Sertifikat Bank Indonesia SBI Penerbitan SBI

investasi di deposito sendiri merupakan salah satu jenis investasi yang bebas resiko. Pengalihan dana oleh investor dari pasar modal ke deposito tentu akan mengakibatkan penjualan saham besar-besaran sehingga akan menyebabkan penurunan indeks harga saham. Bagi masyarakat sendiri, tingkat suku bunga yang tinggi berarti tingkat inflasi di negara tersebut cukup tinggi. Dengan adanya inflasi yang tinggi akan menyebabkan berkurangnya tingkat konsumsi riil masyarakat sebab nilai uang yang dipegang masyarakat berkurang. Ini akan menyebabkan konsumsi masyarakat atas barang yang dihasilkan perusahaan akan menurun pula. Hal ini tentu akan mengurangi tingkat pendapatanperusahaan sehingga akan mempengaruhi tingkat keuntungan perusahaan, yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan tersebut Sunariyah,2006.

2.1.1.4. Tujuan Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia

Sebagai otoritas moneter, BI berkewajiban memelihara kestabilan nilai rupiah. Dalam paradigma yang dianut, jumlah uang primer uang kartal dan uang giral di BI yang berlebihan dapat mengurangi kestabilan nilai Rupiah. SBI diterbitkan dan dijual oleh BI untuk mengurangi kelebihan uang primer tersebut.

2.1.1.5. Dasar Hukum Sertifikat Bank Indonesia

Dasar hukum penerbitan SBI adalah UU No.23 Tahun 1999 tentang Bank Sentral, Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.3167KEPDIR tanggal 23 Juli 1998 tentang Penerbitan dan Perdagangan Sertifikat Bank Indonesia serta Intervensi Rupiah, dan Peraturan Bank Indonesia Nomor 62PBI2004 tanggal 16 Februari 2004 tentang Bank Indonesia – Scripless Securities Settlement System.

2.1.1.6. Karakteristik Sertifikat Bank Indonesia

SBI memiliki karakteristik sebagai berikut www.bi.go.id : 1. Jangka waktu maksimum 12 bulan dan sementara waktu hanya diterbitkan untuk jangka waktu 1 dan 3 bulan. 2. Denominasi: dari yang terendah Rp 50 juta sampai dengan tertinggi Rp 100 miliar. 3. Pembelian SBI oleh masyarakat minimal Rp 100 juta dan selebihnya dengan kelipatan Rp 50 juta. 4. Pembelian SBI didasarkan pada nilai tunai berdasarkan diskonto murni true discount yang diperoleh dari rumus berikut ini: 5. Pembeli SBI memperoleh hasil berupa diskonto yang dibayar di muka. Nilai Diskonto = Nilai Nominal – Nilai Tunai 6. Pajak Penghasilan PPh atas diskonto dikenakan secara final sebesar 15 . 7. SBI diterbitkan tanpa warkat scripless. 8. SBI dapat diperdagangkan di pasar sekunder.

2.1.1.7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Suku Bunga

Setiap investor selalu mengharapkan agar uang atau dana yang ditanam menjadi berkembang oleh karena memperoleh suku bunga. Akan tetapi kalau terjadi inflasi akibat tingkat harga naik, jumlah uang yang diterima daya belinya akan berkurang. Jadi bunga yang diterima harus sudah memperhitungkan tingkat �� �� � �� = �� �� � � � � ��� ��� + [�� � � �� � �� � � �� ] inflasi premi inflasi. Seorang investor harus mengorbankan konsumsinya sekarang karena uangnya untuk di investasikan, maka untuk itu wajar jika investor menuntut agar dalam menentukan tingkat bunga dipertimbangkan adanya preferensi waktu premi preferensi waktu. Investor harus membayar pajak atas bunga yang diterimanya, maka investor juga menghendaki agar pajak premi pajak juga dipertimbangkan dalam menentukan besarnya tingkat bunga. Darmawi 2006:182 menyatakan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tingkat suku bunga yaitu harapan akan inflasi, jatuh tempo sekuritas atau kredit, keberadaan risiko pada peminjaman, risiko tentang penarikan sekuritas sebelum jatuh tempo, kemampuan pemasaran dan pajak. Yang dimaksud dengan tingkat suku bunga adalah persentase dari pokok pinjaman yang harus dibayar oleh peminjam kepada pemberi pinjaman sebagai imbal jasa yang dilakukan dalam suatu periode tertentu yang telah disepakati kedua belah pihak.

2.1.2. Indeks Nikkei 225

Nikkei 225 adalah sebuah indeks pasar saham di Bursa Efek Tokyo. Indeks ini telah dihitung oleh harian Nihon Keizai Shimbun Nikkei sejak 7 September 1950. Metode perhitungannya menggunakan perhitungan harga rata-rata unit dalam yen, dan komponen saham perusahaan yang tercantum dalam indeks akan ditinjau setahun sekali. Saham perusahaan yang tercatat dalam Indeks Nikkei 225 merupakan saham yang paling aktif diperdagangkan dalam bursa efek Tokyo. Saat ini, Nikkei adalah indeks yang paling banyak digunakan sebagai panduan bagi investor ketika akan berinvestasi www.en.wikipedia.org . Indeks ini dibuat untuk mencerminkan kondisi pasar saham, oleh karena itu pergerakan setiap indeks sektor industri dinilai setara dan tidak ada pembobotan yang lebih untuk sektor-sektor industri tertentu www.nni.nikkei.co.jpecffrmarketnikkeiindex.cfm. Berbagai macam event yang terjadi di pasar saham Tokyo seperti stock splits, perpindahan dan penambahan dari saham yang beredar akan memberikan dampak atas perhitungan indeks dan bilangan pembaginya divisor.

2.1.2.1. Metode Perhitungan Indeks Nikkei 225

Metode Perhitungan Indeks Nikkei 225 menggunakan rumus sebagai berikut : ������ 5 ∑ ���� � Sumber : www.nni.nikkei.co.jp Dimana Σp adalah jumlah seluruh harga saham yang tercatat di Indeks Nikkei 225 dan divisor adalah angka yang ditentukan oleh otoritas bursa sebagai bilangan pembagi en.wikipedia.org. Nilai divisor berdasar perhitungan otoritas bursa per April 2009 adalah sebesar 24.656. Bagi saham-saham yang harganya kurang dari 50 yen, maka harga sahamnya akan dihitung 50 yen. Untuk penggunaan harga, ditentukan berdasar prioritas sebagai berikut : 1. Harga khusus terbaru 2. Harga saat ini 3. Harga standar Perusahaan yang tercatat di Indeks Nikkei 225 merupakan perusahaan besar yang telah beroperasi secara global, termasuk di Indonesia. Dengan naiknya Indeks

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh The Fed Rate, Indeks Dow Jones Dan Nikkei 225 Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2013

9 83 85

Analisis Perbedaan Kinerja Reksadana Saham Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Dengan Metode Sharpe Dan Treynor Di Bursa Efek Indonesia

0 32 86

Analisis Pengaruh SBI, Kurs Rupiah, Harga Emas Dunia, Indeks Hang Seng dan Indeks Nikkei 225 terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) (studi kasus Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2008-2011)

0 2 109

Pengaruh Indeks Nikkei 225 Dan Inflasi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Pada Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2010-2014

2 5 69

ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DAN SUKU BUNGA TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2007 – 2015

1 11 128

Pengaruh Inflasi, Kurs dan Suku Bunga SBI terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Indonesia Periode 2005 2009

1 5 62

Pengaruh Nilai Tukar Rupiah, Inflasi, dan Suku Bunga terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2008 - 2012.

0 0 24

Pengaruh Suku Bunga Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed Rate), Indeks Dow Jones, Indeks Nikkei 225 dan Indeks Hang Seng Terhadap Indeks Saham Harga Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia Periode 2010 - 2015.

0 0 14

PENGARUH INFLASI, SUKU BUNGA DAN KURS TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN PADA BURSA EFEK INDONESIA

0 0 9

PENGARUH INFLASI, BI RATE, KURS USDIDR, INDEKS SHCOMP, DAN INDEKS NIKKEI 225 TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) (Studi Pada Bursa Efek Indonesia Periode 2015-2017)

0 0 9