11
b. Upacara tradisi yang berhubungan dengan leluhur. Upacara tradisi ini
berhubungan erat dengan adanya harapan keselamatan dalam hidupnya, serta dijauhkan dari gangguan-gangguan makhluk halus dan
perbuatan yang dapat merugikan diri sendiri. Kamajaya Karkoro 1992:V
c. Upacara tradisi yang berkaitan dengan mitos, yaitu upacara tradisi
yang di dalamnya mengandung pemujaan terhadap seseorang yang dianggap memiliki kemampuan di atas kemampuan manusia normal
memiliki kesaktian. d.
Upacara tradisi yang berkaitan dengan legenda, yaitu legenda yang dianggap mempunyai daya kemampuan yang hebat atau benar-benar
terjadi dikehidupan masyarakat setempat.
5. Fungsi Upacara Tradisi
Untuk mengetahui fungsi upacara tradisioanal dapat dilakukan melalui dua pendekatan yaitu:
a. Upacara tradisi dengan menggunakan pendekatan sosiologis.
Upacara tradisi ini dilakukan oleh seluruh warga Desa Betenung secara bersama-sama. Di dalam setiap pelaksanaan tradisi selalu
mengandung aturan-aturan atau larangan yang tidak boleh dilanggar serta norma yang harus dipatuhi oleh semua warga masyarakat dengan
tujuan memperoleh keselamatan bersama-sama. Kebersamaan secara nyata nampak dalam setiap upacara tradisi yang dilakukan oleh seluruh
12
warga masyarakat, seluruh warga terlibat dengan perannya masing- masing sebagai pelayan atau pembantu.
Dengan demikian upacara ini berfungsi sosial bagi komunitas yang bersangkutan. Hal ini mengandung makna kebersamaan serta gotong
royong yang selalu dibina dalam kehidupan bermasyarakat, serta dalam komunitas masyarakat lain tidak akan terjadi berbagai konflik
secara internal. Di samping memiliki fungsi kelompok sosial juga menimbulkan rasa yang tentram dari seluruh masyarakat. Hal ini
disebabkan salah
satu kebajiban
telah dilaksanakan
yaitu melaksanakan upacara tradisi yang dilakukan secara bersama-sama
sehingga timbul rasa kekeluargaan yang tinggi. b.
Fungsi pendekatan antropologis Dari sudut antropologis upacara tradisi ini mengandung arti
pemujaan, sekaligus persembahan atau kurban yang dilakukan oleh seluruh masyarakat kepada penguasa kampung atau penunggu yang
dianggap ada dan menjaga serta memberikan keselamatan bagi seluruh warga. Kekuatan seperti itu dianggap sebagai kekuatan yang berada di
luar kemampuan manusia pada umumnya.
6. Tujuan Upacara Tradisi
Tujuan upacara tradisi adalah untuk mewujudkan pemahaman atas nilai-nilai serta gagasan yang terkandung di dalamnya maupun untuk
menghindarkan dari gangguan roh jahat. Selain itu pula, upacara tradisi yang dilakukan dalam masyarakat secara bersama maupun individu
13
bertujuan untuk mendapatkan keselamatan supaya terhindar dari segala malapetaka dan marabahaya.
Bahwa upacara tradisi dilakukan secara berkala juga mengingatkan semua warga masyarakat yang dalam komunitas, jika terjadi
penyimpangan akibat yang muncul akan menimpa seluruh masyarakat satu desa Slamet, 1984 :54.
Juga untuk mengembangkan warisan dari nenek moyang supaya tetap terjaga dan terus dilakukan secatra turun temurun supaya tidak
digantikan oleh budaya baru. 7.
Unsur-unsur Upacara Tradisi
a. Tempat upacara : Dilakukan di tempat yang keramat, misalnya di
ujung kampung dan di tepi sungai. Setiap orang yang ingin masuk ke tempat yang dianggap keramat ini biasanya tidak menggunakan sandal
atau alas kaki. b.
Saat upacara Biasanya masyarakat melakukan upacara pada awal tahun, tengah
tahun dan akhir tahun, sebagai ucapan terima kasih mereka kepada penunggu kampung yang telah memberikan keselamatan, kesehatan,
serta hasil paten yang bagus. Namun segala bahaya itu sering datang dan dianggap oleh orang-orang hanya suatu peristiwa alam, dalam
dunia gaib sehingga manusia mencoba menolak segala segala macam bahaya tersebut dengan bermacam-macam upacara serta mencari
bantuan dengan cara berhubungan dengan dunia gaib. Saat-saat
14
upacara tersebut dalan ilmu antropologi disebut upacara-upacara waktu kritis Koentjaraningrat, 1992 : 244
Untuk menarik roh-roh dari tempat-tempat keramat, maka pada waktu tertentu dipasang sesaji berupa makanan kecil dan telur. Sesaji
diselenggarakan untuk mendukung kepercayaan terhadap adanya kekuatan makhluk halus, supaya tidak mengganggu keselamtan,
ketentraman, dan kebahagiaan keluarga yang bersangkutan. Upacara tradisi sering kali tidak dapat diterangkan asal mulanya.
Dalam menghadapi suatu upacara, manusia tidak luput dari sikap emosional namun karena dianggap sakral dan dikeramatkan, maka
semua unsur-unsur yang ada di dalamnya dianggap penting dan di dalam melaksanakan kegiatan upacara itu tidak terlepas dari unsur-
unsur upacara yang berfungsi sebagai alat komunikasi dengan alam gaib yaitu dengan cara :
1. Bersesaji
Bersesaji merupakan perbuatan untuk menyajikan makanan, benda-benda, dan sebagainya kepada roh-roh nenek moyang atau
makhluk halus lain, dengan tujuan supaya acara tersebut bisa berjalan dengan lancar. Sesaji ini merupakan sarana dan prasarana
yang penting dalam upacara tradisi yang erat hubungannya dengan keyakinan dan kepercayaan masyarakat tentang adanya roh-roh
halus dan arwah orang yang telah meninggal yang dianggap sebagai penghuni desa Hersapandi dkk, 2005 : 143.
15
2. Berkurban
Kurban merupakan suatu tradisi yang dilakukan masyarakat dalam suatu upacara tradisional yaitu dengan cara menyembelih
hewan peliharaan, dalam upacara tradisi perkawinan suku Dayak ini, biasanya hewan kurbanya adalah ayam dan babi. Hewan yang
dikurbankan ini hanya diambil darahnya untuk dipersembahkan kepada para leluhur atau dewa-dewa, sedangkan dagingnya
disajikan untuk dimakan semua masyarakat yang ikut dalam upacara perkawinan tersebut.
3. Berdoa
Berdoa merupakan suatu unsur yang banyak terdapat dalam berbagai upacara keagamaan di dunia. Pada awalnya doa adalah
upacara hormat dan pujian kepada leluhur, biasanya doa diiringi dengan gerak-gerik dan sikap tubuh. Sikap tubuh itu merupakan
penghormatan dan merendahkan diri terhadap para leluhur, dewata, dan terhadap Tuhan, mengucapkan doa dalam upacara tradisi
merupakan suatu unsur yang amat penting. 4.
Makan bersama Makan bersama merupakan unsur penting dalam suatu upacara
religi dan agama di dunia. Dasar pemikiran itu rupanya mencari hubungan dengan dewa-dewa, dengan cara mengundang dewa-
dewa pada saat pertemuan makan bersama.
16
8. Norma dan sanksi sakral