menton 10-30, mentil asetat 10, dan derivat monoterpen lain seperti pulegon, piperiton, dan mentafuran Hindriyani,2007.
Pada umumnya, komposisi dari minyak mint antara lain L-Limonene, L- Menthone, D-Menthofuran, D-Isomenthone, L-Menthyl acetate, L-Menthol,
Germacrene D, Dementholized oil, Myrcene, cis-Dihydrocarvone, L-Carvone, 3- Octanol, D-Pulegone, dan Piperitenone, L-Linalool. Tidak semua spesies
memiliki seluruh komposisi tersebut. Demikian juga dengan kandungan minyak mint yang berbeda-beda antara satu spesies dengan spesies yang lainnya
Lawrence, 2007.
2.8 Insektisida Minyak Mint
Dalam buku Lawrence 2007, telah banyak dilakukan survei mengenai manfaat minyak mint. Dan sebagai tambahannya, minyak mint telah diteliti
aktivitas insektisidanya meskipun minyak mint bukanlah satu-satunya minyak essensial yang bersifat insektisida Saxena dan Koul, 1978; Ahmed dan Eapen,
1986; Garg dan Banerjee, 1997; Regnault-Roger, 1997. Minyak mint memang jarang dikomersialisasikan sebagai insektisida namun terdapat beberapa penelitian
mengenai efek toksisitas minyak mint tersebut terhadap hewan non mamalia sebagai studi komparatif.
Misra dan Kumar 1983 mengevaluasi penggunaan minyak peppermint terhadap kumbang tepung merah Tribolium castaneum. Mereka menemukan
bahwa penggunaan minyak sebagai fumigan yang mengakibatkan nilai LC50 konsentrasi yang mematikan bagi 50 dari spesies test terhadap larva instar
pada minyak yang pertama, kedua, ketiga, dan kelima adalah 0,76 ml, 2, 14 ml, 11 ml, 88 ml, dan 20,4 ml per masing-masing volume 100 cc . Selain itu, ditemukan
Universitas Sumatera Utara
bahwa nilai LC50 untuk kumbang dewasa setelah pemaparan 24 jam dan 48 jam adalah masing-masing 3.04 ml dan 3.21 ml per 100 cc. Tingkat toksisitas sebesar
90 diperoleh untuk larva instar pertama ketika mereka terkena 4,0 cc = 100 ml, meskipun telurnya tidak terpengaruh.
Tripathi dkk 2000 juga meneliti toksisitas minyak dari spesies Mentha dan beberapa konstituen mereka sebagai fumigan terhadap T. castaneum dan juga
terhadap kumbang pulsa, Callosobruchus maculatus. Minyak mintnya diperoleh dari M.canadensis,M. aquatica var. citrata, M. piperita, dan M. spicata dengan
pengujian fraksi tinggi pada menton, mentol, linalool, asetat linalyl, menthofuran, limonene, dan carvone. Didapatkan hasil bahwa C. Maculatus lebih sensitif
terhadap minyak mint dan komponen lain bila digunakan sebagai fumigan daripada T.castaneum yang lebih efektif dengan menthol sebagai fumigan. M.
canadensis dan M. piperita, minyak menton, asetat linalyl, dan menthofuran juga merupakan Fumigan efektif. Mentha spicata adalah larvasida yang paling efektif
namun juga bersifat toksik terhadap kumbang dewasa sementara carvone merupakan zat paling toksik terhadap kumbang dewasa.
Nath dkk 1986 menyatakan bahwa minyak spearmint merupakan penolak terbaik kedua setelah minyak kulit kayu manis, dengan konsentrasi
paparan dari 45-180 cc ppm. Minyak Mentha spicata ditemukan mutagenik. Nilai LD50 untuk konsentrasi mematikan untuk 50 dari spesies uji M. pulegium oil
76 pulegone dan M. spicata oil 32 carvone adalah 2,09 ml dan 1,12 ml. Sebagai perbandingan, LD50 untuk pulegon, menton, dan carvone yaitu 0,17,
1,29, dan 0,67 ml. Pulegon dan carvone telah terbukti inhibitor terhadap
Universitas Sumatera Utara
acetylcholinesterase Miyazawa dkk, 1997, yang dapat dikaitkan dengan aktivitas insektisida mereka.
Hori 1999 menemukan bahwa minyak spearmint, peppermint, lavender, menghambat pergerakan stimulasi aktivitas yang menetap yang disebabkan oleh
daya tolak mereka. Namun, perlu dicatat bahwa minyak spearmint atau peppermint
tidak beracun untuk kutu, tetapi hanya sebagai penolak. Pathak dkk 2000 menemukan bahwa minyak Mentha spicata paling
beracun untuk
nyamuk anopheles jantan dewasa. Namun demikian, penulis merekomendasikan bahwa kombinasi lavender Lavandula xintermedia Emeric ex
Loisel, Rosemary Rosmarinus officinalis L., dan Mentha spicata dapat digunakan baik untuk mengusir dan mengendalikan gangguan yang disebabkan
oleh serangga.
2.9 Repellent