Analisis Pengaruh SBI, Kurs Rupiah, Harga Emas Dunia, Indeks Hang Seng dan Indeks Nikkei 225 terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) (studi kasus Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2008-2011)

(1)

ANALISIS PENGARUH SBI, KURS RUPIAH, HARGA EMAS DUNIA, INDEKS HANG SENG DAN INDEKS NIKKEI 225 TERHADAP INDEKS

HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG)

(studi kasus Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2008-2011)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh: Adit Tia Nugraha NIM : 109081000097

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Adit Tia Nugraha

2. Tempat tanggal lahir : Tangerang, 13 September 1991

3. Alamat : Jl. Kampung Rawa Barat RT/RW 01/05 No. 24 Pondok Aren-Tangerang Selatan

4. Telepon : 083893742354

5. E-mail : adittia_nugraha@ymail.com

II. PENDIDIKAN

1. SDN Jombang I Tahun 1997-2003

2. SMP Negeri 6 Tangerang Selatan Tahun 2003-2006 3. SMA Negeri 1 Tangerang Selatan Tahun 2006-2009 4. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2009-2013

III. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Hermanto

2. Ibu : Sri Utari

3. Alamat : Jl. Kampung Rawa Barat RT/RW 01/05 No. 24 Pondok Aren-Tangerang Selatan

IV. PENGALAMAN ORGANISASI

 Kepanitiaan Program Pengenalan Studi dan Almamater Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai staff divisi Humas.


(7)

V. PELATIHAN DAN SEMINAR YANG DIIKUTI

1. 23 Desember 2009 : Diskusi Publik “Kemana Arah Isu Kasus Century: Polemik dan Perang Persepsi”

2. 20 Mei 2010 : Seminar Nasional “Peran Asuransi Dalam Era Globalisasi”.

3. 8 Juni 2012 : A Training Course On: “Sekolah Pasar Modal” Basic Training of Fundamental & Technical Analysis.

4. 15 September 2012 : Seminar “Islamic Economy Revivalism, between Theory and Practice”.


(8)

THE ANALYSIS OF THE EFFECT OF SBI, RUPIAH EXCHANGE RATE, GOLD PRICE, HANG SENG INDEX AND NIKKEI 225 INDEX ON

COMPOSITE STOCK PRICE INDEX (IHSG)

(a case study of Indonesia stock exchange (idx) period 2008-2011)

ABSTRACT

The aim of this research is to examine the effect of the SBI interest rate, exchange rate, price of gold, Hang Seng Index and the Nikkei 225 index on Indonesia Stock Exchange. The analytical method used in this study is multiple regression analysis. Before doing multiple regression analysis, we must do a classic assumption test. This is necessary so that the regression equation is BLUE (Best, Linear, Unbiased, Estimator). In addition to assessing the goodness of fit from a model, we use coefficient of determination test, F test and t test. This research using a monthly data from 2008 – 2011 for each variable.

Results from this study indicate that the Rupiah Exchange rate negatively affect the IHSG with t value of Exchange rate is -0,808947 and a probability value of 0,0172. While the variables of Gold Prices and Hang Seng Index, had a positive effect on IHSG with t value of Gold Prices is 0,809716 and Hang Seng Index 0,553794 with probability value of Gold Prices is 0,0000 and Hang Seng Index is 0,0006. Mean whileof the SBI interest rate and the 225 Nikkei index variable that does not have the significant effect on the IHSG with the probability value respectively 0,0612 and 0,4817. The value of adjusted R square is 96,65%. This means that 96,65% IHSG movement can be predicted from the movement of the five independent variables. And while the remaining 3,15% is influenced of the oil price, GDP, Dow Jones Index, etc.

Key words: SBI, Exchange Rate, Gold Price, Hang Seng Index, Nikkei 225 Index, IHSG.


(9)

ANALISIS PENGARUH SBI, KURS RUPIAH, HARGA EMAS DUNIA, INDEKS HANG SENG DAN INDEKS NIKKEI 225 TERHADAP INDEKS

HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG)

(studi kasus Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2008-2011)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh tingkat suku bunga SBI, kurs rupiah, harga emas, Indeks Hang Seng dan Indeks Nikkei 225 di bursa efek Indonesia. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis regresi berganda. Salah satu syarat untuk melakukan uji analisis berganda perlu dilakukan uji asumsi klasik. Hal ini diperlukan agar persamaan regresi yang dihasilkan bersifat BLUE (Best,Linear,Unbiased,Estimator). Selain itu untuk menilai goodness of fit suatu model dilakukan uji koefisien determinasi, uji F, dan uji t. Penelitian ini menggunakan data bulanan dari tahun 2008 - 2011 untuk tiap variabel penelitian.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Kurs Rupiah berpengaruh negatif terhadap IHSG dengan nilai t hitung Kurs Rupiah sebesar -0,808947 dan nilai probailitas sebesar 0,0172. Sementara variabel Harga Emas Dunia dan Indeks Hang Seng berpengaruh positif terhadap IHSG dengan nilai t hitung Harga Emas Dunia sebesar 0,809716 dan Indeks Hang seng 0,553794 dengan nilai probailitas Harga Emas Dunia sebesar 0,0000 dan Indeks Hang Seng sebesar 0,0006. Sedangkan Variabel Tingkat Suku Bunga SBI dan Indeks Nikkei 225 yang tidak memilki pengaruh signifikan terhadap IHSG dengan nilai probabilitas masing-masing sebesar 0,0612 dan 0,4817. Selain itu diperoleh bahwa nilai adjusted R square adalah 96,65%. Ini berarti 96,65% pergerakan IHSG dapat diprediksi dari pergerakan kelima variabel independen tersebut. Sedangkan sisanya sebesar 3,15% dipengaruhi oleh variabel lain yaitu harga minyak dunia, GDP, Indeks Dow Jones dan lain-lain.

Kata kunci : SBI, Kurs Rupiah, Harga Emas Dunia, Indeks Hang Seng, Indeks Nikkei 225, IHSG.


(10)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW yang mengantarkan manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang ini. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak dapat terselesaikan tanpa dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:

1. Kedua orang tua, ayahanda Hermanto dan ibunda Sri Utari yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil serta doa yang tiada henti-hentinya kepada penulis.

2. Segenap keluarga yang telah menyemangati dan membantu penyelesaian skripsi ini.

3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Dr. Ahmad Dumyathi B, MA selaku Ketua Jurusan Manajemen dan dosen Pembimbing Skripsi I yang telah berkenan memberikan tambahan ilmu dan solusi pada setiap permasalahan atas kesulitan dalam penulisan skripsi ini. Bimbingan dan arahan untuk membimbing penulis selama menyusun skripsi.

5. Ibu Titi Dewi Warninda, SE, M. Si selaku Sekretaris Jurusan Manajemen dan dosen Pembimbing Skripsi II yang telah bersedia memberikan banyak ilmu dan solusi pada setiap permasalahan atas kesulitan dalam penulisan skripsi ini.


(11)

6. Seluruh Bapak/Ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan pengetahuan yang sangat bermanfaat selama masa perkuliahan. 7. Naimatul Fauziah yang telah sabar menemani dan memberikan support yang

begitu banyak kepada penulis.

8. Seluruh teman-teman Manajemen C/2009 yang selalu kompak di dalam kelas maupun luar kelas.

9. Seluruh staf dan karyawan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak khususnya dalam bidang manajemen keuangan.

Jakarta, Juli 2013 Penulis


(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

ABSTRACT . ... viii

ABSTRAK ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GRAFIK ... xvi

DAFTAR GAMBAR... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

1. Tujuan Penelitian ... 7

2. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II LANDASAN TEORI ... 10

A. Teori yang berkenaan dengan variabel yang diambil ... 10

1. Teori Makro Ekonomi ... 10

2. Pasar Modal Indonesia ... 11

3. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ... 15

4. Tingkat Suku Bunga SBI ... 18

5. Kurs Rupiah ... 20

6. Harga Emas Dunia ... 22


(13)

8. Indeks Nikkei 225 ... 27

B. Penelitian Terdahulu ... 29

C. Keterkaitan antara variabel independen dengan variabel dependen ... 32

D. Kerangka Pemikiran ... 35

E. Hipotesis ... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 38

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 38

B. Metode Penentuan Sampel ... 38

C. Metode Pengumpulan Data ... 39

D. Metode Analisis ... 40

1. Test Granger Causality ... 40

2. Pengujian Asumsi Klasik ... 41

a. Uji Normalitas ... 42

b. Uji Multikolinearitas ... 42

c. Uji Heteroskedastisitas ... 43

d. Uji Autokorelasi ... 44

3. Analisis Regresi Linier Berganda ... 44

4. Uji F ... 45

5. Uji t ... 46

6. Koefisien Determinasi ... 47

E. Operasional Variabel Penelitian ... 48

1. Variabel Dependen ... 48

2. Variabel Independen... 48

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 51

A.Gambaran Umum Objek Penelitan ... 51

1. Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia ... 51

2. Deskripsi Variabel Penelitian ... 52

a. Perkembang Indeks Harga Saham Gabungan ... 52

b. Tingkat Suku Bunga SBI ... 55


(14)

d. Harga Emas Dunia ... 58

e. Indeks Hang Seng ... 60

f. Indeks Nikkei 225 ... 62

B. Analisis dan Pembahasan ... 64

1. Test Granger Causality ... 64

2. Pengujian Asumsi Klasik ... 65

a. Uji Normalitas ... 65

b. Uji Multikolinearitas ... 67

c. Uji Heterokedastisitas... 68

d. Uji Autokorelasi ... 69

3. Hasil dan Pembahasan ... 70

a. Uji F ... 70

b. Uji t ... 71

4. Analisis Regresi Linier Berganda ... 77

5. Koefisien Determinasi ... 79

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 81

A. Kesimpulan ... 81

B. Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 83 LAMPIRAN


(15)

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman

2.1 PenelitianTerdahulu ... 29

4.1 Data IHSG ... 53

4.2 Data SBI ... 55

4.3 Data Kurs Rupiah ... 57

4.4 Data Harga Emas Dunia ... 58

4.5 Data Indeks Hang Seng ... 60

4.6 Data Indeks Nikkei 225 ... 62

4.7 Hasil Uji Granger Causality ... 64

4.8 Hasil Uji Granger Causality ... 64

4.9 Hasil Uji Multikolinieritas ... 67

4.10 Hasil Uji Breusch-Pagan-Godfrey ... 68

4.11 Hasil Uji Breusch-Pagan-Godfrey Serial Correlarion LM test .. 69

4.12 Hasil Uji F ... 70

4.13 Hasil Uji t ... 72

4.14 Hasil Uji Regresi Linier Berganda ... 77


(16)

DAFTAR GRAFIK

No. Keterangan Halaman

4.1 Perkembangan IHSG ... 54

4.2 Perkembangan SBI ... 56

4.3 Perkembangan Kurs Rupiah ... 57

4.4 Perkembangan Harga Emas Dunia ... 59

4.5 Perkembangan Indeks Hang Seng ... 61


(17)

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran ... 35 4.1 Uji Normalitas ... 66


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan Halaman

1. Output Test Granger Causality ... 86

2. Output Regresi Linier Berganda ... 86

3. Output Uji Normalitas ... 87

4. Output Uji Multikolinieritas ... 87

5. Output Uji Breusch-Pagan-Godfrey ... 87

6. Output Uji Autokorelasi ... 88

7. Data Variabel Dependen dan Independen Tahun 2008-2011 ... 89

8. Data Variabel Dependen (log) dan Independen (log) Tahun 2008-2011 ... 90


(19)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Dalam beberapa tahun terakhir, kondisi ekonomi dunia mengalami keadaaan yang tidak diharapkan oleh setiap negara. Krisis kredit macet yang terjadi di Amerika Serikat menjadi sebuah krisis global pada tahun 2008 dan memberikan dampak negatif terhadap seluruh negara di dunia. Dampak yang cukup besar harus dialami negara-negara di Asia yang di dalamnya masih banyak negara-negara berkembang. Indonesia menjadi salah satu negara di Asia yang harus terkena imbas dari krisis global tersebut. Hal tersebut disebabkan karena sebagian besar tujuan ekspor Indonesia dilakukan di pasar Amerika dan tentu saja hal ini sangat mempengaruhi terhadap kondisi perekonomian di Indonesia. Salah satu dampak yang paling berpengaruh dari krisis ekonomi global yang terjadi di Amerika adalah nilai tukar rupiah yang semakin terdepresiasi terhadap dolar Amerika, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang semakin merosot, dan tentu saja kegiatan ekspor Indonesia yang terganjal dan terhambat akibat berkurangnya permintaan dari pasar Amerika itu sendiri.

Selain itu penutupan selama beberapa hari serta penghentian sementara perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan salah satu dampak yang paling nyata dan pertama kalinya sepanjang sejarah, yang


(20)

tentunya dapat merefleksikan betapa besar dampak dari permasalahan yang bersifat global ini. Pada awal tahun 2011, Indonesia kembali terkena dampak krisis global dari sisi finansial dan perdagangan. Hal ini kerena terjadi krisis global Uni Eropa yang diawali oleh krisis utang Yunani. Tetapi pada krisis yang tejadi di Uni Eropa dampaknya tidak terlalu besar seperti tahun 2008. IHSG pada tahun 2011 masih stabil tidak ada penurunan yang tajam seperti krisis global tahun 2008.

Dalam perekonomian suatu negara, pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal atau investor. Saham merupakan salah satu alternatif investasi yang paling menarik dalam pasar modal. Hal ini ditandai dengan perkembangan pasar modal yang pesat yaitu meningkatnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Kegiatan investasi adalah kegiatan menanamkan modal baik langsung maupun tidak langsung dengan harapan pada waktunya nanti pemilik modal mendapatkan sejumlah keuntungan dari hasil penanaman modal tersebut (M Samsul,2006:285). Bagi para investor, melalui pasar modal dapat memilih obyek investasi dengan beragam tingkat pengembalian dan tingkat risiko yang dihadapi, sedangkan bagi para penerbit (issuers atau emiten) melalui pasar modal dapat mengumpulkan dana jangka panjang untuk menunjang kelangsungan usaha.


(21)

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi Indeks Saham, antara lain perubahan tingkat suku bunga bank sentral, keadaan ekonomi global, tingkat harga energi dunia, kestabilan politik suatu negara, dll. Selain faktor tersebut, perilaku investor sendiri juga akan memberi pengaruh terhadap pergerakan Indeks Saham.

Di Indonesia kebijakan tingkat suku bunga dikendalikan secara langsung oleh Bank Indonesia melalui BI rate. BI Rate merupakan respon bank sentral terhadap tekanan inflasi ke depan agar tetap berada pada sasaran yang telah ditetapkan. Perubahan BI rate sendiri dapat memicu pergerakan di pasar saham Indonesia. Penurunan BI rate secara otomatis akan memicu penurunan tingkat suku bunga kredit maupun deposito. Bagi para investor, dengan penurunan tingkat suku bunga deposito, akan mengurangi tingkat keuntungan yang diperoleh bila dana yang mereka miliki diinvestasikan dalam bentuk deposito. Selain itu dengan penurunan suku bunga kredit, biaya modal akan menjadi kecil, ini dapat mempermudah perusahaan untuk memperoleh tambahan dana dengan biaya yang murah untuk meningkatkan produktivitasnya. Peningkatan produktivitas akan mendorong peningkatan laba, hal ini dapat menjadi daya tarik bagi para investor untuk berinvestasi di pasar modal.

Globalisasi mendorong investasi lintas negara disamping untuk tujuan diversifikasi. Oleh karena itu, risiko nilai mata uang merupakan faktor ketidakpastian yang dihadapi investor apabila melakukan investasi dipasar global. Dengan terbukannya peluang investasi di Bursa Efek Indonesia bagi investor asing, maka faktor nilai tukar USD terhadap rupiah merupakan faktor


(22)

risiko yang patut diperhitungkan. Dengan demikian investor harus mempertimbangkan pula premi risiko atas nilai tukar tersebut (Ahmad Rodoni, 2010:186).

Faktor lain yang dapat mempengaruhi pergerakan IHSG adalah harga emas, dalam penelitian ini harga emas diduga menjadi salah satu komoditi yang mempengaruhi IHSG. Emas merupakan sejenis logam mulia yang dikenal sepajang sejarah kehidupan manusia, bukan hanya sekedar untuk perhiasan, emas juga dapat dijadikan investasi alternatif. Selain itu emas juga dapat menjadi indikator dari tengkat kekeyaan individu maupun bangsa. Umumnya emas digunakan untuk industri seperti perhiasan, medali, coin dan komponen elektronik lainnya. Dapat juga sebagai aset yang memiliki nilai berharga dari logam lainnya. Emas sejak lama di pergunakan sebagai aset untuk melindungi nilai suatu kekeyaan.

Harga emas di anggap sebagai suatu komoditas yang berpengaruh terhadap kegiatan perekonomian baik di Indonesia maupun dunia. Keuntungan investasi emas adalah daya tahannya yang kuat terhadap inflasi. Ketika investasi naik harga emas ikut naik, semakin tinggi tingkat inflasi semakin tinggi pula harga emas yang dimiliki. Oleh sebab itu, kenaikan harga emas akan mendorong penurunan indeks harga saham karena investor yang semula berinvestasi di pasar modal megalihkan dananya untuk berinvestasi di emas yang relatif memiliki resiko yang lebih rendah dari pada berinvetasi di bursa.

Kondisi perekonomian suatu negara dan bursa saham negara lainnnya, mempengaruhi pergerakan harga saham-saham di Bursa Efek Indonesia,


(23)

dengan adanya era globalisasi yang membuat indeks bursa saham antar negara saling memiliki keterkaitan. Sehingga penelitian ini ingin melihat bagaimana pengaruh indeks saham di Asia yaitu Indeks Hang Seng dan Indeks Nikkei 225 sebagai variabel yang mempengaruhi IHSG. Indeks Hang Seng merupakan indeks saham terpercaya, yang digunakan investor dan fund manajer untuk berinvestasi. Indeks Nikkei juga merupakan indeks yang paling sering digunakan di Jepang sebagai patokan kinerja bursa sahamnya. Selain itu perusahaan yang tercatat di Indeks Nikkei juga terdiri dari berbagai macam perusahaan yang memiliki daerah operasi di Indonesia, diantaranya adalah Mitsubishi Corp, Honda Motor Co Ltd, Nikon Corp, dan masih banyak lagi. Pada tahun 2008 krisis ekonomi yang melanda Amerika serikat menyebabkan kaguncangan perekonomian global. Hal ini terlihat dalam Indeks Hang Seng dan Indeks Nikkei yang mengalami penurunan yang sangat tajam seperti IHSG.

Beberapa penelitian telah membahas pengaruh variabel-variabel makro terhadap pergerakan suatu indeks, seperti Penelitian yang dilakukan oleh Sari Yuni Kemala (2010) yang berjudul “Analisis pengaruh SBI, Indeks Hang Seng, Kurs Dollar AS dan Indeks Dow Jones terhadap IHSG”, memperoleh hasil yaitu variabel SBI, kurs dan Indeks Dow Jones mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadapa IHSG, sedangkan Indeks Hang Seng mempunyai pengaruh posistif signifikan terhadap IHSG.

Penelitian yang dilakukan oleh Indah Yuliana (2010) yang berjudul “Analisis pengaruh variabel makro terhadap Indeks Harga Saham Gabungan


(24)

(IHSG)”, menghasilkan bahwa variabel SBI, Inflasi dan nilai tukar rupiah tidak memiliki pengaruh terhadap IHSG hanya variabel jumlah uang yang beredar saja yang memilki pengaruh signifikan terhadap IHSG.

Berdasarkan pejelasan diatas, maka penulis akan melakukan penelitian mengenai “Analisis Pengaruh SBI, Kurs Rupiah, Harga Emas Dunia, Indeks Hang Seng dan Indeks Nikkei 225 terhadap Indeks Harga saham


(25)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang seperti yang dijelaskan di atas maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini di rumuskan sebegai berikut :

1. Apakah SBI bepengaruh terhadap Indeks Harga saham Gabungan (IHSG). 2. Apakah Kurs Rupiah berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan

(IHSG).

3. Apakah Harga Emas Dunia berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

4. Apakah Indeks Hang Seng berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

5. Apakah Indeks Nikkei 225 berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

6. Apakah SBI, Kurs Rupiah, Harga Emas Dunia, Indeks Hang Seng dan Indeks Nikkei 225 berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

C. Tujuan dan Manfaat Penilitian

a. Tujuan

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menganalisi pengaruh SBI terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).


(26)

2. Menganalisi pengaruh Kurs Rupiah terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

3. Menganalisi pengaruh Harga Emas Dunia terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

4. Menganalisi pengaruh Indeks Hang Seng terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

5. Menganalisi pengaruh Indeks Nikkei 225 terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

b. Manfaat

Hasil penelitian yang diperoleh diharapakan memberi manfaat untuk beberapa pihak yang diantaranya adalah :

1. Untuk menambah wawasan dan pandangan kepada peneliti, tentang faktor yang mempengaruhi pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia. 2. Para Akademisi. Hasil penelitian dapat memberikan kontribusi untuk

perkembangan ilmu ekonomi makro pada umumnya dan pasar modal pada khususnya. Hasil penelitian ini juga diharpakan dapat terus dikembangkan secara lebih luas oleh para akademisi, sehingga dapat memperluas ilmu.

3. Untuk kalangan Investor. Dengan adanya informasi mengenai faktor yang mempengaruhi IHSG, para investor dapat menentukan saham-saham yang layak untuk dipilih.


(27)

4. Pemerintah. Dengan adanya informasi mengenai faktor yang mempengaruhi pergerakan IHSG, pemerintah diharpkan dapat menemukan solusi dalam mengahadapi krisis-krisis yang akan datang.


(28)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Teori yang Berkenaan dengan Variabel yang Diambil

1. Teori Makro Ekonomi

Ilmu makro ekonomi merupakan salah satu cabang dari ilmu ekonomi. Makro ekonomi berfokus pada perilaku dan kebijakan ekonomi yang dapat mempengaruhi tingkat konsumsi dan investasi, neraca perdagangan dan pembayaran suatu negara, faktor-faktor penting yang mempengaruhi perubahan harga dan upah, kebijakan fiskal dan moneter, jumlah uang yang beredar, tingkat suku bunga dan jumlah utang negara. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa makro ekonomi sangat memperhatikan interaksi antara tenaga kerja, perputaran barang, dan aset-aset ekonomi yang mengakibatkan terjadinya kegiatan perdagangan tiap individu atau negara. Kondisi makro perekonomian suatu negara merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan-perusahaan yang ada di negara tersebut (M.Samsul, 2006:200). Faktor-faktor makro ekonomi yang secara langsung dapat mempengaruhi kinerja saham maupun kinerja perusahaan antara lain (M.Samsul,2006:200):

1. Tingkat suku bunga domestik. 2. Kurs valuta asing.


(29)

4. Siklus ekonomi suatu negara. 5. Tingkat inflasi.

6. Peraturan perpajakan 7. Jumlah uang yang beredar.

Ketika kondisi makro ekonomi di suatu negara mengalami perubahan baik yang positif ataupun negatif, investor akan mengkalkulasikan dampaknya terhadap kinerja perusahaan di masa depan, kemudian mengambil keputusan membeli atau menjual saham perusahaan yang bersangkutan. Aksi jual dan beli ini akan mengakibatkan terjadinya perubahan harga saham, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada indeks pasar modal di negara tersebut.

2. Pasar Modal Indonesia

Dalam Bab I pasal I UUPM no 8/1995 tentang ketentuan umum mendefinisikan bursa umum dan efek sebagai berikut. Bursa efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek diantara mereka. Sedangkan efek adalah surat berharga yaitu surat pengakuan hutang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek dan setiap derivatif dari efek. Bursa efek utama adalah suatu institusi yang terpusat yang mempertemukan kekuatan permintaan dan penawaran atas efek. Di sini proses transaksi jual beli


(30)

diatur secara rapi dengan menggunakan peraturan sistematis yang dikeluarkan oleh pengelolanya. Setiap instrumen efek yang akan diperdagangkan di bursa harus memenuhi kebijakan pencatatan (listing policy) yang dikeluarkan oleh pengelolanya. Pada bursa efek utama ini sistem perdagangan menggunakan pasar lelang melalui sistem pemesanan. Harga ditentukan berdasarkan arus dari pesanan jual dan beli. Bila arus pesanan jual sangat kuat maka harga akan mengalami penurunan, sedangkan bila arus pesanan beli sangat kuat maka harga akan mengalami kenaikan. Peranan pasar modal dalam suatu perekonomian negara adalah sebagai berikut (Sunariyah,2011:9):

a. Fungsi Investasi

Uang yang disimpan di bank tentu akan mengalami penyusutan. Nilai mata uang cenderung akan turun di masa yang akan datang karena adanya inflasi, perubahan kurs, pelemahan ekonomi,dll. Apabila uang tersebut diinvestasikan di pasar modal, investor selain dapat melindungi nilai investasinya, karena uang yang diinvestasikan di pasar modal cenderung tidak mengalami penyusutan karena aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh emiten.

b. Fungsi Kekayaan

Pasar modal adalah suatu cara untuk menyimpan kekayaan dalam jangka panjang dan jangka pendek sampai dengan kekayaan tersebut dapat dipergunakan kembali. Cara ini lebih baik karena kekayaan itu tidak mengalami depresiasi seperti aktiva lain. Semakin


(31)

tua nilai aktiva seperti, mobil, gedung, kapal laut, dll, maka nilai penyusutannya akan semakin besar pula. Akan tetapi obligasi saham deposito dan instrument surat berharga lainnya tidak akan mengalami depresiasi. Surat berharga mewakili kekuatan beli pada masa yang akan datang.

c. Fungsi Likuiditas

Kekayaan yang disimpan dalam surat-surat berharga, bisa dilikuidasi melalui pasar modal dengan resiko yang sangat minimal dibandingkan dengan aktiva lain. Proses likuidasi surat berharga dapat dilakukan dengan cepat dan murah. Walaupun nilai likuiditasnya lebih rendah daripada uang, tetapi uang memiliki kemampuan menyimpan kekayaan yang lebih rendah daripada surat berharga. Ini terjadi karena nilai uang mudah terganggu oleh inflasi dari waktu ke waktu.

d. Fungsi Pinjaman

Pasar modal bagi suatu perekonomian negara merupakan sumber pembiayaan pembangunan dari pinjaman yang dihimpun dari masyarakat. Pemerintah lebih mendorong pertumbuhan pasar modal untuk mendapatkan dana yang lebih mudah dan murah. Ini terjadi karena pinjaman dari bank-bank komersil pada umumnya mempunyai tingkat bunga yang tinggi. Sedangkan perusahaan-perusahaan yang menjual obligasi pada pasar uang dapat memperoleh dana dengan biaya bunga yang lebih rendah dari pada bunga bank.


(32)

Penjualan saham (termasuk jenis sekuritas lain) kepada masyarakat dapat dilakukan dengan beberapa cara. Umumnya penjualan dilakukan sesuai dengan jenis ataupun bentuk pasar modal dimana sekuritas tersebut diperjual-belikan. Jenis-jenis pasar modal tersebut ada beberapa macam, yaitu (Sunariyah,2011:12):

1. Pasar Perdana (Primary Market)

Pasar perdana adalah penawaran saham dari perusahaan yang menerbitkan saham (emiten) kepada pemodal selama waktu yang ditetapkan oleh pihak sebelum saham tersebut diperdagangkan dipasar sekunder. Pengertian tersebut menunjukan, bahwa pasar perdana merupakan pasar modal yang memperdagangkan saham-saham atau sekuritas lainnya yang dijual untuk pertama kalinnya (penawaran umum) sebelum saham tersebut dicatatkan dibursa. Harga saham di pasar perdana ditentukan oleh penjamin emisi perusahaan yang akan go public, berdasarkan analisis fundamental perusahaan yang bersangkutan.

2. Pasar Sekunder (Secondary Market)

Pasar sekunder didefinisikan sebagai perdagangan saham setelah melewati masa penawaran pada pasar perdana. Jadi, pasar sekunder dimana saham dan sekuritas lain diperjual-belikan secara luas, setalah melalui masa penjualan di pasar perdana. Harga saham di pasar sekunder ditentukan oleh permintaan dan penawaran antara pembeli dan


(33)

penjual. Besarnya permintaan dan penawaran ini dipangaruhi oleh faktor internal dan eksternal persuahaan.

3. Pasar Ketiga (Third Market)

Pasar ketiga adalah sarana transaksi jual-beli efek antara market maker serta investor dan harga dibentuk oleh market maker. Para market maker ini akan bersaing dalam menentukan harga saham, karena satu jenis saham dipasarkan oleh lebih dari satu market maker. Pasar ketiga atau OTC (Over The Counter), bukan merupakan Bursa Efek berskala kecil, tetapi berskala besar bahkan sangat besar.

4. Pasar Keempat (Fourth Market)

Pasar keempat ini adalah sarana transaksi jual-beli antarinvestor tanpa melalui perantara efek. Transaksi dilakukan secara tatap muka antara investor beli dan investor jual. Mekanisme ini pernah terjadi pada awal-awal perdagangan efek di abad 17. Dengan kemajuan teknologi, mekanisme ini dapat terjadi melalui electronic communication network (ECN) asalkan para pelaku memenuhi syarat, yaitu memiliki efek dan dana di central custodian dan central clearing.

3. Indeks Harga Saham Gabungan

Indeks Harga Saham Gabungan atau Composite Stock Price Index (IHSG) adalah suatu nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja seluruh saham yang tercatat disuatu bursa efek. Ada dua metode penghitungan IHSG yang umum dipakai (Sunariyah, 2011:142) :


(34)

1. Metode rata-rata (Average Method)

Pada metode ini , harga pasar saham-saham yang dimasukan dalam perhitungan indeks tersebut dijumlahkan kemudian dibagi dengan suatu faktor pembagi tertentu. Rumusnya adalah sebagai berikut :

IHSG = ∑P Divisor

Keterangan

IHSG = Indeks Harga Saham Gabungan ΣPs = Total harga saham

Divisor = Harga dasar saham

2. Metode rata-rata tertimbang (Weighted Average Method)

Merupakan suatu metode yang menambahkan bobot dalam perhitungan indeks disamping harga pasar saham-saham yang tercatat dan harga dasar saham. Pembobotan yang dilakukan dalam perhitungan indeks pada umumnya adalah jumlah saham yang dikeluarkan. Ada dua metode untuk menghitung metode rata-rata tertimbang :

1. Paasche

Metode ini memperbandingkan kapitalisasi pasar seluruh saham dengan nilai dasar seluruh saham yang tergantung dalam sebuah indeks. Dalam hal ini makin besar kapitalisasi suatu saham, maka akan menimbulkan pengaruh yang sangat besar jika terjadi perubahan harga pada saham yang bersangkutan.


(35)

Indeks = ∑( )

∑( )

Keterangan

Ps = Harga saham sekarang Ss = Jumlah saham yang beredar Pbase = Harga dasar saham 2. Laspreyes

Rumus ini menggunakan jumlah saham yang dikeluarkan pada hari dasar dan tidak berubah selamanya walaupun ada pengeluaran saham baru.

Indeks = ∑( )

∑( )

Keterangan

Ps = Harga saham sekarang So = Jumlah saham awal Pbase = Harga dasar saham

IHSG BEI atau JSX CSPI merupakan IHSG yang dikeluarkan oleh BEI. IHSG BEI ini mengambil hari dasar pada tanggal 10 Agustus 1982 dan mengikutsertakan semua saham yang tercatat di BEI. IHSG BEI diperkenalkan pertama kali pada tanggal 1 April 1983 yang digunakan sebagai indikator untuk memantau pergerakan saham. Indeks ini mencakup semua saham biasa maupun saham preferen di BEI. Metode penghitungan yang digunakan adalah metode rata-rata tertimbang Paasche Sejak tanggal 1 Desember 2007, Bursa Efek Jakarta digabung dengan


(36)

Bursa Efek Surabaya menjadi Bursa Efek Indonesia. Oleh karena itu IHSG BEJ kemudian berubah menjadi IHSG BEI sejak penggabungan tersebut.

4. Tingkat Suku Bunga SBI

Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.8/13/DPM tentang Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia Melalui Lelang, Sertifikat Bank Indonesia yang selanjutnya disebut SBI adalah surat berharga dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek.

Penerbitan SBI di pasar perdana dilakukan dengan mekanisme lelang pada setiap hari Rabu atau hari kerja berikutnya (dalam hal hari dimaksud adalah hari libur). SBI diterbitkan dengan jangka waktu (tenor) 1 bulan sampai dengan 12 bulan dengan satuan unit terkecil sebesar Rp1 juta. Saat ini Bank Indonesia menerbitkan SBI dengan tenor 1 bulan dan 3 bulan. Penerbitan SBI tenor 1 bulan dilakukan secara mingguan sedangkan SBI tenor 3 bulan dilakukan secara triwulanan. Peserta lelang SBI terdiri dari bank umum dan pialang pasar uang Rupiah dan Valas.

Saat ini Bank Indonesia menggunakan tingkat suku bunga SBI sebagai salah satu instrumen untuk mengedalikan inflasi. Apabila inflasi dirasakan cukup tinggi maka Bank Indonesia akan menaikkan tingkat suku bunga SBI untuk meredam kenaikan inflasi. Perubahan tingkat suku bunga SBI akan memberikan pengaruh bagi pasar modal dan pasar keuangan. Apabila tingkat suku bunga naik maka secara langsung akan meningkatkan beban bunga. Perusahaan yang mempunyai leverage yang


(37)

tinggi akan mendapatkan dampak yang sangat berat terhadap kenaikan tingkat bunga. Kenaikan tingkat bunga ini dapat mengurangi profitabilitas perusahaan sehingga dapat memberikan pengaruh terhadap harga saham perusahaan yang bersangkutan.

Selain kenaikan beban bunga, tingkat suku bunga SBI yang tinggi dapat menyebabkan investor tertarik untuk memindahkan dananya ke deposito. Hal ini terjadi karena kenaikan tingkat suku bunga SBI akan diikuti oleh bank-bank komersial untuk menaikkan tingkat suku bunga simpanan. Apabila tingkat suku bunga deposito lebih tinggi dari tingkat pengembalian yang diharapkan oleh investor, tentu investor akan mengalihkan dananya ke deposito. Terlebih lagi investasi di deposito sendiri merupakan salah satu jenis investasi yang bebas resiko. Pengalihan dana oleh investor dari pasar modal ke deposito tentu akan mengakibatkan penjualan saham besar-besaran sehingga akan menyebabkan penurunan indeks harga saham. Bagi masyarakat sendiri, tingkat suku bunga yang tinggi berarti tingkat inflasi di negara tersebut cukup tinggi. Dengan adanya inflasi yang tinggi akan menyebabkan berkurangnya tingkat konsumsi riil masyarakat sebab nilai uang yang dipegang masyarakat berkurang. Ini akan menyebabkan konsumsi masyarakat atas barang yang dihasilkan perusahaan akan menurun pula. Hal ini tentu akan mengurangi tingkat pendapatan perusahaan sehingga akan mempengaruhi tingkat keuntungan perusahaan, yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan tersebut (Sunariyah,2011:83)


(38)

5. Kurs Rupiah

Nilai tukar mata uang (exchange rate) atau sering disebut kurs merupakan harga mata uang terhadap mata uang lainnya. Kurs mata uang adalah perbandingan nilai antar mata uang yang menunjukkan harga suatu mata uang jika dibandingkan dengan mata uang lain. Menurut Kuncoro (2001:26-31), ada beberapa sistem kurs mata uang yang berlaku di perekonomian internasional, yaitu:

a. Sistem kurs mengambang (floating exchange rate)

Sistem kurs ini ditentukan oleh mekanisme pasar dengan atau tanpa upaya stabilisasi oleh otoritas moneter. Dimana dalam sistem mengambang terdapat dua sistem yaitu sistem mengambang bebas dan sistem mengambang yang terkendali.

b. Sistem kurs tertambat (pegged exchange rate).

Dalam sistem ini, suatu negara mengkaitkan nilai tukar mata uangnya dengan suatu mata uang negara lain atau sekelompok mata uang, yang biasanya merupakan mata uang negara partner dagang yang utama “menambatkan“ ke suatu mata uang berarti nilai tukar mata uang tersebut bergerak mengikuti mata uang yang menjadi tambatannya. Jadi sebenarnya mata uang yang ditambatkan tidak mengalami fluktuasi tetapi hanya berfluktuasi terhadap mata uang lain mengikuti mata uang yang menjadi tambatannya.


(39)

c. Sistem kurs tertambat merangkak (crawling pegs).

Dalam sistem ini, suatu negara melakukan sedikit perubahan dalam nilai tukar mata uangnya secara periodik dengan tujuan untuk bergerak menuju nilai tertentu pada rentang waktu tertentu. Keuntungan utama sistem ini adalah suatu negara dapat mengatur penyesuaian kursnya dalam periode yang lebih lama dibanding sistem kurs tertambat. Oleh karena itu, sistem ini dapat menghindari kejutan-kejutan terhadap perekonomian akibat revaluasi atau devaluasi yang tiba-tiba dan tajam.

d. Sistem sekeranjang mata uang (basket of currencies).

Banyak negara terutama negara sedang berkembang menetapkan nilai tukar mata uangnya berdasarkan sekeranjang mata uang. Keuntungan dari sistem ini adalah menawarkan stabilitas mata uang suatu Negara karena pergerakan mata uang disebar dalam sekeranjang mata uang. Seleksi mata uang yang dimasukkan dalam “keranjang“ umumnya ditentukan oleh peranannya dalam membiayai perdagangan Negara tertentu. Mata uang yang berlainan diberi bobot yang berbeda tergantung peran relatifnya terhadap negara tersebut. Jadi sekeranjang mata uang bagi suatu negara dapat terdiri dari beberapa mata uang yang berbeda dengan bobot yang berbeda.


(40)

e. Sistem kurs tetap (fixed exchange rate).

Dalam sistem ini, suatu negara mengumumkan suatu kurs tertentu atas nama uangnya dan menjaga kurs ini dengan menyetujui untuk menjual atau membeli valas dalam jumlah tidak terbatas pada kurs tersebut. Kurs biasanya tetap atau diperbolehkan berfluktuasi dalam batas yang sangat sempit.

Dalam sistem mata uang mengambang bebas (free float), apabila harga suatu mata uang menjadi semakin mahal terhadap mata uang lain, maka mata uang itu disebut berapresiasi. Sebaliknya jika harga suatu mata uang turun terhadap mata uang lain, mata uang itu disebut terdepresiasi (Handaru dan Handoyo, 1998:67).

Kurs mata uang asing mengalami perubahan nilai yang terus menerus dan relatif tidak stabil. Perubahan nilai ini dapat terjadi karena adanya perubahan permintaan dan penawaran atas suatu nilai mata uang asing pada masing-masing pasar pertukaran valuta dari waktu ke waktu. Sedangkan perubahan permintaan dan penawaran itu sendiri dipengaruhi oleh adanya kenaikan relatif tingkat bunga baik secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri terhadap negara.

6. Harga Emas Dunia

Sejak tahun 1968, harga emas yang dijadikan patokan seluruh dunia adalah harga emas berdasarkan standar pasar emas London. Sistem ini dinamakan London Gold Fixing. London Gold Fixing adalah


(41)

prosedur dimana harga emas ditentukan dua kali sehari setiap hari kerja di pasar London oleh lima anggota Pasar London Gold Fixing Ltd. Kelima anggota tersebut adalah :

1. Bank of Nova Scottia 2. Barclays Capital 3. Deutsche Bank 4. HSBC

5. Societe Generale

Proses penentuan harga adalah melalui lelang diantara kelima member tersebut. Pada setiap awal tiap periode perdagangan, Presiden London Gold Fixing Ltd akan mengumumkan suatu harga tertentu. Kemudian kelima anggota tersebut akan mengabarkan harga tersebut kepada dealer. Dealer inilah yang berhubungan langsung dengan para pembeli sebenarnya dari emas yang diperdagangkan tersebut.

Posisi akhir harga yang ditawarkan oleh setiap dealer kepada anggota Gold London Fixing merupakan posisi bersih dari hasil akumulasi permintaan dan penawaran klien mereka. Dari sinilah harga emas akan terbentuk. Apabila permintaan lebih banyak dari penawaran, secara otomatis harga akan naik, demikian pula sebaliknya. Penentuan harga yang pasti menunggu hingga tercapainya titik keseimbangan. Ketika harga sudah pasti, maka Presiden akan mengakhiri rapat dan mengatakan “There are no flags, and we're fixed”.


(42)

Emas merupakan salah satu bentuk investasi yang cenderung bebas resiko (Sunariyah,2011:166). Emas banyak dipilih sebagai salah satu bentuk investasi karena nilainya cenderung stabil dan naik. Sangat jarang sekali harga emas turun. Dan lagi, emas adalah alat yang dapat digunakan untuk menangkal inflasi yang kerap terjadi setiap tahunnya. Ketika akan berinvestasi, investor akan memilih investasi yang memiliki tingkat imbal balik tinggi dengan resiko tertentu atau tingkat imbal balik tertentu dengan resiko yang rendah. Investasi di pasar saham tentunya lebih berisiko daripada berinvestasi di emas, karena tingkat pengembaliannya yang secara umum relatif lebih tinggi dari emas. Kenaikan harga emas akan mendorong investor untuk memilih berinvestasi di emas daripada di pasar modal. Sebab dengan resiko yang relatif lebih rendah, emas dapat memberikan hasil imbal balik yang baik dengan kenaikan harganya. Ketika banyak investor yang mengalihkan portofolionya investasi kedalam bentuk emas batangan, hal ini akan mengakibatkan turunnya indeks harga saham di negara yang bersangkutan karena aksi jual yang dilakukan investor.

7. Indeks Hang Seng

Hang Seng Index (HSI) adalah indeks komulatif dari 38 saham blue chip dari Hong Kong stock Market, yang merupakan salah satu indeks saham terpercaya, yang digunakan para investor dan fund manager untuk berinvestasi. Ke-38 constituent stock yang dijadikan


(43)

indikator, berasal dari berbagai sektor, seperti Industri, Finance, Properties, dan sebagainya. Keseluruhan dari nilai saham-saham ini merupakan 70% dari nilai kapitalisasi seluruh nilai saham yang tercatat pada The Stock Exchange of Hong Kong Ltd. (SEHK). Karena itu naik atau turunnya indeks HIS merupakan refleksi performance dari keseluruhan saham-saham yang diperdagangkan. Pemilik lisensi dari Hang Seng Stock index adalah HIS Service Limited, yang merupakan subsidiary dari Hang Seng Bank. HIS pertamakali diperdagangkan pada 24 November 1969.

Untuk menentukan ke-38 perusahaan yang menjadi constituent HIS, perusahaan tersebut haruslah memenuhi syarat :

1. Harus mencapai 90% dari total market capitalisation, dari seluruh saham-saham biasa, yang listing di SEHK.

2. Harus mencapai 90% dari total turnover pada SEHK (turnover is aggregated and individually assessed for eight quarterly sub periods for the past 24 month)

3. Harus sudah di listing minimal 24 bulan

4. Haruslah bukan perusahaan asing, berdasarkan defenisi dari SEHK. Faktor lain yang menjadi bahan pertimbangan adalah : Kapitalisasi market dan Financial performance dari perusahaan tersebut. Berdasarkan persyaratan ini, perusahaan yang akan menjadi constituent dapat saja berubah.


(44)

Untuk memenuhi keinginan para investor untuk dapat mentransaksikan indeks HIS, sebagai salah satu alat untuk hedging position. Hong Kong Futures Exchange (HKFE), pertama kali memperkenalkan perdagangan Hang Seng Index Futures pada bulan Mei 1986, dan kemudian di ikuti dengan Hang Seng Index Option Contracts pada bulan Maret 1993. Dengan adanya Futures dan option market ini para investor lebih banyak memiliki instrumen untuk mengatur resiko portfolio mereka. Popularitas Hang Seng Index Futures terus meningkat secara bertahap, seiring dengan masuknya investor dari luar negeri, baik itu dari institutional maupun individual investor.

Keuntungan melakukan transaksi HSI futures disimpulkan sebagai berikut :

a. HSI Futures mudah dimengerti oleh investor berpengalaman maupun yang masih baru di bisnis ini. Sehingga dapat digunakan untuk berbagai motif investasi, seperti risk management, atau sebagai peluang investasi.

b. Biaya transaksi yang relatif rendah, sebagai nilai kapitalisasi stock market, HIS futures dan option, hanya membebankan komisi kepada investor disaat melikuidasi kontrak, sedangkan pada posisi pembukaan tidak dibebankan komisi.

c. HSI futures dan option adalah produk terdaftar, dan dijamin oleh HKFE Clearing Corporation (HKCC), sebagai subsidiary dari


(45)

HKFE. HKCC bertindak sebagai counter party terhadap seluruh kontrak yang dibuka.

8. Indeks Nikkei 225

Nikkei 225 adalah sebuah indeks pasar saham di Bursa Efek Tokyo. Indeks ini telah dihitung oleh harian Nihon Keizai Shimbun (Nikkei) sejak 7 September 1950. Metode perhitungannya menggunakan perhitungan harga rata-rata (unit dalam yen), dan komponen saham perusahaan yang tercantum dalam indeks akan ditinjau setahun sekali. Saham perusahaan yang tercatat dalam Indeks Nikkei 225 merupakan saham yang paling aktif diperdagangkan dalam bursa efek Tokyo. Saat ini, Nikkei adalah indeks yang paling banyak digunakan sebagai panduan bagi investor ketika akan berinvestasi (www.en.wikipedia.org).

Indeks ini dibuat untuk mencerminkan kondisi pasar saham, oleh karena itu pergerakan setiap indeks sektor industri dinilai setara dan tidak ada pembobotan yang lebih untuk sektor-sektor industri tertentu (www.nni.nikkei.co.jp/e/cf/fr/market/nikkeiindex.cfm).

Berbagai macam event yang terjadi di pasar saham Tokyo seperti stock splits, perpindahan dan penambahan dari saham yang beredar akan memberikan dampak atas perhitungan indeks dan bilangan pembaginya (divisor).


(46)

Metode Perhitungan Indeks Nikkei 225 menggunakan rumus sebagai berikut :

IHSG = ∑P Divisor

Dimana Σp adalah jumlah seluruh harga saham yang tercatat di Indeks Nikkei 225 dan divisor adalah angka yang ditentukan oleh otoritas bursa sebagai bilangan pembagi. Nilai divisor berdasar perhitungan otoritas bursa per April 2009 adalah sebesar 24.656. Bagi saham-saham yang harganya kurang dari 50 yen, maka harga sahamnya akan dihitung 50 yen. Untuk penggunaan harga, ditentukan berdasarkan prioritas sebagai berikut :

1. Harga khusus terbaru 2. Harga saat ini

3. Harga standar

Perusahaan yang tercatat di Indeks Nikkei 225 merupakan perusahaan besar yang telah beroperasi secara global, termasuk di Indonesia. Dengan naiknya Indeks Nikkei 225 ini berarti kinerja perekonomian Jepang ikut membaik. Sebagai salah satu negara tujuan ekspor Indonesia, pertumbuhan ekonomi Jepang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia melalui kegiatan ekspor maupun aliran modal masuk baik investasi langsung maupun melalui pasar modal.


(47)

modal dunia. Hal ini disebabkan aliran perdagangan antar negara, adanya kebebasan aliran informasi, serta deregulasi peraturan pasar modal yang menyebabkan investor semakin mudah untuk masuk di pasar modal suatu negara.

B. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu akan saya rangkum secara singkat karena mengingat penelitian ini sendiri mengacu kepada beberapa penelitian terdahulu. Meskipun ruang lingkup dari beberapa penelitian yang akan dirangkum ini hampir sama, namun semuanya memiliki objek dan waktu yang berbeda.

Berikut ini adalah beberapa rangkuman penelitian sebelumnya :

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No. Peneliti Judul

Penelitian

Variabel Dependen

Variabel

Independen Kesimpulan

1 Bun Lenny (2008)

Pengaruh Harga Minyak Dunia, Tingkat Suku Bungan SBI, dan Kurs Rp/USD terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia IHSG Harga Minyak Dunia, Tingat Suku Bunga SBI, Kurs Rp/USD Variabel HargaMinyak Dunia & Tingkat Suku Bunga SBI mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap IHSG sedangakn Kurs Rp/USD tidak mempunyai pengaruh terhadap IHSG. 2 Achmad Ath Thobarry (2009) Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga, Laju Inflasi dan IHSG Sektor Properti Nilai Tukar, Suku Bunga, Laju Inflasi inflasi berpengaruh negatif,nilai tukur positif,sedang suku bunga dan GDP hanya signifikan


(48)

GDP terhadap Indeks Harga Saham Sektor Properti Pertumbuh an GDP simultan 3 Adrian Agung Witjaksono

( 2010 )

Analisis

Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Harga Minyak Dunia, Harga Emas Dunia, Kurs Rupiah, Indeks Nikkei 225, dan Indeks Dow Jones terhadap IHSG IHSG SBI, Harga Minyak Dunia, Harga Emas Dunia, Kurs Rupiah, Indeks Nikkei 225, Indeks Dow Jones Tingkat Suku Bunga SBI,Kurs Rupiah berpengaruh negatif terhadap IHSG, Harga Minyak Dunia, Harga Emas Dunia, Indeks Nikkei 225, Indeks Dow Jones berpengaruh positif 4 Aditya Setiawan (2010) Pengaruh Inflasi, Tingkat suku bunga dan nilai tukar terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) IHSG Inflasi, tingkat suku bunga dan nilai tukar

Secara simultan ada pengaruh yang signifikan anatra variabel independen terhadap variabel dependen. Sementara secara parsial hanya variabel inflasi yang berpengaruh positif signifikan terhadap IHSG, sementara variabel suku bungan dan nilai tukar berpengaruh negatif terhadap IHSG 5 Dimas Ngurah Indarloka (2010) Analisis pengaruh variabel makroekonomi dan harga minyak dunia terhadap indeks harga saham gabungan IHSG SBI, Kurs, Inflasi dan harga minyak dunia

Suku bunga, inflasi dan harga minyak dunia memiliki pengaruh signifikan terhadap IHSG, sedangkan Kurs tidak memiliki pengaruh terhadap IHSG


(49)

6 Indah Yuliana (2010) Analisis Pengaruh variabel makro terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) IHSG Jumlah uang yang beredar, suku bunga SBI, Inflasi, Nilai tukar rupiah Variabel suku bunga SBI, inflasi, dan nilai tukar rupiah tidak berpengaruh terhadap IHSG hanya variabel jumlah uang yang beredar saja yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap IHSG. 7 Sela Oktarina (2011) Analisis pengaruh Harga Emas Dunia, Variabel Makroekonomi, Indeks Dow Jones (DJA) terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) IHSG Harga Emas Dunia, Variabel Makroeko nomi, Indeks Dow Jones (DJA) Variabel harga emas dunia, kurs BI rate dan Dow Jones berpengaruh signifikan terhadap IHSG, sedangkan inflasi tidak memiliki pengaruh.

8 Fakhri Rezy (2011) Pengaruh Indeks harga saham global dan amerika latin terhadap indeks harga saham gabungan. IHSG Kospi, Hang Seng, Nikkei 225, Taiex, Dow Jones, FTSE, ASX dan Bovespa Variabel Kospi, hang seng, bovespa berpengaruh terhadap IHSG, sedangkan Nikkei tidak memiliki pengaruh terhadap IHSG. Sementara Taiex mempunyai pengaruh dua araha terhadap IHSG. 9 Sari Yuni Kemala (2012) Analisis pengaruh SBI, Indeks Hang Seng, Kurs Dollar AS dan Indeks Dow Jones terhadap IHSG IHSG Indeks hang seng, kurs dollar AS, indeks dow jones Variabel SBI, kurs dan indeks dow jones berpengaruh negatif signifikan terhadap IHSG, sedangkan indeks hang seng berpengaruh positif signifikan terhadap IHSG.


(50)

C. Keterkaitan Antara Variabel Independen dengan Variabel Dependen

1. Tingkat suku bunga SBI dengan IHSG

Tingkat suku bunga SBI yang tinggi dapat menyebabkan investor tertarik untuk memindahkan dananya ke deposito. Hal ini terjadi karena kenaikan tingkat suku bunga SBI akan diikuti oleh bank-bank komersial untuk menaikkan tingkat suku bunga simpanan. Apabila tingkat suku bunga deposito lebih tinggi dari tingkat pengembalian yang diharapkan oleh investor, tentu investor akan mengalihkan dananya ke deposito. Terlebih lagi investasi di deposito sendiri merupakan salah satu jenis investasi yang bebas resiko. Pengalihan dana oleh investor dari pasar modal ke deposito tentu akan mengakibatkan penjualan saham besar-besaran sehingga akan menyebabkan penurunan indeks harga saham.

Bagi masyarakat sendiri, tingkat suku bunga yang tinggi berarti tingkat inflasi di negara tersebut cukup tinggi. Dengan adanya inflasi yang tinggi akan menyebabkan berkurangnya tingkat konsumsi riil masyarakat sebab nilai uang yang dipegang masyarakat berkurang. Ini akan menyebabkan konsumsi masyarakat atas barang yang dihasilkan perusahaan akan menurun pula. Hal ini tentu akan mengurangi tingkat pendapatan perusahaan sehingga akan mempengaruhi tingkat keuntungan perusahaan, yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan tersebut (Sunariyah,2011:83)


(51)

2. Kurs rupiah dengan IHSG

Perubahan satu variabel makro ekonomi memiliki dampak yang berbeda terhadap harga saham, yaitu suatu saham dapat terkena dampak positif sedangkan saham lainnya terkena dampak negatif. Misalnya, perusahaan yang berorientasi impor, depresiasi kurs rupiah terhadap dolar Amerika yang tajam akan berdampak negatif terhadap harga saham perusahaan. Sementara itu, perusahaan yang berorientasi ekspor akan menerima dampak positif dari depresiasi kurs rupiah terhadap dolar Amerika. Ini berarti harga saham yang terkena dampak negatif akan mengalami penurunan di Bursa Efek Indonesia (BEI), sementara perusahaan yang terkena dampak positif akan mengalami kenaikan harga sahamnya. Selanjutnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga akan terkena dampak negatif atau positif tergantung pada kelompok yang dominan dampaknya (Samsul, 2006:202).

3. Harga emas dunia dengan IHSG

Kenaikan harga emas akan mendorong investor untuk memilih berinvestasi di emas dari pada di pasar modal. Sebab dengan resiko yang relatif lebih rendah, emas dapat memberikan hasil imbal balik yang baik dengan kenaikan harganya. Ketika banyak investor yang mengalihkan portofolionya investasi kedalam bentuk emas batangan, hal ini akan mengakibatkan turunnya indeks harga saham di negara yang bersangkutan karena aksi jual yang dilakukan investor. (Adrian Agung, 2010:72)


(52)

4. Indeks Hang Seng dengan IHSG

Dengan semakin terintegrasinya perekonomian global dan menyatunya pasar uang beberapa negara dalam wilayah yang berdekatan, ketergantungan ekonomi suatu negara pada ekonomi dunia juga semakin besar. Demikian juga yang terjadi dengan pasar modal suatu negara.

Nachrowi dan Usman (2006) menjelaskan bahwa pasar modal yang kuat dapat mempengaruhi pasar modal yang lemah. Sebagai salah satu pasar modal yang sedang berkembang, BEI diduga sangat dipengaruhi indeks pasar saham dunia dan Asia yang berkapitalisasi besar yaitu Dow Jones Industrial Average (DJIA) dari bursa saham New York, Nikkei 225 (bursa saham Tokyo), dan Hang Seng (bursa saham Hong Kong). Indeks ketiga bursa itu dapat digunakan sebagai salah satu variabel independen yang menentukan pergerakan IHSG.

5. Indeks Nikkei 225 dengan IHSG

Pasar modal Indonesia sudah terintegrasi dengan pasar modal dunia. Hal ini menimbulkan konsekuensi bahwa pergerakan pasar modal Indonesia akan dipengaruhi oleh pergerakan pasar modal dunia baik secara langsung maupun tidak langsung (M. Samsul,2006:203)

Perusahaan yang tercatat di Indeks Nikkei 225 merupakan perusahaan besar yang telah beroperasi secara global, termasuk di Indonesia. Dengan naiknya Indeks Nikkei 225 ini berarti kinerja perekonomian Jepang ikut membaik. Sebagai salah satu negara tujuan ekspor Indonesia, pertumbuhan


(53)

ekonomi Jepang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia melalui kegiatan ekspor maupun aliran modal masuk baik investasi langsung maupun melalui pasar modal.

D. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1

Skema Kerangka Pemikiran

Bursa Efek Indonesia

Variabel Dependen Indeks Harga Saham

Gabungan (IHSG) Variabel Independen

1. SBI

2. Kurs Rupiah 3. Harga Emas Dunia

Variabel Independen 4. Indeks Hang Seng 5. Indeks Nikkei 225

Test Granger Causality

Analisis Regresi Linier Berganda

Uji Asumsi Klasik

Uji t

Uji F Koefisien Determinasi


(54)

E. Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan tentative yang merupakan dugaan mengenai apa saja yang sedang kita amati dalam usaha untuk memahaminya.Untuk mangalisis apakah variabel tersebut mempunyai pengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan, maka penelitian ini mengemukakan hipotesis sebagai berikut :

1. Pengujian Hipotesis Secara Simultan

Ho : b1...b5 = 0 ; Variabel SBI, Kurs Rupiah, Harga Emas Dunia, Indeks Hang Seng dan Indeks Nikkei 225 tidak berpengaruh signifikan terhadap Indeks Hagra Saham Gabungan (IHSG) secara simultan.

H1 : b1...b5 ≠ 0 ; Variabel SBI, Kurs Rupiah, Harga Emas Dunia, Indeks Hang Seng dan Indeks Nikkei 225 berpengaruh signifikan terhadap Indeks Hagra Saham Gabungan (IHSG) secara simultan.

2.Pengujian Hipotesis Secara Parsial

H0 : bi = 0 ; Variabel SBI, Kurs Rupiah, Harga Emas Dunia, Indeks Hang Seng dan Indeks Nikkei 225 tidak berpengaruh signifikan terhadap Indeks Hagra Saham Gabungan (IHSG) secara parsial.


(55)

H1 : bi ≠ 0 ; Variabel SBI, Kurs Rupiah, Harga Emas Dunia, Indeks Hang Seng dan Indeks Nikkei 225 berpengaruh signifikan terhadap Indeks Hagra Saham Gabungan (IHSG) secara parsial.


(56)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah, maka peneliti tertarik untuk meneliti penegaruh SBI, kurs rupiah, harga emas dunia, Indeks Hang Seng dan Indeks Nikkei 225 terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Periode penelitian ini dimulai dari bulan Januari 2008 sampai bulan Desember 2011, periode ini dipilih karena pada tahun 2008 terjadi krisis Global yang berpengaruh terhadap harga saham di negara lain termasuk di Indonesia.

B. Metode Penentuan Sampel

Populasi adalah kumpulan dari semua kemungkinan orang-orang, benda-benda, dan ukuran lain yang menjadi objek perhatian, atau kumpulan seluruh objek yang menjadi perhatian (Suryadi dan Purwanto, 2009 : 7).

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh data IHSG, Tingkat suku bunga SBI, kurs rupiah, harga emas dunia, Indeks Hang Seng dan Indeks Nikkei 225. Berdasarkan data yang tersedia di internet untuk semua variabel yang digunakan dalam penelitian ini, tersedia data dari tahun 2008-2011.

Sedangkan data yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini adalah data IHSG, Tingkat suku bunga SBI, kurs rupiah, harga emas dunia, Indeks Hang Seng dan Indeks Nikkei 225 yang dibatasi pada data rata-rata tiap


(57)

bulan selama periode amatan antara tahun 2008-2011. Alasan pemilihan periode tahun yang digunakan adalah untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat sesuai dengan keadaan sekarang ini. Pemilihan data bulanan adalah untuk menghindarkan bias yang terjadi akibat kepanikan pasar dalam mereaksi suatu informasi, sehingga dengan penggunaan data bulanan diharapkan dapat memperoleh hasil yang lebih akurat.

C. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh hasil penelitian yang diharapkan, dibutuhkan data dan informasi yang mendukung penelitian ini. Jenis data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini tentang bagaimana pengaruh SBI, Kurs, harga emas dunia, Indeks Hang Seng dan Indeks Nikkei 225 terhadap Indeks Harga Saham Gabungan adalah data sekunder. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain dalam bentuk laporan bulanan antara lain IDX Monthly yang diperoleh dari publikasi BEI, publikasi Bank Indonesia berupa data SBI, dan kurs rupiah, publikasi dari www.goldfixing.com untuk harga emas dan yahoo finance untuk indeks luar negeri.

Penelitian ini juga dilakukan melalui studi kepustakaan. Penelitian kepustakaan dilakukan sebagai usaha memperoleh data yang bersifat teori sebagai pembanding dengan data penelitian yang diperoleh. Data tersebut diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan penelitian, karangan-karangan ilmiah, tesis, dan disertasi, peraturan-peraturan, ketetapan-ketetapan, dan


(58)

sumber-sumber tertulis baik tercetak maupun elektronik yang behubungan dengan penelitian ini.

D. Metode Analisis

Secara umum analisis regresi pada dasarnya adalah studi mengenai ketergantungan satu variabel terikat (dependent) dengan satu atau lebih variabel bebas (independent), dengan tujuan untuk mengestimasi dan memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel terikat (dependent) berdasarkan nilai variabel bebas (independent) yang diketahui. Pusat perhatian adalah pada upaya menjelaskan dan mengevaluasi hubungan antara suatu variabel dengan satu atau lebih variabel independen (Gujarati,2006:35). Model regresi linear memiliki beberapa asumsi dasar yang harus dipenuhi untuk menghasilkan estimasi yang baik atau dikenal dengan BLUE (Best Linear Unbiased Estimator).

Penelitian ini harus memenuhi asumsi-asumsi dasar yaitu uji normalitas, multikolinieritas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi. Penelitian ini menguji hipotesis dengan pengujian koefisien regresi simultan (Uji F), koefisien determinasi, dan pengujian koefisien regresi parsial (Uji t). Semua pengujian dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan perangkat lunak Eviews 7.0.

1. Test Granger Causality

Merupakan metode untuk melihat bentuk hubungan antar variabel (searah atau dua arah). Pada uji granger yang dilihat adalah seberapa besar


(59)

hubungan antar indeks negara-negara yang dipakai. Sehingga data yang digunakan adalah data time series.

Dalam model regresi terdapat variabel dependen Y dan sejunlah variabel independen X lainnya. Dalam banyak kasus, karena X menjelaskan variabel Y, maka cukup beralasan untuk mengatakan bahwa X menyebabkan variabel Y. Namun dalam kasus model regresi tertentu, sulit untuk dilihat secara jelas variabel mana yang menjadi penyebab variabel lain. Sebagai contoh, dimiliki variabel Y = harga saham di sektor industri dan X = harga saham di sektor perbankan. Meskipun antara variabel X dan Y mungkin berhubungan, untuk contoh ini tidak terlihat secara jelas variabel mana yang mempengaruhi variabel yang lainnya.(Dedi Rosadi,2011 : 211)

Rumusan hipotesis dalam uji Kausalitas Granger adalah : Ho : X tidak Granger Cause Y

Ha : X Granger Cause Y

Jika tidak menolak bahwa X tidak Granger menyebabkan Y tetapi menolah hipotesis Y tidak Granger menyebakan X maka Granger Causality hanya searah yaitu Y menyebabkan X.

2. Uji Asumsi Klasik

Menurut Ghozali (2011:105) pengujian asumsi klasik atas data penelitian, dilakukan dengan menggunakan empat model pengujian yaitu :


(60)

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. (Ghozali, 2011: 160).

Dalam perangkat Eviews yang peneliti gunakan dalam penelitian ini, normalitas data dapat diketahui dengan melihat kepada histogram dan uji Jarque-Bera. Uji ini dilakukan dengan membandingkan statistik Jarque-Bera (JB) dengan nilai X2 tabel. Jika nilai JB ≤ X2 tabel maka nilai residual terstandarisasi dinyatakan berdistribusi normal (Suliyanto, 2011:75).

Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan uji Jarque-Bera dengan melihat nilai probabilitas nya. Jika nilai probabilitas lebih besar dari nilai derajat kesalahan α = 0,05, maka H0 diterima dan penelitian ini tidak ada permasalahan normalitas atau dengan kata lain, data terdistribusi normal. Sebaliknya jika nilai probabilitas lebih kecil dari nilai derajat kesalahan α = 0,05, maka dalam penelitian ini ada permasalahan normalitas atau dengan kata lain, data tidak terdistribusi normal. (Winarno, 2009:5.39).

b. Uji Multikolinieritas


(61)

baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas (Ghozali, 2011:105). Multikolinieritas adalah kondisi adanya hubungan linear antarvariabel independen (Winarno, 2009:5.1).

Menurut Nachrowi (2006:95) untuk mendeteksi adanya multikolinieritas dengan menggunakan uji koefisien korelasi, jika koefisien korelasi cukup tinggi, misalnya diatas 0,8, maka diduga terjadi multikolinierritas dalam model regresi. Sebaliknya, jika koefisien korelasi relatif rendah dibawah 0,8 maka diduga tidak terjadi multikolinieritas dalam model regresi tersebut.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual atau pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika variance tidak konstan atau berubah-ubah disebut dengan Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas (Nachrowi, 2006: 109).

Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas adalah melakukan Uji Breusch-Pagan-Godfrey yaitu memperhatikan nilai Obs*R-squared dan nilai Probability di sebelah kanannya(Winarno, 2009:5.12). Bila nilai probability > α = 5%, berarti tidak terjadi heterokedastisitas. Bila nilai probability ≤ α = 5%, berarti terjadi heterokedastisitas.


(62)

d. Uji Autokorelasi

Menurut Ghozali (2011:110) uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada masalah autokorelasi.

Uji autokorelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji Breusch Godfrey nama lain dari uji BG ini adalah Uji Lagrange-Multiplier (Pengganda Lagrange). Dengan memperhatikan nilai Obs*R-squared dan nilai Probability di sebelah kanannya.

Bila nilai probability > α = 5%, berarti tidak ada autokorelasi. Bila nilai probability ≤ α = 5%, berarti ada autokorelasi.

3. Analisis Regresi Linier Berganda

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan alat analisis regresi berganda. Analisis regresi berganda digunakan untuk menguji pengaruh antara tingkat suku bunga SBI, kurs, harga emas dunia, Indeks Hang Seng dan Indeks Nikkei 225 terhadap IHSG. Seberapa besar variabel independen mempengaruhi variabel dependen dihitung dengan menggunakan persamaan garis regresi berganda berikut

Y =a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4+ b5X5 + e


(63)

Y = IHSG

a = konstanta

b1,b2,b3,b4,b5 = koefisien garis regresi X1 = tingkat suku bunga SBI

X2 = kurs

X3 = harga emas dunia X4 = Indeks Hang Seng X5 = Indeks Nikkei 225 e = standar error

4. Pengujian Terhadap Koefisien Regresi Secara Simultan ( Uji F )

Uji statistik F pada dasarnya menunjukan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat. (Ghozali, 2011: 98). Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah apakah semua parameter dalam model sama dengan nol, atau:

H0 : b1 = b2 = … = bk = 0

Artinya, apakah semua variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya (Ha) tidak semua parameter secara simultan sama dengan nol, atau:


(64)

Artinya, semua variabel independen secara simultan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Untuk memperoleh nilai Fhitung digunakan rumus (Suharyadi, 2009 :226) :

Adapun hipotesisnya sebagai berikut :

H0 = tidak ada pengaruh signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan.

Ha = ada pengaruh signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan.

Aturan pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :

Jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima dan menolak Ha. Jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak dan menerima Ha.

5. Pengujian Dengan Koefisien Regresi Parsial (Uji t )

Menurut Ghozali (2011: 98) uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah apakah suatu parameter (bi) sama dengan nol, atau;

H0 : bi = 0

F = R2 (k-1) (1- R2) x (n-3)


(65)

Artinya apakah suatu variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya (Ha) parameter suatu variabel tidak sama dengan nol, atau:

Ha : bi ≠ 0

Artinya, variabel tersebut merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Untuk memperoleh nilai thitung digunakan rumus (Suharyadi, 2009 :229) :

Adapun hipotesisnya sebagai berikut :

H0 = tidak ada pengaruh signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial.

Ha = ada pengaruh signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial.

Aturan pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :

Jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima dan menolak Ha. Jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak dan menerima Ha.

6. Koefisien Determinasi

Ghozali (2011:97) menyatakan bahwa koefisien determinasi (R2)pada intinya digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Namun R2 ini memiliki kelemahan yaitu Ŷ atau Y prediksi dengan nilai Y yang diobservasi.

thitung = b- B Sb


(66)

Apabila digunakan untuk memperkirakan data yang tidak (atau belum) ada di dalam observasi, belum tentu cocok. Dan nilai R2 tidak berkurang nilainya apabila variabel independen ditambahkan lagi kedalam persamaan (Winarno, 2009:4.21).

Maka menurut Suliyanto (2011:59), untuk mengurangi kelemahan tersebut maka digunakan koefisien determinasi yang telah disesuaikan, adjusted R square (R2adj). Koefisien determinasi yang telah disesuaikan berarti bahwa koefisien tersebut telah dikoreksi dengan memasukkan jumlah variabel dan ukuran sampel yang digunakan. Hasil nilai adjusted R square dari regresi digunakan untuk mengetahui besarnya variabel dependen yang dipengaruhi oleh variabel-variabel independennya.

E. Operasional Variabel Penelitian

1. Variabel Dependen

IHSG adalah Indeks Harga Saham Gabungan yang dikeluarkan oleh Bursa Efek Indonesia setiap hari. Data IHSG diperoleh langsung www.finance.yahoo.com. Data yang digunakan adalah data rata-rata tiap bulan selama periode pengamatan antara tahun 2008-2011.

2. Variabel Independen

Berikut ini adalah variabel-variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu :

1. Tingkat suku bunga SBI adalah Tingkat suku bunga diukur dengan menggunakan suku bunga yang ditentukan oleh Bank Indonesia selaku


(1)

86

LAMPIRAN

1.

Output Test Granger Causality

Pairwise Granger Causality Tests Date: 07/25/13 Time: 00:54 Sample: 2008M01 2011M12 Lags: 2

Null Hypothesis: Obs F-Statistic Prob.

LOG_HSI does not Granger Cause LOG_IHSG 46 4.55070 0.0164 LOG_IHSG does not Granger Cause LOG_HSI 0.68385 0.5103

Pairwise Granger Causality Tests Date: 07/25/13 Time: 00:55 Sample: 2008M01 2011M12 Lags: 2

Null Hypothesis: Obs F-Statistic Prob.

LOG_NIKKEI does not Granger Cause LOG_IHSG 46 8.57199 0.0008 LOG_IHSG does not Granger Cause LOG_NIKKEI 0.10309 0.9023

2.

Output

Regresi Linier Berganda

Dependent Variable: LOG_IHSG Method: Least Squares

Date: 07/25/13 Time: 00:56 Sample: 2008M01 2011M12 Included observations: 48

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 1.315598 1.995109 0.659412 0.5132 SBI -0.888772 0.461991 -1.923786 0.0612 LOG_KURS -0.808947 0.310827 -2.602565 0.0127 LOG_HARGA_EMAS 0.809716 0.113078 7.160703 0.0000 LOG_HSI 0.553794 0.148923 3.718662 0.0006 LOG_NIKKEI 0.130743 0.184171 0.709900 0.4817 R-squared 0.970101 Mean dependent var 3.413055 Adjusted R-squared 0.966541 S.D. dependent var 0.147762 S.E. of regression 0.027028 Akaike info criterion -4.267402 Sum squared resid 0.030682 Schwarz criterion -4.033502 Log likelihood 108.4177 Hannan-Quinn criter. -4.179011 F-statistic 272.5417 Durbin-Watson stat 1.569820 Prob(F-statistic) 0.000000


(2)

87

3.

Output

Uji Normalitas

4.

Output

Uji Multikolinieritas

LOG_HARGA_EMAS LOG_HSI LOG_KURS LOG_NIKKEI SBI LOG_HARGA_EMAS 1.000000 0.348004 -0.680993 -0.328711 -0.695000

LOG_HSI 0.348004 1.000000 -0.719573 0.687561 -0.531370 LOG_KURS -0.680993 -0.719573 1.000000 -0.383872 0.665253 LOG_NIKKEI -0.328711 0.687561 -0.383872 1.000000 0.059384 SBI -0.695000 -0.531370 0.665253 0.059384 1.000000

5.

Output

Uji

Breusch-Pagan-Godfrey

Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey

F-statistic 0.293076 Prob. F(5,42) 0.9141 Obs*R-squared 1.618257 Prob. Chi-Square(5) 0.8990 Scaled explained SS 2.687456 Prob. Chi-Square(5) 0.7480

Test Equation:

Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 07/25/13 Time: 00:57 Sample: 2008M01 2011M12 Included observations: 48

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.048536 0.103275 0.469967 0.6408 SBI 0.015143 0.023915 0.633214 0.5300 LOG_KURS -0.008409 0.016090 -0.522663 0.6040 LOG_HARGA_EMAS -0.003805 0.005853 -0.650018 0.5192 LOG_HSI 0.002745 0.007709 0.356120 0.7235

0 2 4 6 8 10 12 14

-0.06 -0.04 -0.02 0.00 0.02 0.04 0.06 0.08

Series: Residuals Sample 2008M01 2011M12 Observations 48 Mean -1.66e-15 Median -0.004971 Maximum 0.075945 Minimum -0.060056 Std. Dev. 0.027243 Skewness 0.377276 Kurtosis 3.406244 Jarque-Bera 1.468768 Probability 0.479801


(3)

88

LOG_NIKKEI -0.003940 0.009533 -0.413247 0.6815 R-squared 0.033714 Mean dependent var 0.000639 Adjusted R-squared -0.081320 S.D. dependent var 0.001345 S.E. of regression 0.001399 Akaike info criterion -10.18952 Sum squared resid 8.22E-05 Schwarz criterion -9.955621 Log likelihood 250.5485 Hannan-Quinn criter. -10.10113 F-statistic 0.293076 Durbin-Watson stat 1.966497 Prob(F-statistic) 0.914106

6.

Output

Uji Autokorelasi

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 1.054619 Prob. F(2,40) 0.3578 Obs*R-squared 2.404304 Prob. Chi-Square(2) 0.3005

Test Equation:

Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 07/25/13 Time: 00:57 Sample: 2008M01 2011M12 Included observations: 48

Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.177865 2.001301 0.088875 0.9296 SBI 0.017296 0.480934 0.035963 0.9715 LOG_KURS -0.027550 0.311219 -0.088523 0.9299 LOG_HARGA_EMAS -0.006476 0.113101 -0.057263 0.9546 LOG_HSI 0.000684 0.152653 0.004481 0.9964 LOG_NIKKEI -0.013148 0.185127 -0.071020 0.9437 RESID(-1) 0.217448 0.167105 1.301271 0.2006 RESID(-2) -0.144459 0.171411 -0.842761 0.4044 R-squared 0.050090 Mean dependent var 1.08E-16 Adjusted R-squared -0.116145 S.D. dependent var 0.025550 S.E. of regression 0.026993 Akaike info criterion -4.235457 Sum squared resid 0.029145 Schwarz criterion -3.923590 Log likelihood 109.6510 Hannan-Quinn criter. -4.117602 F-statistic 0.301320 Durbin-Watson stat 1.870885 Prob(F-statistic) 0.949137


(4)

89

7. Data variabel Dependen dan variabel Independen periode 2008-2011

Tahun Bulan IHSG SBI

Harga

emas Nikkei HSI Kurs

2008

Januari 2640,93 0,08 923,25 13731,31 25401,38 9291 Februari 2690,75 0,0794 971,5 13543,23 23852,45 9051 M aret 2485,41 0,0795 933,5 12602,93 22487,93 9217 April 2291,59 0,0798 871 13357,7 24581,82 9234 M ei 2425,98 0,0825 885,75 13995,33 25252,4 9318 Juni 2378,53 0,0859 930,25 14084,6 23183,5 9225 Juli 2905,71 0,0902 918 13168,91 22078,59 9118 Agust us 2134,43 0,0926 833 12989,35 21382,71 9153 Sept ember 1914,30 0,0953 884,5 12123,53 19369,61 9378 Okt ober 1380,19 0,1069 730,75 9117,034 15010,15 10995 Nopember 1255,19 0,1121 814,5 8531,45 13572,81 12151 Desember 1298,13 0,1093 869,75 8463,615 14574,24 10950

2009

Januari 1367,83 0,1039 919,5 8331,489 13793,96 11355 Februari 1318,65 0,0929 952 7694,783 13166,66 11980 M aret 1349,59 0,0929 916,5 7764,582 12794,95 11575 April 1576,41 0,0784 883,25 8767,96 15023,24 10713 M ei 1837,88 0,0727 975,5 9304,432 17044,12 10340 Juni 2029,80 0,0727 934,5 9810,307 18342,45 10225 Juli 2133,45 0,0687 939 9691,12 18903,71 9920 Agust us 2356,66 0,0666 955,5 10430,35 20475,51 10060 Sept ember 2398,57 0,0658 995,75 10302,87 20920,48 9681 Okt ober 2466,88 0,0659 1040 10066,24 21665 9545 Nopember 2424,32 0,0659 1175,75 9640,992 22219,44 9480 Desember 2412,91 0,0646 1087,5 10169,01 21747,9 9400

2010

Januari 2622,24 0,0643 1070,5 10661,62 21408,8 9365 Februari 2548,58 0,0643 1108,25 10175,13 20244,11 9335 M aret 2692,11 0,0636 1115,5 10671,49 21089,35 9115 April 2895,43 0,067 1179,25 11139,77 21615,53 9012 M ei 2774,60 0,066 1207,5 10103,98 19945,36 9180 Juni 2851,94 0,066 1244 9786,055 20103,97 9083 Juli 2977,06 0,065 1169 9456,835 20431,27 8952 Agust us 3073,18 0,0626 1246 9268,235 21108,65 9150 Sept ember 3321,48 0,0626 1307 9346,724 21657,73 9012 Okt ober 3594,71 0,0626 1346,75 9455,093 23301,04 9115 Nopember 3668,27 0,0626 1383,5 9797,181 23804,9 9335 Desember 3670,37 0,0626 1405,5 10254,46 23047,59 9365 Januari 3542,38 0,061 1327 10449,53 23864,75 9068


(5)

90

2011 Februari 3449,74 0,068 1411 10622,27 23196,71 9170

M aret 3558,11 0,07 1439 9852,446 23110,25 8835 April 3749,21 0,074 1535,5 9644,625 24022,64 8823 M ei 3818,33 0,0745 1536,5 9650,784 23160,95 8578 Juni 3805,36 0,0745 1505,5 9541,532 22342,41 8508 Juli 4025,94 0,073 1628,5 9996,679 22280,32 8597 Agust us 3936,35 0,068 1813,5 9072,943 20333,68 8537 Sept ember 3722,49 0,0637 1620 8695,424 18959,81 8574 Okt ober 3600,40 0,059 1722 8733,563 18352,06 8709 Nopember 3749,46 0,0535 1746 8506,105 18865,31 8823 Desember 3776,43 0,0525 1531 8507,325 18587,77 9057

8. Data variabel Dependen (Log) dan variabel Independen (Log) periode

2008-2011

Tahun Bulan LOG

IHSG SBI

LOG Kurs

LOG Harga

emas LOG HSI

LOG Nikkei

2008

Januari 3,421756 0,08 3,968062 2,965319316 4,404857 4,137712 Februari 3,429873 0,0794 3,956697 2,987442805 4,377533 4,1317223 M aret 3,395398 0,0795 3,96459 2,970114322 4,351949 4,1004715 April 3,360137 0,0798 3,96539 2,940018155 4,390614 4,1257317 M ei 3,384887 0,0825 3,969323 2,947311161 4,402303 4,1459831 Juni 3,376309 0,0859 3,964966 2,968599679 4,365179 4,1487445 Juli 3,463252 0,0902 3,9599 2,962842681 4,343971 4,1195498 Agust us 3,329282 0,0926 3,961563 2,920645001 4,330063 4,1135874 Sept ember 3,28201 0,0953 3,97211 2,946697837 4,287121 4,0836291 Okt ober 3,139939 0,1069 4,041195 2,863768824 4,176385 3,9598536 Nopember 3,098708 0,1121 4,084612 2,910891089 4,13267 3,9310228 Desember 3,113318 0,1093 4,039414 2,939394437 4,163586 3,9275559

2009

Januari 3,136033 0,1039 4,055187 2,963551734 4,139689 3,9207226 Februari 3,120128 0,0929 4,078457 2,978636948 4,119476 3,8861964 M aret 3,130201 0,0929 4,063521 2,962132469 4,107039 3,8901181 April 3,197669 0,0784 4,029911 2,946083646 4,176764 3,9428986 M ei 3,264318 0,0727 4,014521 2,989227274 4,231575 3,9686899 Juni 3,307454 0,0727 4,009663 2,970579306 4,263457 3,9916826 Juli 3,329083 0,0687 3,996512 2,972665592 4,276547 3,986374 Agust us 3,372297 0,0666 4,002598 2,980230691 4,311235 4,0182989 Sept ember 3,379952 0,0658 3,98592 2,998150315 4,320572 4,0129582 Okt ober 3,392148 0,0659 3,979776 3,017033339 4,335759 4,0028673 Nopember 3,384589 0,0659 3,976808 3,070314987 4,346733 3,9841217 Desember 3,382542 0,0646 3,973128 3,036429266 4,337417 4,0072787


(6)

91 2010

Januari 3,418672 0,0643 3,971508 3,029586672 4,330592 4,0278232 Februari 3,406298 0,0643 3,970114 3,04463774 4,306299 4,00754 M aret 3,430093 0,0636 3,959757 3,047469575 4,324063 4,0282251 April 3,461714 0,067 3,954821 3,071605885 4,334766 4,0468762 M ei 3,443201 0,066 3,962843 3,081887139 4,299842 4,0044925 Juni 3,455141 0,066 3,958229 3,09482038 4,303282 3,9906077 Juli 3,473788 0,065 3,95192 3,067814511 4,310295 3,9757458 Agust us 3,487588 0,0626 3,961421 3,095518042 4,32446 3,966997 Sept ember 3,521332 0,0626 3,954821 3,116275588 4,335613 3,9706594 Okt ober 3,555664 0,0626 3,959757 3,129286984 4,367375 3,9756658 Nopember 3,564461 0,0626 3,970114 3,140979163 4,376666 3,9911011 Desember 3,564709 0,0626 3,971508 3,14783085 4,362626 4,0109128

2011

Januari 3,549295 0,061 3,957512 3,122870923 4,377757 4,0190968 Februari 3,537786 0,068 3,962369 3,149527014 4,365426 4,0262173 M aret 3,551219 0,07 3,946207 3,158060794 4,363805 3,9935441 April 3,573939 0,074 3,945616 3,186249821 4,380621 3,9842853 M ei 3,581873 0,0745 3,933386 3,186532565 4,364756 3,9845626 Juni 3,580395 0,0745 3,929827 3,17768076 4,34913 3,9796181 Juli 3,604867 0,073 3,934347 3,211787763 4,347921 3,9998557 Agust us 3,595094 0,068 3,931305 3,25851756 4,308216 3,9577482 Sept ember 3,570833 0,0637 3,933183 3,209515015 4,277834 3,9392908 Okt ober 3,556351 0,059 3,939968 3,236033147 4,263685 3,9411915 Nopember 3,573969 0,0535 3,945616 3,242044239 4,275664 3,9297307 Desember 3,577082 0,0525 3,956984 3,184975191 4,269227 3,929793


Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh The Fed Rate, Indeks Dow Jones Dan Nikkei 225 Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2013

9 83 85

Analisis Pengaruh Faktor Fundamental Terhadap Indeks Harga Saham Sektor Industri Barang Konsumsi Di Bursa Efek Indonesia (BEI)

6 70 84

Pengaruh Indeks Harga Saham Nikkei 225, Hangseng 43, Kospi 200, Harga Emas Dunia, Harga Minyak Dunia dan Kurs Rupiah terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Tahun 2005 - 2010

2 43 105

Analisis Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Rupiah Dan Indeks Dow Jones Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia (BEI)

2 18 83

Analisis Pengaruh Harga Minyak Dunia, Nilai Tukar, Inflasi dan Suku Bunga SBI terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2006-2009

2 39 90

Analisis Harga Emas Dunia, Indeks Hang Seng dan Indeks Dow Jones Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia 2008-2015

0 9 1

Pengaruh Indeks Nikkei 225 Dan Inflasi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Pada Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2010-2014

2 5 69

Analisis Pengaruh Inflasi, Kurs Rupiah dan Tingkat SBI terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Indonesia (BEI).

0 0 1

PENGARUH INFLASI, BI RATE, KURS USDIDR, INDEKS SHCOMP, DAN INDEKS NIKKEI 225 TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) (Studi Pada Bursa Efek Indonesia Periode 2015-2017)

0 0 9

ANALISIS PENGARUH BI RATE, KURS RUPIAH, INDEKS NIKKEI 225 TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN DI BEI TAHUN 2011-2014

0 0 13