Biaya tanaman belum menghasilkan akan berpengaruh terhadap harga perolehan tanaman, yang nantinya selain berpengaruh terhadap laporan posisi
keuangan neraca, juga akan berpengaruh terhadap laporan rugi laba komprehensif yang disajikan yaitu pada beban penyusutan tanaman. Sehingga apabila tidak
diterapakan perlakuan akuntansi yang tepat dapat menyebabkan informasi yang disediakan tidak relevan dan tidak andal. Oleh karena itu, PTPN VII Persero UU
Way berulu dalam menjalankan usahanya harus memperhatikan pelaksanaan fungsi akuntansi yang sesuai.
Standar akuntansi keuangan SAK yang disusun oleh ikatan akuntan Indonesia IAI saat ini sedang melakukan konvergensi penuh International
Financial Reporting Standards IFRS International Accounting Standards IAS. Salah satu masalah atau kendala yang mungkin akan dihadapi dalam penerapan IFRS
adalah banyak perusahaan atau entitas bisnis merubah pengukuran serta pelaporan akuntansi yang sebagian besar berdasarkan pada nilai historis historical cost,
menjadi pengukuran serta pelaporan berdasarkan nilai wajar fair value.
Mengingat pentingnya meneliti biaya perolehan tanaman sampai tanaman siap digunakan atau siap untuk dijual, biaya apa saja yang dapat dikapitalisasikan
kedalam biaya perolehan tanaman yang belum menghasilkan TBM karet, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian berjudul
“Perbandingan pendekatan teoritis International Accounting Standard IAS 41 pada biaya tanaman belum
menghasilkan karet studi kasus pada PT. Perkebunan Nusantara VII Persero Unit U
saha Way berulu di Pesawaran.”
1.2 Rumusan Masalah Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini yaitu :
1. Bagaimana penilaian biaya perolehan aset biologis tanaman belum
menghasilkan TBM pada PT Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Way Berulu dengan pendekatan teori IAS 41 Agriculture.
2. Bagaimana penyajian laporan biaya tanaman PT. Perkebunan Nusantara VII
Unit Usaha Way Berulu dengan pendekatan teoritis IAS 41 Agriculture. 3.
Bagaimana informasi yang didapat dalam laporan biaya tanaman belum menghasilkan TBM kaitannya dengan laporan keuangan PT. Perkebunan
Nusantara VII Unit Usaha Way Berulu.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini didasarkan pada rumusan masalah di atas yaitu : Untuk menentukan biaya perolehan tanaman, bagaimana penyajian laporan biaya
tanaman pada PT. Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Wayberulu dengan pendekata teoritis IAS 41 Agriculture, informasi berkaitan dengan aset biologis pada
PT. Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Wayberulu.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain :
1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan baru khususnya mengenai aset biologis dan dapat dijadikan sebagai salah satu rujukan
bagi penelitian-penelitian dimasa datang.
1.4.2 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu sumbangan pemikiran bermanfaat yang dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan perusahaan di
masa yang akan datang.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Standar Akuntansi Keuangan yang Berlaku di Indonesia
Menurut Martani 2011 Indonesia memiliki empat pilar standar akuntansi yang berlaku,
di antaranya adalah : 1. Standar Akuntansi Keuangan
–IFRS, Standar Akuntansi Keuangan yang dimaksud adalah SAK yg telah berlaku
sekarang, yang dikonvergensikan ke dalam IFRS International Financial Reporting Standard. SAK yang telah terkonvergensi ke IFRS diharapkan akan memberikan
perspektif pemahaman yang sama bagi investor asing dalam membaca Laporan Keuangan perusahaan Indonesia ataupun investor Indonesia yang ingin melakukan
ekspansi ke luar negeri. 2. Standar Akuntansi Entitas tanpa Akuntabilitas Publik ETAP,
Menurut mantan ketua DSAK Dewan Standar Akuntansi Keuangan Drs. Moh Jusuf Wibisono,M.Acc,Ak, Standar Akuntansi untuk entitas tanpa akuntabilitas publik
akan membantu perusahaan kecil menengah dalam menyediakan pelaporan keuangan yang relevan dan andal dengan tanpa terjebak dalam kerumitan standar akuntansi
berbasis IFRS yang akan diadopsi dalam PSAK. SAK ETAP ini akan khusus digunakan untuk perusahaan tanpa akuntabilitas publik yang signifikan. Perusahaan yang terdaftar
di dalam bursa efek dan yang memiliki akuntabilitas publik signifikan tetap harus menggunakan PSAK yang umum. SAK ETAP diberlakukan pada tahun 2011, namun
menurut ketua DPN IAI Ahmadi Hadibroto, penerapan lebih awal pada tahun 2010 diperkenankan.
3. Standar Akuntansi Syariah, Standar Akuntansi Syariah akan diluncurkan dalam tiga bahasa, yaitu bahasa
Indonesia, bahasa Inggris dan bahasa Arab. Standar ini diharapkan dapat mendukung industri keuangan syariah yang semakin berkembang di Indonesia.
Sampai dengan awal tahun 2011 telah terbit 10 standar akuntansi
keuangan syariah. Standar tersebut digunakan untuk entitas organisasi atau
perusahaan yang menerapkan transaksi syariah. 4. Standar Akuntansi Pemerintahan
Standar Akuntansi Pemerintahan SAP adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah, yang terdiri
atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat LKPP dan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah LKPD. Standar Akuntansi Pemerintahan digunakan oleh Instansi Pemerintahan
dengan berdasarkan PP no. 71 tahun 2010 atas perubahan dari PP no. 24 tahun 2005. Basis SAP yang tadinya berbasis kas menuju akrual cash toward accrual, kini berbasis
akrual.
Adanya perbedaan standar akuntansi antar Negara di dunia mulai berubah sejak dibentuk International Accounting Standard Committee IASC pada tahun 1973. IASC