2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah peserta didik yang terdiri dari tiga sekolah, Sekolah Dasar Muhammadiyah Sapen, Sekolah Dasar Negeri Langensari , dan Sekolah Dasar
MIN Tempel, masing-masing kelas, diambil 20 siswa. Dengan demikian secara keseluruhan jumlah peserta didik ada 180 yang dijadikan subjek penelitian. Ketiga
sekolah tersebut tersebar pada kota Yogyakarta dan kabupaten Sleman, dengan asumsi bahwa kedua kabupatenkota tersebut dapat mewakilirepresentatif DIY. Dari ketiga
sekolah tersebut dipilih kelas satu, dua, dan tiga sebagai subjek ujicoba karena pada KTSP untuk tingkat Sekolah Dasar dalam mata pelajaran Seni Budaya dan
Keterampilan seni lukis hanya dilaksanakan pada kelas satu, dua, dan tiga. Penentuan tiga sekolah tersebut didasarkan pada pertimbangan sekolah yang melaksanakan
pembelajaran seni sesuai dengan KTSP dengan didukung tenaga pendidik yang memiliki latar belakang pendidikan seni rupa.
3. Teknik Analisis Data
Penentuan koefisien keandalan instrumen penilaian dilakukan dengan menggunakan paket program komputer Genova berdasarkan teori generalizeability yang
dikembangkan oleh Crick dan Brennan pada tahun 1983 yang disebut dengan A Generalized Analysis of Variance System. Pada teori ini ada G generalized study dan
D decision study. Pada G-study dilakukan estimasi sejumlah varians komponen. Banyaknya komponen ditentukan oleh model yang digunakan. Hasil dari G-study
digunakan pada D-study. Menurut Brennan 1983: 3, D-study menekankan estimasi, penggunaan, dan interpretasi dari varians komponen untuk membuat keputusan, dengan
prosedur pengukuran yang baik. Penelitian ini menggunakan GENOVA yang komponen variansnya adalah
person, rater, item, interaksi person dan rater, dan kesalahan. G study-nya menggunakan rancangan bersarang nested design dan D-study-nya juga menggunakan
rancangan bersarang nested design. Penelitian ini menggunakan satu facet p xi: r G- study yang bersarang untuk mengestimasi varians komponen, varians kesalahan,
generalizeability dan koefiesien phi untuk one-facet, nested, i: r D-study. Varians komponen yang berbaur pada rancangan bersarang p, r:i,e adalah jumlah varians
komponen dalam G-study bersarang yang dapat ditulis sebagai berikut.
13
2 ,
: 2
2 ,
: ,
e i
r p
e i
r p
Keterangan: p = person, r = gururater, i = item, r:i = rater bersarang pada item, e = kesalahan
Setelah varians komponen diperoleh, termasuk varians kesalahan, maka dapat diestimasi varians sebenarnya true variance. Selanjutnya dapat diestimasi besarnya
indek keandalan hasil pengukuran, yaitu rasio varians sebenarnya terhadap varians keseluruhan komponen. Estimasi varians setiap komponen dan besarnya indeks
keandalan hasil pengukuran dengan instrumen yang dikembangkan peneliti menggunakan paket program GENOVA.
Rancangan yang digunakan untuk G-study adalah pxi:r, yaitu item bersarang pada rater, penilai dalam menilai hasil karya lukis anak berinteraksi dengan anak yang
bersarang pada item. Cara penilai rater dalam menilai karya lukis anak p tergantung pada pendapat penilai terhadap item yang dinilai, sehingga dikatakan rater bersarang
pada item. Rancangan pxr:i ini berdasarkan analisis varians efek random memiliki efek utama: p, r, r:i dan efek interaksinya adalah pi, pr bersarang pada i. Jadi ada varians
person, varians rater, dan varians penilai bersarang pada i untuk efek utama, sedang untuk efek interaksinya adalah varians person item, varians rater yang bersarang pada
item. Besarnya varians r bersarang pada i dapat ditulis sebagai berikut.
σ²r : i = σ²r, ri= σ²r + σ²ri.
Besarnya koefisien keandalan instrumen penilaian adalah:
σ²p Eρ² = ——————
σ²p + σ²δ Eρ²
adalah nilai harapan koefisien keandalan instrumen,
σ²p
adalah varians person peserta didik,
σ²δ
adalah varians kesalahan.
14
Varians kesalahan terdiri atas varians rater, varians item, dan varians interaksi rater item. Besarnya varians ini diestimasi dengan menggunakan teknik
analisis varians rancangan efek random. Untuk melihat reliabilitas dari kriteria instrumen penilaian seni lukis anak
hasil uji coba, digunakan analisis koefisien interrater. Koefisien interrater adalah salah satu sarana untuk melihat tingkat konsistensi atau keajegan antar rater dalam
memberikan rating terhadap unjuk kerja karya seni lukis siswa. Untuk keperluan ini, digunakan koefisien Cohen’s Kappa.
15
D. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Bentuk Instrumen yang Dihasilkan
Berdasarkan langkah-langkah tahapan pengembangan di atas, penelitian ini diawali dengan survey kebutuhan guru mengenai pentingnya instrumen merupakan
kriteria sebagai pedoman penilain seni lukis anak sekolah dasar di DIY, diperoleh hasil survey sebagai berikut:
Hasil analisis kebutuhan yang melibatkan 20 orang guru Sekolah Dasar di DIY tentang pelaksanaan penilaian seni lukis di sekolah, menunjukkan perlunya
kriteria sebagai pedoman menilai karya seni lukis anak. Hal ini ditunjukkan jawaban pertanyaan yang diajukan kepada guru-guru tentang penilaian karya seni lukis anak.
Hasilnya menyatakan 40 merasakan adanya kesulitan untuk menilai karya lukis anak karena belum ada pedoman kriteria untuk menilai seni lukis anak Kemudian 35 guru
mengungkapkan faktor-faktor yang dinilai berasal dari siswa, misalnya kelengkapan peralatan dan bahan yang dibawa siswa, dan keseriusan siswa. Selanjutnya 20 guru
mengungkapkan tidak memahami seni, dan 5 guru mengungkapkan tidak ada kesulitan.
Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran dan penilaian pendidikan seni lukis sungguh memprihatinkan. Pendidik yang memiliki pemahaman dan pengetahuan
tentang seni lukis sangat sedikit hanya 5 yaitu mereka yang berlatar belakang pendidikan seni, sehingga kualitas pembelajaran dan penilaian seni lukis masih sangat
rendah. Kenyataan ini merupakan suatu gambaran tentang pembelajaran dan penilaian seni lukis yang terjadi selama ini, sehingga memerlukan perhatian yang serius dari
semua pihak yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan pendidikan seni lukis. Berdasarkan uraian hasil studi awal di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
instrumen penilaian seni lukis anak perlu dikembangkan untuk mempermudah guru dalam melakukan penilaian yang lebih objektif. Penyimpulan ini didasarkan pada
perbedaan karakteristik pembelajaran seni yang dilakukan oleh setiap guru. Adanya perbedaan ini, dikhawatirkan akan memicu terjadinya penilaian yang cenderung
subjektif. Untuk mengatasi kesulitan tersebut, semua guru menyarankan perlunya instrumen penilaian yang praktis untuk mempermudah penilaian yang dilakukan
guru.
Langkah selanjutnya adalah tahap pendefinisian, yaitu membuat definisi konstruk instrumen dan kajian atas konsep instrumen karya lukis anak yang dijabarkan
dari kajian teori. Definisi konstruk instrumen karya seni lukis anak dijabarkan menurut 16
indikator, deskripsi, kriteria dan rubrik penentuan skor. Pendefinisian ini pada dasarnya dihasilkan dari pendalaman literatur tentang seni dan strategi pendidikannya untuk
menetapkan konstruk instrumen pendidikan seni lukis anak. Setelah itu dilakukan proses telaah dengan memanfaatkan validasi ahli untuk
menperoleh kesepakatan dalam menentukan konstruk penilaian. Hasil validasi ahli digunakan sebagai dasar untuk merancang konstruk instrumen secara utuh. Kemudian
dilanjutkan dengan FGD sebanyak tiga kali yang menghadirkan pakar pendidikan, pakar seni lukis anak,guiru seni lukis di SD untuk menetapkan indikator, deskripsi, kriteria,
dan rubrik penentuan skor. Diperoleh hasil bahwa dimensi penilaian proses adalah penilaian yang ditunjukkan untuk mengamati kompetensi peserta didik dalam berkreasi
membuat karya seni lukis, sedangkan dimensi penilaian produk adalah penilaian yang ditunjukkan untuk melihat kompetensi peserta didik dalam membuat karya cipta seni
lukis. Selanjutnya hasil FGD sebagai tindak lanjut diadakan seminar, hasil dari seminar merupakan instrumen uji coba penilaian karya seni lukis anak berupa lembar penilaian
proses dan produk sebagai berikut:
2. Analisis Data Instrumen Uji coba