LATAR BELAKANG MODEL PERSEBARAN RADIONUKLIDA ALAM 238U,232Th,226Ra,40K DI PERAIRAN PESISIR SEMENANJUNG MURIA - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR) 01 Bab1 Bab2 Bab3

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Persiapan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir untuk selanjutnya disebut PLTN di Indonesia sudah diawali sejak tahun 1971. Setelah melalui serangkaian studi akhirnya lokasi calon tapak PLTN Muria yang direkomendasikan antara lain adalah di Ujung Lemahabang, Desa Balong, Kecamatan Kembang, Kabupaten Jepara Batan-Undip, 2005 dan Batan-Undip, 2006. Dalam rangka mempercepat diversifikasi energi untuk pembangkit tenaga listrik ke non-bahan bakar minyak dalam hal ini adalah batubara maka di Desa Tubanan, Kecamatan Kembang, Kabupaten Jepara telah dibangun dan dioperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Uap berbahan bakar batubara untuk selanjutnya disebut PLTU Batubara dengan kapasitas 2x660 MW PLTU Tanjungjati B, 2007. Lokasi calon tapak PLTN terletak di Desa Balong, Kecamatan Kembang, Kabupaten Jepara dan lokasi tapak PLTU Batubara terletak di Desa Tubanan, Kecamatan Kembang, Kabupaten Jepara. Perairan pesisir PLTU Batubara Tanjungjati B berbatasan dengan perairan pesisir calon tapak PLTN. Berdasarkan studi NEWJEC 1996 secara ekologis perairan pesisir tersebut berada dalam hamparan ekosistem pesisir Semenanjung Muria. 2 Ekosistem pesisir merupakan tempat peralihan daratan dan lautan yang ditandai gradien perubahan ekosistem yang tajam Pariwono, 1992. Apabila terjadi lepasan material radioaktif ke lingkungan perairan pesisir maka untuk memprediksi sebarannya diperlukan data basis radioaktivitas alam. Menurut Smith 1984, kondisi fisis yang mempengaruhi persebaran radionuklida di perairan laut antara lain suhu, kerapatan, salinitas, arus, gelombang dan kedalaman perairan. Menurut Ophel 1977, konsentrasi radionuklida dalam massa air ditentukan oleh faktor persebaran, perpindahan dan peluruhan radionuklida. Parameter penting persebaran radionuklida di perairan pesisir adalah pergerakan massa air. Di dekat lokasi calon tapak PLTN, sejak 14 Oktober 2006 telah dioperasikan PLTU Tanjungjati B Unit 1 dan Unit 2 berkapasitas 2x660 MW dan akan dibangun Unit 3 dan Unit 4 berkapasitas 2x660 MW PLTU Tanjungjati B, 2007. Penggunaan batubara sebagai bahan bakar di PLTU Tanjungjati B Unit 1 dan Unit 2 adalah 305 tonjamunit dan kandungan ash sekitar 4,8 PLTU Tanjungjati B, 2010. Proses pembakaran batubara ini menghasilkan fly ash dan bottom ash yang ditimbun di ash yard . Penimbunan fly ash dan bottom ash di ash yard bisa menimbulkan pelindian leaching sehingga akan ada air lindi leachate yang meresap ke dalam tanah dan dapat mempengaruhi kualitas air laut. Hasil pengukuran kualitas air laut di sekitar jetty PLTU Tanjungjati B yang tercantum dalam Laporan Pelaksanaan RKL dan RPL PLTU Tanjungjati B 2010, memperlihatkan nilai parameter Fisika dan Kimia telah memenuhi Baku Mutu Air Laut sesuai dengan Keputusan Menteri 3 Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut Kepmen LH 51, 2004. Tidak ada laporan hasil identifikasi dan pengukuran radionuklida alam dalam air laut. Apabila merujuk Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut, parameter radionuklida alam memang tidak diatur dalam keputusan menteri tersebut sehingga laporan pelaksanaan RKL dan RPL PLTU Tanjungjati B Unit 1 dan Unit 2 tidak mencantumkan parameter radionuklida alam. Padahal, apabila merujuk penelitian Marinkovic et al. 2010, batubara sebagai bahan tambang yang berasal dari kerak bumi mengandung radionuklida alam 238 U radionuklida Uranium dengan nomor massa 238, 232 Th radionuklida Thorium dengan nomor massa 232, 226 Ra radionuklida Radium dengan nomor massa 226 dan 40 K radionuklida Kalium dengan nomor massa 40 sehingga fly ash dan bottom ash hasil pembakaran batubara dapat mencemari lingkungan laut. Berdasarkan paparan masalah tersebut, penulis mencoba untuk melakukan pemodelan persebaran radionuklida alam 238 U, 232 Th, 226 Ra, 40 K di perairan pesisir Semenanjung Muria, Desa Tubanan dan Desa Balong, Kecamatan Kembang, Kabupaten Jepara yang mencakup areal perairan pesisir di sekitar jetty PLTU Tanjungjati B dan areal perairan pesisir lokasi calon tapak PLTN. Maksud penelitian ini adalah memperkenalkan penerapan model hidrodinamika dalam analisis persebaran radionuklida alam 238 U, 232 Th, 226 Ra, 40 K di perairan pesisir dan mengusulkan parameter radionuklida alam 238 U, 232 Th, 226 Ra, 40 K masuk ke dalam Baku Mutu Air Laut. 4

1.2. KEASLIAN DAN KEBARUAN NOVELTIES