--------, 2004, Hukum perlindungan konsumen di Indonesia, PT Grasindo, Jakarta. Shofie, Yusuf, 2003, Perlindungan konsumen dan instrument-instrumen hukumnya,
Citra Adhya Bakti, Jakarta. Siahaan, Maruarar, 1999,Tinjauan Hukum atas Sengketa Konsumen Menurut UUPK,
Grasindo.Jakarta. Soekanto, Soerjono, 1985, Pengantar Penelitian Hukum Universitas Indonesia, UI-
Press. Jakarta. Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji. 1985, Pengantar Penelitian Hukum Normatif.
CV Rajawali, Jakarta. Sudaryatmo, 1996, Masalah Perlindungan Konsumen di Indonesia, Citra Aditya.
Bandung. Subekti, 2004, Hukum Perjanjian, Penerbit PT Intermasa, Jakarta
Tim Penyusun Kamus Ousat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1991, Kamus Bahasa Indonesia, edisi kedua, cet. 1, Balai Pustaka, Jakarta
b. Jurnal
Gunawan, Johannes, 1999, Tanggungjawab Pelaku Usaha Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
Tentang Perlindungan Konsumen, Yayasan
Pengembangan Hukum Bisnis, Jurnal Hukum Bisnis, Vol. 8 Tahun 1999, Jakarta, Hlm. 44
c. Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen,
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 Tentang Ketenagalistrikan Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 2006 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan
Pemerintah Nomor 8 tahun 1989 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga listrik
Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 07 Tahun 2010 tentang Tarif Tenaga Listrik yang Disediakan oleh Perusahaan Perseroan persero PT
perusahaan Listrik Negara.
Peraturan Pemerintah Nomor 57 tahun 2001 tentang Badan Perlindungan Konsumen Indonesia.
Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen.
Peraturan Pemerintah Nomor 59 tahun 2001 tentang Lembaga Perlindungan konsumen Swadaya Masyarakat.
Keputusan Presiden Nomor 90 tahun 2001 tentang Pembentukan badan Penyelesaian Sengketa Konsumen.
d. Internet
http:www.pln.co.id http:www.pln.co.idlampung
http:www.Imannurrohim.wordpress.com
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN LISTRIK AKIBAT KESALAHAN PENGUKURAN JUMLAH PEMAKAIAN ARUS LISTRIK
Studi Pada PT PLN Persero Wilayah Lampung Area Tanjung Karang Rayon Karang
Skripsi
Oleh ADI SUTOMO N
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2013
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN LISTRIK AKIBAT KESALAHAN PENGUKURAN JUMLAH PEMAKAIAN ARUS LISTRIK
Studi Pada PT PLN Persero Wilayah Lampung Area Tanjung Karang Rayon Karang
Oleh ADI SUTOMO N
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA HUKUM Pada
Bagian Hukum Keperdataan Jurusan Perdata Ekonomi
Fakultas Hukum Universitas Lampung
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2013
Judul Skripsi :PERLINDUNGAN
HUKUM TERHADAP
KONSUMEN LISTRIK AKIBAT KESALAHAN PENGUKURAN JUMLAH PEMAKAIAN ARUS
LISTRIK Studi Pada PT PLN Persero Wilayah Lampung Area Tanjung Karang Rayon Karang
Nama Mahasiswa : Adi Sutomo N
Nomor Pokok Mahasiswa : 0912011090 Bagian
: Hukum Keperdataan Fakultas
: Hukum
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
Lindati Dwiatin, S.H., M.Hum. Ahmad Zazili, S.H., M.H.
NIP 19600421 198603 2 001 NIP 19740413 20050110 001
2. Ketua Bagian Hukum Keperdataan
Dr. Wahyu Sasongko, S.H., M.Hum.
NIP 19580527 198403 1 001
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji Ketua
: Lindati Dwiatin, S.H., M.Hum.
……..………..
Sekertaris : Ahmad Zazili, S.H., M.H.
……….……..
Penguji Bukan Pembimbing
: Nilla Nargis, S.H., M.Hum.
………………
2. Dekan Fakultas Hukum
Dr. Heryandi, S.H., M.S. NIP 19621109 198703 1 003
Tanggal Lulus Ujian Skripsi: 05 Februari 2013
RIWAYAT HIDUP
Adi Sutomo Nainggolan dilahirkan di desa Sijarango, Kecamatan Pakkat, Kabupaten Humbang Hasunduntan,
Sumatera Utara pada tanggal 17 Februari 1990, sebagai anak ke delapan dari delapan bersaudara dari pasangan Alm.
Bapak Sana Nainggolan dan Ibu Renti Br. Sihotang.
Riwayat pendidikan dimulai dari Sekolah Dasar SD Negeri Desa Sijarango diselesaikan pada tahun 2002, Sekolah Menengah Pertama SMP Negeri 1
Pakkat diselesaikan pada tahun 2005, Sekolah Menengah Atas SMA Negeri 1 Pakkat diselesaikan pada tahun 2008, kemudian pada tahun 2009, penulis terdaftar
sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri SNMPTN.
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam berbagai kegiatan dan organisasi kemahasiswaan,yaitu:
1. Ketua Delegasi Pusat Studi Bantuan Hukum Fakultas Hukum Universitas
Lampung dalam Kompetisi Peradilan Semu Tingkat Nasional Piala Mutiara Djokosoetono Fakultas Hukum Universitas Indonesia pada tahun 2009
2. Anggota Tetap Pusat Studi Bantuan Hukum Fakultas Hukum Universitas
pada tahun 2010-2011
3. Kepala Bagian Internal Pusat Studi Bantuan Hukum Fakultas Hukum
Universitas Lampung pada tahun 2011-2012 4.
Sekretaris Bidang Kesekretariatan Himpunan Mahasiswa Perdata pada tahun 2011-212
Pada tahun 2012 penulis telah melakukan Kuliah Kerja Nyata KKN Tematik di Desa Kedaton, Kecamatan Kasui, Kabupaten Way Kanan, Provinsi lampung.
Sebagai mahasiswa penulis juga selalu berusaha untuk membagi waktu dengan baik agar semua kegiatan dapat berjalan dengan baik, sehingga penulis mampu
menyelesaikan studi dengan tepat waktu dan menyelesaikan penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas
Hukum Universitas Lampung.
MOTTO
“Janganlah Pandang Dirimu Apa Adanya, Akan Tetapi Pandanglah Dirimu Bisa Jadinya Apa”
Mario Teguh
“Bukan Kebahagiaan Yang Membuat Kita Bersyukur, Akan Tetapi Dengan Bersyukurlah Maka Kita Bahagia”
Ibunda Renti Br. Sihotang
PERSEMBAHAN
Semua yang telah kudapat tidak pernah lepas dari rasa syukur kepada
TUHAN YESUS KRISTUS
maka dengan tulus dan ikhlas serta dengan kerendahan hati kupersembahkan skripsi ini kepada kedua orangtuaku:
Alm. Ayahanda Sana Nainggolan dan
Ibunda Renti Br. Sihotang
Terimakasih untuk setiap pengorbanan, kesabaran, dan kasih sayang, serta doa yang tulus demi kesuksesanku.
Kupersembahkan juga sebagai wujud penghargaan setinggi-tingginya kepada:
Abang Jentro Nainggolan
Atas dukungan doa dan materi kepada penulis dalam menyelesaiakan studi di Fakultas Hukum Universitas Lampung.
SANWACANA
Segala Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan karunia kehidupan bagi penulis, pada akhirnya penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana hukum pada Bagian Hukum Keperdataan Jurusan
Perdata Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Lampung.
Selama penyusunan skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Listrik Dalam Pengukuran Jumlah Pemakaian Arus Listrik Studi
Pada PT PLN Persero Wilayah Lampung Area Tanjung Karang Rayon Karang” Penulis telah banyak mendapatkan bantuan dan masukan dari berbagai
pihak, baik secara langsung, maupun tidak langsung. Untuk itu penulis menyampaikan penghargaan, penghormatan, dan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada yang terhormat: 1.
Bapak Dr. Heryandi, S.H., M.S., Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung;
2. Bapak Dr. Wahyu Sasongko, S.H., M.H., Ketua Bagian Hukum Keperdataan
Fakultas Hukum Universitas Lampung;
3. Ibu Lindati Dwiatin, S.H., M.Hum., Pembimbing I Skripsi atas kesediaanya
untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;
4. Bapak Ahmad Zazili, S,H., M.H., Pembimbing II Skripsi atas kesediaanya
untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;
5. Ibu Nilla Nargis, S.H., M.Hum., Pembahas I Skripsi yang telah memberikan
masukan dan saran dalam proses penyelesaian skripsi ini; 6.
Ibu Kasmawati, S.H., M.Hum., Pembahas II Skripsi yang telah memberikan masukan dan saran dalam proses penyelesaian skripsi ini;
7. Ibu Aprilianti, S.H., M.Hum., Sekretaris Bagian Hukum Keperdataan
Fakultas Hukum Universitas Lampung; 8.
Bapak Heni Siswanto, S.H., M.Hum., Pembimbing Akademik yang telah memberikan arahan, dan masukan selama menjalani studi di Fakultas Hukum
Universitas Lampung; 9.
Bapak dan Ibu Dosen, Staf dan Karyawan di Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah banyak membantu penulis selama mengikuti perkuliahan
di Fakultas Hukum Universitas Lampung; 10. Bapak Nova Sagita, Manager PT PLN Persero Wilayah Lampung Area
Tanjung Karang Rayon Karang yang telah membantu penulis dalam mengumpulkan data-data dan informasi untuk penyusunan skripsi ini;
11. Seluruh Karyawan PT PLN Persero yang telah membantu penulis dalam mengumpulkan data-data dan informasi untuk penyusunan skripsi ini;
12. Keluarga Besar Op. Eldinar NainggolanBr Sihotang, yaitu : Buat Ibunda Tersayang Renti Br. Sihotang; Abangku Sarli dan keluarga, Itoku Risna dan
keluarga, Abangku Anno dan keluarga, Abangku Asrin dan Keluarga, Abangku Jentro dan keluarga, Abangku Dapot, Itoku Rotua, yang telah
memberikan semangat dan dukungan moril dan materil, senyum, semangat serta kasih sayang yang selalu menemani perjuangan penulis menuju masa
depan yang lebih baik.yang selalu mendoakan dan memberikan motivasi bagi penulis;
13. Riris Yuli Valentine Br. Sinaga, someone special yang selalu memberikan dukungan Doa dan semangat dalam penyusunan skripsi ini;
14. Teman-teman koskosan dan teman seperjuangan yang selalu memberikan dukungan dan semangat bagi penulis, yaitu: Ervan; Fedrian; Yoga; Holdin;
Yayang; Soma; Ryan; Adit; Gusti; 15. Seluruh teman-temanku di Fakultas Hukum Universitas Lampung.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan, akan tetapi semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua, dan
semoga segala kebaikan dan bantuan yang diberikan semua pihak kepada penulis mendapat imbalan dari Tuhan Yang Maha Esa, Amin.
Bandar Lampung, Februari 2013
Penulis,
Adi Sutomo Nainggolan
I. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Hak dan perlindungan konsumen merupakan salah satu hal yang menarik untuk dibahas,
karena sampai sekarang ini masih banyak kasus yang timbul mengenai perlindungan terhadap konsumen, dan tidak terselesaikan dengan baik, tindakan pelaku usaha yang mengabaikan
kepentingan konsumennya yang menyebabkan kerugian bagi pihak konsumen, serta pemerintah juga masih belum secara optimal untuk memberikan pelayanan kepada
masyarakat dalam menyikapi masalah perlindungan terhadap konsumen, padahal kita dapat melihat bahwa perlindungan hukum terhadap konsumen sangatlah penting diberikan
pemerintah dan pihak pelaku usaha. Di Indonesia perlindungan terhadap konsumen baru mulai pada tahun 1970-an, hal ini
terutama sekali ditandai dengan lahirnya Yayasan Lembaga Konsumen YLK bulan Mei tahun 1973. Secara historis pada awalnya yayasan ini muncul berkaitan dengan rasa mawas
diri terhadap promosi untuk memperlancar barang-barang dalam negeri. Atas desakan dari masyarakat, kegiatan promosi ini harus diimbangi dengan langkah-langkah pengawasan, agar
masyarakat tidak dirugikan dan kualitas barang danatau jasa yang ditawarkan terjamin, yang pada akhirnya tanggal 20 April tahun1999 lahirlah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen, selanjutnya disebut UUPK. UUPK mulai efektif berlaku pada 20 April 2000, apabila dicermati muatan materi UUPK
cukup banyak mengatur perilaku pelaku usaha mengingat kerugian yang diderita konsumen barang atau jasa acapkali merupakan akibat perilaku pelaku usaha, sehingga wajar apabila
terdapat tuntutan agar perilaku pelaku usaha tersebut diatur, dan pelanggaran terhadap peraturan tersebut dikenakan sanksi yang setimpal. Perilaku pelaku usaha dalam melakukan
strategi untuk mengembangkan bisnisnya inilah yang seringkali menimbulkan kerugian bagi konsumen.
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi IPTEK, meningkatnya tingkat pendidikan,
serta meningkatnya daya kritis masyarakat, maka dalam masa yang demikian, pelaku usaha tidak mungkin lagi mempertahankan strategi bisnisnya yang lama, dengan resiko barang atau
jasa yang ditawarkan tidak akan laku di pasaran. Pelaku usaha kemudian mengubah strategi bisnisnya ke arah pemenuhan kebutuhan, selera dan daya beli pasar.
1
Pada masa ini pelaku usahalah yang harus waspada dalam memenuhi barang atau jasa untuk konsumen, dalam
konteks ini pelaku usaha dituntut untuk menghasilkan barang-barang yang kompetitif terutama dari segi mutu, jumlah dan keamanan.
UUPK menyebutkan bahwa perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen, kemudian pada
penjelasan UUPK menyatakan bahwa peranti hukum yang melindungi konsumen tidak dimaksudkan untuk mematikan upaya para pelaku usaha, tetapi justru sebaliknya, sebab
perlindungan konsumen dapat mendorong kegiatan usaha yang sehat, serta lahirnya perusahaan yang tangguh dalam menghadapi persaingan melalui penyediaan barang danatau
jasa yang berkualitas. UUPK ini mengacu pada filosofi pembangunan yang pada dasarnya termasuk pembangunan hukum yang memberikan perlindungan terhadap konsumen dalam
rangka membangun manusia seutuhnya yang berlandaskan pada filosofi kenegaraan republik Indonesia, yaitu Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1
Johannes Gunawan, Tanggungjawab Pelaku Usaha Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, Yayasan Pengembangan Hukum Bisnis, Jurnal Hukum Bisnis, Vol. 8 Tahun
1999, Jakarta, Hlm. 44
1945. Selain itu, dalam Burgerlijk Wetboek atau Kitab Undang-Undang Hukum Perdata KUH Pdt juga terdapat ketentuan yang bertendensi melindungi konsumen, seperti dalam
beberapa Pasal Buku III, Bab IV, Bagian II yang dimulai dari Pasal 1365. Masalah hak dan perlindungan konsumen maka kita diharapkan dapat lebih memahami apa
sebenarnya yang dikatakan perlindungan hukum terhadap konsumen. Pihak konsumen selama ini masih banyak yang tidak mengerti apa saja yang menjadi hak dan kewajiban yang harus
mereka dapatkan atau berikan pada pelaku usaha yang menjual jasa atau bentuk pelayanan lainnya, dalam hal ini pemerintah mempunyai peran dalam memberikan sanksi tegas terhadap
pelaku usaha yang tidak mematuhi peraturan dalam menjalankan kegiatan usahanya, kemudian pemerintah diharapkan lebih memperhatikan hak dan kewajiban konsumen, oleh
karena itu masalah perlindungan terhadap konsumen tidak saja menjadi tanggung jawab penjual barang danatau jasa tetapi merupakan tanggung jawab pemerintah sebagai pemberi
pelayanan terhadap masyarakat. Pemenuhan kebutuhan tenaga listrik di Negara Kesatuan Republik Indonesia dilaksanakan
oleh PT Perusahaan Listrik Negara Persero yang merupakan Badan Usaha Milik Negara yang bertanggungjawab menyediakan pelayanan listrik kepada masyarakat sebagai konsumen
yang membutuhkan ketersediaan tenaga listrik. Tenaga listrik memiliki peran penting dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mendorong kegiatan ekonomi. Berdasarkan
Pasal 33 UUD 1945, listrik merupakan salah satu hajat hidup orang banyak, oleh karena itu dalam Undang-Undang Nomor 30 tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan selanjutnya disebut
Undang-Undang Ketenagalistrikan menyebutkan bahwa usaha penyediaan tenaga listrik dikuasai negara yang penyelenggaraannya dilakukan oleh Pemerintah dan Pemerintah
Daerah. Penyediaan tenaga listrik perlu terus ditingkatkan sejalan dengan perkembangan pembangunan agar tersedia tenaga listrik dalam jumlah yang cukup, merata, dan bermutu.
Pelayanan PT PLN Persero kepada konsumen masih belum maksimal dikarenakan masih
terdapat beberapa masalah kelistrikan yang dialami oleh konsumen yang menyebabkan kerugian yang diderita konsumen seperti kesalahan pencatatan tagihan rekening listrik,
antrian panjang dalam membayar rekening, sikap petugas dalam melayani, voltase naik turun berakibat rusaknya alat-alat elektronik rumah tangga, dan pemadaman listrik secara
sepihak, sehingga perlu adanya perlindungan hukum terhadap konsumen listrik. Perlindungan konsumen itu merupakan hak setiap konsumen dan yang diatur dalam peraturan perundang-
undangan. Sistem pembayaran listrik yang dilakukan di Indonesia adalah dengan menghitung daya yang
terpakai, baik dengan system Pascabayar maupun Prabayar. Pengukuran daya yang terpakai dilakukan seorang petugas untuk suatu daerah tertentu, yang datang dari rumah ke rumah,
bertugas untuk mencatat nilai yang tertera pada KWh Meter tiap bulannya. Setelah itu pemilik rumah harus membayar listrik pada tempat-tempat pembayaran listrik yang telah
ditentukan, atau melalui fasilitas yang disediakan oleh bank misalnya melalui ATM. Sistem ini dikenal dengan sistem pascabayar. Sistem Prabayar atau listrik pintar, pelanggan
mengeluarkan uangbiaya lebih dahulu untuk membeli energi listrik yang akan dikonsumsinya. Besar energi listrik yang telah dibeli oleh pelanggan dimasukkan ke dalam
Meter Prabayar MPB yang terpasang dilokasi Pelanggan melalui sistem ‘token’ pulsa atau stroom
Sistem pembayaran dengan Pascabayar, khususnya untuk pembayaran listrik di mana
pembayar langsung datang ke tempat pembayaran, memiliki beberapa kelemahan, antara lain kemungkinan adanya tunggakan listrik ataupun konsumen yang merasa tidak nyaman karena
harus meng-antri sekian lama. Konsumen sebagai pengguna tenaga listrik yang merasa dirugikan akibat tidak jelasnya perlindungan terhadap mereka, salah satu penyebabnya
dikarenakan oleh lemahnya hukum dan perlindungan terhadap konsumen, selain itu juga pihak konsumen yang merasa dirugikan tidak pernah melapor kepada pihak yang terkait atau
pihak yang berwenang terhadap kerugian yang dideritanya, seperti isu konsumen yang sangat menarik saat ini adalah soal sering terjadinya kesalahan pencatatan tagihan rekening listrik
dimana terdapat ketidaksesuaian jumlah pemakaian arus listrik yang tertera pada KWh Meter dengan jumlah pemakaian arus listrik yang tertera pada tagihan rekening listrik, sehingga
konsumen listrik sering mengalami melonjaknya jumlah pembayaran rekening listrik yang dimilikinya.
Melonjaknya jumlah pembayaran rekening listrik tersebut adalah sangat tidak adil bagi
konsumen listrik apabila tidak sesuai dengan pemakaian yang mereka pakai dengan pembayaran yang harus mereka bayar. Secara umum yang menimbulkan permasalahan ini
adalah kesalahan dalam mencatat jumlah pemakaian arus listrik pada KWh meter yang ada pada konsumen listrik. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang
Ketenagalistrikan menyebutkan dengan jelas bahwa PT PLN Persero sebagai pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik seharusnya wajib memberikan pelayanan yang sebaik-
baiknya kepada konsumen dan masyarakat. Pengukuran jumlah pemakaian arus listrik dilakukan dengan menggunakan alat ukur
pemakaian arus listrik yang biasanya disebut KWh Meter yang ada pada bangunan atau rumah yang menggunakan listrik. Pada KWh Meter ini akan terdapat Stand Awal dan Stand
Akhir yang selisih antara keduanya adalah yang disebut jumlah pemakaian yakni dalam satuan KWh, dimana jumlah pemakaian ini akan dikalikan dengan tarif per KWh. Pencatatan
meter pada umumnya dilakukan oleh petugas dengan cara manual, yaitu menuliskan hasil pembacaan KWh Meter ke dalam Daftar Pembacaan Meter DPM, cara seperti ini membawa
resiko terjadinya kesalahan akibat salah tulis, apabila petugas melakukan pencatatan meter
melakukan penyalinan atau pemindahan catatan dari daftar yang satu ke daftar yang lain, pada kenyataannya sering terjadi kesalahan pencatatan jumlah pemakaian arus listrik yang
terdapat pada Stand Akhir oleh petugas pengukur Perusahaan Listrik Negara PLN. Konsumen yang dirugikan dalam pengukuran jumlah pemakaian arus listrik tidak mengetahui
bagaimana dan kemana harus melapor atau tidak memperoleh informasi bagaimana perlindungan hukum yang harus didapatkannya sesuai aturan perundang-undangan.
Listrik Pintar atau yang lebih sering disebut listrik Prabayar adalah layanan terbaru dari PLN
dengan berbagai kelebihan dalam mengatur penggunaan energi listrik melalui meter elektronik prabayar. Inovasi termutakhir yang berorientasi pada kenyamanan pelanggan ini
merupakan wujud penghargaan kepada pelanggan PLN, sehingga dengan sistem prabayar maka akan lebih leluasa dalam mengendalikan pemakaian listrik yang disesuaikan dengan
kebutuhan dan keinginan penggunanya. Penghitungan KWh Meter Listrik Prabayar sama saja dengan KWh Meter Pascabayar atau Analog karena telah melalui tahap standarisasi Tera
tidak lebih mahal dan harga RpkWh Listrik Prabayar sudah diatur dalam Tarif Dasar Listrik 2010 yang dikeluarkan oleh Menteri ESDM No. : 07 Tahun 2010 Tentang Tarif
Tenaga Listrik Yang Disediakan Oleh Perusahaan Perseroan Persero PT Perusahaan Listrik Negara.
Penggunaan listrik dan sistem prabayar akan lebih menguntungkan konsumen, karena system
prabayar memberikan kemudahan dalam penggunaan tenaga listrik yang bermutu dan terus menerus. Sistem prabayar memberikan banyak keuntungan bagi konsumennya seperti,
pemakaian listrik lebih terkendali, tanpa ada sanksi pemutusan, tidak dikenakan denda keterlambatan, tanpa uang jaminan pelanggan, privasi tidak terganggu, tidak dikenakan biaya
beban bulanan, kemudahan pembelian pulsa, pembelian disesuaikan kemampuan, dan tanpa
ada pencatatan meter sehingga tidak akan terjadi kesalahan pengukuran jumlah pemakaian arus listrik.
Permasalahan dalam kesalahan pengukuran atau pencatatan jumlah pemakaian arus listrik
yang mana sering menimbulkan kesalahan jumlah pembayaran tagihan rekening listrik, maka PT PLN seharusnya memahami tuntutan konsumen dan meningkatkan mutu pelayanan
terhadap konsumen. Kesalahan pengukuran ini terjadi pada penggunaan tenaga listrik dengan system pascabayar, sehingga penulis akan memfokuskan penelitian pada pengukuran jumlah
pemakaian arus listrik dengan system pascabayar. Berdasarkan latar belakang tersebut yang dihubungkan dengan data di tengah-tengah
masyarakat, penulis tertarik untuk membahas masalah tersebut untuk dijadikan sebuah bahan kajian yang berbentuk skripsi dengan judul:
“Perlindungan Hukum terhadap Konsumen Listrik Akibat Kesalahan Pengukuran Jumlah Pemakaian Arus Listrik Studi pada PT
PLN Persero Wilayah Lampung Area Tanjung Karang Rayon Karang”. B.
Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka yang menjadi rumusan masalah adalah:
Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap konsumen listrik akibat kesalahan pengukuran jumlah pemakaian arus listrik?
Pokok bahasannya adalah:
1. Hak dan kewajiban konsumen listrik dan PT PLN Persero sebagai pemegang izin usaha
penyediaan tenaga listrik berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan;
2. Mekanisme pengukuran jumlah pemakaian arus listrik oleh PT PLN Persero;
3. Tanggung jawab PT PLN Persero terhadap konsumen listrik yang dirugikan akibat
kesalahan pengukuran jumlah pemakaian arus listrik. Ruang lingkup penelitian ini meliputi ruang lingkup pembahasan dan ruang lingkup bidang
ilmu. Ruang lingkup pembahasan adalah perlindungan hukum terhadap konsumen listrik akibat kesalahan pengukuran jumlah pemakaian arus listrik, sedangkan ruang lingkup bidang
ilmu adalah Hukum Keperdataan Ekonomi khususnya Hukum Perlindungan Konsumen.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan hak dan kewajiban konsumen listrik dan PT PLN Persero sebagai
pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan;
2. Mendeskripsikan bagaimana mekanisme pengukuran jumlah pemakaian arus listrik oleh
PT PLN Persero; 3.
Mendeskripsikan bagaimana tanggung jawab PT PLN Persero terhadap konsumen listrik yang dirugikan akibat kesalahan pengukuran jumlah pemakaian arus listrik.
D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan input baik secara teoritis maupun
secara praktis:
1. Secara teoritis hasil penelitian ini akan memberikan sumbang saran dalam ilmu
pengetahuan hukum, khususnya mengenai perlindungan hukum terhadap konsumen listrik dalam pengukuran jumlah pemakaian arus listrik.
2. Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan akan:
a. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis dan masyarakat luas sebagai
konsumen listrik mengenai perlindungan hukum terhadap konsumen listrik akibat kesalahan pengukuran jumlah pemakaian arus listrik;
b. Sebagai bahan rujukan bagi PT PLN Persero sebagai Perusahan Listrik Negara
yang meyediakan tenaga listrik untuk memperhatikan serta meningkatkan pelayanannya kepada konsumen listrik.
c. Memperoleh data dan informasi secara lebih jelas dan lengkap sebagai bahan untuk
menyusun penulisan hukum guna melengkapi persyaratan dalam mencapai gelar kesarjanaan di bidang Ilmu Hukum Universitas Lampung.
I. TINJAUAN PUSTAKA
A. Perlindungan Hukum Konsumen
1.
Perlindungan Hukum
Perlindungan hukum menurut tata Bahasa Indonesia terdiri dari dua kata, yaitu perlindungan
dan hukum. Perlindungan berasal dari kata dasar lindung, jika diberi awalan me- dan akhiran -i sehingga menjadi kata melindungi maka memiliki arti menjaga, merawat, memelihara,
lebih jauh jika kata dasar lindung diberikan awalan pe- dan akhiran -an, sehingga menjadi kata perlindungan yang memiliki arti perbuatan untuk melindungi, yaitu menjaga, merawat
dan memelihara. Dalam mencari pengertian hukum, hampir semua ahli hukum yang memberikan definisi
hukum jawabannya pun berbeda, hal ini setidak-tidaknya untuk sebagian dapat diterangkan oleh banyaknya segi dan bentuk, serta kebesaran hukum, sehingga tidak mungkin orang
menyatukan dalam satu rumus secara memuaskan. Pemaknaan kata perlindungan konsumen secara kebahasaan mencakup unsur-unsur, yaitu: 1 unsur tindakan melindungi; 2 unsur
pihak-pihak yang melindungi; dan 3 unsur cara-cara melindungi, dengan demikian, kata perlindungan mengandung makna, yaitu suatu tindakan perlindungan atau tindakan
melindungi pihak-pihak tertentu yang ditujukan untuk pihak tertentu dengan menggunakan cara-cara tertentu.
1
1
Wahyu Sasongko, 2007, Ketentuan-Ketentuan Pokok Hukum Perlindungan Konsumen, Penerbit UNILA, Bandar Lampung, Hlm. 30
Perlindungan hukum dapat diartikan sebagai perlindungan oleh hukum atau perlindungan dengan menggunakan pranata dan sarana hukum. Hukum dalam memberikan perlindungan
dapat melalui cara-cara tertentu, yaitu dengan: a.
Membuat Peraturan by giving regulation, bertujuan untuk: 1.
Memberikan hak dan kewajiban; 2.
Menjamin hak-hak para subyek hukum. b.
Menegakkan peraturan by law enforcement, melalui: 1.
Hukum administrasi negara yang berfungsi untuk mencegah preventif terjadinya pelanggaran hak-hak konsumen pengguna tenaga listrik, dengan perjanjian dan
pengawasan; 2.
Hukum pidana yang berfungsi untuk menanggulangi repressive pelanggaran hak- hak konsumen listrik, dengan mengenakan sanksi pidana dan hukuman;
3. Hukum perdata berfungsi untuk memulihkan hak curative; recovery; remedy,
dengan membayar kompensasi atau ganti kerugian.
2
Berdasarkan pengertian tersebut, maka yang dimaksud perlindungan hukum adalah cara atau perbuatan untuk melindungi para pihak untuk mencegah adanya pelanggaran yang merugikan
pihak-pihak, namun demikian, dalam penelitian ini hanya akan mengkaji perlindungan hukum terhadap konsumen listrik dalam pengukuran jumlah pemakaian arus listrik.
2. Perlindungan Konsumen
Setiap orang atau individu pada dasarnya merupakan konsumen atas barang danatau jasa
yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya, oleh karena itu jumlah konsumen sangat banyak dan mencakup seluruh lapisan masyarakat. Menyadari akan hal itu sudah
sewajarnya dan wajib hukumnya apabila konsumen tersebut diberikan perlindungan terhadap
2
Ibid, Hlm. 31
perilaku-perilaku dari pihak-pihak tertentu yang akan merugikan konsumen. Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 1 UUPK menyatakan bahwa perlindungan konsumen adalah segala
upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen.
Upaya untuk menjamin adanya kepastian hukum bagi para pihak-pihak baik konsumen atau
pelaku usaha dirasakan sangat penting sehingga hak dan kewajiban pihak-pihak dapat dilindungi dalam hal ini pelaku usaha dan konsumen mentaati hukum dan memperoleh
keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen. Perlindungan konsumen ditujukan kepada konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh haknya dan melaksanakan
kewajibannya secara adil.
3. Asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen
Secara umum semangat perlindungan konsumen di Indonesia adalah untukk mendukung
pembangunan Indonesia terutama dari segi ekonomi yang seimbang dan adil, untuk mencapai semangat tersebut perlindungan konsumen dilaksanakan berdasarkan asas-asas sebagaimana
dijelaskan pada Pasal 2 UUPK, yaitu: a.
Asas manfaat, dimaksudkan agar penyelenggaraan perlindungan konsumen harus memeberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha
secara keseluruhan; b.
Asas keadilan, maksudnya adalah agar partisipasi seluruh rakyat dapat diwujudkan secara maksimal dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku usaha untuk
memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya secara adil; c.
Asas keseimbangan, berguna untuk memberikan keseimbagan antara kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti materiil maupun spiritual;
d. Asas keamanan dan keselamatan konsumen, untuk memberikan jaminan atas keamanan
dan keselamatan konsumen dalam penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatn barang dan atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan;
e. Asas kepastian hukum, bertujuan agar pelaku usaha dan konsumen mentaati hukum dan
memperoleh keadilan dalam penyelengaraan perlindungan konsumen, serta negara menjamin kepastian hukum.
Pasal 3 UUPK juga menyatakan bahwa perlindungan konsumen memiliki tujuan, diantaranya:
1. meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi
diri; 2.
mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari akses negatif pemakaian barang danatau jasa;
3. meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan menuntut hak-
haknya sebagai konsumen; 4.
menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi;
5. menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen
sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha; 6.
meningkatkan kualitas barang danatau jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksibarang danatau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan
konsumen.
B. Konsumen dan Pelaku Usaha
1. Konsumen
a. Pengertian Konsumen
Konsumen adalah setiap pengguna barang danatau jasa untuk kebutuhan diri sendiri, keluarga atau rumah tangga dan tidak untuk meproduksi atau memperdagangkan kembali
barang danatau jasa tersebut, yang disebut sebagai konsumen akhir.
3
Konsumen yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah setiap pengguna arus listrik yang disebut dengan
konsumen listrik. Berdasarkan Pasal 1 angka 2 UUPK dikatakan bahwa konsumen adalah setiap orang pemakai barang danatau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi
kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.
b. Hak dan Kewajiban Konsumen
Hak-hak konsumen pertama kali dicetuskan oleh Presiden Amerika Serikat John F.Kennedy dalam pidatonya di hadapan Kongres Amerika Serikat pada tanggal 15 Maret 1962. Dalam
Pidatonya yang berjudul Protecting the Customer Interest itu, presiden John F. Kennedy menyatakan ada 4 empat hak konsumen, yaitu:
1 hak untuk memperoleh keselamatan the right to safety;
2 hak untuk diberitahu the right to be informed;
3 hak untuk memilih the right to choose; dan
4 hak untuk didengar the right to be heard.
4
Berdasarkan Pasal 4 UUPK, hak konsumen adalah: a.
hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang danatau jasa;
b. hak untuk memilih barang danatau jasa serta mendapatkan barang danatau jasa tersebut
sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;
3
Az. Nasution, 1995, Konsumen dan Hukum Tinjauan Sosial, Ekonomi dan Hukum pada Perlindungan Konsumen Indonesia, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, Hlm. 37
4
Wahyu Sasongko, op. cit: Hlm.20
c. hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang
danatau jasa; d.
hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang danatau jasa yang digunakan; e.
hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut;
f. hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;
g. hak unduk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;
h. hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi danatau penggantian, apabila barang
danatau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;
i. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundangundangan lainnya.
Berdasarkan Pasal 5 UUPK, kewajiban konsumen adalah: 1.
membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang danatau jasa, demi keamanan dan keselamatan;
2. beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang danatau jasa;
3. membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;
4. mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut.
2. Pelaku Usaha
a. Pengertian Pelaku Usaha