BAB II KAJIAN PUSTAKA

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kreativitas

Kreativitas merupakan dimensi kemampuan anak dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Kebermaknaan kreativitas terletak pada hakikat dan peranannya sebagai dimensi yang memberi ciri keunggulan bagi pertumbuhan diri peserta didik yang sehat, produktif, dan inovatif. Secara umum kreativitas dapat dijabarkan sebagai berikut:

Menurut Suratno (2005:24), kreativitas adalah suatu aktivitas imajinatif yang memanifestasikan kecerdikan dari pikiran yang berdaya untuk menyelesaikan suatu persoalan dengan caranya sendiri.

Menurut Yeni dan Euis (2005: 14), kreativitas merupakan suatu proses mental individu yang melahirkan gagasan, proses, metode ataupun produk baru yang efektif yang bersifat imajinatif, estetis, fleksibel, integrasi, suksesi, diskontinuitas, dan diferensiasi yang berdaya guna dalam berbagai bidang untuk pemecahan suatu masalah.

Rodhes (dalam Munandar 1999: 20), mengutarakan bahwa kreativitas adalah pribadi (person) kreatif yang melibatkan diri dalam proses (process) kreatif, dan dengan dorongan dan dukungan (press) dari lingkungan, menghasilkan produk (product) kreatif.

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kreativitas merupakan suatu aktivitas imajinatif yang melahirkan gagasan, proses, metode ataupun produk baru untuk menyelesaikan suatu masalah dengan caranya sendiri.

Menurut Suratno (2005:39-43), kreativitas anak dapat dikembangkan melalui pendekatan 4 P, antara lain:


(2)

1. Pribadi

Kreativitas adalah keunikan individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

2. Press atau pendorong

Kreativitas dapat diwujudkan jika didukung oleh lingkungan dan kemauan dari dalam dirinya yang kuat melalui faktor dari dalam maupun luar.

3. Proses

Pemunculan kreativitas anak diperlukan proses melalui pemberian kesempatan untuk bersibuk diri secara kreatif yang tidak dapat diwujudkan secara instan.

4. Produk

Kondisi pribadi dan lingkungan erat kaitannya dengan proses kreatif yang dihasilkan oleh seseorang.

Secara umum, kreativitas akan terbentuk jika dibangkitkan melalui lima perilaku kreatif Parnes (dalam Yeni dan Euis, 2005: 14-15) sebagai berikut:

1. Fluency (kelancaran), yaitu kemampuan mengemukakan ide-ide yang serupa untuk memecahkan suatu masalah.

2. Flexibility (keluwesan), yaitu kemampuan untuk menghasilkan berbagai macam ideguna memecahkan suatu masalah di luar kategori yang biasa.

3. Originality (keaslian), yaitu kemampuan memberikan respon yang unik dan luar biasa.

4. Elaboration (keterperincian), yaitu kemampuan menyatakan pengarahan ide secara terperinci untuk mewujudkan ide menjadi kenyataan.

5. Sensitivity (kepekaan), yaitu kepekaan menangkap dan menghasilkan masalah sebagai tanggapan terhadap suatu situasi. Hurlock (1999:11), mengemukakan beberapa faktor pendorong yang dapat meningkatkan kreativitas, yaitu:


(3)

1. Waktu

Untuk menjadi kreatif, kegiatan anak seharusnya jangan diatur sedemikian rupa sehingga hanya sedikit waktu bebas bagi mereka untuk bermain dengan gagasan, konsep, dan mencobanya dalam bentuk baru dan original.

2. Kesempatan menyendiri

Hanya apabila tidak mendapat tekanan dari kelompok sosial, anak dapat menjadi kreatif.

3. Dorongan

Terlepas dari seberapa jauh prestasi anak memenuhi standar orang dewasa. Untuk menjadi kreatif harus terbebas dari ejekan dan kritik yang sering kali dilontarkan pada anak yang tidak kreatif.

4. Sarana

Sarana untuk bermain dan kelak sarana lainnya harus disediakan untuk merangsang dorongan eksperimentasi dan eksplorasi, yang merupakan unsur penting dari semua kreativitas.

5. Lingkungan yang merangsang

Lingkungan rumah dan sekolah harus merangsang kreativitas. Ini harus dilakukan sedini mungkin sejak masa bayi, suatu pengalaman yang menyenangkan dan dihargai secara sosial.

6. Hubungan anak dan orang tua yang tidak posesif

Orang tua yang tidak terlalu melindungi atau terlalu posesif terhadap anak, mendorong anak untuk mandiri.

7. Cara mendidik anak

Mendidik anak secara demokratis di rumah dan sekolah meningkatkan kreativitas, sedangkan cara mendidik otoriter memadamkannya.

8. Kesempatan untuk memperoleh pengetahuan

Kreativitas tidak muncul dalam kehampaan. Makin banyak pengetahuan yang diperoleh anak semakin baik dasar-dasar untuk mencapai hasil yang kreatif.


(4)

Menurut Munandar (dalam Yeni dan Euis, 2005:36-37) kreativitas penting dipupuk dan dikembangkan dalam diri anak:

1. Dengan berkreasi orang dapat mewujudkan dirinya, dan perwujudan diri merupakan kebutuhan pokok pada tingkat tertinggi dalam hidup manusia.

2. Kreativitas atau berpikir kreatif sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah merupakan bentuk pemikiran yang sampai saat ini masih kurang mendapat perhatian dalam pendidikan.

3. Bersibuk diri dalam kreatif tidak hanya bermanfaat bagi diri pribadi dan lingkungan, tetapi terlebih juga memberikan kepuasan kepada individu

4. Kreativitas yang memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya. Dalam era pembangunan ini, kesejahteraan dan kejayaan masyarakat dan negara bergantung pada sumbangan kreatif, berupa ide baru, penemuan baru, dan teknologi baru, untuk mencapai hal ini , sikap, pemikiran, dan perilaku kreatif harus dipupuk sejak dini.

B. Bermain Balok Geometri 1. Bermain

Pada hakikatnya semua anak suka bermain, hanya anak-anak yang tidak enak badan yang tidak suka bermain. Mereka menggunakan sebagian waktunya untuk bermain, baik sendiri, dengan teman sebayanya, maupun dengan orang yang lebih dewasa. Bentuk permainannyapun beragam. Berdasarkan fenomena tersebut para ahli PAUD menentukan bahwa bermain merupakan faktor penting dalam kegiatan pembelajaran, di mana esensi bermain harus menjadi jiwa dari setiap kegiatan pembelajaran anak usia dini.

Bermain adalah kesempatan anak untuk memilih kegiatan yang disukainya, bereksperimen dengan bermacam bahan dan alat,


(5)

berimajinasi, memecahkan masalah dan bercakap-cakap secara bebas, berperan dalam kelompok, dan memperoleh pengalaman yang menyenangkan. (Moeslichatoen, 2004:33).

Menurut Soegeng (dalam Anita Yus, 2005:23), bermain adalah suatu kegiatan atau tingkah laku yang dilakukan anak secara sendirian atau berkelompok dengan menggunakan alat atau tidak untuk mencapai tujuan tertentu.

Menurut Muliawan (2009:17), bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh kesenangan tanpa mempertimbangkan hasil akhir.

Menurut Sudono (2003:1), bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi pada anak.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bermain adalah kegiatan yang menyenangkan, dapat mengembangkan imajinasi anak, dengan atau tanpa mempergunakan alat.

Delapan fungsi bermain bagi anak, menurut Hartley, Frank dan Goldenson (dalam Moeslichatoen, 2004:33-34) yaitu:

a. Menirukan apa yang dilakukan oleh orang dwasa. Contohnya, meniru ibu masak di dapur, dokter mengobati orang sakit, dan sebagainya.

b. Untuk melakukan berbagai peran yang ada di dalam kehidupan nyata seperti guru mengajar di kelas, sopir mengendarai bus, petani menggarap sawah, dan sebagainya.

c. Untuk mencerminkan hubungan dalam keluarga dan pengalaman hidup yang nyata. Contohnya ibu memandikan adik, ayah membaca koran, kakak mengerjakan tugas sekolah, dan sebagainya.


(6)

d. Untuk menyalurkan perasaan yang kuat seperti memukul-mukul kaleng, menepuk-nepuk air, dan sebagainya.

e. Untuk melepaskan dorongan-dorongan yang tidak dapat diterima seperti berperan sebagai pencuri, menjadi anak nakal, pelanggar lalu lintas, dan lain-lain.

f. Untuk kilas balik peran-peran yang biasa dilakukan seperti gosok gigi, sarapan pagi, naik angkutan kota, dan sebagainya.

g. Mencerminkan pertumbuhan seperti pertumbuhan misalnya semakin bertambah tinggi tubuhnya, emakin gemuk badannya, dan semakin dapat berlari cepat.

h. Untuk memecahkan masalah dan mencoba berbagai penyelesaian masalah seperti menghias ruangan, menyiapkan jamuan makan, pesta ulang tahun.

Menurut Moeslichatoen (2004:38-42), kegiatan bermain berdasarkan pada kegemaran anak yaitu:

a. Bermain bebas dan spontan

Merupakan kegiatan bermain yang tidak memiliki peraturan dan aturan main. Sebagian besar merupakan kegiatan mandiri. Anak akan terus sampai ia tidak berminat main lagi.

b. Bermain pura-pura

Bermain pura-pura adalah bermain yang menggunakan daya khayal yaitu dengan memakai bahasa atau berpura-pura bertingkah laku seperti benda tertentu, atau orang tertentu, dan binatang tertentu, yang dalam dunia nyata tidak dilakukan.

c. Bermain dengan cara membangun atau menyusun

Bermain dengan cara membangun atau menyusun ini akan mengembangkan kreativitas anak.

d. Bertanding dan berolahraga

Merupakan kegiatan bermain yang menggunakan fisik anak dalam bertanding dan berolahraga.


(7)

2. Bermain Balok Geometri

Balok adalah peralatan standar yang harus ada dalam ruang kelas anak usia dini dan sangat penting untuk mengimplementasikan kurikulum yang kreatif. Hollow block (balok berongga) sangat ideal bagi anak untuk melakukan permainan dramatis. Dalam waktu yang singkat balok yang besar ini dapat menjadi sebuah boneka, rumah, bis atau pemadam kebakaran. Unit block (balok-balok kecil dengan berbagai bentuk atau disebut balok satuan) dapat memberikan kegiatan belajar yang sehat yang memungkinkan anak memahami konsep-konsep yang dibutuhkan dalam matematika, ilmu pengetahuan, geometri, studi sosial, dan banyak lagi (Asmawati, 2008:11.4).

Menurut Martini dan Wismiarti (2010:23) berdasarkan penelitian dan pengamatan guru, membuktikan tahap-tahap perkembangan anak meningkat seiring mereka dapat menguasai bahan-bahan mainnya. Begitu juga dengan ketrampilan motorik halusnya meningkat seiring dengan rasa percaya anak dengan berbagai bahan main pembangunan, kordinasi motorik halusnya dan secara pasti kognisi pun bergerak mendekati pikiran operasional kongkrit, dan hasil karya mereka semakin nyata.

Menurut J.Piaget, Pickett, Reifel, Strout (dalam Martini dan Wismiarti, 2010:24) bermain dengan balok adalah pengalaman umum untuk anak- anak pada program pendidikan anak usia dini. Kegiatan ini berpotensi untuk meningkatkan pembelajaran terpadu melalui berbagai wilayah/bidang perkembangan.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bermain dengan balok adalah bermain dengan menggunakan objek langsung dengan menggunakan alat media balok-balok yang berbagai ukuran agar anak mampu menciptakan ide-ide baru.

Pendapat Reifel, Phelps dan Hanline (dalam Asmawati, 2008:11.5- 11.6) keuntungan main balok yaitu: a) Ketrampilan


(8)

berhubungan dengan teman sebaya; b) Kemampuan berkomunikasi; c) Kekuatan dan koordinasi motorik halus dan kasar; d) Konsep matematika dan geometri; e) Mengembangkan pemikiran simbolik; f) Pengetahuan pemetaan; g) Ketrampilan membedakan penglihatan.

Menurut Martini dan Wismiarti (2010:24) manfaat bermain balok yaitu: a) Ketrampilan hubungan dengan teman sebaya; b) Kemampuan berkomunikasi; c) Kekuatan dan koordinasi motorik halus dan kasar; d) Konsep matematika dan geometri; e) Pemikiran simbolik; f) Pengetahuan pemetaan; g) Ketrampilan membedakan penglihatan.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan manfaat bermain balok antara lain: a) Meningkatkan kemampuan motorik kasar dan halus anak; b) Mengenalkan konsep dasar matematika; c) Mengembangkan ketrampilan bahasa anak.

Ada empat tahap perkembangan anak dalam penggunaan balok, yaitu:

a) Tahap I: Membawa balok (bermain fungsional);

b) Tahap II: Menumpuk balok dan meletakkannya di lantai; c) Tahap III: Menghubungkan balok untuk membuat bangunan; d) Tahap IV: Membuat bangunan yang jelas terlihat (bermain

dramatik). (Asmawati, 2008:11.14- 11.15).

Berdasarkan hasil kerja dari Guanella FM dan Reifel, S (dalam Martini dan Wismiarti, 2010:61-67) ada 19 tahapan dalam penggunaan balok, yaitu:

a) Tahap I: Tanpa bangunan;

b) Tahap II: Susunan garis lurus ke atas; c) Tahap III: Susunan garis lurus ke samping; d) Tahap IV: Susunan daerah lurus ke atas; e) Tahap V: Susunan daerah mendatar; f) Tahap VI: Ruang tertutup ke atas; g) Tahap VII: Ruang tertutup mendatar;


(9)

h) Tahap VIII: Menggunakan balok untuk membangun bangunan tiga dimensi yang pada;

i) Tahap IX: Ruang tertutup tiga dimensi;

j) Tahap X: Menggabungkan/mengkombinasikan beberapa bentuk bangunan;

k) Tahap XI: Mulai memberi nama;

l) Tahap XII: Satu bangunan, satu nama;

m) Tahap XIII: Bentuk-bentuk balok diberi nama;

n) Tahap XIV: Memberi nama objek-objek yang terpisah; o) Tahap XV: Mempresentasikan ruang dalam;

p) Tahap XVI: Objek-objek di dalam ditempatkan di luar; q) Tahap XVII: Representasi ruang dalam dan ruang luar

secara tepat;

r) Tahap XVIII: Bangunan dibangun sesuai skala;

s) Tahap XIX: Bangunan yang terdiri dari banyak bagian. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan tahap bermain balok geometri antara lain:

a) Tahap I: Membawa balok geometri (bermain fungsional);

b) Tahap II: Menggunakan balok geometri tanpa membuat bangunan;

c) Tahap III: Bangunan-bangunan garis lurus, d) Tahap IV: Daerah bangunan dua dimensi; e) Tahap V: Bangunan tiga dimensi;

f) Tahap VI: Permainan representasi. C. Hakikat Pembelajaran Anak Usia 4-6 Tahun

Taman kanak-kanak merupakan salah satu bentuk pendidikan prasekolah yang ada di jalur pendidikan sekolah. Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan, jasmani dan rohani anak di luar lingkungan keluarga sebelum memasuki


(10)

pendidikan dasar. Usaha ini dilakukan supaya anak usia 4-6 tahun lebih siap mengikuti pendidikan selanjutnya.

Menurut Permendiknas No. 58 tahun 2009, perkembangan kognitif anak usia 4-6 tahun yaitu: 1) Menggunakan benda-benda sebagai permainan simbolik; 2) Mengkreasikan sesuatu sesuai dengan idenya sendiri; 3) Menunjukkan aktivitas yang bersifat eksploratif.

Tokoh prasekolah Frobel, menyatakan bahwa anak suka bermain imajinasi. Setiap benda yang dimainkan anak berfungsi sesuai dengan keinginan anak. Misal penggaris yang dipegang dapat dianggap sebagai kapal terbang, ia juga mencipta kotak kubus yang terdiri dari balok kubus kecil-kecil dan kemudian dapat berkembang menjadi susunan balok yang beraneka bentukdan ukuran. Sesuai dengan prinsip balok yaitu besar maupun volume adalah tetap. Dengan demikian kita dapat memperhatikan kepada anak adanya hubungan antara satu dengan balok berikutnya. (Sudono, 3003: 2).

Uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam menumbuhkan kreatif bermain balok pada anak dapat menggunakan obyek langsung dengan menggunakan alat media balok-balok yang berbagai ukuran agar anak mampu menciptakan ide-ide baru. Anak belajar melalui keterlibatan aktif dengan anak-anak yang lain dan mampu memecahkan masalah, semua itu dilakukan dengan cara bebas dan menyenangkan.

Menurut Freeman dan Munandar (Suyanto,2005:75), perilaku yang mencerminkan kreativitas alamiah pada anak prasekolah dapat diidentifikasi dari ciri-ciri berikut:

1. Senang menjajaki lingkungannya;

2. Mengamati dan memegang segala sesuatu;

3. Rasa ingin tahunya besar, suka mengajukan pertanyaan dengan tak henti-hentinya;

4. Bersifat spontan menyatakan pikiran dan perasaannya;

5. Suka berpetualang; selalu ingin mendapatkan pengalaman-pengalaman baru;


(11)

6. Suka melakukan eksperimen; membongkar dan mencoba-coba berbagai hal;

7. Jarang merasa bosan; ada-ada saja yang ingin dilakukan; 8. Mempunyai daya imajinasi yang tinggi.

Menurut Yeni dan Euis (2005:41-44), program pengembangan kreativitas pada anak usia TK, yaitu:

1. Kegiatan belajar bersifat menyenangkan (Learning is fun); 2. Pembelajaran dalam bentuk bermain;

3. Mengaktifkan siswa;

4. Memadukan berbagai aspek pembelajaran dan perkembangan; 5. Pembelajaran dalam bentuk kegiatan konkret.

E. Korelasi Dalam Kreativitas Anak Melalui Bermain Balok Geometri Berdasarkan kajian teori yang telah dipaparkan di atas, korelasi antara kreativitas yang merupakan masalah dalam penelitian ini dengan bermain balok sebagai aspek penyelesaian masalah dapat dilihat dalam bagan sebagai berikut:

Bagan 2.1 Korelasi Kreativitas Anak Melalui Bermain Balok Kreativitas Anak

Bermain Balok Geometri

Meningkatkan Kreativitas Anak

1. Bermain balok tiap kelompok 3 anak

2. Siklus I: Membuat bangunan pemberhentian kendaraan (stasiun)

3. Siklus II: Membuat bangunan tempat rekreasi bandara 4. Anak mendengarkan

penjelasan tema dengan melihat gambar


(12)

Kreativitas anak adalah suatu aktivitas imajinatif yang melahirkan gagasan, proses, metode ataupun produk baru untuk menyelesaikan suatu masalah dengan caranya sendiri. Kreativitas anak akan meningkat jika diberikan suatu media pembelajaran yang menarik dengan menggunakan objek langsung dengan alat media balok-balok yang berbagai ukuran agar anak mampu menciptakan ide-ide baru. Peneliti menggunakan bermain balok dengan tiap kelompok terdiri dari 3 anak membuat bangunan tempat pemberhentian kendaraan (stasiun) atau membuat bangunan tempat rekreasi bandara. Anak dijelaskan tema dengan diperlihatkan gambar selanjutnya anak-anak membuat bangunan. Dengan membuat bangunan dapat meningkatkan kreativitas anak.


(1)

2. Bermain Balok Geometri

Balok adalah peralatan standar yang harus ada dalam ruang kelas anak usia dini dan sangat penting untuk mengimplementasikan kurikulum yang kreatif. Hollow block (balok berongga) sangat ideal bagi anak untuk melakukan permainan dramatis. Dalam waktu yang singkat balok yang besar ini dapat menjadi sebuah boneka, rumah, bis atau pemadam kebakaran. Unit block (balok-balok kecil dengan berbagai bentuk atau disebut balok satuan) dapat memberikan kegiatan belajar yang sehat yang memungkinkan anak memahami konsep-konsep yang dibutuhkan dalam matematika, ilmu pengetahuan, geometri, studi sosial, dan banyak lagi (Asmawati, 2008:11.4).

Menurut Martini dan Wismiarti (2010:23) berdasarkan penelitian dan pengamatan guru, membuktikan tahap-tahap perkembangan anak meningkat seiring mereka dapat menguasai bahan-bahan mainnya. Begitu juga dengan ketrampilan motorik halusnya meningkat seiring dengan rasa percaya anak dengan berbagai bahan main pembangunan, kordinasi motorik halusnya dan secara pasti kognisi pun bergerak mendekati pikiran operasional kongkrit, dan hasil karya mereka semakin nyata.

Menurut J.Piaget, Pickett, Reifel, Strout (dalam Martini dan Wismiarti, 2010:24) bermain dengan balok adalah pengalaman umum untuk anak- anak pada program pendidikan anak usia dini. Kegiatan ini berpotensi untuk meningkatkan pembelajaran terpadu melalui berbagai wilayah/bidang perkembangan.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bermain dengan balok adalah bermain dengan menggunakan objek langsung dengan menggunakan alat media balok-balok yang berbagai ukuran agar anak mampu menciptakan ide-ide baru.

Pendapat Reifel, Phelps dan Hanline (dalam Asmawati, 2008:11.5- 11.6) keuntungan main balok yaitu: a) Ketrampilan


(2)

berhubungan dengan teman sebaya; b) Kemampuan berkomunikasi; c) Kekuatan dan koordinasi motorik halus dan kasar; d) Konsep matematika dan geometri; e) Mengembangkan pemikiran simbolik; f) Pengetahuan pemetaan; g) Ketrampilan membedakan penglihatan.

Menurut Martini dan Wismiarti (2010:24) manfaat bermain balok yaitu: a) Ketrampilan hubungan dengan teman sebaya; b) Kemampuan berkomunikasi; c) Kekuatan dan koordinasi motorik halus dan kasar; d) Konsep matematika dan geometri; e) Pemikiran simbolik; f) Pengetahuan pemetaan; g) Ketrampilan membedakan penglihatan.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan manfaat bermain balok antara lain: a) Meningkatkan kemampuan motorik kasar dan halus anak; b) Mengenalkan konsep dasar matematika; c) Mengembangkan ketrampilan bahasa anak.

Ada empat tahap perkembangan anak dalam penggunaan balok, yaitu:

a) Tahap I: Membawa balok (bermain fungsional);

b) Tahap II: Menumpuk balok dan meletakkannya di lantai; c) Tahap III: Menghubungkan balok untuk membuat bangunan; d) Tahap IV: Membuat bangunan yang jelas terlihat (bermain

dramatik). (Asmawati, 2008:11.14- 11.15).

Berdasarkan hasil kerja dari Guanella FM dan Reifel, S (dalam Martini dan Wismiarti, 2010:61-67) ada 19 tahapan dalam penggunaan balok, yaitu:

a) Tahap I: Tanpa bangunan;

b) Tahap II: Susunan garis lurus ke atas; c) Tahap III: Susunan garis lurus ke samping; d) Tahap IV: Susunan daerah lurus ke atas; e) Tahap V: Susunan daerah mendatar; f) Tahap VI: Ruang tertutup ke atas; g) Tahap VII: Ruang tertutup mendatar;


(3)

h) Tahap VIII: Menggunakan balok untuk membangun bangunan tiga dimensi yang pada;

i) Tahap IX: Ruang tertutup tiga dimensi;

j) Tahap X: Menggabungkan/mengkombinasikan beberapa bentuk bangunan;

k) Tahap XI: Mulai memberi nama;

l) Tahap XII: Satu bangunan, satu nama;

m) Tahap XIII: Bentuk-bentuk balok diberi nama;

n) Tahap XIV: Memberi nama objek-objek yang terpisah; o) Tahap XV: Mempresentasikan ruang dalam;

p) Tahap XVI: Objek-objek di dalam ditempatkan di luar; q) Tahap XVII: Representasi ruang dalam dan ruang luar

secara tepat;

r) Tahap XVIII: Bangunan dibangun sesuai skala;

s) Tahap XIX: Bangunan yang terdiri dari banyak bagian. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan tahap bermain balok geometri antara lain:

a) Tahap I: Membawa balok geometri (bermain fungsional);

b) Tahap II: Menggunakan balok geometri tanpa membuat bangunan;

c) Tahap III: Bangunan-bangunan garis lurus, d) Tahap IV: Daerah bangunan dua dimensi; e) Tahap V: Bangunan tiga dimensi;

f) Tahap VI: Permainan representasi. C. Hakikat Pembelajaran Anak Usia 4-6 Tahun

Taman kanak-kanak merupakan salah satu bentuk pendidikan prasekolah yang ada di jalur pendidikan sekolah. Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan, jasmani dan rohani anak di luar lingkungan keluarga sebelum memasuki


(4)

pendidikan dasar. Usaha ini dilakukan supaya anak usia 4-6 tahun lebih siap mengikuti pendidikan selanjutnya.

Menurut Permendiknas No. 58 tahun 2009, perkembangan kognitif anak usia 4-6 tahun yaitu: 1) Menggunakan benda-benda sebagai permainan simbolik; 2) Mengkreasikan sesuatu sesuai dengan idenya sendiri; 3) Menunjukkan aktivitas yang bersifat eksploratif.

Tokoh prasekolah Frobel, menyatakan bahwa anak suka bermain imajinasi. Setiap benda yang dimainkan anak berfungsi sesuai dengan keinginan anak. Misal penggaris yang dipegang dapat dianggap sebagai kapal terbang, ia juga mencipta kotak kubus yang terdiri dari balok kubus kecil-kecil dan kemudian dapat berkembang menjadi susunan balok yang beraneka bentukdan ukuran. Sesuai dengan prinsip balok yaitu besar maupun volume adalah tetap. Dengan demikian kita dapat memperhatikan kepada anak adanya hubungan antara satu dengan balok berikutnya. (Sudono, 3003: 2).

Uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam menumbuhkan kreatif bermain balok pada anak dapat menggunakan obyek langsung dengan menggunakan alat media balok-balok yang berbagai ukuran agar anak mampu menciptakan ide-ide baru. Anak belajar melalui keterlibatan aktif dengan anak-anak yang lain dan mampu memecahkan masalah, semua itu dilakukan dengan cara bebas dan menyenangkan.

Menurut Freeman dan Munandar (Suyanto,2005:75), perilaku yang mencerminkan kreativitas alamiah pada anak prasekolah dapat diidentifikasi dari ciri-ciri berikut:

1. Senang menjajaki lingkungannya;

2. Mengamati dan memegang segala sesuatu;

3. Rasa ingin tahunya besar, suka mengajukan pertanyaan dengan tak henti-hentinya;

4. Bersifat spontan menyatakan pikiran dan perasaannya;

5. Suka berpetualang; selalu ingin mendapatkan pengalaman-pengalaman baru;


(5)

6. Suka melakukan eksperimen; membongkar dan mencoba-coba berbagai hal;

7. Jarang merasa bosan; ada-ada saja yang ingin dilakukan; 8. Mempunyai daya imajinasi yang tinggi.

Menurut Yeni dan Euis (2005:41-44), program pengembangan kreativitas pada anak usia TK, yaitu:

1. Kegiatan belajar bersifat menyenangkan (Learning is fun); 2. Pembelajaran dalam bentuk bermain;

3. Mengaktifkan siswa;

4. Memadukan berbagai aspek pembelajaran dan perkembangan; 5. Pembelajaran dalam bentuk kegiatan konkret.

E. Korelasi Dalam Kreativitas Anak Melalui Bermain Balok Geometri Berdasarkan kajian teori yang telah dipaparkan di atas, korelasi antara kreativitas yang merupakan masalah dalam penelitian ini dengan bermain balok sebagai aspek penyelesaian masalah dapat dilihat dalam bagan sebagai berikut:

Bagan 2.1 Korelasi Kreativitas Anak Melalui Bermain Balok Kreativitas Anak

Bermain Balok Geometri

Meningkatkan Kreativitas Anak

1. Bermain balok tiap kelompok 3 anak

2. Siklus I: Membuat bangunan pemberhentian kendaraan (stasiun)

3. Siklus II: Membuat bangunan tempat rekreasi bandara 4. Anak mendengarkan

penjelasan tema dengan melihat gambar


(6)

Kreativitas anak adalah suatu aktivitas imajinatif yang melahirkan gagasan, proses, metode ataupun produk baru untuk menyelesaikan suatu masalah dengan caranya sendiri. Kreativitas anak akan meningkat jika diberikan suatu media pembelajaran yang menarik dengan menggunakan objek langsung dengan alat media balok-balok yang berbagai ukuran agar anak mampu menciptakan ide-ide baru. Peneliti menggunakan bermain balok dengan tiap kelompok terdiri dari 3 anak membuat bangunan tempat pemberhentian kendaraan (stasiun) atau membuat bangunan tempat rekreasi bandara. Anak dijelaskan tema dengan diperlihatkan gambar selanjutnya anak-anak membuat bangunan. Dengan membuat bangunan dapat meningkatkan kreativitas anak.