evaporasi, M=Eo+P, E = Evaporasi air terbuka yang diambil dari 1,1 x ET
selama penyiapan lahan, k = MTS, T = jangka waktu penyiapan lahan hari dan S = air yang dibutuhkan untuk penjenuhan ditambah dengan 50 mm.
2. Kebutuhan bersih air di sawah untuk padi NFR NFR = ET
c
+ P – Re + WLR
2-26 3. Kebutuhan irigasi untuk padi
IR = NFRe 2-27
di mana Etc = penggunaan konsumtif mm, P= kehilangan air akibat perkolasi mmhari, Re = curah hujan per hari mmhari, E= efisiensi irigasi
secara keseluruhan dan WLR= penggantian lapisan air mmhari.
2.7.3. Perkolasi
Laju perkolasi sangat tergantung pada sifat-sifat tanah. Data-data mengenai perkolasi akan diperoleh dari penelitian kemampuan tanah maka
diperlukan penyelidikan kelulusan tanah. Pada tanah lempung berat dengan karakteristik pengolahan puddling yang baik, laju perkolasi dapat mencapai 1-3
mmhari. Pada tanah-tanah yang lebih ringan, laju perkolasi bisa lebih tinggi. Untuk menentukan laju perkolasi, perlu diperhitungkan tinggi muka air tanahnya.
Sedangkan rembesan terjadi akibat meresapnya air melalui tanggul sawah.
2.7.4. Penggantian lapisan air
Setelah pemupukan perlu dijadwalkan dan mengganti lapisan air menurut kebutuhan. Penggantian diperkirakan sebanyak 2 kali masing-masing 50 mm satu
bulan dan dua bulan setelah transplantasi atau 3,3 mmhari selama 12 bulan.
2.7.5. Curah Hujan Efektif
Analisa curah hujan yang dimaksud adalah curah hujan efektif untuk menghitung kebutuhan air irigasi. Curah hujan efektif atau andal adalah bagian
dari keseluruhan curah hujan yang secara efektif tersedia untuk kebutuhan air irigasi.
Curah hujan efektif R
eff
ditentukan berdasarkan besarnya R
80
yang merupakan curah hujan yang besarnya dapat dilampaui sebanyak 80 atau
dengan kata lain dilampauinya 8 kali kejadian dari 10 kali kejadian. Artinya, bahwa besarnya curah hujan yang terjadi lebih kecil dari R
80
mempunyai kemungkinan hanya 20. Untuk menghitung besarnya curah hujan efektif
dinyatakan dengan rumus sebagai berikut: R
80
= n5 + 1 2- 28
di mana R
eff
= curah hujan efektif 80 mmhari, n5+1 = rangking
curah hujan efektif dihitung dari curah hujan terkecil dan n = jumlah data.
Untuk menghitung curah hujan efektif padi digunakan persamaan sebagai berikut: R
eff
= 0,7 x
1 15
x R 2-29
di mana R
eff
= curah hujan efektif 80 dan R = curah hujan minimum pada tengah bulanan.
2.7.6. Efisiensi Irigasi
Efisiensi irigasi adalah angka perbandingan dari jumlah air irigasi nyata yang terpakai untuk kebutuhan pertumbuhan tanaman dengan jumlah air yang
keluar dari pintu pengambilan intake. Efisiensi irigasi terdiri atas efisiensi pengaliran yang pada umumnya terjadi di jaringan utama dan efisiensi di jaringan
sekunder yaitu dari bangunan pembagi sampai petak sawah. Efisiensi irigasi didasarkan asumsi sebagian dari jumlah air yang diambil akan hilang baik di
saluran maupun di petak sawah. Kehilangan air yang diperhitungkan untuk operasi irigasi meliputi kehilangan air di tingkat tersier, sekunder dan primer.
Besarnya masing-masing kehilangan air tersebut dipengaruhi oleh panjang
saluran, luas permukaan saluran, keliling basah saluran dan kedudukan air tanah.
Besarnya nilai efisiensi irigasi ini dipengaruhi oleh jumlah air yang hilang selama di perjalanan. Efisiensi kehilangan air pada saluran primer, sekunder dan tersier
berbeda-beda pada daerah irigasi. Besarnya kehilangan air di tingkat saluran primer 80, sekunder 90 dan tersier 90. Sehingga efisiensi irigasi total = 90
x 90 x 80 = 65 . Rumus efisiensi irigasi dinyatakan sebagai berikut :
Ec =
� � �� − �
�� � � ��
x 100 2-30
dimana Ec = Efisiensi irigasi, Debit pangkal = Jumlah air yang masuk dan Debit ujung = Jumlah air yang keluar.
2.7.7. Efektifitas Irigasi