Pengaruh Indeks Nikkei 225 Dan Inflasi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Pada Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2010-2014

(1)

Data Pribadi

Nama : Iyana Tri Nanda Br Sembiring Tempat Tanggal Lahir : Kabanjahe, 04 Maret 1993 Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 22 Tahun

Agama : Kristen Protestan

Alamat Rumah : Jl. Jamin Gg.Tekang, Ketaren, Kec. Kabanjahe, Kab. Karo, Sumatera Utara

Status : Belum Menikah

Telepon (HP) : 085762993909 / 081214422582

Email : iyana_trinanda@yahoo.com

iyanatrinanda@gmail.com

Latar Belakang Pendidikan Formal

1999-2005 SD Negeri 1 Kabanjahe, Karo, Sumatera Utara 2005-2008 SMP Negeri 1 Kabanjahe, Karo, Sumatera Utara 2008-2011 SMA Negeri 1 Tigapanah, Karo, Sumatera Utara 2011-2015 Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi,

Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM), Bandung, Jawa Barat


(2)

32 3.1 Objek Penelitian

Pengertian dari Objek Penelitian menurut Sugiyono (2011: 32) adalah sebagai berikut:

“Objek penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau

kegiatan yang mempunyai variabel tertentu yang ditetapkan untuk dipelajari dan

ditarik kesimpulannya”.

Berdasarkan definisi di atas, objek dalam penelitian ini adalah Indeks Nikkei 225, Inflasi dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

3.2 Metode Penelitian

Definisi Metode Penelitian menurut Sugiyono (2009: 4) adalah sebagai berikut:

Metode Penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan, dan dikembangkan suatu pengetahuan sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah.

3.2.1 Metode Penelitian

Definisi Metode Analisis Deskriptif menurut Sugiyono (2009: 35) adalah sebagai berikut:

“Metode deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui keberadaan


(3)

sendiri) tanpa membuat perbandingan dan mencari hubungan variabel itu dengan

variabel yang lain”.

Sedangkan pengertian metode verifikatif menurut Mashuri (2008) dalam Narimawati Umi (2010:29) adalah sebagai berikut:

“Metode verifikatif yaitu memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan

untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di

tempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan”.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif verifikatif. Metode deskriptif ditujukan untuk mengetahui perkembangan Indeks Nikkei 225, Inflasi dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Sedangkan metode verifikatif untuk mengetahui besarnya pengaruh Indeks Nikkei 225 dan Inflasi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

3.2.2. Desain Penelitian

Dalam melakukan suatu penelitian diperlukan perencanaan penelitian agar penelitian yang dilakukan dapat berjalan dengan baik, sistematis serta efektif.

Definisi Desain Penelitian menurut Nazir (2009: 84) adalah sebagai berikut:

“Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan

pelaksanaan penelitian”.

Langkah-langkah desain penelitian menurut Umi Narimawati, dkk. (2010: 30) adalah sebagai berikut:

1) Menetapkan permasalahan sebagai indikasi dari fenomena penelitian, selanjutnya menetapkan judul penelitian.


(4)

2) Mengidentifikasikan permasalahan yang terjadi. 3) Menetapkan rumusan masalah.

4) Menetapkan tujuan penelitian.

5) Menetapkan hipotesis penelitian, berdasarkan fenomena dan dukungan teori. 6) Menetapkan konsep variabel sekaligus pengukuran variable penelitian yang

digunakan.

7) Menetapkan sumber data, teknik penentuan sample dan teknik pengumpulan data.

8) Melakukan analisis data.

9) Melakukan pelaporan hasil penelitian.

Berikut penjelasan dari langkah-langkah desain penelitian yang dibuat penulis:

1. Menetapkan permasalahan sebagai indikasi dari fenomena penelitian, selanjutnya dapat ditetapkan judul yang akan diteliti. Pada penelitian ini permasalahan yang terjadi adalah ketidaksesuaian antara teori yang ada dengan fakta-fakta yang ada dilapangan.

2. Mengidentifikasi masalah perubahan Indeks Nikkei 225, Inflasi dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Indonesia (BEI).

3. Menetapkan rumusan masalah.

Rumusan masalah yang terdapat pada penelitian ini adalah bagaimana perkembangan Indeks Nikkei 225, Inflasi dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Indonesia (BEI). Kemudian besarnya pengaruh Indeks


(5)

Nikkei 225 dan Inflasi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Indonesia (BEI).

4. Menetapkan tujuan penelitian.

Tujuan penelitian dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan dalam rumusan masalah. Tujuan penelitian dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan Indeks Nikkei 225, Inflasi dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Indonesia (BEI). Kemudian untuk mengetahui besarnya pengaruh Indeks Nikkei 225 dan Inflasi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Indonesia (BEI).

5. Menetapkan hipotesis penelitian, berdasarkan fenomena dan dukungan teori. Hipotesis pada penelitian ini adalah Indeks Nikkei 225 (X1) dan Inflasi (X2) memiliki pengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (Y).

6. Menetapkan konsep variabel sekaligus pengukuran variabel penelitian yang digunakan. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Indeks Nikkei 225 (X1) sebagai variabel bebas, Inflasi (X2) sebagai variabel bebas, dan Indeks Harga Saham Gabungan (Y) sebagai variabel terikat. Kemudian skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala rasio.

7. Menetapkan sumber data, teknik penentuan sampel dan teknik pengumpulan data. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data sekunder yaitu laporan per bulan yang terdapat pada situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) http://www.idx.co.id/, www.bi.go.id, www.yahoo.finance.com


(6)

Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif (kualitatif) dan analisis verifikatif (kuantitatif) untuk Indeks Nikkei 225, Inflasi dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Indonesia (BEI).

9. Melakukan pelaporan hasil penelitian.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat digambarkan desain penelitian dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Tujuan Penelitian

Desain Penelitian Metode yang

digunakan Jenis Data Unit Analisis

T-1 Deskriptif

Sekunder Bursa Efek Indonesia (BEI)

T-2 Deskriptif

T-3 Deskriptif

T-4 Verifikatif

Kegunaan desain penelitian adalah untuk memperoleh keterangan mengenai cara membuat penelitian dan bagaimana proses perencanaan serta pelaksanaan penelitian dilakukan. Maka dapat digambarkan desain penelitian dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

Gambar 3.1 Desain Penelitian X1

X2


(7)

Keterangan:

X1 = Indeks Nikkei 225 X2 = Inflasi

Y = Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

3.2.3 Operasionalisasi Variabel

Definisi Operasionalisasi Variabel atau operasional suatu variabel menurut Sugiyono (2010:38) adalah sebagai berikut:

“Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk

apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh

informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.”

Operasionalisasi variabel diperlukan untuk menentukan jenis, indikator, serta skala dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian, sehingga pengujian hipotesis dengan alat bantu statistik dapat dilakukan secara benar.

Judul yang diambil oleh penulis, yaitu “Pengaruh Indeks Nikkei 225 dan

Inflasi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2010-2014.”

1) Variabel Bebas / Independent (Variabel X1 dan X2)

Definisi Variabel Bebas menurut Sugiyono (2010: 33) adalah sebagai berikut:

“Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (dependen)”.


(8)

Variabel bebas merupakan variabel stimulus atau variabel yang dapat mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas merupakan variabel yang diukur, dimanipulasi, atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan hubungannya dengan suatu gejala yang diobservasi. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Indeks Nikkei 225 dan Inflasi.

2) Variabel Terikat/Dependent (Variabel Y)

Definisi Variabel Terikat menurut Sugiyono (2010: 39) adalah sebagai berikut:

“Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas”.

Adapun variabel terikat atau variabel dependen pada penelitian ini adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yaitu sebagai variabel Y.

Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio. Definisi Skala Rasio menurut Sugiyono (2009: 93) adalah sebagai berikut:

“Skala rasio adalah skala yang dapat memberi arti perbandingan atau perkalian”.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa skala rasio adalah skala yang mempunyai arti perbandingan, bahkan angka nol memiliki arti perbandingan, sehingga angka nol dalam skala ini diperlukan sebagai dasar dalam perhitungan dan pengukuran terhadap objek yang diteliti.

Untuk memperjelas dan mempertegas variabel-variabel yang diteliti, maka variabel-variabel tersebut akan dioperasionalisasikan sebagai berikut:


(9)

Tabel 3.2

Operasionalisasi Variabel

Variabel Konsep Indikator Skala Ukuran

Indeks Nikkei 225

(X1)

“Indeks Nikkei 225 adalah Indeks yang digunakan untuk mengukur kinerja bursa saham Jepang”

Ruth Crista (2012:68)

Indeks Nikkei 225 = - Jumlah seluruh harga saham yang tercatat di Indeks Nikkei 225 (Σp) - Angka yang ditentukan

oleh otoritas bursa sebagai bilangan pembagi (Divisor)

(indexes.nikkei.co.jp)

Rasio Yen

Inflasi (X2)

“Inflasi adalah suatu keadaan yang ditandai dengan peningkatan harga-harga pada umumnya atau turunnya nilai mata uang yang beredar.”

Ni Nyoman Aryaningsih (2008:56-67)

Inflasi =

1. Indeks Harga Konsumen (IHK)

2. Indeks Harga Perdagangan Besar

Iskandar Putong (2007:491-493)

Rasio Rp

Indeks Harga Saham Gabungan

(Y)

“Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah suatu indikator yang menunjukan pergerakan suatu saham, berfungsi sebagai indikator trend di pasar.”

Sunariyah (2003:126)

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) =

Persentase IHSG Berdasarkan Harga Penutupan di Bursa Efek

Indonesia (BEI)

Sunariyah (2011: 142)

Rasio Rp

3.2.4 Sumber Data dan Teknik Penentuan Data 3.2.4.1 Sumber Data

Jenis data yang digunakan peneliti pada penelitian ini mengenai pengaruh Indeks Nikkei 225 dan Inflasi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah data sekunder.


(10)

Definisi Data Sekunder menurut Burhan Bungin (2009: 122) adalah sebagai berikut:

“Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder dari data yang kita butuhkan”.

Data yang digunakan dalam penelitian ini didapat secara langsung dari sumber terkait.

3.2.4.2Teknik Penentuan Data

Adapun Teknik Penentuan data terbagi menjadi dua bagian, yaitu populasi dan sampel. Pengertian dari populasi dan sampel itu sendiri adalah sebagai berikut: 1) Populasi

Definisi Populasi menurut Sugiyono (2013: 49) adalah sebagai berikut:

“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

Berdasarkan definisi populasi tersebut, maka populasi dalam penelitian ini adalah Indeks Nikkei 225, Inflasi dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Indonesia (BEI).

2) Sampel

Definisi Sampel menurut Sugiyono (2013: 49) adalah sebagai berikut:

“Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”.


(11)

Teknik penarikan sample yang digunakan penulis dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan sampling purposive. Sugiyono (2010: 85) mendefinisikan bahwa:

Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan

tertentu”.

Menurut Uma Sekaran (2006:136) memberikan acuan umum untuk menentukan ukuran sampel, yaitu adalah sebagai berikut:

“Dalam penelitian mutivariate (termasuk analisis regresi berganda), ukuran sampel adalah 10 kali lebih besar dari jumlah variabel dalam penelitian dan untuk ukuran sample minimum adalah 30 yang dipecah ke dalam subsample adalah tepat

untuk kebanyakan penelitian”.

Penelitian ini menggunakan sampel data Indeks Nikkei 225, Inflasi dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2010-2014. Kesimpulannya, penelitian ini menggunakan sampel data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) per bulan selama 5 Tahun (Data Time Series). Total sampel 60 data.

3.2.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengumpulkan data dengan cara mencatat seluruh data yang diperlukan yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti dari dokumen-dokumen yang dimiliki Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2010-2014, serta informasi-informasi lain yang diperlukan dalam penelitian.


(12)

3.2.5.1 Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Pengumpulan data dilakukan dengan membaca literatur-literatur, buku-buku mengenai teori permasalahan yang diteliti dan menggunakan media internet sebagai media pendukung dalam penelusuran informasi tambahan mengenai teori maupun data-data yang diperlukan dalam penelitian ini.

3.2.6 Rancangan Analisis dan Pengujian Hipotesis 3.2.6.1 Rancangan Analisis

Menurut Umi Narimawati (2010:41) rancangan analisis dapat didefinisikan sebagai berikut:

Rancangan analisis adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang telah diperoleh dari hasil observasi lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang lebih penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dimengerti.

Adapun analisis-analisis yang digunakan dalam penelitian ini akan dijelaskan sebagai berikut:

a. Analisis Deskriptif atau Kualitatif

Menurut Sugiyono (2011:14) mendefinisikan analisis kualitatif sebagai berikut:

Metode penelitian kualitatif itu dilakukan secara intensif, peneliti ikut berpartisipasi lama dilapangan, mencatat secara hati-hati apa yang terjadi, melakukan analisis reflektif terhadap berbagai dokumen yang ditemukan dilapangan, dan membuat laporan penelitian secara mendetail.

Penelitian deskriptif digunakan untuk menggambarkan perkembangan Indeks Nikkei 225, Inflasi dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Indonesia (BEI).


(13)

Untuk mengetahui perkembangan variabel-variabel tersebut dari periode ke periode dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

Rasio Tahun x = Perkembangan pada periode saat dianalisis Rasio Tahun (x-1) = Perkembangan pada periode sebelumnya

b. Analisis Verifikatif atau Kuantitatif

Menurut Sugiyono (2011:31) mendefinisikan analisis kuantitatif sebagai berikut:

Dalam penelitian kuantitatif analisis data menggunakan statistik.Statistik yang digunakan dapat berupa statistik deskriptif dan inferensial/induktif. Statistik inferensial dapat berupa statistik parametris dan statistik nonparametris. Peneliti menggunakan statistik inferensial bila penelitian dilakukan pada sampel yang dilakukan secara random. Data hasil analisis selanjutnya disajikan dan diberikan pembahasan. Penyajian data dapat berupa tabel, tabel ditribusi frekuensi, grafik garis, grafik batang, piechart (diagram lingkaran), dan pictogram. Pembahasan hasil penelitian merupakan penjelasan yang mendalam dan interpretasi terhadap data-data yang telah disajikan.

Adapun langkah-langkah analisis kuantitatif dalam pengujian statistik yang diuraikan diatas sebagai berikut:

1. Analisis Regresi Linier Berganda (Multiple)

Menurut Sugiyono (2011:277) mendefinisikan analisis regresi linier berganda sebagai berikut:


(14)

Analisis regresi linier berganda adalah analisis yang digunakan peneliti, bila bermaksud meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen (kriterium), bila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor prediktor dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya).

Pada dasarnya teknik analisis ini merupakan kepanjangan dari teknik analisis regresi linier sederhana. Untuk menggunakan teknik analisis ini syarat-syarat yang harus dipenuhi diantaranya adalah sebagai berikut:

a) Data harus berskala interval;

b) Variabel bebas terdiri lebih dari dua variabel; c) Variabel tergantung terdiri dari satu variabel;

d) Hubungan antara variabel bersifat linier. Artinya semua variabel bebas mempengaruhi variabel tergantung;

e) Tidak boleh terjadi multikolinieritas. Artinya sesama variabel bebas tidak boleh berkorelasi terlalu tinggi, misalnya 0,9 atau terlalu rendah misalnya 0,01;

f) Tidak boleh terjadi autokorelasi. Akan terjadi autokorelasi jika angka Durbin dan Watson sebesar < 1 atau > 3 dengan skala 1-4;

g) Jika ingin menguji keselarasan model (goodness of fit), maka dipergunakan simpangan baku kesalahan. Untuk kriterianya digunakan dengan melihat angka Standard Error of Estimate (SEE) dibandingkan dengan nilai simpangan baku (Standard Deviation). Jika angka Standard Error of Estimate (SEE) < simpangan baku (Standard Deviation) maka model dianggap selaras; dan


(15)

= +

+

+ �

h) Kelayakan model regresi diukur dengan menggunakan nilai signifikansi. Model regresi layak dan dapat dipergunakan jika angka signifikansi < 0,05 (dengan presisi 5%) atau 0,01 (dengan presisi 1%).

Analisis regresi linier berganda bertujuan untuk menerangkan besarnya pengaruh Indeks Nikkei 225 dan Inflasi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Persamaan analisis regresi linier berganda secara umum untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Keterangan:

Y = Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) X1 = Indeks Nikkei 225

X2 = Inflasi =Konstanta

� , � = Koefisien Arah Garis

� = Faktor lain yang tidak diteliti

Arti koefisien � adalah jika nilai � positif (+), hal tersebut menunjukkan hubungan searah antara variabel bebas dengan variabel terikat. Dengan kata lain, peningkatan atau penurunan besarnya variabel bebas akan diikuti oleh peningkatan atau penurunan besarnya variabel terikat.


(16)

Sedangkan jika nilai � negatif (-), hal tersebut menunjukkan hubungan yang berlawanan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Dengan kata lain, setiap peningkatan besarnya nilai variabel bebas akan diikuti oleh penurunan besarnya nilai variabel terikat dan sebaliknya.

2. Uji Asumsi Klasik

Dalam mencari keabsahan analisis regresi berganda, penelitian ini akan diuji dengan menggunakan uji asumsi klasik, yang bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi yang diperoleh dapat menghasilkan estimator yang baik. Adapun ke empat uji asumsi klasik itu adalah:

- Uji Normalitas

Menurut Husein Umar (2011:182) mendefinisikan uji normalitas sebagai berikut:

“Uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah variabel dependen,

independen atau keduanya berdistribusi normal, mendekati normal atau tidak”. Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki distribusi normal atau mendekati normal, sehingga layak dilakukan pengujian secara statistik. Menurut Singgih Santoso (2002:393), dasar pengambilan keputusan bisa dilakukan berdasarkan probabilitas (Asymtotic Significance), yaitu:

- Jika probabilitas > 0,05 maka distribusi dari populasi adalah normal. - Jika probabilitas < 0,05 maka populasi tidak berdistribusi secara normal

Menurut Wing Wahyu Winarno (2011:5.37), untuk pengujian lebih akurat diperlukan alat analisis dan Eviews menggunakan dua cara, yaitu dengan histogram


(17)

dan uji Jarque-bera. Jarque-bera adalah uji statistik untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal. Uji ini mengukur perbedaan skewness dan kurtosis data dan dibandingkan dengan apabila datanya bersifat normal. Rumus yang digunakan adalah :

Selain itu uji normalitas digunakan untuk mengetahui bahwa data yang diambil berasal dari populasi berdistribusi normal.

Pada penelitian ini digunakan uji Kolmogorov-Smirnov untuk menguji normalitas model regresi. Dimana jika angka signifikansi < 5% maka dapat dikatakan data berdistribusi tidak normal dan tidak memenuhi model regresi dan sebaliknya jika angka signifikansi > 5% maka dapat dikatakan data berdistribusi normal dan memenuhi model regresi. Imam Gozali (2006:112) menyebutkan bahwa:

“Jika data menyebar di sekitar garis diagonal yang mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.”

- Uji Multikolinearitas

Menurut Husein Umar (2011:177) mendefinisikan uji multikolinieritas sebagai berikut:

“Multikolinieritas adalah untuk mengetahui apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen”.

Kondisi terjadinya multikolinieritas ditunjukkan dengan berbagai informasi berikut:


(18)

1. Nilai tinggi R2, tetapi variabel independen banyak yang tidak signifikan. 2. Dengan menghitung koefisien korelasi antar variabel independen. Apabila

koefisiennya rendah, maka tidak terdapat multikolinieritas.

3. Dengan melakukan regresi auxiliary. Regresi jenis ini dapat digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua (atau lebih) variabel independen yang secara bersama-sama (misalnya X2 dan X3) mempengaruhi satu variabel independen yang lain (misalnya X1). Kita harus menjalankan beberapa regresi, masing-masing dengan memberlakukan satu variabel independen (misalnya X1) sebagai variabel dependen dan variabel indpenden lainnya tetap diperlakukan sebagai variabel independen. Masing – masing persamaan akan dihitung nilai F-nya dengan rumus sebagai berikut:

Dimana n adalah banyaknya observasi, k adalah banyaknya variabel independen (termasuk konstanta), dan R adalah koefisien determinasi masing-masing model. Nilai kritis F dihitung dengan derajat kebebasan k-2 dan n-k-1. Jika

nilai F hitung > F kritis pada α dan derajat kebebasan tertentu, maka model kita

mengandung multikolinieritas.

Apabila model prediksi kita memiliki multikolinieritas, maka akan memunculkan akibat-akibat sebagai berikut:

a. Estimator masih bisa bersifat BLUE, tetapi memiliki varian dan kovarian yang besar, sehingga sulit dipakai sebagai alat estimasi.


(19)

b. Interval estimasi cenderung lebar dan nilai statistik uji t akan kecil, sehingga menyebabkan variabel independen tidak signifikan secara statistik dalam mempengaruhi variabel independen.

Ada beberapa alternatif dalam menghadapi msalah multikolinieritas. Alternatif tersebut adalah sebagai berikut:

a. Biarkan saja model yang mengandung multikolinieritas, karena estimatornya masih dapat bersifat BLUE. Sifat BLUE tidak terpengaruh oleh ada tidaknya autokorelasi antarvariabel independen. Namun harus diketahui bahwa multikolinieritas akan menyebabkan standard error yang besar.

b. Mengganti atau mengeluarkan variabel yang mempunyai korelasi tinggi. c. Menambah jumlah observasi. Apabila datanya tidak dapat ditambah, teruskan

dengan model yang digunakan.

d. Mentransformasikan data ke dalam bentuk lain, misalnya logaritma natural, akar kuadrat atau bentuk first difference delta.

- Uji Heteroskedastisitas

Menurut Husein Umar (2011:179) mendefinisikan uji heteroskedastisitas sebagai berikut:

“Heteroskedastisitas adalah dilakukan untuk mengetahui apakah dalam

sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu

pengamatan ke pengamatan lain”.

Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi apakah ada atau tidak gejala heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan


(20)

melihat Grafik Plot, dan Uji Park. Park mengemukakan metode bahwa varians (s2) merupakan fungsi dari variabel-variabel bebas. Uji ini dilakukan dengan menguadratkankan nilai residual (U2i) dari model kemudian kuadrat nilai residual dilogaritmakan (LnU2i). Kemudian nilai logaritma dari kuadrat residual dimasukkan sebagai variabel terikat dalam persamaan regresi yang baru. Jika angka signifikansi t yang diperoleh dari persamaan regresi yang baru lebih besar dari alpha 5%, maka dikatakan tidak terdapat heteroskedastisitas dalam data model. Sebaliknya, jika angka signifikansi yang diperoleh lebih kecil dari alpha 5%, maka dapat dikatakan terdapat heteroskedastisitas dalam data model (Ghozali, 2006).

Ada beberapa cara alternatif dalam Eviews untuk menghilangkan heterokedastisitas. Langkah-langkah untuk mengatasi masalah heteroskedastisitas tersebut adalah :

a. Metode WLS (Weight Least Square).

Metode WLS (Weight Least Square) atau Kuadrat Terkecil Tertimbang. Metode ini dilakukan dengan cara membagi persamaan regresi OLS biasa

dengan σ, sehingga persamaannya adalah sebagai berikut :

b. Metode White.

Untuk metode white atau dikenal juga dengan varian heteroskedastisitas terkorelasi (heteroscedasticity-corrected variances). Metode ini menggunakan residual kuadrat e sebagai proksi dari σ yang tidak diketahui, sehingga varian estimator dapat dihitung dengan formula sebagai berikut:


(21)

c. Metode Transformasi.

- Uji Autokorelasi

Menurut Husein Umar (2011:182) mendefinisikan uji autokorelasi sebagai berikut:

“Autokorelasi adalah dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah

model regresi linier terdapat hubungan yang kuat baik positif maupun negatif antar data yang ada pada variabel-variabel penelitian”.

Untuk menguji ada tidaknya autokorelasi, dari data residual terlebih dahulu dihitung nilai statistik Durbin-Watson (D-W):

Dasar yang digunakan untuk pengambilan keputusan secara umum adalah sebagai berikut:

a. Jika D-W < dL atau D-W > 4 – dL, kesimpulannya terdapat autokorelasi b. Jika dU < D-W < 4 – dU, kesimpulannya tidak terdapat autokorelasi

c. Jika dL < D-W < dU atau antara 4 – dU dan 4 – dL. Maka tidak ada kesimpulan yang pasti apakah terdapat autokorelasi atau tidak terdapat autokorelasi (Gujarati, 2003: 470).

Apabila hasil uji Durbin-Watson tidak dapat disimpulkan apakah terdapat autokorelasi atau tidak maka dilanjutkan dengan runs test.


(22)

3. Analisis Korelasi

Besarnya pengaruh masing-masing komponen variabel bebas terhadap variabel tidak bebas yaitu Indeks Nikkei 225 terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Inflasi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dapat diketahui dengan menggunakan analisis korelasi. Analisis korelasi bertujuan untuk mengukur kekuatan asosiasi (hubungan) linier antara dua variabel. Korelasi juga tidak menunjukkan hubungan fungsional. Dengan kata lain, analisis korelasi tidak membedakan antara variabel dependen dengan variabel independen. Dalam analisis regresi, analisis korelasi yang digunakan juga menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen selain mengukur kekuatan asosiasi (hubungan).

Sedangkan untuk mencari koefisien korelasi antara variabel X1 dan Y, variabel X2 dan Y, sebagai berikut:

(Sumber : Umi Narimawati, 2010 :50) Keterangan :

r = Koefisien Korelasi n = Jumlah Data

ΣXi = Variabel Bebas (Independent) ΣYi = Variabel Terikat (Dependent) Besarnya koefisien korelasi adalah -1≤ r ≤1 :

a. Apabila (-) berarti terdapat hubungan negatif b. Apabila (+) berarti terdapat hubungan positif.


(23)

Interprestasi dari nilai koefisien korelasi :

a. Kalau r = -1 atau mendekati -1, maka hubungan antara kedua variabel kuat dan mempunyai hubungan yang berlawanan (jika X naik maka Y turun atau sebaliknya).

b. Kalau r = +1 atau mendekati +1, maka hubungan yang kuat antara variabel X dan variabel Y dan hubungannya searah.

Ketentuan untuk melihat tingkat keeratan korelasi digunakan acuan pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.3

Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0 – 0,199 Sangat rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat Kuat

Sumber: Sugiyono (2010:184)

4. Analisis Koefisien Determinasi

Besarnya pengaruh Indeks Nikkei 225 dan Inflasi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dapat diketahui dengan menggunakan analisis koefisien determinasi atau disingkat Kd. Analisis Koefisiensi Determinasi (KD) digunakan untuk melihat seberapa besar variabel independen (X) berpengaruh terhadap variabel dependen (Y) yang dinyatakan dalam persentase. Besarnya koefisien determinasi dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Sumber: Umi Narimawati(2010:50)


(24)

Keterangan:

Kd = Koefisien Determinasi atau seberapa jauh perubahan variabel Y dipergunakan oleh variabel X

r2 = Kuadrat Koefisien Korelasi

100% = Pengkali yang menyatakan dalam persentase

3.2.6.2 Pengujian Hipotesis

Menurut Sugiyono (2011:159) mendefinisikan hipotesis sebagai berikut:

“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk

kalimat pertanyaan”.

Pada prinsipnya pengujian hipotesis ini adalah membuat kesimpulan sementara untuk melakukan penyanggahan dan atau pembenaran dari masalah yang akan ditelaah. Sebagai wahana untuk menetapkan kesimpulan sementara tersebut kemudian ditetapkan hipotesis nol dan hipotesis alternatifnya.

1. Uji Hipotesis secara Parsial (Uji T) a. Hipotesis

Hipotesis Pertama

H : β = 0, Indeks Nikkei 225 tidak berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Ha : β ≠ 0, Indeks Nikkei 225 berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)


(25)

Hipotesis Kedua

H : β = 0, Inflasi tidak berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Ha :β ≠ 0, Inflasi berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Melakukan uji-t, untuk menguji pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Untuk menguji koefisien regresi secara Parsial, menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

r = Korelasi parsial yang ditentukan n = Jumlah sampel

t = �ℎ� ��

b. Kriteria Pengujian

� ditolak apabila �ℎ� �� < � �� (a = 0,05). Kriteria penarikan pengujian: Jika menggunakan tingkat kekeliruan (a = 0,05) untuk diuji dua pihak, maka kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis yaitu sebagai berikut :

a. Jika �ℎ� �� ≥ � �� maka H ada didaerah penolakan, berarti Ha diterima artinya antara variabel bebas dan variabel terikat ada hubungannya.

b. Jika �ℎ� �� ≤ � �� maka H ada didaerah penerimaan, berarti Ha ditolak artinya antara variabel bebas dan variabel terikat tidak ada hubungannya


(26)

2. Uji Hipotesis secara Simultan (Uji F)

a. Hipotesis

H : β β = 0, Indeks Nikkei 225 dan Inflasi tidak berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Ha: β β ≠ 0, Indeks Nikkei 225 dan Inflasi berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Dalam penelitian ini pengujian secara simultan menggunakan Uji-F. Melakukan uji F untuk mengetahui pengaruh seluruh variabel bebas secara simultan terhadap variabel terikat. Uji F dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

(Sugiyono, 2007:230) Keterangan:

� = Koefisien Determinasi k = Banyaknya koefisien regresi n = Jumlah Sampel

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas secara bersama sama dapat berperan atas variabel terikat. Jika nilai Fhitung > Fkritis, maka � yang menyatakan bahwa variasi perubahan nilai variabel bebas Indeks Nikkei 225 dan Inflasi tidak dapat menjelaskan perubahan nilai variabel terikat (Indeks Harga Saham Gabungan/IHSG) ditolak dan sebaliknya.

b. Kriteria Pengujian

� ditolak apabila �ℎ� �� > � �� (a = 0,05). Apabila pada pengujian secara simultan H ditolak, artinya sekurang-kurangnya ada sebuah β ≠ 0. Untuk


(27)

mengetahui β1 yang tidak sama dengan nol, maka dilakukan pengujian secara parsial.

Sumber Sugiyono (dalam Umi Narimawati, 2010:54) Gambar 3.2

Uji Daerah Penerimaan dan Penolakan Hipotesis

3. Penarikan Kesimpulan

Daerah yang diarsir merupakan daerah penolakan dan berlaku sebaliknya. Jika t hitung jatuh di daerah penolakan (penerimaan) maka Ho ditolak (diterima) dan Ha diterima (ditolak). Artinya koefisien regresi signifikan (tidak signifikan).

Kesimpulannya, Indeks Nikkei 225 dan Inflasi mempengaruhi (tidak mempengaruhi) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Tingkat

signifikannya yaitu 5% (α = 0,05) artinya jika hipotesis nol ditolak (diterima) dengan taraf kepercayaan 95% maka kemungkinan bahwa hasil dari penarikan kesimpulan mempunyai kebenaran 95% dan hal ini menunjukkan adanya (tidak adanya pengaruh yang meyakinkan (signifikan) antara dua variabel tersebut). Dalam hal ini ditunjukkan dengan penolakan Ho atau penerimaan alternatif (Ha).


(28)

14 2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Indeks Nikkei 225

2.1.1.1 Definisi Indeks Nikkei 225

Nikkei 225 adalah indeks saham yang ada di bursa saham Tokyo (Tokyo Stock Exchange /TSE), Jepang. Pergerakan indeks ini sudah dipublikasikan oleh surat kabar Nihon Keizai sejak tahun 1971 dan merupakan satu dari sebagian kecil faktor yang menggerakkan mata uang Yen Jepang. Saat ini, Nikkei telah berperan sebagai indeks saham yang paling aktif dan diminati oleh pelaku pasar internasional. Mirip dengan indeks Dow Jones di AS dan telah dicatat di bursa-bursa utama dunia seperti Singapore Exchange, Osaka Securities Exchange dan Chicago Mercantile Exchange. Indeks ini dibuat untuk mencerminkan kondisi pasar saham, oleh karena itu pergerakan setiap indeks sektor industri dinilai setara dan tidak ada pembobotan yang lebih untuk sektor-sektor industri tertentu. Lebih dari 60 tahun, indeks Nikkei 225 telah dipakai sebagai barometer keadaan ekonomi Jepang. Nikkei 225 adalah indeks utama untuk produk-produk keuangan pasar ekuitas Jepang yang berdiri pada tahun 1950. Perhitungan harian indeks Nikkei 225 dimulai pada tanggal 7 September 1950 oleh harian Nihon Keizai Shimbun (Nikkei). Pada saat yang bersamaan bursa saham Tokyo menggunakan indeks Nikkei 225 sebagai penyesuaian harga rata-rata TSE. (indexes.nikkei.co.jp)


(29)

2.1.1.2 Rumus Indeks Nikkei 225

Metode perhitungannya menggunakan perhitungan harga rata-rata (unit dalam yen), dan komponennya ditinjau ulang setahun sekali. Metode penghitungan indeks Nikkei 225 menggunakan rumus (indexes.nikkei.co.jp):

Keterangan:

Dimana Σp adalah jumlah seluruh harga saham yang tercatat di Indeks Nikkei 225

dan divisor adalah angka yang ditentukan oleh otoritas bursa sebagai bilangan pembagi (en.wikipedia.org). Penentuan penggunaan harga ditentukan berdasarkan prioritas: harga khusus terbaru, harga saat ini, dan harga standar (Setiawan, 2014). Sunariyah (2006) mengatakan bahwa perusahaan yang tercatat di Indeks Nikkei 225 merupakan perusahaan besar yang telah beroperasi secara global, termasuk di Indonesia. Dengan naiknya Indeks Nikkei 225 ini berarti kinerja perekonomian Jepang ikut membaik. Sebagai salah satu negara tujuan ekspor Indonesia, pertumbuhan ekonomi Jepang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia melalui kegiatan ekspor maupun aliran modal masuk baik investasi langsung maupun melalui pasar modal.

Samsul (2008), mengungkapkan bahwa pergerakan indeks dipasar modal suatu negara dipengaruhi oleh indeks-indeks pasar modal dunia. Hal ini disebabkan aliran perdagangan antar negara, adanya kebebasan aliran informasi, serta deregulasi peraturan pasar modal yang menyebabkan investor semakin mudah untuk masuk di pasar modal suatu negara.


(30)

2.1.2 Inflasi

2.1.2.1Definisi Inflasi

Inflasi selalu identik dengan kenaikan harga tetapi tidak berarti bahwa berbagai harga berbagai macam tersebut mengalami kenaikan dengan persentasi yang sama. Kenaikan harga barang umum tersebut terjadi secara terus menerus dalam periode waktu tertentu dan diukur dengan menggunakan indeks harga terutama Indeks Harga Konsumen (IHK).

Ni Nyoman Aryaningsih (2008:56-67)Inflasi merupakan perubahan harga yang cenderung meningkat, tanpa diimbangi perubahan daya beli masyarakat yang meningkat. Dalam kenyataan jarang terjadi suatu kondisi, dimana inflasi yang tinggi menyebabkan hasil output tertentu, sehingga tingkat output berubah dari waktu ke waktu mengikuti perubahan laju inflasi yang diperkirakan. Bisa saja terjadi kondisi, bahwa kenaikan inflasi yang tinggi bahkan menurunkan tingkat output tertentu.

Arifin (2004) menjelaskan pengertian inflasi secara sederhana adalah kenaikan harga barang-barang secara umum atau penurunan daya beli dari sebuah satuan mata uang.

2.1.2.2 Macam- Macam Inflasi

Berdasarkan penyebab terjadinya, Inflasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu; (1) demand pull inflation dan; (2) cost push inflation. Demand pull inflation adalah inflasi yang bermula dari kenaikan permintaan total (aggregate demand) sedangkan cosh push inflation adalah inflasi yang diakibatkan oleh kenaikan biaya


(31)

produksi yang ditandai dengan turunnya produksi. Dilihat dari konsep lain, inflasi dapat pula disebabkan karena perbedaan suku bunga nominal dengan suku bunga riil. Penyesuaian suku bunga nominal terhadap tingkat inflasi inilah yang biasa disebut sebagai efek Fisher (Fisher effect) yaitu dengan suku bunga riil yang tetap, suku bunga nominal akan naik dengan meningkatnya inflasi (Dornbush dan Fisher, 1994).

Ada berbagai cara untuk menggolongkan jenis inflasi, diantaranya dengan cara menggolongkan inflasi berdasarkan parah atau tidaknya suatu inflasi (Dornbusch & Fischer, 1992) :

a. Inflasi ringan ( < 10% setahun) b. Inflasi sedang (10%-30% setahun) c. Inflasi berat ( 30%-100% setahun) d. Hiper inflasi ( >100% setahun)

2.1.2.3 Aspek-Aspek dalam Inflasi

1. Tendency, yaitu berupa kecenderungan harga-harga untuk meningkat, artinya dalam suatu waktu tertentu dimungkinkan terjadinya penurunan harga tetapi secara keseluruhan mempunyai kecenderungan ( trend ) meningkat.

2. Sustained, kenaikan harga yang terjadi tidak hanya berlangsung dalam waktu tertentu saja, melainkan secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama. 3. General level of price, harga dalam konteks inflasi dimaksudkan sebagai harga barang-barang secara umum, bukan dalam artian satu atau dua jenis barang saja.


(32)

2.1.3 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

2.1.3.1 Definisi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Indeks Harga Saham Gabungan adalah gabungan harga saham perusahaan emiten yang bertransaksi di Bursa Efek Indonesia (BEI). Indeks harga saham gabungan adalah suatu nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja gabungan seluruh saham yang tercatat di bursa efek. Maksud dari gabungan seluruh saham ini adalah kinerja saham yang dimasukkan dalam perhitungan seluruh saham yang tercatat di bursa efek tersebut. (Sunariyah, 2003:126).

Indeks Harga Saham Gabungan adalah penggambaran secara keseluruhan keadaan harga-harga saham pada suatu bursa untuk waktu tertentu dibandingkan dengan harga saham secara keseluruhan pada waktu yang berbeda sehingga dapat dilihat kecenderungan kenaikan atau penurunan. Perusahaan yang Tercatat digunakan sebagai komponen perhitungan Indeks. Agar IHSG dapat menggambarkan keadaan pasar yang wajar, Bursa Efek Indonesia berwenang mengeluarkan dan atau tidak memasukkan satu atau beberapa Perusahaan Tercatat dari perhitungan IHSG. Dasar pertimbangannya antara lain, jika jumlah saham Perusahaan Tercatat tersebut yang dimiliki oleh publik (free float) relatif kecil sementara kapitalisasi pasarnya cukup besar, sehingga perubahan harga saham perusahaan tercatat tersebut berpotensi mempengaruhi kewajaran pergerakan IHSG. (www.idx.co.id).

Indeks Harga Saham Gabungan seluruh saham menggambarkan suatu rangkaian informasi historis mengenai pergerakan harga saham gabungan seluruh saham, sampai pada tanggal tertentu. Biasanya pergerakan harga saham tersebut


(33)

disajikan setiap hari, berdasarkan harga penutupan di bursa pada hari tersebut. Indeks tersebut disajikan untuk periode tertentu. Dalam hal ini mencerminkan suatu nilai yang berfungsi sebagai pengukuran kinerja suatu saham gabungan di bursa efek. Indeks Harga Saham Gabungan seluruh saham adalah suatu nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja gabungan seluruh saham yang tercatat disuatu bursa efek. Maksud dari gabungan seluruh saham ini adalah kinerja saham yang dimasukan dalam perhiungan seluruh saham yang tercatat di bursa tersebut (Sunariyah, 2011:140).

Menurut Wikipedia.com, Indeks Harga Saham Gabungan didefinisikan sebagai berikut:

“Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merupakan salah satu indeks pasar

saham yang digunakan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI), dahulu Bursa Efek Jakarta). IHSG merupakan indikator penggerakan harga saham di BEI, Indeks ini mencakup pergerakan harga seluruh saham biasa dan saham preferen yang tercatat di BEI. Investor dapat melihat dari trent yang terjadi dari IHSG sebagai pengambil keputusan.”

Menurut Jogianto (2006:57), “IHSG adalah suatu indikator yang menunjukan pergerakan suatu saham, berfungsi sebagai indikator trend di pasar. Artinya pergerakan indeks menggambarkan kondisi pasar pada saat pasar sedang

aktif atau lesu.”

2.1.3.2 Faktor-Faktor dalam Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Secara garis besar, ada tiga faktor utama yang berpengaruh terhadap pergerakan IHSG yaitu: faktor domestik, faktor asing, dan faktor aliran modal ke Indonesia.


(34)

Faktor domestik berupa faktor-faktor fundamental suatu negara seperti inflasi, pendapatan nasional, jumlah uang yang beredar, suku bunga, maupun nilai tukar Rupiah. Berbagai faktor fundamental tersebut dianggap dapat berpengaruh pada ekspektasi investor yang akhirnya berpengaruh pada pergerakan Indeks.

Faktor asing merupakan salah satu implikasi dari bentuk globalisasi dan semakin terintegrasinya pasar modal di seluruh dunia. Kondisi ini memungkinkan timbulnya pengaruh dari bursa-bursa yang maju (developed) terhadap bursa yang sedang berkembang. Krisis yang mengakibatkan jatuhnya bursa Amerika Serikat yang terjadi belakangan ini telah menyeret bursa di Asia pada krisis tahun 1997, termasuk bursa Indonesia.

2.1.3.3 Rumus Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Dasar perhitungan IHSG adalah jumlah nilai pasar dari total saham yang tercatat pada tanggal 10 Agustus 1982. Jumlah nilai pasar adalah total perkalian setiap saham tercatat (kecuali untuk perusahaan yang berada dalam program restrukturisasi) dengan harga di BEJ pada hari tersebut. Formula perhitungan adalah sebagai berikut (Anoraga dan Pakarti, 2001: 102):

IHSG = Σ (Harga Penutupan di Pasar Reguler x Jumlah Saham) x 100 Σ Nilai Dasar

Keterangan:

IHSG = Indeks Harga Saham Gabungan hari ke-1

Nilai Pasar = Rata-rata tertimbang nilai pasar (jumlah lembar tercatat di bursa dikali dengan harga pasar per lembarnya) dari saham umum dan saham preferen pada hari ke-t


(35)

Nilai Dasar = Sama dengan nilai pasar tetapi dimulai dari tanggal 10Agustus 1982.

Menurut Sunariyah (2011:142-143) ada dua metode perhitungan indeks harga saham gabungan yaitu:

1) Metode Rata-Rata (Average Method)

Pada metode ini, harga pasar saham-saham yang dimasukan dalam perhitungan indeks tersebut dijumlah kemudian dibagi dengan suatu factor pembagi tertentu.

2) Metode Rata-Rata Tertimbang (Weighted Average Method)

Pada metode ini, dalam perhitungan indeks menambahkan pembobotan di samping harga pasar saham dan harga dasar saham. Ada dua ahli yang mengemukakan metode ini:

1 Metode Paasche 2 Metode Laspeyres

2.1.4 Hasil Penelitian Terdahulu

Selanjutnya, untuk mendukung penelitian ini, dapat disajikan daftar penelitian terdahulu dan teori yang sudah dijabarkan atau dikemukakan sehingga dapat membedakan keorisinalitasan penelitian ini.

1. H.M. Chabachib dan Ardian Agung Witjaksono (Karisma, Vol.5(2):63-72, 2011)


(36)

Analisis Pengaruh Fundamental Makro dan Indeks Harga Global terhadap IHSG. Dari hasil penelitian yang dilakukan menjelaskan bahwa Indeks Nikkei 225 berpengaruh negatif terhadap IHSG.

2. Suramaya Suci Kewal (Jurnal Economia, Volume 8, No.1, April 2012)

Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs, dan Pertumbuhan PDB terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Dari hasil penelitian yang dilakukan menjelaskan bahwa Inflasi tidak berpengaruh terhadap IHSG.

3. Ruth Christa, Wahyu Ario Pratomo (Jurnal Ekonomi dan Keuangan, Vol.1 No.8 Hal.61-72, 2012)

Analisis Pengaruh Indeks Harga Saham di Bursa Global terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di BEI. Dari hasil penelitian yang dilakukan menjelaskan bahwa Indeks Nikkei 225 berpengaruh signifikan terhadap IHSG.

4. Linna Ismawati, Beni Hermawan (Jurnal Ekono Insentif Kopwil4, Volume 7 No.2, Oktober 2013 ISSN. 1907-0640)

Pengaruh Kurs Mata Uang Rupiah atas Dollar AS, Tingkat Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia, Tingkat Inflasi terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Indonesia (BEI). Dari hasil penelitian yang dilakukan menjelaskan bahwa Inflasi berpengaruh negatif terhadap IHSG secara parsial.


(37)

5. Ria Astuti, Apriatni E.P & Hari Susanta (Diponegoro Journal of Social and Politic od Science Tahun 2013, Hal.1-8)

Pengaruh Tingkat Suku Bunga (SBI), Nilai Tukar (Kurs) Rupiah, Inflasi, dan Indeks Bursa Internasional terhadap IHSG (Studi pada IHSG di BEI Periode 2008-2012). Dari hasil penelitian yang dilakukan menjelaskan bahwa Inflasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap IHSG ; Indeks Nikkei 225 berpengaruh positif dan signifikan terhadap IHSG.

6. Karim B. A., Majid, M.S.A dan Karim S. A. A (Gajah Mada International Journal of Business, Volume 11 No.2, 2009)

“Integration of Stock Markets between Indonesia and Its Major Trading Partners”. Dari hasil penelitian yang dilakukan menjelaskan bahwa Jepang tidak memiliki hubungan yang terintegrasi terhadap pasar saham Indonesia.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No. Nama Peneliti dan Judul (Tahun) Variabel dan

Alat Analisis

Hasil

Penelitian Persamaan Perbedaan

1.

H.M. Chabachib dan Ardian Agung Witjaksono

Karisma, Vol.5(2):63-72, 2011 Analisis Pengaruh Fundamental Makro dan Indeks Harga Global terhadap IHSG

Indeks Nikkei 225 ; IHSG

Teknik analisis regresi berganda

Indeks Nikkei 225 berpengaruh negatif terhadap IHSG

Terdapat variabel Indeks Nikkei 225 dan IHSG

Tidak ada variabel inflasi

2.

Suramaya Suci Kewal

Jurnal Economia, Volume 8, No.1, April 2012

Inflasi ; IHSG

Teknik analisis regresi berganda Inflasi tidak berpengaruh terhadap IHSG Terdapat variabel inflasi dan IHSG

Tidak ada variabel Indeks Nikkei 225


(38)

Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs, dan Pertumbuhan PDB terhadap Indeks Harga

Saham Gabungan

3.

Ruth Christa, Wahyu Ario Pratomo Jurnal Ekonomi dan Keuangan, Vol.1

No.8 Hal.61-72 (2012)

Analisis Pengaruh Indeks Harga Saham di Bursa Global terhadap Indeks Harga

Saham Gabungan di BEI

Indeks Nikkei 225 ; IHSG

Teknik analisis jalur

Indeks Nikkei 225 berpengaruh signifikan terhadap IHSG

Terdapat variabel Indeks Nikkei 225 dan IHSG

Tidak ada variabel inflasi

4.

Linna Ismawati, Beni Hermawan Jurnal Ekono Insentif Kopwil4, Volume 7 No.2, Oktober 2013 ISSN. 1907-0640

Pengaruh Kurs Mata Uang Rupiah atas Dollar AS, Tingkat Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia, Tingkat Inflasi

terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Bursa

Efek Indonesia (BEI)

Inflasi ; IHSG

Teknik analisis regresi linier berganda Inflasi berpengaruh negatif terhadap IHSG secara parsial Terdapat variabel inflasi dan IHSG

Tidak ada variabel Indeks Nikkei 225

5.

Ria Astuti, Apriatni E.P & Hari Susanta Diponegoro Journal of Social and Politic

od Science Tahun 2013, Hal.1-8

Pengaruh Tingkat Suku Bunga (SBI), Nilai Tukar (Kurs) Rupiah, Inflasi, dan

Indeks Bursa Internasional terhadap IHSG (Studi pada IHSG di BEI Periode

2008-2012)

Inflasi, Indeks Nikkei 225 ;

IHSG

Teknik analisis regresi linier

Inflasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap IHSG ; Indeks Nikkei 225 berpengaruh positif dan signifikan terhadap IHSG

Terdapat variabel Indeks Nikkei 225, inflasi dan IHSG

-

6.

Karim B. A., Majid, M.S.A dan Karim S. A. A (2009)

Gajah Mada International Journal of Business, Volume 11 No.2

“Integration of Stock Markets between Indonesia and Its Major Trading

Partners

Indeks Jepang (Nikkei 225)

Indeks Jepang tidak

berpengaruh terhadap IHSG

Terdapat variabel Indeks Nikkei 225

Tidak ada variabel inflasi dan IHSG


(39)

2.2Kerangka Pemikiran

Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah) dan sarana bagi kegiatan berinvestasi. Pasar modal dikatakan juga tempat untuk berinvestasi bagi para investor. Pasar modal Indonesia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan bursa saham global. Para investor berinvestasi melihat harga saham yang ada di BEI atau juga Indeks Harga Saham Gabungan yang dipengaruhi oleh faktor eksternal maupun internal. Salah satu faktor internalnya merupakan inflasi dan faktor eksternalnya adalah Indeks Nikkei 225.

Globalisasi telah memungkinkan investor dari negara lain (asing) untuk berinvestasi di Indonesia, khususnya bursa-bursa yang berdekatan lokasinya. Oleh karena itu, perubahan di satu bursa juga akan ditransmisikan ke bursa negara lain, dimana bursa yang lebih besar akan mempengaruhi bursa yang kecil.

Diperkenalkannya investor asing ke pasar tentu saja berfungsi sebagai katalis yang mendorong investasi lokal. Investasi asing berpengaruh dalam menyorot perusahaan yang memberikan informasi keuangan paling transparan dan valuasi terbaik, masuknya dana-dana asing ke pasar-pasar baru berpengaruh jelas dan menguntungkan bagi pertumbuhan dan struktur pasar.

Jika kita amati, Indeks Nikkei 225 dapat berdampak terhadap perubahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Ketika perekonomian Jepang mengalami penurunan yang ditandai melemahnya minat investor di Bursa Nikkei sehingga Indeks Nikkei 225 mengalami penurunan, investor yang berinvestasi di Indonesia pun lebih berhati-hati untuk berinvestasi mengingat negara Jepang yang sudah maju


(40)

pun perekonomiannya mengalami kemunduran. Menurunnya investasi di pasar modal Indonesia mengakibatkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pun mengalami penurunan. Dan sebaliknya, naiknya Indeks Nikkei terhadap ekonomi dan pasar modal akan menyebabkan naiknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Begitu pula dengan laju inflasi sebagai salah satu faktor ekonomi makro. Sebelum mengambil keputusan berinvestasi, para investor akan melihat atau memprediksi bagaimana keadaan inflasi. Para investor akan berinvestasi di pasar modal ketika diprediksi inflasi menurun. Hal ini dikarenakan IHSG akan meningkat seiring dengan menurunnya inflasi. Pada beberapa periode, Indonesia mengalami peningkatan inflasi yang terindikasi dengan naiknya harga-harga barang dan melemahnya nilai rupiah. Meningkatnya inflasi menimbulkan risiko yang besar buat investor sehingga investor tidak melakukan investasi pada saat inflasi tinggi. Hal ini berdampak terhadap penurunan minat investasi di pasar modal dan akhirnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menurun.

2.2.1 Hubungan Indeks Nikkei 225 Dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Indeks Nikkei 225 memiliki hubungan dengan Indonesia melalui perdagangan yang dilakukan antar negara tersebut. Perusahaan yang tercatat di Indeks Nikkei 225 merupakan perusahaan besar yang telah beroperasi secara global, termasuk di Indonesia seperti Mitsubishi Corp, Toyota Motor Corp, Honda Motor Co, Bridgestone Corp, The Bank of Yokohama, dan masih banyak lagi.


(41)

Perdagangan-perdagangan tersebut memiliki efek yang membuat antar negara saling interaksi melalui indeks-indeks mereka sehingga jika terdapat perubahan di satu negara lain maka akan ditranmisikan ke negara lainnya, hal itu dilihat bahwa indeks Nikkei 225 lebih besar daripada IHSG. Interaksi yang terjadi lebih mengarah kepada perdagangan yang terjadi antar negara tersebut sehingga transaksi mata uang yang dilakukan akan mempengaruhi perubahan indeks yang ada dinegara Jepang dan Indonesia.

Dengan naiknya Indeks Nikkei 225 ini berarti kinerja perekonomian Jepang ikut membaik. Sebagai salah satu negara tujuan ekspor Indonesia, pertumbuhan ekonomi Jepang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia melalui kegiatan ekspor maupun aliran modal masuk baik investasi langsung maupun melalui pasar modal (Sunariyah,2006). Pasar modal di berbagai belahan dunia dewasa ini menjadi semakin terintegrasi seiring terbukanya pasar-pasar modal tersebut bagi investasi asing. Hal ini menimbulkan konsekuensi bahwa pergerakan pasar modal Indonesia akan dipengaruhi oleh pergerakan pasar modal dunia baik secara langsung maupun tidak langsung (Samsul,2008)

2.2.2 Hubungan Inflasi Dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Tingginya tingkat inflasi menunjukkan bahwa resiko untuk melakukan investasi cukup besar sebab inflasi yang tinggi akan mengurangi tingkat pengembalian dari investor. Pada kondisi inflasi yang tinggi maka harga barang-barang atau bahan baku memiliki kecenderungan untuk meningkat. Peningkatan harga barang-barang dan bahan baku akan membuat biaya produksi menjadi tinggi


(42)

sehingga akan berpengaruh pada penurunan jumlah permintaan yang berakibatnya pada penurunan penjualan sehingga akan mengurangi pendapatan perusahaan. Selanjutnya akan berdampak buruk pada kinerja perusahaan yang tercermin pula oleh turunnya return saham (Nurdin, 1999). Beberapa bukti empiris tentang pengaruh tingkat inflasi dengan IHSG menunjukkan bahwa laju inflasi secara terpisah tidak berpengaruh signifikan terhadap IHSG (Sri Martini, 2009:15-26). Dari beberapa penelitian tersebut menunjukkan bahwa pengaruh tingkat inflasi terhadap IHSG memiliki pengaruh yang negatif.

Tingkat inflasi (persentase pertambahan kenaikan harga) berbeda dari satu periode ke periode lainnya dan berbeda pula dari satu negara ke negara lainnya (Sukirno,2004). Kenaikan barang ini dapat diukur dengan menggunakan indeks harga. Inflasi adalah suatu variabel ekonomi makro yang dapat sekaligus menguntungkan dan merugikan suatu perusahaan. Tandelilin (2001:214) melihat bahwa peningkatan inflasi secara relatif merupakan signal negatif bagi pemodal di pasar modal. Hal ini dikarenakan peningkatan inflasi akan meningkatkan biaya perusahaan. Jika peningkatan biaya produksi lebih tinggi dari peningkatan harga yang dapat dinikmati oleh perusahaan, maka profitabilitas perusahaan akan turun.

Sirait dan Siagian (2002:227), mengemukakan bahwa kenaikan inflasi dapat menurunkan capital gain yang menyebabkan berkurangnya keuntungan yang diperoleh investor. Di sisi perusahaan, terjadinya peningkatan inflasi, di mana peningkatannya tidak dapat dibebankan kepada konsumen, dapat menurunkan tingkat pendapatan perusahaan. Hal ini berarti risiko yang akan dihadapi perusahaan akan lebih besar untuk tetap berinvestasi dalam bentuk saham, sehingga


(43)

permintaan terhadap saham menurun. Inflasi dapat menurunkan keuntungan suatu perusahaan sehingga sekuritas di pasar modal menjadi komoditi yang tidak menarik. Hal ini berarti inflasi memiliki hubungan yang negatif dengan return saham.

2.2.3 Hubungan Indeks Nikkei 225 dan Inflasi Dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Berdasarkan hasil penelitian dari Ria Astuti, Apriatni E.P & Hari Susanta (2013) dikemukakan bahwa “Indeks Nikkei 225 dan Inflasi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Dimana Indeks Nikkei 225 berpengaruh positif dan signifikan terhadap IHSG. Sedangkan Inflasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap IHSG.

Berdasarkan keterkaitan antar variabel di atas, maka penulis merumuskan paradigma penelitian sebagai berikut:


(44)

Ria Astuti, Apriatni E.P &

Hari Susanta

(2013)

Gambar 2.1 Paradigma Penelitian

Pengaruh Indeks Nikkei 225 dan Inflasi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

2.3Hipotesis

Menurut Sugiyono (2011:64) mendefinisikan hipotesis adalah sebagai berikut:

“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam

bentuk kalimat pertanyaan”.

Linna Ismawati, Beni Hermawan (2013)

Ruth Christa dan Wahyu Ario Pratomo (2012)

Indeks Nikkei 225

- Jumlah seluruh harga saham yang tercatat di Indeks Nikkei

225 (Σp)

- Angka yang ditentukan oleh otoritas bursa sebagai bilangan pembagi (Divisor)

(indexes.nikkei.co.jp)

Inflasi

- Indeks Harga Konsumen (IHK) - Indeks Harga Perdagangan Besar

(Iskandar Putong, 2007 :491-493)

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

- Persentase IHSG Berdasarkan Harga Penutupan di Bursa Efek Indonesia (BEI)


(45)

Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta –fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik.

Berdasarkan uraian kerangka pemikiran di atas, maka penulis merumuskan hipotesis yang merupakan kesimpulan sementara dalam penelitian ini sebagai berikut:

H1. Indeks Nikkei 225 berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2010-2014

H2. Inflasi berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2010-2014

H3. Indeks Nikkei 225 dan Inflasi berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2010-2014


(46)

v

Period 2010

2014

Written by Iyana Tri Nanda Br Sembiring Guided By Linna Ismawati, SE., MSi

Composite Stock Price Index (CSPI) is an index that use as an indicator that shows the movement of stock prices on the Indonesia Stock Exchange (IDX). Phenomenon that occurs in the Composite Stock Price Index (CSPI) is in a period of decline in the Composite Stock Price Index (CSPI) and whereas the Nikkei 225 Index has increased and inflation decreased.

This study aims to analyze the influence of Nikkei 225 and Inflation toward Composite Stock Price Index (CSPI) through CSPI Percentage indicators based on the Closing Price on the Indonesia Stock Exchange (IDX). The method used in this research is descriptive – verificative method, the sample used in this study is a months data of the last 5 years the closing price data of the Nikkei 225 Index and Composite Stock Price Index (CSPI) in Indonesia Stock Exchange (IDX) and Inflation data (time series) so the amount of data in this study were 60 of data (time series data) and analysis tools used are multiple regression, classic assumption test, pearson correlation analysis, coefficient of determination to test the hypothesis using t-test and F-test by using software Eviews 5.0. The results were obtained by multiple liniear regression analysis were as follows : Composite Stock Price Index (CSPI) = 2167.867629 + 0.1950135838 * (Nikkei 225 Index) – 0.5813.456832 *

(Inflation) + 49,7105 (ε), it means the figures beta coefficient on the equation is as

the influence of all variables toward Composite Stock Price Index (CSPI).

The results showed that the most dominant influence toward Composite Stock Price Index (CSPI) in Indonesia Stock Exchange (IDX) is the Nikkei 225 index with a contribution of 40.42%. While jointly (simultaneously), the Nikkei 225 Index and Inflation have an influence toward Composite Stock Price Index (CSPI) of 37.62% and the remaining 62.38% is influenced by other factors.


(47)

iv ABSTRAK

Pengaruh Indeks Nikkei 225 dan Inflasi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Pada Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2010-2014

Oleh Iyana Tri Nanda BR Sembiring Pembimbing Linna Ismawati, SE., M.Si

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah indeks yang dijadikan indikator yang menunjukkan pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Fenomena yang terjadi pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah dalam beberapa periode terjadi penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) padahal Indeks Nikkei 225 mengalami kenaikan dan Inflasi mengalami penurunan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Indeks Nikkei 225 dan Inflasi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melalui indikator persentase IHSG berdasarkan harga penutupan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif - verifikatif, sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah data perbulan selama 5 tahun terakhir harga penutupan Indeks Nikkei 225 dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan data inflasi (time series). Jadi jumlah data dalam penelitian ini sebanyak 60 data (data time series) dan alat analisis yang digunakan yaitu analisis regresi linier berganda, uji asumsi klasik, analisis korelasi pearson, analisis koefisien determinasi dengan uji hipotesis menggunakan Uji-t dan Uji-F dengan menggunakan software Eviews 5.0. Hasil penelitian yang diperoleh dengan analisis regresi linier berganda adalah sebagai berikut : Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) = 2167.867629 + 0.1950135838 * (Indeks Nikkei 225) –

0.5813.456832 * (Inflasi) + 49,7105 (ε) artinya angka koefisien beta pada persamaan tersebut adalah sebagai besarnya pengaruh dari semua variabel terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh yang paling dominan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah Indeks Nikkei 225 dengan kontribusi 40,42%. Sedangkan secara bersama-sama (simultan), Indeks Nikkei 225 dan Inflasi mempunyai pengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 37,62% dan sisanya 62,38% dipengaruhi oleh faktor lain.

Kata Kunci : Indeks Nikkei 225, Inflasi dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).


(48)

Oleh :

IYANA TRI NANDA BR SEMBIRING

Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia

Abstrak – Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Indeks Nikkei 225 dan Inflasi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif - verifikatif, sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah data perbulan selama 5 tahun terakhir harga penutupan Indeks Nikkei 225 dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan data inflasi (time series). Analisis yang digunakan yaitu analisis regresi linier berganda, uji asumsi klasik, analisis korelasi pearson, analisis koefisien determinasi dengan uji hipotesis menggunakan Uji-t dan Uji-F dengan menggunakan software Eviews 5.0. Hasil penelitian yang diperoleh dengan analisis regresi linier berganda adalah sebagai berikut : Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) = 2167.867629 + 0.1950135838 * (Indeks Nikkei 225) –0.5813.456832 * (Inflasi) + 49,7105 (ε).Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh yang paling dominan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah Indeks Nikkei 225 dengan kontribusi 40,42%. Sedangkan secara bersama-sama (simultan), Indeks Nikkei 225 dan Inflasi mempunyai pengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 37,62% dan sisanya 62,38% dipengaruhi oleh faktor lain.

Kata Kunci : Indeks Nikkei 225, Inflasi dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

The Influence of Nikkei 225 Index and Inflation Toward Composite Stock Price Index (CSPI) On The Indonesia Stock Exchange (IDX) Period 2010 2014

Abstract This study aims to analyze the influence of Nikkei 225 and Inflation toward Composite Stock Price Index (CSPI) on the Indonesia Stock Exchange (IDX). The method used in this research is descriptive – verificative method, the sample used in this study is a months data of the last 5 years the closing price data of the Nikkei 225 Index and Composite Stock Price Index (CSPI) in Indonesia Stock Exchange (IDX) and Inflation data (time series). Analysisused are multiple regression, classic assumption test, pearson correlation analysis, coefficient of determination to test the hypothesis using t-test and F-test by using software Eviews 5.0. The results were obtained by multiple liniear regression analysis were as follows : Composite Stock Price Index (CSPI) = 2167.867629 + 0.1950135838 * (Nikkei 225 Index) – 0.5813.456832 * (Inflation) + 49,7105 (ε). The results showed that the most dominant influence toward Composite Stock Price Index (CSPI) in Indonesia Stock Exchange (IDX) is the Nikkei 225 index with a contribution of 40.42%. While jointly (simultaneously), the Nikkei 225 Index and Inflation have an influence toward Composite Stock Price Index (CSPI) of 37.62% and the remaining 62.38% is influenced by other factors.


(49)

Hal ini tidak terlepas dari berkembangnya kegiatan investasi akhir-akhir ini yang disebabkan kemudahan berinvestasi, deregulasi peraturan, dan kebebasan aliran informasi. Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal atau investor (Suad Husnan, 2004).

Di Indonesia, investor yang berminat untuk berinvestasi di pasar modal dapat berinvestasi di Bursa Efek Indonesia (BEI). Salah satu indeks yang sering diperhatikan investor ketika berinvestasi di Bursa Efek Indonesia adalah Indeks Harga Saham Gabungan. Hal ini disebabkan indeks ini berisi atas seluruh saham yang tercatat di Bursa

Efek Indonesia

(id.wikipedia.org/wiki/IHSG).

Indeks Harga Saham Gabungan atau Composite Stock Price Index

(IHSG) merupakan suatu nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja kerja saham yang tercatat di suatu bursa efek

(Ardian Agung Witjaksono, 2010). Pasaribu (2009), Indeks Harga Saham Gabungan mengalami peningkatan yang semakin pesat sejak krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1998.

Nilai IHSG mengalami peningkatan hingga 400 persen dari tahun 2000 hingga 2008. Kondisi ini juga diikuti nilai transaksi yang terus semakin meningkat. Nilai IHSG yang semakin tinggi merupakan bentuk kepercayaan investor atas kondisi ekonomi Indonesia yang semakin kondusif. Jogiyanto (2000), lemahnya fondasi perekonomian

Krisis yang terjadi tahun 2008 tersebut sangat mempengaruhi kinerja dan pergerakan IHSG sehingga pergerakan IHSG mengalami penurunan yang signifikan. Krisis tersebut masih menyisahkan keterpurukan bagi perekonomian Indonesia hingga tahun 2012. Tetapi IHSG terus meningkat walaupun terbilang lambat, tapi peningkatan pergerakan IHSG tersebut dapat memperbaiki perekonomian sedikit demi sedikit.

Perekonomian di Indonesia dapat berkembang bukan hanya dari perkembangan yang terjadi di IHSG, tetapi terdapat pengaruh lain yaitu perkembangan indeks saham diberbagai dunia dan juga perdagangan yang terjadi antar negara. Perdagangan antar negara dapat mempengaruhi indeks saham setiap negara baik kinerja maupun pergerakan dari indeks saham tersebut. Indonesia mempunyai mitra perdagangan dengan negara-negara lain baik negara maju maupun negara berkembang. Hingga tahun 2012, indonesia melakukan perdagangan dengan 219 negara diseluruh dunia dengan ekspor dan impor yang dilakukan (kemendag.co.id). Terdapat lima negara dengan total perdagangan terbesar dengan ekspor dan impor yang dilakukan yaitu Amerika Serikat, Jepang, Cina, Korea Selatan dan Singapura.

Ketika Indeks Saham Jepang yang diwakili Indeks Nikkei 225, mengalami peningkatan, maka IHSG akan meningkat begitupun terjadi sebaliknya. Hal tersebut dikarenakan globalisasi yang memungkinkan investor dari negara lain untuk berinvestasi ke Indonesia. Sehingga perubahan di satu negara lain akan ditransmisikan ke bursa negara lain, dimana bursa yang lebih


(50)

maupun aliran modal masuk baik investasi langsung maupun melalui pasar modal (Sunariyah,2006). Aliran modal yang masuk melalui pasar modal tentu akan memiliki pengaruh terhadap perubahan IHSG.

Inflasi adalah suatu variabel ekonomi makro yang dapat sekaligus menguntungkan dan merugikan suatu perusahaan. Tandelilin (2001:214)

melihat bahwa peningkatan inflasi secara relatif merupakan signal negatif bagi pemodal di pasar modal. Hal ini dikarenakan peningkatan inflasi akan meningkatkan biaya perusahaan. Jika peningkatan biaya produksi lebih tinggi dari peningkatan harga yang dapat dinikmati oleh perusahaan, maka profitabilitas perusahaan akan turun.

Sirait dan Siagian (2002:227),

mengemukakan bahwa kenaikan inflasi dapat menurunkan capital gain yang menyebabkan berkurangnya keuntungan yang diperoleh investor. Di sisi perusahaan, terjadinya peningkatan inflasi, di mana peningkatannya tidak dapat dibebankan kepada konsumen, dapat menurunkan tingkat pendapatan perusahaan. Hal ini berarti risiko yang akan dihadapi perusahaan akan lebih besar untuk tetap berinvestasi dalam bentuk saham, sehingga permintaan terhadap saham menurun. Inflasi dapat menurunkan keuntungan suatu perusahaan sehingga sekuritas di pasar modal menjadi komoditi yang tidak menarik.

Dalam periode lima tahun terakhir (2010-2014) berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami fluktuasi. Tahun 2010, seharusnya menjadi titik awal

berangsur-angsur menurun pada bulan-bulan seterusnya, namun terjadi peningkatan pada penutupan 2010 pada posisi 10.228,92. Pembukaan harga tahun 2011 pada posisi 10.237,92 poin menunjukkan peningkatan dari tahun 2010, namun hal itu terjadi kembali yaitu penurunan pada bulan-bulan seterusnya dan anjlok pada penutupan di tahun yang sama pada posisi 8.455,35 poin. Awal kebangkitan terjadi pada tahun 2012 yang meningkat pada posisi 8.802,51 dan terus meningkat pada bulan-bulan berikutnya hingga penutupan yang baik pada posisi 10.395,18 poin. Hal ini menunjukkan belum adanya pergerakan yang baik dari Nikkei 225 karena masih cenderung turun secara signifikan. Namun pada tahun-tahun berikutnya terjadi pergerakan yang baik dari Nikkei 225 hingga penutupan yang baik pada tahun 2014 pada posisi 17.920.45 poin.

Pada pertengahan tahun 2013, Indeks Nikkei 225 mengalami penurunan selama tiga bulan berturut-turut yang diikuti pula dengan turunnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI. Menurunnya Indeks Nikkei 225 ini mempengaruhi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dimana kinerja IHSG ikut mengalami penurunan. Hal tersebut dikarenakan Jepang merupakan salah satu negara tujuan ekspor Indonesia, dimana pertumbuhan ekonomi Jepang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia melalui kegiatan ekspor maupun aliran modal masuk baik investasi langsung maupun investasi melalui pasar modal.

Hal ini tentu akan berdampak kepada naik turunnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Dengan naiknya Indeks Nikkei 225, maka Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI


(51)

bursa saham yang terjadi di BEI di pengaruhi oleh pergerakan bursa global.

Faktor yang dapat mendorong terjadinya aliran dana antar pasar adalah adanya motivasi pelaku pasar yang dipengaruhi kesejahteraan (wealth), ekspektasi suku bunga, ekspektasi inflasi, risiko, dan keadaan likuiditas serta terjadi karena adanya perubahan return pada salah satu pasar. Pergerakan dana antar pasar antara lain dipengaruhi oleh perubahan suku bunga pada pasar uang, pergerakan kurs pada pasar valas, dan peningkatan yield pada pasar modal.

Inflasi merupakan kecenderungan terjadinya kenaikan harga produk secara keseluruhan, sehingga menaikkan pendapatan dan biaya perusahaan. Kenaikan biaya produksi yang lebih besar dari pada kenaikan harga akan mengakibatkan keuntungan investor dan

return investasi menurun sehingga investasi kurang menarik akibatnya harga saham akan menurun.

Karena pasar modal di berbagai belahan dunia dewasa ini menjadi semakin terintegrasi seiring terbukanya pasar-pasar modal tersebut bagi investasi asing. Ekonomi negara Jepang sangat mempengaruhi perputaran ekonomi dunia khususnya di kawasan Asia menjadikan indeks saham di Jepang juga sangat mempengaruhi pergerakan bursa di kawasan Asia termasuk Indonesia. Dengan naiknya Indeks Nikkei 225 ini berarti kinerja perekonomian Jepang ikut membaik. Sebagai salah satu negara tujuan ekspor Indonesia, pertumbuhan ekonomi Jepang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia melalui kegiatan ekspor maupun aliran modal masuk baik investasi langsung maupun melalui pasar modal yang akan

(IHSG) pada Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2010-2014.

KAJIAN PUSTAKA Indeks Nikkei 225

Nikkei 225 adalah indeks saham yang ada di bursa saham Tokyo (Tokyo Stock Exchange /TSE), Jepang. Saat ini, Nikkei telah berperan sebagai indeks saham yang paling aktif dan diminati oleh pelaku pasar internasional. Indeks ini dibuat untuk mencerminkan kondisi pasar saham, oleh karena itu pergerakan setiap indeks sektor industri dinilai setara dan tidak ada pembobotan yang lebih untuk sektor-sektor industri tertentu. Lebih dari 60 tahun, indeks Nikkei 225 telah dipakai sebagai barometer keadaan ekonomi Jepang (indexes.nikkei.co.jp).

Sunariyah (2006) mengatakan bahwa perusahaan yang tercatat di Indeks Nikkei 225 merupakan perusahaan besar yang telah beroperasi secara global, termasuk di Indonesia. Dengan naiknya Indeks Nikkei 225 ini berarti kinerja perekonomian Jepang ikut membaik. Sebagai salah satu negara tujuan ekspor Indonesia, pertumbuhan ekonomi Jepang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia melalui kegiatan ekspor maupun aliran modal masuk baik investasi langsung maupun melalui pasar modal.

Inflasi

Ni Nyoman Aryaningsih (2008:56-67) Inflasi merupakan perubahan harga yang cenderung meningkat, tanpa diimbangi perubahan daya beli masyarakat yang meningkat. Dalam kenyataan jarang terjadi suatu kondisi, dimana inflasi yang tinggi


(52)

yang tinggi bahkan menurunkan tingkat output tertentu.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Indeks Harga Saham Gabungan adalah gabungan harga saham perusahaan emiten yang bertransaksi di Bursa Efek Indonesia (BEI). Indeks harga saham gabungan adalah suatu nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja gabungan seluruh saham yang tercatat di bursa efek. Maksud dari gabungan seluruh saham ini adalah kinerja saham yang dimasukkan dalam perhitungan seluruh saham yang tercatat di bursa efek tersebut (Sunariyah, 2003:126).

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif verifikatif. Definisi Metode Analisis Deskriptif menurut Sugiyono (2009: 35) adalah sebagai berikut:

“Metode deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada satu variabel atau lebih (variabel yang berdiri sendiri) tanpa membuat perbandingan dan mencari hubungan variabel itu dengan variabel yang lain”. Metode deskriptif ditujukan untuk mengetahui perkembangan Indeks Nikkei 225, Inflasi dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Sedangkan pengertian metode verifikatif menurut Mashuri (2008)

dijelaskan untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di tempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan”.

Metode verifikatif untuk mengetahui besarnya pengaruh Indeks Nikkei 225 dan Inflasi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Sumber data yang dipakai dalam penelitian ini yaitu data sekunder, karena peneliti mengumpulkan informasi dari data yang telah diolah lebih lanjut dan data yang disajikan oleh pihak lain.

Jenis data yang digunakan peneliti pada penelitian ini mengenai pengaruh Indeks Nikkei 225 dan Inflasi terhadapIndeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah data sekunder.

Penelitian ini menggunakan sampel data Indeks Nikkei 225, Inflasi dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2010-2014. Penelitian ini menggunakan sampel data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) per bulan selama 5 Tahun (Data Time Series). Total sampel 60 data. Rancangan analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda. Sementara uji hipotesis menggunakan uji - t serta uji – F dengan tingkat signifikansi 5%. Pengujian asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini meliputi uji normalitas, multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi.


(1)

terhadap IHSG (Studi pada IHSG di BEI Periode 2008-2012). Diponegoro Journal of Social and Politic od Science Tahun 2013, Hal.1-8

Ruth Christa, Wahyu Ario Pratomo. 2012. Analisis Pengaruh Indeks Harga Saham di Bursa Global terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di BEI. Jurnal Ekonomi dan Keuangan, Vol.1 No.8 Hal.61-72

Sadono Sukirno. 2010. Makro Ekonomi. Jakarta: Rajawali Pers

Sri Martini. 2009. Pengaruh Tingkat Inflasi, NilaiTukar, Suku Bunga, dan Produk Domestik Bruto Terhadap IHSG. Jurnal Administrasi dan Bisnis, Vol.3 No. 1, Juli 2009 Hal. 15-26

Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Bisnis, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Cetakan Kedua Belas. Bandung: CV. Alfabeta

. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alphabeta

. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alphabeta

. 2013. Metode Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alphabeta

Sunariyah, 2006. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Edisi Kelima. Yogyakarta: UPP STIM YKPN

Suramaya Suci Kewal. 2012. Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs, dan Pertumbuhan PDB terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Jurnal Economia, Volume 8, No.1, April

Sutrisno. 2009. Manajemen Keuangan : Teori, Konsep dan Aplikasi. Edisi 7. Yogyakarta: Ekonisia

Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Yogyakarta: BPFE

. Eduardus. 2010. Portofolio dan Investasi : Teori dan Aplikasi. Edisi 1. Yogyakarta: Kanisius

Umi, Narimawati. 2007. Riset Sumber Daya Manusia: Bekasi: Ganesis Media.

. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Bandung: Teori dan Aplikasi


(2)

101

; Sri Dewi Anggadini; Linna Ismawati. 2010. Penulisan Karya Ilmiah: Aplikasi Contoh dan Perhitungannya.Jakarta: Penerbit Agung Winarmo, Wing Wahyu. 2011. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan

Eviews. Edisi 3. Yogyakarta: UPP STIM YKPN http://www.idx.co.id/

http://www.bi.go.id/moneter/inflasi/data/Default.aspx

http://www.wikipedia.com/id.wikipedia.org/wiki/IHSG

indexes.nikkei.co.jp

kemendag.co.id

www.bi.go.id/


(3)

vi

dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian ini yang berjudul

“PENGARUH INDEKS NIKKEI 225 DAN INFLASI TERHADAP INDEKS

HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) PADA BURSA EFEK INDONESIA

(BEI) PERIODE 2010-2014”.

Penelitian ini disusun dengan maksud sebagai salah satu syarat yang harus serta wajib dipenuhi oleh setiap mahasiswa dalam memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan Program Strata Satu (S1) Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

“Tak ada gading yang tak retak”, maka penulis menyadari bahwa penelitian ini masih memiliki banyak kekurangan, baik dari aspek penulisan maupun isi dari penelitian ini. Dengan segala keterbatasan penulis sebagai mahasiswa, penulis juga sadar penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis dengan segala kerendahan hati mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak demi penyempurnaan penelitian ini.

Pada kesempatan ini, penulis juga tidak lupa mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya untuk semua dukungan dan motivasi kepada semua pihak yang telah berperan dalam membantu dan mendukung dalam penyelesaian penelitian ini kepada:

1. Dr. Ir. Eddy Suryanto Soegoto, selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.


(4)

vii

2. Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra, SE., M.Si selaku Wakil Rektor I Bidang Akademis Universitas Komputer Indonesia.

3. Prof. Dr. Hj. Dwi Kartini, SE., Spec.Lic. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

4. Dr. Raeni Dwi Santy, SE., M.Si selaku Ketua Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

5. Ibu Linna Ismawati, SE.,M.Si selaku koordinator skripsi Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia dan sekaligus selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan saran bagi penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

6. Dr. Ir. H. Iman Santoso, SE.,M.M., MBA selaku Dosen Penguji I yang juga telah memberikan arahan dan masukan selama proses penelitian ini.

7. Ibu Lia Yulianti, SE., M.Pd selaku Dosen Penguji II yang juga telah memberikan arahan dan masukan selama proses penelitian ini.

8. Bapak Oman Sukirman, SE., M.Si selaku Dosen Wali penulis.

9. Seluruh Staf Dosen Universitas Komputer Indonesia, khususnya Staf Dosen Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

10.Seluruh Staf Sekretariat dan Administrasi Universitas Komputer Indonesia, khususnya Staf Sekretariat dan Administrasi Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.


(5)

11.Seluruh Staf dan Karyawan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada umumnya dan seluruh Staf dan Karyawan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) Kantor Cabang Bandung pada khususnya.

12.Kedua Orang Tua tercinta, Bapak Ramona Sembiring dan Mamak Kasteria Br Karo yang kusayangi atas doa serta dukungannya yang selama ini telah diberikan kepada penulis.

13.Kakak-kakak saya, Kak Ika Diana Br Sembiring dan Kak Icha Dwi Putri Br Sembiring. Adik-adik saya, Yemima Br Sembiring dan Maranatha Sembiring dan Keponakan-keponakan saya, Afa dan Baim yang kusayangi atas doa serta dukungannya yang selama ini telah diberikan kepada penulis. 14.Teman-teman Kelas MN-1 yang telah menjadi teman terbaikku, khususnya buat Noer Dwi Purnama Rini dan Asep Purkon, terima kasih atas persahabatan ini, esok dan di hari yang akan datang.

15.Teman-teman dari program studi manajemen angkatan 2011.

16.Teman-teman dari Tanah Karo yang bersama-sama berjuang di perantauan di Kota Bandung, khususnya Edwin Basalona Kaban, Kurniaty Br Sembiring, Elpira Br Purba, Priska Br Barus, Selly Br Bangun, Edo Ginting, Wira Saragih dan masih banyak lagi yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

17.Bagus Hariyanto dan Keluarga, Om Andre, Tante Merry, Ci Ayu atas doa serta dukungannya yang selama ini telah diberikan kepada penulis.

Akhir kata, dengan tersusunnya penelitian ini semoga amal baik dan saran-saran yang telah diberikan kepada penulis akan mendapatkan pahala yang setimpal


(6)

vii

dari Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu penulis menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya atas segala kesalahan, kekurangan maupun kekeliruan dalam bentuk apapun yang terdapat dalam penelitian ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan berkat dan karunia-Nya kepada kita semua.

Amin.

Bandung, Agustus 2015 Penulis

Iyana Tri Nanda Br Sembiring NIM. 21211076


Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Harga Minyak Dunia, Nilai Tukar, Inflasi, dan Suku Bunga SBI Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2014

3 67 113

Analisis Faktor Eksternal Emiten dan Pengaruhnya Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia

1 83 92

Analisis Pengaruh The Fed Rate, Indeks Dow Jones Dan Nikkei 225 Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2013

9 83 85

Analisis Pengaruh Faktor Fundamental Terhadap Indeks Harga Saham Sektor Industri Barang Konsumsi Di Bursa Efek Indonesia (BEI)

6 70 84

Analisis Pengaruh Makro Ekonomi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia

2 25 105

Analisis Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Rupiah Dan Indeks Dow Jones Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia (BEI)

2 18 83

Analisis Pengaruh Harga Minyak Dunia, Nilai Tukar, Inflasi dan Suku Bunga SBI terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2006-2009

2 39 90

Analisis Perbedaan Kinerja Reksadana Saham Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Dengan Metode Sharpe Dan Treynor Di Bursa Efek Indonesia

0 32 86

Analisis Pengaruh SBI, Kurs Rupiah, Harga Emas Dunia, Indeks Hang Seng dan Indeks Nikkei 225 terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) (studi kasus Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2008-2011)

0 2 109

PENGARUH INFLASI, BI RATE, KURS USDIDR, INDEKS SHCOMP, DAN INDEKS NIKKEI 225 TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) (Studi Pada Bursa Efek Indonesia Periode 2015-2017)

0 0 9