PROFIL PEDAGANG LESEHAN DI JALAN KARTINI KELURAHAN PALAPA KECAMATAN TANJUNG KARANG PUSAT KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015

(1)

ABSTRAK

PROFIL PEDAGANG LESEHAN DI JALAN KARTINI KELURAHAN PALAPA KECAMATAN TANJUNG KARANG PUSAT

KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015

Oleh

EBBIE PRAMBESI

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai profil pedagang lesehan di Jalan Kartini Kelurahan Palapa Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung Tahun 2015. Titik tekan kajian dalam penelitian ini yaitu asal sumber modal usaha, latar belakang pendidikan pelaku usaha, peraturan daerah (perda), pekerjaan pokok pelaku usaha, tenaga kerja yang dimiliki, serta pendapatan yang diperoleh. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriftif. Objek penelitian yaitu pedagang lesehan. Subjek penelitian: pedagang lesehan. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, dan wawancara terstruktur. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar sumber modal usaha berasal dari uang pribadi para pelaku pedagang lesehan. Pendidikan pemilik usaha sebanyak 46,67 % merupakan tamatan SMA. Surat izin yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung telah dimiliki oleh para pedagang pedagang lesehan, yang menjadikan usaha ini sebagai pekerjaan pokok. Tenaga kerja yang dimiliki setiap warung lesehan antara 2 – 3 orang. 60 % responden memperoleh pendapatan lebih dari Rp 2.400.000/bulan.


(2)

ABSTRACT

PROFILE OF TRADERS IN THE WAY KARTINI LESEHAN KELURAHAN PALAPA CAPE CORAL SUB CENTER

CITY BANDAR LAMPUNG 2015

By

EBBIE PRAMBESI

This study aimed to obtain information on the profile lesehan traders in Jalan Kartini Village Palapa district of Tanjung Karang, Bandar Lampung Center 2015.Pressure point in this research is the study of the origin of the source of venture capital, the educational background of entrepreneurs,local regulation, principal occupation businesses, workforce owned, earned income.This research uses descriptive method.The object of research is the merchant lesehan. Research subject:lesehan merchant.Data collected by observation, and structured interviews.The results showed that most of the sources of venture capital comes from private money traders lesehan actors.Education business owners as much as 46.67% are high school graduates.License issued by the City of Bandar Lampung has been owned by the merchant traders lesehan,which makes this venture as a principal occupation.Labor which every stall lesehan between 2-3 people.60% of respondents earn more than Rp 2,400,000 / month.


(3)

PROFIL PEDAGANG LESEHAN DI JALAN KARTINI KELURAHAN PALAPA KECAMATAN TANJUNG KARANG PUSAT

KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015

Oleh Ebbie Prambesi

(S k r i p s i)

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

PROFIL PEDAGANG LESEHAN DI JALAN KARTINI KELURAHAN PALAPA KECAMATAN TANJUNG KARANG PUSAT

KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015

(skripsi)

Oleh Ebbie Prambesi

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(5)

Daftar Gambar

1. Kerangka Pikir ... 22

2. Peta Administrasi ... 32

3. Peta Kecamatan ... 33

4. Diagram Tipe/Zona Iklim Menurut Scmidt-Ferguson ... 40

5. Diagram Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan .... 46

6. Peta Persebaran Pedagang Lesehan ... 51

7. Diagram Pedagang Menurut Sumber Modal... 52

8. Diagram Pedagang Menurut Modal Awal ... 55

9. Diagram Latar Belakang Pendidikan Responden ... 58

10. Diagram Jumlah Responden Menurut Izin Berdagang ... 59

11. Diagram Menurut Pekerjaan Pokok Responden ... 61

12. Diagram Jumlah Tenaga Kerja... 64


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

Daftar tabel... xi

Daftar gambar... xv

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

F. Ruang Lingkup Penelitian... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka ... 9

1. Pengertian Geografi dan Geografi Ekonomi ... 9

2. Cabang-cabang Geografi ... 10

2.1 Geografi Fisik ... 10

2.2 Geografi Manusia ... 11

3. Pendekatan geografis ... 11

4. Profil pedagang ... 12

5. Pedagang lesehan ... 12

6. Modal ... 13

7. Latar belakang pendidikan ... 14

8. Peraturan daerah ... 16

9. Pekerjaan pokok ... 18

10. Tenaga kerja ... 19

11. Tingkat pendapatan ... 20

B. Kerangka Pikir ... 22

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian... 23

B. Populasi ... 23

1. Populasi ... 23

C. Variabel Penelitian ... 24

D. Indikator Penelitian ... 25

E. Teknik pengumpulan data ... 28


(7)

2. Kuesioner ... 28

F. Teknik Analisis Data ... 29

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan Geografis Daerah Penelitian ... 30

1. Letak ... 30

a. Letak Astronomis ... 30

b. Letak Administratif ... 31

c. Letak Ekonomis Dan Jarak ... 34

2. Luas Kelurahaan Palapa ... 35

3. Iklim ... 36

4. Topografi ... 40

B. Keadaan Penduduk Kelurahan Palapa ... 41

1. Jumlah Penduduk ... 41

2. Kepadatan Penduduk ... 42

3. Pertumbuhan Penduduk ... 43

C. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... 45

D. Deskripsi Profil Pedagang Warung Tenda ... 47

1. Sumber Modal ... 52

2. Latar Belakang Pendidikan... 57

3. Peraturan Daerah ... 59

4. Pekerjaan Pokok ... 61

5. Tenaga Kerja... 62

6. Pendapatan ... 65

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 70


(8)

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Jumlah Pedagang di Jalan Kartini Pada Tahun 2009-2013 ... 4 2. Luas Lahan Menurut Penggunaannya di Kelurahan Palapa

Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung

Tahun 2015 ... 35 3. Data Curah Hujan Kecamatan Tanjung Karang Pusat Pada Periode

2005-2014 ... 38 4. Jumlah Penduduk Kelurahan Palapa Tahun 2010–2014 ... 43 5. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kelurahan

Palapa Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung

Tahun 2015 ... 46 6. Indentitas Responden Pedagang Lesehan Di Jalan Kartini Kelurahan

Palapa Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung

Tahun 2015 ... 48 7. Jumlah Responden Menurut Sumber Modal Awal Pedagang

Warung Lesehan di Kelurahan Palapa Kecamatan Tanjung karang

Pusat Kota Bandar Lampung Tahun 2015... 52 8. Jumlah Responden Menurut Jumlah Modal Usaha Awal Pedagang

Warung Lesehan di Jalan Kartini Kelurahan Palapa Kecamatan

Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung Tahun 2015... 55 9. Jumlah Responden Menurut Latar Belakang Pendidikan Pedagang

Warung Lesehan di Jalan Kartini Kelurahan Palapa Kecamatan

Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung Tahun 2015... 57 10. Jumlah Responden Menurut Peraturan Daerah di Jalan Kartini

Kelurahan Palapa Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar

Lampung Tahun 2015... 59 11. Jumlah Responden Menurut Pekerjaan Pokok di Jalan Kartini

Kelurahan Palapa Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar


(9)

12. Jumlah Tenaga Kerja Yang Membantu Warung Tenda di Jalan Kartini Kelurahan Palapa Kecamatan Tanjung Karang Pusat

Kota Bandar Lampung Tahun 2015 ... 63 13. Jumlah Responden Menurut Tenaga Kerja Yang Membantu

Warung Tenda di Jalan Kartini Kelurahan Palapa Kecamatan

Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung Tahun 2015... 64 14. Pendapatan rata-rata Pedagang Warung Lesehan per bulan di

Kelurahan Palapa Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota

Bandar Lampung Tahun 2015 ... 66 15. Presentase Jumlah Rata-Rata Pendapatan Pedagang Usaha Warung

Lesehan Di Kelurahan Palapa Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung Tahun 2015 ... 67 16. Jumlah Pendapatan Pedagang Usaha Warung Lesehan di Kelurahan

Palapa Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung


(10)

(11)

(12)

MOTO

Sabar dalam mengatasi kesulitan dan bertindak

bijaksana dalam mengatasinya adalah sesuatu yang

utama

Tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan

selama ada komitmen untuk menyelesaikannya


(13)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirabbil Alamin, dengan rasa syukur kepada Allah SWT ku persembahkan karya ku ini kepada:

Kedua orang tuaku tercinta, Ibu Siti Ida Rohani dan Bapak Ibrahim yang telah ikhlas dan sabar membesarkanku, mendidikku dan selalu mendo akanku. Terima kasih atas Kasih

Sayang, Pengertiannya dan do a yang tulus, yang selalu tercurah untuk menantikan kelulusanku

Adikku Robin Namora Serta Keluarga besarku, terimakasih atas kasih sayangnya dan kehangatan keluarga yang tak pernah berkurang serta doa yang selama ini telah diberikan

untukku

Teman-temanku Geografi 2008 Mandiri yang selalu memberikan dukungan dan semangat serta mendo akanku

Dosen-dosenku atas semua tetesan ilmu, pesan dan nasehat yang akan kujadikan pembelajaran dan kunci dalam hidupku

Wity Komalasari, yang telah memotivasiku dalam menyelesaikan skripsi ini, Almamater Tercinta Universitas Lampung


(14)

RIWAYAT HIDUP

Ebbie Prambesi dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 10 September 1989, sebagai anak Pertama dari Dua bersaudara pasangan Bapak Endang Didi dengan Ibu Siti Ida Rohani.

Pada tahun 1996 terdaftar sebagai siswa SD N 2 Palapa Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2002. Kemudian pada tahun 2002 masuk SLTP N 25 Bandar Lampung Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung, lulus pada tahun 2005. Lalu melanjutkan ke sekolah lanjutan tingkat atas yaitu di SMA N 14 Bandar Lampung Kecamatan Tanjung Karang Barat Kota Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2008.

Pada tahun 2008 diterima sebagai Mahasiswa Universitas Lampung pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Geografi melalui jalur Penerimaan Mahasiswa Ujian Masuk Lokal (UML).

Selama menjadi mahasiswa di Program Studi Pendidikan Geografi Universitas Lampung, telah melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) I di Lampung Selatan, yaitu di Gunung Rajabasa dan Pemandian Air Panas Way Belerang pada tanggal 9–11 April 2010. Penulis juga melaksanakan KKL II di daerah Jawa Barat pada tanggal 11-16 Juni tahun 2011. Kemudian juga melaksanankan Kuliah Kerja


(15)

Nyata (KKN) di Desa Pagar Buana Kecamatan Way Kenanga Kabupaten Tulang Bawang Barat pada bulan Juli hingga Agustus tahun 2011, dan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP N 1 Way Kenanga, Kecamatan Way Kenanga Kabupaten Tulang Bawang Barat pada bulan Juli hingga September tahun 2011.


(16)

SANWACANA

Puji syukur dipanjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga dapat diselesaikannya skripsi ini dengan judul “ Profil Pedagang Lesehan Di Jalan Kartini Kelurahan Palapa Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung Tahun 2015”. Sholawat dan salam selalu tercurah kepada teladan terbaik Nabi Muhammad SAW berserta keluarga, para sahabat dan insyaAllah kita sebagai umatnya.

Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari arahan dan bimbingan dari Bapak Drs. I Gede Sugiyanta, M.Si., selaku Pembimbing Utama. Ibu Dra. Hj. Nani Suwarni., M.Si. selaku Pembimbing Pembantu. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si. selaku Dosen Penguji. Untuk itu, tidak lupa mengucapkan terima kasih atas kebaikan dalam memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini. Dalam kesempatan ini pula, disampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Dr. Abdurrahman, M.Si., selaku plt. Dekan FKIP Unila yang telah mengizinkan penulis untuk melaksanakan penelitian dan telah memberikan kemudahan dalam pelayanan administrasi selama menempuh perkuliahan.

2. Bapak Pembantu Dekan FKIP Unila yaitu Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si. (Wakil Dekan II), Dr. Hi. Muhammad Fuad,M.Hum, (Wakil Dekan III) yang telah memberikan izin penelitian.


(17)

3. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Unila yang telah memberikan kemudahan dalam semua hal menyangkut perkuliahan selama menjadi mahasiswa di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.

4. Bapak Drs. I Gede Sugiyanta, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Unila yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran selama menempuh perkuliahan dan selama penyusunan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah memberikan berbagai ilmu yang bermanfaat.

6. Bapak M Havis Juaini, selaku Lurah Kelurahan Palapa Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung yang telah mengizinkan untuk melaksanakan penelitian di desa tersebut.

7. Sahabat-sahabatku anggota PBB (Hafidudin, Noor Risqa, Warlan, Endri Saputra, Ujang Solihin, Beni Saputra, Adi Irawan, Azam Sahroni, Widodo Prasetyo), Aldrin, Geo Mandiri 2008, serta seluruh teman-teman Program Studi Pendidikan Geografi yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan. Akhirnya semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Bandar Lampung, Desember 2015


(18)

(19)

1

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Menurut Bintarto (1977:10) geografi dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu geografi fisik dan geografi sosial. Geografi fisik yaitu cabang geografi yang mempelajari gejala fisik permukaan bumi yang meliputi tanah, air, udara dengan segala prosesnya. Geografi fisik terbagi menjadi beberapa cabang yaitu Geologi, Geomorfologi, Oseanografi, dan lain-lain. Sedangkan geografi sosial adalah cabang geografi yang bidang studinya yaitu aspek keruangan gejala dipermukaan bumi, yang mengambil manusia sebagai objek pokok. Geografi sosial terbagi menjadi beberapa cabang yaitu Geografi penduduk, geografi ekonomi, geografi industri, geografi budaya, Geografi desa dan kota, dan lain-lain.

Geografi kota adalah cabang dari ilmu geografi yang mempelajari tentang tata ruang, struktur, perkembangan, pola-pola kota, interaksi atau hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungan yang ada di kota, serta solusi permasalahannya.

Kota merupakan tempat yang di dalamnya terdapat berbagai macam fasilitas manusia, mulai dari tempat permukiman, pendidikan, kesehatan sampai dengan perdagangan. Menurut Nursid Sumadmadja (1988:54), Geografi ekonmi adalah cabang geografi manusia yang bidadang studinya struktur keruangan aktifitas


(20)

2

ekonomi. Dengan demikian titik berat studinya adalah aspek keruangan struktur ekonomi manusia yang temasuk di dalamnya bidang pertanian, industry, perdagangan, transportasi, komunikasi, dan lain sebagainya.

Kota Bandar Lampung mempunyai 13 Kecamatan, yang salah satunya adalah Kecamatan Tanjung Karang Pusat. Kecamatan ini merupakan salah satu wilayah yang strategis dari segi perdagangan karena dari perencanaan Pemerintah Kota Bandar Lampung Tahun 2004 menetapkan kawasan tersebut adalah kawasan perdagangan.

Pedagang lesehan memiliki potensi pasar yang cukup bagus. Harga yang bisa dijangkau banyak orang menjadikan usaha pedagang lesehan memiliki rentang konsumen yang luas. Tidak hanya ekonomi menengah kebawah, banyak pula dari kalangan atas yang terbiasa dengan masakan yang disajikan di warung lesehan. Salah satu fenomena yang terlihat di kawasan perdagangan khususnya di Kecamatan Tanjung Karang Pusat adalah adanya kegiatan perdagangan sektor informal. Untuk masuk pada bidang ini tidak membutuhkan skill khusus, seperti yang disyaratkan oleh sektor formal, Jan Breman dalam Chris Manning dan Tadjuddin Noer Effendi (1996:139-140) mengemukakan:

“Pekerjaan sektor informal adalah pekerjaan yang sulit dicacah, kesempatan kerja yang tidak teroganisir, persyaratan kerjanya jarang dijangkau oleh aturan-aturan hukum, memakai input dan teknologi lokal, dan beroprasi atas dasar kepemilikan sendiri oleh masyarakat lokal. Contoh pekerjaan sektor informal adalah pedagang lesehan, penjual Koran, anak-anak penyemir sepatu, penjaga kios, pengemis penjaja barang, pengemudi becak, kegiatan sewa menyewa, penjahit, penjual sepatu, tukang ojek, dan lain-lainnya. Dengan kata lain mereka adalah kumpulan pedagang kecil, pekerja yang tidak terikat dan terampil secara golongan-golongan lain dengan pendapatan rendah dan tidak tetap, hidup mereka serba susah dan semi kriminal pada batas-batas perekonomian kota”.


(21)

3

Salah satu yang termasuk dalam sektor informal adalah pedagang lesehan. Pedagang lesehan bisa dikatakan termaksud pekerjaan di sektor informal karena tidak tersedianya lapangan kerja yang cukup pada sektor formal. Dalam kegiatan ekonomi pedagang lesehan merupakan salah satu pelaku ekonomi yang jumlahnya cukup banyak, oleh karena itu keberadaan pedagang lesehan tersebut tidak dapat diabaikan begitu saja. Keberadaan pedagang lesehan memunculkan dilema yang sangat sulit untuk dipecahkan. Di satu sisi pedagang lesehan sangat mengganggu ketertiban kota, namun disisi lain merupakan pencipta peluang kerja.

Lesehan adalah suatu budaya dalam hal memperjualbelikan makanan atau sesuatu barang sembari duduk di tikar/lantai. Makanan atau barang yang diperjualbelikan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:230), bahwa pedagang lesehan adalah pedagang yang berjualan di serambi muka (emper) toko dengan duduk di lantai. Seperti halnya, pada daerah sepanjang jalan Kartini yang letaknya berada di pusat Kota, tepatnya berlokasi di Kecamatan Tanjung Karang Pusat. Daerah memiliki jumlah pedagang lesehan yang cukup banyak di Bandar Lampung, dan mayoritas pedagang tersebut berjualan di depan toko/kios-kios. Di sepanjang Jalan Kartini terdapat toko-toko/kios-kios untuk pedagang melakukan aktivitas jual beli. Di sekeliling bangunan tersebut ada pedagang emperan atau sering disebut dengan pedagang lesehan.

Ray Bromly dalam Chris Manning dan Tadjuddin Noer Effendi (1996:234), menyatakan bahwa:

“Para pejabat kota dan kaum elite lokal yang lain biasanya memandang pedagang lesehan sebagai gangguan yag membuat kota menjadi kotor dan tidak rapi, menyebabkan kemacetan lalu lintas, pembuangan sampah


(22)

4

disembarang tempat, gangguan para pejalan kaki, saingan pedagang toko yang tertib dan membayar pajak, serta penyebrangan penyakit lewat kontak fisik dan penjualan makanan yang kotor dan basi”.

Oleh karena itu, pedagang lesehan banyak menimbulkan masalah, seperti masalah kerapihan, kebersihan, transportasi dan persaingan dengan pedagangan toko. Dalam hal ini ingin diteliti tentang pedagang lesehan di trotoar sepanjang jalan Kartini Kota Bandar Lampung.

Dari gambaran yang telah lebih dahulu diuraikan, terlihat gambaran bahwa pedagang lesehan merupakan kegiatan usaha informal yang dilakukan oleh golongan ekonomi lemah dengan penyerapan tenaga kerja yang mandiri untuk mendapatkan penghasilan demi kelangsungan hidup mereka. Data jumlah pedagang lesehan yang ada di Jalan Kartini dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini:

Tabel 1. Jumlah Pedagang di Jalan Kartini Pada Tahun 2010-2014

No Tahun Pedagang Pedagang Pedagang lesehan Jumlah

Toko/Kios Los

1 2010 108 23 22 153

2 2011 118 24 18 160

3 2012 120 43 17 180

4 2013 121 43 16 180

5 2014 121 43 15 170

Sumber: Kantor Dinas Pasar Kota Bandar Lampung Tahun 2014

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa jumlah pedagang lesehan terus menurun setiap tahun tahunnya, dimana terdapat 22 pedagang pada tahun 2010 dan pada tahun 2014 hanya menjadi 15 pedagang lesehan, hal ini dikarenakan oleh berbagai faktor yang terjadi serta terdapat beragam karakteristik pedagang lesehan yang ada di Jalan Kartini.


(23)

5

Para pengusaha pedagang lesehan di Jalan Kartini biasanya menyediakan berbagai jenis makanan antara lain pecel lele, burung dara goreng, ayam goreng, ikan bakar, ikan goreng, soto, sate jeroan, nasi goreng, mie goreng. Usaha pedagang lesehan ini sendiri biasa dibuka mulai dari Pukul 17.00–01.30 WIB.

Berdasarkan uraian di atas, maka terdapat hal yang menarik untuk diteliti yakni tentang profil pedagang lesehan. Sehingga diperlukan penelitian yang lebih lanjut untuk mengetahui tentang profil pedagang lesehan khususnya di sepanjang Jalan Kartini. Untuk itu dilakukan penelitian dengan judul profil pedagang lesehan di Jalan Kartini Kelurahan Palapa Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung Tahun 2015.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan penjelasan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil pedagang lesehan di Jalan Kartini, antara lain menyangkut tentang:

1. Sumber Modal

2. Latar Belakang Pendidikan 3. Peraturan Daerah (Perda) 4. Pekerjaan Pokok

5. Tenaga Kerja 6. Pendapatan.


(24)

6

C. Rumusan Masalah

Untuk menjawab tentan profil pedagang lesehan, maka dalam penelitian ini diajukkan pertanyaan sebaagai berikut:

Pertanyaan penelitian

1. Berasal dari manakah modal yang dimiliki oleh pedagang lesehan di jalan Kartini Kelurahan Palapa Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung Tahun 2015?

2. Bagaimanakah tingkat pendidikan formal pedagang lesehan di jalan Kartini Kelurahan Palapa Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung Tahun 2015?

3. Apakah Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung mengizinkan pedagang lesehan di jalan Kartini Kelurahan Palapa Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung Tahun 2015?

4. Apakah pedagang usaha pedagang lesehan di jalan Kartini menjadikan usaha tersebut sebagai pekerjaan pokok?

5. Berapa jumlah tenaga kerja saat berjualan pedagang lesehan di jalan Kartini Kelurahan Palapa Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung Tahun 2015?

6. Berapa besaran pendapatan para pedagang lesehan di jalan Kartini Kelurahan Palapa Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung Tahun 2015?


(25)

7

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui profil pedagang lesehan di Jalan Kartini Kota Bandar Lampung Tahun 2015, yang terdiri dari modal awal usaha, latar belakang pendidikan pelaku usaha, peraturan daerah (perda) yang mengatur tentang usaha pedagang lesehan, pekerjaan pokok yang dimiliki pelaku usaha, tenaga kerja yang digunakan dalam menjalankan usaha, serta Pendapatan yang dihasilkan oleh pelaku usaha pedagang lesehan.

E. Manfaat Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Aplikasi ilmu pengetahuan yang diperoleh di Perguruan Tinggi yang berhubungan dengan program Geografi ekonomi.

3. Sebagai suplemen bahan ajar pada mata pelajaran geografi pada materi pokok penggunaan lahan dan uraian materi pokok mata pencaharian penduduk Indonesia untuk SMP Kelas VII Semester II.

F. Ruang Lingkup

1. Subjek penelitian yaitu pedagang lesehan di Jalan Kartini. 2. Objek penelitian yaitu usaha pedagang lesehan di Jalan Kartini.

3. Tempat penelitian yaitu di Jalan Kartini Kelurahan Palapa Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung.


(26)

8

5. Bidang ilmu yaitu Geografi Ekonomi

Geografi ekonomi adalah cabang geografi manusia yang bidang studinya struktur keruangan aktifita ekonomi. Dengan demikian titik berat studinya adalah aspek keruangan struktur ekonomi manusia yang temasuk di dalamnya bidang pertanian, industry, perdagangan, transportasi, komunikasi, dan lain sebagainya (Nursid Sumaatmadja, 1988:54). Pembahasan dalam geografi ekonomi mencakup bentuk-bentuk perjuangan hidup manusia dalam usaha memenuhi kebutuhan materil dengan berbagai masalahnya dalam interaksi keruangan. Kaitan penelitian ini dengan kajian geografi ekonomi yaitu berhubungan dengan aspek aktifitas manusia dalam kegiatan ekonomi, meliputi modal, peraturan daerah, Latar Belakang Pendidikan, pekerjaan pokok, tenaga kerja, dan pendapatan pedagang usaha pedagang lesehan di Jalan Kartini.


(27)

9

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Geografi

Geografi adalah ilmu yang mempelajari hubungan kausal gejala muka bumi dan peristiwa yang terjadi di muka bumi baik fisik maupun yang menyangkut makhluk hidup beserta permaslahannya, melalui pendekatan keruangan, ekologi dan regional utuk kepentingan program, proses dan keberhasilan pembangunan (Daljoeni, 1997: 19).

Menurut IGI (Ikatan Geografi Indonesia) pada tahun 1988 geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kewilayahan atau kelingkungan dengan konteks keruangan (Marah Uli dan AsepMulyadi: 4).

Menurut Daljoeni (1987: 306) geografi dibagi menjadi dua yaitu geografi fisik dan geografi manusia. Geografi fisik adalah cabang geografi yang mempelajari tentang gejala fisik dari permukaa bumi yang meliputi tanah, udara dan segala prosesnya. Geografi manusia adalah cabang geografi yang mempelajari tentang aspek-aspek gejala keruangan di permukaan bumi, meliputi geografi ekonomi, politik, pemukiman, kependudukan, dan geografi sosial.


(28)

10

Sedangkan, Geografi ekonomi merupakan salah satu dari cabang geografi yang dalam pengelompokannya secara garis besar termasuk rumpun geografi manusia. Menurut Nursid Sumaatmadja (1988:54) geografi ekonomi adalah cabang geografi manusia yang bidang studinya struktur keruangan aktifitas ekonomi. Dari pengertian tersebut menunjukan bahwa pokok-pokok yang dibahas dalam geografi ekonomi mencakup bentuk-bentuk perjuangan hidup manusia dalam usaha memenuhi kebutuhan materilnya dengan berbagai masalahnya dalam interaksi keruangan. Kaitan penelitian ini dengan kajian geografi ekonomi yaitu berhubungan dengan aspek aktifitas manusia dalam kegiatan ekonomi, meliputi tenaga kerja, modal, sarana transportasi dan pendapatan.

2. Cabang-cabang geografi 2.1 Gegrafi Fisik

Geografi fisik yaitu cabang geografi yang mempelajari gejala fisik permukaan bumi yang meliputi tanah, air, udara dengan segala prosesnya. Di dalam Geografi fisik terdapat beberapa subjek kajian antara lain klimatologi dan meteorologi dengan objek kajian adalah Atmosfer, Geomorfologi dengan objek kajian bentuk lahan, Oseangrafi dengan objek kajan laut dan pengaruhnya, Geolgi dengan objek kajan berupa material bumi, ilmu tanah dengan objek kajian tanah, dan Biogeografi dengan objek kajian vegetasi sesuai dengan yang di ungkapkan Suprapto (2008: 2).


(29)

11

2.2 Geografi Manusia

Ilmu Goegrafi yang mempelajari tentang interaksi bumi dengan manusia atau sebaliknya yang disebut dengan Geografi manusia.

Secara keilmuan Geografi manusia adalah sebuah bidang interdisipliner menggabungakan pendekatan dari Geografi akademik dengan subjek tradisional ilmu sosial, dengan demikan menekankan masalah penduduk sepert pariwisata, urbanisasi dan sebaganya. Ada banyak objek dalam kajian Geografi manusia antara lain pembangunan, ekonomi, kesehatan, sejarah, politik, penduduk, filosofi pendekatan sosial. Gegrafi sosial merupakan kajian dalam Geografi manusia yang menjelaskan mengenai interaks antara manusai dengan lingkungan sosialnya yaitu manusai lani maupun manusai kelompok disekelilingnya. Maksudnya, bahwa manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik dalam kebutuhan primer maupun sekunder pasti akan memanfaatkan lingkungan di sekitarnya. (www.Gegorafi.web.id)

3. Pendekatan Geografis

Setelah di bahas mengenai cabang-cabang serta objek yang di kaji dalam masing-masing ilmu maka ilmu Geografi yang lebih cocok untuk di jadikan dalam dasar penelitian yang membahas mengenai sosial eknomi para pedagang lesehan di Jalan Kartini ini adalah salah satu objek Geografi manusia yaitu Geografi sosial yang mempelajari aspek keruangan berupa karakteristik dari penduduk, organisasi sosial, unsur kebudayaan dan kemasyarakatan serta bagaimana cara memenuhi kebutuahan hidupnya.


(30)

12

4. Profil Pedagang

Profil adalah pandangan, lukisan, sketsa Geografi, penampang, grafik atau ikhtisar yang memberikan fakta tentang hal-hal khusus (KBBI, 2007:897) .

Dalam pasal 1 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia nomor: 23/NPP/kep/1/1998 tentang lembaga-lembaga usaha Perdagangan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia,

Pengertian pedagang, perorangan atau badan usaha yang melakukan kegiatan perniagaan/perdagangan secara terus-menerus dengan tujuan memperoleh laba. Pedagang dapat dikategorikan menjadi:

1. Pedagang grosir beroperasi dalam rantai distribusi antara produsen dan pedagang eceran.

2. Pedagang eceran, disebut juga pengecer menjual produk komoditas langsung ke konsumen. Pemilik warung atau toko adalah pengecer. (wikipedia, 23-03-2014)

Menurut dari pengertian yang telah dijelaskan di atas maka dalam penelitian ini pedagang lesehan di Jalan Kartini adalah pedagang eceran.

5. Pedagang Lesehan

Pedagang lesehan sebagai pedagang kecil yang merupakan penjual terakhir ke konsumen. Pedagang lesehan adalah merupakan pedagang yang bisa kita jumpai pada setiap keramaian atau sepanjang pinggir jalan. Menurut Koestoer dkk (2001:188), adanya pedagang lesehan merupakan karakteristik khas yang dijumpai disetiap daerah pusat kegiatan. Pedagang lesehan dalam penelitian ini


(31)

13

adalah pedagang yang berjualan di Jalan Kartini yang termasuk pedagang kecil/eceran yang tempat aktivitas usahanya tidak permanen.

Pedagang lesehan adalah suatu budaya dalam hal memperjualbelikan makanan atau sesuatu barang sembari duduk di tikar/ lantai. Makanan atau barang yang diperjualbelikan turut digelar pada saat tenda sehingga pengunjung bisa melihat dan memilihnya dengan santai. Dalam hal makanan, jenis makanan yang biasanya diperjualbelikan di warung tenda adalah pecel lele, burung dara goreng, ayam goreng, ikan bakar, ikan goreng, soto, sate jeroan, nasi goreng, mie goreng. (http://id.wikipedia.org/wiki/Tenda).

6. Sumber Modal

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (tim pustaka phoenix, 2009:58) Modal adalah uang pokok atau uang yang dipakai sebagai induk dalam berniaga. Modal juga dapat berarti harga benda, uang harga dan sebagainya yang dapat di pergunakan untuk menghasilkan sesuatu yang menambah kekayaan dan sebagainya atau bekal untuk mencapai sesuatu maksud.

Menurut Michek B. Smith (1995: 30), modal adalah harta atau kekayaan yang menghasilkan pendapatan yang dinyatakan dalam satuan uang atau akumulasi cadangan peralatan , mesin, perlengkapan, bangunan dan barang lain yang di pergunakan untuk menghasilkan barang atau jasa.

Riyanto (1983: 10-12) mengungkapkan bahwa modal terbagi dalam 2 kelompok yaitu:


(32)

14

2. Modal pinjaman, yaitu modal uang berasal dari kredit dan merupakan hutang bagi pedagang

Modal merupakan salah satu syarat yang sangat penting dalam kegiatan perdagangan, seseorang yang sudah mempunyai rencana ingin memulai usaha berdagang akan lebih baik jika mulai mempersiapkan modal baik dari uang sendiri, meminjam, kredit-kredit dari bank pemerintah atau swasta, dan lain-lain. Status kepemilikan modal merupakan hak yang amat penting bagi sebuah usaha termasuk usaha dagang karena akan mempengaruhi pendapatan mereka dalam berdagang.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 744 ), bahwa suatu keadaan atau kondisi seseorang dalam kepunyaan atau pemilikan uang atau barang yang digunakan sebagai pokok dalam berusaha atau dalam hal ini adalah berdagang. Sedangkan modal yang cukup sangat menentukan keberhasilan usaha, dan merupakan syarat untuk dapat dilaksanakannya kegiatan berdagang. Sumber modal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sumber modal yang digunakan untuk awal berdagang oleh pedagang lesehan.

7. Latar Belakang Pendidikan

Pendidikan merupakan suatu proses membuat manusia menjadi dewasa sehingga berubah sikap dan tingkah laku manusia tersebut menjadi lebih baik. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:204), bahwa pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha


(33)

15

mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dalam latihan, proses perbuatan.

Pendidikan adalah merupakan salah satu hal yang penting dalam hidup kita karena berkaitan dengan kesempatan kerja seseorang. Menurut Riwanto Tirtosudarmo (1994:44): sebagaimana telah diketahui secara umum bahwa pendidikan formal merupakan persyaratan teknis yang sangat berpengaruh untuk mendapatkan kesempatan kerja. Kualitas sumber daya manusia sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan dengan tingkat pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan sumber daya manusaia yang terdidik dan terampil. Sesuai dengan data yang ada, pendidikan tertinggi yang ditamatkan.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sidiknas bahwa pendidikan dibagi menjadi 3 jenjang pendidikan, yaitu sebagai berikut: 1. Pendidikan dasar: SD dan SMP

2. Pendidikan menengah: SMA/SMK sederajat 3. Pendidikan tinggi: Diploma/Sarjana

Pendidikan merupakan proses berkeseimbangan yang dilakukan manusia dalam rangka meningkatkan harkat hidupnya, baik secara formal maupun informal. Pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah latar belakang pendidikan terakhir yang telah ditempuh oleh pedagang kaki lima.


(34)

16

8. Peraturan Daerah

8.1 Peraturan Daerah No. 10 Tahun 2011

Sebagaimana dikemukakan dalam UU Penataan Ruang (UU No. 26 tahun 2007), bahwa penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Dari pengertian tersebut, nampak jelas bahwa aktivitas penataan ruang diawali dengan perencanaan tata ruang. Dalam UU tersebut, juga dijelaskan bahwa perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang. Dalam sebuah proses perencanaan, akan sangat terkait sekali dengan proses penentuan pilihan-pilihan yang merupakan pengejawentahan dari proses politik yang terjadi dalam proses perumusan kebijakan publik. Sehingga setiap aktivitas yang ada di dalamnya merupakan sebuah usaha yang dilakukan memiliki titik fokus untuk mencapai sebuah kondisi keruangan dalam konteks problem solving, future orienteddanresource allocation.

Undang–undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Penataaan Ruang maka kedudukan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bandar Lampung yg dituangkan kedalam strategi pengembangan wilayah Kabupaten/Kota yang sesuai dengan fungsi dan peranannya didalam rencana pengembangan wilayah provinsi secara keseluruhan. Strategi pengembangan wilayah ini selanjutnya dituangkan kedalam rencana struktur dan rencana pola ruang operasional. Oleh karena itu, RTRW Kabupaten/Kota bersifat komplementer dan terintegrasi dengan RTRW Provinsi maupun RTRW sehingga di dalam penyusunannya akan ada umpan balik


(35)

17

dalam bentuk data, informasi dan kebijakan pembangunan wilayah baik dari jenjang perencanaan wilayah dari tingkatan yang lebih tinggi maupun dari jenjang yang lebih rendah.

Selain itu, terdapat beberapa hal yang membedakan antara Undang Undang Penataan Ruang yang baru dengan yang lama, diantaranya perubahan jangka waktu berlakunya dokumen rencana menjadi 20 tahun, ketentuan tentang keharusan tersediannya 30% Ruang Terbuka Hijau (RTH) dengan komposisi 20% RTH Publik dan 10% RTH Private ( swasta / masyarakat ), penyediaan Ruang Terbuka Non Hijau, Ruang evakuasi bencana, Ruang sektor informal, Pedestrian, kebijakan penyediaan dan pemanfaatan kawasan strategis kota serta ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang melalui peraturan umum zonasi dan pola insentif dan disinsentif maupun sanksi, selain itu fokus materi penyusunan lebih memperhatikan aspek pemanfaatan dan pengendalian ruang.

.

8.2 Peraturan Daerah No. 2 Tahun 2012

Peraturan daerah No 2 Tahun 2012 tentang pengelolaan PKL adalah bentuk kebijakan baru yang dikeluarkan oleh Pemerintahan daerah Kota Bandar Lampung dalam rangka menyelesaikan persoalan PKL. Secara substansi keberadaan peraturan daerah no tahun 20 tentang pengelolaan Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kota Bandar Lampung sangatlah penting, karena keberadaan perda ini secara hukum, Pemerintah Kota Bandar Lampung telah mengakui eksistensi keberadaan PKL di Bandar Lampung, PKL bukanlah lagi usaha liar yang perlu ditertibkan tanpa ada solusi yang diberikan kepada PKL.


(36)

18

Keberadaan Perda Pengelolaan PKL ini juga merupakan hasil kerja kolaborasi yang baik antara perwakilan organisasi PKL, aktivis NGO, akademisi, dan anggota dewan, Perda ini merupakan hak inisiatif DPRD yang akhirnya diparipurnakan pada tahun 2012 dan resmi berlaku sebagai peraturan daerah. Eksistensi Peraturan daerah ini tidak akan bertentangan dengan peraturan daerah lainnya, seperti perda No. 8 tahun 2000 tentang Pembinaan umum, Ketertiban, Keamanan, Kebersihan, kesehatan, dan Keapikan dalam Wilayah kota Bandar lampung. Peraturan Daerah tentang pengelolaan PKL justru akan memberikan kemudahan bagi Pemerintah Daerah Bandar Lampung untuk memantau dan mengendalikan pertumbuhan PKL di Bandar lampung. Dalam pelaksanaan Peraturan Daerah tentang pengelolaan PKL ini, maka perlu ada lembaga Pemerintah yang jelas untuk bertanggung jawab dalam hal pembinaan dan pengelolaan PKL.

9. Pekerjaan Pokok

Pekerjaan adalah sesuatu yang dilakukan oleh manusia untuk tujuan tertentu yang dilakukan dengan cara yang baik dan benar. Manusia perlu bekerja untuk mempertahankan hidupnya. Dengan bekerja seseorang akan mendapatkan uang. Uang yang diperoleh dari hasil bekerja tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Oleh sebab itu, uang tersebut harus berasal dari hasil kerja yang halal.

Bekerja yang halal adalah bekerja dengan cara-cara yang baik dan benar. Jenis pekerjaan ada bermacam-macam. Ada pekerjaan menghasilkan barang dan ada pula pekerjaan yang menyediakan jasa. Pekerjaan menghasilkan barang dapat


(37)

19

dilihat hasilnya. Adapun pekerjaan memberikan jasa hanya dapat dirasakan manfaat dari layanannya.

Pekerjaan secara umum didefinisikan sebagai sebuah kegiatan aktif yang dilakukan oleh manusia. Dalam arti sempit, istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas atau kerja yang menghasilkan sebuah karya bernilai imbalan dalam bentuk uang bagi seseorang. Dalam pembicaraan sehari-hari istilah pekerjaan dianggap sama dengan profesi. (http://id.wikipedia.org/wiki/Pekerjaan)

Pekerjaan yang dijalani seseorang dalam kurun waktu yang lama disebut sebagai karier. Seseorang mungkin bekerja pada beberapa perusahaan selama kariernya tapi tetap dengan pekerjaan yang sama.

10. Jumlah Tenaga Kerja

Dalam berdagang dilihat dari jenis barang dagangan, jumlahnya, tempatnya, maka pedaganga juga amat memerlukan tenaga kerja yang membantu baik orang lain bahkan dari anggota keluarga pedagang itu sendiri. Sehingga pekerjaan akan dapat lebih ringan dan cepat. Menurut Riwanto Tirtosudarmo (1994:8) bahwa pekerja keluarga adalah mereka yang bekerja membantu seorang untuk memperoleh penghasilan atau keuntungan dengan tidak mendapatkan upah/gaji baik berupa uang maupun barang. Contohnya: anak yang membantu melayani pembeli di warung orang tuanya, istri yang membantu suami di sawah.

Oleh karena itu peran tenaga kerja yang membantu usaha pedagang lesehan adalah sangat penting untuk dapat meringankan kerja pedagang itu sendiri. Apalagi jika tenaga kerja itu masih dari kalangan keluarganya berarti bisa sebagai


(38)

20

pembelajaran dalam bidang usaha dagang bahkan usaha tersebut bisa dijadikan warisan keluarganya kelak.

Adam Smith (1729-1790) merupakan tokoh utama dari aliran ekonomi yang kemudian dikenal sebagai aliran klasik. Dalam hal ini teori klasik Adam Smith juga melihat bahwa alokasi sumber daya manusia yang efektif adalah pemula pertumbuhan ekonomi. Setelah ekonomi tumbuh, akumulasi modal (fisik) baru mulai dibutuhkan untuk menjaga agar ekonomi tumbuh. Dengan kata lain, alokasi sumber daya manusia yang efektif merupakan syarat perlu (necessary condition) bagi pertumbuhan ekonomi.

11. Tingkat Pendapatan

Pendapatan merupakan hal yang pokok dalam usaha memenuhi kebutuhan hidup. Dengan demikian, besar kecilnya pendapatan akan berpengaruh pada kesejahteraan dan kemakmuran rumah tangga. Sejalan dengan ini, Emil Salim (1984:44) mengemukakan bahwa rendahnya pendapatan akan menyebabkan sulitnya terpenuhi berbagai kebutuhan pokok, seperti: pangan, sandang, perumahan, kesehatan dan pendidikan.

Menurut Masri Singarimbun (1981: 24), pendapatan adalah gambaran yang lebih tepat tentang posisi ekonomi keluarga dalam masyarakat yang merupakan jumlah seluruh pendapatan dan kekayaan keluarga (termasuk barang dan hewan peliharaan) pendapan ini bisa berupa uang atau bbarang, baik dari pihak lain atau hasil sendiri. Selain itu menurut Mulyanto Sumardi (1982: 224), pendapatan dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu:


(39)

21

1. Pendapatan pokok artinya pendapan utama yaitu hasil yang didapat oleh seseorang dari pekerjaan yang dilakukan secara teratur dan tepat untuk memenuhi kebutuhan hiudup rumah tangga.

2. Pendapatan tambahan yaitu pendapatan yang tidak tetap dan tidak teratur namun hasilnya dapat membantu untuk menambah pendapatan setiap bulan dan selalu berusaha untuk mencari tambahan misalnya berjualan, hasil kebun, hasil ternak, serta usaha lain yang dapat menambah penghasilan rumah tangga.

3. Pendapatan keseluruhan yaitu pendapatan pokok dan pendapatan tambahan yang diperoleh rumah tangga pada setiap bulan.

Pendapatan yang dimaksud dalam penilitian ini adalah pendapatan yang diperoleh dalam keluarga, baik dalam pekerjaan pokok maupun tambahan dalam satu bulan. Ketentuan yang akan menjadi acuan dalam mengukur terpenuhi atau tidaknya kelangsungan hidup keluargatersebut mengacu pada pendapatan mereka bekerja selama satu bulan. Yang nantinya akan dibandingkan dengan standar upah minimum regional kota bandar lampung tahun 2014 yaitu sebesar Rp 1.549.600 yang berlaku/ mulai terhitung tanggal 1 januari 2014.

Katagori pendapatan pedagang lesehanberdasarkan UMR Kota Bandar Lampung tahun 2014.

1. Rendah, jika pendapatan pedagang lesehankurang dari Rp. 1.549.600 2. Tinggi, jika pendapatan pedaang warung tenda lebih atau samadengan Rp.


(40)

22

B. Kerangka Pikir

Kota yang didalamnya ada sejumlah kegiatan-kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh warganya, salah satunya adalah usaha lesehan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan keberadaan mereka semakin banyak yaitu meliputi alasan berdagang, jenis barang dagangan, tenaga kerja, alat transportasi, modal dan pendapatan usaha lesehan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan kerangka pikir berikut ini:

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian 1. Modal

2. Latar belakang pendidikan 3. Peraturan daerah (Perda) 4. Pekerjaan pokok

5. Tenaga kerja 6. Pendapatan Profil pedagang


(41)

23

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif secara umum merupakan metode yang bersifat spesifik untuk menggambarkan suatu masalah. Menurut Widoyo Alfandi (2001:116-117).

“Metode penelitian deskriptif secara umum berisi: 1). Rumusan masalah bernilai ilmiah dan tidak terlalu luas (lebih spesifik), digunakan untuk menjawab pertanyaan : apa, berapa, dimana, kapan, dan oleh siapa untuk objek penelitian yang sedang berlangsung pada saat ini, 2). Tujuan penelitian dinyatakan dengan tegas dan tidak terlalu umum, yaitu bertujuan membuat deskriptif, komparasi dan evaluasi masalah, 3). Deskriptif data yang jelas tentang sifat-sifat populasi, daerah penelitian dan dalam kaitannya dengan waktu, bukan bersifat opini, 4). Waktu dan tempat penelitian harus jelas, 5). Penalaran deduksi dalam hubungannya dengan kerangka teoritis (bila ada) yang digunakan harus jelas, 6). Tidak perlu menerangkan saling hubungan, tidak mengetest hipotesis, juga tidak perlu dibuat ramalan dan implikasi penelitian”.

Maka yang dimaksud metode penelitian deskriptif dalam penelitian ini adalah metode bertujuan untuk membuat deskripsi dan identifikasi dengan mengambil subjek para pedagang lesehan di Jalan Kartini Kelurahan Palapa Kec. Tanjung Karang Pusat.

B. Populasi

Populasi merupakan subjek penelitian yang bisa berupa manusia, benda yang secara keseluruhan dapat menunjang keberhasian kita dalam melakukan penelitian. Menurut Suharsimi Arikunto (1997:115), populasi adalah keseluruhan


(42)

24

dari subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah pedagang lesehan yang berdagang di Jalan Kartini berjumlah 15 penelitian populasi. (Dinas Pasar Kota Bandar Lampung Tahun 2015)

C. Variabel Penelitian

1) Menurut Suharsimi Arikunto (1998:99), variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu profil pedagang lesehan di Jalan Kartini yang meliputi sumber modal, latar belakang pendidikan, peraturan daerah (perda), pekerjaan pokok, tenaga kerja, dan pendapatan.

D. Indikator Penelitian 1. Sumber Modal

Sumber modal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sumber modal yang digunakan untuk awal berdagang bagi pedagang lesehan. Sumber modal ini meliputi uang sendiri, meminjam pada seseorang, Kredit dari Bank pemerintah/swasta dan lain-lain.

Riyanto (1983: 10-12) mengungkapkan bahwa modal terbagi dalam 2 kelompok yaitu:

1. Modal sendiri, yaitu modal yang berasal dari modal sendiri

2. Modal pinjaman, yaitu modal yang berasal dari kredit dan merupakan hutang bagi pedagang.


(43)

25

Berdasarkan sumbernya, modal dapat dibagi menjadi dua: modal sendiri dan modal asing. Modal sendiri adalah modal yang berasal dari dalam perusahaan sendiri. Misalnya setoran dari pemilik perusahaan. Sementara itu, modal asing adalah modal yang bersumber dari luar perusahaan. Misalnya modal yang berupa pinjaman bank.

2. Latar belakang pendidikan

Tingkat pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jenjang pendidikan formal yang ditempuh oleh responden atau pedagang lesehan yang diperoleh melalui bangku sekolah SD, SMP, SMA/SMK, dan perguruan tinggi. .

Katagori pendidikan dalam penelitian ini bahwa pendidikan dibagi menjadi 3 jenjang pendidikan, yaitu sebagai berikut:

1. Pendidikan dasar: SD dan SMP

2. Pendidikan menengah: SMA/SMK sderajat 3. Pendidikan tinggi: Diploma/Sarjana

3. Peraturan Daerah

Didalam penelitian ini apakah pedagang lesehan memiliki izin yang dikeluarkan oleh pemerintah sebagai peraturan daerah kota bandar lampung. Apakah pedagang lesehan memiliki izin berdagang, jawabanya akan didapatkan oleh pengakuan responden melalui kuisioner.

Jawaban yang akan diberikan ada dua pilihan 1. Memiliki izin (iya)


(44)

26

4. Pekerjaan Pokok

Pekerjaan pokok dalam penelitian ini adalah pekarjaan yang merupakan pekerjaan utama dari responden atau pedagang lesehan di sepanjang Jalan Kartini. Pekerjaan yang dijalani seseorang dalam kurun waktu yang lama disebut sebagai karier.Seseorang mungkin bekerja pada beberapa perusahaan selama kariernya tapi tetap dengan pekerjaan yang sama.

Apakah berdagang tenda merupakan pekerjaan pokok atau sampingan dalam memenuhi kebutuhan ekonomi setiap keluarga pedagang, jawabannya akan didapatkan melalui pengakuan dari responsen. Ada dua jawaban yang akan dipilih oleh responden yaitu sebagai berikut.

1. Pekerjaan warung tenda merupakan pekerjaan pokok dari responden atau pedagang lesehan di sepanjang Jalan Kartini.

2. Pekerjaan warung tenda merupakan pekerjaan sampingan dari responden atau pedagang lesehan di sepanjang Jalan Kartini.

5. Jumlah Tenaga Kerja

Dalam berdagang dilihat dari jenis barang dagangan, jumlahnya, tempatnya, maka pedagang juga amat memerlukan tenaga kerja yang membantu baik orang lain bahkan dari anggota keluarga pedagang itu sendiri. Sehingga pekerjaan akan dapat lebih ringan dan cepat.

Tenaga kerja yang membantu dalam penelitian ini adalah jumlah tenaga kerja yang membantu usaha lesehan jawaban akan didapatkan berdasarkan pengakuan responden.


(45)

27

Jumlah tenaga kerja yang dimaksud dalam penelitian ini dikatagorikan menjadi tiga, yaitu nsebagai berikut.

1. Sedikit, jika jumlah tenaga kerja kurang dari 2 orang atau hanya 1 orang 2. Sedang, jika jumlah tenaga kerja berjumlah 2 sampai 3 orang

3. Banyak, jika jumlah tenaga kerja berjumlah sama dengan atau lebih dari 4 orang

6. Pendapatan

Pendapatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendapatan yang diperoleh dalam berdagang, ketetuan yang menjadi acuan dalam mengukur terpenuhi atau tidaknya kelangsungan hidup keluarga tersebut mengacu pada pendapatan mereka bekerja selama satu bulan yang nantinya akan di bandingkan dengan standar upah minimum regional kota bandar lampung tahun 2014 yaitu sebesar Rp 1.549.600 yang berlaku/ mulai terhitung tanggal 1 januari 2014.

Katagori pendapatan pedagang lesehan berdasarkan UMR Kota Bandar Lampung tahun 2014.

1. Rendah, jika pendapatan pedagang lesehan perbulan kurang dari Rp. 1.549.600

2. Tinggi, jika pendapatan pedaang warung tenda perbulan lebih atau samadengan Rp. 1.549.600,-.

Pendapatan rata-rata pedagang lesehan akan diketahui dari seluruh total pendapatan pedagang lesehan yang di peroleh dalam setiap bulannya. Dalam


(46)

28

penelitiaan akan diteliti apakah pedagang lesehan memiliki rata pendapatan yang nantinya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

E. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi

Teknik ini digunakan untuk .untuk mengamati secaara sistematis dari objek peneltian tentang :

1) Fenomena-fenomena yang akan diteliti

2) Pengamatan langsung terhadap kondisi di lapangan 3) Lokasi pedagang lesehan

4) Aktivitas pedagang lesehan yang sedang berdagang.

2. Wawancara Terstrukur

Menurut Nusid Sumaatmadja (1988-106) menjelaaskan bahwa teknik wawaancara merupaka teknik pengumpulan data yang membantu dan melengkapi pengumpula data yang tidak diungkapkan oleh teknik observasi. Dalam peneltin ini teknik wawancara dilakukan secara langsung dengan para pedagang waruug lesehan di sepanjang Jalan Kartini. Teknik wawancara ini dilengkapi dengan kuesioner, dan hal-hal yang ditanyakan adalah untuk memperoleh data primer seperti yaitu modal, latar belakang pendidikan, peraturan daerah (perda), pekerjaan pokok, tenaga kerja, dan pendapatan pelaku usaha lesehan. Kuesioner ini ditujukan kepada pedagang lesehan di Jalan Kartini.


(47)

29

F. Teknik Analisi Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisa tabel bentuk persentase yang berdasarkan frekuensi sederhana. Tabel akan diinterpretasi dan dideskripsikan guna member arti terhadap data dan untuk membuat laporan penelitian (Arief Sukadi Sadirman dan Said Hutagaol, 1986:96). Langkah pertama dalam penyusunan distribusi persentase dengan cara membagi jumlah responden ke dalam masing-masing kategori variabel (F) dengan jumlah frekuensi (N) setelah pembagian dilakukan hasilnya dikalikan 100 untuk menghasilkan persentase dalam suatu distribusi sederhana total (t) dari persentase harus sama dengan 100%. Selanjutnya dari hasil penelitian dibuat suatu deskripsi yang sistematis sebagai hasil penelitian dan analisia persentase tersebut adalah sebagai berikut:

%

=

x

100 Keterangan:

% = Presentase N = Jumlah Frekuensi F = Variabel


(48)

0

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang profil pedagang lesehan di jalan Kartini Kelurahan Palapa Kecamatan Tanjung Karang Pusat Tahun 2015 dapat disimpulkan bahwa:

1. Sebanyak 60 % atau 9 pedagang lesehan memiliki sumber modal usahanya berasal dari uang sendiri.

2. Sebanyak 46,67 % pedagang lesehan berlatar belakang pendidikan tamat SMU. 3. Sebagian besar pedagang lesehan, yaitu 86,66% atau 13 responden memiliki

surat izin berdagang.

4. Sebanyak 93,33% atau 14 pedagang lesehan berdagang sebagai pekerjaan pokok. 5. Sebanyak 66,67 % pedagang lesehan mempunyai tenaga kerja antara 2 - 3 orang. 6. Sebanyak 9 orang atau 60 % pedagang lesehan memperoleh pendapatan lebih

dari Rp 2.520.000, atau di atas rata-rata. B. Saran


(49)

✁1

1. Memperbesar pendapatan dengan cara mengurangi biaya-biaya pengeluaran dan menambah jumlah atau hasil penjualan.

2. Mengambil tenaga kerja dari pihak keluarga sehingga bisa lebih menghemat dibandingkan mengambil tenaga kerja dari orang lain.


(50)

DAFTAR PUSTAKA

Antonius Asto Utomo. 2000. Hubungan Antara Jumlah Jam Kerja, Jumlah Modal Kerja, dan Strategi Penentuan Harga Jual Dengan Tingkat Pendapatan Pedagang Kaki Lima di Unit Pasar Cendrawasih Kecamatan Metro Raya Tahun 2000.Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Alfandi Widoyo. 2001. Metode Penelitian Geografi. Yogyakarta. Universitas Gajahmada Press

Arief Sukadi Sadiman dan Said Hutagaol. 1986. Metode dan Analisa Penelitian Mencari Hubungan (Terjemahan Dari Research Methods and Analysis Searching For Relationships Karya Michael H Wallzer and Paul L Weeir. Jakarta. Erlangga

Chris Manning dan Tadjuddin Noer Effendi. 1996. Urbanisasi, Pengangguran dan Sektor Informal di Kota.Jakarta. Yayasan Indonesia

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi Ketiga. Jakarta. Balai Pustaka

http//digilib.brawijaya.ac.id/virtual/mlg_warinteg. Diunduh pada tanggal 21 Agustus 2013

http//www.bakosurtanal.go.id. Diunduh pada tanggal 21 Agustus 2013

http://www.slideshare.net/nasronspd/geografi-desa-dan-kota. Diunduh pada tanggal 20 Oktober 2014

http://id.wikipedia.org/wiki/Lesehan. Diunduh pada tanggal 20 Oktober 2014 N. Daldjoeni. 1997.Pengantar Geografi. Bandung. Alumni

Nursid Sumaatmadja. 1988. Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan.Bandung. Alumni

Perda Kota Bandar Lampung. No 08. Tahun 2006

Rahma Hayati. 2008. Konstelasi dan Orde Kota Dalam Perencanaan Wilayah.. Semarang. Unnes Press


(51)

Raldi Hendro Koestoer dkk. 2001.Dimensi Keruangan Kota. Jakarta. Universitas Indonesia Press

Riwanto Tirtosudarmo. 1997. Dinamika Pendidikan dan Ketenagakerjaan Pemuda di Perkotaan Indonesia. Jakarta. Kerjasama PPT-LIPI dengan PT Gramedia

Suharsimi Arikunto. 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta. Rineka Citra

Suraharja. 2004. Karakteristik Sosial Ekonomi Pedagang Kaki Lima di Terminal Pakubanten Kelurahan Pancangan Kecamatan Cipocok Jaya Serang Banten.Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Surat Kabar Lampung Ekspres Hari Selasa 12 Desember 2006.

Yetty Sarjono. 2005. Pedagang Kaki Lima di Perkotaan. Surakarta. Muhammadiyah University Press


(1)

28

penelitiaan akan diteliti apakah pedagang lesehan memiliki rata pendapatan yang nantinya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Teknik ini digunakan untuk .untuk mengamati secaara sistematis dari objek peneltian tentang :

1) Fenomena-fenomena yang akan diteliti

2) Pengamatan langsung terhadap kondisi di lapangan 3) Lokasi pedagang lesehan

4) Aktivitas pedagang lesehan yang sedang berdagang.

2. Wawancara Terstrukur

Menurut Nusid Sumaatmadja (1988-106) menjelaaskan bahwa teknik wawaancara merupaka teknik pengumpulan data yang membantu dan melengkapi pengumpula data yang tidak diungkapkan oleh teknik observasi. Dalam peneltin ini teknik wawancara dilakukan secara langsung dengan para pedagang waruug lesehan di sepanjang Jalan Kartini. Teknik wawancara ini dilengkapi dengan kuesioner, dan hal-hal yang ditanyakan adalah untuk memperoleh data primer seperti yaitu modal, latar belakang pendidikan, peraturan daerah (perda), pekerjaan pokok, tenaga kerja, dan pendapatan pelaku usaha lesehan. Kuesioner ini ditujukan kepada pedagang lesehan di Jalan Kartini.


(2)

29

F. Teknik Analisi Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisa tabel bentuk persentase yang berdasarkan frekuensi sederhana. Tabel akan diinterpretasi dan dideskripsikan guna member arti terhadap data dan untuk membuat laporan penelitian (Arief Sukadi Sadirman dan Said Hutagaol, 1986:96). Langkah pertama dalam penyusunan distribusi persentase dengan cara membagi jumlah responden ke dalam masing-masing kategori variabel (F) dengan jumlah frekuensi (N) setelah pembagian dilakukan hasilnya dikalikan 100 untuk menghasilkan persentase dalam suatu distribusi sederhana total (t) dari persentase harus sama dengan 100%. Selanjutnya dari hasil penelitian dibuat suatu deskripsi yang sistematis sebagai hasil penelitian dan analisia persentase tersebut adalah sebagai berikut:

%

=

x

100

Keterangan: % = Presentase N = Jumlah Frekuensi F = Variabel


(3)

0

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang profil pedagang lesehan di jalan Kartini Kelurahan Palapa Kecamatan Tanjung Karang Pusat Tahun 2015 dapat disimpulkan bahwa:

1. Sebanyak 60 % atau 9 pedagang lesehan memiliki sumber modal usahanya berasal dari uang sendiri.

2. Sebanyak 46,67 % pedagang lesehan berlatar belakang pendidikan tamat SMU. 3. Sebagian besar pedagang lesehan, yaitu 86,66% atau 13 responden memiliki

surat izin berdagang.

4. Sebanyak 93,33% atau 14 pedagang lesehan berdagang sebagai pekerjaan pokok. 5. Sebanyak 66,67 % pedagang lesehan mempunyai tenaga kerja antara 2 - 3 orang. 6. Sebanyak 9 orang atau 60 % pedagang lesehan memperoleh pendapatan lebih

dari Rp 2.520.000, atau di atas rata-rata.

B. Saran


(4)

✁1

1. Memperbesar pendapatan dengan cara mengurangi biaya-biaya pengeluaran dan menambah jumlah atau hasil penjualan.

2. Mengambil tenaga kerja dari pihak keluarga sehingga bisa lebih menghemat dibandingkan mengambil tenaga kerja dari orang lain.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Antonius Asto Utomo. 2000. Hubungan Antara Jumlah Jam Kerja, Jumlah Modal Kerja, dan Strategi Penentuan Harga Jual Dengan Tingkat Pendapatan Pedagang Kaki Lima di Unit Pasar Cendrawasih Kecamatan Metro Raya Tahun 2000.Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Alfandi Widoyo. 2001. Metode Penelitian Geografi. Yogyakarta. Universitas Gajahmada Press

Arief Sukadi Sadiman dan Said Hutagaol. 1986. Metode dan Analisa Penelitian Mencari Hubungan (Terjemahan Dari Research Methods and Analysis Searching For Relationships Karya Michael H Wallzer and Paul L Weeir.

Jakarta. Erlangga

Chris Manning dan Tadjuddin Noer Effendi. 1996. Urbanisasi, Pengangguran dan Sektor Informal di Kota.Jakarta. Yayasan Indonesia

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi Ketiga. Jakarta. Balai Pustaka

http//digilib.brawijaya.ac.id/virtual/mlg_warinteg. Diunduh pada tanggal 21 Agustus 2013

http//www.bakosurtanal.go.id. Diunduh pada tanggal 21 Agustus 2013

http://www.slideshare.net/nasronspd/geografi-desa-dan-kota. Diunduh pada tanggal 20 Oktober 2014

http://id.wikipedia.org/wiki/Lesehan. Diunduh pada tanggal 20 Oktober 2014 N. Daldjoeni. 1997.Pengantar Geografi. Bandung. Alumni

Nursid Sumaatmadja. 1988. Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan.Bandung. Alumni

Perda Kota Bandar Lampung. No 08. Tahun 2006

Rahma Hayati. 2008. Konstelasi dan Orde Kota Dalam Perencanaan Wilayah.. Semarang. Unnes Press


(6)

Raldi Hendro Koestoer dkk. 2001.Dimensi Keruangan Kota. Jakarta. Universitas Indonesia Press

Riwanto Tirtosudarmo. 1997. Dinamika Pendidikan dan Ketenagakerjaan Pemuda di Perkotaan Indonesia. Jakarta. Kerjasama PPT-LIPI dengan PT Gramedia

Suharsimi Arikunto. 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta. Rineka Citra

Suraharja. 2004. Karakteristik Sosial Ekonomi Pedagang Kaki Lima di Terminal Pakubanten Kelurahan Pancangan Kecamatan Cipocok Jaya Serang Banten.Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Surat Kabar Lampung Ekspres Hari Selasa 12 Desember 2006.

Yetty Sarjono. 2005. Pedagang Kaki Lima di Perkotaan. Surakarta. Muhammadiyah University Press