Dimensi syariah Dimensi Ilmu

25 Dewasa ini, ketika produk industri makanan, minuman, dan kosmetika dilakukan secara besar-besaran dan bervariasi, serta dipromosikan secara gencar, MUI bekerja sama dengan Kementrian Kesehatan RI dan didukung oleh kalangan perguruan tinggi, melakukan pengujian terhadap produk industri itu. Dalam bidang pangan, makanan dan minuman kemudian didirikan sebuah Lembaga yang menangani hal tersebut, yaitu Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika LPPOM. Dalam proses tersebut dilakukan kerjasama oleh MUI, pemerintah, dan pengusaha atau pelaku usaha produsen. Berdasarkan hasil pengujian itu dikeluarkan fatwa ulama tentang kehalalan produk, yang kemudian disertifikasi halal bagi produk itu. Fatwa yang dikeluarkan hanya memiliki daya atur setelah dilegalisasi oleh MUI dalam kedudukannya sebagai satuan administrasi Islam.

5. Dimensi Nizham

Dimensi lainnya adalah tatanan atau sistem hukum al-nizham. Ia merupakan suatu kompleks hukum Islam yang tumbuh dan bekembang didalam kehidupan masyarakat. Mencakup materi hukum, bagaimana penerapan hukum, institusi dan badan penyelenggara penerapan hukum, dan sarana penunjang dalam penerapannya.

B. Sertifikasi Halal Sebagai Bentuk Perlindungan Umat Islam

Menurut ajaran Islam, penentuan kehalalan atau keharaman sesuatu tidak dapat didasarkan hanya pada asumsi atau rasa suka atau rasa tidak suka. Sebab, tindakan demikian dipandang sebagai tindakan membuat-buat hukum atau 26 tahakkum dan perbuatan dusta atas nama Allah yang sangat dilarang Agama. Perhatikan firman Allah berikut:                                فارْعٔاا : ٧ : ٣٣ Artinya:“Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar mengharamkan, mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan mengharamkan mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui. ” Q.S al a’raf: 7 :33 Imam ahmad meriwayatkan dari Abdullah bin mas’ud bahwa rasulullah saw ,bersabda َّحادحا ال و ً݈طب ا݅و اݎ݊݅ رݎًظ ا݅ شحاوفلا مَرح كل ܎݂ف ها ݈݅ ريغًا دحا ال ْ݄݂س݅و ْي܏اخ۴ْل ݋او܏ ها ݈݅ ܃د݆لا ݌يلا Artinya : “Tiada Yang lebih cemburu dari pada allah .oleh karena itu ,dia mengharamkan perbuatan yang keji baik yang tampak maupun yang tersembunyi. dan tiada yang lebih menyukai pujian selain allah .” HR Bukhari dan Muslim Hadits ini dikemukakan dalam shahihain. Pembicaraan ihwal perkara yang berkaitan dengan aneka perbuatan keji , baik yang tampak maupun yang tersembunyi telah dikemukakan dalam surat a l an’am ayat 151. Firman Allah T a’ala “perbuatan dosa dan melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar .”Al- itsm berarti aneka kesalahan yang berkaitan dengan si pelaku itu sendiri. Al- Baghyu berarti menzalimi manusia tanpa alasan yang benar. Firman Alla h Ta’ala “Mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu ” yakni kamu menetapkan sekutu baginya