuisioner dan observasi lapangan.Data dimaksud meliputi karakteristik responden dan data indikator tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan.

4.2.1 Data Karakteristik Responden

Dari hasil pengumpulan data melalui kuisioner yang dijawab atau diisi responden, diperoleh gambaran karakteristik responden meliputi data tentang umur, pendidikan, dan jumlah tanggungan dalam keluarga.


(49)

4.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 100 responden diperoleh data distribusi karakteristik responden berdasarkan umur yang akan disajikan pada tabel berikut ini:

Tabel 4.1

Data Karakteristik Berdasarkan Umur

No Umur Jumlah

Responden

Persentase (%)

1 20 s/d 29 tahun 49 49

2 30 s/d 39 tahun 34 34

3 40 s/d 49 tahun 14 14

4 50 s/d 59 tahun 2 2

5 60 s/d 69 tahun 1 1

Total 100 100

Sumber: Data diolah

Sesuai data pada tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa kelompok umur responden berumur 20-29 tahun sebanyak 49 orang atau 49% dan berumur 60-69 tahun sebanyak 1 orang atau 1 % ( usia tidak produktif). Hal ini menunjukkan bahwa pada umumnya masyarakat di daerah Kota Sibolga berada pada usia berkisar antara 20-29 tahun yaitu sebanyak 49 responden.

4.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Hasil penelitian terhadap 100 responden diperoleh distribusi data karakteristik responden berdasarkan dat pendidikan yang didapat dilihat pada tabel berikut ini:


(50)

Tabel 4.2

Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Data Karakterisitik Berdasarkan Umur

No Pendidikan Jumlah

Responden

Persentase (%)

1 SD/MI 22 22

2 SMP/Sederajat 29 29

3 SMA/Sederajat 49 49

4 D3/S1 0 0

Total 100 100

Sumber: Data diolah

Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden berpendidikan SMA/Sederajat sebanyak 49 orang atau 49% dan diikuiti yang berpendidikan SMP/Sederajat sebanyak 29 orang atau 29%. Sedangkan yang berpendidikan SD/MI sebanyak 22 orang atau 22% dan yang berpendidikan D3/S1 tidak ada.Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat di Kota Sibolga masih berada pada tingkat pendidikan yang masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari tingkat pendidikan masyarakat yang hanya tamatan SD sampe SMA dan untuk tamatan D3/S1 sama sekali tidak ada.

4.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah tanggungan dalam keluarga yang harus dibiayai oleh responden berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat pada tabel distribusi seperti tertera berikut ini:


(51)

Tabel 4.3

Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga

No Jumlah Tanggungan Jumlah

Responden

Persentase (%)

1 0 orang 42 42

2 1 orang 6 6

3 2 orang 18 18

4 3 orang 16 16

5 4 orang 12 12

6 5 orang 5 5

7 6 orang 1 1

8 >6 orang 0 0

Total 100 100

Sumber: Data diolah

Dengan melihat tabel 4.3 di atas dapat diketahui bahwa pada umumnya responden tidak memiliki tanggungan dalam keluarga sebanyak 42 orang atau 42%. Sementara responden dengan jumlah tanggungan 1 orang sebanyak 6 orang atau 6%, responden dengan jumlah tanggungan 2 orang sebanyak 18 orang atau 18%, responden dengan jumlah tanggungan 3 orang sebanyak 16 orang atau 16%, responden dengan jumlah tanggungan 4 orang sebanyak 12 orang atau 12%, responden dengan jumlah tanggungan 5 orang sebanyak 5 orang atau 5%, responden dengan jumlah tanggungan 6 orang sebanyak 1 orang. Maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden tidak mempunyai tanggungan dan sebagian lagi mempunyai tanggungan yang cukup besar.Jumlah tanggungan berkisar 2-5 orang yaitu 51 orang.Tentu jumlah ini merupakan jumlah yang cukup besar.

4.3 Indikator Kesejahteraan Masyarakat Nelayan

Tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan di Kota Sibolga ditentukan dengan mengacu kepada 4 (empat) indikator kesejahteraan sesuai dengan yang


(52)

diterapkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) yaitu terdiri dari: (1) Tingkat Pendapatan (jumlah pendapatan per bulan), (2) Tingkat Pendidikan (lamanya menjalankan studi dalam jumlah per tahun), (3) Tingkat Kesehatan (mudahnya memperoleh kesehatan), (4) Kondisi perumahan serta fasilitas yang dimiliki.

Data indikator kesejahteraan masyarakat Kota Sibolga berdasarkan hasil penelitian terhadap 100 responden dengan menggunakan kuisioner dan observasi dengan pihak-pihak terkait.

Untuk lebih jelasnya berikut ini akan disajikan data dengan indikator kesejahteraan masyarakat nelayan di Kota Sibolga yang disajikan dalam bentuk tabulasi dan gambar berikut ini:

4.3.1 Indikator Kesejateraan Masyarakat Nelayan Berdasarkan Tingkat Pendapatan Per Bulan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 100 responden diperoleh data indikator kesejahteraan berdasarkan tingkat pendapatan per bulan yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.4

Data Indikator Tingkat Pendapatan Per Bulan No Pendapatan per bulan Jumlah

Responden

Persentase (%)

1 Rendah (<1.000.000) 17 17

2 Sedang ( Rp 1.000.000 s/d Rp 5.000.000)

83 83

3 Tinggi (>5.000.000) 0 0

Total 100 100

Sumber: Data diolah

Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat disimpulkan bahwa pada umumnya responden memiliki jumlah pendapatan per bulan antara Rp 1.000.000 s/d


(53)

5.000.000 dengan kategori “sedang” yaitu 83 responden atau 83% dan diikuti yang berpendapatan dibawah Rp 1.000.000 dengan kategori “rendah” sebanyak 17 orang, sementara pendapatan per bulan di atas Rp 5.000.000 tidak ada.

Dimana kondisi ekonomi masyarakat nelayan akan membawa pengaruh terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat itu sendiri. Kesejahteraan inilah yang menjadi variabel objek yang sangat penting.Pendapatan merupakan faktor yang sangat penting untuk dipertimbangkan ketika ingin menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan.

Nelayan merupakan suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara menangkap atau membudidayakannya. Mereka pada umumnya tinggal di pinggir pantai,sebuah lingkungan pemukiman yang dengan lokasi kegiatannya. Nelayan di Kota Sibolga terdiri dari nelayan tangkap, nelayan budidaya, nelayan pengelolah, dan nelayan pedagang.Umumnya kehidupan nelayan di Kota Sibolga hidup dalam keterbatasan. Keterbatasan ekonomi tampak pada tingkat pendapatan nelayan yang masih rendah, dimana hal ini didukung oleh hasil penelitian dimana tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan di Kota Sibolga yang masih rendah yaitu sekitar Rp 1.000.000-Rp 2.000.000 bahkan masih ada nelayan di Kota Sibolga yang pendapatan per bulannya di bawah Rp 1.000.000. Jika ada kendala yang dialami nelayan untuk menangkap ikan seperti keadaan cuaca yang tidak mendukung dan ombak yang begitu besar, maka nelayan tersebut tidak akan mendapat penghasilan sama sekali. Pendapatan masyarakat nelayan rendah maka


(54)

akan membuat daya beli rendah yang mengakibatkan masyarakat nelayan tetap berada dalam lingkungan kemiskinan.

4.3.2 Indikator Kesejahteraan Masyarakat Nelayan Berdasarkan Tingkat Kesehatan Keluarga

Kondisi kesehatan masyarakat nelayan berdasarkan hasil penelitian terhadap 100 responden diperoleh data sebagaimana dituangkan dalam table dibawah ini:

Tabel 4.5

Data Indikator Tingkat Kesehatan Keluarga

No Kesehatan Keluarga Jumlah

Responden

Persentase (%)

1 Kurang 15 15

2 Cukup 50 50

3 Baik 35 35

Total 100 100

Sumber: Data diolah

Dari table 4.5 di atas memperhatikan bahwa pada umumnya responden memiliki tingkat kesehatan dengan kategori cukup sebanyak 50 responden atau 50% dari seluruh jumlah responden dan selebihnya dengan kategori kurang 15 responden atau 15% dan memiliki tingkat kesehatan dengan kategori baik sebanyak 35 responden atau 35%.

Kualitas hidup suatu masyarakat nelayan pada umumnya dianggap sebagai komunitas dengan kondisi kesehatan yang masih kurang. Berbagai faktor penyebabnya antara lain akibat masih rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat untuk hidup bersih dan sehat serta kondisi sanitasi lingkungan yang kotor dan kumuh dan sehingga masyarakat sekitarnya sangat rentan menderita berbagai macam penyakit.


(55)

Dari data hasil penelitian akan tingkat kesehatan masyarakat nelayan di Kota Sibolga pada umumnya dikategorikan “cukup baik”. Hal ini ditunjukkan oleh adanya peningkatan kondisi kesehatan keluarga dimana adanya tingkat kesakitan di kalangan masyarakat nelayan sudah dapat ditekan atau diturunkan dibandingkan dengan tahun lalu.Hal ini didasarkan pada program yang dibuat oleh pemerintah seperti penyuluh kesehatan dan meningkatkan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan dan kader-kader puskesmas di Kota Sibolga. 4.3.3 Indikator Kesejahteraan Masyarakat Nelayan Berdasarkan Kondisi Perumahan Serta Fasilitas yang Dimiliki

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 100 responden maka diperoleh data distribusi responden berdasarkan kondisi perumahan serta fasilitas yang dimiliki yang dapat dilihat seperti tertera dalam table dibawah ini:

Tabel 4.6

Data Indikator Kondisi Perumahan Serta Fasilitas yang Dimiliki No Kondisi Perumahan serta

Fasilitas yang Dimiliki

Jumlah Responden

Persentase (%)

1 Non Permanen 80 80

2 Semi Permanen 20 20

3 Permanen 0 0

Total 100 100

Sumber:Data Diolah

Dilihat dari table 4.6 diatas diperoleh data bahwa pada umumnya responden memiliki tempat tinggal non permanen sebanyak 80 responden atau 80% dari seluruh responden dan hanya beberapa diantaranya yang sudah memiliki tempat tinggal yang semi permanen sebanyak 20 responden atau 20%.


(56)

Untuk melihat kondisi perumahan serta fasilitas yang dimiliki masyarakat nelayan di Kota Sibolga dalam hal ini dievaluasi bentuk bangunan rumah yang dibagi dalam tiga kategori rumah non permanen, semi permanen, dan permanen.Data hasil penelitian membuktikan bahwa pada umumnya kondisi perumahan serta fasilitas yang dimiliki masyarakat nelayan di Kota Sibolga memiliki bentuk non permanen. Dimana ciri-ciri rumah non permanen antara lain diketahui dari jenis lantai, jenis dinding, jenis atap, dan keadaan ruangan. Fakta dilapangan menunjukkan bahwa kondisi perumahan serta fasilitas yang dimiliki masyarakat nelayan pada umumnya berdinding papan dan berlantai papan atau tanah.Jika melihat dari kondisinya dapat dikategorikan sebagai rumah yang layak huni. Untuk melihat lebih jelas kondisi perumahan serta fasilitas yang dimiliki masyarakat nelayan yang pada umumnya dikategorikan non permanen dapat dilihat melalui gambar sebagi berikut:

Gambar 4.1


(57)

Gambar 4.2

Kondisi Perumahan Masyarakat Nelayan 4.3.4 Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Nelayan

Berdasarkan hasil analisis indikator kesejahteraan masyarakat nelayan sebagaimana telah diuraikan dan disajikan dalam bentuk tabel dangambar di atas, maka diperoleh data tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan di Kota Sibolga yang diwakili sebanyak 100 responden.

Tabel 4.7

Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Nelayan di Kota Sibolga No Tingkat Kesejahteraan Jumlah

Responden

Persentase (%)

1 Rendah 85 85

2 Sedang 15 15

3 Tinggi 0 0

Total 100 100

Sumber: Data diolah

Dengan melihat table 4.7 diatas dapat diketahui bahwa pada umumnya responden memiliki tingkat kesejahteraan dengan kategori “rendah” yaitu sebanyak 85 responden atau 85% diikuti oleh responden yang memiliki tingkat kesejahteraan sedang sebanyak 15 responden atau 15% sementara responden


(58)

4.4 Analisis Data dan Pembahasan 4.4.1 Uji Validitas dan Reabilitas

Uji validitas ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kesalahan dari angket dan kuisioner. Kesahihan disini mempunyai arti kuisioner atau angket yang dipergunakan mampu untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Suatu kuisioner dikatakan valid jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan yang terdapat dalam kuisioner tersebut adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.Uji validitas ini bisa dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan r tabel.Nilai r hitung diambil dari perhitungan yang dilakukan. Sedangkan r tabel diambil dengan melihat jumlah sampel (N) dan alpha atau taraf signifikan (Sugiono, 2008), sehingga dari sini maka nilai r tabel dapat dilihat hasilnya.


(59)

Tabel 4.8

Hasil Uji Validitas dan Reabilitas

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total

Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted Pertanyaan 1 35,19 31,691 ,496 ,790 Pertanyaan 2 35,28 33,335 ,347 ,802 Pertanyaan 3 35,23 30,563 ,614 ,779 Pertanyaan 4 35,27 32,442 ,504 ,790 Pertanyaan 5 35,23 33,169 ,394 ,798 Pertanyaan 6 35,08 31,266 ,475 ,792 Pertanyaan 7 35,28 34,587 ,278 ,806 Pertanyaan 8 35,04 31,716 ,535 ,787 Pertanyaan 9 35,33 32,728 ,492 ,791 Pertanyaan 10 35,19 31,873 ,469 ,792 Pertanyaan 12 35,03 30,736 ,622 ,779 Pertanyaan 13 35,21 31,885 ,461 ,793

Sumber: Data diolah

Dari tabel diatas maka dapat dilihat terdapat beberapa pertanyaan yang tidak valid.Dikatakan tidak valid karena r-hitung < r-tabel, dimana nilai r-tabel yaitu 0,195. Adapun pertanyaan yang tidak valid terdiri dari pertanyaan (11) dengan nilai r-hitung < r-tabel yaitu (0,091) < (0,195).

Maka perlu dilakukan pengujian ulang sehingga diperoleh hasil yang valid, dengan membuang pertanyaan-pertanyaan yang tidak valid sebagai indikator dalam penelitian.Sehingga diperoleh hasil pada tabel 4.8 dapat dilihat bahwa nilai r-hitung > r-tabel (0,195), maka dapat dikatakan bahwa indikator yang digunakan dalam penelitian ini dinyatakan valid.


(60)

reabilitas terhadap seluruh item/pertanyaan dapat dipergunakan dalam penelitian ini akan menggunakan formula cronbach alpha (koefisien alpha cronbach), dimana secara umum yang dianggap realibel apabila nilai alpha cronbachnya > 0,6.

Dari tabel 4.8 diatas dapat diketahui bahwa nilai Cronbach Alpha dari sebuah variabel yang diuji nilainya sudah diatas 0,60 maka dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel dalam penelitian ini lolos dalam uji reabilitas dan dinyatakan reliabel.

4.4.2 Hasil Uji Regresi Linier Berganda

Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Adapun hasil estimasi yang dilakukan sebagai berikut:

Tabel 4.9

Hasil Regresi Linier Berganda

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 5.475 1.610 3.401 .001

X1 5.797E-008 .000 .008 .103 .919

X2 -.114 .263 -.034 -.432 .667

X3 .340 .076 .386 4.495 .000

X4 .523 .118 .382 4.428 .000

a. Dependent Variable: Y

Berdasarkan tabel diatas diperoleh hasil regresi sebagai berikut: Y= 5,475 + 5,797X1 – 0,114X2 + 0,340X3 + 0,523X4

Berdasarkan model regresi diatas maka dapat dilihat bahwa nilai variabel pendapatan (X1) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kesejahteraan


(61)

(Y), variabel pendidikan (X2) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kesejahteraan (Y), karena pendidikan yang dimiliki para pekerja tidak sesuai dengan profesi (kedudukan) dalam pekerjaannya sehingga kesejahteraan tingkat pendidikan belum mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan di Kota Sibolga. Variabel Kesehatan (X3) berpengaruh siginifikan secara positif terhadap kesejahteraan (Y), variabel Kondisi Rumah dan Fasilitas yang dimiliki (X4) berpengaruh signifikan secara positif terhadap kesejahteraan (Y).

4.4.3 Uji t (Parsial)

Uji parsial dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y) secara masing-masing. Dimana uji parsial akan dapatmenerangkan nilai X1 terhadap Y, nilai X2 terhadap Y, nilai X3 terhadap Y, nilai X4 terhadap Y, dengan tingkat kepercayaan 0,05 atau dengan alpha 5%.

Tabel 4.12 Uji Parsial

Variabel Koefisien t-hitung t-tabel prob Keterangan X1 (Pendapatan) 5,79 0,103 1,985 0,919 Tidak Signifikan X2 (Pendidikan) -0,114 -4,32 1,985 0,667 Tidak Signifikan

X3 (Kesehatan) 0,340 4,495 1,985 0,000 Signifikan

X4 (Perumahan) 0,523 4,428 1,985 0,000 Signifikan

Berdasarkan hasil estimasi yang dilakukan maka diperoleh hasil sebagai berikut: variabel pendapatan berpengaruh tidak signifikan secara positif terhadap kesejaheraan, dengan nilai t-hitung < t-table yaitu 0,103 < 1,985 dengan nilai signifkan sebesar 0,919 > 0,05 pada tingkat kepercayaan 95%. Hal ini menunjukkan bahwa apabila terjadi kenaikan tingkat pendapatan 1% maka hal ini


(62)

akan mempengaruhi peningkatan tingkat kesejahteraan sebesar 5%. Maka dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan maka tingkat kesejahteraan masyarakat juga akan semakin tinggi.

Variabel Pendidikan berpengaruh tidak signifikan secara negatif terhadap kesejahteraan, dengan nilai t-hitung < t-table yaitu -4,32 < 1,985 dengan nilai sigfikansi sebesar 0,667 > 0,05 pada tingkat kepercayaan 95%. Maka dapat disimpulkan bahwa apabila semakin lama waktu dalam menempuh tingkat pendidikan maka hal itu akan mengurangi tingkat kesejahteraan masyarakat. Karena pendidikan yang dimiliki para pekerja tidak sesuai denga profesi atau kedudukan dalam pekerjaannya sehingga kesejahteraan dalam pendidikan sangat negatif, mengakibatkan kesejahteraan rumah tangga pun tidak sejahtera, selain itu dimana sarana dan prasarana dalam kegiatan belajar dan pekerja sangat tidak mendukung.Dengan demikian hasil dari t hitung diatas menghasilkan tidak signifkan secara negatif terhadap pendidikan di Kota Sibolga.

Variabel tingkat Kesehatan berpengaruh signifikan secara positif terhadap kesejahteraan, dengan nilai t-hitung > t tabel yaitu 4,495 > 1,985 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 pada tingkat kepercayaan 95%. Hal ini menunjukkan bahwa apabila tingkat kesehatan masyarakat mengalami kenaikan 1% maka hal ini akan mempengaruhi peningkatan tingkat kesejahteraan sebesar 0,3%. Maka dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat kesehatan seseorang maka orang itu semakin sejahtera pula.

Variabel kondisi rumah berpengaruh signifkan secara positif terhadap kesejahteraan, dengan nilai t-hitung > t table yaitu 4,428 > 1,664 dengan nilai


(63)

signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 pada tingkat kepercayaan 95%. Hal ini menunjukkan bahwa apabila terjadi kenaikan tingkat kondisi rumah dan fasiitas 1% maka hal ini akan mempengaruhi peningkatan tingkat kesejahteraan sebesar 0,5%. Maka dapat disimpulkan bahwa semakin bagus kondisi rumah maka makin sejahtera.

4.4.4 Uji F ( Simultan)

Uji f digunakan untuk melihat secara simultan (bersama-sama) apakah ada pengaruh dari variabel bebas (pendapata, pendidikan, kesehatan, dan kondisi perumahan serta fasilitas yang dimiliki). Adapun hasil estimasi sebagai berikut:

Tabel 4.13 Uji F

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1

Regression 284.263 4 71.066 16.473 .000b

Residual 409.847 95 4.314

Total 694.110 99

a. Dependent Variable: Y

b. Predictors: (Constant), X4, X2, X1, X3

Berdasarkan hasil estimasi maka dapat disimpulkan bahwa variabel pendapatan (X1), pendidikan (X2), kesehatan (X3), dam kondisi rumah dan fasilitas (X4) secara bersamaan berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan pada tingkat kepercayaan 95% atau dengan alpha 5%. Hal ini dapat dilihat dari nilai sig sebesar 0,000 < 0,05.


(1)

5 3 5

5 3 3

2 2 3

5 3 4

3 3 3

2 4 2

2 3 3

3 3 3

Hasil Penelitian Jawaban Responden Tentang Kesejahteraan

Pertanyaan 9 Pertanyaan 10 Pertanyaan 11 Pertanyaan 12 Pertanyaan 13

3 3 3 5 3

4 4 3 3 2

2 4 3 3 2

2 3 5 3 2

2 2 2 2 2

2 3 3 4 2

2 2 2 2 3

2 2 3 3 2

2 2 3 3 3

2 2 2 2 3

2 2 3 3 2

3 2 2 3 2

3 3 3 4 3

3 3 3 3 2

2 2 2 3 2

3 3 3 4 3

2 2 3 3 3

2 3 3 3 2

2 2 2 2 3

2 2 2 2 3

3 3 3 4 3

3 3 3 3 3

2 2 2 2 2

2 2 2 2 2

3 2 2 2 2

3 3 3 2 3

2 2 2 3 3

2 2 2 3 3


(2)

3 3 4 3 3

4 4 4 5 4

3 4 3 3 3

3 3 3 3 3

4 4 4 4 4

2 2 5 4 3

3 3 2 3 3

4 2 3 5 4

3 2 3 2 2

3 2 2 3 3

3 2 2 3 3

4 5 2 4 4

2 2 4 2 2

3 5 2 3 4

3 3 3 3 3

3 2 2 4 3

3 2 2 2 2

2 3 4 4 3

4 3 2 3 3

3 3 4 3 3

3 3 2 2 2

2 3 5 2 2

2 4 3 3 2

2 3 3 2 2

5 2 2 5 4

3 3 5 3 3

2 3 3 4 2

4 3 4 4 3

2 4 2 3 2

2 5 4 3 5

3 5 5 4 3

3 3 4 2 4

2 3 2 3 3

4 2 3 4 4

3 3 4 4 2

3 2 4 2 2

2 3 2 4 2

3 4 3 2 3


(3)

3 4 4 3 4

3 2 2 3 4

3 4 3 3 2

3 2 3 3 3

2 2 3 2 4

3 3 3 3 3

3 5 2 5 3

3 3 2 4 4

3 3 3 3 5

2 2 5 3 2

3 5 4 3 2

3 4 4 4 5

2 3 3 2 3

3 3 4 3 2

3 2 2 2 2

5 3 3 4 2

3 3 3 3 5

3 3 4 3 3

2 3 3 3 3

4 3 2 3 5

3 5 3 4 4

5 3 3 5 3

4 5 4 5 5

2 2 3 2 5

3 3 2 4 2

2 2 3 2 5

3 4 4 3 3

2 2 4 2 2

3 3 3 2 2


(4)

DISTRIBUSI JUMLAH JAWABAN RESPONDEN

No Y X1 X2

1 18 21 10

2 15 15 9

3 18 19 9

4 16 19 11

5 17 14 9

6 15 11 7

7 17 16 10

8 17 18 11

9 14 16 8

10 17 16 12

11 19 21 11

12 14 15 6

13 17 18 10

14 20 13 12

15 13 11 8

16 15 13 7

17 15 16 8

18 14 14 9

19 15 15 9

20 14 13 11

21 18 12 9

22 18 12 9

23 14 11 6

24 17 15 8

25 16 15 9

26 15 14 7

27 13 16 7

28 13 14 6

29 16 17 7

30 17 20 9

31 13 15 9

32 16 14 8

33 20 17 9

34 19 16 13

35 13 14 8

36 17 16 8


(5)

39 18 18 13

40 12 11 7

41 14 12 6

42 17 16 8

43 16 15 9

44 15 18 9

45 14 14 10

46 16 16 8

47 11 10 8

48 14 19 9

49 14 20 13

50 18 21 12

51 13 11 6

52 13 18 9

53 13 10 7

54 12 10 7

55 19 18 9

56 12 10 7

57 17 15 10

58 17 22 12

59 17 12 13

60 16 12 9

61 14 14 11

62 10 12 10

63 14 12 10

64 11 16 7

65 12 11 7

66 13 17 7

67 11 13 6

68 12 14 9

69 12 11 8

70 16 12 7

71 14 14 10

72 11 11 6

73 16 12 6

74 12 13 9

75 13 15 9

76 11 12 9

77 11 13 6

78 16 11 12


(6)

80 10 12 10

81 10 10 9

82 10 9 9

83 14 13 10

84 12 12 6

85 12 12 6

86 13 13 9

87 16 15 11

88 21 12 12

89 16 16 11

90 15 12 9

91 20 14 12

92 15 12 10

93 14 14 9

94 13 14 8

95 12 12 8

96 17 16 9

97 14 10 12

98 14 16 7

99 14 11 11