PENGARUH KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI DALAM KELUARGA TERHADAP PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN REMAJA (STUDI PADA KELUARGA DI KELURAHAN GUNUNG AGUNG BANDAR LAMPUNG)

(1)

g,(ochammad

Qha[1q

9(oest2m

gqIS

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA SOSIOLOGI

Pada

Jurusan Sosiologi

Fakultas llmu Sosial dan llmu Politik

FAKULTAS

ILMU

SOSIAL DAN

ILMU

POLTTIK

.UNIVERSTTAS

LAMPUNG

BANDAR

LAMPUNG


(2)

ABSTRAK

PENGARUH KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI DALAM KELUARGA TERHADAP PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN REMAJA

(STUDI PADA KELUARGA DI KELURAHAN GUNUNG AGUNG BANDAR LAMPUNG) Oleh

Mochammad Chaliq Moeslym JHS

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk menjelaskan bagaimana pengaruh komunikasi antar pribadi dalam keluarga terhadap pembentukan kepribadian remaja dan serta memberikan penjelasan mengenai dampak yang ditimbulkan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Pada dasarnya, kepribadian seorang remeja dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor tersebut meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor lingkungan tempat tinggal. Keluarga merupakan sarana utama dan paling awal dalam pembentukan kepribadian seorang anak. Dalam hal ini, keluarga memegang peranan yang amat sangat penting. Perilaku orang tua dalam kesehari-harian menjadi contoh bagi anaknya. Keberhasilan pembentukan kepribadian anak yang baik sepenuhnya tergantung pendidikan yang diajarkan oleh orang tuanya. Perilaku anak sekarang, merupakan cerminan pendidikan yang telah diberikan orang tua..


(3)

ABSTRACT

EFFECT OF COMMUNICATION BETWEEN PRIVATE FAMILY ON THE FORMATION OF ADOLESCENT PERSONALITY

( STUDY ON THE FAMILY COURT IN GUNUNG AGUNG BANDAR LAMPUNG)

by

Mochammad Chaliq Moeslym JHS

This study was carried out aiming to explain how the effects of interpersonal communication in the family and adolescent personality formation and provide an explanation of the impact . In essence , the personality of a remeja influenced by many factors . These factors include : family factors , school factors , and environmental factors residence . The family is the primary means in the formation and earliest a child's personality . In this case , the family plays a very, very important . The behavior of parents in daily - life in an example for his son . The success of the child's personality formation depends entirely good education taught by his parents . Child's behavior now , is a reflection of the education given parents ..


(4)

Nama Mahasiswa

Nomor Pokok Mahasiswa

Jurusan Fakultas

PEIIBEIITUI(AN KEPBIBADIAN RDPIA.IA

$&cftsmmqd

Chstlol$Qestyn

SIIS

1016011016 Sosiologi

Ilmu Sosial dan

llmu Politik

IIIDFTTDTUJUI

l

Pembimbing

NrP 19690504 199403 2 002

Drs. Susetyo, ltI.S|.


(5)

1. Tim Pengqii

Ketua

: Dra. Anlta

Damal,antle,

ltl.n.

Penguji

Utama

:

Dra. Pamswati

Darll

Mllyan

2. Delqn Fakultas llmu Sosial dan llmu Politik

Iladlawan,

M.Si.

198605

I

OO2

Tanggal Lulus Ujian Skripsi :

29 Januarl20l,4


(6)

1.

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

Karya

tulis saya, skripsi

ini

adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (Sarjana

/Ahli

Madya),

baik di

Universitas Lampung maupun perguruan tinggi lainnya

Karya tulis ini mumi gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri. tanpa bihtuan

dari pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing.

Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau di

publikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

Pemyataan

ini

saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudan hari

terdapat penyimpangan dan ketidak benaran dalam pemyataan ini, maka saya

bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah di

peroleh karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan noma yang berlaku di Perguruan Tinggi ini

Bandar Lampung Februari 2014

Mochammad Chaliq Moeslym JHS

NPM 1016011016


(7)

Halaman GAMBARAN UMUM DAERAH LOKASI

1. Tabel.1 Distribusi Penduduk menurut Jenis Kelamin... 43

2. Tabel.2 Distribusi Penduduk menurut Kelompok Umur ... 44

3. Tabel.3 Distribusi Penduduk menurut Agama ... 45

4. Tabel.4 Distribusi Penduduk menurut Tingkat Pendidikan ... 45

5. Tabel.5 Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 46

6. Tabel.6 Identitas Responden Menurut Kelompok Umur ... 48

7. Tabel.7 Distribusi Penduduk menurut Jenis Kelamin... 49

8. Tabel.8 Remaja bebas menyampaikan pendapat dalam keluarga ... 50

9. Tabel.9 Remaja selalu diikutsertakan dalam menentukan aturan-aturan keluarga 51 10.Tabel.10 Keluarga melarang sesuatu disertakan dengan alasan yang jelas ... 52

11.Tabel.11 Penyesuaian diri dalam keluarga terhadap perubahan ... 53

12.Tabel.12 Komunikasi di dalam keluarga bersifat langsung dan jelas ... 54

13.Tabel.13 Aturan-aturan yang diterapkan oleh keluarga ... 55

14.Tabel.14 Kedekatan emosi antar anggota keluarga ... 56

15.Tabel.15 Keluarga sering melakukan kegiatan bersama-sama ... 57

16.Tabel.16 Keluarga memiliki sikap yang luwes terhadap hal-hal baru ... 58

17.Tabel.17 Keluarga memiliki banyak otonomi untuk mencapai tujuan pribadi 59 18.Tabel.18 Kepribadian yang emosional ... 60

19.Tabel.19 Periang dan penuh semangat... 61

20.Tabel.20 Orang yang lugu dan polos ... 62

21.Tabel.21 Orang yang penuh pemikiran ... 62

22.Tabel.22 Orang yang perasa terhadap orang lain... 63

23.Tabel.23 Orang yang idealis ... 64

24.Tabel.24 Orang yang dinamis dan aktif ... 65

25.Tabel.25 Orang yang berkemauan tegas dan kuat ... 66

26.Tabel.26 Orang yang emosional dalam bertindak ... 67

27.Tabel.27 Pemilik kepribadian yang rendah hati ... 68

28.Tabel.28 Pemilik sifat yang mudah bergaul dan santai ... 69


(8)

(9)

(10)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejak dahulu manusia memerlukan komunikasi, sebagai mahluk sosial di dalam mencapai dan memenuhi kebutuhan dan kepentingan sangat membutuhkan manusia lain, manusia satu memerlukan manusia lain atau kelompok lain, sehingga manusia baik perseorangan maupun sebagai anggota kelompok selalu berhubungan. Saling berhubungan ini bagi manusia merupakan proses komunikasi. Adapun bentuk komunikasi yaitu komunikasi verbal dan nonverbal, Komunikasi verbal merupakan komunikasi yang menggunakan lambang bahasa, yang mencakup bahasa lisan dan tulisan, sedangkan komunikasi non-verbal lebih mencakup gerak-gerik sikap, ekspresi muka pakaian yang bersifat simbolik.

Komunikasi baik dalam arti aktivitas simbolis, proses maupun pertukaran makna, selalu ada beberapa bentuk tindakan dan aktivitas manusia atau tampilan objek yang mewakili makna tertentu. Beberapa bentuk itu yakni komunikasi antar pribadi, kelompok kecil dan besar, organisasi, publik dan massa serta komunikasi antar dua orang, tiga orang, komunikasi dalam keluarga komunikasi wilayah atau komunikasi dalam daerah tertentu yakni bangsa dan Negara. Jelas bahwa komunikasi itu serba ada dan serba tempat artinya komunikasi itu ada di mana-mana (Liliweri, 2002 :6).


(11)

Keluarga atau rumah merupakan lingkungan sosial remaja yang pertama. Merupakan tempat pertama bagi seseorang untuk melakukan interaksi sosialnya. Menurut Hadianto (1986:18) suasana keluarga terutama komunikasi antar anggota keluarga mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan remaja.

Corak interaksi dalam suasana komunikasi antar pribadi dalam keluarga akan dapat mempengaruhi pembentukan kepribadian remaja, serta memberikan media bagi remaja untuk dapat berkembang secara wajar. Ada jutaan keluarga lain yang para anggota keluarganya terlihat rukun tetapi hanya karena menghindari pengungkapan perasaan yang terbuka dan apa adanya, maka para anggota keluarga tersebut tidak dapat benar-benar saling mengenal satu sama lain. Dengan demikian mereka tidak bisa mengalami keindahan dari keakraban dan "persatuan" yang berasal dari komunikasi yung terbuka, jujur, dan konstruktif.

Kemampuan remaja dalam mengontrol emosinya merupakan satu kemampuan yang terkandung dalam konsep kecerdasan emosi. Istilah kecerdasan emosi pertama kali dikemukakan oleh Howard Garner dengan nama kecerdasan pribadi, namun pada akhirnya diperkenalkan secara lebih luas kepada masyarakat umum dengan istilah kecerdasan emosi (Daniel Goleman, 2001:49). Kecerdasan emosi merupakan kapasitas untuk mengenali perasaan diri sendiri dan orang lain, memotivasi diri sendiri, mengelola emosi dalam diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain (Daniel Goleman, 2001:58).

Kehidupan keluarga merupakan sekolah pertama untuk mengetahui kepribadian remaja, dalam lingkungan yang akrab ini banyak pilihan-pilihan yang dimiliki untuk bereaksi, serta bagaimana membaca dan mengungkapkan harapan dan rasa


(12)

takut. Untuk mengetahui kepribadian remaja bukan hanya melalui hal-hal yang diucapkan dan dilakukan oleh orang tua secara langsung kepada anak, melainkan juga melalui contoh-contoh yang mereka berikan sewaktu menangani perasaan mereka sendiri atau perasaan yang biasa muncul antara suami dan istri (Daniel Goleman, 2001:268). Keluarga juga dapat membuat seorang anak melakukan interaksi sosial berdasarkan simpati, belajar memperhatikan keinginan-keinginan orang lain, belajar bekerja sama, bantu membantu, atau dengan kata lain seorang anak pertama kali belajar memegang peranan sebagai makhluk sosial yang memiliki norma-norma dan kecakapan-kecakapan tertentu dalam pergaulan dengan orang lain.

Karena itu sebelum ia mengenal norma-norma dan nilai-nilai dari masyarakat umum, pertama kali ia menyerap norma dan nilai yang dianut dalam keluarganya untuk dijadikan bagan dari kepribadiannya. Sehingga tidak mengherankan kalau ada pendapat bahwa segala sifat negatif yang ada pada anak yang kelak akan tumbuh menjadi remaja ini sebenarnya ada pula pada orang tuanya. Bukan semata-mata karena faktor keturunan atau sifat bawaan, akan tetapi terjadi karena proses pendidikan, proses sosilisasi, mengutip pendapat Sigmund Freud yang disebut “Proses Identifikasi". (Gerungan, 1998 : 132).

Oleh karena itu, peranan keluarga sangat penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan remaja (Malyono, l99l: 26). Menyatakan sebagai berikut:

"Keluarga merupakan wadah pembentukan pribadi anggota-anggota keluarganya terutama remaja yang sedang mengalami pertumbuhan fisik dan rohani, dengan demikian, kedudukan keluarga sangat fundamental dan mempunyai peranan vital bagi pendidikan seorang remaja. Lingkungan secara potensial dapat membentuk pribadi remaja atau seseorang untuk hidup lebih betanggung jawab".


(13)

Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang di dalamnya terdapat fungsi-fungsi penting seperti fungsi pendidikan atau sosialisasi fungsi kasih peneliting, fungsi Afeksi (sebagai tempat untuk mendapatkan dan mencurahkan kasih peneliting) dan sebagainya. Dan fungsi-fungsi keluarga tersebut hanya akan mencapai hasil yang semestinya apabila terjadi interaksi sosial di dalamnya. Interaksi sosial ini akan banyak mempengaruhi perkembangan individu-individu yang menjadi anggota keluarga dalam kehidupan sehari-hari. Dalam suatu interaksi sosial tidak akan terjadi tanpa adanya komunikasi. Sementara itu, pengertian komunikasi menurut Pratikno (1975: 70) adalah suatu usaha kegiatan manusia untuk menyarnpaikan apa yang menjadi pikiran dan perasaannya, harapannya dan pengalamanya kepada orang lain.

Sulit mengatakan sebuah keluarga berkualitas dengan hubungan diantara anggotanya amat renggang dan bahkan dapat pecah hanya kerena persoalan karier dan materi. Kondisi seperti ini bukan tanpa konsekuensi. Keluarga yang tadinya mempunyai fungsi sebagai tempat pemenuhan kebutuhan afeksi, kini terasa gersang. Di rumah, remaja tidak lagi mendapat ketentraman dan kasih peneliting dalam porsi yang seharusnya Interaksi antar anggota keluarga cenderung sangat minim, bahkan mereka sibuk dengan urusan dan kepentingan masing-masing. Situasi seperti ini tentu tidak menyenangkan bagi sang remaja, inilah sebabnya hingga remaja akhirnya lebih senang berada di luar rumah. Namun jika suasana komunikasi antaranggota keluarga berjalan dengan baik dan remaja mendapatkan kasih peneliting yang cukup dari kedua orang tua serta mengajarkan remaja sopan santun dalam berbicara dan terbuka jika menghadapi persoalan-persoalan yang


(14)

rumit kepada orang tua maka suara otomatis akan dapat mempengaruhi kepribadian remaja.

Menurut Haditono (1986:18) suasana keluarga terutama komunikasi antara anggota mempunyai penganrh besar terhadap perkembangan anak. Hal tersebut merupakan tantangan besar dalam komunikasi antar pribadi dalam keluarga. Semua aspek kepribadian remaja terbentuk melalui interaksi dari faktor-faktor yang ada disekitarnya. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah faktor keluarga khususnya suasana komunikasi antar anggota keluarga karena faktor inilah yang berperan pertama kali dalam mempengaruhi dan membentuk kepribadian remaja.

Masalah kepribadian remaja sering kali mencemaskan para orang tua juga pendidik, pejabat pemerintahan dan sebagainya dikarenakan remaja merupakan generasi penerus yang akan melanjutkan pembangunan yang sedang dilaksanakan. Maka dengan demikian pengaruh komunikasi keluarga sangatlah menentukan kepribadian remaja keluarga seharusnya mengawasi sikap anak remajanya.

Menurut Andi Mappiare (1982:27) membagi remaja kedalam bentuk, Remaja awal dan Remaja akhir. Remaja awal berada dalam usia 12 tahun atau rentangan usia 13 tahun-17 tahun atau 18 tahun remaja akhir berada dalam rentangan usia 18 tahun-21 tahun atau 22 tahun.

Sedangkan menurut Soekanto (l987: 16), dari sudut umur sulit untuk menentukan secara pasti siapa yang dianggap remaja. Akan tetapi lazimnya masyarakat berpendapat bahwa ada golongan remaja muda (Gadis berusia l3 tahun-l7 tahun dan laki-laki berusia l4-l7 tahun) dan golongan lanjut bagi remaja yang menginjak usia 17-21 tahun.


(15)

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat dinyatakan bahwa remaja merupakan. massa peralihan dari anak-anak menuju dewasa dimana berada diantara usia 12 hingga 2l tahun dan belum menikah serta sikap mereka masih dipengaruhi oleh tingkat fisikologi dan emosionalitas yang belum matang.

Pengaruh komunikasi keluarga yang terjadi di dalam penelitian ini adalah komunikasi yang terjalin antara remaja dengan anggota-anggota keluarganya yang dimana merupakan keluarga yang terdiri dari bapak, ibu, ssrta anak-anaknya bagaiman komunikasi keluarga tersebut berjalan dan bagaimana peranannya dalam membentuk kepribadian remaja pada saat mereka bersosialisasi dengan teman sebaya dan terhadap masyarakat sekitar lingkungannya. (Sarlito, 2002:32).

Berdasarkan hasil pra riset yang dilakukan, pereliti memilih kelurahan Gunung Agung, RT 02, RW 02 Kecamatan Langkapura Bandar Lampung dikarenakan: l. Peneliti merupakan penduduk asli daerah ini, lahir dan besar disini, hal ini memudahkan peneliti dalam berbaur dalam masyarakat dan remaja di lingkungan ini, sehingga peneliti dapat dengan mudah mendapatkan informasi yang peneliti inginkan dalam proses penelitian ini.

2. Karena Banyaknya remaja yang labil dan memliki kepribadian yang buruk dikarenakan krangnya perhatian dari orang tua dalam berkomunikasi dalam keluarga.

3. Masyarakat Kelurahan Gunung Agung, RT 02, RW 02 Kecamatan Langkapura, Bandar Lampung masih kurang mengerti pentingnya pengaruh komunikasi keluarga terhadap perkembangan kepribadian remaja.


(16)

Maka berdasarkan latar belakang dan fenomena di atas penulis tertarik untuk meneliti permasalahan tersebut, serta dapat melihat Pengaruh komunikasi antar pribadi dalam keluarga. dengan pembentukan kepribadian remaja khususnya remaja yang tinggal di kelurahan Gunung Agung, RT 02, RW 02 Kecamatan Langkapura, Bandar Lampung. Remaja yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah remaja yang berada dalam keluarga kecil yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak

yang tinggal di kelurahan Gunung Agung, RT 02, RW 02 Kecamatan Langkapura, Bandar Lampung dengan pertimbangan umur remaja yang berusia antara 12-21 tahun dimana usia-usia inilah yang masih rentan dan dikarenakan usia-usia itu masih ingin mencari jati dirinya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan berbagai uraian di atas, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan permasalahaonya adalah : Seberapa Besar Pengaruh Komunikasi Antar Pribadi Dalam Keluarga Dengan Pembentukan Kepribadian Remaja.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh komunikasi antar pribadi dalam keluarga dengan pembentukan kepribadian remaja.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan memperkaya khasanah ilmu komunikasi yang ditiru


(17)

dari segi Komunikasi Antar Pribadi, khususnya Pengaruh komunikasi antar pribadi dalam keluarga dengan pembentukan kepribadian remaja

2. Secara praktis dapat menambah pengetahuan kepada keluarga agar lebih memahami Pengaruh Komunikas antar pribadi dalam keluarga dengan pembentukan kepribadian remaja.


(18)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Komunikasi Antar Pribadi

Berkomunikasi antar pribadi merupakan keharusan bagi manusia. Manusia membutuhkan dan senantiasa berusaha membuka serta menjalin komunikasi atau hubungan dengan sesamanya. Selain itu adanya sejumlah kebutuhan dalam diri manusia yang hanya dapat dipuaskan lewat komunikasi dengan sesamanya.

Secara umum komunikasi antar pribadi dapat diartikan sebagai suatu proses pertukaran antara orang-orang yang saling berkomunikasi. Pengertian proses mengacu pada perubahan dan tindakan ( Action ) yang berlangsung secara terus menerus. Komunikasi antar pribadi juga merupakan suatu pertukaran, yaitu tindakan menyampaikan dan menerima pesan secara timbal balik, sedangkan makna yaitu sesuatu yang dipertukarkan dalam proses tersebut adalah kesamaan pemahaman diantara orang-orang yang berkomunikasi terhadap pesan-pesan yang digunakan dalam proses komunikasi.

Komunikasi antar pribadi didefinisikan oleh Joseph A. Devito dalam bukunya "The lnterpersonal Communication Book" yang dikutip oleh Onong Uchjana. E, dalam bukunya “Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi" (2000, 59) sebagai: “The process of sending and receiving massage between two persons, or the small


(19)

group or persons, with some effect and some immediate feeback" (Devito, 1939:4).

Definisi tersebut dapat diartikan bahwa komunikasi antar pribadi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau diantara kelompok kecil orang-orang dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika. Selanjutnya Dedy Mulyana mendefinisikan komunikasi antar pribadi sebagai berikut:

"Komuniksai antar orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal

maupun non verbal”. (200l; 73).

Dari kedua definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi antar pribadi bisa berlangsung antara dua orang memang yang sedang bercakap-cakap, dan pentingnya situasi komunikasi antar pribadi adalah karena prosesnya memungkinkan berlangsung secara dialogis.

1. Peranan Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi antar pribadi sangat penting bagi kebahagiaan hidup kita Johnson (1981) menunjukkan beberapa peranan yang disumbangkan oleh komunikasi antar pribadi dalam rangka menciptakan kebahagiaan hidup manusia seperti yang dikutip oleh A. Supratiknya dalam bukunya "Komunikasi Antar Pribadi”, (1995;9) yaitu:

a . Pertama komunikasi antar pribadi membantu perkembangan intelektual dan sosial kita. Perkembangan kita sejak masa bayi sampai masa dewasa mengikuti pola semakin meluasnya ketergantungan kita pada orang lain.


(20)

Diawali dengan ketergantungan atau komunikasi yang intensif dengan ibu pada masa bayi. Lingkaran ketergantungan atau komunikasi itu meniadi semakin luas dengan bertarnbahnya usia kita. Bersamaan proses itu, perkembangan intelektual dan sosial kita sangat ditenttrkan oleh kualitas komunikasi kita dengan orang lain.

b. Kedua, identitas atau jati diri kita terbentuk dalam dan lewat komunikasi dengan orang lain, secara sadar maupun tidak sadar kita mengamati, memperhatikan dan mencatat dalam hati semua tanggapan yang diberikan oleh orang lain tentang diri kita. Berkat pertolongan komunikasi dengan orang lain kita dapat menemukan diri, yaitu mengetahui siapa diri kita sebenarnya.

c. Ketiga dalam rangka memahami realitas disekeliling kita serta menguji kebenaran kesan-kesan dan pengertian yang kita miliki tentang dunia disekitar kita, kita perlu membandingkannya dengan kesan-kesan dan pengertian orang lain tentang realitas yang sama. Tentu saja pembandingan sosial (social comparison) semacam itu hanya dapat kita lakukan lewat komunikasi dengan orang lain

d. Keempat kesehatan mental kita sebagian besar juga ditentukan oleh kualitas komunikasi atau hubungan kita dengan orang lain, lebih-lebih orang-orang yang merupakan tokoh-tokoh signifikan (significant figures) dalam hidup kita.

Agar merasa berharga, kita membutuhkan konfirmasi dari orang lain, yakni pengakuan berupa tanggepan dari orang lain yang menunjukan bahwa diri kita normal, sehat dan berharga lawan dari konfirmasi adalah dikonfirmasi, yakni


(21)

penolakan dari orang lain berupa tanggapan yang menunjukkan bahwa diri kita abnorrnal, tidak sehat dan tidak berharga. Semuanya hanya kita peroleh lewat komunikasi dengan orang lain.

B. Komunikasi Keluarga

Menurut St. Vembriarto (1989: 36), pengertian keluarga adalah

"Kelompok sosial kecil yang umunnya terdiri dari ayah, ibu dan anak. Hubungan sosial diantara keluarga relative tetap karena didasarkan atas ikatan darah, perkawinan atau adopsi. Hubungan antara anggota keluarga dijiwai oleh suasana afeksi dan rasa tanggung jawab.

Lebih lanjut oleh Aristoteles dinyatakan bahwa :

“Keluarga merupakan inti dari masyaraka! keluarga merupakan bagian dari masyarakat dan ada hubungan timbal balik antara keluarga dan masyarakat, jika keadaan keluarga tidak stabil maka masyarakat itu pula tidak stabil, demikian pula jika masyarakat mengalami kesukaran berarti keluarga pun mengalami kesukaran" (Dalam Soejito, 1986 : 5 4).

Keluarga merupakan kelompok sosial terkecil yang sangat besar pengaruhnya terhadap proses sosialisasi remaja Dalam Keluarga seorang anak pertama kali mengenal lingkungannya dan suatu kehidupan diluar dirinya. Adanya interaksi antara anggota keluarga yang satu dengan yang lain menyebabkan seorang anak menyadari akan dirinya, bahwa seorang individu harus memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Keluarga sebagai kesatuan yang sosial yang terkecil dalam masyarakat mempunyai fungsi antara lain :

1. Merupakan pusat kelompok individual dimana di dalamnya terdapat kesatuan yang intim dalam derajat yang tinggi.

2. Untuk melanjutkan keturunan.


(22)

4. Sebagai unit ekonomi terutama dalam pemenuhan kebutuhan Pangan,sandang dan papan.

5. Menetapkan status, artinya dijadikan dasar untuk menetapkan atau menentukan status yang turun temurun. (Soeleman, 1986:67).

Keluarga terbagi meqiadi 2 macam yaitu:

1. Keluarga Batih atau Inti (Nuclear Family), yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak yang lahir dari pemikahan keduanya dan yang belum berkeluarga (Termasuk anak tiri dan anak angkat jika ada).

2. Keuarga Luas atau Keluarga Besar (Exstended Family), yang keangotaannya tidak hanya meliputi suami, istri, dan anak-anak yang belum menikah ataupun berkeluarga tetapi juga termasuk kerabat lain yang biasanya tinggal dalam sebuah rumah tangga bersama seperti mertua (Orang tua, suami/istri), adih kakak ipar dan lain-lain atau bahkan pembantu RT atau orang lain tinggal menumpang.

Berdasarkan pengertian di atas, maka jelaslah bahwa di dalam suatu keluarga terdapat beberapa anggota keluarga yang terdiri dari suami/ayah, seorang istri/ibu dan anak-anak yang merupakan buah kasih peneliting mereka. Kehidupan dalam keluarga ini ditandai dengan adanya ikatan batih yang kuat, hubungan yang erat dan merupakan kesatuan yang terkecil dalam masyarakat dan merupakan keluarga batih.

Dengan demikian keluarga batih mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut:

1. Unit terkecil dalam masyarakat yang mengatur hubungan seksual yang seyogya nya.


(23)

2. Wadah tempat berlangsungnya sosialisasi, yakni proses dimana anggota-anggota masyarakat yang baru mendapatkan pendidikan untuk mengenal, memahami, mentaati dan menghargai kaidah-kaidah serta nilai-nilai yang berlaku.

3. Unit terkecil dalam masyarakat yang memenuhi kebutuhan ekonomis.

4. Unit terkecil dalam masyarakat tempat anggota-anggotanya mendapat perlindungan bagi ketentraman jiwanya.

Adapun pendapat tentang 7 fungsi dasar keluarga, yaitu :

1. Fungsi Afeksi, sebagai tempat untuk mendapatkan dan mencurahkan kasih peneliting.

2. Fungsi Sosialisasi, Menjadikan keluarga sebagi tempat berinteraksi pertama kali.

3. Fungsi Pendidikan, Melalui keluarga seorang individual akan mendapatkan pengetahuan tentang benar dan salah, boleh dan tidak boleh dengan segala konsekuensinya.

4. Fungsi Rekreasi, Melalui keluarga seorang individu mengharapkan tempat untuk mendapatkan kesenangan, membantunya menyelesaikan masalah atau sekedar melepaskan kelelahan.

5. Fungsi Proteksi, Keluarga juga berfungsi untuk memberikan perlindungan baik secara fisik maupun mental.

6. Fungsi Ekonomi, Merupakan fungsi dominan, dimana keluarga dapat memenuhi kebutuhan hidup seorang individu.

7. Fungsi Biologik, Keluarga merupakan salah satu wadah untuk merumuskan keturunan. (ST. Vembriarto, 1993 : 36-38).


(24)

Dengan demikian betapa pentingnya peran komunikasi keluarga khususnya orang tua sebagai tokoh tauladan bagi anak terutama anak yang menginjak usai remaja dimana pencarian jati diri mereka tengah terjadi. Komunikasi dalam keluarga juga memungkinkan keluarga menjadi sebuah lingkungan yang kondusif yang memberikan kebebasan untuk mengungkapkan diri, pikiran dan perasaan tanpa takut dicela ditertawakan atau dihukum. Dengan itu dapat dinyatakan, keluarga yang baik adalah keluarga yang bisa mendorong dan memahami perkembangan remaja dan memberikan andil yang positif bagi pembentukkan sikap di kalangan remaja. Dikarenakan apabila remaja merasa kurang diterima kelgarganya maka ia akan mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan dunia luar bahkan mungkin hingga ia tumbuh dewasa akan sulit untuk berinteraksi dengan kalangannya.

Berdasarkan uraian di atas, maka komunikasi dalam keluarga mempunyai peranan sangat penting terhadap anggota-anggotanya antara lain:

1. Mengembangkan kreatifitas berfikir dan imajinasi, memahami dan mengendarilmn diri serta meningkatkan kematangan berfikir sebelum mengambil kesimpulan.

2. Meningkatkan hubungan insani (Human Relation), menghindari dan mengatasi konflik-konflik pribadi, mengurangi ketidakpastian sesuatu, serta berbagai pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain.

Sosialisasi, Penyedian sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif sehingga ia sadar akan firngsi sosialnya dan dapat aktif dalam masyrakat (Hafeid, 1998: 61-68). Pada


(25)

masing-masing keluarga terdapat sistem komunikasi yang berbeda, yakni Komunikasi Terbuka dan Komunikasi Tertutup.

1. Komunikasi Terbuka

Dalam persepsi suasana komunikasi terbuka dapar dilihat pada sistem keluarga terbuka. Sebuah sistem yang terbuka adalah sistem dimana bagian-bagian saling berhubungan, responsive dan sensitive, terhadap satu sama lain, dan memungkinkan informasi mengalir antara lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Dimana aturan-aturan yang berlaku di dalam keluarga lebih fleksibel dan remaja diberikan kebebasan untuk mengeluarkan pendapat. Bagi Satir, keluarga yang terganggu adalah keluarga tertutup; keluarga-keluarga yang memelihara adalah keluarga-keluarga-keluarga-keluarga terbuka. Dalam suatu sistem tertutup, komunikasi tidak langsung, tidak jelas, tidak spesifik, tidak sebangun, mengganggu pertumbuhan "aturan-aturan tertutup dan usang, dan orang-orang menyesuaikan kebutuhan-kebutuhan mereka dengan aturan-aturan. Sementara dalam sistem yang terbuka komunikasi langsung, spesifik, sebangun, dan mendorong pertumbuhan aturan-aturan terbuka dan baru", berubah bila kebutuhan muncul.

Keluarga-keluarga bahagia serupa, namun setiap keluarga yang tidak bahagia adalah tidak bahagia dengan caranya masing-masing, narnun setiap keluarga memiliki keunikan, dengan sejarahnya sendiri, nilai-nilai, dan norma-nolma perilakunya sendiri. Sebagai keluarga yang mempunyai perangkat nilai dan pengharapan bagi anggota-anggotanya, keluarga juga memiliki pengharapan- pengharapan atas komunikasi. Dimana ada saat-saat yang layak untuk


(26)

membicarakan topik-topik tertentu, isu-isu yang tidak pernah diangkat, anggota-anggota yang harus didekati atau tidak didekati. Dengan kata lain keluarga memiliki pedoman menganai aturan-aturan komunikasi yang dapat dipahami.

Dalam sebuah keluarga misalnya percakapan pada saat makan malam mungkin dikhususkan mengenai topik-topik hangat seperti berita dan film. Problem-problem yang serius dan kemungkinan-kemungkinan perubahan dibicarakan agak malam dan hanya dengan ayah atau ibu. Atau mungkin mempunyai suatu aturan untuk tidak pernah memotong pembicaraan ayah ketika ia berbicara, meskipun ia menceritakan sesuatu yang telah diketahui. Aturan-aturan ini kadang-kadang harus diperbaharui (Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss,1996:216).

2. Komunikasi Tertutup

Dalam suatu sistem tertutup bagian-bagian secara kaku dihubungkan ataudiputuskan sekaligus. Dimana infomasi tidak mengalir antara bagian-bagian atau dari luar ke dalam atau dalam ke luar. Ketika bagian-bagian itu bekerja informasi bocor ke dalam dan ke luar tapi tanpa arah. Dimana aturan-atruan yang berlaku didalam keluarga sangat kaku dan remaja tidak diberikan kebebasan untuk mengeluarkan pendapat.

C. Penjelasan Tentang Kepribadian

Dalam psikoanalisis dikenal proyeksi, sebagai salah satu cara pertahanan ego, Proyeksi adalah mengeksternalisasikan pengalaman subjekrif secara tidak sadar. Orang melempar kesalahan pada orang lain, maling teriak malik adalah contoh tipikal dari proyeksi. Pada persepsi interpersonal, orang mengenakan pada orang lain sifat-sifat yang ada pada dirinya yang tidak disenangnya. Sudah jelas, orang


(27)

yang banyak melakukan proyeksi akan tidak cermat menanggai persoalan stimuli, bahkan mengaburkan gambaran sebenarnya. Sebaliknya, orang yang menerima dirinya apa adanya orang yang tidak dibebani perasaan bersalah, cenderung menafsirkan orang lain lebih cermat (Norman, 1953; Omwake, 1954; Baker dan Block, 1957). Begitu pula, orang yang tenang, mudah bergaul dan ramah cenderung memberikan penilaian positif pada orang lain. Ini disebut leniency effect (Boston dan Maslow, 1957).

Pada tahun 1950-an sekelompok peneliti di universitas California di Barkeley melakukan penelitian intensif tentang kepribadian otoriter atau authoritarian personality (Adomo, Frenkel-Brunswile, Levinson, dan Sanford. 1950). Kepribadian otoriter adalah sindrom kepribadian yang ditandai oleh ketegaran berpegangan pada nilai-nilai konvensional, hasrat berkuasa yang tinggi, kekakuan dalam hubungan interpersonal, kecendrungan melemparkan tanggung jawab pada sesuatu di luar dirinya, dan memproyeksikan sebab-sebab dai peristiwa yang tidak menyenangkan pada kekuatan di luar dirinya Theodor Newcomb (1961) membuktikan dengan penelitiannya bahwa orang-orang non-otoriter cenderung lebih cermat menilai orang lain, lebih mampu melihat nuansa dalam perilaku orang lain; sebaliknya orang-orang otoriter cenderung memproyeksikan kelemahan dirinya kepada orang lain, dan menilai orang lain dalam kategori-kategori yang sempit (hitam-putih, jelek-baik, ekstrem-tidak ekstrem, pancasilais- tidak pancasilais). Persepsi interpersonal menjadi lebih sulit lagi, karena persona stimuli bukanlah benda mati yang tidak sadar. Manuasia secara sadar berusaha memmpilkan dirinya kepada orang lain sebaik mungkin. Inilah yang disebut Erving Goffinan sebagai self-presentation (penyajian diri).


(28)

Menurut Roucek dan Waren sosiolog Amerika ada tiga faktor yang mempengaruhi pembentukan kepribadian seorang individu' yaitu :

1. Faktor biologis/fisik adalah suatu faktor yang timbul secara lahiriah di dalam diri seorang individu. Contoh, seseorzmg. yang dilahirkan dengan cacat fisik atau penampilannya kurang ideal, pasti ia akan menjadi pemalu, sukar bargaul, dan sifat minder lainnya.

2. Faktor psikologi/kejiwaan, adalah suatu faktor yang membentuk suatu kepribadian yang ditunjang dari berbagai watak, seperti : pemarah, pemalu, agresif, dan lain-lain. Contoh, temperamen pemarah jika dipaksa atau didesak untuk melakukan sesuatu yang tidak ia sukai, maka akan memuncak amarahnya.

3. Faktor sosiologi/lingkungan, adalah suatu faklor yang membentuk kepribadian seorang individu sesuai dengan kenyataan yang nampak pada kehidupan kelompok atau lingkungan masyarakat sekitarnya tempat ia berpijak, contoh seseorang yang lahir di lingkungan yang penuh solidaritas, pasti orang tersebut akan mempunyai kepribadian solider atau sikap pengertian terhadap sesama.

Menurut Florence Littauer (1992), dipetik dari bukunya yang berjudul Personality Plus. Setiap orang memiliki kepribadian yang susunan komponennya berbeda dengan orang lain. Karena itu setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda dengan orang lain. Namun demikian untuk memudahkan kepribadian itu dapat dikelompokkan menjadi empat jenis, yaitu:

1. Sanguinis itu bersifat spontan, lincah, periang, optimistik, ekstrovert, tetapi sukapamer dan suka memerintah.


(29)

2. Melankolis bersifat penuh pemikiran, setia, tekun, analitis, tetapi pesimistik dan introvert.

3. Koleris bersifat suka berpetualang, persuasif dan percaya diri, keras kepala dan kurang simpatik.

4. Phlegmatis bersifat ramah, sabar, puas, dan diplomatis, tetapi kurang bersemangat dan pemurung.

D. Pengertian Remaja

Definisi remaja bagi masyarakat Indonesia ternyata relatif sulit dikarenakan Indonesia terdiri dari berbagai macarn suku, adat istiadat serta tingkah laku sosial ekonomi maupun fisik. Sarlito Wirawan Sarwono menggunakan batasan usia l l - 24 tahun dan belum menikah untuk remaja lndonesia dengan pertimbangan sebagai berikut :

1. Usia 11 tahun adalah usia dimana tada-tanda seksual sekunder mulai nampak (Kriteria fisik).

2. Dibanyak masyarakat Indonesia, usia 11 tahun adalah usia dimana sudah diangap akil baligh, baik menurut adat maupun agama, sehingga masyarakat tidak lagi memperlakukan mereka sebagai anak-anak (Kriteria Sosial).

3. Pada usia tersebut mulai ada tanda-tanda penyempurnaan perkembangan jiwa seperti tercapainya identitas diri (Ego identity, menurut ertikson), tercapainya fase genital dari perkembangan fisikoseksual (menurut Frued) dan tecapainya puncak perkembangan kognitif maupun moral.

4. Batasan usia 24 tahun merupakan batasan usia maksimal, yaitu untuk memberi peluang bagi mereka yang mencapai batasan usia tersebut masih


(30)

menggantungkan kepada orang tua belum mempunyai hak penuh sebagai orang dewasa (secara tradisi/adat), belum bisa memberikan pendapat sendiri dan sebagainya, dengan kata lain orang-orang yang sama batasan usia 24 tahun belum dapat memenuhi persyaratan kedewasaan secara sosial maupun fisikologi masih dapat digolongkan sebagi remaja. Golongan ini banyak terdapat di Indonesia terutama dikalangan masyarakat menegah ke atas yang mempersyaratkan berbagai hal (Pendidiakan setingi-tingginya) untuk mencapai kedewasaan sebelum usia tersebut.

5. Dalam definisi di atas, status perkawinan sangat menentukan karena arti perkawinan masih sangat penting di masyarakat kita secara menyeluruh, karena seseorang yang telah menikah pada usia beberapa pun dianggap dan diperlukan sebagai orang dewasa penuh, baik secara hukum maupun dalam kehidupan bermasyarakat dan keluarga. Karenanya definisi remaja disini dibatasi khusu yang belum menikah (Sarlito, 1989: 14-15).

Remaja adalah suatu tingkatan umur, dimana anak-anak tidak dapat disebut lagi anak-anak tetapi mereka belum dapat dikatakan dewasa, dan usia apabila ada diantara 14 tahun dan belum menikah. (Kartono, 1982: 181).

Sedangkan Andi Mappiare (1982:27) membagi remaja kedalam bentuk, Remaja awal dan Remaja akhir. Remaja awal berada dalam usia 12 atau 13 tahun – 17 atau 18 tahun remaja akhir berada dalam rentangan usia 17 atau 18-21 atau22 tahun.

Menurut Soekanto (l987: 16), dari sudut umur sulit untuk menentukan secara pasti siapa yang diangap remaja. Akan tetapi lazimnya masyarakat berpendapat bahwa


(31)

ada golongan remaja muda (Gadis berusia 13 tahun-I7 tahun dan laki-laki berusia l-17 tahun) dan agolongan lanjut bagi remaja yang menginjak usia 17-21tahun.

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat dinyatakan bahwa remaja merupakan massa peralihan dari anak-anak menuju dewasa dimana berada diantara usia 13 hingga 21 tahun dan belum menikah serta perilaku mereka masih dipengaruhi oleh tingkat fisikologi dan emosionalitas yang belum stabil.

1. Ciri-Ciri Remaja

Untuk Mengenal lebih jauh mengenai remaja maka perlu dikemukakan mengenai ciri-ciri seseorang sehingga ia disebut sebagai remaja Menurut Soekanto (1987: 23). Ciri-Ciri remaja apabila dilihat dari sudut kepribadian adalah sebagai berikut: a. Perkembangan fisik yang pesat sehingga ciri-ciri fisik sebagai laki-laki atau

wanita tampak semakin tegas, hal mana secara efektif ditonjolkan oleh para remaja, sehingga perhatian terhadap jenis kelamin lain semakin meningkat. oleh remaja perkembangan fisik yang baik dianggap sebagai salah satu kebanggan.

b. Munculnya keinginan yang kuat untuk mengadakan interaksi social dengan kalangan yang lebih dewasa atau dianggap lebih matang kepribadiannya. Kadang-kadang diharapkan bahwa interaksi sosial itu mengakibatkan masyrakat menganggap remaja sudah dewasa.

c. Keinginan yang kuat untuk mendapatkan kepercayaan dari kalangan dewasa walaupun mengenai masalah tanggung jawab secara relatif belum matang.


(32)

d. Mulai memikirkan kehidupan secara mandiri, baik secara sosial, ekonomi maupun politisi, dengan mengutamakan kebebasan dari pengawasan yang terlalu ketat oleh orang tua atau sekolah.

e. Adanya perkembangan taraf intelektualitas (dalam Arti netral) untuk mendapatkan identitas.

Seseorang remaja berada pada batasan peralihan kehidupan anak dan dewasa. Tubuhnya kelihatan sudah dewasa akan tetapi bila diperlukan seperti orang dewasa ia gagal menunjukkan kedewasaan itu. Pengalaman mengenai alam dewasa masih belum banyak.

Mengenai ciri-ciri remaja menunrt Ny. Singgih, (1984: 82), menyebutkan sebagai berikut. Pada diri remaja sering terlihat adanya :

a. Kegelisahan keadaan yang tidak tenang menguasai diri si remaja mereka mempunyai banyak keinginan yang tidak selalu dapat dipenuhi.

b. Pertentangan, pertentangan-pertentangan yang terjadi pada diri mereka menimbulkan kebingungan baik paaa diri remaja maupun orang lain. Pada umumnya timbul perselisihan pendapat dan pertentangan pandangaa antara si remaja dan orang tua, sehingga menyebabkan timbulnya keinginan yang hebat untuk melepaskan diri dari orang tua.

c. Berkeinginan besar mencoba segala hal yang belum diketahuinya, mereka ingin mengetahui macam-macam hal melalui usaha-usaha yang dilakukan dalam berbagai bidang.


(33)

e. Berkeinginan mencoba sering pula diarahkan pada diri sendiri maupun orang lain.

f. Menghayal dan berfantasi. Banyak faktor yang menghalangi penyaluran keinginan bereksplorasi dari bereksperimen pada remaja terhadap lingkungan. Sehingga jalan keluar diambil dengan berkhayal dan berfantasi.

g. Aktivitas berkelompok. "Keinginan berkelompok ini tumbuh sedemikian besarnya dan dapat dikatakan merupakan ciri umum massa remaja. Sedangkan ciri-ciri remaja awal yaitu usia l2/13 sarnpai 17/18 tahun adalah sebagai berikut :

1. Ketidakstabilan terhadap emosi dan perasaan.

2. Hal sikap dan moral, terutama menonjol menjelang akhir remaja awal (15-17 tahun). Yaitu dorongan-dorongan seks yang telah matang menyebabkan remaja mendekati lawan seks.

3. Hal kecerdasan dan kemampuan mental yang mulai sempurna. 4. Hal status remaja awal sangat sulit ditentukan.

5. Massa remaja awal banyak masalah yang dihadapinya

6. Massa remaja awal adalah massa kritis. Ny. Singgih, (1984: 89)

Sementara ciri-ciri remaja akhir yaitu usia l7/18 tahun sampai 2l/22 tahun sebagai berikut:

a. Stabilitas mulai timbul dan meningkat

b. Citra diri dan sikap pandangan yang lebih realitas c. Menghadapi masalahnya secara lebih matang


(34)

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas maka dapat dinyatakan bahwa ciri-ciri remaja atau tand-tanda remaja secara umum adalah : adanya perkembangan fisik yang pesat keinginan untuk mencoba dalam segala hal yang belum diketahuinya. Ketidakstabilan dalam hal perasaan dan emosi, perkembangan taraf intelektualitas untuk mendapatkan identitas diri seta adanya keinginan yang besar untuk hidup dan beraktifitas secara berkelompok.

2. Sikap Remaja

Semua individu dalam beperilaku pada dasarnya dimotivasi oleh dua kebutuhan yang saling berkaitan satu sama lain, sebagai perwujudan dari adanya tuntutan-tuntutan dalam hidup bersama kelompok sosial sekitarnya. Dua kebutuhan yang dimaksud di atas adalah :

a. Kebutuhan diterima oleh kelompok atau orang-orang lain sekitarnya.

b. Kebutuhan menghindari penolakan kelompok atau orang lain. (Mappiere, 1982:30).

Menurut palmer dalam Mappiere, ada 5 pola sikap remaja, yaitu:

a. Sikap Remaja yang dirahkan untuk mendapatkan pemuasan terhadap ekebutuhan agar dapat diterima oleh orang lain. Tingkah laku ini dilakukan dengan tujuan agar dapat diterima dalam interaksi sosial, interaksi masa lalu memberikan pengalaman bahwa diterima orang lain merupakan keadaan yang mendatangkan kepuasan. Pengalaman yang mendatangkan kepuasaan ini cenderung diulang sehingga menjadi pola perilaku.

b. Sikap remaja yang terarah untuk mendapatkan pemuasan dalam pemenuhan kedudukan kebutuhan agar mendapatkan penerimaan dan terhindar penolakan dari orang lain. Sikap ini terjadi karena individu yang gagal dalam interaksi


(35)

sosialnya merasa ditolak oleh orang lain. Namun didalam pikirannya ia tidak menerima kenyataan bahwa dirinya ditolak oleh orang lain, sehingga lahirlah perilaku untuk memenuhi kebutuhan diterima dan untuk menghilangkan perasaan gagal untuk mendapatkan penghargaan.

c. Sikap Remaja yang terarah untuk mendapatkan pemenuhan kebutuhan menghindari penolakan orang lain. Sikap ini dilakukankan karena dorongan seseorang individu berdasarkan pengalaman interaksi sosialnya dimassa lalu penuh dengan frustasi, membuat kecewa, sedih, putus asa. Hal ini mungkin disebabkan oleh pendidikan oraug tua yang acuh tak acuh, saudara yang mengabaikan atau keadaan individu tersebut sehingga tidak dihargai dikelompoknya. Akibatnya, perasaan ditolak tersebut sangat menonjuolkan dalam dirinya, sikap ini yang akan meghindarkan dirinya dari perasaan ditolak oleh orang lain.

d. Sikap Remaja yang terarah untuk memperoleh kepuasan atas kebutuhan agresif yang bersamaan dengan kebutuhan penerimaan serta menghindari penolakan dari orang lain.

e. Sikap Remaja yang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan agresif semata-mata. Sikap ini adalah sebagai reaksi individu dari menutup diri terhadap kebutuhan diterima orang lain dan kebutuhan menghindari penolakan orang lain, yang hanyalah sikap agresif karena frustasi yang amat sangat akibat kegagalan mendapatkan penerimann orang lain.


(36)

3. Tahap Perkembangan Remaja

Perkembangan pada hakekatnya adalah usaha penyesuain diri (Copying) yaitu untuk secara aktif mengatasi masalah atau mencari jalan keluar dari kesulitan. Dalam proses penyesuain diri menuju kedewasaan, ada tiga tahap perkembangan remaja.

a. Remaja Awal (Early Adoscence)

Seseorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran akan perubahan-perubahan yang terjadi di dalam dirinya sendiri dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan itu. Mereka mengembangkan fikiran-fikiran baru dan cepat tertarik pada lawan jenis serta mudah terangsang secara erotis. Kepekaan yang berlebih-lebihan ini ditambah dengan berkurangnya kendari terhadap ego yang menyebabkan remaja pada tahap ini sulit mengerti dan dimengerti orang dewasa.

b. Remaja Madya (Middle addlescence)

Pada tahap ini, Remaja angat membutuhkan kawan-kawannya. Ia senang jika banyak teman yang memperhatikan atau menyukainya. Ada kecendrungan "Narsistic" yaitu mencintai diri sendiri dan menyukai teman-teman yang memiliki sifat yang sama dengan dirinya. Selain itu, ia berada dalam kondisi kebingungan karena ia tidak tahu harus memilih yang mana peka atau peduli, ramai-rmai atau sendiri, optimis atau pesimis, ideal atau materialistis dan sebagainya. Remaja pria umumnya harus membebaskan diri dari perasaan cinta pada ibu sendiri pada massa anak-anak dengan cara mempererat hubungan dengan lawan jenis.


(37)

c. Remaja Akhir (Late Adolescence)

Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa yang ditandai dengan pencapaian 5 hal yaitu :

1. Minat yang semakin mantap

2. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan mencari pengalaman - pengalaman baru.

3. Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi

4. Egosentrisme atau terlau memusatkan perhatian pada diri sendiri diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dan orang lain. 5. Tumbuh dinding yang memisahan diri pribadinya (private self) dengan

masyarakat umum.

E. Pengaruh Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi antarpribadi dilihat sebagai perkembangan dari komunikasi interpersonal pada satu sisi menjadi komunikasi pribadi atau intim di sisi lain. Oleh karena itu, derajat hubungan antarpribadi turut berpengaruh terhadap

keluasan dan kedalaman informasi yang dikomunikasikan sehingga memudahkan perubahan sikap (Muhammad, 2009). Menurut Kohler komunikasi yang efektif adalah penting dalam meningkatkan kinerja dan mencapai tujuan bagi semua organisasi. Oleh karena itu, para pimpinan organisasi dan para komunikator dalam organisasi perlu memahami dan menyempurnakan kemampuan komunikasi mereka (Muhammad, 2009). Komunikasi memelihara motivasi dengan

memberikan penjelasan kepada para karyawan tentang apa yang harus dilakukan, seberapa baik mereka mengerjakannya dan apa yang dapat dilakukan untuk


(38)

meningkatkan kinerja jika sedang berada di bawah standar (Robbins,2002). Gibson et.al (1997) juga menyatakan komunikasi antarpribadi yang efektif

sangat penting untuk dapat mencapai kinerja yang efektif.

F. Kerangka Pikir

Pada masing-maing keluaga terdapat dua sistem komunikasi yang berbeda yakni komukasi terbuka dan komunikasi tertutup. Dalam sistem komunikasi terbuka biasanya aturan-aturan yang diterapkan bersifat fleksibel dan remaja diberikan kebebasan untuk mengutarakan pendapat, sedangkan untuk sistem komunikasi yang tertutup aturan-aturan yang berlaku didalam keluarga sangat kaku dan remaja tidak diberikan kebebasan untuk mengeluarkan pendapat.

Dalam pembentukan kepribadian remaja, peranan keluarga sangatlah penting karena keluarga merupakan sekolah pertama bagi anak, kepribadian remaja bukanlah merupakan warisan genetik dari orangtuanya melainkan dapat terbentuk dari lingkungan keluarga dan sekitarnya.

Kepribadian manusia terbentuk dari banyak sekali komponen (sifat), dan setiap komponen merupakan variabel. Menurut Florence Littaeur (1992), setiap orang memiliki kepribadian yang susunan komponennya berbeda dengan orang lain, namun demikian untuk memudahkan kepribadian itu dapat dikelompokkan menjadi empat jenis, yaitu:

1. Sanguinis yaitu : seseorang yang memiliki sifat spontan, lincah, periang, optimistik ekstrovert, tetapi suka pamer dan memerintah.


(39)

2. Melankolis yaitu : seseorang yang memiliki sifat penuh pemikiran, setia, tekun, analitis, tetapi pesimistik dan introvert.

3. Koleris yaitu : seseorang yang bersifat suka berpetualang, persuasif dan percaya diri, tetapi keras kepala dan kurang simpatik.

4. Phlegmatis yaitu : seseorang yang bersifat ramah, sabar, puas, dan diplomatis, tetapi kurang bersemangat dan pemurung.

Dari Uraian di atas dapat dituliskan dalam sebuah kerangka pikir maka dapat di gambarkan sebagai berikut :

KAP dalam Keluarga (VARIABEL X)

INDIKATORNYA 1. Kominikasi terbuka 2. Komunikasi tertutup

Kepribadiaen Remaja (Variabel Y) INDIKATORNYA 1. Sanguinis

2. Melankolis 3. Koleris 4. Phlegmatis


(40)

G. Hipotesis Penelitian

Menurut Hadi (1999:42), Hipotesis berasal dari bahasa latin yang terdiri dari dua suku kata yaitu hippo dan tesis. Hippo bearti dugaan dan Tesis berarti daril. Jadi hipotesis adalah dugaan yang bersifat sementara, yang mungkin benar atau mungkin selah dan belun dibuktikan kebenarannya secara ernpiris.

Ho : Tidak ada Pengaruh komunikasi antar pribadi dalam keluarga dengan pembentukan kepribadian remaja.

Ha : Ada Pengaruh komunikasi antar pribadi dalam keluarga dengan pembentukan kepribadian rernaja.


(41)

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Metode penelitian adalah urutan kerja yang harus dilakukan dalam melaksanakan penilitian, termasuk alat-alat apa yang dipergunakan untuk mengukur maupun untuk mengumpulkan data serta bagaimana melakukan penilitian di lapangan. (Nasir, 1988: 5).

Dalam penelitian ini, digunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Metode deskriptif menurut Nasir (1983: 63):

“Metode deskriptif adalah metode dalam penelitian, subyek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran maupun suatu klas peristiwa pada massa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki".

Pendapat lain Melly G Tan mengemukakan bahwa : Penelitian yang bersifat deskriptif bertujuan menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan frekuensi atau penyebaran suatu gejala dengan gejala lain dalam masyarakat. Dikutip oleh Soejono (1999:22).


(42)

Ciri-ciri pokok dari metode deskriptif adalah memusatkan perhatiannya pada masalah-masalah yang ada pada saat penelitian dilakukan (saat sekarang) atau masalah-masalah yang bersifat aktual.

B. Definisi Konseptual

Menurut Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi (2001: l2l), definisi konsep adalah pemaknaan dari konsep yang digunakan, sehingga memudahkan penelitian untuk mengoperasikan konsep tersebut kelapangan. Berdasarkan definisi tersebut maka definisi konsep penelitian ini adalah :

1. Pengaruh komunikasi antarpribadi dalam Keluarga

Pengaruh komunikasi antar pribadi dalam keluarga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah komunikasi yarg dilakukan oleh remaja dengan anggota-anggota keluarganya yang terdiri dari ayah ibu dan anak-anak yang lahir dari pemikahan keduannya dan yang belum berkeluarga yang memungkinkan interaksi pertama kali dan mengetahui adanya kehidupan di luar dirinya. Dalam keluarga terdapat hubungan sosial yang relatif berubah akibat adanya Pengaruh komunikasi antar pribadi dalam keluarga dimana dalam proses berkomunikasi dalam keluarga terbagi dalam dua sistem komunikasi yaitu. a. Komunikasi terbuka dalam komunikasi terbuka biasanya aturan-aturan

yang diterapkan bersifat fleksible dan remaja diberikan kebebasan untuk menyampaikan pendapat.

b. Komunikasi Tertutup dalam sistem komunikasi tertutup aturan-aturan yang berlaku didalam keluarga sangat kaku dan remaja tidak diberikan kebebasan untuk menyampaikan pendapat.


(43)

2. Kepribadian remaja

Dalam hal ini kepribadian anak/remaja dikelompokkan menjadi empat jenis yaitu:

a) Seorang remaja dikatakan memiliki kepribadian Sanguinis jika memiliki sifat spontan, lincah, periang, optimistik, ekstrovert, tetapi suka pamer dan suka memerintah.

b) Seorang remaja dikatakan Melankolis jika memiliki sifat penuh pemikiran, setia, tekun, analitis, tetapi pesimistik dan intovert.

c) Seorang remaja dikatakan Koleris jika memiliki sifat suka berpetualang, persuasif dan percaya diri, tetapi keras kepala dan kurang simpatik. seorang remaja dikatakan Phlegmatis jika memiliki sifat ramah, sabar, puas, dan diplomatis, tetapi kurang bersemangat dan pemurung

C. Definisi Operasional

Menurut Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (2001:123), definisi operasional adalah petunjuk bagaimana suatu variabel diukur, dengan membaca definisi operasional dalam penelitian maka kita akan mengetahui baik buruknya variabel tersebut. Berdasarkan definisi di atas, definisi operasional penelitian ini adalah: 1. Variabel Bebas (X) yang akan diukur dalam penelitian ini adalah Komunikasi

Antar Pribadi Dalam Keluarga, dimana terdiri dari komunikasi terbuka dan komunikasi tertutup Indikator-indikator variabelnya adalah sebagai berikut:


(44)

a. Komunikasi Tebuka

Sebuah sistem yang terbuka adalah sistem dimana bagian-bagian saling berhubungan responsive dan sensitive, terhadap satu sama lain dan memungkinkan informasi mengalir antara lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Pengukurannya adalah :

1. Dikatakan Komunikasi terbuka jika remaja diberikan kebebasan dalam menyampaikan pendapat.

2. Ada aturan-aturan yang di buat dalam keluarga.

3. Dalam menentukan aturan-aturan keluarga remaja diikut sertakan. 4. Jika keluarga melarang sesuatu disertakan dengan alasan.

5. Keluarga memiliki kedekatan emosi antar anggota keluarga. 6. Sering melakukan kegiatan bersama-sama angota keluarga 7. Keluarga memiliki sikap yang luwes terhadap hal-hal yang baru 8. Didalam keluarga merniliki sedikit otonomi/mencapai tujuan pribadi. 9. Keluarga mudah menyesuaikan diri terhadap perubahan

10. Dalam menyampaikan suatu pendapat atau dalam berkomunikasi bersifat langsung, spesifik, jelas, dan sebangun sebangun daram artimakna pesan dari komunikator terhadap komunikan memiliki maknayang sama.

b. Komunikasi Tertutup

Dalam suatu sistem tertutup bagian-bagian secara kaku dihubungkan atau diputuskan sekaligus. Dimana informasi tidak mengalir antara bagian-bagian atau dari luar ke dalam atau dalam ke luar. Ketika bagian-bagian itu bekerja informasi bocor ke dalam dan ke luar tapi tanpa arah. Dimana aturan-aturan yang berlaku


(45)

didalam keluarga sangat kaku dan remaja tidak diberikan kebebasan untuk mengeluarkan pendapat. Pengukurannya adalah:

1. Dikatakan Komunikasi tertutup jika remaja tidak diberikan kebebasan dalam menyarnpaikan pendapat.

2. Tidak adanya aturan-aturan yang dibuat dalam keluarga

3. Dalam menentukan aturan-aturan keluarga remaja tidak diikut sertakan 4. Jika keluarga melarang sesuatu tanpa disertakan dengan alasan

5. Keluarga tidak memiliki kedekatan emosi antar anggota keluarga 6. Melakukan kegiatan secara sendiri-sendiri

7. Keluarga tidak memiliki sikap yang luwes terhadap hal-hal yang baru 8. Didalam keluarga memiliki banyak otonomi/mencapai tujuan pribadi 9. Keluarga tidak mudah menyesuaikan diri terhadap perubahan

10. Dalam menyampaikan suatu pendapat atau dalam berkomunikasi bersifat tidak langsung.

2. Variabel Terikat (Y) Yang Akan Diukur Dalam Penelitian ini adalah pembentukan kepribadian remaja terdiri dari Sanguinis, Melankolis, Phlegmatis Indikator-indikatornya adalah sebagai berikut:

a. Sanguinis

Tolak ukur kepribadian Sanguinis adalah : 1. Emosional dan demonstrative

2. Antusias dan ekspresif 3. Periang dan penuh semangat 4. Lugu dan polos


(46)

6. Selalu kekanak-kanakan b. Melankolis

Tolak ukur kepribadian Melankolis adalah : 1. Mendalam dan penuh pikiran

2. Analitis

3. Berbakat dan kreatif 4. Perasa terhadap orang lain 5. Suka berkorban

6. Penuh kesadaran 7. Idealis

c. Koleris

Tolak ukur kepribadian Koleris adalah : 1. Dinamis dan aktif

2. Berkemauan tegas dan kuat 3. Tidak emosional dalam bertindak 4. Tidak mudah patah semangat 5. Bebas dan mandiri

d. Phlegmatis

Tolak ukur kepribadian phlegmatis adalah : 1. Kepribadian rendah hati

2. Mudah bergaul dan santai 3. Diam, tenang danmampu 4. Sabar, baik keseimbangannya 5. Simpatik dan baik hati


(47)

6. Pandai menyembunyikan emosi 7. Hidup konsisten

D. Populasi dan Sempel

1. Populasi

Populasi adalah sifat atau karakteristik dari sekelompok subjek, gejala objek dan paling sedikit mempunyai satu sifat yang sama (Katini Kartono, 1986:83). Menurut sudjana, berpendapat bahwa totalitas semua nilai yang mungkin dari hasil penghitungan atau mengukur yang kuantitatif atau kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan populasi yang lengkap, jenis yang akan dipelajari sifat-sifatnya (Sudjana, 1989:6).

Berdasarkan pendapat diatas maka yang menjadi populasi penelitian ini adalah seluruh keluarga yang memiliki anak remaja berusia 12-21 tahun berada di Kelurahan Gunung Agung RT 02, Rw 02, Kecamatan Langkapura dengan jumlah populasi 150 kepala keluarga dengan rincian anak/remaja menurut umur dan jenis kelamin sebagai berikut :

No Golongan Umur Jenis Kelamin Jumlah Laki-Laki Perempuan

1 0 – 4 tahun 15 11 26

2 5 – 8 tahun 20 25 45

3 9 – 11 tahun 35 30 65

4 12 – 17 tahun 12 15 27

5 18 – 21 tahun 14 10 24

Jumlah 96 91 187


(48)

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti untuk menentukan besar sampel agar representatif atau benar-benar mewakili dari seluruh populasi. Moh Nazir (1998:302). Adapun pengambilan sampel berpedoman kepada pendapat Suharsimi Arikuntobahwa:

“...untuk sekedar ancer-ancer, maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi' Selanjutnya apabila jumlah subjeknya besar dapat diambil antara l0% - l5% atau 20% - 25% atau lebih tergantung setidak-tidaknya dari : a. Kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, tenaga dan dana

b. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data

c. Besar kecilnya resiko yang ditanggung peneliti Suharsimi Arikunto (l986: 104)

Berdasarkan hasil pra riset yang dilalcukan pada tanggal 12 April 2013 jumlah sampel yang akan diteliti berjumlah 5l orang remaja berusia l2-21 maka dimana pada usia inilah remaja masih dalam proses pencarian jati diri, namun dari 51 responden peneliti hanya meneliti 47 responden saja hal ini dikarenakan salah satu responden yang berusia 20 tahun sudah jarang berada di RT 02, Rw 02, maka peneliti inisiatif untuk mengurangi responden menjadi 47 responden yang akan diteliti.


(49)

E. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data dalam penelitian ini meliputi :

1. Editing, untuk memeriksa kembali data yang telah diperolah, mengenai kesempurnaan jawaban dan kejelasan dalam penelitian.

2. Koding, untuk mempermudah pengolatran data yang telah masuk dan, memberi kode-kode tertentu pada jawaban di daftar pertanyaan.

3. Tabulasi, merupakan tatrap merumuskan data ke dalam tabel setelah diklarifikasikm berdasarkan kategori yang sama Kemudian data disederhanakan ke dalam bentuk tabel tunggal agar mudah dibaca dan diinterpresentasikan.

F. Teknik Analisa Data

Teknik analisa data dalam penelitian ini menggunakan rumus statistik Person’s Corelation (Product Moment), rumus atau teknik statistik Person ini digunakan untuk mengetahui koefisien korelasi atau derajat kekuatan hubungan dan membuktikan hipotesis hubungan antar variabeudata/skala interval lainnya. Teknik ini digunakan tanpa melihat apakah suatu variabel tertentu tergantung kepada variabel Iainnya (Kriyanto, 200 6 : 1 7 l).

Ada beberapa ketentuan yang berlaku nrengenai sifat dan nilai Hubungan (korelasi), yaitu :

1. Nilai hubungan (korelasi) antar variabel X dan y berkisar antara -l sampai dengan +1.


(50)

2. Hubungan bersifat positif terjadi bila "semakin besar nilai variabel X maka semakin besar pula nilai variabel Y' atau sebaliknya "semakin kecil nilai variabel X maka semakin kecil pula nilai variabel Y".

3. Hubungan bersifat negatif terjadi bila "semakin kecil nilai variabel X maka semakin besar nilai variabel Y' atau sebaliknya "semakin besar nilai variabel X maka semakin kecil nilai variabel Y".

4. Bila nilai koefisien hubungan sama dengan 0, berarti tidak ada hubungan antarvariabel.

5. Bila nilai koefisien hubungan sama dengan 1 atau sama dengil -1, berarti terjadi hubungan yang sempurna. Hubungan sempurna positif berarti setiap kenaikan nilai variabel X selalu disertai kenaikan yang seimbang (proposional) pada nilai-nilai variabel Y. Hubungan sempurna negative berarti setiap kenaikan nilai X diikuti penurunan secara proposional nilai Y.

Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini, yaitu hipotesis asosiatif antara interval/rasio dengan interval/rasio menggunakan rumus Person's correlations. Rumus Korelasi Product Moment adalah :

Keterangan :

r : Koefisien Korelasi Person’s Product Moment N : Jumlah Individu dan sampel

X : Angka Mentah untuk variable X Y : Angka Mentah untuk Variabel Y


(51)

Untuk mengetahui bagaimana kategori nilai koefisien Product Moment tersebut, kita dapat melihat nilai koefisien korelasi sebagai berikut :

Kurang dari 0,20 Hubungan rendah sekali 0,20 – 0,39 Hubungan rendah tapi pasti 0,40 – 0,70 Hubungan yang cukup berarti 0,71 – 0,90 Hubungan yang tinggi ; kuat

Lebih dari 0,90 Hubungan yang sangat tinggi; kuat sekali; dapat diandalkan pengujian signifikansi koefisien korelasi, selain dapat menggunakan tabel, juga dapat dihitung dengan uji t yang rumusnya adalah :

Harga t yang dapat diperoleh dari perhitungan rumus di atas dibandingkan dengan harga t tabet yang menentukan tingkat signifikansi uji dua pihak dan derajat kebebasan (n-2). Jika harga t terhitung > dari tabel maka Ho ditolak (berarti ada hubungan yang signifikan).


(52)

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH LOKASI

Berdasarkan data monografi yang diperbaharui pada bulan Desember 2012, maka diperoleh gambaran umum Kelurahan Gunung Agung Kota Bandar Lampung sebagai berikut:

A. Keadaan Umum 1. Luas dan Batas Wilavah

Luas wilayah Kelurahan Gunung Agung seluas 125 ha, sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Gunung Terang, sebelah selatan dengan Kelurahan Susunan Baru, sebelah barat dengan Kelurahan Langkapura dan sebelah timur dengan Kelurahan Segala Mider.

2. Kondisi Geografis

Kondisi topografi Kelurahan Gunung Agung adalah dataran rendah dengal ketingian 5000 dari permukaan laut. Suhu udara rata-rata adalah 23-30oC dengan curah hujan 2.200 - 3.000 mm/ tahun.

3. Orbitasi

Orbitasi (jarak dari pusat pemerintahan adalah sebagai berikut : a. Jarak dari pusat pemerintahan Kecamatan : 6 km b. Jarak dari ibu kota Kabupaten/Kotamadya : 6 km c. Jarak dari Ibu Kota Provinsi : 8 km


(53)

B. Kependudukan

Dalam monografi tahun 2002 tercantum bahwa jurnlah Kepala Keluarga (KK) yang terdapat di Kelurahan Gunung Agung sebanyak 2.350 KK atau dengan jumlah penduduk 70.999 jiwa

1. Distibusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Distribusi penduduk Kelurahan Gunung Agung berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 1 berikut:

Tabel 1. Distribusi Penduduk menurut Jenis Kelamin.

Jenis Kelamin Jumlah Persentase Laki-laki

Perempuan

5536 5463

50,33% 49,67%

Total 10999 100,00%

Sumber : Monografi Kelurahan Gunung Agung, 2013

Berdasarkan tabel di atas (Tabel 1.) dapat diketahui jumlah penduduk Kelurahan Gunung Agung yang berjenis kelamin perempuan lebih kecil, sebesar 49,67%, bila dibandingkan dengan penduduk yang berjenis kelamin laki-laki, sebesar 50,33%. Tetapi perbedaan tersebut tidak terlalu besar hanya sebesar 0,66%. Jadi dapat diketahui bahwa jumlah penduduk berjenis kelamin laki-laki dan perempuan mendekati seimbang.


(54)

2. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur

Distribusi penduduk kelurahan Gunung Agung menurut usia dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2. Distribusi Penduduk menurut Kelompok Umur

Kelompok Umur (th) Jumlah Persentase <07

07 – 12 13 – 19 20 – 26 27 – 40 41 – 56

1192 1963 4783 1217 831 636 378 10,84 17,84 43,48 11,06 7,56 5,78 3,44

Total 10999 100,00

Sumber : Monografi Kelurahan Gunung Agung, 2013

Sebagial besar peududuk Kelurahan Gunung Agung termasuk dalam kelompok umur 13-19 tahun, sebesar 13,48% atau sebanvak 4783 jiwa. Adapun yang paling sedikit adalah kelompok umur 56 tahun ke atas vakni sebesar 3,44% atau sebanvak 378 juta. Jadi komposisi penduduk di Kelurahan Gunung Agung termasuk dalam kategori penduduk muda karena lebih dari separuh populasi penduduk berusia muda, vakni kurang dari 20 tahun.

3.Distribusi Penduduk Menurut Agama

Penduduk kelurahan Gunung Agung sebagian besar beragama Islam, yaitu sebesar 10840 jiwa atau 98,6% dari seluruh jumlah penduduk. Selanjutnya sebesar 0,2% dari jumlah penduduk atau 21 jiwa beragama Kristen, 123 jiwa atau 1,1% dari jumlah penduduk beragama Katolik dan sisanya sebesar 15 jiwa atau 0,1% beragama Budha.


(55)

Jadi dapat dinyatakan bahwa mayoritas penduduk di Kelurahan Gunung Agung

beragama Islam. Distribusi penduduk menurut agama dapat diliha; pada tabel 3 di bawah ini.

Tabel 3. Distribusi Penduduk menurut Agama.

Kelompok Tenaga Kerja Jumlah Persentase Islam Kristen Katolik Hindu Budha 10840 21 123 0 15 98,6 0,2 1,1 0,0 0,1

Total 10999 100,00

Sumber : Monografi Kelurahan Gunung Agung, 2013

4.Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Sebagian besar penduduk Kelurahan Gunung Agung memiliki kriteria tingkat pendidikan dasar dan tingkat pendidikan menengah, yaitu sebesar 2045 berpendidikan dasar, 2243 berpendidikan menengah pertama dan 2622 berpendidikan menengah atas. Sementara vang belum bersekolah, tingkat taman kanak-kanak dan yanq tidak bersekolah sebesar 1274 atau 11,6% dari jumlah penduduk Kelurahan Gunung Agung.

Tabel 4. Distribusi Penduduk menurut Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase bs/TK/ts SD SMP SMU Akademi Sarjana 1274 2045 2243 2622 1724 1091 11,6 18,6 20,4 23,8 15,7 9,9

Total 10999 100,00


(56)

Keterangan : bs = belum sekolah : TK = Taman Kanak-kanak ; ts = tidak sekolah

5. Distribusi Penduduk menurut Mata Pencaharian

Distribusi penduduk menurut mata pencaharian dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 5. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Mata Pencaharian Jumlah Persentase Karyawan - PNS - TNI/Polri - Swasta Wiraswasta/pedagang Tani Pertukangan Buruh Pensiunan Jasa 1563 26 436 1116 561 301 664 330 293 29,55 0.49 8,24 21,10+ 10,60 5,69 12,55 6,24 5,54

Total 5290 100,00

Sumber : Monografi Kelurahan Gunung Agung, 2013

Berdasarkan tabel di atas (Tabel 5.) dilihat sebagian besar penduduk Kelurahan Gunung Agung bermata pencaharian PNS, sebanyak 1563 jiwa atau 29,55% dari jumlah penduduk yang bekerja, dan wiraswasta atau pedagang, sebanyak 1116 jiwa atau 21,10%. Sedangkan sisanya bermata pencaharian TNI/Polri, karyawan swasta, pertukangan, buruh, pensiunan dan jasa.

Ternyata hampir sebagian besar penduduk Kelurahan Gunung Agung bermata pencaharian, hal ini menunjukkan aktivitas perekonomian penduduk Kelurahan Gunung Agung yang tinggi, sesuai dengan besarnya jumlah penduduk usia produktif yang besar pula.


(57)

C. Pemerintahan

Kelurahan Gunung Agung yang luasnya 125 Ha memiliki sejumlah perangkat pemerintahan yang terdiri dari seorang lurah, sekretaris lurah, 3 orang kepala urusan, 3 orang kepala lingkungan dan 3 orang staff. Kelurahan Gunung Agung terdiri dari 33 rukun tetangga dan 11 rukun warga. Jadi jumlah perangkat Kelurahan Gunung Agung seluruhnya dari lurah sampai ketua rukun tetangga sebanyak 53 orang. Selain itu di Kelurahan Gunung Agung terdapat 14 orang pengurus LKMD, 6 orang kader pembangunan desa, 13 orang tim penggerak PKK dan 33 orang kader PKK.


(58)

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Anwar. 2006. Ilmu Komunikasi Sebuah Pengantar. PT.Raja Grafindo Persada. Jakarta

De Vitto, Joseph. 1996. Komunikasi Antar Manusia. Jakarta. Profesional Books Efendi, onong uchana.2002. Ilmu Komunikasi, Teori don Praktek. PT. Remaja

Rosdakarya. Bandung

Goleman, Daniel. 2001. Kecerdasan Emosional. Alih bahasa T-Hermaya-Cet.ke-ll. Gramedia Pustaka Utama Jakarta.

Kartono, Kartini. 1986. Bimbingan Bagi Anak dan Remaja. Rajawali, Jakarta Kartono Kartini. 1995. Psikotogi anak. CV Mandar Maju- Bandung

L.iliweri, Alo. 2002. Makna Budaya Dalam Kornunikasi Antar Budaya. LKiS. Jakarta

Littauer , Florence.l992. Personality Plus Edisi Revisi. Binarupa Aksara, Jakarta Mappiare, Andi. 1982. Psikolog Remaja. Surabaya Rajawali. Jakarta

Meleong. 1995. Metode Penelitian Kuatitatif. Remaja Rosdakarya. Bandung Mulyana Dedy. 2001. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Remaja Rosdakarya.

Bandung

Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi Kuatitatif. PT. LKiS. Yogyakarta Soekanto, Soerjono. 1992. Sosiologi Sustu Pengantar. Grafiti Press. Jakarta Singarimbun, Masri dan Effenfi, Sofyan. 1989. Metode Penelitian Survey. LP3Es.

Jakarta

Wahlroos, S. 1999. Komunikasi Keluarga. PT. Gunung Mulia. Jakarta Vembriarto, ST. 1993. Sosiologi Pendidikan. Grasindo. Jakarta

Literatur lainnya:

Menata Kepribadian Anak

http://www.pnfi.depdiknas.go.id/publikasi/read/20070611140523/Menata -Kepribadian-Anak.html. Diakses tanggal 19 Mei 2009


(1)

B. Kependudukan

Dalam monografi tahun 2002 tercantum bahwa jurnlah Kepala Keluarga (KK) yang terdapat di Kelurahan Gunung Agung sebanyak 2.350 KK atau dengan jumlah penduduk 70.999 jiwa

1. Distibusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Distribusi penduduk Kelurahan Gunung Agung berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 1 berikut:

Tabel 1. Distribusi Penduduk menurut Jenis Kelamin.

Jenis Kelamin Jumlah Persentase

Laki-laki Perempuan

5536 5463

50,33% 49,67%

Total 10999 100,00%

Sumber : Monografi Kelurahan Gunung Agung, 2013

Berdasarkan tabel di atas (Tabel 1.) dapat diketahui jumlah penduduk Kelurahan Gunung Agung yang berjenis kelamin perempuan lebih kecil, sebesar 49,67%, bila dibandingkan dengan penduduk yang berjenis kelamin laki-laki, sebesar 50,33%. Tetapi perbedaan tersebut tidak terlalu besar hanya sebesar 0,66%. Jadi dapat diketahui bahwa jumlah penduduk berjenis kelamin laki-laki dan perempuan mendekati seimbang.


(2)

2. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur

Distribusi penduduk kelurahan Gunung Agung menurut usia dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2. Distribusi Penduduk menurut Kelompok Umur

Kelompok Umur (th) Jumlah Persentase

<07 07 – 12 13 – 19 20 – 26 27 – 40 41 – 56

1192 1963 4783 1217 831 636 378

10,84 17,84 43,48 11,06 7,56 5,78 3,44

Total 10999 100,00

Sumber : Monografi Kelurahan Gunung Agung, 2013

Sebagial besar peududuk Kelurahan Gunung Agung termasuk dalam kelompok umur 13-19 tahun, sebesar 13,48% atau sebanvak 4783 jiwa. Adapun yang paling sedikit adalah kelompok umur 56 tahun ke atas vakni sebesar 3,44% atau sebanvak 378 juta. Jadi komposisi penduduk di Kelurahan Gunung Agung termasuk dalam kategori penduduk muda karena lebih dari separuh populasi penduduk berusia muda, vakni kurang dari 20 tahun.

3.Distribusi Penduduk Menurut Agama

Penduduk kelurahan Gunung Agung sebagian besar beragama Islam, yaitu sebesar 10840 jiwa atau 98,6% dari seluruh jumlah penduduk. Selanjutnya sebesar 0,2% dari jumlah penduduk atau 21 jiwa beragama Kristen, 123 jiwa atau 1,1% dari jumlah penduduk beragama Katolik dan sisanya sebesar 15 jiwa atau 0,1% beragama Budha.


(3)

Jadi dapat dinyatakan bahwa mayoritas penduduk di Kelurahan Gunung Agung

beragama Islam. Distribusi penduduk menurut agama dapat diliha; pada tabel 3 di bawah ini.

Tabel 3. Distribusi Penduduk menurut Agama.

Kelompok Tenaga Kerja Jumlah Persentase

Islam Kristen Katolik Hindu Budha 10840 21 123 0 15 98,6 0,2 1,1 0,0 0,1

Total 10999 100,00

Sumber : Monografi Kelurahan Gunung Agung, 2013

4.Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Sebagian besar penduduk Kelurahan Gunung Agung memiliki kriteria tingkat pendidikan dasar dan tingkat pendidikan menengah, yaitu sebesar 2045 berpendidikan dasar, 2243 berpendidikan menengah pertama dan 2622 berpendidikan menengah atas. Sementara vang belum bersekolah, tingkat taman kanak-kanak dan yanq tidak bersekolah sebesar 1274 atau 11,6% dari jumlah penduduk Kelurahan Gunung Agung.

Tabel 4. Distribusi Penduduk menurut Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase

bs/TK/ts SD SMP SMU Akademi Sarjana 1274 2045 2243 2622 1724 1091 11,6 18,6 20,4 23,8 15,7 9,9

Total 10999 100,00


(4)

Keterangan : bs = belum sekolah : TK = Taman Kanak-kanak ; ts = tidak sekolah

5. Distribusi Penduduk menurut Mata Pencaharian

Distribusi penduduk menurut mata pencaharian dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 5. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Mata Pencaharian Jumlah Persentase

Karyawan - PNS - TNI/Polri - Swasta

Wiraswasta/pedagang Tani

Pertukangan Buruh Pensiunan Jasa

1563 26 436 1116

561 301 664 330 293

29,55 0.49 8,24 21,10+

10,60 5,69 12,55

6,24 5,54

Total 5290 100,00

Sumber : Monografi Kelurahan Gunung Agung, 2013

Berdasarkan tabel di atas (Tabel 5.) dilihat sebagian besar penduduk Kelurahan Gunung Agung bermata pencaharian PNS, sebanyak 1563 jiwa atau 29,55% dari jumlah penduduk yang bekerja, dan wiraswasta atau pedagang, sebanyak 1116 jiwa atau 21,10%. Sedangkan sisanya bermata pencaharian TNI/Polri, karyawan swasta, pertukangan, buruh, pensiunan dan jasa.

Ternyata hampir sebagian besar penduduk Kelurahan Gunung Agung bermata pencaharian, hal ini menunjukkan aktivitas perekonomian penduduk Kelurahan Gunung Agung yang tinggi, sesuai dengan besarnya jumlah penduduk usia produktif yang besar pula.


(5)

C. Pemerintahan

Kelurahan Gunung Agung yang luasnya 125 Ha memiliki sejumlah perangkat pemerintahan yang terdiri dari seorang lurah, sekretaris lurah, 3 orang kepala urusan, 3 orang kepala lingkungan dan 3 orang staff. Kelurahan Gunung Agung terdiri dari 33 rukun tetangga dan 11 rukun warga. Jadi jumlah perangkat Kelurahan Gunung Agung seluruhnya dari lurah sampai ketua rukun tetangga sebanyak 53 orang. Selain itu di Kelurahan Gunung Agung terdapat 14 orang pengurus LKMD, 6 orang kader pembangunan desa, 13 orang tim penggerak PKK dan 33 orang kader PKK.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Anwar. 2006. Ilmu Komunikasi Sebuah Pengantar. PT.Raja Grafindo Persada. Jakarta

De Vitto, Joseph. 1996. Komunikasi Antar Manusia. Jakarta. Profesional Books Efendi, onong uchana.2002. Ilmu Komunikasi, Teori don Praktek. PT. Remaja

Rosdakarya. Bandung

Goleman, Daniel. 2001. Kecerdasan Emosional. Alih bahasa T-Hermaya-Cet.ke-ll. Gramedia Pustaka Utama Jakarta.

Kartono, Kartini. 1986. Bimbingan Bagi Anak dan Remaja. Rajawali, Jakarta Kartono Kartini. 1995. Psikotogi anak. CV Mandar Maju- Bandung

L.iliweri, Alo. 2002. Makna Budaya Dalam Kornunikasi Antar Budaya. LKiS. Jakarta

Littauer , Florence.l992. Personality Plus Edisi Revisi. Binarupa Aksara, Jakarta Mappiare, Andi. 1982. Psikolog Remaja. Surabaya Rajawali. Jakarta

Meleong. 1995. Metode Penelitian Kuatitatif. Remaja Rosdakarya. Bandung Mulyana Dedy. 2001. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Remaja Rosdakarya.

Bandung

Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi Kuatitatif. PT. LKiS. Yogyakarta Soekanto, Soerjono. 1992. Sosiologi Sustu Pengantar. Grafiti Press. Jakarta Singarimbun, Masri dan Effenfi, Sofyan. 1989. Metode Penelitian Survey. LP3Es.

Jakarta

Wahlroos, S. 1999. Komunikasi Keluarga. PT. Gunung Mulia. Jakarta Vembriarto, ST. 1993. Sosiologi Pendidikan. Grasindo. Jakarta

Literatur lainnya:

Menata Kepribadian Anak

http://www.pnfi.depdiknas.go.id/publikasi/read/20070611140523/Menata -Kepribadian-Anak.html. Diakses tanggal 19 Mei 2009