Penggunaan Lengkung Transpalatal dalam Perawatan Ortodonti

(1)

PENGGUNAAN LENGKUNG TRANSPALATAL

DALAM PERAWATAN ORTODONTI

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh : RATNA DEWI NIM : 050600047

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Ortodonti Tahun 2010

Ratna Dewi

Penggunaan Lengkung Transpalatal dalam Perawatan Ortodonti ix + 35 halaman

Beberapa tahun terakhir perkembangan ilmu kedokteran gigi sangatlah pesat terutama pada alat dan teknik perawatan ortodonti. Pada perawatan ortodonti ada beberapa cara untuk mencegah pergerakan gigi yang tidak diinginkan, salah satunya adalah penggunaan lengkung transpalatal.

Lengkung transpalatal adalah suatu alat yang terbuat dari kawat berbahan stainless steel berukuran 0,9 mm (0,036 inch) dengan atau tanpa loop. Lengkung transpalatal dipasang melintang pada palatum yang menghubungkan molar pertama maksila kanan dan kiri. Pada penggunaannya, terdapat indikasi dan kontra indikasi yang harus diperhatikan agar tujuan penggunaannya dapat berhasil. Lengkung transpalatal digunakan untuk menambah fungsi penjangkaran dan dapat juga digunakan untuk mengoreksi maloklusi.

Lengkung transpalatal pertama kali diperkenalkan oleh Goshgarian GA, yang kemudian dimodifikasi oleh Zachrisson BU. Penambahan implant juga dapat dilakukan untuk mendapatkan fungsi penjangkaran yang maksimal.


(3)

Proses pembuatan dan pemasangan lengkung transpalatal mudah dilakukan. Aktivasi lengkung transpalatal juga perlu dilakukan agar alat berfungsi selain sebagai penjangkar juga dapat digunakan untuk mengoreksi maloklusi.


(4)

LEMBAR PENGESAHAN

SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI UNTUK DISEMINARKAN PADA TANGGAL 22 JANUARI 2010

Oleh :

Pembimbing

(Nurhayati Harahap,drg.,Sp.Ort) NIP. 19481230 197802 2 002

Mengetahui,

Ketua Departemen Ortodonti Universitas Sumatera Utara

(Erna Sulistyawati,drg.,Sp.Ort) NIP. 195402120 198102 2 001


(5)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi Berjudu l

PENGGUNAAN LENGKUNG TRANSPALATAL DALAM PERAWATAN ORTODONTI

Yang dipersiapkan dan disusun oleh :

050600047 RATNA DEWI

Telah Dipertahankan Di Depan Tim Penguji Pada Tanggal 22 Januari 2010 Dan Dinyatakan

Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima

Susunan Tim Penguji Skripsi Ketua Penguji

Nurhayati Harahap,drg.,Sp.Ort NIP. 19481230 197802 2 002

Anggota Tim Penguji

Muslim Yusuf,drg.,Sp.Ort Siti Bahirah,drg

NIP. 19580828 198803 1 002 NIP. 19771116 20021 2 002

Medan, 25 Januari 2010 Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ortodonti Ketua


(6)

KATA PENGANTAR

Pertama-tama, puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan kasih dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penggunaan lengkung transpalatal dalam perawatan ortodonti” yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana kedokteran gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini telah banyak menerima bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis ingin menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Nurhayati Harahap, drg., Sp.Ort(K), selaku dosen pembimbing skripsi atas arahan, bimbingan dan kesabaran yang diberikannya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Penulis juga mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua tercinta, Ayahanda Cho Kiang dan Ibunda Dewi atas segala doa, semangat dan kasih sayang serta dukungan moril dan materiil yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan S1 dengan baik.

Selanjutnya, secara khusus penulis juga ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Ismet Danial Nasution, drg., PhD., Sp.Pros(K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Erna Sulistyawati, drg., Sp.Ort selaku Ketua Departemen Ortodonti

3. Muslim Yusuf, drg., Sp.Ort dan Siti Bahirah, drg selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan dalam menyempurnakan skripsi ini.


(7)

4. Tjut Rostina, drg., M.Si dan Siti Chadidjah AZ, drg selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama masa perkuliahan.

5. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara terutama di Departemen Ortodonti.

6. Teman-teman seangkatan yang selalu memberikan bantuan dan semangat kepada penulis, terutama kepada Ivna Pramita, Meilysa, Dina Amrina Raz, Puspa Simanungkalit, dan yang lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam penulisan skripsi ini, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan.

Akhir kata, penulis mengharapkan skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan disiplin ilmu di Fakultas Kedokteran Gigi khususnya Departemen Ortodonti.

Medan, 18 Januari 2010 Penulis

( Ratna Dewi ) NIM. 050600047


(8)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL………...

LEMBAR PENGESAHAN……….…….….

LEMBAR PERSETUJUAN……….…...

KATA PENGANTAR………... iv

DAFTAR ISI………... vi

DAFTAR GAMBAR……….………... viii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Tujuan... 2

1.3 Permasalahan... 2

1.4 Ruang lingkup... 2

BAB 2 LENGKUNG TRANSPALATAL 2.1 Pengertian... 3

2.2 Indikasi dan Kontra indikasi 2.2.1 Indikasi... 4

2.2.1.1 Stabilisasi dan penjangkaran... 4

2.2.1.2 Mengoreksi maloklusi... 8

2.2.1.2.1 Mengoreksi rotasi molar... 8

2.2.1.2.2 Distalisasi molar... 9

2.2.1.2.3 Pergerakan molar tambahan... 10

2.2.2 Kontra indikasi... 10

2.2.2.1 Maloklusi Klas II dengan kehilangan premolar pertama atas... 10

2.2.2.2 Maloklusi Klas III non bedah... 10

2.2.2.3 Alergi... 11

2.3 Kerugian... 11

BAB 3 MACAM-MACAM LENGKUNG TRANSPALATAL 3.1 Lengkung transpalatal Goshgarian... 12

3.2 Lengkung transpalatal Zachrisson... 13


(9)

BAB 4 PEMBUATAN DAN PEMASANGAN

4.1 Komponen... 19

4.2 Cara Pembuatan... 19

4.2.1 Lengkung transpalatal cekat... 20

4.2.2 Lengkung transpalatal lepas... 22

4.3 Cara aktivasi dan pelepasan... 25

4.3.1 Cara aktivasi lengkung transpalatal... 26

4.3.1.1 Aktivasi inisial... 26

4.3.1.2 Aktivasi lanjutan... 28

4.3.2 Cara pelepasan lengkung transpalatal... 30

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN... 5.1 Kesimpulan... 31

5.2 Saran... 32


(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Lengkung transpalatal……….. 4

2. Evaluasi posisi molar………...………... 5

3. Klasifikasi penjangkaran... 7

4. Koreksi rotasi molar... 9

5. Lengkung transpalatal Goshgarian... 13

6. Lengkung transpalatal Zachrisson... 14

7. Lengkung transpalatal implant... 15

8. Pemasangan lengkung transpalatal implant secara langsung... 16

9. Pemasangan lengkung transpalatal implant secara tidak langsung... 18

10. Pembuatan lengkung transpalatal cekat... 21

11. Pembuatan lengkung transpalatal lepas... 24

12. Pembuatan loop midline dengan tang berkaki tiga... 24

13. Penyesuaian kawat dengan kontur palatum... 24

14. Penempatan lengkung transpalatal... 25

15. Adaptasi lengkung transpalatal... 25

16. Tahap akhir pengerjaan... 25

17. Aktivasi inisial lengkung transpalatal... 26

18. Penyesuaian anteroposterior... 27

19. Penyesuaian vertikal... 28


(11)

21. Koreksi inisial rotasi molar... 29 22. Penyesuaian lanjutan... 30


(12)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Ortodonti Tahun 2010

Ratna Dewi

Penggunaan Lengkung Transpalatal dalam Perawatan Ortodonti ix + 35 halaman

Beberapa tahun terakhir perkembangan ilmu kedokteran gigi sangatlah pesat terutama pada alat dan teknik perawatan ortodonti. Pada perawatan ortodonti ada beberapa cara untuk mencegah pergerakan gigi yang tidak diinginkan, salah satunya adalah penggunaan lengkung transpalatal.

Lengkung transpalatal adalah suatu alat yang terbuat dari kawat berbahan stainless steel berukuran 0,9 mm (0,036 inch) dengan atau tanpa loop. Lengkung transpalatal dipasang melintang pada palatum yang menghubungkan molar pertama maksila kanan dan kiri. Pada penggunaannya, terdapat indikasi dan kontra indikasi yang harus diperhatikan agar tujuan penggunaannya dapat berhasil. Lengkung transpalatal digunakan untuk menambah fungsi penjangkaran dan dapat juga digunakan untuk mengoreksi maloklusi.

Lengkung transpalatal pertama kali diperkenalkan oleh Goshgarian GA, yang kemudian dimodifikasi oleh Zachrisson BU. Penambahan implant juga dapat dilakukan untuk mendapatkan fungsi penjangkaran yang maksimal.


(13)

Proses pembuatan dan pemasangan lengkung transpalatal mudah dilakukan. Aktivasi lengkung transpalatal juga perlu dilakukan agar alat berfungsi selain sebagai penjangkar juga dapat digunakan untuk mengoreksi maloklusi.


(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kedokteran gigi, terutama di bidang ortodonti dewasa ini berkembang sangat pesat. Teknik perawatan dan alat-alat baru yang dipublikasikan oleh para ahli untuk menangani ketidakharmonisan oklusi berkembang dengan pesat.1

Perawatan ortodonti adalah suatu perawatan untuk memperoleh oklusi yang normal dan harmonis baik posisi, fungsi maupun estetis dengan menggunakan pesawat ortodonti.2 Pesawat ortodonti yang digunakan dapat berupa pesawat lepas maupun cekat dan dapat dikombinasi dengan beberapa alat yang berfungsi untuk memaksimalkan perawatan.3-10 Salah satu komponen alat yang dapat digunakan untuk memaksimalkan perawatan adalah lengkung transpalatal.2-8,10-20

Lengkung transpalatal pertama kali diperkenalkan oleh Goshgarian RA di Waukegan, Illinois pada tahun 1972.3,11-12 Banyak artikel yang membahas tentang keberhasilan perawatan penggunaan lengkung transpalatal sebagai alat stabilisasi dan penjangkar.3-4,9,11-13,16,18,20-21 Lengkung transpalatal tidak hanya berfungsi sebagai stabilisasi dan penjangkar yang baik, tetapi juga berfungsi untuk mengoreksi maloklusi yang cukup efektif. 2-3,5-8,11-12,14-19 Sejak pertama kali ditemukan sampai saat ini, ada beberapa jenis modifikasi lengkung transpalatal yang dibuat untuk menyesuaikan fungsi dengan anomali-anomali spesifik yang didapat oleh para ahli di klinik.9-13,21-23


(15)

Mengingat fungsi lengkung transpalatal yang sangat baik sebagai penjangkar dan untuk mengoreksi maloklusi, maka perlu menelaah lebih lanjut mengenai pemakaian alat ini dalam perawatan ortodonti.

1.2 Tujuan

Mengetahui dengan jelas pengunaan lengkung transpalatal sebagai penjangkar dan untuk mengoreksi maloklusi dalam perawatan ortodonti.

1.3 Permasalahan

Yang menjadi permasalahan adalah bagaimana penggunaan lengkung transpalatal sebagai penjangkar serta untuk mengoreksi maloklusi dalam perawatan ortodonti.

1.4 Ruang lingkup

Pada tulisan ini akan dibahas tentang penggunaan lengkung transpalatal dalam perawatan ortodonti, yaitu pengertian, indikasi dan kontra indikasi, kerugian, macam-macam lengkung transpalatal, cara pembuatan dan pemasangan serta cara aktivasi dan pelepasan.


(16)

BAB 2

LENGKUNG TRANSPALATAL

Lengkung transpalatal merupakan salah satu alat yang sering digunakan dalam perawatan ortodonti. Lengkung transpalatal juga dapat digunakan untuk mengoreksi berbagai maloklusi. Lengkung transpalatal biasanya dipasang sampai tahap akhir perawatan ortodonti.3-4

2.1 Pengertian

Lengkung transpalatal adalah suatu alat yang terbuat dari kawat stainless steel, ataupun dari bahan alloy yang berdiameter 0,9 mm (0,036 inch).2-4,8,11,15,20 Lengkung ini dipatri pada bagian mesio lingual band molar dan melintang mengikuti kontur palatum yang menghubungkan molar pertama pada kedua sisi.2-4 Letaknya kira-kira 1-2 mm dari mukosa palatum.3,8,10,13,19

Lengkung transpalatal pertama kali diperkenalkan oleh Goshgarian dengan atau tanpa loop (Gambar 1).3,11,15 Terdapat dua tipe lengkung transpalatal, yaitu lengkung transpalatal cekat dan lepas kemudian mengalami variasi desain yang dikembangkan oleh Zachrisson.5,10-11


(17)

a b

Gambar 1. Lengkung transpalatal dengan loop (a)24 dan tanpa loop (b)25

2.2 Indikasi dan Kontra indikasi

Penggunaan lengkung transpalatal memiliki indikasi dan kontra indikasi. Hal ini dapat ditetapkan setelah diagnosa dan penetapan rencana perawatan.

2.2.1 Indikasi

Sesuai dengan tujuan penggunaannya, lengkung transpalatal mempunyai indikasi, antara lain:

2.2.1.1 Stabilisasi dan penjangkaran

Penjangkaran diperoleh dengan menghubungkan kedua molar maksila dengan lengkung transpalatal.3-5,12,16 Stabilisasi dan penjangkaran ini dapat dicapai setelah posisi molar telah dikoreksi.3-4 Evaluasi untuk melihat posisi molar yang baik susunannya dalam rahang dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan menarik garis dari tonjol distobukal gigi molar pertama ke tonjol mesiolingual melintasi gigi kaninus pada sisi berlawanan dan permukaan bukal molar maksila terletak dalam posisi yang sejajar dalam oklusi ideal (Gambar 2).3,10,14


(18)

Lengkung transpalatal menahan kecendrungan molar untuk rotasi ke arah mesial disekitar akar lingual.3,5,11,14-15 Penjangkaran dengan lengkung transpalatal cukup baik, namun pada kasus yang membutuhkan penjangkaran maksimum, penggunaan lengkung transpalatal dapat didukung oleh traksi ekstraoral ataupun dengan bantuan implant yang dipasang pada palatum pasien.3,8-10,13,21

a b

Gambar 2. Evaluasi posisi molar. Garis dari tonjol mesiolingual dan distobukal dari molar ditarik melintasi gigi kaninus di sebelah sisi (a) dan permukaan bukal molar maksila yang sejajar satu sama lain dalam oklusi ideal (b)3

Penjangkaran adalah salah satu aspek terpenting dalam rencana perawatan ortodonti.8-9,13,21 Penjangkaran didefinisikan sebagai perlawanan terhadap pergerakan gigi yang tidak diinginkan dalam menutup ruang bekas pencabutan (Gambar 3a).8,19-20 Kebutuhan penjangkaran pada rencana perawatan bervariasi pada tiap individu, mulai dari dibenarkan adanya pergerakan dalam jumlah terbatas hingga tidak dibenarkan sama sekali adanya pergerakan gigi posterior ke mesial untuk menyempurnakan penutupan ruang.8 Kebutuhan penjangkaran diklasifikasikan berdasarkan kebutuhan penutupan ruang bekas pencabutan.

Bila hanya molar pertama yang tersedia sebagai penjangkar di bagian posterior lengkung rahang, maka ada batasan jumlah pergerakan gigi yang dapat dilakukan.14 Jika


(19)

molar berada dalam posisi Klas II penuh dan tidak diinginkan adanya kegagalan penjangkaran, penggunaan lengkung transpalatal sangat dianjurkan.3,13,20

Penjangkaran dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:8

1. Penjangkaran grup A, termasuk perawatan kritis dari posisi gigi posterior karena 75% atau lebih ruang bekas pencabutan dibutuhkan untuk retraksi gigi anterior (Gambar 3b). Kebutuhan penjangkaran pada gigi posterior adalah maksimal.

2. Penjangkaran grup B, dimana penutupan ruang simetris relatif sama dengan pergerakan dari gigi posterior dan anterior dalam menutup ruang. Kasus ini terkadang lebih sulit dalam masalah penutupan ruang, karena di satu sisi dibutuhkan penjangkaran tapi juga pergerakan dari gigi posterior (Gambar 3c).

3. Penjangkaran grup C, yang termasuk perawatan non-kritis dari gigi posterior karena 75% atau lebih ruang bekas pencabutan dicapai dengan pergerakan ke mesial dari gigi posterior. (Gambar 3d).

Lengkung transpalatal digunakan pada masa gigi bercampur tahap akhir dan masa gigi permanen.3-4 Lengkung ini dapat digunakan untuk perawatan kasus ekstraksi dan non-ekstraksi.3 Penggunaan yang rutin dari lengkung transpalatal selama peralihan masa gigi bercampur tahap akhir hingga masa gigi permanen, sangat diindikasikan karena dapat mempertahankan leeway space.3-4,26


(20)

Gambar 3. Klasifikasi penjangkaran. (A) Susunan gigi sebelum penutupan ruangan. (B) Penjangkaran grup A yang membutuhkan penjangkaran maksimum. (C) Penjangkaran grup B membutuhkan pergerakan pada gigi anterior dan posterior. (D) Penjangkaran grup C yang membutuhkan penjangkaran gigi posterior yang minimum.8


(21)

Leeway space diperlukan pada pergantian gigi molar dua susu ke premolar dua permanen. Leeway space adalah kelebihan ruang yang tersedia saat gigi kaninus dan molar pertama desidui digantikan oleh gigi kaninus dan premolar permanen.Ruang ini biasanya lebih besar pada rahang bawah daripada rahang atas.13-14,27 Besarnya ruang pada rahang bawah sekitar 2,5 mm dan rahang atas sekitar 1,5 mm.14 Kelebihan ruangan ini dimanfaatkan untuk mendapatkan tempat bagi gigi anterior, sedangkan pada oklusi normal akan tertutup pada perkembangan oklusi selanjutnya atau terjadi pergeseran molar pertama permanen ke mesial.27

2.2.1.2 Mengoreksi maloklusi

Maloklusi yang dapat dikoreksi dengan lengkung transpalatal, antara lain: 2.2.1.2.1 Mengoreksi rotasi molar

Rotasi pada gigi molar pertama maksila biasanya ditemukan pada maloklusi Klas II. Molar pertama maksila sering ditemukan mengalami rotasi pada tonjol mesio-bukal dalam arah mesial daripada arah distal. Rotasi molar juga bisa terjadi akibat proses penutupan ruangan.3, 14-16

Koreksi rotasi molar pertama maksila dicapai dengan merotasikan molar dalam arah distolingual disekitar akar lingual (Gambar 4).Penambahan ruang sekitar 1-2 mm dari panjang lengkung di setiap sisinya dapat membantu memperbaiki maloklusi.


(22)

Gambar 4. Koreksi rotasi molar sehingga didapatkan penambahan ruang 1-2 mm.3

2.2.1.2.2 Distalisasi molar

Distalisasi molar maksila dapat diperoleh dengan pengaktifan alat secara unilateral. Perputaran ditempatkan pada salah satu lengan lengkung transpalatal, kemudian pada lengan yang lain posisinya dirotasikan kedalam sehingga menghasilkan suatu daya untuk distalisasi.3 Koreksi dilakukan pada sisi sebelah kanan dan kiri. Penyesuaian yang sama dapat dilakukan pada sisi yang berlawanan setelah 6-8 minggu kemudian.3-4,10,13

Menggerakkan gigi ke mesial lebih mudah daripada menggerakkan gigi ke distal, karena lebih banyak tahanan pada pergerakan untuk mendistalisasi. Keberhasilan distalisasi molar tergantung pada banyaknya penjangkaran yang tersedia, antara lain stabilitas relatif dari palatum, jaringan lunak, rugae palatina dan tulang kortikal yang terletak dibawahnya.14


(23)

2.2.1.2.3 Pergerakan molar tambahan

Pelintir akar lingual dan akar bukal dapat dilakukan dengan lengkung transpalatal sebagai pergerakan molar tambahan.Sejumlah ekpansi atau kontraksi dari lebar transpalatal dapat dilakukan dengan lengkung transpalatal.3-4 Pergerakan molar tambahan yang dapat dilakukan adalah dengan cara perluasan loop omega yang terletak di midline dan mengubah arah loop dari arah distal ke arah mesial, sehingga tekanan yang tanpa disadari dari lidah dapat menghasilkan daya intrusif pada gigi-geligi.3,14-15,17

2.2.2 Kontra indikasi

Kontra indikasi penggunaan lengkung transpalatal, antara lain:

2.2.2.1 Maloklusi Klas II dengan kehilangan premolar pertama atas

Maloklusi Klas II dengan posisi molar edge to edge dan kehilangan premolar pertama atas kontraindikasi untuk pemakaian lengkung transpalatal, karena pemasangan lengkung transpalatal menghalangi pergerakan molar pertama atas untuk mencapai oklusinya.3

2.2.2.2 Maloklusi Klas III non bedah

Maloklusi Klas III non bedah kontraindikasi untuk pemakaian lengkung transpalatal karena posisi yang lebih ke mesial pada bagian bukal gigi molar pertama maksila diharapkan dapat membantu menyamarkan ketidaksesuaian rahang di bagian anteroposterior.3


(24)

2.2.2.3 Alergi

Pemakaian lengkung transpalatal dapat menyebabkan alergi yang disebabkan karena bahan stainless steel ataupun logam yang merupakan bahan dasar pembuatan lengkung transpalatal.24-25 Oleh karena itu, sebelum pemasangan harus dilakukan uji sensitivitas bahan. Walaupun jarang dialami, tetapi bisa terjadi karena riwayat genetik dan daya adaptasi tubuh yang tidak sesuai terhadap bahan tersebut. Alergi yang biasa terjadi adalah dermatitis kontak intraoral.25 Gingiva di bagian posterior terkadang mengalami hipertropi setelah pemakaian beberapa bulan.24 Klinisi harus mencari alat lain untuk perawatan pada pasien yang menderita alergi.25

2.3 Kerugian

Kerugian dari pemakaian lengkung transpalatal adalah terjadinya iritasi jaringan lunak. Iritasi yang terjadi pada jaringan lunak disebabkan oleh tingkat toleransi yang bervariasi pada masing-masing individu.3,16-18

Oleh karena itu, lengkung transpalatal tidak boleh berkontak rapat dengan mukosa, harus ada jarak kurang lebih sekitar 1-3 mm.3,8 Saat posisi lengkung transpalatal posisinya mendekati jaringan palatum, lengkung transpalatal dapat menekan jaringan palatum dan harus dilepaskan untuk penyembuhan.3


(25)

BAB 3

MACAM-MACAM LENGKUNG TRANSPALATAL

Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, ada berbagai macam lengkung transpalatal. Lengkung transpalatal mengalami perkembangan dan modifikasi untuk menyesuaikan koreksi maloklusi yang ditemui di klinik. Perkembangan yang dialami mencakup perubahan jumlah dan bentuk loop, arah loop, maupun cara pemasangan loop pada palatum pasien.

Macam-macam lengkung transpalatal, yaitu: 1. Lengkung transpalatal Goshgarian

2. Lengkung transpalatal Zachrisson 3. Lengkung transpalatal implant

3.1 Lengkung transpalatal Goshgarian

Lengkung transpalatal Goshgarian merupakan jenis lengkung transpalatal pertama, sehingga sering dikatakan bahwa lengkung transpalatal Goshgarian adalah lengkung transpalatal konvensional.3,11-12

Lengkung transpalatal Goshgarian hanya terdiri dari satu buah loop yang terletak di tengah dan loopnya mengarah ke distal, terbuat dari kawat stainless steel berdiameter 0,9 mm (Gambar 5).3,11,15,20


(26)

Gambar 5. Lengkung transpalatal Goshgarian dengan satu buah loop yang terletak di midline.30

3.2 Lengkung transpalatal Zachrisson

Lengkung transpalatal Zachrisson dikembangkan oleh Zachrisson BU, terdiri dari tiga buah loop dan terbuat dari kawat stainless steel berukuran 0,9 mm jenis Blue Elgiloy.10,31 Alat ini merupakan modifikasi dari lengkung transpalatal Goshgarian.

Perbedaan lengkung transpalatal Zachrisson dengan Goshgarian terletak pada jumlah dan bentuk loop. Loop yang terletak di tengah lebih besar dan panjang daripada loop model Goshgarian, serta ada tambahan dua loop kecil yang terletak simetris bersisian dengan loop yang terletak di tengah. Loop tengah mengarah ke mesial dan dua loop tambahannya mengarah ke distal (Gambar 6).5,10,32

Kedua loop kecil yang mengarah ke distal akan menambah fleksibilitas kawat, sehingga pemasangannya kedalam sheath lebih mudah.10,3-31-32 Ukuran dan adaptasi lengkung kawat tergantung pada kelengkungan palatum pasien. Terminal ends lebih panjang agar memudahkan pekerjaan dan lebih terjaminnya keamanan pada lingual sheath dan ligasi.


(27)

Gambar 6. Lengkung transpalatal Zachrisson yang memiliki sebuah loop yang terletak ditengah yang mengarah ke mesial dan dua loop tambahan yang mengarah ke distal.32

3.3 Lengkung transpalatal implant

Pengembangan lengkung transpalatal implant baru berkembang dewasa ini. Hal ini disebabkan ketidakpuasan klinisi terhadap fungsi stabilisasi dan penjangkaran lengkung transpalatal cekat maupun lepas.9,21-23 Menurut penelitian Wehrbein, kegagalan penjangkaran yang disebabkan oleh lengkung transpalatal lepas dan cekat adalah sekitar 0,5-1 mm. Fungsi penjangkaran maksimal yang didapat dengan pemasangan implant disebut juga dengan penjangkaran skeletal atau penjangkaran absolut.21

Cara pemasangan lengkung transpalatal implant sama saja dengan lengkung transpalatal cekat. Perbedaannya hanya terletak pada adanya sekrup yang diimplant pada palatum (Gambar 7). Sebelum pemasangan lengkung transpalatal, palatum pasien dilubangi.9,22-23 Preparasi yang dilakukan pada palatum pasien dinamakan palatal osteotomi dengan menggunakan bur tunggal untuk melubangi jaringan lunak.22


(28)

Gambar 7. Lengkung transpalatal yang ditambah dengan pemasangan implant agar fungsi penjangkaran maksimal9

Tahap pemasangan lengkung transpalatal implant ada dua cara, yaitu secara langsung dengan bonding dan secara tidak langsung dengan pencetakan. Tahap pemasangan lengkung transpalatal secara langsung adalah:9

1. Palatal sheath dari molar band dibuka pada permukaan oklusal dengan menggunakan bur diamond sehingga lengkung transpalatal dapat didorong atau ditarik ke oklusal (Gambar 8a).

2. Sebuah penghubung yang terbuat dari kawat berbahan stainless steel berukuran 0,9 mm dipatrikan pada tutup implant.

3. Penutup palatal implant ditempatkan dan di sematkan dengan sekrupnya. Ujung kawat dari penghubung kecil harus bersilangan dengan lengkung transpalatal dan dibengkokkan dari arah distal ke mesial (Gambar 8b). Daerah penghubung kecil yang menyilang di haluskan dengan sandblaster.

4. Lengkung transpalatal disematkan pada tube dengan ligatur berbahan stainless steel berukuran 0,001 inci dan dilindungi dengan resin komposit agar tidak mengalami pergerakan (Gambar 8c).


(29)

5. Metal primer, sealer dan pasta light-cure digunakan untuk mem-bonding penghubung kecil (Gambar 8d).

a b

c d

Gambar 8. Pemasangan lengkung transpalatal implant secara langsung. (a) Palatal sheath dibuka dengan bur diamond. (b) Penghubung kecil dan lengkung transpalatal disatukan. (c) Lengkung transpalatal dihubungkan dengan ligatur. (d) Ujung penghubung kecil dibonding dengan pasta light-cure.9


(30)

Tahap pemasangan lengkung transpalatal secara tidak langsung adalah:23,34 1. Cetakan berbahan alginate dibuat untuk mendapatkan model studi.

2. Stone cast dan custom tray dibuat di laboratorium. Custom tray digunakan untuk memperoleh master cast dan adanya celah pada bagian oklusal untuk penempatan implant (Gambar 9).

3. Cetakan yang sudah ada coping dipasang diatas implant (Gambar 10a).

4. Cetakan silikon dan master cast dengan replika implant dibuat di laboratorium (Gambar 10b).

5. Lengkung transpalatal dengan penghubung palatal implant dibuat dengan mengadaptasikan kawat baja yang mempunyai kelenturan yang minimal (kaku) berukuran 1,2 mm pada palatum, kemudian dipatri pada penutup implant.

6. Penutup implant dipasang pada implant dengan sekrup dan lengkung transpalatal yang dibonding pada gigi untuk stabilisasi (Gambar 11).


(31)

a b

c d

Gambar 9. Pembuatan lengkung transpalatal secara tidak langsung. (a) Custom tray dengan celah oklusal untuk cetakan coping. (b) Implant yang dipasangjkan pada intra oral. (c) Cetakan silikon dengan replika implant sebelum diisi dengan gips untuk memperoleh master cast. (d) Master cast yang dihubungkan dengan lengkung transpalatal.34


(32)

BAB 4

PEMBUATAN DAN PEMASANGAN

Lengkung transpalatal dapat dibuat dalam bentuk cekat ataupun lepas, tergantung pada pilihan klinisi. Pada bab ini akan dibahas mengenai cara pembuatan dan cara pemasangannya.

4.1 Komponen

Komponen-komponen yang diperlukan dalam pembuatan lengkung transpalatal adalah:3-5,10-11

1. Kawat stainless steel Blue Elgiloy yang berukuran 0,9 mm. 2. Band yang dipasangkan pada molar pertama maksila.

3. Sheath, bila lengkung transpalatal yang dibuat adalah jenis lepas dan dipasang pada bagian lingual.

4.2 Cara pembuatan

Cara pembuatan lengkung transpalatal, baik yang cekat ataupun lepas hampir sama tetapi terdapat sedikit perbedaan. Pada dasarnya tidak ada perbedaan dalam hal cara pembuatan lengkung transpalatal Goshgarian maupun Zachrisson. Letak perbedaannya hanya pada pembuatan bentuk loop.10-11 Pada penulisan skripsi ini sebagai contoh digunakan lengkung transpalatal Zachrisson untuk cara pembuatan lengkung transpalatal lepas, sedangkan untuk yang cekat digunakan lengkung transpalatal Goshgarian.


(33)

4.2.1 Lengkung transpalatal cekat

Langkah-langkah dalam membuat lengkung transpalatal cekat adalah:3,33

1. Molar band dipaskan pada gigi molar pertama maksila. Lalu dibuat adonan cetakan dari bahan alginat, kemudian band dilepaskan dari gigi. Tuangkan adonan cetakan dan ditutup rapat dengan sticky wax.

2. Setelah model kerja dituang dan dirapikan, perlekatan lingual dari band jika ada dilepaskan.

3. Gunakan bur fisur cross-cut untuk membuang 1-2mm kelebihan dental stone dibelakang permukaan lingual dari band, kecuali kalau wax sebelumnya telah ditempatkan pada daerah tersebut.

4. Gambarkan dua buah garis pada model kerja dengan menggunakan pensil, garis vertikal pada bagian ujung mesial dan garis horizontal pada bagian oklusal tube molar (Gambar 10a). Bagian midline palatum juga ditandai dengan garis vertikal menggunakan pensil (Gambar 10b).

5. Lengkung transpalatal dibuat dengan menggunakan kawat stainless steel berukuran 0,9 mm atau 0,036 inci dan berjarak 1-3 mm dari daerah palatal. Kawat dibengkokkan tegak lurus ke arah distal (Gambar 10c). Kemudian kawat dijepit dengan menggunakan tang (Gambar 10d dan 10e).

6. Kawat harus berkontak dengan molar band pada sudut garis mesio lingual untuk memudahkan pergerakan rotasi.

7. Setelah kawat dibentuk, gunakan mortite atau clay untuk melindungi daerah palatal. Sematkan atau letakkan kawat pada model kerja di daerah palatal (Gambar 10f).


(34)

8. Lepaskan band dari model kerja dan patrikan kawat pada permukaan lingual dari molar band. Tahap terakhir, bagian-bagian lengkung transpalatal dihaluskan, dikilatkan dan disterilkan.

a b

c d

e f

Gambar 10. Pembuatan lengkung transpalatal cekat. (a) Menggambar garis vertikal pada bagian ujung mesial dan garis horizontal pada bagian oklusal tube. (b) Menggambar garis vertikal pada midline. (c) Membengkokkan kawat tegak lurus ke arah distal. (d) Kawat dijepit hingga menyerupai gambar diatas. (e) Hasil jepitan kawat. (f) Penempatan kawat pada model dengan meletakkan mortite atau clay pada bagian palatal.34


(35)

4.2.2 Lengkung transpalatal lepas

Langkah-langkah dalam membuat lengkung transpalatal lepas adalah:3,10

1. Pasang band yang sesuai pada molar pertama maksila. Lalu molar bands tersebut dipatri menjadi satu dengan lingual sheath, kemudian lakukan pencetakan menggunakan bahan cetak alginate dengan posisi band tetap pada tempatnya.

2. Bila molar band terlepas setelah pencetakan dengan hati-hati tempatkan band dalam cetakan dan band sticky wax pada tempatnya. Tambahkan satu lapisan wax tipis pada bagian dalam band dan tuangkan cetakan dengan bahan plaster atau dental stone.

3. Ukur jarak antar sheath ke sheath yang melintang sepanjang palatum menggunakan brass wire dan gunakan standar lengkung Goshgarian sebagai patokan (Gambar 11a). Lebar jarak transpalatal juga dapat diukur dengan menggunakan penggaris plastik yang fleksibel.

4. Mulailah membengkokkan kawat dalam satu kali penyelesaian menggunakan tang Adams 135 L (Gambar 11b). Gunakan juga dua tang lainnya yang serupa untuk menjepit bagian ujung kawat agar benar-benar rapat (Gambar 11c).

5. Tang paruh burung digunakan untuk membentuk loop yang terletak di midline dan juga dua loop tambahan (Gambar 12a dan 12b). Ulangi pengerjaan pada sisi lainnya untuk menghasilkan lengkungan kawat (Gambar 12c).

6. Setelah lengkungan kawat terbentuk, kurva palatal di tempatkan dengan tang berkaki tiga (Gambar 13a). Persyaratan desain minimal tapi yang cukup penting diingat adalah kawat harus berjarak dengan jaringan palatum sekitar 1-3 mm. Jangan pernah menyentuh ataupun menekan jaringan (secara klinis ditunjukkan dengan jaringan yang


(36)

mencegah mengenai gingiva yang berdekatan dengan molar band (Gambar 13b). Selanjutnya, kedua loop tambahan harus beradaptasi dengan celah palatal (Gambar 13c).

7. Perputaran akar bukal dan perputaran kawat dihasilkan dengan menggunakan tang Adams 135 L (Gambar 14a). Kemudian lengkungan kawat disisipkan ke dalam lingual sheath dari sebelah mesial (Gambar 14b). Lengkung kawat ditekan kedalam lingual sheath menggunakan tang Adams (Gambar 14c).

8. Lengkung transpalatal mudah beradaptasi rapat dengan bentuk palatum dengan menekan kawat menggunakan tang agar sesuai kontur palatum (Gambar 15a dan 15b).

9. Saat beradaptasi dengan optimal, kawat dipanaskan dengan menggunakan kabel elektrik untuk meminimalkan berbagai tekanan yang dapat terjadi pada kawat saat melentingkan kawat (Gambar 15c). Cegah agar kawat tidak terlalu panas, ditandai dengan kawat berubah warna menjadi kecoklatan.

10. Cairkan wax pada band dengan elektroda pada perlekatan sebelah labial dan lingual (Gambar 16a). Kepasifan lengkung transpalatal dapat dicek saat dilonggarkan dari cetakan gips (Gambar 16b). Terakhir, bagian dalam band dibersihkan dan dihaluskan dengan teknik mikroetching menggunakan sandblaster (Gambar 16c).


(37)

Gambar 11. Pembuatan lengkung transpalatal lepas. (a) Pengukuran jarak antara lingual sheath sepanjang palatum menggunakan brass wire. (b) Membuat tekukan menggunakan tang Adams 135 L. (c) Menekan bagian ujung menggunakan dua buah tang Adams 135 L.10

Gambar 12. Membuat loop midline menggunakan tang berkaki tiga. (a) Pembuatan loop tambahan. (b) Pembuatan loop midline dan dua loop tambahan. (c) Hasil pembuatan kawat.10

Gambar 13. Menggunakan tang berkaki tiga untuk penyesuaian kawat dengan kontur palatum. (a) Mengkontur bentuk palatum (b )Pengkonturan di sekitar molar band agar tidak menekan jaringan. (c) Mengkontur loop tambahan.10


(38)

Gambar 14. Adaptasi dan penempatan lengkung transpalatal. (a) Menggunakan tang Adams untuk membuat perputaran dan rotasi. (b) Penyisipan dari sebelah mesial lingual sheath. (c) Kawat ditekan kedalam lingual sheath menggunakan tang Adams.10

Gambar 15. Adaptasi lengkung transpalatal. (a) Menekan kawat dengan tang agar cocok dengan kontur palatal. (b) Jarak celah palatum harus 0,5-1mm (c) Pemberian panas dengan kabel elektrik.10

Gambar 16. Tahap akhir pengerjaan (a) Mencairkan wax dibagian dalam band. (b) Mengecek kepasifan kawat. (c) Penggunaan sandblaster di bagian dalam molar band.10

4.3 Cara aktivasi dan pelepasan

Lengkung transpalatal yang telah dibuat harus diaktivasi agar berfungsi untuk mengoreksi rotasi molar. Berikut adalah cara aktivasi atau penyesuaian lengkung transpalatal yang telah dibuat dan cara pelepasannya.


(39)

4.3.1 Cara aktivasi lengkung transpalatal

Cara aktivasi lengkung transpalatal pada pesawat cekat maupun lepas prosedurnya adalah sama. Hanya saja diperlukan dua tahap aktivasi, yaitu tahap aktivasi inisial dan tahap aktivasi lanjutan.3,7

4.3.1.1 Aktivasi inisial

Setelah mengepaskan band di dalam mulut, lengkung transpalatal dilepaskan dan dievaluasi. Rotasi ke mesial dari molar maksila akan terjadi, yang diindikasikan dengan orientasi molar tube yang sejajar dengan dataran sagital (Gambar 17a). Pelintir akar bukal juga akan terlihat jelas (Gambar 17b).

a b

Gambar 17. Aktivasi inisial lengkung transpalatal. (a) Molar tube sejajar dengan dataran sagital. (b) Aktivasi untuk koreksi pelintir akar bukal.3

Bagi beberapa klinisi mungkin agak sulit untuk membayangkan dengan jelas aktivasi tiga dimensi dari lengkung transpalatal. Aktivasi dibagi menjadi dua penyesuaian yang terpisah, yaitu:3


(40)

1. Penyesuaian perputaran (anteroposterior)

Penyesuian tahap ini biasanya dilakukan dengan tang Weingart. Dalam upaya untuk mengoreksi rotasi molar, persambungan patri pada lengkung transpalatal dipegang dengan ujung tang Weingart (Gambar 18a). Jari telunjuk pada tangan yang berlawanan digunakan untuk mendorong lengkung transpalatal lebih ke posterior dengan tekukan yang terdapat dekat dengan persambungan patri (Gambar 18b).

a b

Gambar 18. Penyesuaian anteroposterior. (a) Tang Weingart untuk memegang molar band. (b) Perpindahan rotasi dihasilkan oleh jari telunjuk yang menekan lengkung transpalatal.3

2. Penyesuaian vertikal atau transversal

Pengoreksian pelintir akar bukal dilakukan dengan memegang band menggunakan tang Weingart pada persambungan patri (Gambar 19a). Jari telunjuk atau ibu jari mengubah posisi kawat dengan menekan ke arah oklusal (Gambar 19b).

Pada akhir aktivasi setelah penyesuaian selesai dikerjakan, selanjutnya harus diperiksa bagian bukal kanan molar band sudah sejajar dengan dataran sagital (Gambar 20a). Permukaan oklusal dari molar band harus tegak lurus dengan dataran sagital (Gambar 20b).


(41)

a b

Gambar 19. Penyesuaian vertikal. Tang Weingart digunakan untuk memegang molar band pada persambungan patri. (b) Jari telunjuk menekan lengkung lebih ke bawah sehingga akan menghasilkan pelintir akar bukal.3

a b

Gambar 20. Posisi setelah aktivasi inisial. (a) Bagian bukal kanan molar band sejajar dengan dataran sagital. (b) Permukaan oklusal dari molar band tegak lurus dengan dataran sagital.3

4.3.1.2 Aktivasi lanjutan

Sekitar 6-8 minggu setelah aktivasi inisial, alat dilepaskan dari mulut pasien. Saat dilepaskan pasien akan merasa tidak nyaman, sehingga klinisi sebaiknya melepaskan band dari arah lingual atau palatal agar pasien merasa nyaman dan mudah penanganannya.3 Setelah alat dilepaskan, band dan gigi geligi dibersihkan dari sisa semen yang melekat. Sisi yang sebelumnya pasif, sekarang diaktifkan menggunakan tang Weingart (Gambar 21).3


(42)

Rotasi molar dihasilkan dengan membengkokkan lengkung transpalatal lebih ke posterior (Gambar 22a). Pelintir akar bukal diperoleh dengan menekan kawat ke posisi oklusal (Gambar 22b). Sebelum sementasi dilakukan, seperti setelah aktivasi inisial, klinisi harus yakin bahwa tube bagian bukal sejajar satu sama lain dan dengan dataran sagital (Gambar 22c). Permukaan oklusal molar band harus terletak sejajar satu sama lain dan tegak lurus dengan dataran sagital (Gambar 22d). Jika alat tidak diaktivasi secara sempurna dapat menyebabkan perputaran gigi yang berlebihan atau gigi tipping.

Gambar 21. Koreksi inisial rotasi molar. Aktivasi lengkung transpalatal di sisi kanan (A kiri) Setelah molar band kiri ditempatkan (B kiri)

Koreksi lanjutan rotasi molar. Lengkung transpalatal diaktivasi sebelah kiri (A kanan) Penempatan molar band i sisi kanan (B kanan) 3


(43)

Gambar 22. Penyesuaian lanjutan. (A) Menekan kawat ke arah posterior. (B) Menekan kawat ke arah oklusal. (C) Posisi molar band terletak sejajar. (D) Posisi molar band tegak lurus dengan dataran sagital.3

4.3.2 Cara pelepasan lengkung transpalatal

Lengkung transpalatal dilepaskan dari rongga mulut bila koreksi ataupun penjangkaran yang diinginkan telah tercapai. Langkah-langkah pelepasan lengkung transpalatal adalah:10

1. Kawat yang melintang di sepanjang palatum dipotong dengan tang.

2. Molar band yang terpasang pada gigi molar pertama maksila dilepaskan perlahan.


(44)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Lengkung transpalatal merupakan salah satu alat ortodonti yang digunakan untuk mempertahankan penjangkaran pada masa gigi bercampur dan juga dapat digunakan untuk mengoreksi maloklusi. Maloklusi yang dapat dirawat dengan alat ini antara lain mengoreksi rotasi molar maksila, distalisasi molar, dan pergerakan molar tambahan. Alat ini pertama kali diperkenalkan oleh Robert A. Goshgarian pada tahun 1972, kemudian dimodifikasi bentuknya oleh Björn U. Zachrisson.

Alat ini dipasangkan pada molar pertama maksila pasien dengan kawat yang melintasi palatum. Pemasangannya dapat berupa pesawat lepas maupun cekat, tergantung pada pilihan klinisi. Cara pemasangan lengkung transpalatal lepas adalah dengan cara memasukkan ujung kawat ke dalam sheath, sedangkan cekat dengan cara dipatri atau disolder. Pemakaian lengkung transpalatal juga memiliki kerugian yaitu iritasi jaringan lunak, terutama palatum dan menyebabkan alergi bagi sebagian pasien.

Pemasangan lengkung transpalatal lepas maupun cekat ternyata tidak maksimal, karena ditemui adanya pergeseran sehingga untuk memantapkan fungsi stabilisasi dan penjangkaran, maka lengkung transpalatal dimodifikasi lagi dengan cara melubangi palatum yang kemudian dipasangi sekrup. Sekrup tersebut dikunci bersama dengan lengkung transpalatal.


(45)

5.2 Saran

Lengkung transpalatal paling baik digunakan pada masa gigi bercampur dan untuk hasil yang maksimal, klinisi harus memperhatikan indikasi dan kontra indikasi yang ada serta jenis lengkung transpalatal yang sesuai untuk pasien.

Klinisi juga harus mengungkapkan kepada pasien bahwa ada kerugian yang ditimbulkan oleh pemasangan alat ini, sehingga perawatan bisa berjalan optimal tidak terhenti karena keengganan pasien.


(46)

DAFTAR PUSTAKA

1. Koesoemahardja HD. Sistem kompleks dentofasial. Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti, 1998: 2

2. Williams JK, Cook PA, Isaacson KG, Thom AR. Alat-alat ortodonsi cekat. Alih Bahasa. Susetyo B. Jakarta:EGC, 2000: 2,131-132

3. McNamara JA, Brudon WL. Orthodontic and orthopedic treatment in the mixed dentition. Ann Arbor, Mich: Needham Press, 1994 : 179-191

4. Graber TM. Orthodontics current principles and techniques. USA: Mosby. 1994:507-541

5. Gündüz E, Zachrisson BU, Hönigl KD, Chrismani AG, Bantleon HP. An improved transpalatal bar design,Part II: Clinical upper molar derotation-case report. Angle orthod. 2003;73(3):244-248

6. Accutech Orthodontics Lab. Products Fixed Appliances. (12 September 2008)

7. Anonymous. Expansion/arch development.

September 2008)

8. Nanda R. Biomechanics and esthetic in clinical orthodotics. Philadelphia: Elsevier. 2005:182,194-196,312-313

9. Crismani AG, Bernhart T, Bantleon HP, Kucher G. An innovative adhesive procedure for connecting transpalatal arches with palatal implants. Eur J Orthod. 2005;27:226-230

10. Zachrisson BU. Clinical use of custom made transpalatal arches-why and how.

2008)

11. Gündüz E, Zachrisson BU, Hönigl KD, Chrismani AG, Bantleon HP. An improved transpalatal bar design,Part I: Comparison of oments and forces delivered by two bar design for symmetrical molar derotation. Angle Orthod. 2003;73(3):239-243

12. Wallis C, Vasir NS, Waters NE. A simplified method of attachment for the quadhelix and transpalatal arch. Br J Orthod. 1998;25:263-267

13. Eyüboğlu S, Bengi AO, Gürton AU, Akin E. Asymmetric maxillary first molar


(47)

14. Dahlquist A, Gebauer U, Ingervall B. The effect of a transpalatal arch for the correction of first molar rotation. Eur J Orthod. 1996;18:257-267

15. Ingervall B, Hönigl K, Bantleon HP. Moments and forces delivered by transpalatal arches for symmetrical first molar rotation. Eur J Orthod. 1996;18:131-139

16. Proffit WR, Fields HW, Sarver DM. Contemporary orthodontics 4th ed. USA:Mosby, 2007:101,579-580

17. Wise J, Magness B, Powers J. Maxillary molar vertical control with the use of transpalatal arches. Am J Orthod Dentofacial Orthop. 1994;106(4):403-408 18. Ingervall B, Göllner P, Gebauer U, Fröhlich K. A clinical investigation of the

correction of unilateral first molar crossbite with a transpalatal arch. Am J Orthod Dentofacial Orthop. 1995;107(4):418-425

19. Baldini G, Luder HU. Influence of arch shape on transverse effect of transpalatal arches of Goshgarian type during application of buccal root torque. Am J Orthod Dentofacial Orthop.1982;81:202-208

20. Young DR. Orthodontic products update. Removable quadhelix and transpalatal arches. Br J Orthod. 1997;24(3):248-256

21. Chrismani AG, Celar AG, Burstone CJ, Bernhart TG, Bantleon HP, Mittlboeck M. Sagital and vertical load-deflection and permanent deformation of transpalatal arches connected with palatal implants: an in-vitro study. Am J Orthod Dentofacial Orthop. 2007;131:742-52

22. Celenza F. A case for absolute anchorage. J California Dent Assoc. 2004;32(12):979-982

23. Chrismani AG, Benhart T, Baier C, Bantleon HP, Kucher G. Chair-side procedure for connecting transpalatal arches with palatal implants. Eur J Othod. 2002;24:337-42

24. Anonymous.

25. Anonymous.

26. Houston WJB. Walter’s Orthodontic Notes 4th ed. Bristol: Wright, 1983:205 27. Rostina T. Oklusi, maloklusi dan etiologi maloklusi. Medan: Bagian Ortodonsia


(48)

28. Schultz JC, Connelly E, Glesne L, Warshaw EM. Cutaneous and oral eruption from oral exposure to nickel in dental braces.

29. Counts AL, Miller MA, Khakhria ML, Strange S. Nickel allergy associated with a transpalatal appliance. J Orofac Orthop. 2002;63(6):509-15 (abstrak)

30. McNamara JA, McClatchey LM, Burkhardt DR, Nolan PJ. Transpalatal arch:

permanent dentition.

31. Papadopoulos MA. Orthodontic treatment of class II non-compliant patient: current principles and techniques. USA: Mosby. 2006:226-27

32. Zachrisson BU. Bjorn U Zachrisson on current trends in adult treatment part 2. J Clin Orthod. 2005:39(5):295

33. Lanabauskaite B, Jankauskas G, Vasiliauskas A, Haffar N. Implants for orthodontic anchorage. Baltic Dent and Maxillofacial J. 2005;7:128-132

34. Moutaftchiev V, Moutaftchiev A. The individually prepared transpalatal arch. OHDMBSC . 2009;1(8):13-6


(1)

Gambar 22. Penyesuaian lanjutan. (A) Menekan kawat ke arah posterior. (B) Menekan kawat ke arah oklusal. (C) Posisi molar band terletak sejajar. (D) Posisi molar band tegak lurus dengan dataran sagital.3

4.3.2 Cara pelepasan lengkung transpalatal

Lengkung transpalatal dilepaskan dari rongga mulut bila koreksi ataupun penjangkaran yang diinginkan telah tercapai. Langkah-langkah pelepasan lengkung transpalatal adalah:10

1. Kawat yang melintang di sepanjang palatum dipotong dengan tang.

2. Molar band yang terpasang pada gigi molar pertama maksila dilepaskan perlahan.

3. Bila jenis transpalatal yang digunakan adalah jenis lepas, maka lepaskan sisipan molar band dari lingual sheath.


(2)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Lengkung transpalatal merupakan salah satu alat ortodonti yang digunakan untuk mempertahankan penjangkaran pada masa gigi bercampur dan juga dapat digunakan untuk mengoreksi maloklusi. Maloklusi yang dapat dirawat dengan alat ini antara lain mengoreksi rotasi molar maksila, distalisasi molar, dan pergerakan molar tambahan. Alat ini pertama kali diperkenalkan oleh Robert A. Goshgarian pada tahun 1972, kemudian dimodifikasi bentuknya oleh Björn U. Zachrisson.

Alat ini dipasangkan pada molar pertama maksila pasien dengan kawat yang melintasi palatum. Pemasangannya dapat berupa pesawat lepas maupun cekat, tergantung pada pilihan klinisi. Cara pemasangan lengkung transpalatal lepas adalah dengan cara memasukkan ujung kawat ke dalam sheath, sedangkan cekat dengan cara dipatri atau disolder. Pemakaian lengkung transpalatal juga memiliki kerugian yaitu iritasi jaringan lunak, terutama palatum dan menyebabkan alergi bagi sebagian pasien.

Pemasangan lengkung transpalatal lepas maupun cekat ternyata tidak maksimal, karena ditemui adanya pergeseran sehingga untuk memantapkan fungsi stabilisasi dan penjangkaran, maka lengkung transpalatal dimodifikasi lagi dengan cara melubangi palatum yang kemudian dipasangi sekrup. Sekrup tersebut dikunci bersama dengan lengkung transpalatal.


(3)

5.2 Saran

Lengkung transpalatal paling baik digunakan pada masa gigi bercampur dan untuk hasil yang maksimal, klinisi harus memperhatikan indikasi dan kontra indikasi yang ada serta jenis lengkung transpalatal yang sesuai untuk pasien.

Klinisi juga harus mengungkapkan kepada pasien bahwa ada kerugian yang ditimbulkan oleh pemasangan alat ini, sehingga perawatan bisa berjalan optimal tidak terhenti karena keengganan pasien.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

1. Koesoemahardja HD. Sistem kompleks dentofasial. Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti, 1998: 2

2. Williams JK, Cook PA, Isaacson KG, Thom AR. Alat-alat ortodonsi cekat. Alih Bahasa. Susetyo B. Jakarta:EGC, 2000: 2,131-132

3. McNamara JA, Brudon WL. Orthodontic and orthopedic treatment in the mixed dentition. Ann Arbor, Mich: Needham Press, 1994 : 179-191

4. Graber TM. Orthodontics current principles and techniques. USA: Mosby. 1994:507-541

5. Gündüz E, Zachrisson BU, Hönigl KD, Chrismani AG, Bantleon HP. An improved transpalatal bar design,Part II: Clinical upper molar derotation-case report. Angle orthod. 2003;73(3):244-248

6. Accutech Orthodontics Lab. Products Fixed Appliances. (12 September 2008)

7. Anonymous. Expansion/arch development.

September 2008)

8. Nanda R. Biomechanics and esthetic in clinical orthodotics. Philadelphia: Elsevier. 2005:182,194-196,312-313

9. Crismani AG, Bernhart T, Bantleon HP, Kucher G. An innovative adhesive procedure for connecting transpalatal arches with palatal implants. Eur J Orthod. 2005;27:226-230

10. Zachrisson BU. Clinical use of custom made transpalatal arches-why and how.

2008)

11. Gündüz E, Zachrisson BU, Hönigl KD, Chrismani AG, Bantleon HP. An improved transpalatal bar design,Part I: Comparison of oments and forces delivered by two bar design for symmetrical molar derotation. Angle Orthod. 2003;73(3):239-243

12. Wallis C, Vasir NS, Waters NE. A simplified method of attachment for the quadhelix and transpalatal arch. Br J Orthod. 1998;25:263-267


(5)

14. Dahlquist A, Gebauer U, Ingervall B. The effect of a transpalatal arch for the correction of first molar rotation. Eur J Orthod. 1996;18:257-267

15. Ingervall B, Hönigl K, Bantleon HP. Moments and forces delivered by transpalatal arches for symmetrical first molar rotation. Eur J Orthod. 1996;18:131-139

16. Proffit WR, Fields HW, Sarver DM. Contemporary orthodontics 4th ed. USA:Mosby, 2007:101,579-580

17. Wise J, Magness B, Powers J. Maxillary molar vertical control with the use of transpalatal arches. Am J Orthod Dentofacial Orthop. 1994;106(4):403-408 18. Ingervall B, Göllner P, Gebauer U, Fröhlich K. A clinical investigation of the

correction of unilateral first molar crossbite with a transpalatal arch. Am J Orthod Dentofacial Orthop. 1995;107(4):418-425

19. Baldini G, Luder HU. Influence of arch shape on transverse effect of transpalatal arches of Goshgarian type during application of buccal root torque. Am J Orthod Dentofacial Orthop.1982;81:202-208

20. Young DR. Orthodontic products update. Removable quadhelix and transpalatal arches. Br J Orthod. 1997;24(3):248-256

21. Chrismani AG, Celar AG, Burstone CJ, Bernhart TG, Bantleon HP, Mittlboeck M. Sagital and vertical load-deflection and permanent deformation of transpalatal arches connected with palatal implants: an in-vitro study. Am J Orthod Dentofacial Orthop. 2007;131:742-52

22. Celenza F. A case for absolute anchorage. J California Dent Assoc. 2004;32(12):979-982

23. Chrismani AG, Benhart T, Baier C, Bantleon HP, Kucher G. Chair-side procedure for connecting transpalatal arches with palatal implants. Eur J Othod. 2002;24:337-42

24. Anonymous.

25. Anonymous.

26. Houston WJB. Walter’s Orthodontic Notes 4th ed. Bristol: Wright, 1983:205 27. Rostina T. Oklusi, maloklusi dan etiologi maloklusi. Medan: Bagian Ortodonsia


(6)

28. Schultz JC, Connelly E, Glesne L, Warshaw EM. Cutaneous and oral eruption from oral exposure to nickel in dental braces.

29. Counts AL, Miller MA, Khakhria ML, Strange S. Nickel allergy associated with a transpalatal appliance. J Orofac Orthop. 2002;63(6):509-15 (abstrak)

30. McNamara JA, McClatchey LM, Burkhardt DR, Nolan PJ. Transpalatal arch:

permanent dentition.

31. Papadopoulos MA. Orthodontic treatment of class II non-compliant patient: current principles and techniques. USA: Mosby. 2006:226-27

32. Zachrisson BU. Bjorn U Zachrisson on current trends in adult treatment part 2. J Clin Orthod. 2005:39(5):295

33. Lanabauskaite B, Jankauskas G, Vasiliauskas A, Haffar N. Implants for orthodontic anchorage. Baltic Dent and Maxillofacial J. 2005;7:128-132

34. Moutaftchiev V, Moutaftchiev A. The individually prepared transpalatal arch. OHDMBSC . 2009;1(8):13-6