PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN AJAR BROSUR TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Punggur Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN AJAR BROSUR TERHADAP
KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA
(Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Punggur Semester Genap
Tahun Pelajaran 2012/2013)

Oleh
MARTINA KRISTA RATNA SARI

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Jurusan Pendidikan MIPA
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2014

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................

xv

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................

xvi

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................
B. Rumusan Masalah ................................................................................
C. Tujuan Penelitian .................................................................................
D. Manfaat Penelitian ...............................................................................
E. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................
F. Kerangka Pikir .....................................................................................
G. Hipotesis...............................................................................................

1
3

4
4
5
6
7

II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Bahan Ajar Brosur................................................................................
B. Keterampilan Berpikir Kritis ...............................................................
C. Aktivitas Belajar Siswa ........................................................................

8
13
18

III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ..............................................................
B. Populasi dan Sampel ............................................................................
C. Desain Penelitian..................................................................................
D. Prosedur penelitian ...............................................................................

E. Jenis dan Teknik Pengambilan Data ....................................................
F. Teknik Analisis Data ............................................................................

21
21
21
22
26
28

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ....................................................................................
B. Pembahasan ..........................................................................................

38
43

V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ..............................................................................................
B. Saran .....................................................................................................


51
51

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

53

LAMPIRAN
1. Silabus ..................................................................................................
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)..........................................

56
60

3. Lembar Kerja Siswa (LKS)..................................................................
4. Pretes/Postes.........................................................................................
5. Teknik Penskoran LKS dan Pretes/Postes ...........................................
6. Tabel Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa ...................................
7. Angket Tanggapan Siswa .....................................................................

8. Data Hasil Penelitian ............................................................................
9. Analisis Uji Statistik Data Hasil Penelitian .........................................
10. Dokumentasi Penelitian .......................................................................

76
97
105
106
109
111
119
127

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dunia pendidikan selalu mengadakan perbaikan ke jenjang yang lebih baik

sehingga banyak hal yang harus dilakukan, salah satunya adalah
meningkatkan sumber daya manusia. Untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional tersebut, maka pemerintah telah menyelenggarakan perbaikanperbaikan dalam hal peningkatan mutu pendidikan, salah satunya adalah
melakukan revisi Kurikulum 2004 (KBK) menjadi Kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP). Kunandar (2009: 133) menjelaskan bahwa KTSP adalah
sebuah konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan
kemampuan (kompetensi) melakukan tugas-tugas dengan standar
performansi tertentu sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh siswa, berupa
penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu. Dalam KTSP, materi
pembelajaran tidak hanya tersusun atas hal-hal sederhana yang bersifat
hafalan dan pemahaman, tetapi juga tersusun atas materi yang kompleks yang
memerlukan analisis, aplikasi, dan sintesis sehingga dibutuhkan keterampilan
berpikir tingkat tinggi yang meliputi aspek berpikir kritis, berpikir kreatif dan
keterampilan memecahkan masalah.

Dari ketiga aspek berpikir tingkat tinggi tersebut, berpikir kritis merupakan
keterampilan yang diutamakan untuk dikembangkan pada siswa sebab
berpikir kritis adalah keterampilan yang mendasari terbentuknya keterampilan
berpikir kreatif dan memecahkan masalah. Selain itu, berpikir kritis adalah


2

sebuah proses sistematis yang memungkinkan siswa untuk merumuskan dan
mengevaluasi keyakinan dan pendapat mereka sendiri sehingga berpikir kritis
juga merupakan sebuah proses terorganisasi yang memungkinkan siswa
mengevaluasi bukti, asumsi, logika, dan bahasa yang mendasari pernyatan
orang lain (Johnson, 2002:183). Sugiarto (dalam Amri dan Ahmadi, 2010:
62) menambahkan bahwa keterampilan berpikir kritis diperlukan dalam
kehidupan di masyarakat karena manusia selalu dihadapkan pada
permasalahan yang memerlukan pemecahan sehingga berpikir kritis sangat
penting untuk dikembangkan selama proses pembelajaran. Namun faktanya,
dalam proses pembelajaran tersebut, pada umumnya guru kurang
memberdayakan keterampilan berpikir kritis siswa secara optimal sehingga
hal ini berdampak pada rendahnya keterampilan berpikir kritis siswa.

Rendahnya keterampilan berpikir kritis siswa juga terjadi di SMP Negeri 2
Punggur. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru
bidang studi IPA, khususnya materi biologi di sekolah tersebut
pada bulan November 2012, diperoleh informasi bahwa


selama ini

guru menggunakan metode diskusi dengan bantuan bahan ajar buku, modul,
dan lembar kerja siswa. Dan meskipun menggunakan metode diskusi yang
sifatnya membuat siswa menjadi lebih aktif dalam menggunakan
keterampilan berpikirnya, namun bahan ajar yang digunakan oleh guru
sifatnya monoton sehingga keterampilan berpikir kritis siswa masih rendah.
Oleh karena itu, perlu dikembangkan jenis bahan ajar yang dapat
meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa selama menggunakan
metode diskusi tersebut.

3

Salah satu bahan ajar yang diduga dapat digunakan untuk mengatasi hal
tersebut adalah brosur. Salah satu karakteristik bahan ajar ini yang
membedakan dengan bahan ajar lainnya adalah menyajikan ilustrasi-ilustrasi
penting dari suatu konsep dalam bentuk lembaran kertas, sehingga bersifat
lebih praktis dan menarik. Hal ini akan membuat siswa merasa tertarik untuk
untuk belajar. Selain itu, siswa juga dapat belajar mengaitkan antara materi
yang diajarkan dengan ilustrasi yang terdapat di dalam brosur sehingga siswa

akhirnya mendapatkan konsep secara utuh, serta pemahaman mengenai alasan
dan tujuan mereka harus mempelajari materi tersebut dan tentunya
keterampilan berpikir kritis siswa pun meningkat (Dharmasraya, 2008: 5).
Hal ini didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Zakiyah (2012:
8) yang menyatakan bahwa pengembangan bahan ajar pendidikan berpikir
kritis, efektif dalam meningkatkan skor keterampilan menulis karya ilmiah
siswa. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti sangat tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Penggunaan Bahan Ajar
Brosur Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa (Kuasi Eksperimen pada
Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Punggur Semester Genap Tahun Pelajaran
2012/2013)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut.
1.

Apakah penggunaan bahan ajar brosur berpengaruh signifikan terhadap
peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa?


4

2.

Apakah penggunaan bahan ajar brosur berpengaruh terhadap peningkatan
aktivitas belajar siswa?

3.

Bagaimanakah tanggapan siswa terhadap penggunaan bahan ajar brosur?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui:
1.

Pengaruh penggunaan bahan ajar brosur terhadap peningkatan
keterampilan berpikir kritis siswa.


2.

Pengaruh penggunaan bahan ajar brosur terhadap peningkatan aktivitas
belajar siswa.

3.

Tanggapan siswa terhadap penggunaan bahan ajar brosur.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti, siswa, guru,
dan sekolah serta dapat memberikan suatu alternatif strategi pembelajaran
yang dapat diterapkan bagi perorangan maupun institusi. Adapun manfaat
yang diperoleh dari penelitian ini antara lain sebagai berikut.
1.

Bagi peneliti, sebagai calon guru, penelitian ini dapat memberikan
pengalaman dan menambah pengetahuan mengenai penggunaan brosur
sebagai salah satu bahan ajar yang dapat meningkatkan keterampilan
berpikir kritis siswa.

2.

Bagi siswa, dapat meningkatkan motivasi dan minat untuk belajar
Biologi serta meningkatkan pemahaman mengenai pengelolaan

5

lingkungan dan memperoleh pengalaman belajar yang menyenangkan
dengan menggunakan bahan ajar brosur.
3.

Bagi guru bidang studi biologi, penggunaan brosur ini, dapat menjadi
salah satu alternatif bahan ajar yang dapat digunakan untuk
meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didiknya.

4.

Bagi sekolah, penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu usaha
dalam meningkatkan kualitas pembelajaran biologi, sehingga akan
memperbaiki sistem pembelajaran untuk masa yang akan datang.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Adapun ruang lingkup penelitian ini antara lain sebagai berikut.
1.

Bahan ajar brosur, yaitu mengenai peranan manusia dalam pengelolaan
lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan.

2.

Keterampilan berpikir kritis siswa yang diukur dalam penelitian ini
meliputi: (1) melakukan deduksi, (2) memberi penjelasan dasar, (3)
merumuskan alternatif solusi, dan (4) memberikan alasan (Costa, 1985:
19)

3.

Aktivitas siswa yang diukur dalam penelitian ini meliputi: (1)
mengemukakan ide/gagasan, (2) bekerja sama/berkomunikasi dengan
anggota kelompok, (3) mempresentasikan hasil diskusi kelompok, dan
(4) mengajukan pertanyaan

4.

Subjek penelitian adalah siswa kelas VII semester genap SMP Negeri 2
Punggur Kabupaten Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2012/2013.

6

5.

Materi dalam penelitian ini adalah materi pokok pengelolaan lingkungan
dengan kompetensi dasar mengaplikasikan peran manusia dalam
pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan
lingkungan.

F. Kerangka Pikir

Keterampilan berpikir kritis sangat penting dikembangkan pada siswa sejak
usia dini. Namun faktanya, dalam proses pembelajaran, pada umumnya guru
kurang menciptakan kondisi dan situasi yang memungkinkan siswa untuk
melakukan proses berpikir kritis. Walaupun menggunakan metode diskusi
yang sifatnya membuat siswa menjadi lebih aktif dalam menggunakan
keterampilan berpikirnya, pada kenyataannya keterampilan berpikir kritis
siswa masih rendah. Kemungkinan, hal ini terjadi karena guru kurang
mengembangkan jenis bahan ajar yang digunakan selama proses
pembelajaran. Oleh karena itu, perlu dikembangkan jenis bahan ajar yang
dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa selama menggunakan
metode diskusi.

Salah satu bahan ajar yang dapat digunakan untuk mengatasi hal tersebut
adalah brosur. Salah satu karakteristik bahan ajar ini yang membedakan
dengan bahan ajar lainnya adalah menyajikan ilustrasi-ilustrasi penting dari
suatu konsep dalam bentuk lembaran kertas, sehingga bersifat lebih praktis
dan menarik. Hal ini akan membuat siswa merasa tertarik untuk untuk belajar.
Selain itu, siswa juga dapat belajar mengaitkan antara materi yang diajarkan
dengan ilustrasi yang terdapat di dalam brosur sehingga siswa akhirnya

7

mendapatkan konsep secara utuh, serta pemahaman mengenai alasan dan
tujuan mereka harus mempelajari materi tersebut. Hal inilah yang akan
meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa.

Penelitian ini mengenai pengaruh penggunaan bahan ajar brosur terhadap
keterampilan berpikir kritis siswa. Variabel bebas pada penelitian ini adalah
bahan ajar brosur, sedangkan variabel terikatnya adalah keterampilan berpikir
kritis siswa. Hubungan antara kedua variabel tersebut digambarkan dalam
diagram berikut.
X

Y

Keterangan:
X: Bahan ajar brosur
Y: Keterampilan berpikir kritis siswa.
Gambar 1. Hubungan Antara Variabel Bebas dan Variabel Terikat

G. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.

H0 = Penggunaan bahan ajar brosur tidak berpengaruh signifikan
terhadap peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa.
H1 = Penggunaan bahan ajar brosur berpengaruh signifikan
terhadap peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa.

2.

Penggunaan bahan ajar brosur berpengaruh terhadap peningkatan
aktivitas belajar siswa.

3.

Sebagian besar siswa memberikan tanggapan positif terhadap
penggunaan bahan ajar brosur.

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Bahan Ajar Brosur

Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu
guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang
dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis (Setyono,
2005: 10). Sudirman (dalam Djamarah dan Zain, 2006: 43) juga
mengungkapkan bahwa bahan ajar adalah salah satu sumber belajar bagi
siswa. Bahan yang disebut sebagai sumber belajar (pengajaran) ini adalah
sesuatu yang membawa pesan untuk tujuan pengajaran. Sedangkan menurut
Rusman (2010: 17) sumber belajar adalah materi atau isi pokok bahasan,
bersifat spesifik dan erat hubungannya dengan tujuan yang telah diterapkan.
Jadi, bila kepada siswa diajarkan fakta dan konsep, tentu tidak hanya berhenti
sampai prinsip, tetapi harus diadakan pula penerapan prinsip tersebut.

Bahan ajar merupakan bahan minimal yang harus dikuasai oleh siswa untuk
dapat mencapai kompetensi dasar yang telah dirumuskan. Oleh sebab itu,
bahan pelajaran terlebih dahulu harus dapat menarik perhatian siswa untuk
membacanya. Seperti yang diungkapkan oleh Arikunto (dalam Djamarah dan
Zain, 2006: 44) bahwa minat siswa akan bangkit bila suatu bahan diajarkan
sesuai dengan kebutuhan siswa. Karena itu, bahan ajar merupakan komponen
yang tidak bisa diabaikan dalam pengajaran, sebab bahan ajar adalah inti
dalam proses belajar mengajar yang akan disampaikan kepada siswa. Hal ini

9

didukung oleh pendapat dari Ballstaedt (dalam Setyono, 2005: 29) bahwa
bahan ajar cetak harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut.
1.

Susunan tampilan, yang menyangkut: Urutan yang mudah, judul yang
singkat, terdapat daftar isi, struktur kognitifnya jelas, rangkuman, dan
tugas pembaca.

2.

Bahasa yang mudah, menyangkut: mengalirnya kosa kata, jelasnya
kalimat, jelasnya hubungan kalimat, kalimat yang tidak terlalu panjang.

3.

Menguji pemahaman, yang menyangkut: menilai melalui orangnya,
cheklist untuk pemahaman.

4.

Stimulan, yang menyangkut: enak tidaknya dilihat, tulisan mendorong
pembaca untuk berfikir, menguji stimulan.

5.

Kemudahan dibaca, yang menyangkut: keramahan terhadap mata ( huruf
yang digunakan tidak terlalu kecil dan enak dibaca), urutan teks
terstruktur, dan mudah dibaca.

6.

Materi instruksional, yang menyangkut: pemilihan teks, bahan kajian,
lembar kerja (work sheet).

Lebih lanjut disebutkan bahwa bahan ajar berfungsi sebagai berikut.
1.

Pedoman bagi guru yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam
proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang
seharusnya diajarkan kepada siswa.

2.

Pedoman bagi siswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam
proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang
seharusnya dipelajari/dikuasainya.

3.

Alat evaluasi pencapaian/penguasaan hasil pembelajaran.

10

Bahan ajar dapat ditampilkan dalam berbagai bentuk. Berdasarkan teknologi
yang digunakan, bahan ajar dapat dikelompokkan menjadi empat kategori
seperti yang ditulis oleh Murni (2010: 1), yaitu bahan cetak (printed) seperti
antara lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet,
wallchart, foto/gambar, model/maket. Bahan ajar dengar (audio) seperti
kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio. Bahan ajar pandang
dengar (audio visual) seperti video compact disk, film. Bahan ajar
multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti CAI (Computer
Assisted Instruction), compact disk (CD) multimedia pembelajaran interaktif,
dan bahan ajar berbasis web (web based learning materials).

Bahan cetak diklasifikasikan ke dalam tiga jenis menurut Kemp dan Dayton
(dalam Suryadi, 2010: 9), yaitu:
a. Learning aids (lembar petunjuk, deskripsi kerja, gambar seri
b. Training materials (handout, panduan belajar, manual pembelajaran)
c. Information materials (brosur, jurnal, laporan)

Berdasarkan klasifikasi tersebut, brosur termasuk ke dalam media cetak jenis
information materials (berisi informasi). Sesuai dengan fungsi brosur yang
dapat menyampaikan informasi penting tersebut, maka brosur dapat
digunakan juga dalam menyampaikan informasi mengenai materi
pembelajaran atau dengan kata lain brosur dapat digunakan sebagai bahan
ajar. Selain itu, berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, brosur
merupakan media informasi tertulis mengenai suatu masalah yang disusun
secara bersistem atau cetakan yang hanya terdiri atas beberapa halaman dan

11

dilipat tanpa dijilid atau selebaran cetakan yang berisi keterangan singkat
tetapi lengkap tentang perusahaan atau organisasi (Iqbal, 2008:
5).

Sedangkan Hampton (2013: 1) menyebutkan definisi lain dari brosur

berdasarkan bentuk fisiknya, yaitu sepotong kecil kertas yang dicetak, pada
umumnya menggunakan satu lembar kertas berukuran 8.5 inci x 11 inci atau
8.5 inci x 14 inci dengan tiga lipatan atau dapat pula berukuran lainnya
dengan banyak lipatan yang berbeda atau tanpa lipatan.

Sebuah bahan ajar cetak paling tidak mencakup antara lain judul, petunjuk
belajar (petunjuk siswa/guru), kompetensi yang akan dicapai, informasi
pendukung, latihan-latihan, dan petunjuk kerja (dapat berupa Lembar
Kerja/LK dan evaluasi). Demikian pula brosur, memiliki strukturnya sendiri,
yang tentunya berbeda dengan bahan ajar lain. Hal tersebut diungkapkan
dalam tabel berikut.
Tabel 1. Struktur Bahan Ajar
No.

Komponen

Ht

Bu

Ml

LKS

Bro

Lf

Judul






Petunjuk


belajar
3.
KD/MP





4.
Informasi






pendukung
5.
Latihan


6.
Tugas/


Langkah kerja
7.
Penilaian





Keterangan:
Ht: Handout, Bu: Buku, Ml: Modul, LKS: Lembar Kegiatan Siswa,
Bro: Brosur, Lf: Leaflet, Wch: Wallchart, F/Gb: Foto/Gambar,
Mo/M: Model/Maket (Setyono, 2005: 27).
1.
2.

Wch

F/Gb

Mo/M







-

-

-

**

**

**

**

**

**

-

-

-

-

**

**

**

**

**

12

Berdasarkan tabel tersebut, maka brosur terdiri atas empat komponen, yaitu:
a. Judul materi yang ingin disampaikan
b. Kompetensi dasar dan materi pelajaran yang disajikan secara singkat dan
jelas
c. Informasi yang mendukung materi pelajaran yang ingin disampaikan,
dapat berupa gambar/foto, tabel, dan statistik
d. Penilaian, berupa pertanyaan yang diharapkan dapat menggali rasa ingin
tahu dan keterampilan berpikir siswa (Setyono, 2005: 28).

Jika bahan ajar cetak tersusun secara baik maka bahan ajar akan
mendatangkan beberapa keuntungan, demikian pula brosur. Hal tersebut
dikemukakan oleh Ballstaedt (dalam Setyono, 2005: 16) sebagai berikut.
1.

Memudahkan bagi seorang guru untuk menunjukkan kepada siswa
bagian mana yang sedang dipelajari

2.

Biaya pengadaannya relatif sedikit

3.

Cepat digunakan dan dapat dipindah-pindah secara mudah

4.

Susunannya menawarkan kemudahan secara luas dan kreativitas bagi
individu

5.

Relatif ringan dan dapat dibaca di semua tempat

6.

Memotivasi pembaca untuk melakukan aktivitas tertentu

7.

Dapat dinikmati sebagai sebuah dokumen yang bernilai besar

8.

Pembaca dapat mengatur tempo belajar secara mandiri.

13

Di samping sisi positif tersebut, brosur juga mempunyai sisi negatif atau
kelemahan-kelemahan seperti yang dikemukakan oleh Wuryanto (2010: 1)
sebagai berikut.
1. Tidak mampu mempresentasikan gerakan, pemaparan materi bersifat
linear, dan tidak mampu mempresentasikan kejadian secara berurutan.
2. Sulit memberikan bimbingan kepada pembacanya yang mengalami
kesulitan memahami bagian tertentu.
3. Sulit memberikan umpan balik untuk pertanyaan yang diajukan yang
memiliki banyak kemungkinan jawaban atau pertanyaan yang
membutuhkan jawaban yang kompleks dan mendalam.
4. Tidak dapat mengakomodasi peserta didik dengan kemampuan baca
terbatas
5. Memerlukan pengetahuan prasyarat agar peserta didik dapat memahami
materi yang dijelaskan. Peserta didik yang tidak memenuhi asumsi
pengetahuan prasyarat ini akan mengalami kesulitan dalam memahami.
6. Cenderung digunakan sebagai hafalan.
7. Kadangkala memuat terlalu banyak terminologi dan istilah sehingga dapat
menyebabkan beban kognitif yang besar kepada peserta didik.
8. Presentasi satu arah karena tidak interaktif sehingga cenderung digunakan
dengan pasif, tanpa pemahaman yang memadai

B. Keterampilan Berpikir Kritis (KBK)

Berpikir (thinking) adalah proses mental seseorang yang lebih dari sekedar
mengingat (remembering) dan memahami (comprehending). “Mengingat”

14

pada dasarnya hanya melibatkan usaha penyimpanan sesuatu yang telah
dialami untuk suatu saat dikeluarkan kembali atas permintaan, sedangkan
“memahami” memerlukan perolehan apa yang didengar dan dibaca serta
melihat keterkaitan antar-aspek dalam memori. Sehingga keterampilan
berpikir seseorang menyebabkan seseorang tersebut harus bergerak hingga di
luar informasi yang didengarnya, misalnya keterampilan berpikir seseorang
untuk menemukan solusi baru dari suatu persoalan yang dihadapi (Sanjaya,
2006: 228). Sugiarto (dalam Amri dan Ahmadi, 2010: 62) mengkategorikan
proses berpikir kompleks atau berpikir tingkat tinggi ke dalam empat
kelompok yang meliputi pemecahan masalah (problem solving), pengambilan
keputusan (decision making), berpikir kritis (critical thinking), dan berpikir
kreatif (creative thingking). Hal tersebut didukung oleh Gunawan (2004: 177)
yang menjelaskan bahwa keahlian berpikir tingkat tinggi (High Order
Thingking) meliputi aspek berpikir kritis, berpikir kreatif, dan keterampilan
memecahkan masalah.

Menurut Halpern (dalam Achmad, 2007: 1), berpikir kritis adalah
memberdayakan keterampilan atau strategi kognitif dalam menentukan
tujuan. Proses tersebut dilalui setelah menentukan tujuan,
mempertimbangkan, dan mengacu langsung kepada sasaran juga merupakan
bentuk berpikir yang perlu dikembangkan dalam rangka memecahkan
masalah, merumuskan kesimpulan, mengumpulkan berbagai kemungkinan,
dan membuat keputusan ketika menggunakan semua keterampilan tersebut
secara efektif dalam konteks dan tipe yang tepat. Selain itu, Halpern juga
menambahkan bahwa berpikir kritis juga biasa disebut sebagai directed

15

thinking sebab berpikir kritis adalah berpikir langsung kepada fokus yang
akan dituju.

Beberapa keterampilan yang dikaitkan dengan konsep berpikir kritis menurut
Dressel (dalam Amri dan Ahmadi, 2010: 63) adalah keterampilanketerampilan untuk memahami masalah, menyeleksi informasi yang penting
untuk menyelesaikan masalah, memahami asumsi-asumsi, merumuskan dan
menyeleksi hipotesis yang relevan, serta menarik kesimpulan yang valid dan
menentukan kevalidan dari kesimpulan-kesimpulan. Keduanya juga
menambahkan bahwa dalam berpikir kritis, siswa dituntut menggunakan
strategi kognitif tertentu yang tepat untuk menguji keandalan gagasan,
pemecahan masalah, dan mengatasi masalah serta kekurangannya. Selain itu,
Achmad (2007: 3) telah menuliskan delapan karakteristik berpikir kritis,
yakni kegiatan merumuskan pertanyaan, membatasi permasalahan, menguji
data-data, menganalisis berbagai pendapat dan bias, menghindari
pertimbangan yang sangat emosional, menghindari penyederhanaan
berlebihan, mempertimbangkan berbagai interpretasi, dan mentoleransi
ambiguitas.

Sama halnya dengan keterampilan berpikir yang lain, keterampilan berpiikir
kritis memiliki beberapa indikator. Indikator tersebut dibagi menjadi lima
kelompok menurut Ennis (dalam Achmad, 2007: 1), yaitu: 1) memberikan
penjelasan dasar; 2) membangun keterampilan dasar; 3) menyimpulkan; 4)
membuat penjelasan lebih lanjut; 5) mengatur strategi dan taktik. Berikut
adalah rinciannya dalam bentuk tabel.

16

Tabel 2. Keterampilan Berpikir Kritis dan Indikatornya
Keterampilan
Berpikir Kritis
1. Memberikan
penjelasan dasar

Sub Keterampilan
Berpikir Kritis
Memfokuskan pertanyaan

Menganalisis Argumen

Bertanya dan menjawab
pertanyaan klarifikasi dan
pertanyaan yang menantang.

2. Membangun
keterampilan
dasar

Mempertimbangkan apakah
sumber dapat dipercaya atau
tidak?

Mengobservasi dan
mempertimbangkan hasil
observasi

Aspek
a. Mengidentifikasi atau
memformulasikan suatu
pertanyaan.
b. Mengidentifikasi atau
memformulasikan kriteria
jawaban yang mungkin.
c. Menjaga pikiran terhadap situasi
yang dihadapi
a. Mengidentifikasi kesimpulan
b. Mengidentifikasi alasan yang
dinyatakan.
c. Mengidentifikasi alasan yang
tidak dinyatakan.
d. Mencari persamaan dan
perbedaan
e. Mengidentifikasi dan menangani
ketidak relevanan.
f. Mencari struktur dari sebuah
pendapat/argumen
g. Meringkas
a. Mengapa?
b. Apa yang menjadi alasan utama?
c. Apanyang kamu maksud
dengan?
d. Apa yang menjadi contoh?
e. Apa yang bukan contoh?
f. Bagaimana mengaplikasikan
kasus tersebut?
g. Apa yang menjadikan
perbedaanya?
h. Apa faktanya?
i. Apakah ini yang kamu katakan?
j. Apalagi yang akan kamu katakan
tentang itu?
a. Keahlian
b. Mengurangi konflik interest
c. Kesepakatan antar sumber
d. Reputasi
e. Menggunakan prosedur yang ada
f. Mengetahui resiko
g. Keterampilan memberikan
alasan
h. Kebiasaan berhati-hati
a. Mengurangi praduga/menyangka
b. Mempersingkat waktu antara
observasi dengan laporan
c. Laporan dilakukan oleh
pengamat sendiri
d. Mencatat hal-hal yang sangat
diperlukan
e. Penguatan
f. Kemungkinan dalam penguatan
g. Kondisi akses yang baik

17

Keterampilan
Berpikir Kritis

3. Menyimpulkan

Sub Keterampilan
Berpikir Kritis

Mendeduksi dan
mempertimbangkan deduksi
Menginduksi dan
mempertimbangkan hasil
induksi
Membuat dan mengkaji
nilai-nilai hasil
pertimbangan

4. Membuat
penjelasan lebih
lanjut

Mendefinisikan istilah dan
mempertimbangkan definisi

Mengidentifikasi asumsi

5. Strategi dan
taktik

Memutuskan suatu tindakan

Berinteraksi dengan orang
lain

Aspek
h. Kompeten dalam menggunakan
teknologi
i. Kepuasan pengamat atas
kredibilitas criteria
a. Kelas logika
b. Menkondisikan logika
c. Menginterpretasikan pernyataan
a. Menggeneralisasi
b. Berhipotesis
a. Latar belakang fakta
b. Konsekuansi
c. Mengaplikasikan konsep
(prinsip-prinsip, hukum, asas)
d. Mempertimbangkan alternatif
e. Menyeimbangkan, menimbang
dan memutuskan
Ada 3 dimensi:
a. Bentuk : sinonim, klarifikasi,
rentang, ekspresi yang sama,
operasional, contoh dan
mencontoh
b. Strategi definisi
c. Konten (isi)
a. Alasan yang tidak dinyatakan
b. Asumsi yang diperlukan :
rekonstruksi argumen
a. Mendefinisikan masalah
b. Memilih kriteria yang mungkin
sebagai solusi permasalahan
c. Merumuskan alternatif-alternatif
untuk solusi
d. Memutuskan hal-hal yang akan
dilakukan
e. Review
f. Memonitor implementasi
a. Memberi label
b. Strategi logis
c. Strategi retorik
d. Mempresentasikan suatu posisi,
baik lisan atau tulisan

Sumber: Costa (1985: 19)

Keterampilan berpikir kritis merupakan keterampilan yang sangat esensial
untuk kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek
kehidupan lainnya. Hanya berpikir kritislah yang memungkinkan seseorang
menganalisis pemikiran sendiri untuk memastikan bahwa mereka telah
menentukan pilihan dan menarik kesimpulan yang cerdas. Seseorang yang

18

tidak berpikir kritis tidak dapat memutuskan untuk diri mereka sendiri
mengenai apa yang harus dipikirkan, apa yang harus dipercaya, atau
bagaimana harus bertindak (Braun, 2004: 232).

Sebagian masyarakat beranggapan bahwa keterampilan berpikir kritis hanya
dimiliki oleh orang-orang yang berpendidikan tinggi dan berkategori jenius
saja. Padahal, berpikir kritis ini merupakan sesuatu yang dapat dilakukan oleh
semua orang, termasuk para siswa, jika dikembangkan dengan cara yang
benar. Untuk mengembangkan keterampilan tersebut, maka diperlukan suatu
latihan. Keterampilan berpikir kritis ini dapat dilatih pada siswa melalui
pendidikan berpikir, yaitu melalui belajar bernalar, di mana dalam proses
berpikir tersebut diperlukan keterlibatan aktivitas pemikir itu sendiri. Salah
satu metode pembelajaran yang melibatkan hal tersebut adalah metode
diskusi (Gage dan Berliner, 1988: 1).

C. Aktivitas Belajar Siswa

Aktivitas merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk mencapai
tujuan tertentu. Aktivitas sangat diperlukan dalam proses belajar agar
kegiatan belajar mengajar menjadi efektif. Pengajaran yang efektif adalah
pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan
aktivitas sendiri. Melalui aktivitas tersebutlah, siswa dapat mengembangkan
kemampuan yang dimilikinya (Hamalik, 2004: 171).

Belajar bukanlah hanya sekedar menghafal sejumlah fakta atau informasi.
Belajar adalah berbuat, memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan

19

tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu, pengalaman belajar siswa harus
dapat mendorong siswa agar beraktivitas atau melakukan sesuatu. Aktivitas
tidak dimaksudkan terbatas pada aktivitas fisik, akan tetapi juga meliputi
aktivitas yang bersifat psikis seperti aktivitas mental (Sanjaya, 2009: 170).
Aktivitas fisik ialah peserta didik giat-aktif dengan anggota badan, membuat
sesuatu, bermain atau bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan,
melihat atau hanya pasif. Peserta didik yang memiliki aktivitas psikis
(kejiwaan) adalah, jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau
banyak berfungsi dalam rangka pengajaran (Rohani, 2004: 6).

Seseorang dikatakan aktif belajar jika dalam belajarnya mengerjakan sesuatu
yang sesuai dengan tujuan belajarnya, memberi tanggapan terhadap suatu
peristiwa yang terjadi dan mengalami atau turut merasakan sesuatu dalam
proses belajarnya. Dengan melakukan banyak aktivitas yang sesuai dengan
pembelajaran, maka siswa mampu mengalami, memahami, mengingat, dan
mengaplikasikan materi yang telah diajarkan. Adanya peningkatan aktivitas
belajar maka akan meningkatkan hasil belajar (Hamalik, 2004: 12).

Dalam proses pembelajaran, guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam
berpikir maupun berbuat. Penerimaan pelajaran jika dengan aktivitas siswa
sendiri, kesan itu tidak akan berlalu begitu saja, tetapi dipikirkan, diolah
kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk berbeda. Atau siswa akan bertanya,
mengajukan pendapat, menimbulkan diskusi dengan guru. Dalam berbuat
siswa dapat menjalankan perintah, melaksanakan tugas, membuat grafik,
diagram, intisari dari pelajaran yang disajikan oleh guru. Bila siswa menjadi

20

partisipasi yang aktif, maka ia memiliki ilmu/pengetahuan itu dengan baik
(Slameto, 2003: 36). Berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan serangkaian dari proses
kegiatan pembelajaran untuk menunjang prestasi belajar. Adapun aktivitas
siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kegiatan siswa yang terjadi
selama proses pembelajaran berlangsung, yang terdiri dari kemampuan
mengemukakan ide/gagasan, bekerja sama (berkomunikasi) dengan anggota
kelompok, mempresentasikan hasil diskusi kelompok, dan mengajukan
pertanyaan.

21

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Punggur Kabupaten Lampung
Tengah pada bulan Mei 2013, yaitu pada semester genap tahun pelajaran
2012/2013.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 2
Punggur Kabupaten Lampung Tengah, tahun pelajaran 2012/2013 yang
terdiri atas empat kelas. Dari seluruh populasi tersebut diambil dua kelas
sebagai sampel penelitian dengan teknik cluster random sampling. Terpilih
kelas VII A sebagai kelas eksperimen dan kelas VII C sebagai kelas kontrol.

C. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan eksperimental semu (quasi eksperiment) dengan
desain pretes-postes kelompok non-ekuivalen. Kelompok eksperimen (kelas
VII A) diberi perlakuan dengan menggunakan metode diskusi dengan bantuan
lembar kerja siswa (LKS) dan bahan ajar brosur, sementara kelompok kontrol
(kelas VII C) diberi perlakuan dengan menggunakan metode diskusi dengan
bantuan LKS. Selain itu, kedua kelompok diberi tes/soal yang mengukur

22

keterampilan berpikir siswa berupa uraian di awal dan akhir kegiatan
pembelajaran (pretes-postes).

Struktur desain penelitian ini adalah sebagai berikut:
Kelas
I
II

Pretes
O1
O1

Perlakuan
X

Postes
O2
O2

Keterangan:
I = Kelas eksperimen (kelas VII A)
II = Kelas kontrol (kelas VII C)
X = Perlakuan di kelas eksperimen dengan bahan ajar brosur
O1 = Pretes
O2 = Postes
Gambar 2. Desain Penelitian Pretes-Postes Kelompok Non-Ekuivalen

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan
penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut.
 Prapenelitian
Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian adalah sebagai berikut.
a. Membuat surat izin penelitian dari FKIP Universitas Lampung untuk
sekolah tempat diadakannya penelitian.
b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian,
untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang menjadi
subjek penelitian.
c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas
kontrol.
d. Membuat bahan ajar brosur sebagai sumber belajar siswa.

23

e. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Lembar Kerja Siswa (LKS).
f. Membuat instrumen penelitian yaitu soal pretes/postes dalam bentuk
uraian dan angket tanggapan siswa.
g. Membentuk kelompok belajar yang bersifat heterogen pada kelas
eksperimen dan kontrol berdasarkan nilai akademik siswa semester
ganjil dan jenis kelamin. Setiap kelas terdiri atas 5 kelompok, yaitu 3
kelompok beranggotakan 6 orang siswa, sedangkan 2 kelompok
beranggotakan 7 orang siswa.
 Pelaksanaan Penelitian
Kegiatan penelitian dilaksanakan dengan menerapkan metode diskusi
dengan bantuan LKS dan bahan ajar brosur untuk kelas eksperimen serta
metode diskusi dengan bantuan LKS untuk kelas kontrol. Penelitian ini
dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan dengan langkah-langkah
pembelajaran sebagai berikut.
 Kelas Eksperimen (Pembelajaran Dengan Menggunakan Metode
Diskusi dan Bahan Ajar Brosur)
a. Kegiatan Awal
1) Siswa mengerjakan pretes pada pertemuan pertama.
2) Siswa mendengarkan tujuan pembelajaran yang disampaikan
oleh guru.
3) Apersepsi dilakukan oleh siswa dengan mengamati gambar
yang ditampilkan dan menjawab pertanyaan dari guru.

24

4) Siswa memperoleh motivasi dari guru mengenai pentingnya
mempelajari materi pada pertemuan tersebut.

b. Kegiatan Inti
1) Siswa duduk sesuai kelompok belajar yang telah dibentuk pada
pertemuan sebelumnya. Satu kelas terdiri atas 5 kelompok
heterogen yang dibentuk berdasarkan nilai akademik siswa
semester ganjil dan jenis kelamin, yaitu 3 kelompok
beranggotakan 6 orang siswa, sedangkan 2 kelompok
beranggotakan 7 orang siswa.
2) Setiap kelompok siswa memperoleh bahan ajar brosur yang
berisi materi yang akan dipelajari.
3) Siswa mengaitkan materi pembelajaran yang disampaikan oleh
guru secara garis besar dengan materi yang ada dalam brosur.
4) Setiap kelompok siswa memperoleh lembar kerja siswa (LKS).
5) Siswa berdiskusi secara berkelompok dalam mengerjakan LKS
dengan membaca dan mengkaji sumber belajar yang relevan,
serta mengaitkannya dengan materi yang ada dalam brosur.
6) Siswa mengumpulkan LKS yang telah dikerjakan.
7) Setiap perwakilan kelompok siswa mempresentasikan hasil
diskusi kelompoknya masing-masing dilanjutkan dengan
diskusi kelas.
8) Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan
menanyakan hal-hal yang belum dipahami dalam proses
presentasi dan diskusi kelas.

25

c. Kegiatan Penutup
1) Siswa membuat simpulan/rangkuman materi yang telah
dipelajari dengan bimbingan guru.
2) Siswa mengerjakan postes pada pertemuan kedua.
 Kelas Kontrol (Pembelajaran Dengan Metode Diskusi)
a. Kegiatan Awal
1) Siswa mengerjakan pretes pada pertemuan pertama.
2) Siswa mendengarkan tujuan pembelajaran yang disampaikan
oleh guru.
3) Apersepsi dilakukan oleh siswa dengan mengamati gambar
yang ditampilkan dan menjawab pertanyaan dari guru.
4)

Siswa memperoleh motivasi dari guru mengenai pentingnya
mempelajari materi pada pertemuan tersebut.

b. Kegiatan Inti
1) Siswa duduk sesuai kelompok belajar yang telah dibentuk pada
pertemuan sebelumnya. Satu kelas terdiri atas 5 kelompok
heterogen yang dibentuk berdasarkan nilai akademik siswa
semester ganjil dan jenis kelamin, yaitu 3 kelompok
beranggotakan 6 orang siswa, sedangkan 2 kelompok
beranggotakan 7 orang siswa.
2) Siswa memperhatikan penyampaian dari guru secara garis
besar mengenai materi pembelajaran.
3) Setiap kelompok siswa memperoleh lembar kerja siswa (LKS).

26

4) Siswa berdiskusi secara berkelompok dalam mengerjakan LKS
dengan membaca dan mengkaji sumber belajar yang relevan.
5) Siswa mengumpulkan LKS yang telah dikerjakan.
6) Setiap perwakilan kelompok siswa mempresentasikan hasil
diskusi kelompoknya masing-masing dilanjutkan dengan
diskusi kelas.
7) Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan
menanyakan hal-hal yang belum dipahami dalam proses
presentasi dan diskusi kelas.
c. Kegiatan Penutup
1) Siswa membuat simpulan/rangkuman materi yang telah
dipelajari dengan bimbingan guru.
2) Siswa mengerjakan postes pada pertemuan kedua.

E. Jenis dan Teknik Pengambilan Data
Jenis dan teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.

Jenis Data
a. Data Kuantitatif
Data kuantitatif yaitu berupa skor keterampilan berpikir kritis siswa
yang diperoleh dari nilai pretes dan postes. Keterampilan berpikir
kritis siswa ditinjau berdasarkan perbandingan gain yang
dinormalisasi atau N-gain dengan menggunakan rumus Hake (dalam
Loranz, 2008: 2).

27

b. Data Kualitatif
Data kualitatif dalam penelitian ini data aktivitas belajar siswa, dan
tanggapan siswa terhadap penggunaan bahan ajar brosur.
2.

Teknik Pengambilan Data
Teknik pengambilan data pada penelitian ini sebagai berikut:
a. Pretes dan Postes
Data keterampilan berpikir kritis berupa nilai pretes, postes, dan
N-gain. Nilai pretes diambil pada pertemuan pertama setiap kelas,
baik kelas eksperimen maupun kontrol, sedangkan nilai postes diambil
di akhir pembelajaran pada pertemuan kedua setiap kelas, baik kelas
eksperimen maupun kontrol. Bentuk soal yang diberikan adalah
berupa soal uraian.
b. Lembar Kerja Siswa (LKS)
LKS digunakan untuk mengetahui pengaruh bahan ajar brosur
terhadap keterampilan berpikir kritis dan aktivitas siswa. Kelas
eksperimen menggunakan LKS yang mengaitkan materi pembelajaran
dengan konsep pada brosur, sedangkan kelas kontrol menggunakan
LKS yang berfokus pada materi pelajaran saja.
c. Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Lembar observasi aktivitas siswa berisi aspek kegiatan yang diamati
pada saat proses pembelajaran di kedua kelas. Setiap kegiatan yang
dilakukan siswa diamati skornya dengan cara mengisi lembar
observasi sesuai dengan aspek yang telah ditentukan.

28

d. Angket Tanggapan Siswa

Angket tanggapan siswa berisi tentang pendapat seluruh siswa
mengenai penggunaan bahan ajar brosur dalam proses pembelajaran di
kelas. Angket tanggapan siswa terhadap penggunaan brosur berisi 6
pernyataan yang terdiri dari 3 pernyataan positif dan 3 pernyataan
negatif. Pengisian angket tersebut dilakukan dengan cara memberi
tanda checklist (√) dalam memilih salah satu dari dua pilihan jawaban
yang tersedia, yaitu setuju dan tidak setuju.

F. Teknik Analisis Data
1.

Data Kuantitatif
Data penelitian berupa nilai pretes, postes, dan N-gain. Teknik
penskoran nilai LKS, pretes dan postes yaitu:

Keterangan:
S = Nilai yang diharapkan (dicari);
R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar;
N = jumlah skor maksimum dari tes tersebut

Sedangkan N-gain, diperoleh dengan menggunakan rumus Hake (Loranz,
2008: 2), yaitu:

Keterangan :
X= nilai postes
Y= nilai pretes
Z= skor maksimum

Nilai pretes, postes, dan N-gain pada kelompok kontrol dan eksperimen
dianalisis menggunakan uji t dan uji U dengan program SPSS versi 16,

29

yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat berupa uji normalitas data dan
uji homogenitas data sebagai berikut.
a.

Uji Normalitas Data
Uji normalitas data dilakukan menggunakan uji Lilliefors dengan
program SPSS versi 16.
 Hipotesis
H0 : Sampel berdistribusi normal
H1 : Sampel tidak berdistribusi normal
 Kriteria Pengujian
 Jika p-value/sig > 0,05 atau Lhitung < Ltabel, maka H0 diterima
 Jika p-value/sig < 0,05 atau Lhitung > Ltabel, maka H0 ditolak

b. Uji Homogenitas (Kesamaan Dua Varian)
Apabila masing masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan
dengan uji kesamaan dua varian dengan dengan menggunakan
program SPSS versi 16.
 Hipotesis
H0 : Kedua sampel mempunyai varians sama
H1 : Kedua sampel mempunyai varians berbeda
 Kriteria Uji
 Jika Fhitung < Ftabel atau probabilitasnya/sig > 0,05 maka H0
diterima
 Jika Fhitung > Ftabel atau probabilitasnya/sig < 0,05 maka H0
ditolak.

30

c.

Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis digunakan uji kesamaan dua rata-rata dan
uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan program SPSS
versi 16.
 Uji Kesamaan Dua Rata-rata
 Hipotesis
H0 = Rata-rata N-gain kedua sampel sama
H1 = Rata-rata N-gain kedua sampel tidak sama
 Kriteria Uji
 Jika –ttabel < thitung < ttabel, maka H0 diterima
 Jika thitung < -ttabel atau thitung > ttabel maka H0 ditolak
 Uji Perbedaan Dua Rata-rata
 Hipotesis
H0 = Rata-rata N-gain pada kelas eksperimen sama dengan
kelas kontrol.
H1 = Rata-rata N-gain pada kelas eksperimen lebih tinggi dari
kelas kontrol.
 Kriteria Uji
 Jika –ttabel < thitung < ttabel, maka H0 diterima
 Jika thitung < -ttabel atau thitung > ttabel, maka H0 ditolak.

d. Uji Mann-Whitney U
 Hipotesis
H0 = rata-rata nilai kedua sampel berbeda tidak signifikan
H1 = rata-rata nilai kedua sampel berbeda secara signifikan

31

 Kriteria Uji:
 Jika probabilitasnya > 0.05, maka H0 diterima
 Jika probabilitasnya < 0.05, maka H0 ditolak

2.

Data Kualitatif
a.

Keterampilan Berpikir Kritis (KBK) Siswa
1. Memberi skor sesuai rubrik penilaian keterampilan berpikir kritis,
seperti pada tabel berikut.
Tabel 3. Rubrik Penilaian KBK Untuk Pretes/Postes
No.

Indikator KBK

1.

Melakukan deduksi

Nomor
Soal
1a

Skor

Indikator Operasional

0

tidak dapat melakukan
deduksi
dapat melakukan deduksi,
namun tidak sesuai
dapat melakukan deduksi
yang sesuai
tidak dapat memberi
penjelasan dasar
dapat memberi penjelasan
dasar, namun tidak sesuai
dapat memberi penjelasan
dasar yang sesuai
tidak dapat merumuskan
alternatif solusi
dapat merumuskan
alternatif solusi, namun
tidak sesuai
dapat merumuskan
alternatif solusi yang
sesuai, namun bahasa
yang digunakan tidak
jelas dan runtut
dapat merumuskan
alternatif solusi yang
sesuai dengan
menggunakan bahasa
yang jelas dan runtut
tidak dapat memberikan
alasan
dapat memberikan alasan
namun tidak sesuai atau
menjawab item a dengan
benar
dapat memberikan alasan
yang sesuai dan

1
2
2.

Memberi
penjelasan dasar

1b

0
1
2

3.

Merumuskan
alternatif solusi

1c

0
1

2

3

4.

Memberikan alasan

2

0
1

2

32

No.

Indikator KBK

Nomor
Soal

Skor

3

Indikator Operasional
menjawab dua item
dengan benar, namun
bahasa yang digunakan
tidak jelas dan runtut
dapat memberikan alasan
yang sesuai dan
menjawab dua item
dengan benar, serta
menggunakan bahasa
yang jelas dan runtut

2. Kemudian memasukkan skor yang diperoleh masing-masing
siswa ke dalam tabel berikut.
Tabel 4. Lembar Penilaian Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
No. Urut
Siswa

A
no. soal …)

Skor pada Aspek KBK
B
C
no. soal …)
no. soal …)

D
no. soal …

1
2
3
dst.
R
N
S
Kriteria
Keterangan Aspek KBK:
A = melakukan deduksi;
B = memberikan penjelasan dasar;
C = merumuskan alternatif solusi;
D = memberikan alasan

3. Menjumlahkan skor (R) setiap siswa.
4. Menentukan nilai (S) pada setiap indikator keterampilan berpikir
kritis dengan menggunakan rumus:

Keterangan:
S = Nilai KBK yang diharapkan (dicari)
R = Jumlah skor KBK yang diperoleh
N = Jumlah skor KBK maksimum

33

5. Setelah data diolah dan diperoleh nilainya, maka kriteria
keterampilan berpikir kritis siswa tersebut dapat dilihat dari tabel
berikut
Tabel 5. Kriteria Persentase Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
Persentase
80,1-100
60,1-80
40,1-60
20,1-40
0,0-20

Kriteria
Sangat tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat rendah

b. Aktivitas Siswa
Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung
merupakan data yang diambil melalui observasi. Data tersebut
dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dengan
menghitung persentase aktivitas belajar siswa. Langkah-langkah
yang dilakukan adalah sebagai berikut.
1. Memberi skor sesuai lembar observasi aktivitas belajar siswa
seperti pada tabel berikut.
Tabel 6. Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa
No

Nama

Skor Aspek Aktivitas Belajar Siswa
A
B
C
D
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3

1
2
3
dst.
Jumlah skor
Skor maksimum
Persentase
Kriteria
Catatan: Berilah skor dengan tanda checklist (√) sesuai dengan keterangan
aspek aktivitas belajar siswa!

34

Keterangan Aspek Aktivitas Belajar Siswa:
A. Mengemukakan ide/gagasan
1. Tidak mengemukakan ide/gagasan (diam saja).
2. Mengemukakan ide/gagasan namun tidak sesuai dengan pembahasan
pada materi pokok pengelolaan lingkungan.
3. Mengemukakan ide/gagasan sesuai dengan pembahasan pada materi
pokok pengelolaan lingkungan.
Petunjuk penilaian: melakukan observasi terhadap siswa saat melakukan
diskusi kelompok.
B. Bekerja sama (berkomunikasi) dengan anggota kelompok
1. Tidak berkomunikasi secara lisan/tulisan dalam bertukar pendapat
dengan anggota kelompok (diam saja).
2. Berkomunikasi secara lisan/tulisan dengan anggota kelompok tetapi
tidak sesuai dengan pembahasan dalam LKS.
3. Berkomunikasi secara lisan/tulisan dalam bertukar pendapat untuk
mengerjakan LKS.
Petunjuk penilaian: melakukan observasi terhadap siswa saat melakukan
diskusi kelompok.
C. Mempresentasikan hasil diskusi kelompok
1. Siswa dalam kelompok kurang dapat mempresentasikan hasil diskusi
kelompok secara sistematis dan tidak dapat menjawab pertanyaan.
2. Siswa dalam kelompok kurang dapat mempresentasikan hasil diskusi
kelompok dengan secara sistematis dan menjawab pertanyaan dengan
benar atau dapat mempresentasikan hasil diskusi secara sistematis tetapi
tidak dapat menjawab pertanyaan.
3. Siswa dalam kelompok dapat mempresentasikan hasil diskusi secara
sistematis dan menjawab pertanyaan dengan benar.
Petunjuk penilaian: melakukan observasi terhadap siswa dalam
mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya.
D. Mengajukan pertanyaan
1. Tidak mengajukan pertanyaan.
2. Mengajukan pertanyaan, tetapi tidak mengarah pada permasalahan pada
materi pokok pengelolaan lingkungan.
3. Mengajukan pertanyaan yang mengarah dan sesuai dengan
permasalahan pada materi pokok pengelolaan lingkungan
Petunjuk penilaian: melakukan observasi terhadap siswa dalam mengikuti
kegiatan presentasi yang dilakukan oleh siswa kelompok lain dan kegiatan
diskusi kelas.

2. Menghitung persentase aktivitas dengan menggunakan rumus:
s n as

o p ol an
o a s

3. Menafsirkan persentase aktivitas belajar siswa sesuai kriteria pada
tabel berikut.

35

Tabel 7. Kriteria Persentase Aktivitas Belajar Siswa
Persentase (%)
87,50 – 100
75,00 – 87,49
50,00 – 74,99
0 – 49,99

Kriteria
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang

c. Tanggapan Siswa Terhadap Penggunaan Bahan Ajar Brosur
Data tanggapan siswa terhadap pembelajaran dikumpulkan melalui
penyebaran angket. Angket tanggapan siswa terhadap penggunaan
brosur berisi 6 pernyataan yang terdiri atas 3 pernyataan positif dan 3
pernyataan negatif. Pengisian angket tersebut dilakukan dengan cara
memberi tanda checklist (√) dalam memilih salah satu dari dua
pilihan jawaban yang tersedia, yaitu setuju dan tidak setuju, seperti
pada tabel berikut.
Tabel 8. Item Pernyataan Pada Angket Tanggapan Siswa Terhadap
Penggunaan Bahan Ajar Brosur
No
1

Pernyataan

Saya senang mempelajari materi pokok pengelolaan
lingkungan dengan bantuan bahan ajar brosur
2
Saya lebih mudah memahami materi pengelolaan lingkungan
dengan bantuan bahan ajar brosur
3
Saya memperoleh wawasan/pengetahuan baru tentang materi
pokok pengelolaan lingkungan melalui bahan ajar brosur.
4
Saya merasa sulit mengerjakan soal-soal di LKS dengan
bantuan bahan ajar brosur
5
Bahan ajar brosur menyebabkan saya menjadi sulit
berinteraksi dengan teman selama proses pembelajaran
berlangsung
6
Bahan ajar brosur tidak memberi kesempatan kepada saya
untuk berpikir kritis
Catatan: Pilihlah satu dari dua pilihan jawaban yang tersedia dengan
memberi tanda checklist (√)!

S

TS

36

Pengolahan data angket dilakukan sebagai berikut.
 Menghitung skor angket pada setiap jawaban sesuai dengan
ketentuan pada tabel berikut.
Tabel 9. Skor Perjawaban Angket
Skor

Sifat Pernyataan

1
S
TS

Positif
Negatif
Keterangan:
S = setuju; TS = tidak setuju

0
TS
S

 Melakukan tabulasi data temuan pa

Dokumen yang terkait

PENGARUH PENDEKATAN RESOURCE BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 29 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 29 53

EFEKTIVITAS LKS BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 20 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 11 52

PENGARUH PENGGUNAAN TEHNIK PENCATATAN MIND MAPPING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 2 Metro Semester Genap Tahun Ajaran 2012/2013)

0 13 61

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH (PBM) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 22 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 11 79

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH (PBM) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 22 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 11 68

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Natar Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 29 40

PENGARUH PENERAPAN METODE PRAKTIKUM TERHADAP AKTIVITAS DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK ORGANISASI KEHIDUPAN (Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMPN 2 Way Jepara Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 10 48

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN AJAR BROSUR TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Punggur Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 11 123

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Studi Eksperimen pada siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Punggur Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013 Pada Materi Pokok mengaplik

0 19 50

PENGARUH PENGGUNAAN LINGKUNGAN SEKITAR SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK EKOSISTEM (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Perintis 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 11 154