Pengertian dan Ruang Lingkup Delik Kesusilaan.

dalam hubungan seksual behaviour as to right or wrong, especially in relation to sexual matter. Beberapa pernyataan lain menyebutkan tentang pengertian kesusilaan hendaknya tidak dibatasi pada pengertian kesusilaan dalam bidang seksual, tetapi juga meliputi hal-hal yang termasuk dalam penguasaan norma-norma kepatutan bertingkah laku dalam pergaulan masyarakat. Bukan hal yang mudah untuk menentukan batas dan ruang lingkup tindak pidana kesusilaan, terlebih dengan begitu beragamnya nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat yang disebabkan karena begitu banyaknya tradisi dan budaya bangsa Indonesia sesuai dengan komunitasnya. Batas dan ruang lingkup tindak pidana kesusilaan yang ada dalam masyarakat tertentu akan berbeda dengan masyarakat yang lainnya. Sebagai perbandingan, dalam berbagai KUHP Asing, pengelompokan delik kesusilaan juga berbeda-beda dan tampaknya tergantung pada kesepakatan dan kebijakan pembuat undang-undang. 32 Dalam KUHP Jepang tindak pidana kesusilaan diatur dalam Bab XXII Buku II di bawah judul Crimes of Indecency, Rape And Bigamy. Sementara dalam KUHP Korea diatur dalam Bab XXII dengan judul Crimes Against Morals, sedangkan dalam KUHP Malaysia yang hampir sama dengan KUHP Singapura diatur dalam Bab XIV di bawah judul Offences Affecting The Public Health, Safety,Convenience, Decency And Morals. Dalam KUHP Polandia diatur dalam Bab XXIII dengan judul Offences Agains Decency dan dalam KUHP Thailand tidak ada bab yang secara eksplisit berjudul Tindak Pidana 32 Barda Nawawi Arief, Sari KuliahPerbandingan Hukum Pidana, Bandung: Citra Aditya Bhakti, 2002. Terhadap Kesusilaan, yang ada ialah bab mengenai Tindak Pidana Yang Berhubungan Dengan Seksualitas Offences Relating to Sexuality dalam Bab IX. Yugoslavia, Norwegia, Perbandingan tersebut menunjukkan bahwa pengelompokan dan ruang lingkup delik kesusilaan di berbagai negara juga sangat bervariasi tergantung pada kebijakan teknik perundang-undangan yang diambil, juga disebabkan perbedaan landasan idiil filosofi dan konsep moral yang melatar belakangi politik hukum dari masing-masing negara. Dengan adanya beberapa pendapat yang menyatakan bahwa walaupun pengelompokan atau ruang lingkup delik kesusilaan berbeda-beda, namun patut dicatat bahwa dalam menentukan isi materisubstansi-nya harus bersumber dan mendapat sandaran kuat dari moral agama. Selain itu, penentuan delik kesusilaan juga harus berorientasi pada nilai-nilai kesusilaan nasional NKN yang telah disepakati bersama dan juga memperhatikan nilai-nilai kesusilaan yang hidup di dalam masyarakat. Nilai kesusilaan nasional ini dapat digali antara lain dari produk Legislatif Nasional berbentuk Undang-Undang Dasar atau Undang- undang. 33 Kepentingan dan nilai-nilai kesusilaanmoral yang ada di masyarakat sebenarnya mencakup hal yang sangat luas. Nilai-nilai kesusilaan tidak hanya terdapat dalam bidang seksual yang lebih bersifat pribadi, tetapi juga dalam hubungan pergaulan rumah tangga, dalam pergaulan dengan orang lain di masyarakat dan bahkan dalam semua segi kehidupan bermasyarakat atau bernegara. Wajar bila dalam setiap tatanan kehidupan bermasyarakat terdapat nilai-nilai kesusilaanmoral, karena setiap masyarakat atau negara 33 Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Bandung: Citra AdityaBhakti, 2002, hlm 267. dibangun diatas landasan nilai-nilai filsafati, ideologi dan moralitas tertentu. Seiring dengan batasan dan ruang lingkup tindak pidana kesusilaan sebagaimana terurai di atas, kejahatan seks serta kejahatan yang menyangkut seks sex relatedcrimes yang dirumuskan dalam hukum pidana sebagai delik susila senantiasa harus dipahami secara kontekstual dalam hubungannya dengan perkembangan budaya dan perubahan-perubahan struktur sosial yang ada dimasyarakat. 34 KUHP mengatur berbagai kejahatan atau delik, termasuk diantaranya adalah delik kesusilaan, namun hukum pidana Indonesia KUHP tidak mengatur secara eksplisit tentang kejahatan kesusilaan, tetapi hanya mengatur tentang kejahatan terhadap kesusilaan. Secara juridis, delik kesusilaan menurut KUHP yang berlaku saat ini terdiri dari 2 dua kelompok tindak pidana, yaitu kejahatan kesopanan meliputi bidang kesusilaan dan yang diluar dalam bidang sekusal diatur dalam Bab XIV Buku II misdrijven tegen de zeden Pasal281-303 dan pelanggaran kesopanan dalam bidang seksual dan hal-hal yang diluar bidang seksual diatur dalam Bab VI Buku IIIovertredugen betreffende de zeden Pasal532-547. Kelompok kejahatan kesopanan Pasal 281-303KUHP meliputi perbuatan-perbuatan : 1. kejahatan kesopanan dibidang kesusilaan. a. Kejahatan dengan melanggar kesusilaan umum 281; b. Kejahatan pornagrafi 282; c. Kejahatan pornografi terhadap orang yang belum dewasa 283; d. Kejahatan pornografi dalam menjalankan pencahariannya 283 bis; e. Kejahatan perzinaan 284; 34 Kusuma Mulyana W, Perumusan Tindak Pidana Kesusilaan Perzinaan Dan Pemerkosaandalam rancangan KUHP Baru ditinjau Dari Aspek Kebijakan Kriminal Dan Aspek SosialBudaya, Semarang, 1993, hlm 1. f. Kejahatan perkosaan untuk bersetubuh 285; g. Kejahatan bersetubuh diluar kawin kepada perempuan dalam keadaan pingsan atau tidak berdaya 286 h. Kejahatan bersetubuh dengan perempuan di luar kawin yang umurnya belum 15 tahun 287; i. Kejahatan bersetubuh dengan perempuan dalam perkawinan yang belum waktunya dikawin dan menimbulkan akibat luka-luka 288; j. Kejahatan perkosaan berbuat cabul atau peruatan yang menyerang kehormatan kesusilaan 289; k. Kejahatan perbuatan cabul pada orang yang pingsan, pada orang yang umurnya belum 15 tahun atau belum waktunya untuk kawin 290, dan keadaan yang memberatkan apabila menimbulkan luka-luka berat bagi korban 291 ayat 1, dan perbuatan cabul pada orang yang dalam keadaan pingsan atau umurnya belum 15 tahun dalam keadaan yang memberatkan yakni apabila menimbulkan akibat kematian korban 291 ayat1; l. Kejahatan menggerakkan untuk berbuat cabul dengan orang yang belum dewasa 293; m. Kejahatan berbuat cabul dengan anaknya, anak dibawah pengawasannya dan lain-lain yang belum dewasa 294; n. Kejahatan pemudahan berbuat cabul bagi anaknya, anak tirinya dan laon-lain yang belum dewasa 295; o. Kejahatan pemudahan berbuat cabul sebagai mata pencaharian atau kebiasaan 296; p. Kejahatan memperdagangkan wanita dan anak laki-laki yang belum dewasa 297; q. Kejahatan mengobati wanita dengan ditimbulkan harapan bahwa hamilnya dapat digugurkan 299. 2. Kejahatan kesopanan diluar hal-hal yang berhubungan dengan masalah seksual: a. Kejahatan berupa : memberikan minuman keras pada orang yang telah mabuk, membuat mabuk seorang anak yang belum berumur enam belas tahun, dan memaksa orang untuk meminum minuman yang memabukkan 300; b. Kejahatan menyerahkan anak yang umurnya belum dua belas tahun pada orang lain untuk dipakai melakukan kegiatan mengemis 301; c. Kejahatan penganiayaan dan penganiayaan ringan terhadap binatang atau hewan 302; d. Pelanggaran mengenai perjudian 303 dan 303 bis. Pelanggaran kesopanan yang diatur dalam Bab VI Buku III Pasal 532-547 meliputi sebagai berikut : a. Pelanggaran kesopanan dibidang seksual 1 Pelanggaran dengan menyanyikan lagu-lagu atau pidato di muka umum yang melanggar kesusilaan atau di muka umum mengandung tulisan atau gambar yang melanggar kesusilaan 532; 2 Pelanggaran pornografi 533; 3 Pelanggaran dengan mempertunjukkan dan lain sebagainya sarana pencegahan kehamilan 534; 4 Pelanggaran dengan mempertunjukkan dan lain sebagianya sarana untuk menggugurkan kandungan 535. b. Pelanggaran kesusialaan diluar bidang seksual 1 Pelanggaran dengan mabuk d jalan umum 536; 2 Pelanggaran menjual atau memberikan minuman keras kepada anggota TNI 537; 3 Pelanggaran berupa menjual minuman keras kepada anak yang belum berumur enam belas tahun 538; 4 Pelanggaran berupa menyediakan cuma-cuma atau menkanjikan sebagai hadiah minuman keras pada pesta keramaian umum 539; 5 Pelanggaran mengenai menggunaan binatang dalam pekerjaan yang melebihi kekuatannya atau dengan cara yang menyakitkan dan lain sebagainya 540; 6 Pelanggaran mengenai penggunaan kuda yang belum dewasa 541; 7 Pelanggaran dengan mengadakan adu ayam atau jangkrik di pinggir jalan atau di jalan umum 544; 8 Pelanggaran dengan melakukan peramalan sebagai mata pencaharian 545; 9 Pelanggaran dalam hal menjual, menawarkan, menyerahkan dan lain sebagainya jimat dan benda-benda lain yang dikatakannya mempunyai kekuatan gaib 546; 10 Pelanggaran berupa memakai jimat atau benda-benda sakti pada saan memberikan keterangan di bawah sumpah di muka sidang pengadilan 547. Dari beberapa jenis delik kesusilaan yang tercakup dalam tindak pidana kesopanan diatur dalam KUHP sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa pengertian kesusilaan tidak hanya sebatas di bidang seksual saja melainkan juga meliputi perbuatan yang dianggap tidak sesuai dalam pandangan masyarakat karena memiliki kemungkinan besar merugikan orang lain. Sementara dalam Konsep KUHP yang saat ini tengah dirumuskan juga meliputi pengertian kesusilaan tidak hanya dibidang seksual saja seperti halnya KUHP yang sekarang berlaku. Dengan telah terjadinya perkembangan kejahatan seksual, mengakibatkan perubahan di tengah masyarakat. Sistem tata nilai dalam suatu masyarakat berubah dari yang bersifat lokal-partikular menjadi global universal. Hal ini pada akhirnya akan membawa dampak pada pergeseran nilai dan norma, khususnya norma hukum dan kesusilaan. Dengan mengetahui dan memahami kejadiankasus kesusilaan baik mengenai hal yang baru atau pun yang sudah ada dalam KUHP maka gambaran keadaan tersebut dapat dilukiskan dan kemudian upaya-upaya ataupun pencegahanrevensi terhadap kejahatan kesusilaan dapat ditentukan. 36

BAB III SANKSI KEBIRI PELAKU TINDAK PIDANA PEDOFILIA

A. Hak dan Kebutuhan Anak Dalam Perlindungannya 1. Kebutuhan Anak

Menurut The minimum Age Convention Nomor 138 1973, pengertian tentang anak adalah seseorang yang berusia 15 tahun ke bawah. Sebaliknya, dalam Convention On The Rights Of The Child 1989 yang telah diratifikasi pemerintah Indonesia melalui Kepres Nomor 39 tahun 1990 disebutkan bahwa anak adalah mereka yang berusia 18 tahun ke bawah. Sementara itu, UNICEF mendefinisikan anak sebagai penduduk yang berusia antara 0 sampai dengan 18 tahun. Undang–Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang kesejahteraan anak, menyebutkan bahwa anak adalah mereka yang belum berusia 21 tahun dan belum menikah. Sedangkan undang–undang perkawinan menetapkan batas usia 16 tahun. 35 Jika dicermati, maka secara keseluruhan dapat dilihat bahwa rentang usia anak terletak pada skala 0 sampai dengan 21 tahun. Penjelasan mengenai batas usia 21 tahun ditetapkan berdasarkan pertimbangan kepentingan usaha kesejahteraan sosial serta pertimbangan kematangan sosial, kematangan pribadi dan kematangan mental seseorang yang umumnya dicapai setelah seseorang melampaui usia 21 tahun. Mengenai hak anak secara universal telah ditetapkan melalui Sidang Umum PBB tanggal 20 Nopember 1959, dengan memproklamasikan deklarasi hak–hak anak. 35 Huraerah, Abu. Kekerasan Terhadap Anak. Bandung: Nuansa. 2006. hlm 20. Dengan demikian deklarasi tersebut, diharapkan semua pihak, baik individu, orang tua, organisasi sosial, pemerintah dan masyarakat mengakui hak–hak tersebut dan mendorong semua upaya untuk memenuhinya. Ada 10 prinsip tentang hak anak menurut deklarasi tersebut, yaitu: Prinsip 1: Setiap anak harus menikmati semua hak yang tercantum dalam deklarasi ini tanpa terkecuali, tanpa perbedaan dan diskriminasi. Prinsip 2: Setiap anak harus menikmati perlindungan khusus, harus diberikan kesempatan dan fasilitas hukum atau peralatan lain, sehingga mereka mampu berkembang secara fisik, mental, moral, spiritual dan sosial dalam cara yang sehat dan normal. Prinsip 3: Setiap anak sejak dilahirkan harus memiliki nama dan idenditas kebangsaan. Prinsip 4: Setiap anak harus menikmati manfaat dari jaminan sosial. Prinsip 5: Setiap anak yang baik secara baik secara fisik,mental dan sosial mengalami kecacatan harus diberikan perlakuan khusus,pendidikan dan pemeliharaan sesuai dengan kondisinya. Prinsip 6: Untuk perkembangan pribadinya secara penuh dan seimbang setiap anak memerlukan kasih sayang dan pengertian. Prinsip 7: Setiap anak harus menerima pendidikan secara cuma-cuma dan atas dasar wajib belajar. Prinsip 8: Setiap anak dalam situasi apapun harus menerima perlindungan dan bantuan yang pertama. Prinsip 9: Setiap anak harus dilindungi dari setiap bentuk ketelantaran, tindakan kekerasan, dan eksploitasi. Prinsip10: Setiap anak harus dilindungi dari setiap praktek diskriminasi berdasarkan rasial, agama dan bentuk – bentuk lainnya. Disamping itu, dalam Pasal 2 Undang–Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, disebutkan bahwa: a. Anak berhak atas dasar kesejahteraan, perawatan, asuhan dan bimbingan berdasarkan kasih sayang, baik dalam keluarganya maupun dalam asuhannya khusus untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar. b. Anak berhak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan kehidupan sosialnya, sesuai dengan kebudayaan dan kepribadian bangsa, untuk menjadi warga Negara yang baik dan berguna. c. Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan, baik semasa kandungan maupun sesudah dilahirkan. d. Anak berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangan dengan wajar. Di samping menguraikan hak anak–anak menurut Undang–Undang Nomor 4 Tahun 1979 diatas pemerintah Indonesa juga telah meratifikasi Konvensi Hak Anak KHA PBB melalui Nomor 39 Tahun 1990. Menurut Konverensi Hak Anak KHA yang diadopsi dari Majelis Umum PBB tahun 1989, setiap anak tanpa memandang ras, jenis kelamin, asal–usul keturunan, agama, maupun bahasa mempunyai hak – hak yang mencakup empat bidang : a. Hak atas kelangsungan hidup, yang mencakup hak atas tingkat hidup yang layak dan pelayanan kesehatan. b. Hak untuk berkembang, mencakup hak atas pendidikan, informasi, waktu luang, kegiatan seni dan budaya, serta kebebasan berpikir, berkeyakinan dan beragama serta hak anak cacat atas pelayanan, perlakuan dan perlindungan khusus. c. Hak perlindungan, mencakup perlindungan atas segala eksploitasi, perlakuan kejam dan perlakuan sewenang – wenang dalam proses peradilan pidana. d. Hak partisipasi, meliputi kebebasan untuk menyatakan pendapat, berkumpul dan berserikat, serta hak untuk ikut serta dalam pengambilan keputusan yang menyangkut hidup dirinya. 36 Adapun hak asasi anak menurut Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 yang merupakan hak mendasar bagi anak dan dilindungi oleh negara, pemerintah, keluarga, orang tua. Sedangkan hal itu hak setiap manusia yang paling asasi. hak tersebut meliputi hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan, uraiannya sebagai berikut: a. Anak mendapat perlindungan orang tua, masyarakat dan negara Pasal 62 ayat 1. 36 Huraerah, Abu. Kekerasan Terhadap Anak. Bandung: Nuansa. 2006 hal. 21-22.