Studi Perbandingan Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa Dengan Menggunakan Media ICT Dan Media Visual Pada Siswa Kelas IX SMP Kartika II-2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014

(1)

ABSTRAK

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA ICT DAN MEDIA VISUAL PADA

SISWA KELAS IX SMP KARTIKA II-2 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Oleh

DWI RAHMAWATI

Sekarang ini pendidikan Indonesia dihadapkan dengan masalah rendahnya hasil belajar peserta didik. Seiring perkembangan zaman, guru dituntut untuk dapat melakukan pembaharuan pada proses pembelajaran agar siswa lebih memahami materi yang disampaikan. Salah satu faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar di dalam kelas antara lain adalah media pembelajaran. Penelitian ini mengkaji tentang Studi Perbandingan Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa dengan Menggunakan Media ICT dan Media Visual Pada Siswa Kelas IX SMP Kartika II-2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014. Adapun penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar antara penggunaan media ICT dan media visual dan untuk mengetahui perbedaan efektivitas penggunaan media ICT dan media visual pada mata pelajaran IPS Terpadu kelas IX SMP Kartika II-2 Bandar Lampung.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen dengan pendekatan komparatif. Populasi dalam penelitian ini seluruh kelas IX sebanyak 131 siswa dengan jumlah sampel sebanyak dua kelas, yaitu kelas eksperimen sebanyak 44 siswa dan kelas kontrol 43 siswa.Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik cluster random sampling. Teknik pengambilan data yaitu dengan observasi, dokumentasi,dan tes. Pengujian hipotesis pertama menggunakan T-Test Dua Sampel Independent dan untuk pengujian hipotesis kedua menggunakan rumus efektifitas Gain.

Berdasarkan analisis data diperoleh hasil sebagai berikut, hipotesis pertama yaitu ada perbedaan rata-rata hasil belajar IPS Terpadu yang diajar dengan

menggunakan media ICT dan yang diajar dengan menggunakan media visual. Hal ini ditunjukan dengan Thitung (3,364) > Ttabel (1,98). Sedangkan untuk hipotesis kedua dengan perhitungan manual dengan rumus N-Gain diperoleh hasil keefektifan penggunaan media ICT dan media visual adalah 1,21 yang artinya penggunaan media ICT lebih efektif dibandingkan media visual.


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 9

Agustus 1992 dengan nama lengkap Dwi Rahmawati. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara, putri dari

pasangan Bapak Samudi dan Ibu Poniah.

Pada usia lima tahun, penulis memulai pendidikannya di TK Kartika II-6 Bandar Lampung tahun 1997. Penulis mendapat pendidikan dasar di SD Kartika II-5 Bandar Lampung dan diselesaikan tahun 2004. Pendidikan dilanjutkan kejenjang berikutnya di SMP Negeri 2 Bandar Lampung dan diselesaikan pada tahun 2007. Setelah lulus dari Sekolah Mengengah Pertama, penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 2 Bandar Lampung dan diselesaikan pada tahun 2010.

Pada tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Pada bulan Januari 2013, penulis mengikuti Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di Jakarta-Semarang-Solo-Bali-Yogyakarta-Bandung. Pada bulan Juli-September, penulis mengikuti Program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Bangun Negara, Pesisir Selatan, Kabupaten Pesisir Barat dan PPL (Program Pengalaman Lapangan) di SMP PGRI 1 Pesisir Selatan.


(7)

PERSEMBAHAN

Bismillahirrohmaanirrohiim

Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan tuntunan yang tiada

akhirnya untukku,

Dengan bangga ku persembahkan karya kecil ini untuk:

Ayahku tercinta Samudi & Ibuku tersayang Poniah.

Terimakasih atas

setiap do’a

yang tiada henti, kasih sayang yang

tiada batas, serta dukungan yang tak pernah padam selama ini.

Kakak perempuanku tercinta, Ardela Saraswati.

Terimakasih atas do’a, nasihat,

serta bantuannya selama ini.

Kakak laki-lakiku tersayang, Zulfahmi.

Terimakasih atas do’a, bantuan, dan jalan

-jalannya.

Serta Almamaterku, tempat menimba ilmu & pengalaman.


(8)

Moto

Failure is the opportunity to begin again, only this time more wisely

(Anonim)

“Jika Tuhan ti

dak menghendaki manusia untuk menjadi bijaksana, Dia tidak

akan menganugerahkan kemampuan untuk tahu.”

(Manly P Hall)

“Learn from the past.”

(Dwi Rahmawati)


(9)

SANWACANA

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, petunjuk, dan kemudahanya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Studi Perbandingan Hasil Belajar IPS

Terpadu Siswa Dengan Menggunakan Media Visual Dan Media ICT Pada Siswa Kelas IX SMP Kartika II-2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di

Universitas Lampung. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan pada Nabi Besar Muhammad SAW.

Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak

yang telah membantu penulis baik do’a maupun dukungan dalam proses

menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unila.

2. Bapak Dr. M. Thoha B.S. Jaya, M.Si., selaku pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unila.

3. Bapak Drs. Arwin Achmad, M.Si., selaku pembantu Dekan II Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unila.


(10)

5. Bapak Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Unila.

6. Bapak Drs. Hi. Nurdin, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Unila. 7. Bapak Drs. Yon Rizal, M.Si., selaku Pembimbing I yang telah meluangkan

waktu, tenaga, dan pikiran serta memberikan motivasi, arahan dan nasehat dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Bapak Drs. Darwin Bangun, M.Pd., selaku Pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan tenaga untuk memberikan bimbingan, nasihat dan motivasi pada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Bapak Tedi Rusman, M.Si., selaku penguji yang telah meluangkan waktu serta pikirannya untuk memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam menyelesaikan skripsi ini.

10.Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Unila, terima kasih kepada ilmu yang telah diberikan kepada penulis.

11.Bapak Drs. Mujeni, MM., selaku Kepala SMP Kartika II-2 Bandar Lampung, terima kasih atas ketersediaannya memberikan kesempatan kepada saya untuk menjadikan SMP Kartika II-2 Bandar Lampung sebagai subjek dalam


(11)

bimbingan, nasehat, dan motivasi serta informasinya yang bermanfaat untuk kepentingan penelitian dalam skripsi ini.

13.Bapak Untung Santoso, selaku Kepala TU SMP Kartika II-2 Bandar Lampung, terimakasih atas bantuannya untuk kelengkapan skripsi ini. 14.Siswa-Siswi SMP Kartika II-2 Bandar Lampung, terimakasih atas kerjasama

dan kekompakkannya sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik. 15.Keluargaku Tercinta, Bapak Samudi, Ibu Poniah, Ardela Saraswati, dan Zulfahmi. Terimakasih atas semua limpahan kasih sayang, do’a serta dukungannya.

16.Akak-akak tersayang, Paulus Tendy A, Levina Rizki N, Ana Rinjani, Riza Marta Z, Nurul Amelia, Fadhillah Aulia R, Tetty Purnama, Wulan Setiyowati. Terimakasih untuk kebersamaan selama ini, terimakasih untuk hitam dan putih, canda tawa dan air mata, dukungan serta doa kalian selama ini.

17.Hergina Yulia D, Fajri Anggraini H, Rendy Mahardika P, sahabat yang selalu ada dalam keadaan apapun, terimakasih sudah menjadi pendengar yang baik. 18.Teman-teman satu Pembimbing Akademik yang saling mendukung: Fitri

Ahadiyah, Eka Suderajat, Eka Wahyu Ningtyas, Eva Ristiani, Eka Rosyanti, Fitma Indrawan.

19.Teman-teman Pendidikan Ekonomi angkatan 2010: Putri, Renni, Ana P, Lianti, Hendra, Joko, Tia, Mak Leni, Nuhay, Agtifah S, Heni, Suki, Cia, Vivin, Kusworo, Ardi, Gabriela, Rizka, Muti, Wulan O, Rizki A, Asti, Nuy,


(12)

maupun ganjil yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terima Kasih dan semoga sukses.

20.Keluarga dan Teman-teman KKN-PPL Desa Bangun Negara, Pesisir Selatan, Pak Sawal dan keluarga, Pak Wazir dan Keluarga, Wisnu Wijaya, Catur P W, Kadek Milawati Devi, Husni Yusuf, seluruh masyarakat, dewan guru dan siswa-siswi SMP PGRI 1 Pesisir Selatan. Terima kasih atas pengalaman yang tak terlupakan.

21.Terimakasih untuk Kak Dani, Kak Deni, Kak Yeni Ardila, dan Om Herdi atas skripsi dan bantuannya dalam penyelesaian skripsi ini.

22.Untuk kakak tingkat 2007, 2008, 2009 dan adik-adik tingkat 2011, 2012 dan 2013.

23.Terimakasih untuk seluruh pihak yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

Bandar Lampung, Juli 2014


(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN HALAMAN JUDUL

ABSTRAK

HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN SURAT PERNYATAAN

HALAMAN RIWAYAT HIDUP HALAMAN PERSEMBAHAN HALAMAN MOTTO

SANWACANA DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Identifikasi Masalah ... 9

1.3Pembatasan Masalah ... 9

1.4Perumusan Masalah ... 10

1.5Tujuan Penelitian ... 10

1.6Kegunaan Penelitian... 10

1.7Ruang Lingkup Penelitian ... 12

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS 2.1Tinjauan Pustaka ... 13

2.1.1 Definisi Belajar ... 14

2.1.2 Hasil Belajar ... 18

2.1.3 Media Pembelajaran ... 24

2.1.4 Media ICT ... 32

2.1.5 Media Visual ... 37


(14)

III.METODE PENELITIAN

3.1Metode penelitian ... 51

3.1.1 Desain Eksperimen ... 52

3.1.2 Prosedur Penelitian ... 53

3.2Populasi dan Sampel ... 55

3.3Variabel Penelitian ... 56

3.4Definisi Konseptual dan Operasional Variabel ... 57

3.5Teknik Pengumpulan Data ... 59

3.6Uji Persyaratan Instrumen ... 60

1. Uji Validitas Instrumen ... 60

2. Uji Reliabilitas Instrumen ... 61

3. Tingkat Kesukaran ... 62

4. Daya Beda ... 63

3.7Uji Analisis Data ... 64

1. Uji Normalitas ... 64

2. Uji Homogenitas ... 64

3.8Uji Hipotesis ... 65

1. T test Dua Sampel Independen ... 65

2. Efektivitas Model Pembelajaran (N-Gain) ... 66

3.9 Uji Hipotesis ... 67

IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 68

1. Sejarah Berdirinya SMP Kartika II-2 Bandar Lampung ... 68

2. Visi dan Misi ... 70

3. Situasi Dan Kondisi SMP Kartika II-2 Bandar Lampung ... 72

4. Proses Belajar Mengajar ... 72

5. Keadaan Guru SMP Kartika II-2 Bandar Lampung ... 73

6. Sarana dan Prasarana Sekolah ... 73

7. Keadaan Siswa SMP Kartika II-2 Bandar Lampung ... 74

8. Struktur Organisasi Sekolah ... 75

9. Kegiatan Ekstrakurikuler ... 75

4.2Deskripsi Data ... 76

1. Data Hasil Tes Kemampuan Awal (Pre Test) ... 77

a. Deskripsi Data Tes Kemampuan Awal Siswa Kelas Eksperimen ... 77

b. Deskripsi Data Tes Kemampuan Awal Siswa Kelas Kontrol ... 79


(15)

Kelas Eksperimen ... 81

b. Deskripsi Data Tes Kemampuan Akhir Siswa Kelas Kontrol ... 83

3. Peningkatan Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 85

4.3Pengujian Persyartan Analisis Data ... 87

1. Uji Normalitas ... 87

2. Uji Homogenitas ... 88

4.4Pengujian Hipotesis ... 89

4.5Pembahasan ... 90

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan ... 95

5.2Saran ... 96 DAFTAR PUSTAKA


(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Hasil Ulangan Tengah Semester Pelajaran IPS Terpadu Kelas IX Semester Ganjil SMP Kartika II-2 Bandar Lampung Tahun

Pelajaran 2013/2014 ... 5

2. Jumlah Siswa yang Memiliki Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Mata Pelajaran IPS Terpadu Kelas IX SMP Kartika II-2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014 ... 6

3. Penelitian yang Relevan ... 46

4. Definisi Operasional Variabel ... 58

5. Kategori Besarnya Reliabilitas ... 62

6. Data Kepala SMP Kartika II-2 Bandar Lampung ... 69

7. Data Wakil Kepala SMP Kartika II-2 Bandar Lampung ... 70

8. Pembagian Jam Pelajaran ... 73

9. Sarana dan Prasarana SMP Kartika II-2 Bandar Lampung... 74

10.Keadaan Siswa Siswi SMP Kartika II-2 Bandar Lampung ... 75

11.Distribusi Hasil Pre Test Kelas Eksperimen ... 78

12.Distribusi Hasil Pre Test Kelas Kontrol ... 80

13.Distribusi Hasil Post Test Kelas Eksperimen ... 82

14.Distribusi Hasil Post Test Kelas Kontrol ... 84

15.Hasil Peningkatan Belajar IPS Terpadu Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 85

16.Hasil Uji Normalitas Sampel Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa Kelas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 88

17.Hasil Uji Homogenitas Varian Pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 89


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Struktur Organisasi SMP Kartika II-2 Bandar Lampung ... 99

2. Denah Lokasi SMP Kartika II-2 Bandar Lampung ... 100

3. Daftar Nama Guru dan Karyawan ... 101

4. Daftar Nama Siswa Kelas Eksperimen Kelas IX A (Media Pembelajaran ICT) ... 103

5. Daftar Nama Siswa Kelas Eksperimen Kelas IX B (Media Pembelajaran Visual) ... 105

6. Daftar Pembagian Kelompok Kelas Eksperimen (Kelas IX A) ... 107

7. Daftar Pembagian Kelompok Kelas Kontrol (Kelas IX B) ... 108

8. Silabus Pembelajaran ... 109

9. Rencana Pelaksana Pembelajaran ... 113

10.Kisi-Kisi Soal Uji Coba IPS Terpadu ... 125

11.Soal Uji Coba IPS Terpadu ... 126

12.Kunci Jawaban Soal Uji Coba IPS Terpadu ... 132

13.Kisi-Kisi Soal Pre Test dan Post Test IPS Terpadu ... 133

14.Soal Pre Test dan Post Test IPS Terpadu ... 134

15.Kunci Jawaban Soal Pre Test dan Post Test IPS Terpadu ... 139

16.Soal Tes Pemahaman ... 140

17.Kunci Jawaban Soal Tes Pemahaman ... 141

18.Hasil Uji Validitas Soal ... 145

19.Hasil Uji Reliabilitas Soal ... 149

20.Perhitungan Taraf Uji Kesukaran ... 150

21.Hasil Daya Beda Soal ... 152

22.Rekapitulasi Hasil Belajar IPS Terpadu Kelas Eksperimen ... 153

23.Rekapitulasi Hasil Belajar IPS Terpadu Kelas Kontrol ... 155

24.Hasil Uji Normalitas Kelas Eksperimen ... 157

25.Hasil Uji Normalitas Kelas Kontrol ... 159

26.Hasil Uji Homogenitas ... 161

27.Uji Hipotesis 1 ... 162


(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Paradigma Studi Perbandingan Antara Penggunaan Media ICT dan Penggunaan Media Visual Terhadap Hasil Belajar IPS Terpadu

Siswa Kelas IX SMP Kartika II-2 Bandar Lampung ... 48 2. Kerangka Pikir Studi Perbandingan Antara Penggunaan Media ICT

Dan Penggunaan Media Visual Terhadap Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa Kelas IX SMP Kartika II-2 Bandar Lampung ... 50 3. Peningkatan Hasil Belajar IPS Terpadu Kelas Eksperimen ... 86 4. Peningkatan Hasil Belajar IPS Terpadu Kelas Kontrol ... 86 5. Peningkatan Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa Kelas Eksperimen


(19)

I. PENDAHULUAN

Bagian pertama ini akan membahas beberapa hal yaitu mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembahasan masalah. Adapun hal lain yang akan dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan ruang lingkup penelitian. Adapun pembahsan lebih rinci

ditunjukkan pada bagian-bagian berikut ini.

1.1Latar Belakang Masalah

Di era globalisasi seperti sekarang ini, persaingan di berbagai bidang kehidupan semakin ketat. Diperlukan manusia yang berkualitas tinggi dan mampu

berkompetisi di bidangnya yang akan bertahan mengahadapi persaingan tersebut. Manusia yang berkualitas tinggi diperlukan sebagai sebuah sarana, baik untuk menciptakan maupun mengembangkan ilmu dan teknologi yang mumpuni bagi pembangunan bangsa dan negara kearah yang lebih maju. Untuk dapat

menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas diperlukan pendidikan yang berkualitas pula.

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki


(20)

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pada hakekatnya pendidikan adalah suatu tindakan yang ada unsur kesengajaan dalam membentuk manusia agar dapat mengembangkan kepribadian dan kemampuanya.

Pendidikan yang bersifat formal adalah pendidikan yang diselenggarakan di sekolah. Sedangkan pendidikan non-formal adalah pendidikan yang

diselenggarakan di luar sekolah. Jenis pendidikan dalam sistem pendidikan nasional terdiri dari pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah.

Pendidikan sekolah merupakan jenis pendidikan yang berjenjang, berstruktur, dan berkesinambungan, sampai dengan pendidikan tinggi. Jenis pendidikan sekolah mencakup pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan kedinasan,

pendidikan keagamaan, dan pendidikan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. Sedangkan, pendidikan luar sekolah merupakan pendidikan yang tidak terikat dengan struktur sekolah.

Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan formal memiliki peran penting dalam usaha mengembangkan dan membina potensi yang dimiliki siswa. Hal ini ditunjukkan dengan adanya kegiatan belajar mengajar di dalam kelas untuk memperoleh pendidikan. Di sini siswa sebagai peserta didik, diharapkan mampu mencapai keberhasilan belajar yang diharapkan. Keberhasilan belajar ini diukur melalui hasil belajar yang di peroleh siswa.

Hasil belajar sangat penting untuk menjadi salah satu tolak ukur penentuan keberhasilan dalam kegiatan belajar mengajar, baik bagi guru maupun bagi siswa.


(21)

Seorang guru dikatakan berhasil menjalankan program pembelajarannya apabila separuh atau lebih dari jumlah siswa telah mencapai tujuan konstruksional khusus maupun umum. Sedangkan bagi siswa, hasil belajar merupakan informasi yang berfungsi untuk mengukur tingkat kemampuan atau keberhasilan belajarnya, apakah mengalami perubahan yang bersifat positif maupun perubahan yang bersifat negatif.

Hasil belajar siswa dapat diukur dengan berbagai cara, salah satunya dengan tes. Tes merupakan cara yang digunakan atau prosedur yang ditempuh dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan dengan memberikan tugas atau serangkaian tugas yang diberikan oleh guru sehingga dapat dihasilkan nilai yang mencerminkan hasil belajar peserta didik. Hasil belajar siswa memiliki tingkatan yang berbeda-beda, jika hasil belajar siswa tinggi menunjukkan keberhasilan dalam kegiatan belajar mengajar, sebaliknya jika hasil belajar siswa rendah menunjukkan bahwa tujuan pembelajaran belum tercapai.

Peneliti melakukan penelitian di salah satu SMP di Bandar Lampung, yaitu SMP Kartika II-2 Bandar Lampung. SMP Kartika II-2 Bandar Lampung adalah salah satu sekolah menengah pertama yang beralamat di jalan Kapten Pierre Tendean No. 4, Kecamatan Tanjung Karang Pusat, Kota Bandar Lampung. Tujuan SMP Kartika II-2 Bandar Lampung adalah menghasilkan lulusan yang berkualitas, mampu menjadi generasi yang berkompeten dan mampu berkarya di luar pendidikan yang sesuai dengan ilmu yang diperoleh selama proses belajar mengajar di sekolah.


(22)

Berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilakukan peneliti melalui observasi dan wawancara di SMP Kartika II-2 Bandar Lampung diketahui bahwa dari keterangan guru bidang studi IPS Terpadu mengenai hasil ujian Mid Semester yang diperoleh siswa kelas IX SMP Kartika II-2 Bandar Lampung umumnya kurang optimal. Karena masih banyaknya siswa yang belum mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Berikut ini disajikan data hasil ujian Mid Semester Siswa Kelas IX SMP Kartika II-2 Bandar Lampung tahun ajaran 2013/2014.

Tabel 1. Hasil Ujian Tengah Semester Pelajaran IPS Terpadu Kelas IX Semester Ganjil SMP Kartika II-2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014

Rentang Nilai Jumlah Siswa Persentase (%)

>70 60 45,80

60-69 34 25,96

50-59 22 16,79

40-49 15 11,45

<39 0 0

Jumlah 131 100

Sumber: Guru IPS Terpadu SMP Kartika II-2 Bandar Lampung

Berdasarkan tabel 1 di atas, maka dapat diketahui hasil belajar siswa bervariasi dari nilai yang tinggi sampai dengan nilai yang rendah. Hasil belajar yang diperoleh siswa kelas IX SMP Kartika II-2 Bandar Lampung dari 131 siswa yang mendapat nilai lebih dari 70, yaitu hanya sebanyak 60 siswa atau sebesar 45,80 %. Hal ini berarti sebagian besar siswa memiliki hasil belajar yang masih tergolong rendah. Hal ini sesuai dengan pendapat Djamarah (2010: 107), yakni apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 65% dikuasai siswa, persentase keberhasilan siswa pada mata pelajaran tersebut tergolong rendah dan sebaliknya.


(23)

Di SMP Kartika II-2 Bandar Lampung terdapat KKM yaitu tingkat pencapaian kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa per-mata pelajaran. Hai ini dilakukan untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar di kelas. Dari penelitian pendahuluan yang dilakukan, diperoleh bahwa KKM siswa di SMP Kartika II-2 Bandar Lampung adalah 70. Jika siswa telah mencapai nilai KKM tersebut maka siswa dinyatakan lulus pada materi yang telah diajarkan dan tidak perlu mengikuti pembelajaran remedial, sebaliknya jika siswa belum mencapai nilai KKM yang diharapkan maka siswa tersebut harus mengikuti remedial yang diadakan oleh guru yang bersangkutan.

Sehubungan dengan hasil belajar siswa kelas IX SMP Kartika II-2 Bandar Lampung, keberhasilan proses belajar dibagi menjadi atas beberapa tingkatan. Menurut Djamarah dan Zain (2006: 121) tingkat keberhasilan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Istimewa/Maksimal apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa 100%.

2. Baik sekali/optimal apabila sebagian besar dapat dikuasai oleh siswa yaitu 76% - 99%.

3. Baik/minimal apabila bahan pelajaran yang dikuasai siswa sebesar 60%-76%. 4. Kurang apabila bahan pelajaran yang dikuasai siswa sebesar kurang dari 60%.

Tabel 2. Jumlah Siswa yang Memiliki Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Mata Pelajaran IPS Terpadu Kelas IX SMP Kartika II-2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014

Standar Ketuntasan Frkuensi Persentase (%)

≥ 70 60 45,80

≤ 70 71 54,20

Jumlah 131 100


(24)

Berdasarkan Tabel 2 di atas, dapat diketahui jumlah siswa yang memperoleh nilai mid semester pada mata pelajaran IPS Terpadu yaitu sebanyak 60 siswa dari 131 siswa atau sebesar 45,80% yang telah memperoleh nilai diatas KKM. Sedangkan 71 siswa dari 131 siswa atau sebesar 54,20% siswa belum mampu mencapai nilai KKM. Berdasarkan data di atas, maka dapat diketahui bahwa hasil belajar IPS Terpadu Siswa Kelas IX SMP Kartika II-2 Bandar Lampung masih tergolong rendah.

Berdasarkan penelitian pendahulan yang telah dilakukan peneliti diketahui bahwa hasil belajar siswa masih rendah. Hal ini diduga karena kurang optimalnya

pemanfaatan media pembelajaran. Dapat dilihat dari hasil wawancara dan observasi peneliti terhadap beberapa responden yang menyatakan bahwa guru mata pelajaran IPS Terpadu kelas IX masih kurang efektif dan optimal dalam penggunaan media pembelajaran. Karena itu siswa terkadang merasa jenuh dalam kegiatan belajar mengajar sehingga hasil belajar siswa kurang memuaskan.

Penggunaan media pembelajaran oleh guru IPS Terpadu di SMP Kartika II-2 Bandar Lampung yang masih tergolong rendah terlihat dari sedikitnya guru yang menggunakan media belajar yang inovatif. Dari seluruh guru IPS Terpadu di SMP Kartika II-2 yang menggunakan media pembelajaran hanya sekitar 40% guru yang menggunakan media belajar seperti media visual dan media ICT.

Penggunaan media yang tidak bervariasi ini dapat berdampak pada pencapaian hasil belajar yang tidak optimal. Menurut Arsyad (2011: 15), penggunaan media pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran,


(25)

Menurut Arsyad (2011: 2-3) media adalah bagian yang tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajaran di sekolah pada umumnya. Dalam mata pelajaran IPS terpadu penggunaan media pembelajaran merupakan hal yang sangat penting dalam proses belajar mengajar demi tercapainya keberhasilan tujuan pembelajaran bagi siswa.

Menurut Hamalik dalam Sukiman (2012: 41), pemanfaatan media dalam pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat baru, meningkatkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan berpengaruh secara psikologis kepada peserta didik. Selanjutnya menurut Arsyad (2011: 15) diungkapkan bahwa penggunaan media pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian informasi (pesan dan isi

pelajaran) pada saat itu. Media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal (Arsyad, 2011: 3).

Adapun media pembelajaran yang dapat diterapkan dalam penelitian ini adalah media ICT dan media visual. Media ICT menurut Rusman, dkk (2012: 89), adalah alat bantu yang berupa peralatan elektronika yang terdiri dari perangkat keras dan perangkat lunak serta kegiatan yang terkait dengan pemrosesan,

manipulasi, pengelolaan, dan pemindahan informasi antar media. Perangkat yang dipakai seperti komputer dan LCD.

Media visual menurut Daryanto (2010: 27), artinya semua alat peraga yang digunakan dalam proses belajar yang bisa dinikmati lewat panca indera mata.


(26)

Media ini dapat berupa karton, peta globe, dan buku modul. Media ini hanya menampilkan gambar atau tulisan yang dapat dilihat saja, dan lebih cocok untuk siswa yang cara belajarnya visual.

Berdasarkan uraian di atas untuk meningkatkan hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas IX SMP Kartika II-2 Bandar Lampung, maka digunakanlah media visual dan media ICT. Kedua media pembelajaran tersebut dapat secara otomatis digunakan secara berdampingan sehingga dapat menstimulus minat belajar dan motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran. Media ini pun harus dirancang dan didesain sebaik dan sebagus mungkin, agar peserta didik yang melihat tidak merasa monoton ataupun bosan, dan yang terpenting peserta didik bisa membuat media sendiri untuk membantu proses pembelajaran mereka.

Kedua media tersebut, media ICT dan media visual, dapat digunakan secara kreatif dan inovatif baik oleh guru maupun siswa untuk menunjang kondisi pembelajaran yang aktif dan menyenangkan. Serta, kedua media ini dapat memberikan perbandingan hasil belajar IPS Terpadu siswa sehingga guru dapat menggunakan media yang tepat dan baik untuk meningkatkan hasil belajar IPS Terpadu.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk .melakukan penelitian dengan judul “Studi Perbandingan Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa Dengan Menggunakan Media Visual Dan Media ICT Pada Siswa Kelas IX SMP Kartika II-2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014”.


(27)

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Sikap guru yang masih membiasakan siswa untuk menjalani proses belajar mengajar yang terpusat pada guru.

2. Kurangnya pemanfaatan media pembelajaran dalam kegiatan belajar oleh siswa.

3. Kurangnya kemampuan guru dalam penggunaan media ICT dan media visual yang aktif, kreatif, dan menyenangkan.

4. Suasana pasif membuat siswa kurang terpancing untuk berkompetisi dengan siswa lain di dalam kelas.

5. Kurangnya semangat dan kreativitas siswa dalam belajar.

6. Rendahnya hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas IX semester ganjil SMP Kartika II-2 Bandar Lampung.

1.3Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada perbandingan hasil belajar IPS Terpadu siswa yang dibelajarkan menggunakan media visual dan siswa yang dibelajarkan menggunakan media ICT pada siswa kelas IX di SMP Kartika II-2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014.


(28)

1.4Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Apakah ada perbedaan hasil belajar IPS Terpadu siswa yang pembelajarannya menggunakan media ICT dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan media visual ?

2. Apakah ada perbedaan efektifvitas antara media pembelajaran ICT dengan media pembelajaran visual ?

1.5Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPS Terpadu siswa yang pembelajarannya menggunakan media ICT dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan media visual.

2. Untuk mengetahui perbedaan efektivitas antara media pembelajaran ICT dengan media pembelajaran visual.

1.6Kegunaan Penelitian

Kegunaan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Secara teoritis

1) Bagi penulis, dapat menambah ilmu pengetahuan dan mengembangkan ilmu yang telah didapat selama kuliah, sehingga tercipta wahana ilmiah.


(29)

2) Bagi para akademisi, dapat digunakan sebagai bahan referensi atau bahan kajian dalam menambah ilmu pengetahuan di bidang pendidikan. 3) Bagi peneliti lebih lanjut, dapat dijadikan referensi di dalam

mengembangkan pengetahuan tentang perbedaan penggunaan media pembelajaran yang mempengaruhi hasil belajar IPS Terpadu yang belum dikaji dalam penelitian ini.

2. Secara praktis 1) Bagi siswa

Dapat digunakan sebagai bahan masukan, dalam usaha meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPS Terpadu dengan memberikan informasi tentang media pembelajaran yang dapat mempengaruhi hasil belajar, sehingga siswa dapat memperbaiki metode belajarnya. Siswa menjadi lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

2) Bagi guru

Dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk memperoleh inovasi dalam menggunakan media pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kompetensi guru dalam proses mengajar.

3) Bagi pihak sekolah

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu bahan rujukan yang bermanfaat guna memperbaiki mutu pembelajaran.

4) Bagi Mahasiswa

Sebagai bekal dan tambahan untuk terjun mengajar serta menambah

pengetahuan peneliti tentang perbandingan hasil belajar menggunakan media ICT dan media visual.


(30)

5) Bagi Peneliti Lain

Sebagai refrensi dan masukan yang berguna untuk penelitian lebih lanjut sebagaimana dituntut dalam era di masa mendatang.

1.7 Ruang Lingkup Penelitian 1. Objek Penelitian

Objek penelitian yang akan diteliti adalah hasil belajar IPS Terpadu siswa yang dibelajarkan menggunakan media visual dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan media ICT.

2. Subjek Penelitian

Ruang lingkup subjek penelitian ini adalah siswa kelas IX. Dengan rincian, siswa kelas IX A sebagai kelas eksperimen dan kelas IX B sebagai kelas kontrol.

3. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini adalah SMP Kartika II-2 Bandar Lampung. 4. Waktu Penelitian


(31)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS

Bagian kedua akan membahas mengenai tinjauan pustaka, kerangka pikir, dan hipotesis. Sebelum analisis kritis dan komparatif terhadap teori-teori dan hasil penelitian yang relevan dengan semua variabel yang diteliti, selanjutnya peneilitian dapat melakukan kesimpulan sementara. Perpaduan sintesa antara variabel satu dengan variabel yang lain akan menghasilkan kerangka pikir yang selanjutnya dapat digunakan untuk merumuskan hipotesis.

2.1Tinjauan Pustaka

Bagian tinjauan pustaka akan membahas teori-teori yang mendasari tentang hasil belajar, media pembelajaran ICT, dan media pembelajaran visual. Tinjuan pustaka mempunyai arti peninjauan kembali pustaka-pustaka yang terkait. Fungsi

peninjauan kembali pustaka yang berkaitan dengan merupakan hal yang mendasar dalam penelitian, semakin banyak seorang peneliti mengetahui, mengenal, dan memahami, tentang penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, semakin dapat dipertanggungjawabkan caranya meneliti permasalahan yang dihadapi.


(32)

2.1.1Definisi Belajar

Ketika suatu individu melakukan proses belajar, maka sesudahnya terdapat perubahan pada diri individu tersebut. Perubahan itu bisa meliputi sifat, sikap, perilaku, maupun tingkat intelegensi individu tersebut. Karena pada dasarnya belajar akan membawa seseorang dari hal yang berrsifat negatif bisa menjadi positif. Belajar juga bisa membuat seseorang dapat menghadapi kesulitan yang menimpanya. Ataupun menemukan cara yang tepat untuk menyelesaikan suatu masalah. Dan juga belajar dapat membuat seseorang bisa menyesuaikan diri dengan kondisi dan situasi yang dialaminya, baik itu situasi dan kondisi yang baik maupun yang jelek.

Menurut Rusman, dkk (2012: 07), belajar merupakan suatu aktivitas yang dapat dilakukan secara psikologis maupun secara fisiologis. Aktivitas yang bersifat psikologis, yaitu aktivitas yang merupakan proses mental, sedangkan aktivitas fisiologis, yaitu aktivitas yang merupakan proses penerapan atau praktik. Dan menurut Crow & Crow dalam Rusman, dkk (2012: 07), belajar adalah

diperolehnya kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru.

Ahmadi (2004: 128), mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Djamarah (2008: 13), mengemukakan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik.


(33)

Menurut Winkel dalam Darsono (2000: 4), belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003: 3).

Menurut Sadiman (2008: 21) belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan

penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, dan penyesuaian diri. Sudjana (2008: 5) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan,

pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan-perubahan aspek lain yang ada pada individu belajar.

Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa bahwa belajar adalah sebuah proses untuk mengetahui atau merubah keterampilan, sikap, sifat, tingkah laku secara keseluruhan, pengetahuan , dan aspek-aspek lainnya dimana dilakukan melalui proses interaksi dengan lingkungan sekitar. Sehingga bisa menimbulkan perubahan yang signifikan terhadap individu tersebut dan bisa menciptakan suatu hasil yang dapat dinilai melalui sebuah sistem penilaian.


(34)

Whittaker dalam Djamarah (2008: 12) merumuskan belajar sebagai proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Percival dan Ellington dalam Daryanto (2010: 59), mengungkapkan “Belajar adalah perubahan yang terjadi karena hubungan yang stabil antara stimulus yang diterima oleh organisme secara individual dengan respon yang tersamar, dimana rendah, besar, kecil, dan intensitas respon tersebut tergantung pada tingkat kematangan fisik, mental dan tendensi yang belajar”.

Sedangkan menurut Gagne dalam Dimyati dan Mudjiono (2006: 10), belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Kompleksitas belajar tersebut dapat dipandang dari dua subjek, yaitu dari siswa dan dari guru. Dari siswa, belajar dialami sebagai suatu proses. Dari segi guru, proses belajar tersebut tampak sebagai perilaku belajar tentang suatu hal. Adapun seimbang dari dua arah yang pada hakikatnya sama-sama mengalami proses belajar.

Adapun ciri-ciri dari aktivitas belajar dijelaskan oleh Djamarah (2008: 15-16) sebagai berikut.

1. Perubahan yang terjadi secara sadar.

2. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional. 3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif. 4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara. 5. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah. 6. Perubahan mencangkup seluruh aspek tingkah laku.

Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa belajar yang merupakan aktivitas baik dari siswa maupun dari guru, akan menimbulkan banyak perubahan yang terjadi baik positif maupun negatif. Perubahan yang ditimbulkan pun

mencakup kognitif dan afektif masing-masing individu, tergantung interpretasi individu tersebut.


(35)

Perubahan yang terjadi dalam belajar ditentukan oleh prinsip-prinsip belajar yang ada. Prinsip-prinsip belajar menurut Sadiman (2008: 24) adalah sebagai berikut.

1. Kemampuan belajar seorang siswa harus diperhitungkan dalam rangka menentukan isi pembelajaran.

2. Perkembangan pengalaman anak didik akan banyak mempengaruhi kemampuan belajar yang bersangkutan.

3. Belajar melalui praktek atau mengalami secara langsung akan lebih efektif membina sikap, keterampilan, cara berpikir kritis dan lain-lain, dibandingkan dengan belajar hafalan saja.

4. Belajar sedapat mungkin diubah ke dalam bentuk aneka ragam tugas, sehingga anak-anak melakukan dialog dalam dirinya atau mengalaminya sendiri.

Selain itu, prinsip-prinsip belajar yang harus diperhatikan menurut Dalyono (2005: 51-54) adalah sebagai berikut.

1. Kematangan jasmani dan rohani

Salah satu prinsip utama belajar adalah harus mencapai kematangan jasmani dan rohani sesuai dengan tingkatan yang dipelajarinya. Kematangan jasmani yaitu setelah sampai pada batas minimal umur serta kondisi fisiknya telah kuat untuk melakukan kegiatan belajar. Sedangkan kematangan rohani artinya telah memiliki kemampuan secara psikologis untuk melakukan kegiatan belajar. 2. Memiliki kesiapan

Setiap orang yang hendak belajar harus memiliki kesiapan yakni dengan kemampuan yang cukup, baik fisik, mental maupun perlengkapan belajar. 3. Memahami tujuan

Setiap orang yang belajar harus memahami tujuannya, kemana arah tujuan itu dan apa manfaat bagi dirinya. Prinsip ini sangat penting dimiliki oleh orang belajar agar proses yang dilakukannya dapat selesai dan berhasil

4. Memiliki kesungguhan

Orang yang belajar harus memiliki kesungguhan untuk melaksanakannya. Belajar tanpa kesungguhan akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan. 5. Ulangan dan latihan

Prinsip yang tidak kalah pentingnya adalah ulangan dan latihan. Sesuatu yang dipelajari perlu diulang agar meresap dalam otak, sehingga dikuasai

sepenuhnya dan sukar dilupakan.

Dari penjelasan para ahli di atas dapat diketahui bahwa masing-masing individu mempunyai tingkat kemampuan belajar yang berbeda-beda. Dalam setiap kali pembelajaran untuk dapat dipahami dan dimengerti oleh peserta didik, biasanya


(36)

diperlukan pengulangan pembelajaran dengan cara pemberian tugas, latihan ataupun ulangan harian.

2.1.2Hasil Belajar

Salah satu indikator tercapai atau tidaknya suatu proses pembelajaran adalah dengan melihat hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Menurut Hamalik, (2008: 155) hasil belajar adalah tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan

pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan

terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, menjadi lebih sopan, dan sebaliknya. Sedangkan menurut (Djamarah, 2000: 25), pembelajaran dikatakan berhasil jika tingkat pengetahuan siswa bertambah dari hasil sebelumnya.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 3), hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Syaodih (2007: 102) mengatakan hasil belajar merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Sedangkan hasil belajar menurut Arikunto (2008: 63), sebagai hasil yang telah dicapai seseorang setelah mengalami proses belajar dengan terlebih dahulu mengadakan evaluasi dari proses belajar yang dilakukan.

Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa hasil belajar merupakan hasil suatu interaksi belajar yang dapat membawa perubahan tingkah laku seseorang. Perubahan itu didapat dari hasil evaluasi setelah proses pembelajaran yang


(37)

dilakukan oleh masing-masing individu. Dari yang kurang baik menjadi baik, dari yang tidak tahu menjadi tahu.

Hasil belajar yang baik ataupun buruk ditentukan oleh banyak faktor. Adapun menurut Suhardjono dalam Arikunto (2008: 55), banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil pembelajaran, seperti faktor yang dapat diubah (cara

mengajar, model evaluasi, dan lain-lain), ada pula faktor yang harus diterima apa adanya (seperti: latar belakang siswa, gaji, dan lain-lain). Sedangkan menurut Slameto (2003: 54-60), faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa antara lain.

1. Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa)

Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi tiga faktor, yakni: a) Faktor jasmaniah

1) Faktor kesehatan 2) Faktor cacat tubuh b) Faktor psikologis

1) Intelegensi 2) Bakat 3) Motif

4) Kematangan. 5) Kesiapan c) Faktor kelelahan

1) Faktor kelelahan jasmani 2) Faktor kelelahan rohani

2. Faktor ekstern (faktor dari luar diri siswa)

Faktor yang berasal dari luar diri siswa sendiri terdiri dari tiga faktor, yakni: a) Faktor keluarga

1) Cara orang tua mendidik. 2) Relasi antar anggota keluarga 3) Suasana rumah

4) Keadaan ekonomi keluarga b) Faktor sekolah

1) Metode mengajar 2) Kurikulum

3) Relasi guru dengan siswa 4) Relasi siswa dengan siswa 5) Disiplin sekolah

6) Alat pelajaran 7) Waktu sekolah


(38)

8) Standar pelajaran diatas ukuran 9) Keadaan gedung

10)Metode belajar 11) Tugas rumah c) Faktor masyarakat

1) Kesiapan siswa dalam masyarakat 2) Mass media

3) Teman bergaul

4) Bentuk kehidupan masyarakat

Selain itu Djaali (2008: 99) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar antara lain sebagai berikut.

1. Faktor Internal (yang berasal dari dalam diri) a) Kesehatan

b) Intelegensi

c) Minat dan motivasi d) Cara belajar

2. Faktor Eksternal (yang berasal dari luar diri) a) Keluarga

b) Sekolah c) Masyarakat d) Lingkungan

Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa ada banyak sekali faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar peserta, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Pada dasarnya faktor-faktor inilah yang akan membawa dampak besar bagi perkembangan setiap individu, baik perkembangan pemikiran maupun perkembangan sifat di dalam aktivitas sehari-hari khususnya dalam mencapai hasil belajar. Beberapa faktor tersebut antara lain seperti dukungan keluarga, lingkungan, minat, intelegensi, dan juga media pembelajaran yang digunakan untuk proses belajar mengajar.


(39)

Faktor-faktor yang sudah disebutkan diatas tadi dapat membawa perubahan perilaku bagi seseorang. Adapun menurut Gagne dalam Rusman, dkk (2012: 11), perubahan perilaku yang merupakan hasil belajar dapat berbentuk sebagai berikut.

1. Informasi verbal yaitu penguasaan informasi dalam bentuk verbal, baik secara tertulis maupun tulisan, misalnya pemberian nama-nama terhadap suatu benda, definisi, dan sebagainya.

2. Kecakapan intelektual yaitu keterampilan individu dalam melakukan interaksi dengan lingkungannya dengan menggunakan simbol-simbol, misalnya: penggunaan simbol matematika. Termasuk dalam keterampilan intelektual adalah kecakapan dalam membedakan (discrimination), memahami konsep konkrit, konsep abstrak, aturan dan hukum. Ketrampilan ini sangat dibutuhkan dalam menghadapi pemecahan masalah.

3. Strategi kognitif kecakapan individu untuk melakukan pengendalian dan pengelolaan keseluruhan aktivitasnya. Dalam konteks proses pembelajaran, strategi kognitif yaitu kemampuan mengendalikan ingatan dan cara – cara berpikir agar terjadi aktivitas yang efektif. Kecakapan intelektual

menitikberatkan pada hasil pembelajaran, sedangkan strategi kognitif lebih menekankan pada proses pemikiran.

4. Sikap yaitu hasil pembelajaran yang berupa kecakapan individu untuk memilih macam tindakan yang akan dilakukan. Dengan kata lain. Sikap adalah keadaan dalam diri individu yang akan memberikan kecenderungan bertindak dalam menghadapi suatu obyek atau peristiwa, didalamnya terdapat unsur pemikiran, perasaan yang menyertai pemikiran dan kesiapan untuk bertindak.

5. Kecakapan motorik ialah hasil belajar yang berupa kecakapan pergerakan yang dikontrol oleh otot dan fisik.

Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa hasil belajar yang sering ditemui berupa bertambahnya kecakapan seseorang dalam membaca, menulis, atau penambahan perbendaharaan kata. Selain itu ada pula kemajuan seorang individu dalam mengelola aktivitasnya sehari-hari baik secara sikap maupun secara kerja fisik. Hal-hal inilah yang dapat dilihat dari hasil belajar seorang individu dalam kurun waktu tertentu.


(40)

Selain itu menurut Rusman, dkk (2012 :12), secara keseluruhan biasanya hasil belajar akan tampak seperti hal-hal berikut ini.

1. Kebiasaan; seperti peserta didik belajar bahasa berkali-kali menghindari

kecenderungan penggunaan kata atau struktur yang keliru, sehingga akhirnya ia terbiasa dengan penggunaan bahasa yang baik dan benar.

2. Keterampilan; seperti menulis dan berolahraga yang meskipun sifatnya motorik, keterampilan itu memerlukan koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran yang tinggi.

3. Pengamatan, yakni proses menerima, menafsirkan, dan memberi arti

rangsangan yang masuk melalui indra-indra secara objektif sehingga peserta didik mampu mencapai pengertian yang benar.

4. Berpikir asosiatif, yakni berpikir dengan cara mengasosiasikan sesuatu dengan menggunakan daya ingat.

5. Berpikir rasional dan kritis, yakni menggunakan prinsip dan dasar pengertian dalam menjawab pertanyaan kritis.

6. Sikap, yakni kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu sesuai dengan pengetahuan dan keyakinan.

7. Inhibisi, yakni menghindari hal yang mubazir. 8. Apresiasi, menghargai karya-karya bermutu.

9. Perilaku afektif, yakni perilaku yang bersangkutan dengan perasaan takut, marah, sedih, gembira, dan sebagainya.

Berdasarkan pendapat di atas diketahui bahwa dalam kurun waktu tertentu hasil belajar yang dapat dilihat berupa kebiasaan berpikir dan kebiasaan sikap

seseorang. Biasanya individu cenderung dapat belajar dari kesalahannya melalui daya ingat dan pengamatan sesuatu di masa lalu sehingga individu tersebut dapat melakukan hal yang benar di kemudian hari. Kebiasaan sikap yang dituangkan dalam bentuk emosi atau reaksi terhadap sesuatu juga merupakan perubahan hasil belajar.

Sehubungan dengan hal di atas, adapun hasil pengajaran menurut Sadiman (2008: 49), dapat dikatakan betul-betul baik apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut.


(41)

1. Hasil itu tahan lama dan dapat digunakan dalam kehidupan oleh siswa. 2. Hasil itu merupakan pengetahuan asli atau otentik. Pengetahuan hasil proses

belajar mengajar itu bagi siswa seolah-olah telah merupakan bagian kepribadian bagi diri setiap siswa, sehingga akan dapat mempengaruhi

pandangan dan caranya mendekati suatu permasalahan. Sebab pengetahuan itu dihayati dan penuh makna bagi dirinya.

Penilaian hasil belajar pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan untuk

mengukur perubahan perilaku yang telah terjadi pada diri peserta didik. Penilaian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar atau pembentukan kompetensi

peserta didik. Sudah sejauh mana peserta didik mencapai hasil belajarnya. Apakah hasil belajar peserta didik semakin meningkat atau justru hasil belajar yang dituai semakin menurun.

Standar nasional pendidikan mengungkapkan bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil dalam bentuk penilaian harian, penilaian tengah semester, penilaian akhir semester, dan penilaian kenaikan kelas. Setelah dilakukannya penilaian terhadap hasil belajar peserta didik, pendidik dapat mengevaluasi atau melakukan perbaikan terhadap hasil belajar yang diperoleh oleh siswa.

Ada beberapa kriteria evaluasi penilaian hasil belajar yang dapat didasarkan pada hal-hal sebagai berikut.

1. Sahih, didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang akan diukur.

2. Obyektif, menggunakan prosedur dan kriteria penilaian yang jelas.

3. Adil, tidak dipengaruhi oleh kondisi atau alasan tertentu yang dapat merugikan peserta didik, misalnya: kondisi fisik, agama, suku, budaya, adat, status sosial atau gender.

4. Terpadu, tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.

5. Terbuka, prosedur, kriteria dan dasar pengambilan keputusan yang digunakan dalam penilaian harus diketahui oleh pihak yang berkepentingan.


(42)

6. Menyeluruh dan berkesinambungan, dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dimiliki dan belum, serta mengetahui kesulitan peserta didik.

7. Sistematis, terencana, bertahap dan mengikuti langkah-langkah baku. 8. Beracuan kriteria, menilai apa yang bisa dilakukan peserta didik setelah

mengikuti proses pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi/ranking seseorang terhadap kelompoknya).

9. Akuntabel, dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur maupun hasilnya

(Zaifbio, 2013 :wordpress).

Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa evaluasi penilaian hasil belajar haruslah sistematis, akuntabel, adil, dan sesuai dengan pembelajaran. Sehingga evaluasi yang diperoleh bisa bermanfaat bagi individu yang melakukan proses belajar. Seorang yang mengikuti proses belajar dan dapat mengevaluasi hasil belajarnya agar berubah ke arah yang lebih baik, mengindikasikan bahwa individu tersebut adalah seorang pembelajaran yang baik.

2.1.3Media Pembelajaran

Dalam proses pembelajaran di sekolah terdapat proses komunikasi antara pendidik dan peserta didik. Disini, media pembelajaran berperan sebagai alat komunikasi dalam komponen sistem pembelajaran tersebut. Di dalam penggunaan media pembelajaran, sebaiknya memperhatikan prinsip-prinsip yang ada, agar bahan ajar mampu diserap dan dipahami dengan baik oleh peserta didik, sehingga tidak terjadi kesalahan komunikasi.

Istilah media itu sendiri berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata "medium" yang secara harfiah berarti "perantara" yaitu perantara sumber pesan (a source) dengan penerima pesan (a receiver) (Rusman, dkk, 2012: 169). Menurut NEA (National Education Association) menyatakan media adalah


(43)

bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya. Media hendaknya dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dan dibaca. Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Association of Education and

Communication Technology/ AECT) di Amerika (Sadiman, 2008:6) menyatakan bahwa media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan/ informasi.

Media dapat dipakai untuk berbagai aktivitas, khususnya dalam proses belajar mengajar. Seperti yang dikatakan oleh Gagne dalam Rusman, dkk (2012: 170), media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat memberikan rangsangan untuk belajar. Menurut Rusman, dkk (2012: 60) bahwa media yang digunakan dalam pembelajaran disebut media pembelajaran, yang mempunyai fungsi sebagai perantara pesan – dalam hal ini materi pelajaran – kepada peserta didik.

Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa media merupakan sarana komunikasi untuk penyampaian pesan atau informasi. Dalam hal ini media juga dapat digunakan sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran. Karena dengan adanya media, siswa diharapkan dapat mampu menyerap materi lebih baik dan dapat ikut terlibat aktif di dalam kelas.

Media pembelajaran merupakan seperangkat alat bantu atau pelengkap yang digunakan oleh guru atau pendidik yang digunakan dalam rangka berkomunikasi dengan siswa atau peserta didik. Sementara itu Miarso dalam Rusman, dkk (2012: 170), mengatakan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan,


(44)

perhatian, dan kemauan si belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar yang disengaja, bertujuan, dan terkendali.

Hamalik dalam Rusman, dkk (2012: 60) menyatakan bahwa media dalam proses belajar mengajar memiliki dua peranan penting, yaitu 1) media sebagai alat bantu mengajar atau disebut sebagai dependent media karena posisi media di sini sebagai alat bantu (efektivitas), dan 2) media sebagai sumber belajar yang digunakan sendiri oleh peserta didik secara mandiri atau disebut independent media. Independet media dirancang secara sistematis agar dapat menyalurkan informasi secara terarah untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.

Berdasarkan uraian tersebut, media adalah segala bentuk alat komunikasi yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan/informasi dari sumber kepada anak didik yang bertujuan agar dapat merangsang pikiran, perasaan, minat, dan perhatian anak didik mengikuti kegiatan pembelajaran. Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan atau disediakan oleh guru dimana penggunaannya diintegrasikan kedalam tujuan dan isi pembelajaran, sehingga dapat membantu meningkatkan kualitas kegiatan pembelajaran serta mencapai kompetensi pembelajarannya.

Setelah mengetahui definisi dari media pembelajaran, pemilihan dalam

penggunaanya pun memiliki kriteria. Ada beberapa tahap yang harus diperhatikan dalam pemilihan media pembelajaran seperti yang dinyatakan oleh Rusman, dkk (2012: 178), di antaranya adalah sebagai berikut.

1. Menentukan media pembelajaran berdasarkan identifikasi tujuan pembelajaran atau kompetensi dan karakteristik aspek maupun materi pelajaran yang akan dipelajari.

2. Mengidentifikasi karakteristik media pembelajaran harus disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa, penggunaannya dikuasai guru, ada di sekolah, mudah penggunaannya, tidak memerlukan waktu banyak atau sesuai dengan waktu yang disediakan, dapat mencapai tujuan pembelajaran dan meningkatkan kreativitas siswa.


(45)

3. Mendesain penggunaannya dalam proses pembelajaran bagaimana tahapan penggunaannya sehingga menjadi proses yang utuh dalam kegiatan belajar mengajar.

4. Mengevaluasi penggunaan media pembelajaran sebagai bahan umpan balik dari efektivitas dan efisiensi media pembelajaran.

Berdasarkan pendapat di atas, penggunaan media pembelajaran harus disesuaikan dengan materi pelajaran yang akan disampaikan. Selain itu harus disesuaikan juga dengan tingkat kemampuan siswa dalam memahami media yang disampaikan dan yang penggunaanya dikuasai oleh guru.

Ada beberapa prinsip yang perlu dipertimbangkan oleh pengajar dalam memilih dan menggunakan media pembelajaran, yaitu sebagai berikut.

1. Tidak ada satu media yang paling unggul untuk semua tujuan. Satu media hanya cocok untuk tujuan pembelajaran tertentu, tetapi mungkin tidak cocok untuk yang lain.

2. Media adalah bagian intregal dari proses pembelajaran. Hal ini berarti bahwa media bukan hanya sekedar alat bantu mengajar pengajar saja., tetapi

merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan dari proses pembelajaran. Penetapan suatu media haruslah sesuai dengan komponen yang lain dalam perancangan instruksional. Tanpa alat bantu mengajar mungkin pembelajaran tetap dapat berlangsung, tetapi tanpa media pembelajaran itu tidak akan terjadi.

3. Media apapun yang hendak digunakan, sasaran akhirnya adalah untuk memudahkan belajar siswa. Kemudahan belajar siswa haruslah dijadikan acuan utama pemilihan dan penggunaan suatu media.

4. Penggunaan berbagai media dalam satu kegiatan pembelajaran bukan hanya sekedar selingan/pengisi waktu atau hiburan, melainkan mempunyai tujuan yang menyatu dengan pembelajaran yang sedang berlangsung.

5. Pemilihan media hendaknya obyektif (didasarkan pada tujuan pembelajaran), tidak didasarkan pada kesenangan pribadi.

6. Penggunaan beberapa media sekaligus akan dapat membingungkan siswa. Penggunaan multimedia tidak berarti menggunakan media yang banyak sekaligus, tetapi media tertentu dipilih untuk tujuan tertentu dan media yang lain untuk tujuan yang lain pula.

7. Kebaikan dan keburukan media tidak tergantung pada kekonkritan dan keabstrakannya. Media yang kongkrit wujudnya, mungkin sukar untuk dipahami karena rumitnya, tetapi media yang abstrak dapat pula memberikan pengertian yang tepat.


(46)

Secara keseluruhan, prinsip pemilihan media pembelajaran adalah sebagai berikut:

1. Efektivitas 2. Relevansi 3. Efisiensi

4. Dapat digunakan 5. Kontekstual

(Rusman, dkk, 2012: 175)

Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pemilihan media. Seperti kecocokan media yang dipakai dengan materi pembelajaran, sebaiknya tidak menggunakan beberapa media sekaligus dalam satu materi pembelajaran. Selain itu efektivitas dan efisiensi dari media perlu diterapkan dalam memilih media yang tepat.

Media yang baik akan memberikan manfaat yang besar bagi penggunanya. Seperti yang diungkapkan oleh Nana Sudjana (2008 : 2) tentang manfaat media dalam proses belajar siswa antara lain:

1. Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar

2. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran yang lebih baik

3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi guru mengajar untuk setiap pelajaran 4. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya

mendengarkan uraian guru tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, dll.

Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa manfaat yang didapat dari penggunaan media cukup banyak. Selain dapat menumbuhkan motivasi siswa untuk belajar, disini siswa juga dapat berkontribusi untuk melakukan banyak


(47)

aktivitas. Seperti mendemonstrasikan, mengamati, dan memahami media yang dibuat atau disajikan oleh guru.

Selain manfaat ada pula fungsi dari media pembelajaran. Menurut Hamalik (2008: 49), fungsi media pembelajaran yaitu sebagai berikut.

1. Untuk mewujudkan situasi pembelajaran yang efektif.

2. Penggunaan media merupakan bagian integral dalam sistem pembelajaran. 3. Media pembelajaran penting dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. 4. Penggunaan media dalam pembelajaran adalah untuk mempercepat proses

pembelajaran dan memantau siswa dalam upaya memahami materi yang disajikan oleh guru di dalam kelas.

5. Penggunaan media dalam pembelajaran dimaksudkan untuk mempertinggi mutu pendidikan.

Menurut Kemp dan Dayton dalam Rusman, dkk (2012: 172), media pembelajaran dapat memenuhi tiga fungsi utama apabila media itu digunakan untuk perorangan, kelompok, atau kelompok pendengar yang besar jumlahnya, yaitu a) memotivasi minat atau tindakan, b) menyajikan informasi, dan c) memberi instruksi.

Pencapaian yang diharapkan dalam fungsi ini mempengaruhi perubahan sikap, nilai, dan emosi, partisipasi aktif menyatakan pendapat, dan juga terbentuk aktivitas yang nyata dari siswa.

Secara keseluruhan, fungsi dari media pembelajaran di antaranya ialah sebagai berikut.

1. Sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran. 2. Sebagai komponen dalam subsistem pembelajaran. 3. Sebagai pengarah dalam pembelajaran.

4. Sebagai permainan atau membangkitkan perhatian dan motivasi siswa. 5. Meningkatkan hasil dan proses pembelajaran.

6. Mengurangi terjadinya verbalisme.

7. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga, dan daya indra. (Rusman, dkk, 2012: 176)


(48)

Berdasarkan pendapat di atas, diketahui bahwa fungsi media pembelajaran

mencakup banyak hal. Seperti, membantu siswa mencapai hasil belajar yang lebih baik, menciptakan kelas yang kondusif dan efektif. Selain itu, yang paling penting adalah mengubah komunikasi satu arah menjadi komunikasi dua arah, artinya terjadi interaksi seperti tanya jawab yang lebih sering antara guru dan murid. Tidak hanya guru yang harus terus berbicara di dalam kelas, tetapi murid juga dapat mengeluarkan pendapatnya di dalam kelas. Serta berfungsi mengatasi keterbatasan waktu dan tenaga.

Seperti yang diketahui, banyak sekali manfaat dan fungsi dari media pembelajaran. Pemilihan media yang tepat pun menjadi prasyarat untuk terciptanya media yang baik. Untuk itu perlu dipahami adanya klasifikasi dari media pembelajaran. Adapun klasifikasi media pembelajaran menurut Rusman, dkk (2012: 63), terbagi menjadi lima jenis, yaitu sebagai berikut.

1. Media visual adalah media yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan indra penglihatan yang terdiri atas media yang dapat diproyeksikan dan media yang tidak dapat diproyeksikan yang biasanya berupa gambar diam atau gambar bergerak.

2. Media Audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan para peserta didik untuk mempelajari bahan ajar.

3. Media Audio visual adalah media yang merupakan kombinasi audio dan visual atau biasa disebut media pandang-dengar.

4. Kelompok media penyaji sebagaiman diungkapkan Donald T. Tosti dan John R. Ball dikelompokkan ke dalam tujuh jenis, yaitu seperti yang ada dibawah ini (a) kelmpok kesatu: grafis, bahan cetak, dan gambar diam, (b) kelompok kedua; media proyeksi diam, (c) kelompok ketiga; media audio, (d) kelompok keempat; media audio visual, (e) kelompok kelima; media gambar hidup/film, (f) kelompok keenam; media televisi, dan (g) kelompok ketujuh; multimedia. 5. Media objek dan media interaktif berbasis komputer.


(49)

Klasifikasi media pembelajaran menurut Rudy Bretz , yaitu sebagai berikut.

1. Media audio visual gerak, merupakan media yang paling lengkap, yaitu menggunakan kemampuan audio visual dan gerak.

2. Media audio visual diam merupakan media kedua dari segi kelengkapan kemampuannya karena ia memiliki semua kemampuan yang ada pada golongan sebelumnya kecuali penamipan gerak.

3. Media audio semi gerak memiliki kemampuan menampilkan suara disertai gerakan titik secara linear, jadi tidak dapat menampilkan gerakan nyata secara utuh.

4. Media visual gerak memiliki kemampuan seperti golongan pertama kecuali penampilan suara.

5. Media visual diam mempunyai kemampuan menyampaikan informasi secara visual tetapi tidak dapat menampilkan suara maupun gerak.

6. Media audio adalah media yang hanya memanipulasikan kemampuan-kemampuan suara semata-mata.

7. Media cetak merupakan media yang hanya mampu menampilkan informasi berupa huruf-angka (alphanumeric) dan symbol-simbol informasi verbal tertentu saja.

(belajarpsikologi, 2013: com)

Walaupun sampai sekarang belum ada kesepakatan klasifikasi media pembelajaran secara baku yang dapat dipakai sebagai acuan pasti. Namun, pengelompokkan media pembelajaran yang sudah ada saat ini dapat memberikan kita informasi tentang arti, fungsi, manfaat, tujuan penggunaan, kemampuan media itu sendiri, serta kelebihan dan kekurangan masing-masing dari media tersebut. Jadi, kita bisa memilih media mana yang cocok atau sesuai dengan suatu materi pembelajaran tertentu yang akan diajarkan. Sehingga dapat tercipta suatu media pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Serta membawa daya serap yang tinggi hingga dapat diingat oleh masing-masing siswa dalam jangka waktu yang lama.


(50)

2.1.4Media ICT

Information and Communication Technology (ICT) atau dalam bahasa Indonesia kita ketahui sebagai Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Dalam beberapa tahun ini, perkembangan teknologi sangatlah pesat apalagi ditunjang dengan kehadiran alat-alat komunikasi yang semakin canggih, seperti Smartphone, Tablet, Personal Computer, dan lain-lain. Berbagai teknologi dan aplikasi pendukung pun diciptakan untuk membantu dan memepermudah kegiatan manusia sehari-hari, termasuk dalam hal belajar.

Saat ini para pendidik diharapkan bisa mengembangkan materi pelajaran berbasis ICT dan juga menjadikan ICT sebagai media pembelajaran. Media ICT menurut Rusman, dkk (2012: 89), adalah alat bantu yang berupa peralatan elektronika yang terdiri dari perangkat keras dan perangkat lunak serta kegiatan yang terkait dengan pemrosesan, manipulasi, pengelolaan, dan pemindahan informasi antar media.

Adapun peran media pembelajaran ICT dalam proses kegiatan belajar-mengajar menurut Arifin dan Setiyawan (2012: 44) adalah sebagai berikut.

a. Penyampaian materi pelajaran semakin menarik dan menyenangkan misalnya didukung media audio visual, film, maupun gambar-gambar yang cantik. b. Membantu peserta didik yang cenderung memiliki gaya belajar yang

berbeda-beda, misalnya gaya belajar visual yang lebih suka melihat gambar atau film, gaya belajar auditorial yang lebih suka mendengar, dan gaya belajar kinestetik yang lebih suka bergerak atau praktik, misalnya praktik komputer.

c. Kualitas penerimaan informasi pelajaran yang lebih baik karena didukung dengan media interaktif.

d. Peserta didik dapat belajar secara individual tanpa bantuan guru.

e. Dapat membantu guru dalam menyampaikan materi pelajaran yang lebih menarik dan mendalam, misalnya didukung dengan media internet. Guru dapat langsung mengakses internet untuk tambahan materi kepada peserta didik, sehingga peserta didik mendapatkan pengetahuan yang lebih luas.


(51)

Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa ICT mempunyai peranan cukup penting dalam hal membantu pola belajar peserta didik yang berbeda-beda. Selain itu, pengetahuan yang didapat bisa lebih luas dan mendalam. Serta media kreatif yang dibuat dapat menarik minat dan perhatian siswa untuk aktif dalam belajar.

Selain itu tujuan digunakannya ICT dalam pembelajaran adalah dapat

mempermudah proses pembelajaran, memberikan kesempatan peserta belajar dan pendidik untuk mencari ilmu yang lebih luas, dan tentunya menjadikan proses belajar mengajar sebagai hal yang menyenangkan.

Secara khusus, tujuan mempelajari ICT adalah sebagai berikut.

1. Menyadarkan siswa akan potensi perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang terus berubah sehingga siswa dapat termotivasi untuk mengevaluasi dan mempelajari teknologi informasi dan komunikasi sebagai dasar untuk belajar sepanjang hayat.

2. Memotivasi kemampuan siswa untuk bisa beradaptasi dan mengantisipasi perkembangan ICT, sehingga siswa bisa melaksanakan dan menjalani aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri dan lebih percaya diri.

3. Mengembangkan kompetensi siswa dalam menggunakan ICT untuk

mendukung kegiatan belajar, bekerja, dan berbagai aktivitas dalam kehidupan sehari-hari.

4. Mengembangkan kemampuan belajar berbasis ICT, sehingga proses pembelajaran dapat lebih optimal, menarik, dan mendorong siswa terampil dalam berkomunikasi, terampil mengorganisasi informasi, dan terbiasa bekerja sama.

5. Mengembangkan kemampuan belajar mandiri, berinisiatif, inovatif, kreatif, dan bertanggungjawab dalam penggunaan ICT untuk pembelajaran, bekerja, dan pemecahan masalah sehari-hari.

(Rusman, dkk, 2012: 75)

Selain pernyataan tujuan mengapa dipelajarinya ICT, ada pula manfaat yang dapat diperoleh dari ICT khususnya bagi guru, yaitu sebagai berikut.

1. Memperluas background knowledge guru 2. Pembelajaran lebih dinamis dan fleksibel


(52)

3. Mengatasi keterbatasan bahan ajar/sumber belajar 4. Kontribusi dan pengayaan bahan ajar/sumber belajar

5. Implementasi Student Active Learning, CBSA, dan PAKEM (Rusman, dkk, 2012: 75)

Adapun strategi pemanfaatan ICT dalam Pembelajaran meliputi hal-hal sebagai berikut.

1. ICT sebagai Alat Bantu (Media) Pembelajaran

Penggunaan ICT sebagai media pembelajaran dapat berbentuk file slide Power Point, gambar, animasi, video, audio, program simulasi, dan lain-lain.

Penggunaan media berbasis ICT memberikan beberapa keuntungan, antara lain:

a. Memvisualisasikan konsep-konsep abstrak,

b. Mempermudah memahami materi-materi yang sulit

c. Mensimulasikan proses yang sulit dilakukan secara manual

d. Menampilkan materi pembelajaran dalam berbagai format sehingga menjadi lebih menarik, dan terbaru dari berbagai sumber

e. Memungkinkan terjadinya interaksi antara peserta didik dan materi pembelajaran

f. Mengakomodir perbedaan kecepatan dan gaya belajar siswa g. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan tenaga

h. Mendukung perubahan peran guru ke arah yang positif sebagai fasilitator dan mediator, dari posisi semula sebagai satu-satunya sumber pengetahuan i. Meningkatkan keterampilan individu penggunanya.

2. ICT sebagai Sarana/Tempat Belajar

Di era teknologi informasi dan komunikasi sekarang ini, kegiatan belajar tidak hanya dapat dilakukan di dalam kelas atau perpustakaan. Kemajuan dunia ICT telah memberikan kemungkinan membuat kelas maya dalam bentuk

e-learning, di mana seorang pendidik dapat mengelola proses pembelajaran dan peserta didik dapat melakukan aktivitas belajar sebagaimana yang dilakukan di dalam kelas. Melalui fasilitas e-learning, pendidik dapat menyajikan materi-materi pembelajaran, menyediakan sumber-sumber belajar eksternal untuk memperkaya khasanah bacaan peserta didik, memberikan tugas-tugas kepada peserta didik secara online, bahkan menjawab pertanyaan-pertanyaan peserta didik secara online, memeriksa jawaban tugas-tugas yang dikirim secara online, maupun memberikan umpan balik, memeriksa data aktivitas belajar peserta didik secara online, bahkan memperoleh skor jawaban peserta didik secara otomatis untuk soal-soal seperti pilihan ganda, kuis benar salah. 3. ICT sebagai Sumber Belajar

Beberapa contoh sumber belajar berbasis ICT adalah ensiklopedi yang berisi berbagai pengetahuan dalam berbagai bidang, selain itu di Internet juga banyak terdapat situs Web, baik yang dikembangkan secara individu maupun oleh organisasi, yang menyajikan sumber-sumber pengetahuan dalam bidang tertentu. Selain mendapatkan pengetahuan melalui sumber-sumber belajar


(53)

yang siap pakai di Internet, seseorang juga dapat bertanya kepada orang lain, termasuk para pakar dalam bidang tertentu, melalui e-mail atau forum-forum diskusi.

4. ICT sebagai Sarana Peningkatan Profesionalisme

Perkembangan ICT yang ada dewasa ini juga memberikan kemudahan bagi para pendidik untuk meningkatkan profesionalisme. Selain dengan

meningkatkan keterampilannya dalam menggunakan ICT dan

memanfaatkanya untuk mendukung dan meningkatkan kualitas pembelajaran, para pendidik juga dapat meningkatkan wawasan dan pengetahuannya, baik pengetahuan bidang ilmunya yang terbaru, pengetahuan tentang teori-teori belajar dan metode pembelajaran terbaru, hasil-hasil penelitian dalam bidang ilmunya maupun penelitian pendidikan oleh peneliti lain.

(Unnes, 2013: pdf)

Berdasarkan pendapat di atas, dapat diketahui bahwa ICT dapat dimanfaatkan untuk berbagai bidang. Tidak hanya sebagai alat bantu pembelajaran, tetapi juga sebagai sarana belajar khususnya belajar jarak jauh, dapat menyediakan sumber belajar bagi orang lain. ICT disini sangat dibutuhkan untuk mempermudah pekerjaan baik guru, siswa, maupun masyarakat umum.

Media pembelajaran yang berbasis ICT dalam berbagai bentuk seperti buku teks, modul, transparansi OHP, slide Power Point, gambar/foto, animasi, film/video, siaran televisi, siaran radio, halaman Web, dan software aplikasi pendukung pembelajaran. Dengan adanya bentuk-bentuk media pembelajaran seperti itu, maka para pendidik harus mampu memilih, mengembangkan dan memanfaatkan berbagai jenis media pembelajaran berbasis ICT tersebut.

Untuk lebih detailnya, yang termasuk dalam ICT adalah sebagai berikut.

1. Teknologi komputer, baik perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software) pendukungnya. Di dalamnya termasuk prosesor (pengolah data), media penyimpan data/informasi (hard disk, CD, DVD, flash disk, memori, kartu memori, dll.), alat perekam (CD Writer, DVD Writer), alat input (keyboard, mouse, scanner, kamera, dll.), dan alat output (layar monitor, printer, proyektor LCD, speaker, dll.).


(54)

2. Teknologi multimedia, seperti kamera digital, kamera video, player suara, player video, dll.

3. Teknologi telekomunikasi, telepon, telepon seluler, faksimail.

4. Teknologi jaringan komputer, baik perangkat keras (LAN, Internet, WiFI, dll.), maupun perangkat lunak pendukungnya (aplikasi jaringan) seperti Web, e-mail, HTML, Java, PHP, aplikasi basis data, dll.

(Unnes, 2013: pdf)

ICT oleh kalangan umum dapat disimbolkan oleh perangkat komputer dan jaringan internet yang telah banyak dimanfaatkan mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Karena perkembangan teknologi ICT memungkinkan

pemanfaatan fungsi berbagai media pembelajaran dengan menggunakan satu alat yang disebut multimedia. Dimana mampu menyampaikan informasi dan materi pembelajaran dalam bentuk teks, gambar, suara, animasi, film, dan bahkan interaksi secara bersamaan. Komputer merupakan salah satu alat multimedia.

Komputer mampu menyajikan informasi dan materi pembelajaran dalam semua bentuk, bahkan dengan komputer situasi nyata yang memerlukan waktu lama atau sangat mahal dan mengandung resiko dapat disimulasikan dengan komputer (misalnya proses patahan lempeng bumi, dampak suatu ledakan nuklir, dampak letusan gunung berapi, dll.). Melalui multimedia, konsep-konsep abstrak dapat disajikan secara lebih nyata dan jelas dalam proses pembelajaran untuk

memudahkan siswa memahaminya dengan mematuhi prinsip pembelajaran dengan komputer. Menurut Rusman, dkk (2012: 98), pembelajaran berbasis komputer mempunyai prinsip-prinsip yaitu, berorientasi pada tujuan

pembelajaran, berorientasi pada pembelajaran individual, berorientasi pada pembelajaran mandiri, berorientasi pada pembelajaran tuntas.


(55)

Media yang dapat dipakai untuk pembelajaran tidak hanya komputer, tetapi juga LCD Proyektor. Kedua media ini jika dipakai secara bersama-sama, akan mampu menghasilkan informasi yang dapat disampaikan secara lebih baik dan lebih luas kepada peserta didik. Karena dengan adanya media pembelajaran ICT yang dapat menyajikan informasi secara bersama-sama, baik berupa gambar, suara, ataupun tampilan gerak dan dipercanggih dengan mudahnya akses internet, pendidik maupun peserta didik akan lebih mudah dan tertarik untuk melakukan proses belajar menggunakan media pembelajaran berbasis ICT.

2.1.5Media Visual

Media pembelajaran berbasis visual adalah media pembelajaran yang menyalurkan pesan lewat indera pandang/penglihatan. Secara umum media pembelajaran berbasis visual dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu media grafis dan media cetak. Media grafis meliputi antara lain meliputi media foto, gambar, sketsa, bagan, grafik, papan tulis dan bulletin, poster dan kartun, peta dan globe. Media cetak meliputi transparansi (OHT) dan modul. (Sukiman, 2012: 85). Menurut Daryanto (2010: 27) Media Visual, artinya semua alat peraga yang digunakan dalam proses belajar yang bisa dinikmati lewat panca indera mata.

Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa media visual merupakan media yang dapat digunakan untuk meningkatkan daya serap materi bahan ajar melalui penglihatan. Media ini sangat efektif jika digunakan sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Azhar Arsyad (2011 :92-93) memberikan gambaran mengenai beberapa konsep penggunaan media visual agar efektif yaitu, bentuk media visual dibuat yang sesederhana mungkin agar mudah dipahami, penggunaan media


(56)

visual untuk menjelaskan informasi yang terdapat teks, berikan pengulangan sajian visual dan libatkan peserta didik di dalamnya, gunakan gambar untuk membedakan dua konsep yang berbeda, keterangan gambar harus dicantumkan secara garis besar, dan penggunaan wama harus realistik.

Kurang lebih 90 % hasil belajar seseorang diperoleh melalui indera pandang dan hanya sekitar 5% diperoleh melalui indera dengar dan 5% lagi dengan indera lainnya. Sementara itu, Dale memperkirakan bahwa perolehan hasil belajar melalui indera pandang berkisar 75%, melalui indera dengar sekitar 13% dan melalui indera lainnya sekitar 12% (Azhar Arsyad, 2011: 9). Jadi, indera pandang memiliki peluang paling besar dalam perkembangan hasil belajar seseorang. Karena dari apa yang dilihat oleh mata, otak memproses dan menyimpannya ke dalam memori otak.

Levie & Lentz dalam Arsyad (2011: 16) mengemukakan empat fungsi media pembelajaran khususnya media visual, yaitu sebagai berikut.

1. Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian sisiwa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan/menyertai teks materi pelajaran. 2. Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika

belajar/membaca teks yang bergambar. Gambar/lambang visual dapat

menggugah emosi dan sikap siswa, misal informasi yang menyangkut masalah sosial.

3. Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan penelitian yang

mengungkapkan bahwa lambang visual/gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi/pesan yang terkandung dalam gambar.

4. Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali.


(57)

Dalam penggunaannya media visual memiliki manfaat atau kegunaan. Manfaatnya antara lain sebagai berikut.

1. Media bersifat konkrit, lebih realistis dibandingkan dengan media verbal atau

non visual sehingga lebih memudahkan dalam pengaplikasiannya.

2. Beberapa penelitian membuktikan bahwa pembelajaran yang diserap melalui

media penglihatan (media visual), terutama media visual yang menarik dapat mempercepat daya serap peserta didik dalam memahami pelajaran yang disampaikan.

3. Media visual dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik dan dapat melampaui batasan ruang kelas. Lebih efiektif dan efisien dibandingkan media verbal lainnya karena jenisnya yang beragam, pendidik dapat menggunakan semua jenis media visual yang ada. Hal ini dapat menciptakan sesuatu yang variatif, dan tidak membosankan bagi para peserta didiknya.

5. Penggunaannya praktis, maksudnya media visual mudah dioperasikan oleh

setiap orang yang memilih media-media tertentu. (Chandra, 2011: com)

Berdasarkan pendapat di atas, dapat diketahui bahwa media visual memiliki banyak fungsi dan manfaat. Dengan media pembelajaran visual dapat diserap melalui indera penglihatan yang dapat mempercepat daya serap pemahaman peserta didik. Media visual ini juga mengurangi media verbal yang sering dipakai oleh guru, dalam rangka meminimalisir kejenuhan siswa dalam belajar.

Menurut Sukiman (2012: 86-148), media visual dikelompokkan menjadi beberapa bagian sebagai berikut.

1. Media Grafis 2. Media OHT/OHP 3. Media Modul


(1)

2) Bila n1≠ n2 dan varians homogen dapat digunakan rumus t-test dengan polled

varians, dengan dk = n1 + n2– 2.

3) Bila n1 = n2 dan varian tidak homogen, dapat digunakan rumus t-test dengan

polled varians maupun separated varians, dengan dk = n1– 1 atau n2– 1, jadi

dk bukan n1 + n2– 2.

4) Bila n1≠ n2 dan varians tidak homogen, untuk ini digunakan rumus t-test

dengan separated varians, harga t sebagai pengganti harga t-tabel hitung dari selisih harga t-tabel dengan dk = (n1– 1) dibagi dua kemudian ditambah

dengan harga t yang terkecil.

2. Efektivitas Model Pembelajaran (N-Gain)

Setelah nilai pretest dan post test pada kelas eksperimen dan kelas kontol, kemudian dihitung peningkatan antara pretest dan post-test untuk mendapatkan nilai gain ternormalisasi. Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai Gain dan Gain ternormalisasi adalah sebagai berikut :

N- Gain =

Kriteria yang digunakan untuk menyatakan pembelajaran mana yang lebih efektif antara pembelajaran dengan media ICT dan pembelajaran dengan media visual sebagai berikut.

1)Apabila nilai efektivitas >1, maka terdapat perbedaan efektivitas, pembelajaran dengan media ICT lebih efektif daripada pembelajaran dengan media visual. 2)Apabila nilai efektivitas = 1 maka tidak terdapat perbedaan efektivitas antara


(2)

3.9Uji Hipotesis

Dalam Penelitian ini terdapat dua pengujian hipotesis, yaitu: Rumusan Hipotesis 1:

H0 : Tidak ada perbedaan hasil belajar IPS Terpadu siswa yang

pembelajarannya menggunakan media pembelajaran ICT dibandingkan dengan yang pembelajaran menggunakan media pembelajaran visual.

Ha : Ada perbedaan hasil belajar IPS Terpadu siswa yang pembelajarannya

menggunakan media pembelajaran ICT dibandingkan dengan yang pembelajaran menggunakan media pembelajaran visual.

Rumusan Hipotesis 2:

H0 : Tidak ada perbedaan efektivitas antara media pembelajaran ICT dengan

media pembelajaran visual.

Ha : Ada perbedaan efektivitas antara media pembelajaran ICT dengan media

pembelajaran visual.

Adapun kriteria pengujian adalah:

H0 diterima apabila thitung < ttabel dan H0 ditolak apabila thitung > ttabel. Dengan taraf

signifikan 0,05 dan dk = n1 + n2– 2.

Hipotesis 1 diuji menggunakan rumus T-Test Dua Sampel Independent. Sedangkan hipotesis 2 diuji menggunakan rumus N-Gain.


(3)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Berdasarkan pengujian hipotesis dan pembahasan pada hasil analisis data pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

1. Berdasarkan hasil analisa pengujian hipotesis dengan menggunakan rumus T-Test Dua Sampel Independent. Hasilnya, ada perbedaan hasil belajar IPS Terpadu yang pembelajarannya menggunakan media pembelajaran ICT dibandingkan dengan media pembelajaran visual pada siswa kelas IX SMP Kartika II-2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014.

2. Berdasarkan hasil analisa pengujian hipotesis dengan menggunakan rumus efektivitas. Hasilnya terdapat perbedaan efektivitas di mana pembelajaran dengan Media ICT dinyatakan lebih efektif daripada pembelajaran dengan Media Visual. Dengan demikian, ada perbedaan efektivitas penggunaan Media ICT dan Media Visual pada siswa kelas IX SMP Kartika II-2 Bandar


(4)

SMP Kartika II-2 Bandar Lampung, maka peneliti menyarankan:

1. Untuk menarik perhatian peserta didik, sebaiknya seorang guru lebih kreatif dan inovatif dalam memilih media pembelajaran yang sesuai untuk materi pelajaran yang akan dibahas di kelas. Sehingga siswa tidak merasa bosan dengan pembelajaran yang diberikan, agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan lebih baik.

2. Akan lebih baik apabila guru lebih sering menggunakan media pembelajaran ICT dalam kegiatan pembelajaran IPS Terpadu. Karena media ICT merupakan suatu media pembelajaran yang membuat siswa dapat secara aktif mengikuti pelajaran di kelas. Sehingga dapat menumbuhkan semangat, rasa ingin tahu, dan berpikir kritis dalam penyesuaian dengan materi pelajaran IPS Terpadu yang disampaikan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi, H. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Ardila, Yeni. 2013. Studi Perbandingan Hasil Belajar IPS Terpadu Menggunakan Media Hand Out dan Media ICT Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 9 Metro Kota Metro Tahun Pelajaran 2012/2013. Lampung: Universitas Lampung.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arifin & Setiyawan.2012. Pengembangan Pembelajaran Aktif Dengan ICT. Yogyakarta: Skripta.

Arsyad, A. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Basri, Hasan. 2011. Hubungan Antara Persepsi Siswa Tentang Penggunaan

Media Visual dan Metode Pembelajaran Group Investigation Dengan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran IPS Kelas VIII MTS Muhammadiyah 1 Natar Tahun Pelajaran 2010/2011. Lampung: Universitas Lampung. Dalyono. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Daryanto. 2010. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media.

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rhineka Cipta. Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Ilmu Pengetahuan Sosial. Direktorat

Pendidikan Pertama.

Djaali. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Djamarah, Syaiful Bahri & Asswan zain. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Hamalik, O. 2008. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.


(6)

http://drusminto.blogspot.com/2011/06/pengertian-media-visual.html

http://paud.unnes.ac.id/v3/download/BUKU%20AJAR_MEDIA%20PEMBELAJ ARAN.pdf

http://zaifbio.wordpress.com/2013/07/12/penilaian-hasil-belajar-berdasarkan-aspek-kognitif-afektif-dan-psikomotor/

Rusman, dkk.2012. Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sadiman, Arief, dkk. 2008. Media Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Silberman, Melvin L. 2011. Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif.

Bandung: Nusamedia:

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: PT Rineka Cipta

Sudjana, Nana. 2008. Metode Statistika. Bandung: Tarsita.

Sudjarwo. 2009. Menejemen Penelitian Sosial. Bandung: CV Mandar Maju. Sugiyono. 2011. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukardi. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Sukiman, Drs. M.Pd. 2012. Pengembangan Media Pembelajaran. Yogyakarta:

Pedagogia.

Syaodih, Nana. 2007. Landasan Psikologis Proses Pendekatan. Bandung: PT. Persada Posdakarya.

Undang-Undang No. 20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2003. Jakarta: Fokusmedia.

Universitas Lampung. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandar Lampung: Universitas Lampung


Dokumen yang terkait

Pengaruh Penggunaan Media Audio Visual Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Di Kelas X Ma Attaqwa

1 9 174

Perbandingan Hasil Belajar IPS Siswa Dengan Menggunakan Media Video Versus Media Gambar di SMK Lingga Kencana Sawangan Depok

0 5 142

Peningkatan Hasil Belajar IPS Dengan Penerapan Media Audio Visual Pada Siswa Kelas IV di MIN 15 Bintaro

1 5 180

Hubungan Status Sosial Ekonomi Orang Tua Siswa dan Ketersediaan Fasilitas Belajar Di Rumah dengan Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa Kelas VII Semester Ganjil SMP Negeri 18 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011

1 17 76

Upaya Peningkatan Aktivitas Belajar Dan Hasil Belajar IPS Terpadu Melalui Model Kooperatif Tipe Think Pair Share Pada Siswa Kelas XIA SMK Cahya Kartika Palas Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2010/2011

0 11 64

Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Dengan Media Gambar Melalui Metode Diskusi Pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV SDN 1 Cimanuk Kecamatan Waylima Kabupaten Pesawaran Tahun Pelajaran 2011-2012

2 35 77

Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Berbantuan Media Visual Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Sejarah Siswa Kelas X MAN 2 Tanjung Karang Tahun Ajaran 2013/2014

0 5 72

Studi Perbandingan Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa Dengan Menggunakan Media ICT Dan Media Visual Pada Siswa Kelas IX SMP Kartika II-2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014

0 8 89

Pengaruh Minat Belajar, Cara Belajar, dan Kreativitas Guru dalam Mengajar Terhadap Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa Kelas VIII SMP Islam Terpadu Fitrah Insani Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013/2014

13 32 136

Pengaruh Penerapan Strategi Pengorganisasian Pembelajaran Model Elaborasi Terhadap Hasil Belajar Kognitif Siswa Dalam Pembelajaran IPS Kelas VIII MTs Negeri 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014

0 6 54