Resorpsi Akar Pada Perawatan Ortodonti

(1)

RESORPSI AKAR PADA PERAWATAN ORTODONTI

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh : STEFFIE NIM : 060600022

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 26 April 2010

TIM PENGUJI KETUA : Nurhayati Harahap, drg., Sp.Ort(K) ANGGOTA : 1. Muslim Yusuf, drg., Sp.Ort(K)


(3)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 26 April 2010

Pembimbing : Tanda tangan :

1. Nurhayati Harahap, drg., Sp.Ort (K) NIP : 194912301978022002


(4)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Ortodonti Tahun 2010

Steffie

Resorpsi Akar pada Perawatan Ortodonti ix + 42 Halaman

Perawatan ortodonti merupakan suatu usaha menggerakkan gigi untuk memperoleh oklusi yang normal dan harmonis. Namun kekuatan yang diberikan untuk menggerakkan gigi dapat menyebabkan terjadinya resorpsi akar. Resorpsi akar terjadi pada hampir setiap pasien yang dirawat ortodonti. Resorpsi akar dianggap fisiologis bila resorpsi akarnya ringan (0.5-2mm). Bila terdapat resorpsi akar sedang (>2mm-1/3 panjang akar) sampai berat (>1/3 panjang akar), maka resorpsi tersebut merupakan proses yang patologis.

Resorpsi akar dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu resorpsi akar internal dan resorpsi akar eksternal. Resorpsi akar yang terjadi pada perawatan ortodonti umumnya adalah resorpsi akar eksternal. Namun pada beberapa kasus, resorpsi internal juga dapat dijumpai pada pasien ortodonti. Oleh karena itu, seorang dokter gigi harus mengetahui pengertian, mekanisme, dan penanganan dari kedua jenis resorpsi tersebut.

Masing-masing individu memiliki tingkat kerentanan yang berbeda terhadap resorpsi akar. Dalam skripsi ini akan dibahas beberapa faktor predisposisi yang dapat mempercepat terjadinya resorpsi akar, sehingga menjadi pertimbangan bagi


(5)

dokter gigi sewaktu melakukan rencana perawatan. Foto periapikal gigi yang sedang dirawat harus diambil setelah 6 bulan perawatan. Penanggulangan resorpsi akar pada perawatan ortodonti meliputi perawatan endodonti, dan LIPUS

(Low-Intensity Pulsed Ultrasound). Apabila terjadi inflamasi pada gigi yang sedang dirawat, obat anti inflamasi dapat diberikan untuk mencegah terjadinya resorpsi. Perawatan endodonti dilakukan apabila resorpsi akar masih berlanjut setelah perawatan ortodonti dihentikan. Apabila resorpsi terdeteksi selama perawatan, LIPUS dapat digunakan karena LIPUS berfungsi memicu pembentukan fibrobas dan memperbaiki jaringan gigi serta dapat berfungsi sebagai anti inflamasi. LIPUS dapat digunakan tanpa menghentikan perawatan ortodonti.


(6)

KATA PENGANTAR

Pertama-tama, puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan kasih dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Resorpsi akar pada perawatan ortodonti”, yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana kedokteran gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini telah banyak menerima bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Nurhayati Harahap,drg.,Sp.Ort (K) yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Penulis juga mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada kedua orang tua tercinta, ayahanda Arifin Thaib dan Ibunda Lini Wijaya yang telah mendidik serta senantiasa memberi kasih sayang, dorongan semangat dan doa sehingga pendidikan S1 dapat diselesaikan. Demikian juga kepada abang Rudi Elisa yang juga banyak memberikan bantuan dan dorongan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini. Selanjutnya, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Ismet Danial Nasution,drg., PhD., Sp.Pros (K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Erna Sulistyawati,drg.,Sp.Ort (K) selaku Ketua Departemen Ortodonti.

3. Muslim Yusuf,drg.,Sp.Ort (K) dan Siti Bahirrah, drg selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan dalam menyempurnakan skripsi ini.


(7)

4. M. Zulkarnain, drg., M.Kes selaku pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama masa perkuliahan.

5. Seluruh Staf pengajar dan pegawai di Departemen Ortodonti dan Fakultas Kedokteran Gigi USU.

6. Teman-teman yang selalu memberikan bantuan dan semangat selama ini terutama Lydia, Yose, Yumira, Jupita, Nelly, Lenny, Amanda, Dorinda, Dienk dan teman-

teman lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

7. Kakak-kakak kelas yang sedang mengambil pendidikan spesialis ortodonti atas bantuannya dalam melengkapi bahan skripsi.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan. Akhir kata, penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan displin ilmu di Fakultas Kedokteran Gigi khususnya Departemen Ortodonti.

Medan, 26 April 2010

Penulis

( Steffie )


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL………

LEMBAR PENGESAHAN……….

LEMBAR PERSETUJUAN………

KATA PENGANTAR………. iv

DAFTAR ISI……….... vi

DAFTAR GAMBAR……….... viii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah... 2

1.3 Tujuan dan Manfaat penulisan ... 2

1.4 Ruang Lingkup... 2

BAB 2 RESORPSI AKAR 2.1 Pengertian Resorpsi Akar... 3

2.2 Klasifikasi Resorpsi Akar ... 4

2.2.1 Resorpsi Internal... 4

2.2.2 Resorpsi Eksternal... 5

2.2.2.1 Resorpsi Permukaan... 6

2.2.2.2 Resorpsi Akibat Inflamasi... 6

2.2.2.3 Resorpsi Penggantian... 7

2.2.2.4 Resorpsi Akibat Tekanan... 8

2.2.2.5 Resorpsi Sistemik... 10

2.2.2.6 Resorpsi Idiopatik... 11

BAB 3 RESORPSI AKAR PADA PERAWATAN ORTODONTI 3.1 Resorpsi Akar Internal... 13

3.1.1 Mekanisme Resorpsi Akar Internal... 13

3.2 Resorpsi Akar Eksternal... 16

3.2.1 Mekanisme Resorpsi Akar Eksternal... 16

3.2.2 Faktor Predisposisi Resorpsi Akar Eksternal... 18

3.2.2.1 Faktor Biologis... 18


(9)

3.2.2.1.2 Keadaan Gigi... 20

3.2.2.1.3 Kesehatan Rongga Mulut... 21

3.2.2.1.4 Kondisi Sistemik... 22

3.2.2.1.5 Kebiasaan... 23

3.2.2.1.6 Jenis Kelamin... 23

3.2.2.1.7 Usia... 23

3.2.2.2 Faktor Mekanis... 24

3.2.2.2.1 Jenis Pesawat... 24

3.2.2.2.2 Tipe Pergerakan... 24

3.2.2.2.3 Besar Kekuatan... 25

3.2.2.2.4 Lama Perawatan... 25

3.2.3 Prevalensi Resorpsi Akar pada Perawatan Ortodonti.. 29

BAB 4 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN RESORPSI AKAR 4.1 Pencegahan Resorpsi Akar... 30

4.1.1 Sebelum Perawatan... 30

4.1.2 Selama Perawatan... 31

4.1.3 Setelah Perawatan... 32

4.1.4 Alat Diagnosa... 33

4.2. Penanggulangan Resorpsi Akar... 36

4.2.1 Penanggulangan Resorpsi Akar Internal... 36

4.2.2 Penanggulangan Resorpsi Akar Eksternal... 38

4.2.2.1 Perawatan Endodonti... 38

4.2.2.2 Penggunaan LIPUS... 39

BAB 5 KESIMPULAN... 42


(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Pink spot ………... 5

2. Resorption lacunae ... 7

3. Resorpsi inflamasi ... 9

4. Resorpsi penggantian ... 9

5. Resorpsi akar akibat gigi impaksi ... 10

6. Resorpsi akibat perawatan ortodonti ... 10

7. Resorpsi servikal idiopatik ... 12

8. Foto radiografi resorpsi akar ... 15

9. Dentinoklas multinuklear ... 15

10. Permukaan dentin yang kasar akibat resorpsi ... 15

11. Histologi apikal akar ... 19

12. Klasifikasi bentuk akar ... 21

13. Akar premolar... ... 25

14. Gambaran resorpsi setelah 2 minggu perawatan... 27

15. Gambaran resorpsi setelah 3 minggu perawatan... 27

16. Gambaran resorpsi setelah 4 minggu perawatan ... 28

17. Gambaran resorpsi setelah 6 minggu perawatan ... 28

18. Sefalogram setelah perawatan ... 34

19. Foto CT scan ... 35


(11)

21. Foto periapikal... 38 22. Penggunaan LIPUS ... 40 23. Perbandingan gigi yang dirawat LIPUS dengan gigi kontrol ... 41


(12)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Ortodonti Tahun 2010

Steffie

Resorpsi Akar pada Perawatan Ortodonti ix + 42 Halaman

Perawatan ortodonti merupakan suatu usaha menggerakkan gigi untuk memperoleh oklusi yang normal dan harmonis. Namun kekuatan yang diberikan untuk menggerakkan gigi dapat menyebabkan terjadinya resorpsi akar. Resorpsi akar terjadi pada hampir setiap pasien yang dirawat ortodonti. Resorpsi akar dianggap fisiologis bila resorpsi akarnya ringan (0.5-2mm). Bila terdapat resorpsi akar sedang (>2mm-1/3 panjang akar) sampai berat (>1/3 panjang akar), maka resorpsi tersebut merupakan proses yang patologis.

Resorpsi akar dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu resorpsi akar internal dan resorpsi akar eksternal. Resorpsi akar yang terjadi pada perawatan ortodonti umumnya adalah resorpsi akar eksternal. Namun pada beberapa kasus, resorpsi internal juga dapat dijumpai pada pasien ortodonti. Oleh karena itu, seorang dokter gigi harus mengetahui pengertian, mekanisme, dan penanganan dari kedua jenis resorpsi tersebut.

Masing-masing individu memiliki tingkat kerentanan yang berbeda terhadap resorpsi akar. Dalam skripsi ini akan dibahas beberapa faktor predisposisi yang dapat mempercepat terjadinya resorpsi akar, sehingga menjadi pertimbangan bagi


(13)

dokter gigi sewaktu melakukan rencana perawatan. Foto periapikal gigi yang sedang dirawat harus diambil setelah 6 bulan perawatan. Penanggulangan resorpsi akar pada perawatan ortodonti meliputi perawatan endodonti, dan LIPUS

(Low-Intensity Pulsed Ultrasound). Apabila terjadi inflamasi pada gigi yang sedang dirawat, obat anti inflamasi dapat diberikan untuk mencegah terjadinya resorpsi. Perawatan endodonti dilakukan apabila resorpsi akar masih berlanjut setelah perawatan ortodonti dihentikan. Apabila resorpsi terdeteksi selama perawatan, LIPUS dapat digunakan karena LIPUS berfungsi memicu pembentukan fibrobas dan memperbaiki jaringan gigi serta dapat berfungsi sebagai anti inflamasi. LIPUS dapat digunakan tanpa menghentikan perawatan ortodonti.


(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perawatan ortodonti merupakan suatu usaha untuk memperoleh oklusi yang normal dan harmonis, baik posisi maupun fungsinya. Hal ini diperoleh dengan menggerakkan gigi ke posisi yang lebih baik, namun kekuatan yang diberikan untuk menggerakkan gigi dapat menyebabkan terjadinya resorpsi akar.1,2

Menurut Kurol, resorpsi akar merupakan hal yang wajar pada perawatan ortodonti dan telah tercatat pada 93 persen remaja yang dirawat ortodonti. Penelitian lain yang dilakukan oleh Massler dan Malone (1954) menunjukkan bahwa resorpsi akar terjadi pada 100 persen pasien yang dirawat ortodonti. Berdasarkan tingkat keparahannya, resorpsi akar dapat dibagi menjadi 3, yaitu resorpsi akar ringan, sedang, dan berat. Prevalensi resorpsi akar antara tiap peneliti berbeda-beda. Telah dilaporkan bahwa pemendekan akar yang terjadi selama perawatan pada umumnya berkisar antara 0.5 sampai 3 mm. Menurut Hollender, resorpsi akar ringan (0.5-2 mm) ditemukan sebanyak 70-80 persen dari pasien yang dirawat ortodonti. Resorpsi akar sedang (>2 mm sampai <1/3 panjang akar) ditemukan sebanyak 12-17 persen dari pasien yang dirawat ortodonti dan resorpsi akar berat (>1/3 panjang akar) ditemukan sebanyak 1-5 persen. Penelitian lain yang dilakukan Killiany (1999) menunjukkan bahwa resorpsi akar sedang (3-5 mm) ditemukan sebanyak 30 persen dari pasien yang dirawat ortodonti, dan resorpsi akar berat (>5 mm) ditemukan hanya sebesar 5 persen.2,3


(15)

Resorpsi akar merupakan suatu proses fisiologis pada perawatan ortodonti bila resorpsi akarnya ringan. Tetapi bila terjadi resorpsi akar sedang sampai berlebihan, maka resorpsi tersebut merupakan proses yang patologis.4

Rasio akar-mahkota yang proporsional sangat penting untuk mendukung gigi dan menahan kekuatan oklusi. Rasio akar-mahkota yang ideal adalah 2:1. Pada keadaan resorpsi yang berlebihan dengan rasio akar-mahkota berubah menjadi 1:1, mobiliti sering terjadi sehingga dapat menyebabkan gigi tanggal secara spontan.5

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana cara mencegah terjadinya resorpsi akar berat pada perawatan ortodonti?

2. Bagaimana cara penanggulangan resorpsi akar berat pada perawatan ortodonti?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan adalah untuk mengetahui faktor predisposisi, cara mencegah dan merawat resorpsi akar yang berlebihan pada perawatan ortodonti.

1.4 Ruang Lingkup

Dalam tulisan ini akan dibahas tentang pengertian, klasifikasi, mekanisme, faktor predisposisi, prevalensi dan tingkat keparahan, serta penanggulangan resorpsi akar.


(16)

BAB 2 RESORPSI AKAR

Filosofi perawatan menurut Hipokrates adalah tidak membahayakan pasien. Seorang dokter gigi seharusnya selalu mengacu pada filosofi ini untuk setiap perawatan yang dilakukan, namun pada kenyataannya tidak selalu demikian. Resorpsi akar merupakan salah satu efek samping dari perawatan ortodonti yang masih mendapat sedikit perhatian dari dokter gigi. Resorpsi akar yang berat dapat menyebabkan gigi tanggal secara spontan. Oleh karena itu, perawatan harus dilakukan pada gigi tersebut. Sebelum mempelajari cara perawatan resorpsi akar, terlebih dahulu harus mengetahui pengertian, klasifikasi, dan mekanisme resorpsi akar sehingga dapat diketahui penyebab dan cara penanggulangannya.5,6

2.1 Pengertian Resorpsi Akar

Dalam ilmu kedokteran gigi, resorpsi akar adalah pengrusakan atau penghancuran yang menyebabkan kehilangan struktur gigi. Hal ini disebabkan oleh kerja sel tubuh yang menyerang bagian dari gigi. Bila kerusakan meluas ke seluruh gigi, dinamakan resorpsi gigi. Kerusakan akar yang parah dapat terjadi bila kerusakan sudah mencapai pulpa, sehingga sangat sulit untuk dirawat dan biasanya memerlukan ekstraksi gigi. Resorpsi akar terjadi akibat diferensiasi makrofag menjadi odontoklas yang akan meresorpsi sementum permukaan akar serta dentin akar. Tingkat keparahannya bervariasi dapat dilihat dari bukti-bukti berupa lubang mikroskopis yang dapat menyebabkan kehancuran pada permukaan akar.4,6-7


(17)

Resorpsi akar dapat disebabkan oleh tekanan pada permukaan akar gigi. Tekanan tersebut dapat berasal dari trauma, erupsi gigi ektopik yang mengenai akar gigi tetangga, infeksi, beban oklusal yang berlebihan , pertumbuhan tumor yang agresif, maupun yang tidak dapat diketahui penyebabnya atau idiopatik. Menurut Weiland, penyebab yang paling umum adalah kekuatan ortodonti.6-7

Akar gigi dilindungi oleh sementum. Sementum merupakan struktur yang menyerupai tulang. Namun sementum lebih resisten terhadap resorpsi daripada tulang. Ada sejumlah teori yang menjelaskan mengapa ini terjadi. Hipotesis yang paling umum adalah bahwa sementum lebih keras dan lebih termineralisasi dibandingkan dengan tulang. Sementum juga bersifat antiangiogenik, sehingga dapat mencegah akses osteoklas. Walaupun demikian, bila kekuatan besar diberikan pada apeks gigi, sementum juga dapat mengalami resorpsi.4,6-7

2.2 Klasifikasi Resorpsi Akar

Resorpsi akar dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu resorpsi akar internal yang dimulai dari pulpa, dan resorpsi akar eksternal yang dimulai dari luar gigi.8-10

2.2.1 Resorpsi Internal

Resorpsi internal diduga terjadi akibat pulpitis kronis. Tronstad (1988) berpendapat adanya jaringan nekrotik menyebabkan resorpsi internal menjadi progresif. Pada kebanyakan kasus, kondisi ini tidak menimbulkan rasa sakit sehingga cenderung hanya dapat didiagnosa sewaktu pemeriksaan radiografi rutin. Pulpitis kronis dapat terjadi akibat trauma , karies atau prosedur iatrogenik seperti preparasi gigi yang salah, ataupun idiopatik. Resorpsi internal jarang terjadi, namun dapat


(18)

muncul pada setiap gigi, baik gigi yang telah direstorasi ataupun gigi yang bebas karies. Defeknya bisa terdapat di mana saja di dalam saluran akar. Bila hal tersebut terjadi pada ruang pulpa, dinamakan ”pink spot” karena pulpa yang membesar terlihat melalui mahkota. Resorpi internal biasanya berjalan lambat. Namun bila tidak dirawat, maka lesi akan menjadi progresif dan menyebabkan perforasi dinding saluran akar sehingga pulpa menjadi mati. Penghancuran dentin yang parah dapat menyebabkan gigi fraktur. Perawatan untuk resorpsi internal tanpa perforasi adalah dengan perawatan saluran akar. Kasus ini memiliki prognosis yang baik dan resorpsi tidak akan terjadi lagi.8

Gambar 9. Pink spot pada incisivus sentral kiri atas12

2.2.2 Resorpsi Eksternal

Resorpsi akar dapat disebabkan oleh beberapa hal, baik umum maupun lokal. Adanya perubahan keseimbangan antara osteoblas dan osteoklas pada ligamen periodontal dapat menghasilkan sementum tambahan pada permukaan akar


(19)

(hipersementosis) atau menyebabkan hilangnya sementum bersama dengan dentin, yang dinamakan resorpsi eksternal. Resorpsi dapat didahului oleh peningkatan suplai darah ke suatu daerah yang berdekatan dengan permukaan akar. Proses inflamasi mungkin disebabkan oleh infeksi, kerusakan jaringan pada ligamen periodontal, atau gingivitis hiperplastik pasca trauma dan epulis. Osteoklas diduga berasal dari derivat monosit darah. Inflamasi meningkatkan permeabilitas dari pembuluh darah, sehingga memungkinkan pelepasan monosit yang akan bergerak ke tulang atau permukaan akar yang cedera. Penyebab lain dari resorpsi meliputi tekanan, bahan kimia, penyakit sistemik dan gangguan endokrin. Menurut Tronstad, resorpsi akar eksternal dapat dibagi menjadi enam jenis.8

2.2.2.1 Resorpsi Permukaan

Resorpsi permukaan merupakan temuan patologis yang umum terjadi pada permukaan akar. Aktivitas osteoklas merupakan respon terhadap injuri pada ligamen periodontal atau sementum. Resorpsi permukaan biasanya dapat dilihat melalui Scanning Electron Microscopy (SEM). Permukaan akar menunjukkan resorption lacunae superfisial (Gambar 2). Kondisi ini dapat mengalami perbaikan spontan berupa pembentukan sementum baru.2,5,8,10

2.2.2.2 Resorpsi Akibat Inflamasi

Resorpsi akibat inflamasi diduga terjadi karena infeksi jaringan pulpa (Gambar 3). Daerah yang terinfeksi biasanya berada di sekitar foramen apikal dan canalis lateralis. Sementum, dentin, dan jaringan periodontal yang berdekatan juga dapat terlibat. Pada pemeriksaan radiografi terlihat adanya radiolusen pada daerah


(20)

Gambar 2. Resorption Lacunae5

tersebut (Gambar 3A). Saluran akar dan tubulus dentin terinfeksi dan nekrosis, serta respon inflamatori dengan aktivitas osteoklas terjadi di dentin dan tulang. Pertambahan aktivitas osteoklas yang berada di dentin pada sebelah kanan menunjukkan pengaruh bakteri yang berada di tubulus dentin (Gambar 3B).6,8-10

2.2.2.3 Resorpsi Penggantian

Resorpsi penggantian (Gambar 4) biasanya terjadi pada trauma yang berat. Resorpsi penggantian sering terjadi setelah replantasi, terutama bila replantasi terlambat dilakukan. Cedera pada permukaan akar biasanya berat, sehingga penyembuhan dengan sementum tidak dapat terjadi, yang menyebabkan kontak langsung antara tulang alveolar dan permukaan akar (Gambar 4A). Proses ini dapat bersifat reversibel apabila permukaan akar yang terlibat kurang dari 20%. Karena osteoklas berkontak langsung dengan dentin, maka resorpsi dapat terus berlangsung tanpa stimulasi hingga tulang alveolar mengggantikan dentin (Gambar 4B). Istilah


(21)

ankylosis dapat digunakan pada kasus ini karena tulang alveolar melekat langsung ke dentin.Secara radiografis, ruang ligamen periodontal tidak akan terlihat karena penggabungan tulang dengan dentin. Pada kasus ini, saluran akar harus diobturasi untuk mencegah resorpsi akar akibat infeksi pulpa.8-12

2.2.2.4 Resorpsi Akibat Tekanan

Tekanan pada akar gigi dapat menyebabkan resorpsi yang merusak jaringan ikat diantara dua permukaan. Tekanan dapat disebabkan oleh gigi yang erupsi atau impaksi (Gambar 5), pergerakan ortodonti, trauma karena oklusi, atau jaringan patologis seperti kista atau neoplasma. Resorpsi akibat tekanan, misalnya akibat perawatan ortodonti dapat terjadi pada apeks gigi , dengan cedera berasal dari tekanan pada sepertiga apeks sewaktu menggerakkan gigi (Gambar 6). Akibatnya dapat terjadi pemendekkan akar gigi (Gambar 6A). Rangsangan terhadap aktivitas osteoklas di apeks akibat tekanan berlebihan selama perawatan ortodonti dapat menyebabkan terjadinya resorpsi akar (Gambar 6B). Osteoklas dapat meluas sampai ke dentin dan mengenai tubulus dentin tanpa adanya bakteri. Menurut Newman, gigi yang paling sering mengalami resorpsi akibat tekanan adalah gigi insisivus karena gigi insisivus lebih sering digerakkan. Tekanan yang diberikan dapat membangkitkan pelepasan sel-sel monosit dan pembentukan osteoklas sehingga terjadi resorpsi. Apabila penyebab tekanan dihilangkan, maka resorpsi dapat dihentikan.8,10


(22)

Inflamasi Bakteri

Osteoklas

Pulpa yang terinfeksi

A B

Gambar 3. Resorpsi inflamasi A.Foto radiografi resorpsi akar eksternal akibat infeksi pulpa. B. Ilustrasi proses terjadinya resorpsi akar akibat infeksi pulpa10

osteoklas Pengisian

saluran akar

A B

Gambar 4. Resorpsi penggantian A. Foto radiografi dari gigi ankylosis akibat resorpsi penggantian. B. Ilustrasi proses terjadinya resorpsi akar akibat infeksi pulpa10


(23)

Pulpa vital

Gigi Impaksi Osteoklas

Gambar 5. Ilustrasi resorpsi akar akibat dorongan dari gigi impaksi10

Osteoklas Pulpa vital

A B

Gambar 6. Resorpsi akibat perawatan ortodonti A. Foto radiografi dari resorpsi akar akibat perawatan ortodonti. B. Ilustrasi proses terjadinya resorpsi akar akibat perawatan ortodonti10

2.2.2.5 Resorpsi Sistemik

Resorpsi sistemik adalah resorpsi yang diakibatkan adanya gangguan sistemik. Jenis ini dapat terjadi pada sejumlah penyakit dan gangguan endokrin,


(24)

seperti : Paget’s disease, calcinosis, Gaucher’s disease dan Turner’s syndrome. Selain itu, resorpsi ini dapat terjadi pada pasien yang menjalani terapi radiasi.8

2.2.2.6 Resorpsi Idiopatik

Etiologi resorpsi akar idiopatik sampai saat ini masih belum diketahui secara jelas. Pada beberapa kasus dapat terjadi resorpsi akar yang penyebabnya bukan karena faktor sistemik maupun lokal . Resorpsi ini dapat terjadi pada satu gigi maupun beberapa gigi. Laju resorpsi bervariasi dari lambat (bertahun-tahun), sampai cepat dan agresif (beberapa bulan) yang melibatkan sejumlah besar kerusakan jaringan. Letak dan bentuk defek resorpsi juga bervariasi. Resorpsi idiopatik dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu resorpsi apikal dan resorpsi servikal. Resorpsi apikal biasanya lambat dan dapat berhenti secara spontan, yang mungkin akan mempengaruhi satu atau beberapa gigi, dengan pemendekan akar secara bertahap, dan apeks gigi tetap bulat. Sedangkan resorpsi servikal terdapat pada bagian servikal gigi. Defek dapat melebar dan berbentuk lekukan dangkal (Gambar 7). Tipe ini dapat juga disebut sebagai resorpsi perifer , resorpsi tersembunyi, pseudo pink spot, atau ekstrakanal invasif. Defek dapat juga dijumpai pada permukaan eksternal gigi yang kemudian berlanjut ke dentin berupa ramifikasi. Hal ini tidak mempengaruhi dentin dan predentin pada sekitar pulpa. Resorpsi tipe ini sering dianggap keliru sebagai resorpsi internal. Resorpsi servikal dapat disebabkan oleh inflamasi kronis ligamen periodontal atau trauma. Resorpsi servikal paling baik ditangani dengan pembedahan dan pembuangan jaringan granulasi. Defek tersebut lalu dibentuk untuk direstorasi. Usia rata-rata pasien yang mengalami resorpsi idiopatik pada wanita adalah berusia


(25)

32 tahun, sedangkan laki-laki berusia 44 tahun. Resorpsi idiopatik lebih sering terjadi pada perempuan daripada laki-laki. Resorpsi akar idiopatik yang terdapat pada beberapa gigi biasanya asimptomatik. Resorpsi ini biasanya dapat diketahui dari foto radiografi. Beberapa pasien mengeluhkan tambalan longgar, restorasi lepas, goyangnya gigi, dan juga nyeri yang berhubungan dengan gigi dan jaringan sekitarnya, namun nyeri terhadap perkusi dan palpasi bukan merupakan gejala awal. Penyebab resorpsi ini tidak tunggal, melainkan berkaitan dengan kondisi lain seperti adanya inflamasi periapikal, tumor atau kista, kekuatan mekanis yang berlebihan atau reimplantasi gigi.8-11

Gambar 7. Foto periapikal resorpsi servikal idiopatik37


(26)

BAB 3

RESORPSI AKAR PADA PERAWATAN ORTODONTI

Resorpsi akar dibedakan menjadi resorpsi akar eksternal dan internal (Gambar 8) Resorpsi internal lebih jarang terjadi bila dibandingkan dengan resorpsi eksternal.8-9,13 Resorpsi akar eksternal dan internal memiliki ciri khas yang dapat dibedakan dengan menggunakan foto Roentgen. Melalui foto Roentgen, dapat ditentukan perawatan yang akan dilakukan serta dapat diramalkan prognosisnya. Resorpsi internal (Gambar 8A) dan resorpsi eksternal (Gambar 8B) sama-sama menunjukkan akar yang memendek dan foramen apikal yang terbuka, namun keduanya memiliki bentuk dan ukuran saluran akar yang berbeda. Saluran akar pada gigi yang mengalami resorpsi internal biasanya membesar dengan dinding akar yang paralel / divergen. Sedangkan pada resorpsi eksternal, ukuran saluran akar umumnya lebih kecil dan dinding akar berbentuk konvergen pada apikal.9,13

3.1 Resorpsi Akar Internal

Resorpsi internal adalah resorpsi pada dentin yang dimulai dari ruang pulpa atau saluran akar. Resorpsi internal terjadi akibat kerusakan pada pulpa, misalnya inflamasi atau infeksi.

3.1.1 Mekanisme Resorpsi Akar Internal

Menurut Haimovici, proses resorpsi dapat terjadi akibat perubahan pH pulpa menjadi asam, misalnya pada pulpitis ireversibel.Kerusakan pulpa juga dapat


(27)

disebabkan oleh bakteri. Ketika pembuluh darah mengalami dilatasi, misalnya karena kesalahan preparasi, bakteri dapat masuk baik melalui tubulus dentin maupun ruang pulpa. Hal ini dapat menyebabkan vaskularisasi jaringan pulpa terhambat lalu nekrosis. Terhambatnya vaskularisasi jaringan pulpa dapat dilihat dari adanya jaringan granulasi dan perubahan sel makrofag menjadi odontoklas. Jaringan granulasi merupakan jaringan vaskular yang terdiri dari leukosit, makrofag, monosit dan limfosit, yang menyebabkan gigi terlihat berwarna merah muda (pink spot). Dengan adanya odontoklas, maka terjadi proses resorpsi. Pada kasus trauma, terjadi pendarahan dalam pulpa sehingga terbentuk bekuan darah yang kemudian digantikan oleh jaringan granulasi yang menekan dinding dentin ruang pulpa atau saluran akar. Jaringan granulasi tersebut lalu berdiferensiasi menjadi dentinoklas yang berperan meresorpsi struktur gigi yang keras . Trauma kronis dapat menyebabkan perubahan jaringan ikat pulpa yang tidak berdiferensiasi menjadi sel multinuklear raksasa yang berperan dalam proses resorpsi. Sel-sel ini berikatan dengan dentin dan menyebabkan terbentuknya defek-defek pada permukaan dentin berupa lakuna yang terdiri dari dentinoklas (Gambar 9). Dengan adanya diferensiasi dentinoklas, proses biokimia menjadi aktif. Struktur gigi yang keras mulai larut akibat perubahan pH pulpa, sehingga permukaan dentin menjadi kasar dan menyebabkan tubulus dentin terbuka (Gambar 10). Bersamaan dengan terbentuknya lakuna, jaringan granulasi yang mulai membesar dan memberi tekanan pada dentin juga menyebabkan terjadinya resorpsi.9,14,35


(28)

Gambar 8. Foto radiografi resorpsi akar A. Internal B. Eksternal9

Gambar 9. Dentinoklas multinuklear (tanda panah) di dalam lubang lubang resorpsi pada resorpsi internal14

Gambar 10. SEM dari permukaan dentin yang kasar dan tidak rata dengan sejumlah lubang resorpsi disertai tubulus dentin yang terbuka14


(29)

3.2 Resorpsi Akar Eksternal

Pada perawatan ortodonti, resorpsi akar yang terjadi umumnya adalah resorpsi akar eksternal. Resorpsi akar eksternal terjadi pada 100 persen pasien, dan pada tingkat keparahan tertentu, resorpsi tersebut menyebabkan kerugian pada pasien. Maka sebelum melakukan perawatan ortodonti, seorang dokter gigi harus mengetahui mekanisme terjadinya resorpsi, faktor predisposisi, dan cara penanganan resorpsi.2,3,15

3.2.1 Mekanisme Resorpsi Akar Eksternal

Osteoblas dan osteoklas berperan penting dalam pergerakan gigi secara ortodonti. Sewaktu tekanan diberikan, resorpsi tulang alveolar akan terjadi pada daerah yang menerima tekanan. Osteoklas berperan dalam terjadinya resorpsi tulang alveolar dan fungsinya adalah menghancurkan tulang. Sementara osteoblas akan melakukan remodeling (pembentukan tulang) pada daerah yang tidak menerima tekanan.4

Selama pergerakan gigi pada perawatan ortodonti, ligamen periodontal dihadapkan pada kekuatan mekanis berupa tekanan dan tarikan. Pada pemberian tekanan besar, pembuluh darah tertutup sehingga terjadi nekrose pada daerah yang tertekan. Daerah nekrose ini disebut hialinisasi karena tidak adanya vaskularisasi. Studi terbaru mengemukakan bahwa ada tidaknya hialin pada ligamen periodontal mempengaruhi insidensi terjadinya resorpsi akar. Hialinisasi merupakan proses yang umum terjadi bila tekanan besar diberikan pada akar gigi dalam waktu yang lama. Proses hialinisasi pada ligamen periodontal biasanya terjadi setelah 2-4 hari, dan hialin tetap berada pada ligamen periodontal selama 4-8 minggu sejak tekanan


(30)

diberikan. Selama periode ini, resorpsi pada soket akar tidak terjadi, sementara resorpsi terjadi pada tulang alveolar. Setelah 8 minggu, hialin dieliminasi dari ligamen periodontal oleh makrofag yang merupakan sel pertama sampai di daerah nekrotik. Proses eliminasi terjadi pada perifer dari zona hialin dengan syarat suplai darah pada ligamen periodontal tidak terhambat. Pada periode ini, terjadi resorpsi pada dinding soket yang diberi tekanan sehingga gigi dapat bergerak. Resorpsi akan berhenti seiring dengan hilangnya hialin. Sel-sel makrofag ini juga berperan meresorpsi lapisan presementum dari akar gigi dan diikuti oleh sel multinuklear (odontoklas) yang menyerang sementum dan dentin. Dan pada saat yang bersamaan, terdapat ruang kosong yang luas sepanjang permukaan akar yang mengalami tekanan. Namun ruang ini dapat diperbaiki setelah hialin disingkirkan dari ligamen periodontal dan sementoblast mensekresikan sementum seluler. Menurut Vardimon (1993), sementum seluler dikaitkan dengan perbaikan akar yang cepat, sedangkan sementum aseluler dikaitkan dengan perbaikan akar yang lambat. Sementum aseluler ditemukan pada awal perbaikan tulang dan sementum seluler berperan pada proses perbaikan selanjutnya. Proses perbaikan ini tejadi sekitar dua minggu setelah beban dihilangkan. Bila beban tidak dihilangkan, selain proses perbaikan tidak terjadi, maka sel-sel sitokin seperti interleukin-1 (IL-1) dan Tumor Necrosis Factor (TNF) akan menginduksi terjadinya inflamasi. Adanya inflamasi yang terus-menerus pada ligamen periodontal dan leukosit yang aktif akan menyebabkan terjadinya resorpsi pada akar 2,4,9,15-16

Kekuatan ortodonti mempengaruhi sementum dan lapisan sementoid akan diresorpsi. Kerusakan ini dapat diperbaiki sementoblas bila perawatan diakhiri atau


(31)

pada waktu antara dua kunjungan. Namun bila sementoblas tidak memperbaiki kerusakan tersebut, maka akan mengakibatkan terjadinya resorpsi akar yang sedang sampai berat. Resorpsi akar dikatakan sedang sampai berat bila panjang akar gigi berkurang sampai 20 persen. Dengan menggunakan acuan ini, Killiany mendapati insidens terjadinya resorpsi akar sedang sampai berat pada remaja adalah sebesar 3 persen, dan pada orang dewasa sebesar 4 persen.3,15

Para peneliti juga menyatakan bahwa kekuatan yang diberikan secara terus menerus cenderung menyebabkan resorpsi yang lebih besar daripada kekuatan yang diberikan secara intermiten.15-16

3.2.2 Faktor Predisposisi Terjadinya Resorpsi Akar Eksternal

Faktor individu memegang peranan penting dalam terjadinya resorpsi akar pada perawatan ortodonti. Masing-masing individu memiliki tingkat kerentanan yang berbeda terhadap resorpsi akar pada perawatan ortodonti. Faktor-faktor pada individu yang berkaitan dengan terjadinya resorpsi akar dapat dibagi menjadi faktor biologis dan faktor mekanis.1-3,17

3.2.2.1 Faktor Biologis

Faktor biologis meliputi faktor genetik, keadan gigi, kesehatan rongga mulut , kondisi sistemik, kebiasaan, jenis kelamin, dan usia pasien. Resorpsi akar pada pasien yang memiliki faktor resiko tinggi lima kali lebih besar dibandingkan pasien lain yang beresiko rendah, walaupun besar dan lama kekuatan diberikan sama (Gambar 11).2-3


(32)

Gambar11. Histologi apikal akar dari dua buah premolar dengan perawatan yang identik selama 3 minggu (a) pada pasien yang beresiko tinggi terhadap resorpsi (tanda panah) hampir mengenai pulpa.(b) Pada pasien yang beresiko rendah; permukaan akar utuh tanpa terjadi resorpsi1

3.2.2.1.1 Faktor Genetik

Interleukin-1 (IL -1) dan TNF merupakan sitokin pro-inflamasi yang menginduksi sintesis beberapa protein dan menyebabkan inflamasi akut ataupun kronis. Al-Qawasmi mengidentifikasi hubungan antara ketidakseimbangan gen IL-1B dengan resorpsi akar eksternal pada pasien yang dirawat ortodonti. Kandidat gen lain yang juga memicu terjadinya resorpsi akar eksternal adalah TNSALP, yang memegang peran penting dalam mineralisasi dan pembentukan sementum. Bila TNSALP tidak berfungsi dengan baik, formasi sementum aseluler menjadi rusak dan perbaikan akar terhambat. Ngan (2004) meneliti kontribusi genetik dalam terjadinya resorpsi akar pada perawatan ortodonti dan mendapati bahwa adanya hubungan keluarga terutama saudara kandung memperlihatkan hubungan genetik terhadap resorpsi akar.1-4,15,21,34


(33)

3.2.2.1.2 Keadaan Gigi

Tiap individu memiliki akar yang berbeda-beda. Lavender dan Malmgren (1988) membagi jenis-jenis bentuk akar menjadi lima kelompok, yaitu : normal, pendek, tumpul, bengkok, dan bentuk pipet (Gambar 12).15

Mirabella dan Artun menganggap bahwa bentuk akar merupakan faktor resiko resorpsi akar yang signifikan. Sameshima dan Sinclair melaporkan bahwa gigi dengan morfologi akar yang abnormal cenderung mengalami resorpsi akar bila dibandingkan dengan akar gigi yang normal. Pada bentuk akar yang tidak normal, bila kekuatan ortodonti difokuskan pada daerah tertentu di apeks gigi , maka resorpsi akar lebih mudah terjadi. Perawatan ortodonti pada gigi yang akarnya belum tumbuh sempurna juga dapat menyebabkan resorpsi akar.2,15,18

Selain morfologi, keadaan gigi yang pernah mengalami trauma, apabila dilakukan perawatan ortodonti, akan lebih beresiko mengalami resorpsi akar daripada

gigi yang tidak mengalami trauma. Pada tahun 1974, Wickwire mengungkapkan

bahwa gigi yang dirawat endodonti menyebabkan peningkatan resorpsi akar. Namun pada penelitian yang dilakukan Spurrier pada tahun 1990 dan Mirabella pada tahun 1995 menyebutkan bahwa gigi yang dirawat endodonti menurunkan insidens resorpsi akar.12

Menurut Lee dan Kjar, maloklusi yang berat, misalnya openbite juga memperparah resorpsi akar. Overjet yang besar menunjukkan tingkat resorpsi yang lebih besar pada gigi maksila, terutama gigi insisivus sentralis, insisivus lateralis dan


(34)

kaninus. Sedangkan overbite yang besar hanya menunjukkan resorpsi akar yang tinggi pada insisivus lateral maksila.1-3,12,15,17,19

Pada pasien yang baru saja melakukan transplantasi gigi , dokter gigi harus menunggu paling sedikit 3 bulan pasca transplantasi sebelum memberikan kekuatan pada gigi. Reaksi gigi yang ditransplantasi terhadap kekuatan ortodonti sama dengan gigi normal lainnya.42

Gambar 12. Klasifikasi bentuk akar oleh Lavender dan Malmgren (1988) A) Normal B) Pendek C) Tumpul D) Bengkok E) Bentuk pipet15

3.2.2.1.3 Kesehatan Rongga Mulut

Kehilangan tulang alveolar cenderung terjadi pada pasien dewasa, karena pasien dewasa lebih berpotensial mengalami penyakit periodontal seperti gingivitis dan periodontitis. Eliasson, dkk (1982) meneliti bahwa dengan tidak adanya plak sewaktu kekuatan ortodonti diberikan, maka kehilangan tulang akibat perawatan ortodonti tidak akan terjadi. Boyd, dkk (1989) membandingkan suatu kelompok orang dewasa yang semuanya mengalami periodontitis dengan suatu kelompok orang dewasa dan remaja yang mempunyai periodontium sehat. Kelompok yang mengalami


(35)

periodontitis menjalani terapi periodontal sebelum di beri penanganan orthodonti selam 3 bulan. Lalu kedua group diberi penanganan ortodonti. Hasilnya tidak ada perbedaan berarti pada kedua kelompok itu. Hal ini menunjukkan bahwa perawatan ortodonti aman dilakukan pada pasien yang memiliki jaringan periodontal yang sehat walaupun kehilangan tulang alveolar. Resorpsi akar sebanyak sepertiga apikal tidak dapat menyebabkan gigi goyang, kecuali resorpsi akar diikuti dengan kehilangan tulang alveolar. Oleh karena itu, selama perawatan ortodonti, kesehatan jaringan pendukung gigi harus diperhatikan.1-3,20,22

3.2.2.1.4 Kondisi Sistemik

Penyakit-penyakit sistemik seperti diabetes, arthritis, dan asma serta malnutrisi merupakan faktor predisposisi yang mempercepat terjadinya resorpsi akar pada perawatan ortodonti. Pasien asma kronis baik yang mendapatkan perawatan maupun tidak, memiliki resiko yang tinggi terhadap resorpsi akar, yang dapat dilihat dari penumpulan drastis pada akar molar maksila. Hal ini dapat terjadi karena dekatnya akar dengan sinus maksila yang terinflamasi dan atau tanpa mediator inflamasi pada pasien-pasien ini. Pasien yang alergi, misalnya terhadap rumput, serbuk bunga, bulu binatang, nikel, dan makanan juga rentan terhadap resorpsi akar. Hal ini dikuatkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Owman-Moll dan Kurol (2000) pada pasien yang mengalami resorpsi akar , kebanyakan alergi terhadap serbuk bunga dan bulu binatang.1-3,21


(36)

3.2.2.1.5 Kebiasaan

Kebiasaan buruk seperti menggigit kuku merupakan salah satu faktor predisposisi resorpsi akar pada perawatan ortodonti. Penelitian yang dilakukan pada 63 pasien yang terdiri dari kelompuk uji dan kelompok kontrol dimana pasien memiliki kebiasaan menggigit kuku menunjukkan panjang akar gigi insisivus sentralis dan lateralis rahang atas dan bawah berkurang. Selain itu, kelompok yang diuji juga menunjukkan kehilangan crest alveolar yang signifikan pada regio anterior. Namun tidak ada perbedaan panjang mahkota yang signifikan antara kelompok yang diuji dengan kelompok kontrol. Kebiasaan lain, seperti bruksism atau adanya traumatik oklusi juga merupakan faktor predisposisi dari resorpsi akar.1-3,20,21

3.2.2.1.6 Jenis Kelamin

Penelitian yang dilakukan Baumrind, dkk (1996) pada sekelompok pasien dewasa yang melakukan perawatan ortodonti menunjukkan prevalensi resorpsi akar yang lebih besar pada pria daripada wanita. Sedangkan Kjar (1995) menemukan prevalensi yang lebih besar pada wanita daripada pria. Kjar juga menemukan tidak ada perbedaan resorpsi akar signifikan antara laki-laki dan perempuan yang pernah melakukan perawatan endodonti.1-3,21,23

3.2.2.1.7 Usia

Semua jaringan yang terlibat dalam proses resorpsi menunjukkan perubahan seiring bertambahnya usia. Membran periodontal menjadi aplastik dan kurang vaskular, tulang menjadi lebih padat, avaskular dan aplastik, serta pembentukan


(37)

kolagen lebih lambat. Perubahan ini dapat dilihat dari tingkat kerentanan yang lebih besar pada orang dewasa.1-3,21

3.2.2.2 Faktor Mekanis

Faktor mekanis yang menyebabkan terjadinya resorpsi akar pada perawatan ortodonti meliputi jenis pesawat, besar kekuatan yang diberikan, jenis pergerakan gigi, dan lama perawatan.

3.2.2.2.1 Jenis Pesawat

Jenis pesawat termasuk teknik perawatan ortodonti dapat mempengaruhi terjadinya resorpsi akar. Resorpsi akar lebih sedikit ditemukan pada pesawat lepasan bila dibandingkan dengan pesawat cekat. Namun pesawat penuntun erupsi menyebabkan resorpsi yang berat pada gigi insisivus. Hal ini dikarenakan pesawat ini menggunakan bahan tebal menyerupai elastomer yang dipasang diantara insisivus untuk membatasi perkembangan gigi secara vertikal dan mengoreksi gigitan yang dalam. Selama perawatan, pasien harus menggigit dengan kuat pesawat tersebut sehingga menyebabkan terjadinya resorpsi akar gigi.1,21,24-25

3.2.2.2.2 Tipe pergerakan

Resorpsi akar juga bergantung pada tipe pergerakan. Tipe pergerakan yang menyebabkan permukaan akar secara langsung ditekan mengenai tulang alveolar, dapat memicu resorpsi akar. Intrusi menyebabkan resorpsi yang lebih berat dibandingkan ekstrusi karena pergerakan intrusi menyebabkan tertekannya tulang alveolar (Gambar 13). Gerakan tipping menyebabkan resorpsi yang lebih besar


(38)

daripada gerakan bodily. Hal ini dikarenakan kekuatan pada gerakan tipping difokuskan pada apeks gigi. Pergerakan rotasi menyebabkan resorpsi pada daerah yang menerima tekanan. Apabila gerakan rotasi dilakukan searah jarum jam, maka daerah yang mengalami resorpsi adalah daerah distobukal dan mesiolingual.2-3,26-27

Gambar13. Akar premolar (a) kontrol. (b) yang mengalami intrusi. (c) yang mengalami ekstrusi. Pembesaran 153x. Panah menunjukkan area resorpsi26

3.2.2.2.3 Besar Tekanan

Besar kekuatan yang diberikan untuk menggerakkan gigi mempengaruhi beratnya resorpsi akar. Semakin besar kekuatan, semakin besar resorpsi yang terjadi. Kekuatan ringan menghasilkan pergerakan gigi yang lebih besar serta resorpsi yang kecil bila dibandingkan dengan kekuatan yang besar. Disamping itu, aplikasi perawatan diskontinu menghasilkan lebih sedikit resorpsi daripada perawatan kontinu.1-3,28

3.2.2.2.4 Lama Perawatan

Pada pasien yang memiliki faktor resiko, lama perawatan dapat meningkatkan resorpsi apikal akar. Pergerakan rotasi dapat menimbulkan resorpsi yang parah,


(39)

tergantung pada lama perawatannya. Resorpsi pada pergerakan rotasi terlihat setelah dua minggu perawatan.Area resorpsi terlihat berupa sejumlah cekungan yang dangkal, tetapi kontur akar belum berubah. Tiap area resorpsi memiliki kedalaman dan perluasan yang berbeda-beda, namun hanya terbatas pada sementum (Gambar 14). Gigi yang dirotasi selama tiga minggu menunjukkan resorpsi yang lebih parah dibanding gigi yang dirotasi selama dua minggu (Gambar 15).1-3,28-29,35

Pada umumnya , resorpsi pada gigi yang dirotasi selama 4 minggu hampir terlihat pada seluruh permukaan akar gigi dibandingkan gigi yang digerakkan selama dua dan tiga minggu, namun area resorpsinya tidak lagi membesar. Resorpsi pada sepertiga tengah akar cenderung lebih besar dan dalam, serta mencapai dentin dan menyebabkan tubulus dentin terbuka (Gambar 16).28-29,35

Pada gigi yang dirotasi selama 6 minggu, sepertiga tengah permukaan akar merupakan gigi yang paling terpengaruh pada daerah prominensia akar (tonjolan antara bukal dan distal dan antara permukaan lingual dan mesial). Kebanyakan lakunanya dalam, dan tubulus dentin terlihat lebih jelas (Gambar 17). Sepertiga servikal dan sepertiga apikal menunjukkan insidens resorpsi yang rendah. Sepertiga apikal menunjukkan beberapa area resorpsi, namun dangkal dan tidak ada perubahan kontur apikal.4,17,29


(40)

Gambar 14. Gambaran resorpsi akar setelah 2 minggu perawatan, A. Beberapa resorpsi area (R) pada permukaan akar distal (tanpa pembesaran) B. Resorpsi berupa cekungan pada sepertiga tengah (pembesaran 55x)29

Gambar 15. Gambaran resorpsi akar setelah 3 minggu perawatan. A. area resorpsi (R) pada permukaan akar distal (pembesaran 19x) B. Resorpsi pada sepertiga tengah, hanya mempengaruhi sementum (pembesaran 270x)29


(41)

Gambar 16. Gambaran resorpsi akar setelah 4 minggu perawatan. A Area resorpsi (R) pada permukaan distal (pembesaran 30x). B Pembesaran lebih besar pada daerah sepertiga tengah akar. Panah menunjukkan tubulus dentin dari dentin yang teresorbsi (pembesaran 740x)29

Gambar 17. SEM dari 6 minggu perawatan. A. Area resorpsi (R) pada permukaan distal. Pembesaran 17x. B. Beberapa tubulus dentin yang terpapar karena proses resorpsi. Pembesaran 960x29


(42)

3.2.3 Prevalensi Resorpsi Akar pada Perawatan Ortodonti

Kerentanan gigi terhadap resorpsi pada satu individu berbeda antara satu gigi dengan gigi lainnya. Menurut Newman, insisivus sentralis maksila merupakan gigi yang paling rentan terhadap resorpsi akar, diikuti oleh premolar maksila dan insisivus lateralis. Sedangkan gigi yang mengalami resorpsi paling parah adalah gigi insisivus lateralis maksila (1.47 mm) diikuti oleh insisivus sentralis maksila (1.24 mm) dan kaninus maksilaris (1.14 mm). Pada bagian mandibula, gigi yang mengalami resorpsi paling parah adalah kaninus (0.89 mm) diikuti insisivus lateralis (0.8mm) dan insisivus sentralis (0.68mm).17,19,22,30


(43)

BAB 4

PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN RESORPSI AKAR

Resorpsi akar berat akibat perawatan ortodonti dapat merugikan pasien. Oleh karena itu, dokter gigi harus melakukan tindakan pencegahan terhadap resorpsi. Namun, apabila terjadi resorpsi, perawatan terhadap resorpsi dapat berupa perawatan endodonti ataupun penggunaan LIPUS ( Low-Intensity Pulsed Ultrasounds).

4.1 Pencegahan Resorpsi Akar

Resorpsi akar merupakan penyebab iatrogenik pada perawatan ortodonti. Maka dari itu, seorang dokter gigi harus memperhatikan segala faktor untuk mengurangi terjadinya resorpsi akar. Beberapa pertimbangan yang diperhatikan sehubungan dengan resorpsi akar : 3,4,16,18,25

4.1.1 Sebelum Perawatan

Sebelum dilakukan perawatan, pasien harus diinformasikan mengenai resiko resorpsi akar sebagai konsekuensi dari perawatan ortodonti. Seorang dokter gigi harus menjelaskan keuntungan dan kerugian dari perawatan serta menjelaskan kerentanan masing-masing individu terhadap resorpsi akar. Bila dokter gigi memulai perawatan dengan memperhatikan semua faktor resiko, maka resorpsi akar dapat dikurangi.18

Beberapa studi membuktikan adanya hubungan keluarga dengan insidens resorpsi akar. Ketika merawat pasien baru dimana salah satu anggota keluarganya pernah dirawat, maka dokter gigi harus melihat rekam medis anggota keluarganya


(44)

yang pernah dirawat termasuk foto radiografinya. Bila terdapat anggota keluarga pasien yang rentan terhadap resorpsi akar, maka ada kemungkinana bahwa pasien tersebut juga rentan terhadap resorpsi akar. Selain itu kondisi sistemik, jenis kelamin, usia dan kondisi gigi geligi pasien harus diperhatikan dalam melakukan rencana perawatan.18

4.1.2 Selama Perawatan

Pada perawatan ortodonti sering digunakan kawat persegi light-force sebagai kawat inisial. Menurut Proffit dan Fields, kawat ini dapat menghasilkan pergerakan yang cepat pada tahap awal perawatan, sehingga memicu terjadinya resorpsi akar. Oleh karena itu, langkah perawatan tahap awal harus dilakukan dengan hati-hati sampai diperoleh data pasti.18

Setelah 6 bulan perawatan , harus dilakukan foto periapikal dari gigi yang sedang dirawat. Karena insisivus merupakan gigi yang cenderung sering mengalami resorpsi, maka perubahan morfologi akarnya dapat mewakili seluruh gigi. Ketika resorpsi terdeteksi pada foto periapikal setelah 6 bulan perawatan , perawatannya harus dihentikan selama 2-3 bulan dengan menggunakan archwire pasif. Penghentian perawatan selama 3 bulan pada satu rahang sementara perawatan tetap dilakukan pada rahang antagonisnya merupakan solusi yang dapat diimplementasikan tanpa mengubah protokol perawatan.18

Bila perawatan sudah lama, foto periapikal tetap harus dilakukan. Bila terjadi resorpsi ringan, prosedur yang telah disebutkan diatas dapat dilakukan. Bila terjadi resorpsi berat, perawatan harus diubah ; pilihan alternatif adalah fiksasi terhadap gigi


(45)

yang goyang akibat resorpsi, dan gigi yang mengalami resorpsi tidak digerakkan sampai gigi tersebut mengalami perbaikan.18

Kekuatan ortodonti memicu terjadinya proses inflamasi yang dapat menyebabkan terjadinya resorpsi akar. Inflamasi ditandai dengan adanya nyeri. Bila pasien mengeluhkan nyeri selama perawatan, obat-obat anti-inflamasi dapat diberikan untuk mengurangi inflamasi sehingga resorpsi akar dapat dihindari. Anti-inflamasi yang dapat digunakan adalah golongan NSAIDs, seperti aspirin, acetaminophen dan ibuprofen. Kortikosteroid seperti kortisol juga memiliki efek anti-inflamasi. Pemberian kortikosteroid dengan dosis kecil (1 mg/kgBB) dapat mengurangi resorpsi akar. Namun kortikosteroid dengan dosis besar selama perawatan ortodonti dapat memperparah resorpsi.3,34

Penyakit-penyakit seperti alergi dan asma juga memicu terjadinya resorpsi akar. Glukokortikoid diresepkan untuk inflamasi dan penyakit-penyakit autoimun, seperti rheumatoid arthritis, dermatitis, alergi dan asma. Bila penyakit-penyakit tersebut dapat diatasi, maka resorpsi akar dapat berkurang.3,33-34

4.1.3 Setelah Perawatan

Pada akhir perawatan, rekam medis akhir termasuk radiografi diperlukan untuk evaluasi. Apabila resorpsi terlihat pada radiografi akhir, pasien harus diberitahu. Radiografi akan berguna untuk perawatan pada saudara pasien. Bila pasien rentan terhadap resorpsi akar, maka ada kemungkinan saudara pasien juga rentan terhadap resorpsi akar (Gambar 18).18


(46)

Untuk gigi dengan resorpsi yang berat, pemeriksaan radiografi dilakukan secara berkala sampai resorpsi berhenti. Disamping itu harus diperhatikan apakah setelah braket dilepas, terjadi perbaikan sementum / penghentian proses aktif dari resorpsi akar secara alami . Bila resorpsi berjalan terus, perawatan endodonti dapat dilakukan. Pemeriksaan adanya traumatik oklusi sewaktu fase retainer penting karena traumatik oklusi dapat menyebabkan resorpsi akar yang berat.18

4.1.4 Alat Diagnosa

Bentuk akar dan posisi akar menentukan tingkat kerentanan suatu gigi terhadap resorpsi akar eksternal. Untuk mengevaluasi bentuk akar dan posisi akar, dokter gigi pada umumnya menggunakan foto panoramik atau periapikal sebagai tambahan dari sefalometri. Foto periapikal penting untuk membandingkan panjang akar sebelum perawatan dan setelah perawatan. Insisivus maksila digunakan sebagai acuan untuk melihat adanya resorpsi karena insisivus maksila merupakan gigi yang paling sering mengalami resorpsi pada 6-9 bulan pertama perawatan aktif. Oleh karena itu, penting untuk mengambil foto periapikal secara periodik selama perawatan.18,32

Penggunaan foto panoramik menguntungkan karena paparan radiasi lebih sedikit, waktu yang dibutuhkan lebih sedikit dan kerjasama pasien lebih baik. Namun bentuk akar yang jelas sulit diperoleh dari foto panoramik. Bila gigi tertentu diduga mengalami resorpsi akar , maka foto periapikal harus dilakukan untuk menghindari kesalahan.32


(47)

Gambar 18. Sefalogram setelah perawatan dari dua kakak beradik yang menunjukkan kesamaan derajat resorpsi akar yang ekstrim, yang diyakini bahwa tingkat kerentanan merupakan faktor genetik.18

Radiografi merupakan alat yang paling populer dalam prosedur diagnosa. Namun karena keterbatasannya, foto periapikal biasa mungkin menutupi / mengaburkan defek utama permukaan akar. Teknologi modern seperti CT scan lebih sering digunakan pada penelitian. Keuntungan memakai CT scan lebih besar daripada radiografi konvensional, namun CT scan sangatlah mahal dan membutuhkan peralatan khusus. Efek pada permukaan bukal dan lingual tidak dapat terlihat dengan menggunakan radiografi konvensional, tetapi dapat terlihat dengan menggunakan CT scan. Tambahan berupa pandangan mesial/distal dengan foto periapikal dapat meningkatkan keakuratan diagnosis resorpsi akar. Sensitivitas radiografi konvensional dan digital hampir sama , namun sistem digital mampu memperlihatkan sejak dini perubahan kecil pada panjang akar (Gambar 19). Foto digital memiliki kualitas yang lebih tinggi dibandingkan radiografi konvensional, dan pengurangan radiasi sebanyak 70% serta tidak menggunakan bahan kimia. Disamping itu,


(48)

modifikasi cahaya dan saturasi dapat dilakukan pada foto digital sehingga identifikasi dari jaringan anatomis dan jaringan patologis dapat dilakukan.17,31,32

Gambar 19. Penggunaan CT scan untuk melihat bentuk tiga dimensi dari gigi, akar dan tulang alveolar31

Sampai saat ini, tidak ada acuan yang akurat dalam memperkirakan kerentanan ataupun keparahan resorpsi pasien. Tiga bulan setelah perawatan, resorpsi akar dapat terdeteksi hanya pada beberapa gigi. Jumlahnya meningkat secara signifikan setelah enam bulan perawatan. Untuk memantau adanya resorpsi akar , prosedur pemeriksaan yang standar adalah pemeriksaan radiografi setelah enam bulan perawatan. Pada gigi yang beresiko tinggi, seperti akar berbentuk pipet, kontrol radiografi setiap tiga bulan sangat dianjurkan.18


(49)

4.2 Penanggulangan Resorpsi Akar

Perawatan resorpsi akar pada perawatan ortodonti meliputi pemberian obat-obatan, perawatan endodonti dan penggunaan LIPUS.

4.2.1 Penanggulangan Resorpsi Akar Internal

Penyebab spesifik resorpsi internal sulit diketahui ketika defek terlihat, karena biasanya resorpsi internal asimptomatik. Ada beberapa teori yang berkaitan dengan resorpsi internal. Infeksi dan trauma diduga menjadi faktor yang berperan penting. Perawatan ortodonti juga diduga merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya resorpsi internal.8-14

Sebagai contoh pada sebuah laporan kasus, dimana seorang anak berusia 13 tahun dirujuk ke klinik endodonti untuk perawatan gigi insisivus lateral kanan atas. Pasien dalam kondisi kesehatan yang baik, tanpa riwayat trauma pada gigi. Pasien sebelumnya sedang menjalani perawatan ortodonti. Foto panoramik yang diambil sebelum perawatan tidak menunjukkan adanya kelainan (Gambar 20). Pesawat ortodonti dipasang dan kawat Ni-Ti telah disesuaikan dua kali, tetapi 4 bulan kemudian pasien mengeluh sakit spontan pada gigi insisivus lateralis kanan atas. Foto periapikal (Gambar 21) diambil dan ditemukan defek resorpsi internal berbentuk oval dengan diameter 5 mm pada sepertiga tengah saluran akar gigi tersebut (Gambar 21A).13


(50)

Gambar 20. Foto panoramik sebelum perawatan menunjukkan tidak adanya resorpsi akar pada seluruh gigi.13

Pada gigi tersebut terdapat restorasi resin komposit yang inadekuat, sehingga terdapat karies sekunder di bawah restorasi. Gigi tersebut memberi respon negatif terhadap pemeriksaan panas dan elektrik, namun memberi respon positif terhadap perkusi. Diagnosa gigi tersebut adalah nekrosis pulpa dengan adanya inflamasi yang memicu terjadinya resorpsi internal.13

Perawatan dimulai dengan perawatan endodonti tanpa anestesi. Gigi tersebut diobservasi 3 hari setelah perawatan endodonti pertama (Gambar 21B). Setelah perawatan endodontik dilakukan, pasien dapat melanjutkan kembali perawatan ortodonti, dan pemeriksaan radiografi tetap dilakukan secara berkala. Satu tahun pasca obturasi, pasien kembali ke klinik endodonti untuk restorasi akhir gigi incisivus tersebut. Setelah 18 bulan, foto radiografi menunjukkan ligamen periodontal yang normal, kecuali remodeling tulang pendukung (Gambar 21C ).13


(51)

A B C

Gambar 21. Foto periapikal A.Diambil 1 hari setelah pasien mengeluh sakit spontan. B. setelah perawatan endodontik dilakukan. C. pasca obturasi setelah 18 bulan13

Pada kasus ini, pergerakan gigi secara ortodontik dan invasi bakteri pada karies merupakan faktor iritan terhadap jaringan pulpa, dan keduanya menyebabkan inflamasi kronik pada pulpa. Namun, sulit untuk menentukan apakah salah satu iritan tersebut merupakan penyebab independen atau keduanya bekerja secara sinergis.12,13

4.2.2 Penanggulangan Resorpsi Akar Eksternal

Bila resorpsi akar terdeteksi, perawatan yang dilakukan dapat berupa perawatan endodonti atau penggunaan LIPUS.

4.2.2.1 Perawatan Endodonti

Studi sebelumnya mengungkapkan bahwa resorpsi akar merupakan dampak

yang wajar pada perawatan ortodonti. Penelitian oleh Kokich menyatakan bahwa resorpsi akan berhenti ketika perawatan ortodonti dihentikan. Namun pada beberapa kasus, resorpsi dapat terus berlanjut setelah perawatan ortodonti dihentikan. Resorpsi ini hanya dapat terjadi pada gigi yang masih vital. Perawatan untuk kasus seperti ini adalah dengan perawatan endodonti. Bila resorpsi tersebut menyebabkan gigi goyang,


(52)

maka perawatan dapat dikombinasikan dengan splinting intrakoronal. Ankylosis dapat terjadi pada gigi yg dirawat endodonti. Pada kasus resorpsi yang menyebabkan gigi goyang, maka ankylosis menguntungkan. Namun bila ankylosis terjadi sewaktu gigi akan digerakkan, maka tindakan pembedahan harus dilakukan.12,37

4.2.2.2 Penggunaan LIPUS

Ultrasonik, gelombang akustik yang frekuensinya diatas ambang pendengaran manusia, dapat ditransmisikan melalui dan ke dalam jaringan biologis manusia, dan telah banyak digunakan di bidang kedokteran. Salah satunya seperti pada terapi penyakit TMJ. Intensitas ultrasonik yang digunakan untuk terapi dan bedah adalah

sebesar 1-3 W/cm2. LIPUS (Low-intensity Pulsed Ultrasound) efektif memicu

pembentukan fibroblas dari sel makrofag, dan memicu angiogenesis selama penyembuhan luka, dan mempercepat pertumbuhan tulang pasca fraktur.1,4,5

Sekitar 100 tahun yang lalu, Roux menyatakan bahwa ”menggetarkan tulang” dengan stimulus fungsional dapat mengoptimalkan pertumbuhan jaringan. Telah dilaporkan bahwa LIPUS dapat meningkatkan pertumbuhan apikal pada insisivus mandibula dan mempercepat laju erupsi gigi. Belakangan ini, telah diketahui bahwa ultrasonik dapat berfungsi sebagai anti-inflamasi. Karena ultrasonik merangsang produksi faktor pertumbuhan, pembentukan protein tulang, anti-inflamasi, dan memperbaiki jaringan gigi, maka dapat disimpulkan bahwa LIPUS dapat membantu penyembuhan resorpsi akar yang terjadi akibat perawatan ortodonti.5

Percobaan menggunakan LIPUS dilakukan oleh El-Bialy pada 12 pasien wanita yang memerlukan ekstraksi premolar pertama pada perawatan ortodonti. Tiap


(53)

pasien dipasangkan pegas yang diaktifkan di sebelah bukal yang berfungsi untuk menggerakkan gigi premolar pertama ke arah fasial, dengan kekuatan inisial sebesar 50g; kekuatannya diberikan secara konstan dengan tetap memperhatikan hasil pergeseran dari pegas setiap minggu. LIPUS hanya digunakan pada sebelah kiri mulut pasien dan sebelah kanan sebagai kontrol (Gambar 22).5

Tidak ada pasien yang merasa tidak nyaman ataupun kesakitan selama dan sesudah penggunaan ultrasonik. Juga tidak ada bukti adanya efek kerusakan pada jaringan lunak di sekitar gigi. Setelah 4 minggu perawatan LIPUS, pegasnya dilepas dan premolar pertama tersebut diekstraksi, lalu diperiksa dengan SEM. Pengamatan dengan SEM menunjukkan pengurangan yang signifikan pada area resorpsi yang dirawat dengan LIPUS (Gambar 23).5

Gambar 22.Transduser ultrasonik diletakkan pada lipatan mukobukal pada area premolar pertama. Terdapat pegas yang terletak antara molar pertama dan molar pertama5


(54)

Fakta bahwa ultrasonik telah dapat digunakan secara aman dengan intensitas dan frekuensi yang lebih tinggi pada janin manusia membuat frekuensi yang lebih rendah dapat diterima untuk memperbaiki resorpsi akar. Penggunaan LIPUS selama 20 menit setiap hari dalam waktu empat minggu didasarkan pada penelitian bahwa dosis minimum dapat menghasilkan efek histologis (3-4 minggu).1,5

Hasil yang diperoleh dari penelitian menunjukkan bahwa penggunaan LIPUS selama perawatan ortodonti meningkatkan perbaikan dari resorpsi akar tanpa menghentikan perawatan ortodonti. Tingkat getaran gelombang ultrasonik berbanding terbalik dengan kedalaman penetrasi jaringan; diduga bahwa energi input pada perawatan langsung lebih besar dari perawatan tidak langsung. Peningkatan vaskularitas pada pulpa adalah hasil sampingan dari laporan sebelumnya bahwa ultrasonik meningkatkan pembentukan pembuluh darah. Degenerasi dan fibrosis dapat terjadi karena kekuatan ortodonti ataupun karena overdosis LIPUS, karena terlihat secara histologis bahwa sementum dibentuk secara berlebihan.5

A B

Gambar 23. Perbedaan resorption lacunae pada A. Gigi yang dirawat LIPUS B. Grup kontrol.5


(55)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada perawatan ortodonti, resorpsi akar yang terjadi umumnya adalah resorpsi akar eksternal. Resorpsi akar eksternal terjadi hampir pada setiap pasien yang dirawat ortodonti. Pada tingkat keparahan tertentu, resorpsi menyebabkan kerugian pada pasien. Maka sebelum melakukan perawatan ortodonti, seorang dokter gigi harus mengetahui mekanisme, faktor predisposisi, dan cara pananganan resorpsi.

Foto radiografi diambil secara berkala selama perawatan berguna untuk mendeteksi terjadinya resorpsi, sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan. Apabila resorpsi terlihat selama perawatan, maka pergerakkan pada gigi yang mengalami resorpsi harus dihentikan sampai gigi tersebut mengalami pemulihan.

Inflamasi karena perawatan ortodonti yang kurang baik juga memicu terjadinya resorpsi akar. Bila terlihat gejala inflamasi pada pasien, maka dokter gigi dapat meresepkan obat anti inflamasi sebagai pencegahan terhadap resorpsi akar.

Namun apabila resorpsi tidak dapat berhenti, perawatan yang dilakukan adalah perawatan endodonti karena resorpsi tidak terjadi pada gigi non vital. Perawatan terbaru untuk memperbaiki resorpsi akar adalah dengan menggunakan LIPUS. LIPUS berfungsi memicu pembentukan fibroblas dan memperbaiki jaringan gigi serta sebagai anti inflamasi.


(56)

DAFTAR PUSTAKA

1. Ramanathan C, Hofman Z. Root resorption in relation to orthodontic tooth

movement. ACTA MEDICA 2006; 49(2): 91-5.

2. Owman-Moll P, Kurol J. Root resorption after orthodontic treatment in high-and low-risk patients: analysis of allergy as a possible predisposing factor. Eur J Orthod 2000; 22: 657-63.

3. Abuabara A. Biomechanical aspects of external root resorption in orthodontic therapy. Med Oral Patol Oral Cir Bucal 2007; 12(8):E610-3.

4. Abass SK, Hartsfield JK. Orthodontic and external apical root resorption.

Seminars in Orthodontics 2007; 13(4): 246-56.

5. El-Bialy T, El-Shami Iman, Graber TM. Repair of orthodontically induced

root resorption by ultrasound in humans. Am J Orthod Dentofac 2004; 126(2):186-92.

6. Healey D. Root resorption.

<www.orthodontists.org.nz/articles/root-resorption.asp>(12 November 2009)

7. Anonymous. Root resorption.<http://wikipedia.org/wiki/root_resorption.htm> (5 Oktober 2009)

8. Carrotte P. Endodontics: Part 9 Calcium hydroxide, root resorption,

endo-perio lesions. Br Dent J 2004; 197(12): 735-43.

9. Gartner AH, Mack T, Somerlott RG, Walsh LC. Differential diagnosis of


(57)

10.Fuzz Z, Tsesis, Lin S. Root resorption- diagnosis, classification and treatment choices based on stimulation factors. Dental Traumatology 2003; 19: 175-82.

11.Liang H, Burkes EJ, Frederiksen NL. Multiple idiopathic cervical root

resorption: systematic review and report of four cases. Dentomaxillofacial Radiology 2003; 32: 150-55.

12.Gholston LR, Mattison GD. An endodontic-orthodontic technique for esthetic stabilization of externally resorbed teeth. Am J Orthod 1983; 83(5): 435-40.

13.Kinomoto Y, Noro T, Ebisu S. Internal root resorption associated with

inadequate caries removal and orthodontic therapy. J Endodont 2002; 28(5): 405-7.

14.Wedenberg C, Zetterqvist L. Internal resorption in human teeth - A

histological, scanning electron microscopic, and enzyme histochemical study. J Endodont 1987; 13(6): 255-9.

15.Oyama K, Motoyoshi M, Hirabayashi M, Hosoi K, Shimizu N. Effect of root

morphology on stress distribution at the root apex. Eur J Orthod 2007; 29(2): 113-7.

16.Owman-Moll, Kurol J. The early reparative process of orthodontically

induced root resorption in adolescents- location and type of tissue. Eur J Orthod 1998; 20: 727-32.

17.Harris EF. Root resorption during orthodontic therapy. Seminars in


(58)

18.Brezniak N, Wasserstein A. Orthodontically induced inflammatory root resorption. Part II: The Clinical Aspects. Angle Orthodontist 2002; 72(2): 180-3.

19.Malmgren O, Goldson L, Hill C, Orwin A, Petrini L, Lundberg M. Root

resorption after orthodontic treatment of traumatized teeth. Am J Orthod 1982; 82(6): 487-90.

20.Hwang CJ, Kim JS. Changes of root lengths and crestal bone height in nail biting patients. Korea J Orthod 1999; 29(6): 689-98.

21.Brezniak N, Wasserstein A. Root resorption after orthodontic treatment: Part 2. Literature review. Am J Orthod Dentofac Orthop 1993; 103: 138-46.

22.Lupi JE, Handelman CS, Sadowsky C. Prevalence and severity of apical root resorption and alveolar bone loss in orthodontically treated adults. Am J Orthod Dentofac Orthop 1996; 109(1): 28-36.

23.Spurrier SW, Hall SH, Joondeph DR, Shapiro PA, Riedel RA. A comparison

of apical root resorption during orthodontic treatment in endodontically treated and vital teeth. Am J Orthod Dentofac Orthop 1990; 97(2): 130-4.

24.Janson G, Nakamura A, Freitas MR, Fernando J, Henriques C, Pinzan A.

Apical root resorption comparison between Frankel and eruption guidance appliances. Am J Orthod Dentofac Orthop 2007; 131(6): 729-35.

25.Acar A, Canyurek U, Kocaaga M, Erverdi N. Continuous vs. discontinuous


(59)

26.Han GL, Huang SF, Hoff JW, Zeng XL, Kuijpers-Jagtman AM. Root resorption after orthodontic intrusion and extrusion: An intraindividual study. Angle Orthod 2005; 75(6): 912-8.

27.Parker RJ, Harris EF. Directions of orthodontic tooth movements associated with external apical root resorption of the maxillary central incisor. Am J Orthod Dentofac Orthop 1998; 114(6): 677-83.

28.Gonzales C, Hotokezaka H, Yoshimatsu M, Yozgatian JH, Darendeliler MA,

Yoshida N. Force magnitude and duration effects on amount of tooth movement and root resorption in the rat molar. Angle Orthodontist 2008; 78(3): 502-9.

29.Jimenez-Pellegrin C, Arana-Chavez VE. Root resorption in human

mandibular first premolars after rotation as detected by scanning electron microscopy. Am J Orthod Dentofac Orthop 2004; 126(2): 178-84.

30.Sameshima GT, Sinclair PM. Predicting and preventing root resorption: Part I. Diagnostic factors. Am J Orthod Dentofac Orthop 2001; 119(5): 505-10. 31.Anonymous. 3D digital study model. <

http://www.anatomage.com/Clinical-Orthodontics.html > (12 November 2009 ).

32.Sameshima GT, Asgarifar KO. Assessment of root resorption and root shape: periapical vs panoramic films. Angle Orthod 2001; 71(3): 185-9.

33.Bartzela T, Turp JC, Motschall E, Maltha JC. Medication effects on the rate of orthodontic tooth movement: A systemic literature review. Am J Orthod Dentofac Orthop 2009; 135(1): 16-24.


(60)

34.Brezniak N, Wasserstein A. Orthodontically induced inflammatory root resorption. Part 1: The basic Science Aspects. Angle Orthod 2002; 72(2): 175-8.

35.Skaljac-Staudz G, Katunaric M, Ivic-Kardum M. Internal Resorption,

Therapy and Filling. Acta Stomatol Croat 2000; 34(4): 431-3

36.Dolanmaz D, Karaman A, Pampu A, Topkara A. Orthodontic Treatment of an

Ankylosed Maxillary Central Incisor through Osteogenic Distraction. Angle Orthod 2010; 80: 391-5.

37.Heithersay GS. Invasive cervical resorption. <http://www.edodoncja.pl/rozne 04.html>(13 November 2010)


(1)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada perawatan ortodonti, resorpsi akar yang terjadi umumnya adalah resorpsi akar eksternal. Resorpsi akar eksternal terjadi hampir pada setiap pasien yang dirawat ortodonti. Pada tingkat keparahan tertentu, resorpsi menyebabkan kerugian pada pasien. Maka sebelum melakukan perawatan ortodonti, seorang dokter gigi harus mengetahui mekanisme, faktor predisposisi, dan cara pananganan resorpsi.

Foto radiografi diambil secara berkala selama perawatan berguna untuk mendeteksi terjadinya resorpsi, sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan. Apabila resorpsi terlihat selama perawatan, maka pergerakkan pada gigi yang mengalami resorpsi harus dihentikan sampai gigi tersebut mengalami pemulihan.

Inflamasi karena perawatan ortodonti yang kurang baik juga memicu terjadinya resorpsi akar. Bila terlihat gejala inflamasi pada pasien, maka dokter gigi dapat meresepkan obat anti inflamasi sebagai pencegahan terhadap resorpsi akar.

Namun apabila resorpsi tidak dapat berhenti, perawatan yang dilakukan adalah perawatan endodonti karena resorpsi tidak terjadi pada gigi non vital. Perawatan terbaru untuk memperbaiki resorpsi akar adalah dengan menggunakan LIPUS. LIPUS berfungsi memicu pembentukan fibroblas dan memperbaiki jaringan gigi serta sebagai anti inflamasi.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

1. Ramanathan C, Hofman Z. Root resorption in relation to orthodontic tooth movement. ACTA MEDICA 2006; 49(2): 91-5.

2. Owman-Moll P, Kurol J. Root resorption after orthodontic treatment in high-and low-risk patients: analysis of allergy as a possible predisposing factor. Eur J Orthod 2000; 22: 657-63.

3. Abuabara A. Biomechanical aspects of external root resorption in orthodontic therapy. Med Oral Patol Oral Cir Bucal 2007; 12(8):E610-3.

4. Abass SK, Hartsfield JK. Orthodontic and external apical root resorption. Seminars in Orthodontics 2007; 13(4): 246-56.

5. El-Bialy T, El-Shami Iman, Graber TM. Repair of orthodontically induced root resorption by ultrasound in humans. Am J Orthod Dentofac 2004; 126(2):186-92.

6. Healey D. Root resorption. <www.orthodontists.org.nz/articles/root-resorption.asp>(12 November 2009)

7. Anonymous. Root resorption.<http://wikipedia.org/wiki/root_resorption.htm> (5 Oktober 2009)

8. Carrotte P. Endodontics: Part 9 Calcium hydroxide, root resorption, endo-perio lesions. Br Dent J 2004; 197(12): 735-43.

9. Gartner AH, Mack T, Somerlott RG, Walsh LC. Differential diagnosis of internal and external root resorption. J Endodont 1976; 2(11): 329-34.


(3)

10.Fuzz Z, Tsesis, Lin S. Root resorption- diagnosis, classification and treatment choices based on stimulation factors. Dental Traumatology 2003; 19: 175-82. 11.Liang H, Burkes EJ, Frederiksen NL. Multiple idiopathic cervical root

resorption: systematic review and report of four cases. Dentomaxillofacial Radiology 2003; 32: 150-55.

12.Gholston LR, Mattison GD. An endodontic-orthodontic technique for esthetic stabilization of externally resorbed teeth. Am J Orthod 1983; 83(5): 435-40. 13.Kinomoto Y, Noro T, Ebisu S. Internal root resorption associated with

inadequate caries removal and orthodontic therapy. J Endodont 2002; 28(5): 405-7.

14.Wedenberg C, Zetterqvist L. Internal resorption in human teeth - A histological, scanning electron microscopic, and enzyme histochemical study. J Endodont 1987; 13(6): 255-9.

15.Oyama K, Motoyoshi M, Hirabayashi M, Hosoi K, Shimizu N. Effect of root morphology on stress distribution at the root apex. Eur J Orthod 2007; 29(2): 113-7.

16.Owman-Moll, Kurol J. The early reparative process of orthodontically induced root resorption in adolescents- location and type of tissue. Eur J Orthod 1998; 20: 727-32.

17.Harris EF. Root resorption during orthodontic therapy. Seminars in Orthodontics 2000; 6(3): 183-94.


(4)

18.Brezniak N, Wasserstein A. Orthodontically induced inflammatory root resorption. Part II: The Clinical Aspects. Angle Orthodontist 2002; 72(2): 180-3.

19.Malmgren O, Goldson L, Hill C, Orwin A, Petrini L, Lundberg M. Root resorption after orthodontic treatment of traumatized teeth. Am J Orthod 1982; 82(6): 487-90.

20.Hwang CJ, Kim JS. Changes of root lengths and crestal bone height in nail biting patients. Korea J Orthod 1999; 29(6): 689-98.

21.Brezniak N, Wasserstein A. Root resorption after orthodontic treatment: Part 2. Literature review. Am J Orthod Dentofac Orthop 1993; 103: 138-46.

22.Lupi JE, Handelman CS, Sadowsky C. Prevalence and severity of apical root resorption and alveolar bone loss in orthodontically treated adults. Am J Orthod Dentofac Orthop 1996; 109(1): 28-36.

23.Spurrier SW, Hall SH, Joondeph DR, Shapiro PA, Riedel RA. A comparison of apical root resorption during orthodontic treatment in endodontically treated and vital teeth. Am J Orthod Dentofac Orthop 1990; 97(2): 130-4. 24.Janson G, Nakamura A, Freitas MR, Fernando J, Henriques C, Pinzan A.

Apical root resorption comparison between Frankel and eruption guidance appliances. Am J Orthod Dentofac Orthop 2007; 131(6): 729-35.

25.Acar A, Canyurek U, Kocaaga M, Erverdi N. Continuous vs. discontinuous force application and root resorption. Angle Orthod 1999; 69(2): 159-64.


(5)

26.Han GL, Huang SF, Hoff JW, Zeng XL, Kuijpers-Jagtman AM. Root resorption after orthodontic intrusion and extrusion: An intraindividual study. Angle Orthod 2005; 75(6): 912-8.

27.Parker RJ, Harris EF. Directions of orthodontic tooth movements associated with external apical root resorption of the maxillary central incisor. Am J Orthod Dentofac Orthop 1998; 114(6): 677-83.

28.Gonzales C, Hotokezaka H, Yoshimatsu M, Yozgatian JH, Darendeliler MA, Yoshida N. Force magnitude and duration effects on amount of tooth movement and root resorption in the rat molar. Angle Orthodontist 2008; 78(3): 502-9.

29.Jimenez-Pellegrin C, Arana-Chavez VE. Root resorption in human mandibular first premolars after rotation as detected by scanning electron microscopy. Am J Orthod Dentofac Orthop 2004; 126(2): 178-84.

30.Sameshima GT, Sinclair PM. Predicting and preventing root resorption: Part I. Diagnostic factors. Am J Orthod Dentofac Orthop 2001; 119(5): 505-10. 31.Anonymous. 3D digital study model. <

http://www.anatomage.com/Clinical-Orthodontics.html > (12 November 2009 ).

32.Sameshima GT, Asgarifar KO. Assessment of root resorption and root shape: periapical vs panoramic films. Angle Orthod 2001; 71(3): 185-9.

33.Bartzela T, Turp JC, Motschall E, Maltha JC. Medication effects on the rate of orthodontic tooth movement: A systemic literature review. Am J Orthod Dentofac Orthop 2009; 135(1): 16-24.


(6)

34.Brezniak N, Wasserstein A. Orthodontically induced inflammatory root resorption. Part 1: The basic Science Aspects. Angle Orthod 2002; 72(2): 175-8.

35.Skaljac-Staudz G, Katunaric M, Ivic-Kardum M. Internal Resorption, Therapy and Filling. Acta Stomatol Croat 2000; 34(4): 431-3

36.Dolanmaz D, Karaman A, Pampu A, Topkara A. Orthodontic Treatment of an Ankylosed Maxillary Central Incisor through Osteogenic Distraction. Angle Orthod 2010; 80: 391-5.

37.Heithersay GS. Invasive cervical resorption. <http://www.edodoncja.pl/rozne 04.html>(13 November 2010)