PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR SISWA (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII MTs Negeri 1 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015 Materi Pokok Ekosistem)

(1)

ABSTRAK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN

HASIL BELAJAR SISWA

(Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII MTs Negeri 1 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015 Materi Pokok Ekosistem)

Oleh

MERRY AGUSTINA

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran discovery learning terhadap kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa pada materi pokok ekosistem. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan desain Control Group Pretest-Postest. Sampel penelitian adalah kelas VIIA sebagai kelas eksperimen dan kelas VIIKK sebagai kelas kontrol

yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Data penelitian ini berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif berupa rata-rata persentase kemampuan berpikir kritis siswa diperoleh dari jawaban lembar kerja siswa (LKS) dan persepsi siswa mengenai model pembelajaran discovery learning yang dianalisis secara deskriptif. Data kuantitatif diperoleh dari nilai pretest dan postest,


(2)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen dengan penerapan model pembelajaran discovery learning lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol dengan rata-rata persentase (eksperimen = 75.58% dengan kriteria baik; kontrol = 70.08% dengan kriteria cukup). Hasil belajar siswa pada kelas eksperimen juga berpengaruh sangat signifikan dengan nilai rata-rata

N-gain (eksperimen = 65.06; kontrol = 47.13). Kemudian semua siswa

memberikan tanggapan positif terhadap penerapan model pembelajaran discovery learning. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penerapan model

pembelajaran discovery learning sangat berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa pada materi pokok ekosistem.

Kata kunci: Model Pembelajaran, Discovery Learning, Kemampuan Berpikir Kritis, Hasil Belajar, Ekosistem


(3)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS

DAN HASIL BELAJAR SISWA

(Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII MTs Negeri 1 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015 Materi Pokok Ekosistem)

Oleh

MERRY AGUSTINA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar

SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Pendidikan MIPA

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS

DAN HASIL BELAJAR SISWA

(Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII MTs Negeri 1 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015 Materi Pokok Ekosistem)

(Skripsi)

Oleh

MERRY AGUSTINA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(5)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Hubungan antara Variabel Bebas dengan Variabel Terikat ... 21

2. Desain Control GrupPretest-Postest... 23

3. Grafik Persepsi Siswa Mengenai Model Discovery Learning ... 44

4. Siswa Mengerjakan Soal Pretest ... 139

5. Siswa Mendengarkan Apersepsi dari Guru ... 139

6. Siswa Berdiskusi Bersama Kelompoknya ... 140

7. Guru Membimbing Siswa Dalam Berdiskusi ... 140

8. Siswa Mempresentasikan Hasil Diskusi Kelompoknya ... 141


(6)

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Discovery Learning ... 8

B. Berpikir Kritis ... 12

C. Hasil Belajar ... 17

D. Kerangka Pikir ... 19

E. Hipotesis ... 21

III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 22

B. Populasi dan Sampel ... 22

C. Desain Penelitian ... 22

D. Prosedur Penelitian ... 23

E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ... 31

F. Teknik Analisis Data ... 35

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 41

B. Pembahasan ... 45

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 50

B. Saran ... 50


(7)

xiv

LAMPIRAN

1. Silabus Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 56

2. RPP Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 60

3. Kisi-kisi Soal Pretest-Postest ... 73

4. Soal Pretest-Postest ... 79

5. Rubrik Penilaian Pretest-Postest ... 82

6. Lembar Kerja Siswa (LKS) Eksperimen dan Kontrol ... 84

7. Kunci Jawaban LKS Eksperimen dan Kontrol ... 96

8. Rubrik Penilaian LKS Eksperimen dan Kontrol ... 105

9. Persepsi Siswa Mengenai Model Discovery Learning ... 107

10. Hasil Uji Statistik ... 109

11. Lembar Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis Siswa... 128

12. Lembar Penilaian Hasil Belajar Siswa ... 132

13. Contoh Jawaban Siswa Pada LKS ... 136


(8)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Kemampuan dan Indikator Berpikir Kritis ... 14

2. Pernyataan Persepsi Siswa Mengenai Model Discovery Learning ... 32

3. Lembar Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 34

4. Skor Setiap Jawaban Siswa ... 35

5. Data Persepsi Siswa Mengenai Model Discovery Learning ... 36

6. Kriteria Tingkat Persepsi Siswa Mengenai Discovery Learning ... 36

7. Kriteria Persentase Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 37

8. Persentase KBK Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 41

9. Hasil Uji Normalitas, Homogenitas, dan Uji t Hasil Belajar Siswa ... 42

10.Hasil Uji Normalitas dan Uji U Hasil Belajar Siswa Per Indikator ... 43

11.Hasil Uji Normalitas Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 109

12.Hasil Uji Homogenitas Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 112

13.Hasil Uji t1 dan t2 Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 115

14.Hasil Uji Normalitas Hasil Belajar Siswa Per Indikator ... 120

15.Hasil Uji U Mann-Whitney Hasil Belajar Siswa ... 124

16.Lembar Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas Eksperimen ... 128

17.Lembar Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas Kontrol .... 129

18.Akumulasi Penilaian Agket Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 130

19.Nilai Pretest, Postest dan N-gain Kelas Eksperimen ... 132

20.Nilai Pretest, Postest dan N-gain Kelas Kontrol ... 133

21.Lembar Penilaian Hasil Belajar Per Indikator Kelas Eksperimen ... 134


(9)

(10)

(11)

(12)

Moto

Allah tidak akan membebani seseorang melainkan

sesuai kesanggupannya

(Al Baqarah: 286)

“Setiap kamu merasa beruntung,

Percayalah doa Ibumu telah didengar”

(Unknown)

Sukses itu bukan bakat tetapi kerja keras

(Arwin Achmad)

“Don’t just

be your self, but just be your better self”


(13)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahi robbil ‘alamin, segala puji untuk Mu ya Rabb atas segala

kemudahan, limpahan rahmad dan karunia yang Engkau berikan selama ini.

Teriring doa, rasa syukur dan segala kerendahan hati.

Dengan segala cinta dan kasih sayang kupersembahkan karya ini untuk

orang-orang yang akan selalu berharga dalam hidupku:

Ayahanda (Joharman) dan Ibunda (Lis Barida)

Sosok ayah yang bijaksana dan bertanggung jawab.

Sosok bunda yang penuh kesabaran menjadi sebuah motivasiku untuk

terus maju.

Terimakasih untuk cinta dan kasih sayang yang tiada terhingga serta

doa dan penantian keberhasilanku..

Uni (Armelya), Hoya (Arlan Wijaya),

Ayuk (Kartini), dan adikku (Dodi Lisman)

Terimakasih untuk segala cinta, sumber inspirasi, motivasi, dan segala

bentuk dukungan yang kalian berikan untukku..


(14)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada 5 Agustus 1992, anak keempat dari lima bersaudara, dari pasangan Bapak

Joharman dengan Ibu Lis Barida. Bertempat tinggal di Jalan Putri Balau No.8 Tanjung Agung Kedamaian, Bandar Lampung, Lampung. No. Hp 08975936351.

Pendidikan yang ditempuh penulis adalah SDN 1 Tanjung Agung (1999-2004), SDN 1 Kaliawi (2004-2005), SMP Negeri 14 Bandar Lampung (2005-2008), SMA Negeri 3 Bandar Lampung (2008-2011). Pada tahun 2011, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur Undangan.

Penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1 Liwa dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di Kabupaten Lampung Barat (Tahun 2014), dan penelitian pendidikan di MTs Negeri 1 Bandar Lampung untuk meraih gelar sarjana pendidikan/S.Pd. (Tahun 2015).


(15)

SANWACANA

Alhamdulillah, puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena kasih sayang dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR SISWA (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII MTs Negeri 1 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015 Materi Pokok Ekosistem)”.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;

2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung; 3. Berti Yolida, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi

dan Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan motivasi hingga skripsi ini dapat selesai;

4. Drs. Arwin Achmad, M.Si., selaku Pembimbing I dan Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan, motivasi, serta saran dan kritik yang diberikan selama kuliah dan dalam proses penyusunan skripsi;

5. Rini Rita T. Marpaung, S.Pd., M.Pd., selaku Pembahas atas saran-saran perbaikan dan motivasi yang sangat berharga;


(16)

xii

6. Dr. H. Erjati Abas, M.Ag., selaku Kepala MTs Negeri 1 Bandar Lampung dan Siti Zainab, S.Pd., selaku guru mitra, yang telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian serta motivasi yang sangat berharga;

7. Seluruh dewan guru, staf, dan siswa-siswi kelas VIIA dan VIIKK MTs Negeri 1

Bandar Lampung atas kerjasama yang baik selama penelitian berlangsung; 8. The best I have!! Sofa, Cibon, Wo Sherly, Diah, Pumai, Oneng, Heru, Budi,

dan Doni. Terima kasih atas persahabatan selama 7 tahun ini dan seterusnya, tanpa kalian hidup terasa hampa guys;

9. Agit, Deaz, Rizkur, Rudi.. terima kasih atas segala pertolongan, motivasi, dan selalu siap sedia ketika dibutuhkan. Kalian luarbiasaa baiknya;

10.Tim skripsi Welly Mentari dan Khoirunnisa, atas kesabaran, motivasi, dan masukan-masukan yang diberikan;

11.Teman-teman KKN dan siswa-siswa SMA Negeri 1 Liwa, kebersamaan kita mungkin memang hanya sebentar tetapi kalian telah memberikan pelajaran dan pengalaman yang tidak akan pernah terlupakan;

12.Teman-teman seperjuangan Pendidikan Biologi 2011, kakak dan adik tingkat yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih untuk persaudaraan, semangat dan motivasi, nasihat, kritik dan bantuannya selama perkuliahan; 13.Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, 07 Juli 2015 Penulis


(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat menyebabkan arus informasi menjadi cepat dan tanpa batas. Hal ini berdampak langsung pada berbagai bidang kehidupan, termasuk dalam bidang pendidikan. Proses pendidikan pun dituntut untuk menyiapkan serta menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas agar dapat memproses informasi tersebut dengan baik dan benar (Prayoga, 2013: 1).

Salah satu upaya dalam bidang pendidikan yang dapat dilakukan untuk mencetak SDM yang berkualitas yaitu dengan mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan aspek pengetahuan siswa. Kedua potensi tersebut dapat dikembangkan pada siswa dalam proses pembelajaran melalui pelajaran IPA. Hal ini didukung dengan pernyataan Prayoga (2013: 2) yang menyatakan bahwa pada pelajaran IPA, siswa diajarkan untuk memperoleh pengetahuan melalui pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan, dan komunikasi untuk menghasilkan suatu penjelasan yang dapat dipercaya, sehingga

kemampuan berpikir kritis dan aspek pengetahuan siswa dapat dimunculkan.

Namun, fakta menunjukkan kemampuan berpikir kritis siswa dan aspek pengetahuan siswa Indonesia masih rendah. Hal ini dibuktikan dengan hasil studi Trend in International Mathematics and Science Study (TIMSS) tahun


(18)

2

2011 menunjukan kemampuan penalaran siswa Indonesia berada pada tingkat amat rendah yaitu hanya 17% siswa yang memiliki kemampuan penalaran yang baik. Siswa Indonesia kesulitan dalam kemampuan memahami informasi berupa fakta-fakta, konsep dan prosedur yang kompleks, serta menerapkan pengetahuan dan pemahaman konsep untuk menyelesaikan masalah (Janariani, 2014: 2). Selain itu, dalam studi Program for

International Students Assessment (PISA) tahun 2012, siswa Indonesia lemah dalam menyelesaikan soal-soal yang membutuhkan Higher Order Thinking Skill (HOTS) seperti soal yang berhubungan dalam penyelesaian masalah kehidupan nyata. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa

kemampuan berpikir kritis siswa pada umumnya masih rendah (Pratiwi, 2014: 2).

Disamping itu, hasil belajar siswa Indonesia juga berada pada taraf rendah. Pada TIMSS 2011 posisi Indonesia menempati peringkat ke-40 dari 42 negara dengan nilai rata-rata 406. Kemampuan sains siswa Indonesia di TIMSS masih di bawah nilai rata-rata (500) dan secara umum berada pada tahapan terendah (Low International Brenchmark) (Syaadah, 2013: 1).

Selanjutnya, hasil studi PISA tahun 2012, rata-rata nilai sains siswa Indonesia adalah 382, dimana Indonesia menempati peringkat 64 dari 65 negara peserta, atau dengan kata lain menempati peringkat kedua terbawah dari seluruh negara peserta PISA (Janariani, 2014: 2).

Rendahnya kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa Indonesia ini juga didukung dari hasil observasi yang telah dilakukan peneliti di MTs Negeri 1 Bandar Lampung dengan guru mata pelajaran IPA kelas VII.


(19)

3

Rendahnya kemampuan berpikir kritis ini dibuktikan dengan siswa kesulitan merumuskan masalah, memberikan argumen, melakukan deduksi, melakukan induksi, serta melakukan evaluasi untuk memecahkan suatu masalah pada saat proses pembelajaran. Sementara rendahnya hasil belajar siswa dibuktikan dengan masih banyaknya siswa (65%) yang belum mencapai KKM pada materi pokok ekosistem tahun pelajaran 2013/2014.

Penyebab rendahnya kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa ini diduga karena guru belum mengetahui macam-macam model pembelajaran yang dapat membuat siswa turut serta aktif dalam proses pembelajaran seperti aktif bertanya, menjawab pertanyaan, dan mengemukakan pendapat.

Berdasarkan hasil observasi, dalam proses pembelajaran guru masih menggunakan metode konvensional. Metode konvensional menyebabkan kegiatan pembelajaran masih didominasi oleh guru, siswa kurang aktif dan cenderung menjadi malas berpikir secara mandiri. Oleh karena itu, diperlukan model pembelajaran yang dapat menarik siswa untuk dapat meningkatkan kemampuan berpikir ktiris dan mencapai hasil belajar yang optimal.

Salah satu model pembelajaran yang menuntut keterlibatan siswa aktif dalam proses pembelajaran adalah model pembelajaran melalui penemuan

(discovery). Menurut Hosnan (2014: 282) discovery merupakan suatu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan konstruktivisme. Model ini bertujuan untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah dilupakan siswa. Dengan belajar penemuan, siswa juga bisa belajar berpikir analisis dan mencoba


(20)

4

memecahkan sendiri problem yang dihadapi. Kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan bermasyarakat. Lebih lanjut Suprijono (2012: 70)

menyatakan bahwa belajar penemuan menekankan pada berpikir tingkat tinggi. Belajar ini memfasilitasi siswa mengembangkan kemampuan berpikir melalui induksi logika yaitu berpikir dari fakta ke konsep.

Pada pengaplikasian discovery learning guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, guru membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan. Kondisi ini akan mengubah kegiatan belajar mengajar yang teacher oriented (berorientasi pada guru) menjadi student oriented (berorientasi pada siswa). Bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, tetapi siswa dituntut umtuk melakukan berbagai kegiatan seperti menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mengorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan-kesimpulan (Sani, 2014: 65).

Beberapa penelitian yang dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran

discovery learning dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa, diantaranya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2014: 1) menunjukkan bahwa pembelajaran dengan model discovery learning

memberikan pengaruh terhadap peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa SMA Negeri 7 Pontianak sebesar 28, 23%. Selanjutnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2013: 1) menyatakan bahwa ada pengaruh

discovery learning terhadap kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar fisika.


(21)

5

Penerapan model pembelajaran discovery learning diharapkan tepat untuk materi pokok ekosistem. Mengingat materi ini memiliki banyak manfaat karena berkaitan langsung dengan lingkungan sekitar. Selain itu dengan model pembelajaran discovery learning ini diharapkan siswa lebih aktif dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa.Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai “Pengaruh Model

Pembelajaran Discovery Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa pada Materi Pokok Ekosistem di MTs Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah pengaruh model pembelajarandiscovery learning terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pokok ekosistem?

2. Apakah model pembelajaran discovery learning memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok ekosistem?


(22)

6

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Pengaruh penerapan model pembelajaran discovery learning terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pokok ekosistem.

2. Pengaruh penerapan model pembelajaran discovery learning terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok ekosistem.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberi manfaat bagi:

1. Peneliti yaitu memberikan pengalaman, wawasan dan pengetahuan bagi peneliti sebagai calon guru untuk menggali kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa yang optimal.

2. Guru IPA yaitu memberikan sumbangan pemikiran bagi guru dalam memilih model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa.

3. Siswa yaitu membantu meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa.

4. Sekolah yaitu memberikan masukan untuk menggunakan model pembelajaran yang optimal bagi kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa serta sumbangan informasi dan pemikiran dalam upaya peningkatan mutu sekolah dan kualitas pembelajaran.


(23)

7

E. Ruang Lingkup Penelitian

Agar tidak terjadi salah penafsiran terhadap masalah yang akan dikemukakan, maka perlu adanya batasan ruang lingkup penelitian yaitu:

1. Model pembelajaran yang digunakan adalah discovery learning.

Langkah-langkah pembelajarannya adalah: (1) merumuskan masalah, (2) membuat hipotesis, (3) merencanakan kegiatan, (4) melaksanakan kegiatan, (5) mengumpulkan dan menganalisis data, dan

(6) menyimpulkan.

2. Sub indikator kemampuan berpikir kritis yang akan diamati yaitu: (1) memberikan argumen, (2) melakukan deduksi, (3) melakukan induksi, dan (4) melakukan evaluasi.

3. Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan terhadap siswa yaitu pada ranah kognitif, diperoleh dari selisih hasil pretest dan postest.

4. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VIIA (kelas eksperimen) dan

VIIKK (kelas kontrol) semester genap tahun pelajaran 2014/2015

di MTs Negeri 1 Bandar Lampung.

5. Materi pokok pada penelitian ini adalah ekosistem.

Dengan SK. 7. Memahami saling ketergantungan dalam ekosistem. Kemudian KD. 7.1 Menentukan ekosistem dan saling hubungan antara komponen ekosistem.


(24)

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran Discovery Learning

Pembelajaran penemuan merupakan salah satu model pembelajaran yang digunakan dalam pendekatan konstruktivis modern. Pada pembelajaran penemuan, siswa didorong untuk terutama belajar sendiri melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip. Guru mendorong siswa agar mempunyai pengalaman dan melakukan eksperimen dengan memungkinkan siswa menemukan prinsip-prinsip atau konsep-konsep bagi diri mereka sendiri (Hosnan, 2014: 281).

Belajar penemuan siswa didorong belajar aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip. Siswa didorong menghubungkan pengalaman yang telah dimiliki dengan pengalaman baru yang dihadapi sehingga siswa menemukan prinsip-prinsip baru. Siswa dimotivasi menyelesaikan pekerjaannya sampai mereka menemukan jawaban-jawaban atas problem yang dihadapi. Siswa berusaha belajar mandiri dalam memecahkan problem dengan

mengembangkan kemampuan analisis dan mengelola informasi. Pembelajaran berbasis masalah membantu siswa memahami struktur atau ide-ide kunci suatu displin (Suprijono, 2012: 70).


(25)

9

Belajar penemuanmemberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar mencari dan menemukan sendiri. Dalam pembelajaran ini siswa diberi peluang untuk mencari, memecahkan, hingga menemukan cara-cara penyelesaiannya dan jawaban-jawabannya sendiri (Riyanto, 2012: 138).

Proses belajar penemuan meliputi proses informasi, transformasi, dan evaluasi. Pada proses informasi, tahap ini siswa memperoleh informasi mengenai materi yang sedang dipelajari. Tahap transformasi, pada tahap ini siswa melakukan identifikasi, analisis, mengubah, mentransformasikan informasi yang telah diperolehnya menjadi bentuk abstrak atau konseptual supaya kelak pada gilirannya dapat dimanfaatkan bagi hal-hal yang lebih luas. Tahap evaluasi, pada tahap ini siswa menilai sendiri informasi yang telah ditransformasikan itu dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala atau memecahkan masalah yang dihadapi (Suprijono, 2012: 69).

Discovery Learning memiliki tujuan dalam proses pembelajarannya, Bell (dalam Hosnan, 2014: 284) mengemukakan beberapa tujuan spesifik dari pembelajaran dengan penemuan yaitu: (1) dalam penemuan siswa memiliki kesempatan untuk terlibat aktif dalam pembelajaran. Kenyataan menunjukkan bahwa partisipasi banyak siswa dalam pembelajaran meningkat ketika

penemuan digunakan, (2) dengan penemuan, siswa belajar menemukan pola dalam situasi konkret maupun abstrak, juga siswa banyak meramalkan informasi tambahan yang diberikan, (3) siswa juga belajar merumuskan srategi tanya jawab untuk memperoleh informasi, (4) dengan penemuan membantu siswa membentuk cara kerja bersama yang efektif, saling berbagi


(26)

10

informasi, serta mendengar dan menggunakan ide-ide orang lain, (5) terdapat beberapa fakta yang menunjukkan bahwa keterampilan-keterampilan, konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang dipelajari melalui penemuan lebih bermakna, dan (6) keterampilan yang dipelajari dalam penemuan, lebih mudah ditransfer untuk aktivitas baru dan diaplikasikan dalam situasi yang baru.

Adapun langkah-langkah pembelajaran discovery learning menurut Hosnan (2014: 289) yaitu:

1. Menentukan tujuan pembelajaran.

2. Melakukan identifikasi karakteristik siswa. 3. Memilih materi pelajaran yang akan dipelajari.

4. Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif. 5. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh,

ilustrasi, tugas, dan sebagainya untuk dipelajari siswa.

6. Mengatur topik-topik pelajaran yang sederhana ke kompleks, dari konkret ke abstrak.

7. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.

Selanjutnya Riyanto (2012: 138) menyatakan bahwa dalam mengaplikasikan model discovery learning di kelas, ada beberapa prosedur yang harus

dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar yaitu:

1. Stimulation. Guru mulai bertanya dengan mengajukan permasalahan, atau menyuruh siswa membaca atau mendengarkan uraian yang memuat permasalahan.


(27)

11

2. Problem statement. Siswa diberi kesempatan mengidentifikasi berbagai permasalahan, kemudian memilihnya. Selanjutnya dirumuskan dalam bentuk pertanyaan atau hipotesis.

3. Datta collection. Untuk menjawab benar atau tidaknya hipotesis itu, siswa diberi kesempatan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan narasumber, melakukan uji coba sendiri, dan sebagainya.

4. Datta processing. Semua data informasi diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi bahkan perlu dihitung dengan cara tertentu.

5. Verification. Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran data, pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan dicek apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak.

6. Generalization. Berdasarkan hasil verifikasi tersebut, siswa belajar menarik kesimpulan atau generalisasi tertentu.

Keuntungan dalam menggunakan discovery learning menurut Kurniasih dan sani (2014: 66) yaitu:

1. Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif.

2. Pengetahuan yang diperoleh sangat pribadi dan ampuh menguatkan pengertian, ingatan, dan transfer.

3. Menimbulkan rasa senang pada siswa karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil.

4. Model ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat sesuai dengan kecepatannya sendiri.


(28)

12

5. Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.

6. Model ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.

7. Berpusat pada siswa dan guru berperan sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan.

8. Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan). 9. Mendorong siswa berfikir intuisi dan bekerja atas inisitatif sendiri.

B. Kemampuan Berpikir Kritis

Berpikir Kritis adalah kemampuan untuk mengatakan sesuatu dengan penuh

percaya diri, “Ide saya bagus karena berdasarkan alasan yang logis”,atau “ide

anda bagus karena didukung oleh bukti yang kuat”. Berpikir kritis

memungkinkan siswa untuk menemukan kebenaran ditengah banjir kejadian informasi yang mengelilingi mereka setiap hari. Berpikir kritis adalah sebuah proses sistematis yang memungkinkan siswa untuk merumuskan dan

mengevaluasi keyakinan dan pendapat mereka sendiri. Berpikir kritis adalah sebuah proses terorganisasi yang memungkinkan siswa mengevaluasi bukti, asumsi, logika, dan bahasa yang mendasari pernyataan orang lain. Tujuan dari berpikir kritis adalah untuk mencapai pemahaman yang mendalam.

Pemahaman membuat kita mengerti maksud dibalik ide yang mengarahkan hidup kita sehari-hari. Pemahaman mengungkapkan makna dibalik suatu kejadian. Sayangnya, banyak orang yang kelihatannya curiga pada pemikir kritis. Mungkin pemikir kritis memiliki reputasi yang buruk, sebagian karena


(29)

13

mereka kritis, yang berarti “tepat” dan “tajam” dalam berpikir, yang secara tersirat juga berarti keras. Mungkin berpikir kritis dicurigai sebagian orang karena orang-orang mempraktikkannya wajib bertanya. Bahkan, ketika disusun sangat rapi pun, tentu saja pertanyaan masih membuat orang takut (Johnson 2007: 185).

Banyak ahli yang mengemukakan definisi berpikir kritis, diantaranya adalah Liliasari (dalam Muhfahroyin 2009: 1) menyatakan bahwa keterampilan berpikir kritis merupakan aktivitas berpikir tingkat tinggi. Sedangkan Johnson (2007: 183) menerangkan bahwa berpikir kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisa asumsi, dan melakukan penelitian. Kemudian Eggen dan Kauchak (dalam Muhfahroyin 2009: 1) berpendapat bahwa berpikir kritis adalah (1) sebuah keinginan untuk mendapatkan informasi, (2) sebuah kecenderungan untuk mencari bukti, (3) keinginan untuk mengetahui kedua sisi dari seluruh permasalahan, (4) sikap dari keterbukaan pikiran, (5) kecenderungan untuk tidak mengeluarkan pendapat (menyatakan penilaian), (7) menghargai pendapat orang lain, dan (8) toleran terhadap keambiguan.

Menurut Reason (dalam Sanjaya, 2008: 230), berpikir (thinking) adalah proses mental seseorang yang lebih dari sekedar mengingat (remembering) dan memahami (comprehending). “Mengingat” pada dasarnya hanya melibatkan usaha penyimpanan sesuatu yang telah dialami untuk suatu saat


(30)

14

perolehan apa yang didengar dan dibaca serta melihat keterkaitan antaraspek dalam memori. Kemampuan berpikir seseorang menyebabkan seseorang tersebut harus bergerak hingga di luar informasi yang didengarnya. Misalkan kemampuan berpikir seseorang untuk menemukan solusi baru dari suatu persoalan yang dihadapi. Berpikir adalah memanipulasi atau mengelola dan mentransfer informasi-informasi dalam memori kita.

Kemampuan berpikir kritis dapat dilatih pada siswa melalui pendidikan berpikir yaitu melalui belajar penalaran, dimana dalam proses berpikir tersebut diperlukan keterlibatan aktivitas pemikir itu sendiri. Salah satu pendekatan dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis adalah memberi sejumlah pertanyaan, sambil membimbing dan mengkaitkannya dengan konsep yang telah dimiliki oleh siswa sebelumnya. Kemampuan dan indikator berpikir kritis lebih lanjut diuraikan pada tabel 1.

Tabel 1. Kemampuan dan Indikator Berpikir Kritis

Kemampuan Berpikir Kritis

Sub Kemampuan

Berpikir Kritis Aspek 1. Memberikan

penjelasan sederhana

1. Memfokuskan pertanyaan

a. Mengidentifikasi atau memformulasikan suatu masalah

b. Mengidentifikasi atau memformulasikan kriteria jawaban yang mungkin

c. Menjaga pikiran terhadap situasi yang sedang dihadapi 2. Menganalisis pertanyaan dan bertanya a. Mengidentifikasi kesimpulan b. Mengidentifikasi alasan yang dinyatakan c. Mengidentifikasi


(31)

15

Kemampuan Berpikir Kritis

Sub Kemampuan

Berpikir Kritis Aspek alasan yang tidak dinyatakan

d. Mencari persamaan dan perbedaan e. Mengidentifikasi dan

menangani ketidakrelevanan f. Mencari struktur dari

sebuah pendapat/argumen g. Meringkas 3. Menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan atau pernyataan a. Mengapa?

b. Apa yang menjadi alasan utama? c. Apa yang kamu

maksud dengan? d. Apa yang menjadi

contoh?

e. Apa yang bukan contoh?

f. Bagaimana mengaplikasikan kasus tersebut? g. Apa yang menjadikan

perbedaannya? h. Apa faktanya? i. Apakah ini yang

kamu katakan? j. Apalagi yang akan

kamu katakan tentang itu? 2. Membangun keterampilan dasar 4. Mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak a. Keahlian

b. Mengurangi konflik

interest

c. Kesepakatan antar sumber

d. Reputasi e. Menggunakan

prosedur yang ada f. Mengetahui resiko g. Keterampilan

memberikan alasan h. Kebiasaan berhati-hati 5. Mengamati serta

mempertimbangkan suatu laporan hasil

a. Mengurangi

praduga/menyangka b. mempersingkat waktu


(32)

16

Kemampuan Berpikir Kritis

Sub Kemampuan

Berpikir Kritis Aspek observasi antara observasi

dengan laporan c. Laporan dilakukan

oleh pengamat sendiri d. Mencatat hal-hal yang

sangat diperlukan e. Penguatan

f. Kemungkinan dalam penguatan

g. Kondisi akses yang baik

h. Kompeten dalam menggunakan teknologi

i. Kepuasan pengamat atas kredibilitas kriteria

3. Menyimpulkan 6. Mendeduksi dan mempertimbangkan deduksi

a. Kelas logika b. Mengkondisikan

logika

c. Menginterpretasikan pernyataan

7. Menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi

a. Menggeneralisasi b. Berhipotesis 8. Membuat dan

mengkaji nilai-nilai hasil pertimbangan

a. Latar belakang fakta b. Konsekuensi

c. Mengaplikasikan konsep (prinsip-prinsip, hukum dan asas) d. Mempertimbangkan alternatif e. Menyeimbangkan, menimbang dan memutuskan 4. Membuat penjelasan lebih lanjut 9. Mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan definisi, dan juga dimensi

Ada 3 dimensi: a. Bentuk: sinonim,

klarifikasi, rentang, ekspresi yang sama, operasional, contoh dan noncontoh b. Strategi definisi c. Konten (isi) 10.Mengidentifikasi

asumsi

a. Alasan yang tidak dinyatakan


(33)

17

Kemampuan Berpikir Kritis

Sub Kemampuan

Berpikir Kritis Aspek b. Asumsi yang

diperlukan:

rekonstruksi argumen 5. Strategi dan

taktik

11.Memutuskan suatu tindakan

a. Mendefinisikan masalah

b. Memilih kriteria yang mungkin sebagai solusi permasalahan c. Merumuskan

alternatif-alternatif untuk solusi

d. Memutuskan hal-hal yang akan dilakukan e. Me-review

f. Memonitor implementasi 12.Berinteraksi dengan

orang lain

a. Memberi label b. Strategi logis c. Strategi retorik d. Mempresentasikan

suatu posisi, baik lisan atau tulisan Sumber : Ennis (dalam Costa, 1985: 54)

C. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah suatu kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar. Belajar merupakan proses mencapai tujuan, dengan

demikian terjadi perubahan tingkah laku setelah proses pembelajaran. Guru dalam kegiatan pembelajaran, merumuskan tujuan-tujuan dari belajar yang harus dicapai siswa. Siswa yang berhasil adalah siswa yang mampu mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan-tujuan instruksional (Abdurrahman, 2003: 37).


(34)

18

Merujuk pemikiran Gagne dalam Suprijono (2012: 5), hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, serta apresiasi dan keterampilan yang berupa:

1. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis.

2. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang.

3. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri.

4. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

5. Sikap adalah menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.

Hasil belajar dapat diketahui dengan adanya evaluasi hasil belajar. Seperti yang diungkapkan oleh Davies (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2009: 201) evaluasi hasil belajar adalah sebagai kegiatan yang berupaya untuk

mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang

ditetapkan. Evaluasi hasil belajar memiliki sasaran berupa ranah-ranah yang terkandung dalam tujuan. Ranah tujuan pendidikan berdasarkan hasil belajar siswa secara umum dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yakni: ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.


(35)

19

Menurut Bloom, hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan),

comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application

(menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis

(mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan

evaluation (menilai). Domain afektif meliputi receiving (sikap menerima),

responding (memberikan respon), valuing (nilai), organization (organisasi), dan characterization (karakterisasi). Domain psikomotorik meliputi

initiatory, pre-routine, dan rountinized. Selain itu keterampilan psikomotorik juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual. Sementara, menurut Lindgren hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap (Suprijono, 2012: 6).

Yang harus diingat, hasil belajar adalah perubahan perilaku secara

keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorisasi oleh pakar pendidikan tidak hanya dilihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif (Suprijono, 2012: 7).

D. Kerangka Pikir

Faktor model pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar sangat penting. Banyak yang beranggapan bahwa untuk dapat berpikir kritis memerlukan suatu tingkat kecerdasan yang tinggi. Padahal sebenarnya, berpikir kritis dapat dilatih pada semua orang untuk dipelajari. Oleh karena itu upaya perbaikan mutu pendidikan menuntut


(36)

20

pendidik untuk mengembangkan pola belajar yang menekankan agar siswa merasa mengalami dan melakukan sesuatu dalam pembelajaran, sehingga pembelajaran tidak cenderung bersifat verbalistik. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menciptakan pembelajaran agar dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis serta mengoptimalkan hasil belajar siswa adalah dengan menggunakan model discovery learning.

Penerapan model discovery learning yang tepat akan mempengaruhi cara berpikir siswa dan menciptakan proses pembelajaran yang dinamis dan efektif, dimana kondisi lingkungan di dalam kelas yang saling mendukung melalui belajar dalam kelompok kecil serta diskusi kelompok dalam kelas, siswa terlibat langsung secara aktif dalam proses pembelajaran.

Discovery learning merupakan salah satu model dalam pembelajaran yang dapat memberikan waktu kepada siswa untuk berpikir, model pembelajaran ini memiliki potensi kuat untuk memberdayakan kemampuan berpikir kritis siswa dan meningkatkan hasil belajar atau prestasi belajar siswa dan kecakapan akademiknya.

Pada penelitian ini akan digunakan model discovery learning untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa pada materi pokok ekosistem. Dengan model ini diharapkan kemampuan berpikir kritis siswa dapat meningkat dan mencapai hasil belajar yang optimal.

Variabel dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan terikat. Dimana variabel bebasnya adalah pengaruh model pembelajaran discovery learning,

sedangkan variabelterikatnya adalah kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa pada materi pokok ekosistem.


(37)

21

Hubungan antara kedua variabel tersebut digambarkan dalam diagram berikut:

Keterangan: X = Model pembelajaran Discovery Learning

Y1 = Kemampuan berpikir kritis

Y2 = Hasil Belajar

Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat

E. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Penerapan model pembelajaran discovery learning memiliki pengaruh

terhadap kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa pada materi pokok ekosistem.

Y1

X


(38)

22

III. METODE PENELITIAN

A.Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VII semester genap pada bulan April Tahun Pelajaran 2014/2015, di MTs Negeri 1 Bandar Lampung.

B.Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas VII MTs Negeri 1 Bandar Lampung, Tahun Pelajaran 2014/2015 yang terdiri atas 8 kelas. Sampel diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu pengambilan sampel tidak didasarkan strata ataupun random namun untuk tujuan tertentu (Arikunto, 2006: 139-140). Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIIKK sebagai kelas

kontrol dan siswa kelas VIIA sebagai kelas eksperimen.

C.Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain Control Group Pretest-Postest. Baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol menggunakan kelas dengan kondisi yang homogen. Kelas eksperimen diberi perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning, sedangkan kelas kontrol dengan menggunakan metode diskusi kelompok.


(39)

23

Hasil pretest dan postest pada kedua kelas kemudian dibandingkan. Struktur dari desain penelitian ini adalah sebagai berikut:

I O1 X O2

II O1 C O2

Keterangan : I = Kelas eksperimen; II = Kelas kontrol; O1 = Pretest;

O2 = Postest; X = Perlakuan model pembelajaran discovery learning; C = Perlakuan metode diskusi kelompok

(Sugiyono, 2014: 10)

Gambar 2. Desain Control Group Pretest-Postest

D.Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut, sebagai berikut:

1. Prapenelitian

Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian adalah:

a. Membuat surat izin penelitian pendahuluan ke FKIP UNILA untuk sekolah tempat diadakannya penelitian.

b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian, untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan diteliti, untuk mengetahui kondisi awal nilai siswa serta mendiskusikan masalah-masalah yang dihadapi guru mata pelajaran IPA.

c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol. d. Mengambil data berupa nilai akademik siswa semester genap yang akan


(40)

24

e. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk setiap pertemuan.

f. Membuat instrumen evaluasi yaitu lembar kerja siswa (LKS) untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa, soal uraian (pretest dan

postest) untuk mengetahui hasil belajar siswa, dan lembar persepsi siswa mengenai model pembelajaran discovery learning.

2. Pelaksanaan Penelitian

Mengadakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

discovery learning untuk kelas eksperimen dan metode diskusi kelompok untuk kelas kontrol. Penelitian ini direncanakan 2 kali pertemuan dengan membahas materi pokok ekosistem. Adapun langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut:

1) Kelas Eksperimen (Pembelajaran dengan Model Discovery Learning) Pertemuan ke-1

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Sintaks Discovery Learning

Waktu 1.Pendahuluan

a. Guru memberikan soal

pretest materi pokok ekosistem kepada siswa. b. Guru memberikan Apersepsi:

Dengan menanyakan “Jika

kalian melihat kucing, apakah kucing selalu terlihat bersama dalam jumlah kelompok yang

besar?” dan “Apakah air termasuk makhluk hidup?”

a. Siswa mengerjakan soal

pretest dengan jujur dan teliti.

b. Siswa menjawab pertanyaan dari guru dan memperhatikan motivasi yang diberikan.

20 menit


(41)

25

Motivasi:

Menjelaskan bahwa setelah mempelajari KD 7.1 siswa dapat menjelaskan satuan makhluk hidup dalam ekosistem dan menjelaskan komponen-komponen ekosistem.

2. Kegiatan Inti

a. Guru membagi siswa ke dalam kelompok dengan jumlah anggota 4-5 siswa. b. Guru membagikan Lembar

Kerja Siswa (LKS) materi satuan makhluk hidup dalam ekosistem dan komponen-komponen ekosistem, yang berisi permasalahan kepada setiap kelompok untuk berdiskusi. c. Guru memperlihatkan

beberapa video mengenai satuan makhluk hidup dalam ekosistem dan komponen-komponen ekosistem.

d. Guru meminta siswa untuk menggali informasi, sesuai petunjuk dalam LKS mengenai satuan makhluk hidup dan komponen-komponen ekosistem. e. Guru meminta siswa

menganalisis setiap data yang diperoleh.

f. Guru meminta siswa mendiskusikan bersama kelompok hasil pengamatan yang mereka lakukan, menjawab dan melengkapi pertanyaan-pertanyaan yang ada pada LKS.

a. Siswa mengondisikan diri duduk dengan kelompoknya. b. Siswa menerima

LKS dari guru dan mendengarkan penjelasan dari guru.

c. Siswa memperhatikan video yang diberikan oleh guru.

d. Siswa menggali informasi.

e. Siswa menganalisis data yang diperoleh.

f. Siswa berdiskusi bersama kelompoknya dan menjawab

pertanyaan yang ada di LKS. Merumuskan masalah, membuat hipotesis, dan merencanakan kegiatan Melaksanakan kegiatan dan Mengumpulkan data Menganalisis data 55 menit


(42)

26

g. Guru berkeliling dalam membimbing siswa mengerjakan LKS. h. Guru meminta siswa

mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya ke depan kelas. Persentasi di lakukan kelompok 1- 8.

h. Siswa

mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya.

Menyimpulkan

3. Kegiatan Penutup a. Guru bersama siswa

membuat kesimpulan dari materi satuan makhluk hidup dan komponen-komponen ekosistem.

b.Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang berkinerja baik.

c. Guru menugaskan siswa membaca materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya.

a. Siswa bersama guru membuat kesimpulan.

b. Siswa menerima Penghargaan c. Siswa melaksanakan

tugas membaca.

5 menit

Pertemuan ke-2

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Sintaks Discovery Learning

Waktu 1. Pendahuluan

a. Guru memberikan Apersepsi:

Dengan menanyakan “Apa yang

terjadi pada hewan pemakan tumbuhan jika tumbuhan

menjadi langka atau habis?” dan “Apakah kupu-kupu dapat bertahan hidup jika tidak

menghisap nektar bunga?”

Motivasi:

Menjelaskan bahwa setelah mempelajari KD 7.1 ini siswa dapat menjelaskan aliran energi pada makhluk hidup dan menjelaskan pola interaksi organisme.

a. Siswa menjawab pertanyaan dari guru dan memperhatikan motivasi yang diberikan.

10 menit


(43)

27

2. Kegiatan Inti

a. Guru membagi siswa ke dalam kelompok dengan jumlah anggota 4-5 siswa. b. Guru membagikan Lembar

Kerja Siswa (LKS)

mengenai aliran energi pada makhluk hidup dan pola interaksi organisme, yang berisi permasalahan kepada setiap kelompok untuk berdiskusi.

c. Guru memperlihatkan beberapa video aliran energi pada makhluk hidup dan pola interaksi organisme. d. Guru meminta siswa untuk

menggali informasi, sesuai petunjuk dalam LKS mengenai aliran energi pada makhluk hidup dan pola interaksi organisme. e. Guru meminta siswa

menganalisis setiap data yang diperoleh.

f. Guru meminta siswa mendiskusikan bersama kelompok hasil pengamatan yang mereka lakukan, menjawab dan melengkapi pertanyaan-pertanyaan yang ada pada LKS.

g. Guru berkeliling dalam membimbing siswa mengerjakan LKS. h. Guru meminta siswa

mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya ke depan kelas. Persentasi di lakukan kelompok 1- 8.

a. Siswa mengondisikan diri duduk dengan kelompoknya. b. Siswa menerima

LKS dari guru.

c. Siswa memperhatikan video yang diberikan oleh guru.

d. Siswa menggali informasi.

e. Siswa menganalisis data yang diperoleh.

f. Siswa berdiskusi bersama kelompoknya dan menjawab

pertanyaan yang ada di LKS.

h. Siswa

mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Merumuskan masalah, membuat hipotesis, dan merencanakan kegiatan Melaksanakan kegiatan dan Mengumpulkan data Menganalisis data Menyimpulkan 50 menit


(44)

28

3. Penutup

a. Guru bersama-sama siswa membuat kesimpulan. b.Guru memberikan

penghargaan kepada kelompok yang berkinerja baik. c. Guru mengkondisikan

siswa untuk

melaksanakan test akhir (postest) untuk materi

pokok ekosistem.

a. Siswa bersama guru membuat kesimpulan. b. Siswa menerima

penghargaan.

c. Siswa mengerjakan soal

postest.

20 menit

2) Kelas Kontrol (Pembelajaran dengan Metode Diskusi Kelompok) Pertemuan ke-1

Kegiatan Guru Kegiatan siswa Waktu 1. Pendahuluan

a. Guru memberikan soal pretest materi pokok ekosistem.

b. Guru memberikan Apersepsi:

Dengan menanyakan “Jika kalian melihat

kucing, apakah kucing selalu bersama

dalam jumlah kelompok yang besar?” dan “Apakah air termasuk makhluk hidup?”

Motivasi:

Menjelaskan bahwa setelah mempelajari KD 7.1 ini siswa dapat menjelaskan satuan makhluk hidup dalam ekosistem dan menjelaskan komponen-komponen ekosistem.

a. Siswa mengerjakan soal pretest. b. Siswa menjawab pertanyaan dari

guru dan memperhatikan motivasi yang diberikan.

20 menit

2. Kegiatan inti

a. Guru membagi siswa ke dalam kelompok dengan jumlah anggota 4-5 siswa.

b. Guru membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) materi satuan makhluk

a. Siswa mengondisikan diri duduk dengan kelompoknya. b. Siswa menerima LKS dari guru.

50 menit


(45)

29

hidup dalam ekosistem dan komponen-komponen ekosistem, yang berisi permasalahan kepada setiap kelompok untuk berdiskusi.

c. Guru menjelaskan materi mengenai satuan makhluk hidup dalam ekosistem dan komponen-komponen ekosistem dengan menggunakan slide power point.

d. Guru meminta siswa untuk menggali informasi, sesuai petunjuk dalam LKS mengenai satuan makhluk hidup dan komponen-komponen ekosistem. e. Guru meminta siswa menganalisis

setiap data yang diperoleh. f. Guru meminta siswa mendiskusikan

bersama kelompok hasil pengamatan yang mereka lakukan, menjawab dan melengkapi pertanyaan-pertanyaan yang ada pada LKS.

g. Guru berkeliling dalam membimbing siswa mengerjakan LKS.

h. Guru meminta siswa

mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya ke depan kelas. Persentasi di lakukan kelompok 1–8.

c. Siswa memperhatikan penjelasan dari guru.

d.Siswa menggali informasi.

e. Siswa menganalisis data yang diperoleh.

f. Siswa berdiskusi bersama kelompoknya dan menjawab pertanyaan yang ada di LKS.

h. Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok

3. Penutup

a. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang berkinerja baik.

b. Guru bersama siswa menarik

kesimpulan dari materi satuan makhluk hidup dalam ekosistem dan komponen-komponen ekosistem.

c. Guru menugaskan siswa membaca materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya.

a. Siswa menerima penghargaan. b. Siswa bersama guru menarik

kesimpulan dari materi yang telah dibahas.

c. Siswa melaksanakan tugas membaca.

10 menit


(46)

30

Pertemuan ke-2

Kegiatan Guru Kegiatan siswa Waktu 1. Pendahuluan

a. Guru memberikan Apersepsi:

Dengan menanyakan “Apakah yang terjadi

pada hewan pemakan tumbuhan jika

tumbuhan menjadi langka atau habis?” dan “Apakah kupu-kupu dapat bertahan hidup

jika tidak menghisap nektar bunga?”.

Motivasi:

Menjelaskan bahwa setelah mempelajari KD 7.1 ini siswa dapat menjelaskan aliran energi pada makhluk hidup dan

menjelaskan pola interaksi organisme.

a. Siswa menjawab pertanyaan dari guru dan memperhatikan motivasi yang diberikan.

10 menit

2. Kegiatan inti

a. Guru membagi siswa ke dalam kelompok dengan jumlah anggota 4-5 siswa.

b. Guru membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) mengenai aliran energi pada makhluk hidup dan pola interaksi organisme, yang berisi permasalahan kepada setiap kelompok untuk berdiskusi.

c. Guru menjelaskan materi mengenai aliran energi pada makhluk hidup dan pola interaksi antar makhluk hidup dengan menggunakan slide power point.

d. Guru meminta siswa untuk menggali informasi, sesuai petunjuk dalam LKS mengenai aliran energi pada makhluk hidup dan pola interaksi organisme. e. Guru meminta siswa menganalisis

setiap data yang diperoleh.

f. Guru meminta siswa mendiskusikan bersama kelompok hasil pengamatan yang mereka lakukan, menjawab dan melengkapi pertanyaan-pertanyaan yang ada pada LKS.

a. Siswa mengondisikan diri duduk dengan kelompoknya. b. Siswa menerima LKS dari guru.

c. Siswa memperhatikan penjelasan guru.

d. Siswa menggali informasi.

e.Siswa menganalisis data yang diperoleh.

f.Siswa berdiskusi bersama kelompoknya dan menjawab pertanyaan yang ada di LKS.

50 menit


(47)

31

g. Guru berkeliling dalam membimbing siswa mengerjakan LKS.

h. Guru meminta siswa

mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya ke depan kelas. Persentasi di lakukan kelompok

1–8.

h. Siswa mempresentasikan hasil diskusi

3. Kegiatan Penutup

a. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang berkinerja baik.

b. Guru bersama siswa menarik kesimpulan dari materi aliran energi dalam ekosistem dan pola interaksi antar organisme.

c. Guru mengkondisikan siswa untuk melaksanakan test akhir (postest)

untuk materi pokok ekosistem.

a. Siswa menerima penghargaan.

b. Siswa bersama guru menarik kesimpulan dari materi yang telah dibahas.

c. Siswa mengerjakan soal postest.

20 menit

E.Jenis dan Teknik Pengumpulan Data 1) Jenis Data

a. Data Kualitatif

Berupa persentase kemampuan berpikir kritis siswa yang diperoleh dari lembar kerja siswa (LKS) dan persepsi siswa mengenai model pembelajaran

discovery learning.

b. Data Kuantitatif

Berupa nilai pretest dan postest pada materi ekosistem. Hasil belajar ditinjau berdasarkan perbandingan nilai gain yang dinormalisasi (N-gain), antara nilai pretest dan postest. Gain yang dinormalisasi (N-gain) dihitung dengan formula Hake (dalam Loranz, 2011: 3), yaitu sebagai berikut:


(48)

32

N –gain (%) =

X 100 %

Keterangan: X = nilai postest

Y = nilai pretest

Z = skor maksimum

2) Teknik Pengumpulan Data

Data diambil dengan menggunakan instrumen penelitian berupa: persepsi siswa mengenai model pembelajaran discovery learning, lembar penilaian

kemampuan berpikir kritis siswa, dan lembar soal pretest dan postest.

a.Persepsi Siswa Mengenai Model Pembelajaran Discovery Learning

Persepsi siswa mengenai model pembelajaran discovery learning berisi semua aspek kegiatan diambil setelah proses pembelajaran. Setiap siswa mengisi persepsi dengan cara memberi tanda (√) pada pernyataan setuju dan tidak setuju.

Tabel 2. Pernyataan Persepsi Siswa Mengenai Model Pembelajaran

Discovery Learning

No. Pernyataan S TS 1. Menurut saya, model pembelajaran discovery learning

membuat saya mudah untuk menuliskan argumen tentang perbedaan individu, populasi, dan komunitas.

2. Setelah melakukan pengamatan, saya dapat memberikan argumen tentang perbedaan antara ekosistem alami dan ekosistem buatan.

3. Setelah melakukan pengamatan, saya tidak dapat

memberikan argumen tentang keterkaitan antara komponen biotik dan biotik, komponen biotik dan abiotik, maupun komponen abiotik dan abiotik.

4. Setelah melakukan pengamatan, saya dapat memberikan argumen tentang keterkaitan antara produser dan konsumer.


(49)

33

5. Menurut saya, model pembelajaran discovery learning

membuat saya dapat memberikan argumen tentang jenis interaksi antar makhluk hidup.

6. Menurut saya melakukan pengamatan sangat diperlukan karena dari pengamatan tersebut saya dapat menentukan individu, populasi, dan komunitas.

7. Menurut saya, model pembelajaran discovery learning tidak membuat saya dapat menuliskan definisi dari komponen biotik dan abiotik maupun menuliskan contoh dari masing-masing komponen.

8. Setelah melakukan pengamatan, saya dapat menuliskan definisi dari komponen biotik dan abiotik serta contoh dari masing-masing komponen.

9. Setelah melakukan pengamatan, saya dapat menuliskan definisi dari rantai makanan dan jaring-jaring makanan serta menuliskan rangkaian peristiwa rantai makanan dan jaring-jaring makanan.

10. Menurut saya, model pembelajaran discovery learning tidak dapat membuat saya menuliskan definisi dari interaksi maupun menuliskan jenis-jenis interaksi antar makhluk hidup.

11. Setelah melakukan pengamatan, saya dapat menuliskan contoh individu, populasi dan komunitas sehingga saya dapat menuliskan definisi individu, populasi, dan komunitas. 12. Setelah melakukan pengamatan, saya justru tidak dapat

menuliskan contoh individu, populasi, dan komunitas sehingga saya tidak dapat menuliskan definisi individu, populasi, dan komunitas.

13. Menurut saya, model pembelajaran discovery learning justru membuat saya kebingungan dalam menuliskan jenis-jenis ekosistem dan definisi dari ekosistem.

14. Menurut saya, model pembelajaran discovery learning tidak dapat membuat saya menuliskan jenis-jenis interaksi sehingga saya tidak mengetahui definisi dari interaksi. 15. Setelah melakukan pengamatan, saya dapat menuliskan

jenis-jenis interaksi sehingga saya mengetahui definisi dari interaksi.

16. Setelah melakukan pengamatan, saya dapat menuliskan perbedaan antara individu, populasi, dan komunitas. 17. Setelah melakukan pengamatan, saya tidak dapat

menuliskan perbedaan antara komponen biotik dan abiotik serta keterkaitan antara kedua komponen.

18. Setelah melakukan pengamatan, saya tidak dapat membedakan antara rantai makanan dan jaring-jaring makanan.

19. Setelah melakukan pengamatan, saya tidak dapat

menuliskan piramida makanan dan bingung dengan urutan saat membuat piramida makanan.

20. Setelah melakukan pengamatan, saya dapat membedakan antara simbiosis mutualisme, simbiosis komensalisme, dan simbiosis parasitisme.


(50)

34

b. Lembar Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

Lembar penilaian kemampuan berpikir kritis diperoleh dari skor jawaban LKS pada materi pokok ekosistem, dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Lembar penilaian kemampuan berpikir kritis siswa

No Responden

Aspek yang diamati

A B C D 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

2 3 Dst

Xi

X

Kriteria

Berilah tanda checklist(√) pada setiap skor yang sesuai

(dimodifikasi dari Arikunto, 2012: 183)

Keterangan: A = melakukan induksi; B = melakukan evaluasi; C = melakukan deduksi; D = memberikan argumen.

c. Pretest dan Postest

Nilai pretest dilakukan pada pertemuan I, sedangkan nilai postest dilakukan pada akhir pertemuan II dengan bentuk soal uraian. Pretest yang diberikan pada awal pertemuan I, mempunyai bentuk dan jumlah yang sama dengan

postest yang diberikan di akhir pertemuan.

Teknik penskoran nilai pretest dan postest yaitu dengan cara: S =

x 100

Keterangan:

S = nilai yang diharapkan (dicari)

R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar


(51)

35

F. Teknik Analisis Data

1) Pengolahan Persepsi Siswa Mengenai Model Pembelajaran Discovery Learning

Persepsi siswa berisi 20 pernyataan yang terdiri dari 11 pernyataan positif dan 9 pernyataan negatif. Jumlah skor setiap pernyataan dihitung dalam bentuk persentase. Langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut:

1. Menghitung skor persepsi pada setiap jawaban siswa yang sesuai dengan ketentuan pada Tabel 4.

Tabel 4. Skor setiap jawaban siswa

Sifat Pernyataan Skor

1 0

Positif S TS

Negatif TS S

Sumber: dimodifikasi dari Shintia (2013: 3) Keterangan:

S = Setuju TS = Tidak Setuju

Menghitung persentase jawaban siswa dengan rumus:

100% S

S %X

maks

in 

x

Keterangan: %Xin= Persentase jawaban siswa,

S= Jumlah skor jawaban, Smaks= Skor maksimum yang diharapkan


(52)

36

2. Melakukan tabulasi data temuan pada persepsi berdasarkan klasifikasi yang dibuat, dimana bertujuan untuk memberikan gambaran frekuensi dan kecenderungan dari setiap jawaban berdasarkan pernyataan pada persepsi, seperti pada Tabel 5.

Tabel 5. Data Persepsi Siswa Mengenai model pembelajaran discovery learning

No. Pernyataan

Pilihan Jawaban

Nilai Responden

(siswa) Persentase (%)

1 2 3 dst

1 S

TS

Dst S

TS

Sumber: dimodifikasi dari Arikunto (2012: 224)

3. Menafsirkan atau menentukan kategori persentase persepsi sesuai klasifikasi pada Tabel 6.

Tabel 6. Kriteria Tingkat Persepsi Siswa Mengenai Model Pembelajaran Discovery Learning

No. Persentase (%) Kriteria

1. 100 Semuanya

2. 76 – 99 Sebagian besar

3. 51 – 75 Pada umumnya

4. 50 Setengahnya

5. 26 – 49 Hampir setengahnya

6. 1 – 25 Sebagian kecil

7. 0 Tidak ada


(53)

37

2) Pengolahan Skor Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

Skor kemampuan berpikir kritis siswa selama proses pembelajaran

berlangsung merupakan skor yang diambil melalui jawaban yang ada pada LKS yang dikerjakan oleh siswa. Skor tersebut dianalisis dengan

menggunakan indeks kemampuan berpikir kritis siswa. Langkah-langkah yang dilakukan, ialah sebagai berikut:

1. Menghitung persentase kemampuan berpikir kritis dengan menggunakan rumus:

̅ = ∑ x 100 % n

Ket :̅ = Rata-rata skor kemampuan berpikir kritis siswa

Xi = Jumlah skor kemampuan berpikir kritis yang diperoleh

n = Jumlah skor kemampuan berpikir maksimum (Purwanto, 2012: 102)

2. Menafsirkan atau menentukan kategori persentase kemampuan berpikir kritis siswa sesuai dengan kriteria pada Tabel 7.

Tabel 7. Kriteria persentase kemampuan berpikir kritis siswa

Sumber: (Purwanto, 2012: 103)

Persentase (%) Kriteria

87,50 – 100 75,00 – 87,49 50,00 – 74,99

0 – 49,99

Sangat Baik Baik Cukup Kurang


(54)

38

3) Pengolahan Data Hasil Belajar

Nilai pretest, postest, dan N-gain pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dianalisis menggunakan Uji t dengan program SPSS versi 17.

1. Uji Normalitas Data

Uji Normalitas data dilakukan menggunakan Uji Lilliefors dengan program SPSS versi 17.

a. Hipotesis

H0 : Sampel berdistribusi normal

H1 : Sampel tidak berdistribusi normal

b. Kriteria Pengujian

Terima H0 jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05, tolak H0 untuk harga

yang lainnya (Susetyo, 2012: 148)

2. Uji Homogenitas

Uji Homogenitas dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara dua

keadaan atau populasi. Uji Homogenitas yang digunakan adalah Uji Fisher. Dengan rumus yang digunakan, yaitu:

F =

=

=

Keterangan: F = Homogenitas

= Varian antar kelompok = Varian dalam kelompok a. Hipotesis

H0 = Kedua sampel memiliki varians yang sama


(55)

39

b. Kriteria Pengujian

Terima H0 jika harga Fhitung < Ftabel dan tolak H0 jika harga Fhitung >

Ftabel = 0,05 (Susetyo, 2012: 258)

3. Uji Hipotesis

Setelah melakukan Uji Normalitas dan Homogenitas data, analisis berikutnya menguji hipotesis yang dilakukan dengan Uji Kesamaan Dua Rata-Rata dan Uji Perbedaan Dua Rata-Rata dengan menggunakan program SPSS 17.

1. Uji Kesamaan Dua Rata – Rata a. Hipotesis

H0 = Rata – rata N-gain pada kedua kelas tidak berbeda secara

signifikan

H1 = Rata – rata N-gain pada kedua kelas berbeda secara signifikan

b. Kriteria Uji

Jika -ttabel < thitung < ttabel , maka H0 diterima

Jika thitung < -ttabel atau thitung > ttabel , maka H0 ditolak

(Pratisto, 2007: 13)

2. Uji Perbedaan Dua Rata – Rata a. Hipotesis

H0 = Rata – rata N-gain pada kedua kelas tidak berbeda secara

signifikan

H1 = Rata – rata N-gain pada kedua kelas berbeda secara signifikan

b. Kriteria Uji

Jika -ttabel < thitung < ttabel , maka H0 diterima

Jika thitung < -ttabel atau thitung > ttabel , maka H0 ditolak


(56)

40

4. Uji U Mann Whitney

Uji U Mann Whitney dilakukan jika skala pengukuran lebih rendah dari skala interval dan asumsi distribusi normalitas sampel dan homogenitas tidak terpenuhi.

a. Hipotesis

H0 = Tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata antara kelas

eksperimen dengan kelas kontrol.

H1 = Terdapat perbedaan nilai rata-rata antara kelas eksperimen

dengan kelas kontrol.

b. Kriteria pengujian

Jika p-value > 0,05 maka H0 diterima dan jika p-value ≤ 0,05 maka H0


(57)

50

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Penerapan model pembelajaran discovery learning sangat berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pokok ekosistem.

2. Penerapan model pembelajaran discovery learning sangat berpengaruh dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok ekosistem.

B. Saran

Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut: 1. Untuk calon peneliti berikutnya dalam pelaksanaan penelitian sebaiknya

diperhatikan waktu pelaksanaan tiap sintaks sehingga penelitian dapat berjalan sesuai dengan waktu yang ditetapkan dalam RPP.

2. Untuk guru IPA dalam proses pembelajaran menggunakan model

discovery learning siswa diberikan kesempatan untuk bekerja dalam kelompok sehingga guru harus pandai mengendalikan kondisi kelas

dengan cara bersikap tegas terhadap siswa-siswa yang tidak fokus terhadap pembelajaran, sehingga tercipta suasana kelas yang kondusif.


(58)

51

3. Untuk siswa pada saat proses pembelajaran agar lebih fokus sehingga hasil yang dicapai akan lebih optimal.

4. Untuk sekolah agar dapat memberikan masukan kepada guru-guru lainnya untuk mencoba menggunakan model pembelajaran discovery learning

dalam proses pembelajaran, agar pembelajaran tidak membosankan dan lebih bervariatif. Selain itu, dengan model pembelajaran ini dapat pula meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa.


(59)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. 2003. Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar. Rineka Cipta. Jakarta. 298 hlm.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta. 413 hlm.

________. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. 344 hlm. Althaf, R. 2013. Angket Berpikir Kritis. (Online), (http://www.slideshare.net/

rosyidalthaf/angket-berpikir-kritis-ok, diakses pada 07 Maret 2015; 19.10 WIB).

Costa, A.L. 1985. Developing Minds A Resource Book For Teaching Thinking. Association for Supervision and Curriculum Development. Virginia. 592 hlm. Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

298 hlm.

Djamarah, S.B. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. Rineka Cipta. 238 hlm. Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad

21. Ghalia Indonesia. Jakarta. 472 hlm.

Janariani. 2014. Pengaruh Keterampilan Bertanya dalam Remediasi Miskonsepsi Berbasis Pendekatan Saintifik. (Online), (http://jurnal.untan.ac.id/index.php/ jpdpb/article/viewFile/6207/6343, diakses pada 20 Januari 2015; 17.55 WIB). Johnson, E.B. 2007. Contextual Teaching and Learning. MLC. Bandung. 259 hlm. Kurniasih, I dan B. Sani. 2014. Sukses Mengimplementasikan Kurikulum 2013

Memahami Berbagai Aspek dalam Kurikulum 2013. Kata Pena. Yogyakarta. 216 hlm.


(60)

53

Loranz, D. 2008. Gain Skor. (Online), (http://www.tmcc.edu./up/acstu/assesment/ downloads/document/reports/archives/discpline/0z08/SLOAPHYSDispline Rep0708.pdf, diakses pada 9 Desember 2014; 16.35 WIB).

Muhfahroyin. 2009. Critical Thinking as a Core Skill, the Ability to ThinkCritically is a Key Skill for Academic Success. (Online), (http://zanikhan.multiply.com/ journal/item/5570, diakses pada 21 November 2014; 20.10 WIB).

Pratiwi, F.A. 2014. Pengaruh Penggunaan Model Discovery Learning dan Pendekatan Saintifik Terhadap Ketrampilan Berpikir Kritis Siswa SMA.

(Online), (http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/viewFile/6488/6712,

diakses pada 13 Januari 2015; 16.12 WIB).

Prayoga, Z.N. 2013. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Pembelajaran Materi Pokok Pengelolaan Lingkungan dengan Pendekatan Ketrampilan Proses Sains.

(Online), (http://lib.unnes.ac.id/19004/1/4401409022.pdf, diakses pada 21 Januari 2015; 19.55 WIB).

Pratisto, A. 2007. Cara Mudah Mengevaluasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 17. Bumi Aksara. Jakarta. 340 hlm.

Purwanto, C.E. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Guided Discovery Learning Pada Materi Pemantulan Cahaya Untuk Meningkatkan Berpikir Kritis. (Online), (http://journal.unnes.ac.id, diakses pada 20 April 2015; 21.55 WIB). Purwanto, M.N. 2012. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja

Rosdakarya. Bandung. 165 hlm.

Riyanto, Y. 2012. Paradigma Baru Pembelajaran. Kencana. Jakarta. 310 hlm. Sanjaya, W. 2008. Perancangan dan Desain Sistem Pembelajaran. Prenada Media

Group. Jakarta. 300 hlm.

Shintia, D. 2013. Kelayakan Teoritis Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Berpikir Kritis Pada Materi Pencernaan Makanan di SMP. (Online),

(http://ejournal.unesa.ac.id/article/12471/37/article.doc, diakses pada 06 Maret 2015; 10.50 WIB).

Siregar, S. 2014. Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif. Bumi Aksara. Jakarta. 538 hlm.

Sugiyono. 2014. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.


(61)

54

Susetyo, B. 2012. Statistika untuk Analisis Data Penelitian. Rafika Aditama. Bandung. 250 hlm.

Syaadah, E. 2013. Implementasi Pembelajaran IPA Terpadu pada Tema Air dan Kesehatan untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMP. (Online),

(http://repository.upi.edu/4351/1/S_FIS_0800553_Title.pdf, diakses pada 23 Januari 2015; 22.10 WIB).

Wulandari, A.M. 2013. Pengaruh Pendekatan Guided Discovery Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Fisika.(Online),

(http://journal.student.uny.ac.id/jurnal/artikel/5170/46/58, diakses pada 14 November 2014; 20.18 WIB).


(1)

40

4. Uji U Mann Whitney

Uji U Mann Whitney dilakukan jika skala pengukuran lebih rendah dari skala interval dan asumsi distribusi normalitas sampel dan homogenitas tidak terpenuhi.

a. Hipotesis

H0 = Tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol.

H1 = Terdapat perbedaan nilai rata-rata antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol.

b. Kriteria pengujian

Jika p-value > 0,05 maka H0 diterima dan jika p-value ≤ 0,05 maka H0 ditolak (Susetyo, 2012: 236)


(2)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Penerapan model pembelajaran discovery learning sangat berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pokok ekosistem.

2. Penerapan model pembelajaran discovery learning sangat berpengaruh dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok ekosistem.

B. Saran

Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut: 1. Untuk calon peneliti berikutnya dalam pelaksanaan penelitian sebaiknya

diperhatikan waktu pelaksanaan tiap sintaks sehingga penelitian dapat berjalan sesuai dengan waktu yang ditetapkan dalam RPP.

2. Untuk guru IPA dalam proses pembelajaran menggunakan model discovery learning siswa diberikan kesempatan untuk bekerja dalam kelompok sehingga guru harus pandai mengendalikan kondisi kelas

dengan cara bersikap tegas terhadap siswa-siswa yang tidak fokus terhadap pembelajaran, sehingga tercipta suasana kelas yang kondusif.


(3)

51

3. Untuk siswa pada saat proses pembelajaran agar lebih fokus sehingga hasil yang dicapai akan lebih optimal.

4. Untuk sekolah agar dapat memberikan masukan kepada guru-guru lainnya untuk mencoba menggunakan model pembelajaran discovery learning dalam proses pembelajaran, agar pembelajaran tidak membosankan dan lebih bervariatif. Selain itu, dengan model pembelajaran ini dapat pula meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. 2003. Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar. Rineka Cipta. Jakarta. 298 hlm.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta. 413 hlm.

________. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. 344 hlm. Althaf, R. 2013. Angket Berpikir Kritis. (Online), (http://www.slideshare.net/

rosyidalthaf/angket-berpikir-kritis-ok, diakses pada 07 Maret 2015; 19.10 WIB).

Costa, A.L. 1985. Developing Minds A Resource Book For Teaching Thinking. Association for Supervision and Curriculum Development. Virginia. 592 hlm. Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

298 hlm.

Djamarah, S.B. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. Rineka Cipta. 238 hlm. Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad

21. Ghalia Indonesia. Jakarta. 472 hlm.

Janariani. 2014. Pengaruh Keterampilan Bertanya dalam Remediasi Miskonsepsi Berbasis Pendekatan Saintifik. (Online), (http://jurnal.untan.ac.id/index.php/ jpdpb/article/viewFile/6207/6343, diakses pada 20 Januari 2015; 17.55 WIB). Johnson, E.B. 2007. Contextual Teaching and Learning. MLC. Bandung. 259 hlm. Kurniasih, I dan B. Sani. 2014. Sukses Mengimplementasikan Kurikulum 2013

Memahami Berbagai Aspek dalam Kurikulum 2013. Kata Pena. Yogyakarta. 216 hlm.


(5)

53

Loranz, D. 2008. Gain Skor. (Online), (http://www.tmcc.edu./up/acstu/assesment/ downloads/document/reports/archives/discpline/0z08/SLOAPHYSDispline Rep0708.pdf, diakses pada 9 Desember 2014; 16.35 WIB).

Muhfahroyin. 2009. Critical Thinking as a Core Skill, the Ability to Think Critically is a Key Skill for Academic Success. (Online), (http://zanikhan.multiply.com/ journal/item/5570, diakses pada 21 November 2014; 20.10 WIB).

Pratiwi, F.A. 2014. Pengaruh Penggunaan Model Discovery Learning dan Pendekatan Saintifik Terhadap Ketrampilan Berpikir Kritis Siswa SMA.

(Online), (http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/viewFile/6488/6712, diakses pada 13 Januari 2015; 16.12 WIB).

Prayoga, Z.N. 2013. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Pembelajaran Materi Pokok Pengelolaan Lingkungan dengan Pendekatan Ketrampilan Proses Sains. (Online), (http://lib.unnes.ac.id/19004/1/4401409022.pdf, diakses pada 21 Januari 2015; 19.55 WIB).

Pratisto, A. 2007. Cara Mudah Mengevaluasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 17. Bumi Aksara. Jakarta. 340 hlm.

Purwanto, C.E. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Guided Discovery Learning Pada Materi Pemantulan Cahaya Untuk Meningkatkan Berpikir Kritis. (Online), (http://journal.unnes.ac.id, diakses pada 20 April 2015; 21.55 WIB). Purwanto, M.N. 2012. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja

Rosdakarya. Bandung. 165 hlm.

Riyanto, Y. 2012. Paradigma Baru Pembelajaran. Kencana. Jakarta. 310 hlm. Sanjaya, W. 2008. Perancangan dan Desain Sistem Pembelajaran. Prenada Media

Group. Jakarta. 300 hlm.

Shintia, D. 2013. Kelayakan Teoritis Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Berpikir Kritis Pada Materi Pencernaan Makanan di SMP. (Online),

(http://ejournal.unesa.ac.id/article/12471/37/article.doc, diakses pada 06 Maret 2015; 10.50 WIB).

Siregar, S. 2014. Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif. Bumi Aksara. Jakarta. 538 hlm.

Sugiyono. 2014. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.


(6)

Susetyo, B. 2012. Statistika untuk Analisis Data Penelitian. Rafika Aditama. Bandung. 250 hlm.

Syaadah, E. 2013. Implementasi Pembelajaran IPA Terpadu pada Tema Air dan Kesehatan untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMP. (Online),

(http://repository.upi.edu/4351/1/S_FIS_0800553_Title.pdf, diakses pada 23 Januari 2015; 22.10 WIB).

Wulandari, A.M. 2013. Pengaruh Pendekatan Guided Discovery Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Fisika. (Online),

(http://journal.student.uny.ac.id/jurnal/artikel/5170/46/58, diakses pada 14 November 2014; 20.18 WIB).


Dokumen yang terkait

PENGARUH PENDEKATAN RESOURCE BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 29 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 29 53

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH (PBM) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 22 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 11 79

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH (PBM) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 22 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 11 68

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ORGANISASI KEHIDUPAN (Studi Eksperimen Semu pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 23 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

2 12 55

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Studi Eksperimen pada siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Punggur Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013 Pada Materi Pokok mengaplik

0 19 50

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP N 26 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 Materi Pokok Pengelolaan Lingkungan)

0 2 46

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN SOCRATES KONTEKSTUAL DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 19 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015)

3 24 67

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION TERHADAP SELF-EFFICACY DAN HASIL BELAJAR SISWA (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Seputih Mataram TP. 2014/2015 Materi Pokok Ekosistem)

1 4 56

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR SISWA (Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Kartika II-2 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Ajaran 2014/2015 Materi Pokok Ekosistem)

3 20 58

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR SISWA (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII MTs Negeri 1 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015 Materi Pokok Ekosistem)

11 70 61