Pembangunan bidang kesejahteraan sosial di Indonesia yang bertanggung jawab adalah Departemen Sosial, secara asasi dan fundamental, Departemen Sosial memberikan
patokan dan memberi arah dalam penyusunan dan pelaksanaan program-program pembangunan bidang kesejahteraan sosial. Sebagai patokan dan pemberi arah, disusun pula
dasar pembangunan bidang kesejahteraan sosial yang dalam pelaksanaannya menganut perinsip melanjutkan , menigkatkan, mengembangkan, memperbaiki serta memperbaharui
segala hasil pembangunan bidang kesejaheraan sosial.
2.6 Kerangka Pemikiran
Program P2KP yang dimulai sejak pada tahu 1999, pada awalnya dilaksanakan dalam rangka menanggulangi kemiskinan sebagai akibat krisis ekonomi pada tahun 1997-1998 dan
kemudian berkembang menjadi krisis multi dimensi., pendekatan P2KP dilandasi oleh kesadaran bahwa akar masalah kemiskinan dan kekurang berhasilan dalam pembangunan
adalah akibat kondisi masyarakat yang belum berdaya. Ketidak berdayaan tercermin dalam sikap masa bodoh, tidak perduli, tidak percaya diri, mengandalkan bantuan pihak luar untuk
mengatasi masalahnya, tidak mandiri, serta memudarnya orientasi moral dan nilai-nilai kemaanusiaan dan prinsip-prinsip kemasyarakatan serta prinsip pembangunan berkelanjutan.
Pemahaman terhadap akar penyebab masalah kemiskinan tersebut memang sangat disadari sangatlah penting, karena program-program yang selama ini dilakukan pemerintah
seperti BLT, IDT, dinilai belum mengenai akar permasalahan kemiskinan, hal ini menyadarkan kita bahwa penangglangan kemisikinan yang bersifat parsial, sektoral, dan
charity, mengakibatkan salah sasaran, menciptakan benih-benih fragmentasi sosial, dan melemahkan modal sosial masyarakat gotong royong, musyawarah, keswadayaan, dll,
melemahnya modal sosial pada gilirannya mendorong pergeseran perubahan perilaku masyarakat yang semakin jauh dari semangat kemandirian, kebersamaan dan kepedulian
untuk mengatasi persoalannya secara mandiri, bersama dan berkelanjutan, namun pendekatan
Universitas Sumatera Utara
yang hsnya bertumpu pada masyarakat melalui proses pembelajaran saja ternyata tidak cukup, diperlukan prakarsa dan dukungan pelaku pembangunan lokal lainnya, seperti PemDa,
pengusaha dan kelompok peduli lainnya LSM, profesional, dsb. Prakarsa dan dukungan tersebut didorong melalui jalinan kemitraan antara masyarakat dengan para pelaku
pembangunan termasuk Pemda untuk berkembangnya proses intereraksi sebagai upaya untuk menciptakan gerakan bersama collective action, dalam penanggulangan kemiskinan dalam
rangka mendorong kemandirian untuk pengembangan lingkungan pemukiman yang berkelanjutan.
2.7 Bagan Kerangka Pemikiran