masyarakat. Tetapi, kemampuan daerah yang satu dengan daerah yang lainnya dalam mengelola potensi lokalnya dan ketersediaan sarana prasarana serta sumber
daya sangat berbeda. Perbedaan ini dapat menyebabkan pertumbuhan ekonomi yang beragam antara satu daerah dengan daerah lainnya Nugroho, 2005.
Pertumbuhan ekonomi merupakan proses kenaikan output perkapita yang diukur
dengan Produk Domestik Regional Bruto. Pertumbuhan ekonomi bertujuan untuk peningkatan ekonomi yang berkelanjutan. Menurut penelitian Lin dan Liu 2000
bahwa upaya desentralisasi memberikan pengaruh yang sangat berarti terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Oates 1995 dalam Lin dan Liu 2000
membuktikan bahwa antara desentralisasi dengan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang positif dan signifikan. Darwanto 2007 menyatakan bahwa
terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pembanguan. Faktor-faktor tersebut antara lain sumber daya alam, tenaga kerja, investasi modal, kewirausahaan,
transportasi, komunikasi, komposisi sektor industri, teknologi, pasar ekspor, situasi perekonomian internasional, kapasitas pemerintah daerah, pengeluaran
pemerintah dan dukungan pembangunan. Berdasarkan landasan teori dan argumen di atas dapat disimpulkan bahwa dengan
adanya kebijakan otonomi daerah mendorong terciptanya pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Dimana pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah berbeda-beda
sesuai dengan potensi tiap-tiap daerah. Sehingga semakin tinggi tingkat pertumbuhan perekonomian tentu akan mengakibatkan bertumbuhnya investasi
modal swasta maupun pemerintah. Hal inilah yang mengakibatkan pemerintah
lebih leluasa dalam menyusun anggaran belanja modal. Oleh karena itu, untuk hipotesis pertama dinyatakan sebagai berikut :
Ha1 : Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh positif terhadap anggaran Belanja Modal.
2.3.2 Pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap anggaran Belanja Modal
Kewenangan pemerintah daerah dalam pelaksanakan kebijakannya sebagai daerah otonomi sangat dipengaruhi oleh kemampuan daerah tersebut dalam
menghasilkan pendapatan daerah. Semakin besar pendapatan asli daerah yang diterima, maka semakin besar pula kewenangan pemerintah daerah tersebut dalam
melaksanakan kebijakan otonomi. Pelaksanaan otonomi daerah bertujuan untuk meningkatkan pelayanan publik dan memajukan perekonomian daerah. Salah satu
cara untuk meningkatkan pelayanan publik dengan melakukan belanja untuk kepentingan investasi yang direalisasikan melalui belanja modal.
Menurut Mardiasmo 2002: 132, Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan
daerah dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain Pendapatan Asli
Daerah yang sah. Belanja Modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset
lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Belanja modal meliputi antara lain belanja modal untuk perolehan tanah, gedung dan bangunan,
peralatan dan aset tak berwujud Halim, 2004. Darwanto 2007 menyatakan bahwa Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif
dan signifikan terhadap alokasi belanja modal. Temuan ini dapat mengindikasikan
bahwa besarnya PAD menjadi salah satu faktor penentu dalam menentukan belanja modal. Hal ini sesuai dengan PP No 58 tahun 2005 yang menyatakan
bahwa APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintah dan kemampuan daerah dalam menghasilkan pendapatan. Setiap penyusunan APBD,
alokasi belanja modal harus disesuaikan dengan kebutuhan daerah dengan mempertimbangkan PAD yang diterima. Sehingga apabila Pemda ingin
meningkatkan belanja modal untuk pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat, maka Pemda harus menggali PAD yang sebesar-besarnya.
Berdasarkan landasan teori dan beberapa hasil penelitian diatas maka hipotesis berikutnya adalah sebagai berikut :
Ha2 : Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif terhadap anggaran Belanja Modal.
2.3.3 Pengaruh Dana Bagi Hasil terhadap Anggaran Belanja Modal
Dana Bagi Hasil DBH merupakan dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka persentase untuk mendanai
kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi UU No.33 Tahun 2004. Secara teoritis Pemerintah daerah akan mampu menetapkan belanja modal
yang semakin besar jika anggaran DBH semakin besar pula, begitupun Sebaliknya semakin kecil belanja modal yang akan ditetapkan jika anggaran DBH semakin
kecil. DBH berpengaruh positif terhadap Belanja Modal. Hasil penelitian Harahap 2009, menunjukkan bahwa secara simultan Dana Bagi Hasil berpengaruh secara
positif terhadap Belanja Modal, sedangkan secara parsial Dana Bagi Hasil Bukan Pajak Sumber Daya Alam tidak berpengaruh terhadap Belanja Modal.
Berdasarkan landasan teori dan beberapa hasil penelitian diatas maka hipotesis berikutnya adalah sebagai berikut:
Ha3 : Dana Bagi Hasil berpengaruh positif terhadap anggaran Belanja Modal
2.3.4 Pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap Anggaran Belanja Modal
Sumber pembiayaan pemerintah daerah dalam rangka perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah dilaksanakan atas dasar desentralisasi, dekonsentrasi,
dan pembantuan. Pelaksanaan desentralisasi dilakukan dengan pemerintah pusat menyerahkan wewenang kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan
mengurus sendiri daerahnya. Wujud desentralisasi yaitu pemberian dana perimbangan kepada pemerintah daerah. Dana perimbangan ini bertujuan untuk
mengurangi kesenjangan fiskal antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah UU No. 332004. Dana Alokasi Umum adalah dana yang berasal dari APBN
yang dialokasikan dengan tujuan untuk pemerataan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
Hasil penelitian Darwanto 2007 menyatakan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara DAU dengan belanja modal. Penelitian empiris yang
dilakukan oleh Holtz-Eakin et. Al. 1985 dalam Hariyanto Adi menyatakan bahwa terdapat keterkaitan antara dana transfer dari pemerintah pusat dengan
belanja modal. Prakosa 2004 memperoleh bukti empiris bahwa jumlah belanja modal dipengaruhi oleh dana Dana Alokasi Umum yang diterima dari pemerintah
pusat. Hasil penelitan Harianto dan Adi 2007 semakin memperkuat bukti empiris tersebut. Mereka menemukan bahwa kemandirian daerah tidak menjadi
lebih baik, bahkan yang terjadi adalah sebaliknya yaitu ketergantungan pemerintah daerah terhadap transfer pemerintah pusat DAU menjadi semakin
tinggi. Hal ini memberikan adanya indikasi kuat bahwa perilaku belanja daerah khususnya belanja modal akan sangat dipengaruhi sumber penerimaan DAU.
Berbagai pemaparan di atas dapat disimpulkan semakin tinggi DAU maka alokasi belanja modal juga meningkat. Hal ini disebabkan karena daerah yang memiliki
pendapatan DAU yang besar maka alokasi untuk anggaran belanja daerah belanja modal akan meningkat. Hipotesis berikutnya adalah sebagai berikut :
Ha4 : Dana Alokasi Umum berpengaruh positif terhadap anggaran Belanja Modal
2.3.5 Pengaruh Dana Alokasi Khusus terhadap Anggaran Belanja Modal
Salah satu perwujudan pelaksanaan otonomi daerah adalah desentralisasi. Pelaksanaan desentralisasi dilakukan oleh pemerintah pusat dengan memberikan
wewenang kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahnya. Urusan pemerintah pusat diserahkan kepada pemerintah
daerah disertai dengan penyerahan keuangan yang terwujud dalam hubungan keuangan antara pemerintah pusat dengan daerah UU No.332004.
Dana perimbangan merupakan perwujudan hubungan keuangan antara pemerintah
pusat dengan daerah. Salah satu dana perimbangan adalah Dana Alokasi Khusus, DAK merupakan dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada
pemerintah daerah untuk membiayai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan prioritas nasional. Tujuan DAK untuk mengurangi beban biaya
kegiatan khusus yang harus ditanggung oleh pemerintah daerah. Pemanfaatan DAK diarahkan kepada kegiatan investasi pembangunan, pengadaan,
peningkatan, perbaikan sarana dan prasarana fisik pelayanan publik dengan umur ekonomis panjang. Dengan diarahkannya pemanfaatan DAK untuk kegiatan
tersebut diharapkan dapat meningkatkan pelayanan publik yang direalisasikan dalam belanja modal. Penelitian yang dilakukan oleh Situngkir 2009 Dana
Alokasi Khusus berpengaruh positif dan signifikan terhadap anggaran belanja modal. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat hubungan antara pemberian dana
transfer dari pemerintah pusat DAK dengan alokasi anggaran pengeluaran daerah melalui belanja modal. Berdasarkan landasan teori dan penemuan empiris
tersebut maka menghasilkan hipotesis sebagai berikut :
Ha5 : Dana Alokasi Khusus berpengaruh positif terhadap anggaran Belanja Modal
2.4 MODEL PENELITIAN
Ha
1
Ha
2
Ha
3
Ha
4
Ha
5
Gambar 3.1. Model Penelitian
Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita diproksi dengan Produk Domestik Regional Bruto PDRB perkapita Boediono, 1985.
PAD adalah pendapatan asli daerah yang berasal dari hasil pajak daerah, hasil
retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah, dana perimbangan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah
Pertumbuhan Ekonomi PE X
1
Pendapatan Asli Daerah PAD X
2
Anggaran Belanja Modal ABM
Y Dana Alokasi
UmumDAU X
4
Dana Alokasi KhususDAK X
5
Dana Bagi HasilDBH X
3
Mardiasmo, 2002. Dana Bagi Hasil DBH merupakan dana yang bersumber dari pendapatan APBN
yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka persentase untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi UU No.33 Tahun
2004. Dana Alokasi Umum DAU adalah merupakan transfer yang bersifat umum
block grant untuk mengatasi masalah ketimpangan horizontal antar daerah dengan tujuan utama pemerataan kemampuan keuangan antar daerah UU No.33
Tahun 2004. DAK adalah merupakan transfer yang bersifat khusus untuk mengatasi masalah
khusus dengan dana pendampingan dari APBN dengan tujuan utama pembangunan nasiona l UU No.33 Tahun 2004.
Anggaran Belanja Modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap
dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Belanja modal meliputi antara lain belanja modal untuk perolehan tanah, gedung dan
bangunan, peralatan dan aset tak berwujud PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah. Pemerintah daerah mengalokasikan dana dalam
bentuk anggaran belanja modal dalam APBD untuk menambah aset tetap. Alokasi belanja modal ini didasarkan pada kebutuhan daerah akan sarana dan prasarana,
baik untuk kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan maupun untuk kualitas pelayanan publik. Besarnya belanja modal yang dialokasikan pemerintah daerah
dalam APBD tentu sangat dipengaruhi oleh posisi keuangan pada daerah tersebut.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Pemerintahan KotaKabupaten di Provinsi Lampung berjumlah 14 kabupaten dan kota. Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pemerintah daerah kabupaten dan kota di Provinsi Lampung pada tahun 2008-2012. Data sampel diambil dengan
menggunakan purposive sampling dengan kriteria yaitu: 1. Daerah Kabupaten dan Kota di Provinsi Lampung yang mempublikasikan
laporan keuangannya secara konsisten dari tahun 2008-2012. 2. Pemerintah daerah kabupaten dan kota yang tidak dimekarkan pada kurun
waktu 2008 -2012. Dari 14 daerah kota dan kabupaten yang dijadikan populasi, hanya sebanyak
10 yang memenuhi kriteria untuk ditetapkan sebagai sampel penelitian. Sumber data dari dokumen laporan realisasi APBD yang diperoleh dari situs Dirjen
Perimbangan Keuangan Pemerintah Daerah melalui website www.djpk.depkeu.go.id
. Dari laporan realisasi APBD tahun 2008-2012 dapat
diperoleh data mengenai jumlah anggaran Belanja Modal, Pendapatan Asli Daerah PAD, Dana Bagi Hasil DBH, Dana Alokasi Umum DAU, dan Dana
Alokasi Khusus DAK. Data Produk Domestik Regional Bruto PDRB per kapita diperoleh dari Badan Pusat Statistik BPS.
3.2. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder bersumber dari dokumen laporan realisasi APBD yang diperoleh dari situs Dirjen Perimbangan
Keuangan Pemerintah Daerah melalui www.depkeu.djpk.go.id. Dari laporan realisasi APBD ini diperoleh data mengenai jumlah anggaran belanja modal, dana
alokasi umum, dana alokasi khusus. Variabel Pertumbuhan Ekonomi yang diproksikan oleh PDRB dan PAD bersumber dari BPS Lampung melalui
www.bps.go.idlampung.
3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.3.1 Variabel Penelitian Variabel adalah apa pun yang dapat membedakan atau membawa variasi pada nilai
Sekaran, 2002. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif kausal, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara dua variabel dengan
variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya Sekaran, 2002 : 30. Pengujian ini untuk menganalisis secara empiris mengenai
pengaruh pendapatan asli daerah dan dana alokasi umum terhadap belanja langsung. 3.3.1.1 Variabel Bebas Independen
Ghozali 2005 menjelaskan bahwa disebut variabel independen karena veriabel ini tidak dipengaruhi oleh variabel antiseden sebelumnya.
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli
Daerah PAD, Dana Bagi Hasil DBH, Dana Alokasi Umum DAU, Dana Alokasi Khusus DAK.