46
f. Khusus mengenai masalah-masalah yang musykil dan sensitif,
sebelum menetapkan fatwa, MUI Daerah diharapkan terlebih dahulu melakukan konsultasi dengan MUI.
14
Komisi Fatwa bertugas mengkaji dan memberikan keputusan hukum terhadap persoalan yang tidak secara nyata terdapat dalam Al-Quran maupun
Sunnah. Lembaga fatwa ini merupakan lembaga yang independen yang terdiri dari para ahli ilmu dan merupakan kelompok yang berkompeten yang memiliki
otoritas yang memadai untuk memberikan keputusan-keputusan ilmiah
15
. C.
Sistem dan Prosedur Sertifikasi Halal MUI
Sertifikat halal bertujuan untuk memberikan kepastian kehalalan suatu produk sehingga dapat menenterampkan batin yang mengkonsumsinya.
16
Produk halal adalah produk yang memenuhi syarat kehalalan sesuai dengan syari
’at Islam, yaitu :
1. Tidak mengandung babi dan bahan yang berasal dari babi.
2. Tidak mengandung bahan-bahan yang diharamkan seperti bahan-bahan yang
berasal dari organ manusia, darah, kotoran-kotoran dan lain sebagainya. 3.
Semua bahan yang berasal dari hewan halal yang disembelih menurut tatacara syari
’at Islam.
14
Proyek Pembinaan Pangan Halal Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, Pedoman Fatwa Produk Halal, op. cit., hal. 64.
15
Bagian Proyek Sarana dan Prasarana Produk Halal Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, Modul Pelatihan Auditor Internal
Halal,Jakarta: Departemen Agama RI. 2003, hal.56-57
16
Bagian Proyek Sarana Dan Prasarana Produk Halal Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Dan Penyelenggaraan Haji, Panduan Sertifikasi Halal, Jakarta: Departemen
Agama RI, 2003, hal.1
47
4. Semua tempat penyimpanan, tempat penjualan, pengolahan dan
transportasinya tidak boleh digunakan untuk babi. Jika pernah digunakan untuk babi barang yang tidak halal lainnya terlebih dahulu harus
dibersihkan dengan tatacara yang diatur dalam sya ri’at Islam.
5. Semua makanan dan minuman yang tidak mengandung khamar.
17
Dengan kata lain produk halal adalah produk pangan, obat, kosmetika dan produk lain yang tidak mengandung unsur atau barang
haram atau dilarang untuk dikonsumsi, digunakan atau dipakai umat Islam baik yang menyangkut bahan baku, bahan tambahan, bahan bantu dan bahan
penolong lainnya termasuk bahan produksi yang diolah melalui proses rekayasa genetika dan iradiasi yang pengolahannya dilakukan sesuai
dengan syariat Islam
18
. Proses, prosedur dan mekanisme penetapan fatwa produk halal pada
prinsipnya sama dengan penetapan fatwa pada umumnya. Hanya saja, rapat penetapan fatwa dilakukan bersama antara Komisi Fatwa dengan LP POM yang
sebelumnya terlebih dahulu melakukan penelitian dan audit ke pabrik perusahaan yang telah mengajukan permohonan seretifikasi halal. Hasil
audit setelah dibahas di LP POM dituangkan dalam “Laporan Hasil Auditing”
yang selanjutnya dibawa ke dalam rapat Komisi Fatwa.
19
17
Bagian Proyek Sarana Dan Prasarana Produk Halal Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Dan Penyelenggaraan Haji, Panduan Sertifikasi Halal, Jakarta: Departemen
Agama RI, 2003, hal.2
18
Bagian Proyek Sarana Dan Prasarana Produk Halal Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Dan Penyelenggaraan Haji, Petunjuk Teknis Pedoman Sistem Produksi Halal
Jakarta: Departemen Agama RI, 2003, h. 131
19
Proyek Pembinaan Pangan Halal Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, Pedoman Fatwa Produk Halal, op. cit., h. 33-34
48
Setelah ditetapkan kehalalanya dalam rapat, dibuat keputusan fatwa untuk produk-produk yang diputuskan dalam rapat secara tertulis sebagaimana
keputusan fatwa pada umumnya. Selanjutnya dikeluarkan “Sertifikat Halal”.
Pemegang sertifikat halal MUI bertanggung jawab untuk memelihara kehalalan produk yang diproduksinya dan sertifikat halal tersebut tidak dapat dipindah
tangankan. Sertifikat halal yang sudah berakhir masa berlakunya termasuk fotokopinya tidak boleh digunakan atau dipasang untuk maksud-maksud
tertentu.
20
D. Kewenangan Penentuan Jaminan Produk Halal
1. Proses Sertifikasi halal
Sebelum mencantumkan label halal suatu produk, produsen harus mengajukan sertifikat halal bagi produknya. Dalam mengajukan sertifikat halal,
produsen terlebih dahulu diisyaratkan mempersiapkan Sistem Jaminan Halal
seperti diuraikan dibawah ini:
a. Sistem Jaminan Halal harus didokumentasikan secara jelas dan rinci serta
merupakan kebijakan dari manajemen perusahaan. b.
Dalam sistem pelaksanaannya, sistem jaminan halal ini diuraikan dalam bentuk panduan halal yang memberikan uraian sistem manajemen halal yang
dijalankan prudosen, serta berfungsi sebagai rujukan tetap dalam melaksanakan dan memelihara kehalalan produk tersebut.
20
Bagian Proyek Sarana Dan Prasarana Produk Halal Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Dan Penyelenggaraan Haji, Panduan Sertifikasi Halal, op. cit., h. 2.
49
c. Produsen menjabarkan panduan halal secara tekhnis dalam bentuk prosedur
baku pelaksanaan untuk mengawasi setiap proses yang kritis agar kehalalan produknya tetap terjamin.
d. Baik panduan halal maupun prosedur baku pelaksanaan yang disiapkan harus
disosialisasikan dan diuji coba pada lingkungan produsen. Sehingga seluruh jajaran manajemen dari tingkat direksi sampai karyawan memahami betul
bagaimana cara memproduksi produk yang halal dan baik. e.
Sistem jaminan halal dalam pelaksanaannya dimonitor dan dievaluasi oleh sistem audit halal internal yang ditetapkan oleh perusahaan.
f. Koordinasi pelaksanaan sistem jaminan halal dilaksanakan oleh Tim Auditor
Halal Internal yang mewakili seluruh bagian terkait dengan produksi halal yang ditetapkan oleh perusahaan. Koordinator Audiit Halal Internal harus
beragama Islam. g.
Penjelasan Rinci Sistem Jaminan Halal dapat merujuk pada Buku Panduan Sistem Jaminan Halal, yang dikeluarkan oleh LPPOM MUI.
Setelah proses Sistem Jaminan Halal yang diajukan produsen disetujui, maka produsen dapat menjalankan Prosedur Sertifikasi Halal sebagai berikut:
1. Setiap produsen mendaftarkan seluruh produknya yang diproduksi dalam satu
lokasi dan mendaftarkan seluruh pabrik dengan lokasi yang berbeda yang menghasilkan produk dengan merek yang sama.
2. Setiap produsen yang mengajukan sertifikasi halal bagi produknya, harus
mengisi formulir yang telah disediakan. Formulir tersebut berisi informasi
50
tentang data perusahaan, jenis dan nama produk serta bahan-bahan yang digunakan dengan melampirkan:
a. Spesifikasi dan sertifikasi bahan baku, bahan pembantu dan bahan
penolong serta bagan alur proses. b.
Sertifikat halal atau Surat Keterangan Halal dari MUI dari daerah Produk Lokal atau sertifikat halal dari lembaga Islam yang diakui oleh
MUI produk Impor untuk bahan yang berasal dari hewan dan turunan c.
Sistem jaminan halal yang diuraikan dalam panduan halal beserta prosedur baku pelaksanaanya.
d. Tim Auditor LPPOM MUI melakukan pemeriksaan audit ke lokasi
produsen setelah formulir beserta lampiran-lampirannya dikembalikan ke LPPOM MUI dan diperiksa kelengkapannya.
e. Hasil pemeriksaan audit dan hasil pemeriksaan laboratorium dievaluasi
dalam Rapat Tenaga Ahli LPPOM MUI. Jika telah memenuhi persyaratan maka dibuat laporan hasil audit untuk diajukan kepada siding
Komisi Fatwa MUI untuk diputuskan status kehalalannya. f.
Sidang Komisi Fatwa MUI dapat menolak laporan hasil audit jika dianggap belum memenuhi semua persyaratan yang telah ditentukan.
g. Sertifikat Halal dikeluarkan oleh MUI setelah ditetapkan status
kehalalannya oleh Komisi Fatwa MUI. h.
Perusahaan yang produknya telah mendapatkan sertifikat halal, harus mengangkat Auditor Halal Internal sebagai bagian dari sistem jaminan
halal. Jika kemudian ada perbahan dalam penggunaan bahan baku, bahan
51
tambahan dan bahan penolong pada proses produksinya, Auditor Halal internal
diwajibkan segera
melaporkan untuk
mendapatkan “ketidakberatan penggunaannya”. Bila ada perusahaan terkait produk
halal hasil dikonsultasikan dengan LPPOM MUI oleh Auditor Halal Internal.
Tim Auditor LPPOM MUI akan melakukan pemeriksaan audit ke lokasi produsen untuk memastikan apakah semua bahan yang digunakan dalam proses
pembuatan produk memenuhi syarat yang sesuai syariah. Adapun Tata Cara auditnya adalah sebagai berikut:
1. Surat resmi akan dikirim oleh LPPOM ke perusahaan yang akan diperiksa,
yang memuat jadwal audit pemeriksaan audit dan persyaratan administrasi lainnya.
2. LPPOM MUI menerbitkan Surat Perintah.
3. Pada waktu yang telah ditentukan oleh Tim Auditor yang telah dilengkapi
dengan surat tugas dan indentitas diri, akan melakukan pemeriksaan atau auditing ke perusahaan yang mengajukan permohonan sertifikat halal.
4. Pemeriksaan Audit produk halal mencakup:
a. Manajemen produsen dalam menjamin kehalalan produk.
b. Observasi lapangan dan pengambilan contoh hanya untuk bahan yang
dicuriga mengandung babi atau turunannya, yang mengandung alkohol dan yang dianggap perlu.
Dengan demikian, LPPOM MUI sudah memiliki sistem dan kinerja operasi nya sendiri. Hanya saja LPPOM MUI hanya butuh pengakuan dari
52
Pemerintah terkait labelisasi halal ini. Dengan kata lain LPPOM membutuhkan payung hukum, agar pemberlakuan sertifikasi halal dapat diterapkan menyeluruh.
2.Bagan Proses Sertifikasi Halal
21
Bagan Proses sertifikasi halal dalam bentuk diagram alir :
Untuk menjamin kehalalan suatu produk yang telah mendapat sertifikat halal, selain menunjuk Auditor Internal di setiap perusahaan yang bertugas
mengawasi kehalalan produknya, MUI menetapkan dan menekankan bahwa jika sewaktu-waktu ternyata diketahui produk-produk tersebut mengandung unsur-
unsur barang haram, MUI berhak mencabut sertifikat halal produk bersangkutan.
22
21
Data di ambil dari LPPOM MUI atau MUI JAKARTA
22
Proyek Pembinaan Pangan Halal Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, Pedoman Fatwa Produk Halal, Op. Cit., Hal.53-54
Persyaratan terpenuhi?
Persyaratan terpenuhi?
Pendaftaran Penyerahan Dokumen Sertifikasi Halal Pendaftaran Penyerahan Dokumen Sertifikasi Halal
Pembiayaan Pembiayaan
Pemeriksaan Kecukupan Dokumen Pemeriksaan Kecukupan Dokumen
Audit Audit
Rapat Auditor Rapat Auditor
Rapat Komisi Fatwa Rapat Komisi Fatwa
Penerbitan Sertifikat Halal Penerbitan Sertifikat Halal
Analisis Lab Analisis Lab
Dapat diaudit ?
Dapat diaudit ?
Perlu Analisis
Lab? Perlu
Analisis Lab?
Persyaratan terpenuhi ?
Status SJH AB
Persyaratan terpenuhi ?
Status SJH AB
Mengandung bahan
haram? Mengandung
bahan haram?
Lunas? Lunas?
Tidak dapat disertifikasi
Tidak dapat disertifikasi
Tidak Ya
Ya Tidak
Ya Tidak
Ya Tidak
Ya
Ya Tidak
Perusahaan LP POM MUI
Persiapan Sistem Jaminan Halal Persiapan Sistem Jaminan Halal
Tidak
Pre Audit Memorandum
Pre Audit Memorandum
Audit Memorandum
Audit Memorandum
Penyerahan Dokumen Sertifikasi Halal
Penyerahan Dokumen Sertifikasi Halal
Produk berbasis daging