Penilaian Proses Karya Seni Lukis Penilaian produk karya seni lukis

Penilaian seni lukis anak meliputi penilaian proses dan penilaian hasil atau produk. Dengan demikian untuk memecahkan permasalahan penilaian proses dan hasil karya peserta didik tersebut perlu digunakan pendekatan penilaian yaitu performance assessment. Dengan melakukan kegiatan asesmen dapat diketahui perubahan yang terjadi pada anak didik. Sedangkan penilaian kinerja performance assessment menurut Berk sebagai berikut: performance assessment is the process of gathering data by systematic observation for making decisions about an individual Berk, 1986: ix. Ada lima unsur- unsur kunci dalam definisi yang dikemukakan oleh Berk, yaitu: 1. Performance assessment is a process, not a test or any single measurement device. 2. The focus of this process is data gathering, using a variety of instruments and strategies. 3. The data are collected by means of systematic observation. 4. The data are integrated for the purpose of making specific decisions. 5. The subject of the decision making is the individual, usually an employee or a student, not a program or product reflecting a group’s activity. Berk, 1986: ix. Selanjutnya Berk mengatakan bahwa dalam Performance assessment selalu terkait dengan adanya rubrik penilaian yang merupakan bagian dari Performance assessment: Subsumed under the rubric Performance assessment are a host of other related terms that are often used synonymously with it. Melengkapi pendapat tersebut, Zainul 2005: 4 menyatakan bahwa asesmen kinerja secara sederhana didefinisikan sebagai penilaian terhadap proses perolehan, penerapan, pengetahuan dan ketrampilan, melalui proses pembelajaran yang menunjukkan kemampuan peserta didik dalam proses dan produk.

a. Penilaian Proses Karya Seni Lukis

Tujuan penilaian proses karya adalah untuk mengamati kompetensi peserta didik dalam berkreasi membuat karya seni lukis. Menurut Conrad 1964: 271 the processes of evaluation help to build guides and to define and clarity the purposes and accomplishments of the educational processes.In art education, the evaluation prosesses are natural parts of art activity.Karena proses penilaian membangun bimbingan terhadap peserta didik dan memperjelas tujuan dan pemenuhan dalam proses pembelajaran, maka penilain proses sangat diperlukan apalagi proses penilaian merupakan bagian yang alami dari aktivitas seni. Sesungguhnya kemampuan-kemampuan peserta didik yang dikembangkan dalam pendidikan seni rupa lebih banyak dalam bentuk penampilan yang sulit diukur dengan tes, yaitu terutama penampilan-penampilan peserta didik dalam aspek afektif 7 dan psikomotorik. Dengan instrumen teknik non tes akan diperoleh data akurat dengan tidak kehilangan aktivitas yang dilakukan oleh peserta didik. Non tes digunakan tatkala pengertian evaluasi tidak sekedar identik dengan testing tetapi mempunyai pengertian yang lebih luas yaitu suatu proses penentuan nilai-nilai fenomena-fenomena yang secara edukasional relevan Eisner, 1972: 204.

b. Penilaian produk karya seni lukis

Pada prinsipnya tujuan penilaian produk seni lukis adalah untuk melihat kompetensi peserta didik dalam membuat karya cipta seni lukis. Dalam hal ini pendidik memfokuskan perhatiannya pada hasil karya lukis yang diciptakan oleh peserta didik yang tentunya tidak terlepas dari proses penciptaannya. Oleh karena itu kegiatan penilaian memerlukan kriteria. Conrad 1964: 271 menjelaskan bahwa: Evaluation criteria are not rigid. New criteria must be formulated for each group of children because children are constantly growing and changing in their thinking, their abilities, and their knowledges. The processes of evaluation help to build guides and to define and clarity the purposes and accomplishments of educational processes. Dengan demikian penetapan kriteria harus disesuaikan dengan perkembangan usia anak dan kriteria tidak bersifat kaku. Kriteria untuk melakukan penilaian produk karya seni lukis cukup sulit karena adanya keragaman cara pandang terhadap karya seni. Salah satunya pendapat Aspin dalam Ross 1982: 66 yang menyatakan bahwa: Work of art is correctly described as “unique particulars”, but the description prompts the question: how can something which is unique generate criteria for evaluating other unique objects? Sifat unik ini mempunyai sifat satu-satunya dan hanya berlaku untuk karya tersebut sehingga sulit menerapkan kriteria yang sama untuk menilai karya yang lain. Perdebatan-perdebatan yang sering terjadi karena perbedaan pemahaman, meminjam dari penilaian kritik, Pepper 1973: 451 berpendapat bahwa bisa saja perbedaan yang terjadi disebabkan oleh pandangan kontekstual yang tidak sama, karena masing-masing kepentingan tidak ada titik temu. Disini penilaian dapat dilihat sebagai suatu proses intersubjektif, dan setiap proses intersubjektif selalu mendatangkan konflik. Namun demikian, Heyfron 1986: 56 berpendapat bahwa: … that the arts are not fundamentally different from other subjects in the curriculum e.g. science and that a high degree of consensus about criteria appropriate for judging art work is not only conceptually consistent with the 8 notion of art, but also practicably desirable. It contends that judgements about the merits of art work can be justified with reference to publicly agreed criteria. Hal ini menunjukkan bahwa penilaian dari suatu pekerjaan seni tidak hanya konsisten secara konseptual tetapi diperlukan juga praktisnya. Baik buruknya pekerjaan seni dibenarkan dengan adanya referensi dari kriteria-kriteria yang disetujui oleh khalayak umum. Lebih jauh lagi dalam dokumen APU “Aesthetic Development”, 1983: 5 menyebutkan bahwa: What matters most in the arts as in science, is that judgements and interpretations should be informed with considerable consensus about the criteria to be applied when determining quality. Dengan demikian pada waktu menentukan kualitas karya diperlukan kriteria-kriteria yang merupakan konsensus dan sudah dipertimbangkan terlebih dahulu.

4. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Pengukuran