ANALISIS EFEKTIFITAS PROGRAM KEMITRAAN TERHADAP PENINGKATAN KINERJA USAHA MITRA BINAAN PT PERKEBUNAN NUSANTARA VII UNIT USAHA WAY LIMA KABUPATEN PESAWARAN

(1)

ANALISIS EFEKTIFITAS PROGRAM KEMITRAAN TERHADAP PENINGKATAN KINERJA USAHA MITRA BINAAN PT PERKEBUNAN

NUSANTARA VII UNIT USAHA WAY LIMA KABUPATEN PESAWARAN

Oleh

ARMANDO ADHA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA EKONOMI

Pada

Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2014


(2)

IMPROVED PERFORMANCE DEVELOPMENT PARTNERS PT PERKEBUNANNUSANTARA VII

BUSINESS UNIT DISTRICT WAY LIMA PESAWARAN by

ARMANDO ADHA

The partnership program is more oriented business cooperation in business development programs are based on partnerships between enterprises (mainly SOEs) with the Micro, Small and Medium Enterprises.The program is a partnership governing SOEs with small and medium enterprises and the implementation of more comprehensive environmental development and in accordance with the economic development and social conditions of communities around the state enterprises by the Decree of the Minister of SOEs No. Kep-23/MBU/2003.The purpose of this partnership program is to encourage business activity and economic growth and the creation of equitable democratic development through the expansion of employment opportunities, business opportunities, and community empowerment.

The study aimed to determine the effectiveness of partnership programs conducted by PTPN VII Business Unit District Way Lima Pesawaran and its effect on business performance improvement partners who indicated from three aspects: the provision of capital, promotional assistance and management training programs.

The analysis showed that the implementation of the partnership program conducted by PTPN VII Business Unit District Way Lima Pesawaran effective in a category with a percentage of 70.78% achievement. From the non-parametric test results show that the implementation of the partnership program through these three aspects positive and significant effect of improving business terhadao trained partners. Keywords: partnership programs, PTPN VII, effectiveness, non-parametric test.


(3)

ANALISIS EFEKTIFITAS PROGRAM KEMITRAAN TERHADAP PENINGKATAN KINERJA USAHA MITRA BINAAN PT PERKEBUNAN NUSANTARA VII UNIT USAHA WAY LIMA KABUPATEN PESAWARAN

Oleh

ARMANDO ADHA

Program kemitraan adalah kerjasama bisnis yang lebih diorientasikan pada program pengembangan usaha yang berbasis kemitraan antara perusahaan (utamanya BUMN) dengan Usaha Mikro Kecil dan Menengah. Program ini merupakan program yang mengatur kemitraan BUMN dengan usaha kecil menengah dan pelaksanaan bina lingkungan yang lebih komprehensif dan sesuai dengan perkembangan ekonomi dan kondisi sosial masyarakat sekitar BUMN yang berdasarkan Keputusan Menteri BUMN Nomor Kep-23/MBU/2003. Tujuan program kemitraan ini adalah untuk mendorong kegiatan usaha dan pertumbuhan ekonomi kerakyatan serta terciptanya pemerataan pembangunan melalui perluasan lapangan pekerjaan, kesempatan berusaha, dan pemberdayaan masyarakat.

Penelitian ditujukan untuk mengetahui efektifitas pelaksanaan program kemitraan yang dilakukan oleh PTPN VII Unit Usaha Way Lima Kabupaten Pesawaran dan pengaruhnya terhadap peningkatan kinerja usaha mitra binaan yang dilihat dari tiga aspek yaitu pemberian bantuan modal, bantuan promosi dan program pembinaan manajemen.

Hasil analisis menunjukkan bahwa pelaksaan program kemitraan yang dilakukan oleh PTPN VII Unita Usaha Way Lima Kabupaten Pesawaran ke dalam kategori efektif dengan persentase pencapaian sebesar 70,78%. Dari hasil uji non parametrik menunjukkan bahwa pelaksanaan program kemitraan melalui ketiga aspek tersebut berpengaruh positif dan signifikan terhadao peningkatan kinerja usaha mitra binaan.


(4)

(5)

(6)

(7)

DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ... ii

DAFTAR TABEL ... ... iii

DAFTAR GAMBAR ... ... iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Kerangka Pemikiran ... 9

E. Hipotesis ... 9

F. Gambaran Umum ... 10

BAB II LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritik ... 14

1. Peran Pemerintah ... 14

2. Dasar Pengertian BUMN ... 15

2.1. Tujuan Pendirian BUMN ... 16

2.2. Jenis-Jenis BUMN ... 17

2.3. Manfaat BUMN ... 17

3. CSR (Corporate Social Responsibility) ... 17

3.1. Definisi CSR ... 18

3.2. Implementasi CSR ... 18

3.3. Bentuk Pelaksanaan CSR ... 19


(8)

4.1. Prinsip Kemitraan ... 27

5. Pengertian Modal ... 28

6. Pengertian Promosi ... 29

7. Pengertian Pembinaan ... 30

B. Tinjauan Empiris ... 31

1. Penelitian Terdahulu ... 31

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data ... 33

B. Batasan Variabel ... 33

C. Penarikan Sampel ... 35

D. Pengolahan Data ... 36

1. Pengolahan Data Deskriptif ... 36

2. Pengolahan Data Kuantitatif ... 36

E. Pengujian Kuesioner Penelitian ... 37

1. Uji Validitas ... 38

2. Uji Reliabilitas ... 40

3. Uji Non Parametrik ... 41

3.1. Aspek Pemberian Modal ... 42

3.2. Aspek Promosi ... 43

3.3. Aspek Pembinaan Manajemen ... 44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian ... 47

1. Analisis Deskriptif ... 47

2. Analisis Kuantitatif ... 48

2.1. Aspek Bantuan Modal ... 48

2.2. Aspek Bantuan Promosi ... 58

2.3.Aspek Pembinaan Manajemen ... 66

3. Analisis Data ... 77

4. Uji Non Parametrik ... 79


(9)

4.3. Aspek Pembinaan Manajeman ... 80 B. Pembahasan ... 81 BAB V SMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... 83 B. Saran ... 83 DAFTAR PUSTAKA ... 85


(10)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Banyak cara dilakukan pemerintah sebagai otoritas kebijakan publik untuk

meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakatnya, salah satunya melalui tanggung jawab sosial yang dilakukan dalam program kemitraan melalui Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Sejatinya, program kemitraan yang dijalankan perusahaan BUMN lebih tinggi peranannya dibanding oleh perusahaan Non-BUMN. Hal ini karena terdapat kepentingan pemerintah didalamnya dengan tidak hanya mengambil potensi ekonomi dan sumber daya yang ada tetapi juga ikut berpartisipasi dalam pembangunan

kesejahteraan ekonomi masyarakat sekitar.

BUMN sebagai salah satu perusahaan negara diharapkan dapat menjadi salah satu penggerak faktor ekonomi masyarakat. Perusahaan memang dituntut untuk menghasilkan profit yang maksimal sebagai prinsip dasar ekonomi namun bisa bermanfaat bagi masyarakat. Praktek kedermawanan sosial perusahaan dewasa ini mengalami perkembangan pesat sejalan dengan berkembangnya konsep tanggung jawab sosial perusahaan. Salah satu ide pokok yang terkait dengan mandat dunia untuk tidak semata-mata mencari keuntungan, tetapi harus pula bersikap etis dan berperan dalam penciptaan investasi sosial (Nursahid, 2006).


(11)

Program Kemitraan adalah kerjasama bisnis yang lebih diorientasikan pada program pengembangan usaha yang berbasis kemitraan antara perusahaan (utamanya BUMN) dengan Usaha Mikro Kecil dan Menengah. Program ini merupakan program yang mengatur kemitraan BUMN dengan usaha kecil menengah dan pelaksanakaan bina lingkungan yang lebih komprehensif dan sesuai dengan perkembangan ekonomi dan kondisi sosial masyarakat sekitar BUMN yang berdasarkan Keputusan Menteri BUMN Nomor Kep-23/MBU/2003. Tujuan program kemitraan ini adalah untuk mendorong kegiatan usaha dan pertumbuhan ekonomi kerakyatan serta terciptanya pemerataan pembangunan melalui perluasan lapangan kerja, kesempatan berusaha, dan

pemberdayaan masyarakat.

Sosialisasi program kemitraan perlu terus ditingkatkan agar lebih banyak korporasi menyadari dan memahami pentingnya program ini. Memang diakui, di satu sisi sektor industri atau korporasi skala besar telah mampu memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional, tetapi di sisi lain eksploitasi sumber-sumber daya alam oleh sektor industri sering kali menyebabkan degradasi lingkungan dan ekonomi yang parah pada daerah sekitar. Karakterisrtik umum korporasi skala-skala besar biasanya beroperasi secara enclave atau terpisah, dan melahirkan apa yang disebut perspektif dual society, yaitu tumbuhnya dua karakter ekonomi yang paradox di dalam satu area.

PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) merupakan Badan Usaha Milik Negara

(BUMN) dibidang agribisnis perkebunan yang pembentukannya merupakan konsolidasi dari PTP X, PTP XXXI. Proyek pengembangan PTP XI di Kabupaten


(12)

Lahat dan proyek pengembangan PTP XXIII di propinsi Bengkulu. PT.Perkebunan Nusantara VII (Persero) didirikan berdasarkan peraturan pemerintah RI No.12 tahun 1996 tanggal 14 Februari 1996, wilayah kerja PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) meliputi 3 propinsi yang terdiri dari beberapa unit usaha yaitu : 10 unit usaha Propinsi Lampung,13 unit usaha di Propinsi Sumatera Selatan dan 3 unit usaha di Propinsi Bengkulu. Pada saat ini telah terbentuk wilayah Distrik yakni: Distrik Banyu Asin, Muara Enim, Bengkulu, Way Sekampung, Way Seputih . Luas areal TM kebun inti PT.Perkebunan Nusantara VII (Persero) saat ini adalah 68.105 Ha, areal plasma 47.111 Ha dan areal kemitraaan 18.307 Ha. Berikut ini wilayah distrik serta unit usaha yang dimiliki oleh PT. Perkebunan VII serta penghasilan dari setiap unit usaha nya. Persebaran distrik/unit usaha PTPN VII digambarkan dalam tabel dibawah ini.

Tabel 1. Persebaran Distrik/Unit Usaha PTPN VII Distrik Bengkulu

Nama Unit Usaha Penghasil

Talopino Kelapa Sawit Padang Pelawi Karet

Ketahun Karet

Sumatera Selatan Distrik Banyu Asin

Nama Unit Usaha Penghasil

Betung Krawo Kelapa Sawit

Betung Kelapa Sawit

Bentayan Kelapa Sawit Musilandas Karet

Tebenan Karet

Talang Sawit Kelapa Sawit Cinta Manis Tebu


(13)

Distrik Muara Enim

Nama Unit Usaha Penghasil

Sungai Lengi Inti Kelapa Sawit Sungai Lengi Plasma Kelapa Sawit

Sungai Niru Kelapa Sawit

Beringin Karet

Baturaja Karet

Senabing Karet

Pagar Alam Teh

Lampung

Distrik Way Sekampung

Nama Unit Usaha Penghasil

Kedaton Kelapa Sawit dan Karet

Bergen Kelapa Sawit dan Karet

Way Berulu Karet

Rejosari Kelapa Sawit dan Karet

Pewa Karet

Way Lima Karet

Distrik Way Seputih

Nama Unit Usaha Penghasil

Bekri Kelapa Sawit

Padang Ratu Kelapa Sawit

Tulung Buyut Karet

Bunga Mayang Tebu

Sumber: PTPN VII

Salah satu lokasi program kemitraan dilaksanakan oleh PTPN VII adalah di unit usaha Way Lima Kabupaten Pesawaran. Daerah ini kaya akan sumberdaya alam pertanian, perkebunan dan kehutanan. Kabupaten Pesawaran terdapat dusun Way Lima dan dusun ini merupakan unit usaha dari PTPN VII karena pada unit usaha Way Lima lebih cenderung kepada sektor pertanian, jadi untuk program kemitraan yang diteliti yaitu paling dominan pada sektor pertanian, karena mayoritas penduduk di Kabupaten Pesawaran khususnya untuk PTPN VII unit usaha Way Lima yaitu pada pertanian. Salah satu hasil pertanian yang paling dominan di unit usaha Way Lima ini adalah karet,kakao, kelapa, cabe jawa, itik, dan kambing.


(14)

Di daerah sekitar unit usaha Way Lima merupakan salah satu dari dua sentra yang akan dijadikan kawasan agropolitan karena potensinya yang cukup strategis dan berada di jalan lintas barat Sumatera. Unit usaha Way Lima merupakan wilayah yang ideal untuk membangun sistem dan usaha agribisnis dalam skala ekonomi dan jenis usaha karena memiliki suatu lokasi yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai pusat pelayanan, penghubung dengan daerah atau kawasan di sekitarnya yang terintegrasi secara fungsional, melalui jalan-jalan yang ada.

Pengembangan kawasan agropolitan itu dapat memberikan kontribusi positif bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat terutama para petani di daerah tersebut. Tidak hanya petani yang di fokuskan tetapi sektot sektor yang lain juga diberikan bantuan program kemitraan agar usahanya bisa berkembang dandapat mendorong ekonomi bagi mitra binaan untuk menjadi lebih baik. Fokus penelitian ini untuk melihat dampak dari program kemitraan tersebut terhadap peningkatan kinerja usaha mitra binaan.

PTPN VII unit usaha Way Lima merupakan unit usaha yang selalu memberikan

perhatian terhadap masyarakat sekitarnya, sehingga mereka selalu mengadakan sesuatu yang bermanfaat bagi warga yang ada di sekitar unit usaha tersebut. PTPN VII unit usaha Way Lima juga mendapatkan apresiasi dari warga khususnya yang berada disekitar karena unit usaha ini selalu mengedepankan keinginan masyarakat.

Sektor – sektor yang dibantu dalam Program Kemitraan di unit usaha Way Lima antara lain sektor dagang, sektor perikanan, sektor industri, sektor jasa dan sektor pertanian. Pada tahun 2011 telah diberikan dana sebesar Rp763.000.000,- untuk


(15)

107 mitra binaan yang ada di unit usaha Way Lima. Dengan rincian seperti pada Tabel 2 berikut ini.

Tabel 2. Penerima Program Kemitraan PTPN VII Unit Usaha Way Lima Berdasarkan Sektor Usaha Tahun 2011

Sektor Mitra (orang) Dana yang diberikan

Dagang 10 R..63.000.000

Perikanan 2 Rp.7.000.000

Industri 4 Rp.32.000.000

Jasa 6 Rp.65.000.000

Pertanian 85 Rp.596.500.000

Total 107 Rp.763.500.000

Sumber : PTPN VII

Dari Tabel 2 di atas, terlihat bahwa program kemitraan PTPN VII unit usaha Way Lima berjumlah 107 dengan jumlah dana yang diberikan sebesar Rp763.500.000,- Dana Program Kemitraan Perseroan dengan Usaha Kecil menunjukkan peningkatan seiring meningkatnya laba Perusahaan dan pengembalian pinjaman dari Mitra Binaan dan jasa administrasi pinjaman.

Penyaluran dana Program Kemitraan kepada usaha mitra binaan masih difokuskan pada usaha kecil/mikro yang benar-benar memerlukan pembinaan dalam bentuk modal maupun bimbingan manajerial. Besar pinjaman program kemitraan untuk usaha kecil berkisar antara Rp5.000.000 – Rp25.000.000, dan untuk usaha mikro yang berada di pasar-pasar tradisional, besar pinjaman berkisar antara Rp500.000 - Rp3.000.000. Pendanaan yang disediakan didistribusikan ke sektor-sektor industri, jasa, perdagangan, perikanan dan pertanian. Disamping bantuan dalam bentuk pinjaman lunak, mitra binaan juga menerima pembinaan melalui program-program pelatihan dan


(16)

Program kemitraan PTPN VII unit usaha Way Lima yang berupa ketiga aspek di atas diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang diukur melalui

peningkatan pendapatan, skill, dan pemasaran sehingga dari ketiga aspek tersebut dapat meningkatkan kinerja usaha pada mitra binaan.

Modal yang diberikan oleh PTPN VII unit usaha Way Lima terhadap mitra binaan diharapkan dapat membantu mitra binaan untuk mendapatkan laba yang lebih besar sehingga dapat meningkatkan pendapatan. Sedangkan pada program Promosi/ Pameran yang diberikan oleh PTPN VII unit usaha Way Lima terhadap mitra binaan diharapkan dapat memasarkan produk sehingga pemasaran produk mitraan binaan menjadi

meningkat. Serta program Pembinaan yang di berikan oleh PTPN VII unit usaha Way Lima terhadap mitra binaan diharapkan dapat meningkatkan kemampuan atau skill mitra binaan sehingga dapat meningkatkan SDM yang ada.

Melalui Program Kemitraan diharapkan dapat meningkatkan kemampuan teknis dan manajerial pada sektor usaha dan pada akhirnya dapat berpengaruh terhadap kinerja usaha pada sektor usaha yang menjadi mitra binaan PTPN VII unit usaha Way Lima kabupaen Pesawaran. Oleh karena itu, diharapkan Program Kemitraan ini berjalan dengan efektif karena hal tersebut akan sangat berdampak positif bagi mitra binaan yaitu usaha-usaha kecil yang masih sangat memerlukan bantuan untuk perkembangan usaha mereka. Peningkatan kineja yang diharapkan akan terjadi pada akhirnya akan menyerap tenaga kerja dan akan semakin mengembangkan usaha mitra binaan.


(17)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan dalam penelitian ini, maka permasalahan yang akan diteliti adalah sebagai berikut.

1. Apakah program kemitraan PTPN VII Unit Usaha Way Lima Kabupaten Pesawaran berupa pemberian bantuan modal telah berjalan efektif ? 2. Apakah program kemitraan PTPN VII Unit Usaha Way Lima Kabupaten

Pesawaran berupa pemberian promosi telah berjalan efektif?

3. Apakah program kemitraan PTPN VII Unit Usaha Way Lima Kabupaten Pesawaran berupa pembinaan manajemen telah berjalan efektif?

C. Tujuan Penelitian

Dari masalah yang telah dijelaskan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui tingkat efektifitas berupa pemberian bantuan modal pada

program kemitraan PTPN VII Unit Usaha Way Lima Kabupaten Pesawaran terhadap usaha mitra binaan.

2. Untuk mengetahui tingkat efektifitas berupa pemberian promosi pada program kemitraan PTPN VII Unit Usaha Way Lima Kabupaten Pesawaran terhadap usaha mitra binaan.

3. Untuk mengetahui tingkat efektifitas berupa pembinaan manajemen pada program kemitraan PTPN VII Unit Usaha Way Lima Kabupaten Pesawaran terhadap usaha mitra binaan.


(18)

D. Kerangka Pemikiran

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Pada Gambar 1 aspek kemitraan dalam program kemitraan PTPN VII adalah mencakup pemberian modal, pembinaan manajemen dan aspek promosi yang merupakan input program dengan output berupa laba, skill dan produksi-pemasaran yang diharapkan melalui program tersebut akan menghasilkan (outcome) yaitu peningkatan pendapatan mitra, peningkatan kemampuan sumber daya manusia, dan peningkatan nilai penjualan usaha mitra binaan.

E. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :

H1 Diduga pemberian modal terhadap usaha mitra binaan pada program kemitraan

PTPN VII telah berjalan efektif.

H2 Diduga pelaksanaan kegiatan promosi terhadap usaha mitraan binaan pada

program kemitraan PTPN VII telah berjalan efektif.

H3 Diduga pelaksanaan kegiatan pembinaan manajemen terhadap usaha mitraan

binaan pada program kemitraan PTPN VII telah berjalan efektif.

Program Kemitraan Modal Promosi Pembinaan Laba Pemasaran Skill Peningkatan Kinerja Usaha Mitra Binaan

Input Output Outcome

Peningkatan Pendapatan Peningkatan Nilai Penjualan Peningkatan SDM


(19)

F. Gambaran Umum

1. Profil PTPN VII (Persero)

PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero), didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 1996, seperti yang dinyatakan dalam akte pendirian yang dibuat dihadapan notaris Harun Kamil, S.H., No.40 Tanggal 11 Maret 1996 dan telah memperoleh

pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia melalui Surat Keputusan No.2-8335.HT.01.01 TH.1996 tanggal 08 Agustus 1996 dan telah diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia No.80 tanggal 04 Oktober 1996.

PTPN VII (Persero) memiliki wilayah kerja yang tersebar di tiga propinsi yaitu Propinsi Lampung, Sumatera Selatan, dan Bengkulu, sedangkan kantor Direksi PTPN VII

(Persero) berada di Bandar Lampung. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dibidang agribisnis dengan produk unggulannya yaitu: tanaman kelapa sawit,karet,tebu, teh memiliki 27 unit usaha terdiri daru 10 unit usaha di Propinsi Lampung dan 2 distrik, 14 unit usaha di Propinsi Sumatera Selatan dengan 2 distrik dan 3 unit usaha di Propinsi Bengkulu dengan 1 distrik, dan secara keseluruhan berada di Kabupaten/Kota.

Sesuai Pasal 2 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, salah satu maksud dan tujuan pendirian BUMN adalah turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi dan masyarakat. Wujud dari pelaksanaan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tersebut adalah dilaksanakannya program kemitraan oleh seluruh BUMN. Realisasi


(20)

program kemitraan PTPN VII sejak tahun 2007 hingga 2009 adalah sebesar Rp15.255.500.000 yang berasal dari alokasi bagian laba perusahaan.

Program kemitraan ini dilaksanakan atas dasar Surat Keputusan Menteri Badan Usaha Milik negara (BUMN), diantaranya :

1. Surat Keputusan Mentri BUMN Nomor Kep-100/MBU/2002, tanggal 4 Juni 2002 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik Negara.

2. Surat Keputusan Mentri BUN Nomor Kep-236/BMU/2003,tangal 17 Juni 2003 tentang Program BUMN dengan usaha kecil dan Program Binaan Lingkungan. 3. Surat Edaran Kemitraan BUMN Nomor SE 433/MBU/2003, tanggal 16

September 2003 perihal petunjuk Pelaksanaan Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Binaan Lingkungan.

PTP Nusantara VII (Persero) turut serta dalam melaksanakan dan menjunjung kebijaksanaan dengan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, serta subsektor perkebunan pada khususnya, memiliki tujuan memupuk keuntungan berdasarkan azas Tri Dharma Perkebunan yaitu:

1. Mempertahankan dan meningkatkan sumbangan di bidang perkebunan bagi pendapatan nasional melaui upaya produksi dan pemasaran dari berbagai jenis komoditas perkebunan untuk kepentingan konsumsi dalam negeri maupun ekspor nonmigas (devisa).


(21)

2. Memperluas lapangan pekerjaan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat pada umumnya serta meningkatkan taraf hidup petani dan karyawan pada

khususnya.

3. Memelihara kelestarian sumber daya alam dan lingkungan, air serta kesuburan tanah.

PTPN VII sebagai BUMN juga melaksanakan Program kemitraan dan bina Lingkungan dengan slogan 7 peduli, yang didalamnya merupakan program pengembangan ekonomi kerakyatan berupa program kemitraan.

Tujuh program utama yang terangkum dalam “PTPN 7 PEDULI” adalah sebagai berikut :

1. Program kepedulian perusahaan dalam upaya terciptanya pertumbuhan ekonomi rakyat.

2. Program kepedulian perusahaan kepada korban musibah bencana alam. 3. Program kepedulian perusahaan dalam peningkatan kualitas pendidikan 4. Program kepedulian perusahaan dalam upaya meningkatkan kesehatan

masyarakat.

5. Program kepedulian perusahaan dalam upaya meningkatkan kondisi sarana dan prasarana umum.

6. Program kepedulian perusahaan dalam upaya meningkatkan sarana prasarana ibadah.


(22)

2. Gambaran Umum Usaha di Kabupaten Pesawaran

Sebagian besar usaha yang ada di Kabupaten Pesawaran berasal dari sektor pertanian dengan persentase dari tahun 2008-2011 mencapai lebih dari 50% dari 9 sektor usaha yang ada. Sedangkan 50% lainnya terbagi ke dalam 9 sektor usaha lain yang terlampir dibawah ini

Tabel 3. Usaha di Kabupaten Pesawaran

Sektor

Tahun

2011 2010 2009 2008

Rp

(juta) %

Rp

(juta) %

Rp

(juta) %

Rp

(juta) % Pertanian 902.11 50,8 859.4 51,49 824.95 52,35 788.96 52,91 Pertambangan 4.74 0.27 4.64 0,28 4.54 0,29 4.43 0,3 Industri Pengolahan 227.06 12.78 211.06 12,65 194.9 12,37 181.11 12,15 Listrik dan Air Bersih 2.05 0.12 1.979 0.12 1.901 0,12 1.86 0,12

Bangunan 107.81 6,07 103.68 6,21 100.54 6,38 98.101 6,58 Perdagangan, Hotel,

Restoran 311.21 17,52 286.92 17,19 264.71 16,8 246.96 16,56 Angkutan/Komunikasi 44.31 2,49 40.29 2,41 36.43 2,31 33.07 2,22

Bank/Keu/Perum 24.87 1,4 21.36 1,28 18.46 1,17 16.38 1,1 Jasa 151.82 8,55 139.63 8,37 129.417 8,21 120.19 8,06 Total 1.775.91 100 1.668.93 100 1.575.82 100 1.491.05 100

Laju Pertumbuhan 6 6 6 -


(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritik 1. Peran Pemerintah

Dalam setiap sistem perekonomian, apakah sistem perekonomian kapitalis atau sistem perekonomian sosialis, pemerintah senantiasa mempunyai peranan yang penting.Peranan pemerintah yang sangat besar dalam sistem perekonomian sosialis dan sangat terbatas dalam sistem perekonomian kapitalis murni seperti dalam sistem kapitalis yang dikemukakan oleh Adam Smith. Adam Smith mengemukakan teori bahwa pemerintah hanya mempunyai tiga fungsi:

1) Fungsi pemerintah untuk memelihara keamanan dalam negeri dan pertahanan.

2) Fungsi pemerintah untuk meyelenggarakan peradilan.

3) Fungsi pemerintah untuk menyediakan barang-barang yang tidak disediakan oleh pihak swasta, seperti halnya dengan jalan, dam-dam dan sebagainya.

Dapat dipahami bahwa dengan kemajuan-kemajuan dan perkembangan di

setiap negara, tidak ada satu pun negara kapitalis di dunia ini yang melaksanakan sistem kapitalis murni. Dalam dunia modern, pemerintah diharapkan peranannnya semakin besar mengatur jalannya perekonomian.


(24)

Adam Smith, konseptor sistem kapitalis murni, mengemukakan ideologinya karena dia menganggap bahwa dalam perekonomian kapitalis, setiap individu yang paling tahu apa yang paling baik bagi dirinya, sehingga dia akan melaksanakan apa yang dianggap terbaik bagi dirinya sendiri. Prinsip kebebasan

ekonomi dalam prakek menghadapi perbenturan kepentingan, karena tidak adanya koordinasi yang menimbulkan harmonis dalam kepentingan masing-masing individu. Dalam hal ini pemerintah mempunyai peranan untuk mengatur, memperbaiki atau mengarahkan aktivitas sektor swasta. Dalam perekonomain moden, peranan pemerintah dapat diklasifikasikan dalam 3 golongan besar, yaitu: 1) Peranan alokasi

2) Peranan distribusi, dan 3) Peranan stabilisasi.

2. Dasar Pengertian BUMN

Badan Usaha Milik Negara adalah badan usaha yang sebagian atau seluruh

kepemilikannya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia. BUMN dapat pula berupa perusahaan nirlaba yang bertujuan untuk menyediakan barang atau jasa bagi

masyarakat.

Berdasarkan undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah :

1. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.


(25)

2. Perusahaan perseroan, yang selanjutnya disebut persero, adalah BUMN yang

berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51% (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan.

3. Modal BUMN merupakan dan berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Penyertaan modal negara dalam rangka pendirian atau penyertaan pada BUMN bersumber dari ;

a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. b. Kapasitas cadangan.

c. Sumber lainnya

4. Pengurusan BUMN dilakukan oleh Direksi.

5. Pengawasan BUMN dilakukan oleh komisaris dan Dewan Pengawas

2.1. Maksud dan Tujuan Pendirian BUMN

Maksud dan tujuan pendirian BUMN adalah sebagai berikut:

1. Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan negara pada khususnya.

2. Mengejar keuntungan

3. Meyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak. 4. Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh

sektor swasta dan koperasi.

5. Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi dan masyrakat.


(26)

2.2. Jenis-Jenis BUMN

Adapun jenis-jenis BUMN adalah sebagai berikut. a. Persero

b. Perusahaan Jawatan (Perjan) c. Perusahaan Umum (Perum)

2.3. Manfaat BUMN

Adapun manfaat dari pendirian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Indonesia, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Memberi kemudahan kepada masyarakat luas dalam memperoleh berbagai alat pemenuhan kebutuhan hidup yang berupa barang atau jasa.

2. Membuka dan memperluas kesempatan kerja bagi penduduk angkatan kerja.

3. Mencegah monopoli pasar atas barang dan jasa yang merupakan kebutuhan

masyarakat banyak oleh sekelompok pengusaha swasta yang bermodal kuat.

4. Meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi komoditi ekspor sebagai sumber devisa,baik migas maupun non migas.

5. Menghimpun dana untuk mengisi kas negara,yang selanjutnya dipergunakan untuk memajukan dan mengembangkan perekonomian negara.

3. CSR (Corporate Social Responsibility)

Menurut Robin dan Reidenbach dalam Engel, dkk (1995) terdapat kontrak sosial di antara perusahaan dan masyarakat. Kontrak tersebut mencantumkan tanggung jawab untuk menanggapi secara serius seperangkat hubungan yang diterima secara umum,


(27)

kewajiban dan tugas yang berhubungan dengan dampak perusahaan pada kesejahteraan masyarakat.

3.1. Definisi CSR (Corporate Social Responsibility)

World Business Council For Sustainable Development (WBSCD) dalam Wibisono (2007) menyatakan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan merupakan komitment berkelanjutan dari bisnis untuk berperilaku etis dan berkontribusi bagi pembangunan ekonomi, sekaligus meningkatkan kualitas hidup karyawannya baserta keluarganya, serta masyarakat lokal ataupun masyarakat luas.

Turker (2008) menyatakan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility) merupakan tanggung jawab yang meliputi tanggung jawab ekonomi, tanggung jawab hukum, tanggung jawab etika, dan discretionary responsibilities. Karena itu, CSR dapat didefinisikan sebagai perilaku perusahaan yang bertujuan untuk mempengaruhi secara positif para pemangku kepentingan dan melampaui kepentingan ekonomi (Turker, 2008). Sedangkan Solihin (2009) mendefinisikan Corporate Social Responsibility adalah komitmen perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan komunitas melalui praktik bisnis yang baik dan mengkontribusikan sebagian sumber daya perusahaan.

3.2. Implementasi Corporate Sosial Responsibility (CSR)

Implementasi CSR merupakan tahap dimana perusahaan menjalankan setiap

perencanaan sosial untuk mencapai tujuan dan dapat merasakan manfaat secara optimal. Untuk mengimplementasikan program CSR, menurut Wibisono (2007,139-140) ada dua alternatif pengelolaan yaitu:


(28)

1. Self Managing, artinya perusahaan melaksanakan sendiri kegiatan-kegiatan CSR-nya dengan menugaskan beberapa karyawanCSR-nya untuk menangani program CSR. Ada dua pola yaitu membentuk yayasan atau organisasi sosial perusahaan dan melakukan sendiri kedermawanannya secara langsung.

2. Outsourcing, dimana perusahaan dapat meminta bantuan kepada pihak ketiga yang mempunyai kemampuan untuk melakukan kegiatan yang diorderkan oleh

perusahaan. Ada dua pola yang bisa dilakukan, yang pertama yaitu bermitra dengan pihak lain misalnya lembaga profesional, LSM, instansi pemerintah, universitas, dan media massa dan yang kedua adalah bergabung atau mendukung kegiatan bersama misalnya dengan kepanitiaan dan konsorsium.

3.3. Bentuk Pelaksanaan Corporate Social Responsibility

Solihin (2008) menyebutkan beberapa bentuk program Corporate Social Responsibility yang dapat dipilih, yaitu:

1. Cause Promotions

Dalam cause promotions ini perusahaan berusaha untuk meningkatkan awareness masyarakat mengenai suatu isu tertentu, dimana isu ini tidak harus berhubungan atau berkaitan dengan lini bisnis perusahaan, dan kemudian perusahaan mengajak

masyarakat untuk menyumbangkan waktu, dana, atau benda mereka untuk membantu mengatasi atau mencegah permasalahan tersebut. Dalam cause

promotions ini, perusahaan bisa melaksanakan programnya secara sendiri ataupun bekerjasama dengan lembaga lain, misalnya: non government organization. Contoh cause promotions ialah kegiatan gerak jalan yang diikuti oleh masyarakat.


(29)

2. Cause-Related Marketing

Dalam cause related marketing, perusahaan akan mengajak masyarakat untuk membeli atau menggunakan produknya, baik itu barang atau jasa, dimana sebagian dari keuntungan yang didapat perusahaan akan didonasikan untuk membantu mengatasi atau mencegah masalah tertentu. Cause related marketing dapat berupa: “setiap barang yang terjual, maka sekian persen akan didonasikan untuk masyarakat yang membutuhkan.

3. Corporate Social Marketing

Corporate social marketing dilakukan perusahaan dengan tujuan untuk mengubah perilaku masyarakat (behavioral changes) dalam suatu isu tertentu. Biasanya corporate social marketing, berfokus pada bidang-bidang di bawah ini, yaitu : a. Bidang kesehatan (health issues), misalnya: mengurangi kebiasaan merokok,

pencegahan HIV/AIDS,dan sebagainya.

b. Bidang keselamatan (injury prevention issues), misalnya: keselamatan berkendara, pengurangan peredaran senjata api, dan sebagainya.

c. Bidang lingkungan hidup (environmental issues), misalnya: konservasi air, polusi, dan pengurangan penggunaan pestisida.

d. Bidang masyarakat (community involvement issues), misalnya: memberikan suara dalam pemilu, menyumbangkan darah, dan perlindungan hak-hak binatang.

4. Corporate Philanthrophy

Corporate philanthropy mungkin merupakan bentuk CSR yang paling tua. Corporate philanthrophy ini dilakukan oleh perusahaan dengan memberikan


(30)

kontribusi/sumbangan secara langsung dalam bentuk dana, jasa atau alat kepada pihak yang membutuhkan baik itu lembaga, perorangan, ataupun kelompok tertentu. Corporate philanthropy dapat dilakukan dengan:

a. Menyumbangkan uang secara langsung, misalnya: memberikan beasiswa kepada anak-anak yang tidak mampu.

b. Memberikan barang, misalnya: memberikan bantuan peralatan tulis untuk anak-anak yang belajar di sekolah-sekolah terbuka.

c. Memberikan jasa, misalnya: memberikan bantuan imunisasi kepada anak-anak di daerah terpencil.

5. Corporate Volunteering

Corporate volunteering adalah bentuk CSR di mana perusahaan mendorong atau mengajak karyawannya ikut terlibat dalam program CSR yang sedang dijalankan dengan jalan mengkontribusikan waktu dan tenaganya.

6. Socially Responsible Bussiness

Dalam Socially responsible business, perusahaan melaksanakan aktivitas bisnis melampaui aktivitas bisnis yang diwajibkan oleh hukum serta melaksanakan investasi yang mendukung kegiatan sosial dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan komunitas dan memelihara lingkungan hidup. Komunitas ini

mencakup karyawan perusahaan, pemasok, distributor, serta organisasi nirlaba yang menjadi mitra perusahaan serta masyarakat secara umum.


(31)

Dari keseluruhan model tersebut, di Indonesia pada umumnya terdapat model

pelaksanaan CSR dengan bermitra dengan pihak lain ataupun organisasi lain. Adapun kecenderungan kegiatan yang dilakukan adalah berupa pelayanan sosial pendidikan dan pelatihan, lingkungan, ekonomi dan sebagainya.

Selain hal tersebut diatas, terdapat tiga prinsip dasar yang penting untuk diperhatikan dalam pelaksanaan CSR (Tripple Bottom Lines CSR), prinsip ini harus menjadi pemahaman secara menyeluruh dalam pengaplikasian program CSR.

a. Profit (Keuntungan Ekonomi) berarti tetap berorientasi terhadap keuntungan secara ekonomi.

b. People (Kesejahteraan Masyarakat) berarti harus tetap memiliki kepedulian sosial terhadap kesejahteraan manusia.

c. Plannet (Keberlanjutan Lingkungan Hidup) berarti peduli terhadap lingkungan hidup dan keberlanjutan keragaman hayati.

d. Ketiga hal ini merupakan prinsip dasar yang harus menjadi landasan dalam setiap konsep pelaksanaan CSR sehingga pemahaman yang keliru terhadap konteks pelaksanaan CSR dapat dihindari.

3.4. Manfaat CSR

Program CSR dalam jangka pendek tidak memberikan keuntungan sehingga

banyak perusahaan yang enggan untuk melaksanakan program CSR. Namun dalam jangka panjang program CSR memberikan keuntungan, oleh karena itu program CSR sebaiknya dimasukkandalam pos investasi atau pusat investasi (tidak dimasukkan dalam pos biaya). Menurut Nurmansyah (2006) terdapat sedikitnya tujuh manfaat CSR bagi perusahaan yaitu :


(32)

1. Daya Saing Berkelanjutan (Sustainable Competitiveness).Pengaruh CSR terhadap daya saing perusahaan dapat dilihat pada lima elemen :

a. Memperkuat reputasi perusahaan di depan stakeholders dan kesetiaan konsumen terhadap merek.

b. Operasional yang lebih efisien melalui penggunaan energi dan sumber daya alam,mengurangi limbah dan menjual material daur ulang. Manfaat lainnya adalah rendahnyaketidakhadiran dan meningkatkan kesetiaan karyawan sehingga mengurangi biaya-biaya perekrutan dan pelatihan.

c. Meningkatkan kinerja keuangan.

d. Meningkatkan penjualan dan kesetiaan konsumen.

e. Meningkatkan kemampuan untuk menarik dan mempertahankan pekerja berkualitas.

2. Menciptakan peluang bisnis baru.

Kerjasama yang erat dengan stakeholders menimbulkan peluang untuk inovasi, kreatifitas, hubungan yang lebih baik, dan membuka produk atau pasar baru. Komunikasiyang produktif dengan stakeholders akan memudahkan pengembangan lebih lanjut dari kekuatan inovatif dan kreatif.

3. Menarik dan mempertahankan investor dan mitra bisnis yang berkualitas. Melakukan bisnis dengan rekan yang tidak bertanggung jawab sosial maupun lingkungan dapat menimbulkan risiko bagi reputasi perusahaan. Maka, perusahaan kelas dunia telahmemulai membantu pemasok mereka untuk mengadaptasi praktek CSR dan oleh kerenanya mengurangi risiko terhadap perusahaan.


(33)

4. Kerjasama dengan komunitas lokal.

Kerjasama dengan komunitas lokal akan membantu perusahaan dalam menyesuaikan produk dan jasa dengan pasar lokal serta mempermudah penggunaan tenaga ahli setempat, jalur distribusi dan fasilitas produksi. Hal tersebut akan mengurangi biaya investasi baru dan meningkatkan kesetiaan pekerja.

5. Menghindari krisis akibat malpraktek CSR.

Mengacuhkan CSR dapat berakibat pada produk perusahaan itu sendiri maupun seluruh industri yang bersangkutan. Selain itu dapat menimbulkan konsekuensi yang besar berupakehilangan pangsa pasar atau kapitalisasi pasar.

6. Dukungan Pemerintah.

Banyak pemerintah yang menyediakan insentif keuangan terhadap inisiatif-inisiatif CSR yang baik, termasuk didalamnya adalah inovasi yang ramah lingkungan. Selain itu perusahaan tersebut akan mengalami inspeksi yang lebih sedikit dan pengawasan yang lebih bebas baik oleh pemerintah nasional maupun lokal.

7. Membangun modal politik.

Hubungan baik dengan pemerintah dan tokoh politik, mempengaruhi peraturan, menata ulanginstitusi publik dimana perusahaan bergantung, dan meningkatkan citra publik perusahaan.

Selanjutnya Solihin (2009) menguraikan keuntungan yang dapat diperoleh oleh

perusahaan jika melakukan program corporate social responsibility, berdasarkan bentuk CSR yaitu:


(34)

1. Cause Promotions

Benefit yang diperoleh dari pelaksanaan CSR ini adalah positioning merek perusahaan yang semakin kuat, meningkatkan loyalitas komsumen terhadap perusahaan, meningkatkan keterlibatan karyawan terhadap kepedulian sosial, serta meningkatkan citra positif perusahaan.

2. Cause-Related Marketing

Benefit yang diperoleh dari pelaksanaan CSR ini adalah perusahaan dapat menarik pelanggan baru, memperluas pasar, meningkatkan penjualan, dan membangun identitas merek yang positif di mata pelanggan.

3. Corporate Social Marketing

Benefit yang diperoleh dari pelaksanaan CSR ini adalah menunjang positioning merek, menciptakan preferensi merek, mendorong peningkatan penjualan bila konsumen mengaitkan produk dengan perubahan perilaku yang diinginkan, menarik mitra yang dapat diandalkan untuk membantu merubah perilaku masyarakat, dan mampu memberikan dampak nyata bagi perubahan sosial.

4. Corporate Philanthrophy

Benefit yang diperoleh dari pelaksanaan CSR ini adalah meningkatkan reputasi perusahaan melalui penghargaan (Award), memperkuat keberlanjutan perusahaan, dan memberi dampak bagi penyelesaian masalah sosial dalam komunitas lokal. 5. Corporate Volunteering

Benefit yang diperoleh dari pelaksanaan CSR ini adalah menciptakan hubungan yang tulus dengan komunitas, memberikan kontribusi terhadap pencapaian tujuan


(35)

6. Socially Responsible Bussiness Practice

Benefit yang diperoleh dari pelaksanaan CSR ini adalah dapat menghemat biaya perusahaan, berkontribusi terhadap keberlanjutan lingkungan hidup, meningkatkan kesadaran energi pada karyawan, meningkatkan kesan baik komunitas terhadap karyawan, menciptakan preferensi konsumen terhadap produk perusahaan,

menimbulkan citra yang sangat positif dari pemerintah, memunculkan rasa bangga pada karyawan sehingga kepuasan karyawan meningkat.

4. Program Kemitraan

Kemitraan pada esensinya adalah dikenal dengan istilah gotong royong atau kerjasama dari berbagai pihak, baik secara individual maupun kelompok. Menurut Notoatmodjo (2003), kemitraan adalah suatu kerja sama formal antara individu-individu, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu. Ada berbagai pengertian kemitraan antara lain :

a. Kemitraan mengandung pengertian adanya interaksi dan interelasi minimal antara dua pihak atau lebih dimana masing-masing pihak merupakan ”mitra” atau

”partner”.

b. Kemitraan adalah proses pencarian/perwujudan bentuk-bentuk kebersamaan yang saling menguntungkan dan saling mendidik secara sukarela untuk mencapai kepentingan bersama.


(36)

c. Kemitraan adalah upaya melibatkan berbagai komponen baik sektor, kelompok masyarakat, lembaga pemerintah atau non-pemerintah untuk bekerja sama mencapai tujuan bersama berdasarkan atas kesepakatan, prinsip, dan peran masing-masing.

d. Kemitraan adalah suatu kesepakatan dimana seseorang, kelompok atau organisasi untuk bekerjasama mencapai tujuan, mengambil dan melaksanakan serta

membagi tugas, menanggung bersama baik yang berupa resiko maupun keuntungan, meninjau ulang hubungan masing – masing secara teratur dan memperbaiki kembali kesepakatan bila diperlukan. (Ditjen P2L & PM, 2004).

4.1. Prinsip Kemitraan

Terdapat 3 prinsip kunci yang perlu dipahami dalam membangun suatu kemitraan oleh masing-masing naggota kemitraan yaitu:

1. Prinsip Kesetaraan (Equity)

a. Individu, organisasi atau institusi yang telah bersedia menjalin kemitraan. b. Harus merasa sama atau sejajar kedudukannya dengan yang lain dalam

mencapai tujuan yang disepakati. 2. Prinsip Keterbukaan

a. Keterbukaan terhadap kekurangan atau kelemahan masing-masing anggota b. serta berbagai sumber daya yang dimiliki. Semua itu harus diketahui oleh

anggota lain. Keterbukaan ada sejak awal dijalinnya kemitraan sampai berakhirnya kegiatan. Dengan saling keterbukaan ini akan


(37)

menimbulkan saling melengkapi dan saling membantu diantara golongan (mitra).

3. Prinsip Azas Manfaat Bersama (Mutual Benefit)

a. Individu, organisasi atau institusi yang telah menjalin kemitraanmemperoleh manfaat dari kemitraan yang terjalin sesuai dengankontribusi masing-masing. Kegiatan atau pekerjaan akan menjadi efisien dan efektif bila dilakukan bersama. (Ditjen P2L & PM, 2004).

Program kemitraan yang dilaksanakan oleh PTP Nusantara VII merupakan program kemitraan BUMN dengan usaha kecil dan program bina lingkungan (PKBL). Program ini merupakan program yang mengatur kemitraan BUMN dengan usaha kecil menengah dan pelaksanakaan bina lingkungan yang lebih komprehensif dan sesuai dengan

perkembangan ekonomi dan kondisi sosial masayarakat sekitar BUMN yang

berdasarkan Keputusan Menteri BUMN Nomor Kep-23/MBU/2003. Tujuan program kemitraan ini adalah untuk mendorong kegiatan usaha dan pertumbuhan ekonomi kerakyatan serta terciptanya pemerataan pembangunan melalui perluasan lapangan kerja, kesempatan berusaha, dan pemberdayaan masyarakat.

5. Pengertian Modal

Modal adalah salah satu faktor produksi penting di antara berbagai factor produksi yang diperlukan. Bahkan modal merupakan faktor produksi paling penting untuk pengadaan faktor produksi lainnya seperti membeli tanah, bahan baku, tenaga kerja dan teknologi lain. Menurut Bambang Riyanto (2001) mengartikan


(38)

modal sebagai „kolektifitas dari barang-barang modal’ yang terdapat dalam

neracasebelah debit. Sedangkan Gutmann dan Dougall (dalam Buchari Alma 2001:229) membagi pengertian modal dari berbagai sudut pandang sebagai berikut:

Modal diartikan sebagai modal saham suatu perusahaan, yang dibentuk dalam suatu perseroan terbatas. Dari beberapa definisi modal tersebut, maka secara umum dapat dikatakan bahwa antara ahli ekonomi dan pengusaha dapat berbeda dalam memberi arti pada modal. Menurut ahli ekonomi modal adalah kekayaan perusahaan yang dapat digunakan untukkegiatan produksi selanjutnya, sedangkan pengusaha berpendapat bahwa modal adalah nilai buku dari surat berharga. Namun berdasarkan pendapat para ahli tersebut, pengertian modal sebenarnya tidak ada perbedaan yang fundamental tetapi tergantung dari sudut mana memandangnya.

6. Pengertian Promosi

Menurut Gitosudarmo (2000) : “Promosi merupakan kegiatan yang ditujukan untuk mempengaruhi konsumen agar mereka dapat menjadi kenal akan produk yang

ditawarkan oleh perusahaan kepada mereka dan kemudian menjadi senang lalu membeli produk tersebut.

Menurut Bangun (1989 :178) : “ Promosi adalah segala bentuk komunikasi marketing yang berusaha memberikan informasi, meningkatkan, dan membujuk konsumen atau lembaga-lembaga lain untuk menggunakan, memperdagangkan, atau


(39)

Swastha DM,dkk (1999), promosi merupakan insentif jangka pendek untuk mendorong pembelian atau penjualan dari suatu produk atau jasa. Mc-Daniel (2001), promosi adalah komunikasi dari para penjual yang menginformasikan, membujuk, dan

mengingatkan para calon pembeli suatu produk dalam rangka mempengaruhi pendapat mereka atau memperoleh suatu respon.

7. Pengertian Pembinaan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pembinaan berarti membina,

memperbaharui, atau proses, perbuatan, cara membina, usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik.

Secara umum pembinaan diartikan sebagai usaha untuk memberi pengarahan dan bimbingan guna mencapai suatu tujuan tertentu. Pembinaan merupakan hal umum yang digunakan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, kecakapan di bidang pendidikan, ekonomi, sosial, kemasyarakatan dan lainnya. Pembinaan menekankan pada pendekatan praktis, pengembangan sikap, kemampuan dan kecakapan.

Berkenaan dengan hal tersebut sesuai dengan Poerwadarminta (1987:182) bahwa “Pembinaan adalah yang dilakukan secara sadar, terencana, teratur dan terarah untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan subjek dengan tindakan pengarahan dan pengawasan untuk mencapai tujuan”.

Hal serupa diungkapkan oleh Hardjana (2003) yaitu : pembinaan adalah suatu proses pembelajaran dengan melepaskan hal-hal yang sudah dimilikinya, yang bertujuan untuk membantu dan mengembangkan kecakapan dan pengetahuan yang sudah ada


(40)

serta mendapatkan kecakapan dan pengetahuan untuk mencapai tujuan hidup, dan kerja yang sudah dijalani secara efektif dan efisien.

B. Tinjauan Empiris 1. Penelitian terdahulu

Berikut adalah beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan.

Tabel 4. Penelitian Terdahulu

Penulis Variable Kesimpulan

Dwi Anasari (2012) Independen : CSR

Dependen : Kinerja Usaha

melakukan penelitian tentang penerapan CSR terhadap kinerja usaha di

PT. PTPN Bandarlampung Dengan menggunakan variable independent bantuan modal dan pelatihan dan devenden kinerja usaha. Penelitian tersebut membuktikan bahwa kedua variabel terbukti efektif dan signifikan mempengaruhi kinerja usaha

Astuti (2008)

Independen : CSR Dependen : Citra Perusahaan

Melakukan penelitian tentang pengaruh kegiatan CSR PT. Telkom Divre II Jakarta terhadap citra perusahaan. membuktikan bahwa egiatan CSR program bina lingkungan PT. Telkom Drive II Jakarta berpengaruh positif namun sedang terhadap citra perusahaan. Anggraini (2008) Independen : community support,

diversity,environmenta

Depeden :

Kesejahteraan

melakukan penelitian tentang penerapan CSR terhadap kesejahteraan masyarakat di PT. Inalum.

Dengan menggunakan variable independent community support, diversity, dan environment penelitian tersebut membuktikan bahwa ketiga variabel terbukti


(41)

masyarakat positif dan signifikan secara serempak mempengaruhi kesejahteraan masyarakat

Fauziyah (2008)

Independen : CSR

Dependen : Kesejahteraan masyarakat

Melakukan penelitian pengaruh CSR terhadap kesejahteraan masyarakat.

Penelitian di lakukan di PT. Ledo Lestari. CSR sebagai Variabel independen dan Kesejahteraan masyarakat sebagai variabel dependen dan menggunakan analisis regresi linier sederhana maka hasil penelitian menunjukkan bahwa CSR memberikan pengaruh yang positif terhadap kesejahteraan masyarakat di sekitar PT. Ledo Lestari. Mapisangka

(2009)

Independen : CSR goal, corporate social issue, dan corporate responsibility program. Dependen :

Kesejahteraan Masyarakat

melakukan penelitian implementasi CSR PT. Batamindo Investment Cakrawala terhadap kesejahteraan hidup masyarakat. Variabel – variabel independent antara lain Corporate Social Responsibility Goal, Corporate Social Issue, Corporate Relation Program secara signifikan memiliki pengaruh positif terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. Namun diantara variabel independen yang ada, hanya variabel

Corporate Relation Program yang memiliki pengaruh terbesar terhadap

peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat di sekitar lingkungan perusahaan PT. Batamindo Investment Cakrawala


(42)

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer didapatkan dari hasil survey, dengan menanyakan kepada beberapa responden dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang utama. Sedangkan data sekunder yang diperoleh dari data – data yang dipublikasikan oleh Humas PTPN VII. Sumber

responden pada penelitian ini adalah mitra binaan PT. Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Way Lima, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung.

Tabel 5. Deskripsi Variabel Penelitian

Nama Variabel Satuan Pengukuran Sumber Data Variabel

Kinerja Usaha Mitra Binaan Persentase Survey Dependen (Y)

Aspek Bantuan Modal Persentase Survey Independen (X1)

Aspek Promosi Persentase Survey Independen (X2)

Aspek Pembinaan Manajemen Persentase Survey Independen (X2)

B. Batasan Variabel

1. Persamaan Bantuan Modal, Promosi dan Pembinaan Manajemen Terhadap Kinerja Usaha

1.1. Kinerja Usaha Mitra Binaan (Y)

Kinerja usaha kecil binaan dalam penelitian ini diukur menggunakan peningkatan indeks profitabilitas sebelum dan sesudah mendapatkan bantuan modal dan


(43)

pembinaan manajemen dengan jumlah sampel sebanyak 52 responden. Rumus indeks profitabilitas adalah sebagai berikut:

Indeks Profitabilitas =

1.2. Aspek Bantuan Modal (X1)

Aspek bantuan modal dalam penelitian ini diukur melalui persentase pencapaian antara skor riil dan skor harapan disetiap pertanyaan variabel tersebut.

Persentase pencapaian = ∑

∑ x 100% Keterangan :

i = Variabel ke i j = Responden ke j

Sij Riil = Skor yang didapat dari kuesioner variabel ke i responden ke j

Sij Harapan = Skor yang diharapkan variabel ke i responden ke j

1.3. Aspek Promosi (X2)

Aspek promosi dalam penelitian ini diukur melalui persentase pencapaian antara skor riil dan skor harapan disetiap pertanyaan variabel tersebut.

Persentase pencapaian = ∑

∑ x 100% Keterangan :

i = Variabel ke i j = Responden ke j

Sij Riil = Skor yang didapat dari kuesioner variabel ke i responden ke j


(44)

1.4. Aspek Pembinaan Manajemen (X3)

Aspek pembinaan manajemen dalam penelitian ini diukur melalui persentase pencapaian antara skor riil dan skor harapan disetiap pertanyaan variabel tersebut. Persentase pencapaian = ∑

∑ x 100% Keterangan :

i = Variabel ke i j = Responden ke j

Sij Riil = Skor yang didapat dari kuesioner variabel ke i responden ke j

Sij Harapan = Skor yang diharapkan variabel ke i responden ke j

C. Penarikan Sampel

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari data Mitra Binaan PT. Perkebunan

Nusantara VII, jumlah semua usaha sektor yang masih bermitra hingga Desember 2011 sebanyak 107 usaha mitra dan penulis akan melakukan penarikan sampel melalui rumus slovin (Sevilla et. al., 1960:182).

n = N/(1 + Ne2)

n = jumlah sampel N = populasi

e = error term (tingkat kepercayaan 90%) n = 107 / (1 + 107 x 0.10 x 0.10)

= 107 / 2,07

= 51,69 dibulatkan menjadi 52

Jadi sampel yang akan diteliti pada penilitian ini sebanyak 52 orang. Dengan rincian masing masing jenis usaha yaitu :

Dagang = 10/107 x52 = 4,85 dibulatkan menjadi 5 orang Perikanan = 2/107 x 52 = 0,97 dibulatkan menjadi1 orang Industri = 4/107 x 52 = 1,94 dibulatkan menjadi 2 orang


(45)

Jasa = 6/107 x 52 = 2,91 dibulatkan menjadi 3 orang Pertanian = 85/107 x 52 = 41,3 dibulatkan menjadi 41 orang

D. Pengolahan Data

1. Pengolahan Data Deskriptif

Pengolahan data deskriptif dalam penelitian ini menggunakan analisis kualitatif sebagai prodesur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan objek penelitian berdasarkan fakta yang terjadi dilapangan secara utuh yaitu dengan

menggunakan analisis tabel dan grafik. Analisis tabel digunakan untuk mengetahui median, modus, dan rata-rata dari setiap variabel yang diamati dengan bantuan tabulasi data.

2. Pengolahan Data Kuantitatif

Variabel yang diteliti dihitung dengan pemberian nilai pada masing-masing jawaban pada daftar pertanyaan. Penentuan nilai skor menggunakan skala 5 tingkat Likert (Nazir, 1998:396). Skala Likert digunakan untuk mengubah data kualitatif menjadi data kuantitatif. Skala ini mengukur tingkat kesetujuan atau ketidaksetujuan responden terhadap serangkaian pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner. Dalam skala Likert, kemungkinan jawaban tidak hanya “setuju” dan “tidak setuju”, tetapi dapat dibuat dengan banyak kemungkinan. Dengan menggunakan Skala Likert (Umar, 2005) peneliti dapat memberi skor pada setiap jawaban responden sesuai dengan bobot yang telah ditentukan dalam Skala Likert. Pembobotan nilai jawaban dapat dilihat dalam Tabel 6.


(46)

Tabel 6. Bobot Nilai Jawaban Responden

No Keterangan Skor

1

Sangat tidak setuju / Sangat tidak penting

1 2 Tidak setuju / Tidak penting 2

3 Tidak tahu 3

4 Setuju / Penting 4

5 Sangat setuju / Sangat penting 5

Setelah mendapatkan skor pada masing-masing pertanyaan ditiap variabel penelitian maka untuk melihat tingkat efektivitas-nya dilakukan dengan menggunakan persentase pencapaian, yaitu dengan membandingkan total skor riil dengan total skor yang

diharapkan pada masing-masing variabel per responden. Skor harapan dari penelitian ini adalah sebesar 5 perbutir pertanyaan yang berarti sangat efektif. Secara singkat dapat dijelaskan pada Tabel 7 berikut :

Tabel 7. Skor Harapan

Respon den

Bantuan Modal (X1) Promosi (X2) Pembinaan Manajemen (X3)

∑ Skor riil ∑ Skor harapan* Persentasi pencapaian ∑Skor Riil ∑Skor harapan* Persentasi

pencapaian ∑Skor riil

∑Skor harapan* Persentasi pencapaian 1 2 3 4 5 N

* Skor harapan (5) dikali jumlah responden

E. Pengujian Kuesioner Penelitian

Kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari aspek bantuan modal, aspek promosidan aspek pembinaan manajemen diberikan beberapa pertanyaan.


(47)

Kuesioner yang disebarkan, terlebih dahulu dilakukan suatu pengujian kuesioner yaitu uji validitas dan realibilitas.

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2006).

Menurut Jogiyanto (2004), Uji Validitas menunjukkan bahwa suatu pengujian benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur. Untuk mengukur validitas digunakan rumus yang dikemukakan oleh Pearson, yang dikenal dengan rumus Korelasi Product Moment yaitu sebagai berikut :

rxy = ∑ ∑ ∑

√[ ∑ ∑ ][[ ∑ ∑ ]] Keterangan :

rxy = Koefisien korelasi antara X dan Y

n = Jumlah Responden

X = Skor masing-masing pernyataan dari tiap responden Y = Skor total semua pernyataan dari tiap responden

Dalam rangka uji validitas kuesioner kriteria pengujian, apabila r hitung > r tabel, dengan taraf signifikasi 0,05 dan df = n, maka alat ukur dinyatakan valid dan sebaliknya jika r hitung < r tabel maka item pertanyaan tersebut tidak valid.

Jika instrumen itu valid, maka dilihat kriteria penafsiran mengenai indeks korelasinya (r) (Sugiyono, 1999):

o Antara 0,800 sampai dengan 1,00 : sangat tinggi o Antara 0,600 sampai dengan 0,799 : tinggi


(48)

o Antara 0,200 sampai dengan 0,399 : rendah o Antara 0,000 sampai dengan 0,199 : sangat rendah

Dalam penelitian ini pengujian validitas kuesioner dihitung berdasarkan korelasi skor tiap butir pertanyaan kuesioner dengan total skor kuesioner menggunakan correlate bivariate PASW Statistic 18. Hasil uji validitas dengan rumus Korelasi Product Moment, dengan menggunakan software PASW Statistic 18 hasilnya adalah sebagai berikut.

Tabel 8. Hasil Uji Validitas Kuisioner

Kategori Pertanyaan r hitung r tabel Keterangan

Aspek Bantuan Modal

1 0,7416311 0,2732 Valid 2 0,6780615 0,2732 Valid 3 0,7025612 0,2732 Valid 4 0,7025612 0,2732 Valid 5 0,6419786 0,2732 Valid 6 0,7045095 0,2732 Valid

Aspek Promosi

1 0,6177762 0,2732 Valid 2 0,3977276 0,2732 Valid 3 0,3999438 0,2732 Valid 4 0,6298331 0,2732 Valid 5 0,5636815 0,2732 Valid 6 0,0911782 0,2732 Tidak Valid 7 0,6057772 0,2732 Valid

Aspek Pembinaan Manajemen

1 0,6089226 0,2732 Valid 2 0,4682495 0,2732 Valid 3 0,5833089 0,2732 Valid 4 0,4677044 0,2732 Valid 5 0,2812249 0,2732 Valid 6 0,4678439 0,2732 Valid 7 0,6027062 0,2732 Valid 8 0,5285673 0,2732 Valid 9 0,5420361 0,2732 Valid Sumber : Data diolah pada lampiran 1


(49)

Hasil yang terlihat pada Tabel 8 di atas menunjukkan bahwa butir pertanyaan yang digunakan dalam kuesioner penelitian tidak seluruhnya valid. Untuk aspek modal seluruh item pertanyaan valid karena memiliki nilai hitung korelasi

(r hitung) > r tabel yaitu 0,468, sehingga semua pertanyaan dapat diterima dan diikutsertakan dalam pengolahan berikutnya. Namun pada aspek terdapat 1 item pertanyaan yang memiliki nilai hitung korelasi (r hitung) < r tabel sehingga pertanyaan tersebut tidak valid dan tidak dapat diikutsertakan dalam pengolahan data berikutnya.

2. Uji Reliabilitas

Uji Reliabilitas menunjukkan tingkat seberapa besar suatu pengukur mengukur dengan stabil dan konsisten yang besarnya ditunjukkan oleh nilai koefisien reliabilitas.Teknik uji reliabilitas yang digunakan yaitu teknik Cronbach’s Alpha. Rumus pengujian reliabilitas dengan menggunakan teknik Cronbach’s Alpha adalah :

α = ( ) (1 - ∑ ) Keterangan :

α = Reliabilitas instrument (Cronbach’s coefficient alpha) k = Banyak butir pertanyaan

∑ δb2 = Jumlah ragam butir

δt2

= Ragam total

Dalam penelitian ini perhitungan uji reliabilitas kuesioner dilakukan dengan menggunakan software PASW Statistic 18 dengan metode Cronbach’s coefficient alpha.


(50)

Case Processing Summary

N %

Cases

Valid 52 100,0

Excludeda 0 ,0

Total 52 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

,881 21

Suatu angket kuesioner dikatakan reliabel apabila nilai Cronbach’s coefficient Alpha> 0,6 maka butir pertanyaan yang mewakili variabel dalam kuesioner penelitian ini seluruhnya reliabel.

Pada uji reliabilitas diatas menghasilkan Cronbach’s coefficient Alpha yaitu 0,881, ini menunjukkan bahwa Cronbach’s coefficient Alpha> 0,6, sehingga semua pertanyaan yang mewakili variabel dalam kuisioner penelitian ini seluruhnya reliabel.

3. Uji Non Parametrik

Dalam penelitian ini, uji non parametrik dibagi menjadi 3 untuk melihat bagaimana dampak masing – masing aspek Program Kemitraan PTPN VII yaitu Aspek Bantuan Modal, Aspek Pembinaan Manajemen dan Aspek Promosi pada kesejahteraan masyarakat unit usaha Way Lima Kabupaten Pesawaran yang dilihat dari aspek peningkatan pendapatan, kemampuan / skill dan peningkatan nilai penjualan. Rumus Chi Square : X2= ∑


(51)

Dimana: X2 = Chi square

F0 = frekuensi yang di observasi

Fn = frekuensi yang di harapkan

Apabila nilai Chi square hitung < nilai Chi square tabel maka Ho diterima

Apabila nilai Chi square hitung > nilai Chi square tabel maka Ho ditolak

Kesimpulan dari nilai chi square apabila H0 diterima maka suatu hipotesis akan

diterima dan berpengaruh positif, sedangkan apabila H0 ditolak maka hipotesis ditolak

dan tidak berpengaruh positif. Untuk mencari chi square tabel yaitu dengan rumus df = (k-1) x (b-1) dimana k adalah kolom dari butir pertanyaan dan baris adalah nilai dari skala likert (Sugiyono, 2004).

3.1. Aspek Pemberian Modal

Hipotesis (H1) : Diduga pemberian modal terhadap usaha mitra binaan pada program X2

hitung dari aspek pemberian modal lebih kecil dari X2 tabel, maka hipotesis dari aspek pemberian modal diterima sehingga aspek pemberian modal terhadap usaha mitra binaan pada program kemitraan PTPN VII telah berjalan efektif. Apabila X2 hitung dari aspek pemberian modal lebih besar dari X2 tabel, maka hipotesis dari aspek pemberian modal ditolak sehingga aspek pemberian modal terhadap usaha mitra binaan pada program kemitraan PTPN VII tidak berjalan efektif.


(52)

Tabel 9. Aspek Pemberian Modal

Aspek Pemberian Modal F1 Fn (F1-Fn) (F1-Fn)2 Kesesuaian Bantuan Modal

Dengan Kebutuhan Usaha

Beban Bunga yang Ditetapkan

Dalam Perjanjian

Ketepatan Waktu Pemberian Modal dengan Kebutuhan Usaha

Kesesuaian Jangka Waktu Pengembalian Pinjaman Dengan Kemampuan Usaha

Manfaat Bantuan Modal Bagi

Mitra Binaan

Perkembangan Usaha Setelah

Mendapatkan Bantuan Modal

Rata Rata Aspek Bantuan

Modal

3.2. Aspek Promosi

Hipotesis (H2) : Diduga pelaksanaan kegiatan promosi terhadap usaha mitraan binaan

pada program kemitraan PTPN VII telah berjalan efektif. Apabila X2 hitung dari aspek promosi lebih kecil dari X2 tabel, maka hipotesis dari kegiatan aspek pemberian promosi diterima sehingga kegiatan aspek pemberian promosi terhadap usaha mitraan binaan pada program kemitraan PTPN VII telah berjalan efektif. Apabila X2 hitung dari promosi lebih besar dari X2 tabel, maka hipotesis dari aspek promosi ditolak sehingga kegiatan aspek promosi terhadap usaha mitraan binaan pada program kemitraan PTPN VII tidak berjalan efektif.


(53)

Tabel 10. Aspek Promosi

Aspek Promosi F1 Fn (F1-Fn) (F1-Fn)2 Kesesuaian Bantuan Promosi

Dengan Kebutuhan Usaha Pengaruh Bantuan Promosi Terhadap Peningkatan Nilai Penjualan Usaha Mitra Binaan Manfaat Bantuan Promosi Bagi Mitra Binaan

Tanggapan Responden Tentang Frekuensi Bantuan Promosi yang Dilakukan oleh PTPN VII Tanggapan Responden Tentang Efektifitas Bantuan Promosi yang Dilakukan oleh PTPN VII Biaya Promosi yang Dikenakan Oleh PTPN VII

Perkembangan Usaha Setelah Mendapatkan Bantuan Promosi Rata Rata Aspek Promosi

3.3. Aspek Pembinaan Manajemen

Hipotesis (H3) : Diduga pelaksanaan kegiatan pembinaan manajemen terhadap usaha

mitraan binaan pada program kemitraan PTPN VII telah berjalan efektif. Apabila Chi square hitung dari kegiatan aspek pembinaan manajemen lebih kecil dari Chi square tabel, maka hipotesis dari kegiatan aspek pembinaan manajemen diterima sehingga aspek pembinaan manajemen terhadap usaha mitraan binaan pada program kemitraan PTPN VII telah berjalan efektif. Apabila Chi square hitung dari aspek pembinaan manajemen lebih besar dari Chi square tabel, maka hipotesis dari aspek pembinaan manajemen ditolak sehingga pembinaan manajemen terhadap mitraan binaan pada program kemitraan PTPN VII tidak berjalan efektif.


(54)

Tabel 11. Aspek Pembinaan Manajemen

Aspek Pembinaan Manajemen F1 Fn (F1-Fn) (F1-Fn)2 Kesesuaian Program Pembinaan

Manajemen dengan Kebutuhan Usaha Mitra Binaan

Tanggapan Responden Tentang

Penerapan Pembinaan Manajemen Yang Diberikan Pada Usaha Mitra Binaan Kesesuaian Susunan Materi Pelatihan yang Diberikan

Kesesuaian Jumlah Pelaksanaan Program Pembinaan Manajemen Untuk Mencapai Tujuan

Pemahaman Responden Tentang Materi Dalam Program Pembinaan Manajemen Yang Diberikan

Manfaat Program Pembinaan Manajemen Bagi Peningkatan Kemampuan & Keahlian Mitra Binaan

Tanggapan Responden Tentang Penerapan Program Pembinaan Manajemen

Tanggapan Responden Tentang Program Pembinaan Manajemen Telah

Memberikan Arah Pada Usaha Mereka Pendapat Responden Tentang Kemajuan Usaha Yang Dialami Setelah Mengikuti Program Pembinaan Manajemen Rata – Rata Aspek Pembinaan Manajemen


(55)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari hasil perhitungan dan pembahasan pada bab sebelumnya mengenai efektifitas program kemitraan terhadap peningkatan kinerja usaha mitra binaan yang dilakukan oleh PTPN VII unit usaha Way Lima Kabupaten Pesawaran dapat disimpulkan bahwa: 1. Dampak pelaksanaan program kemitraan usaha pada usaha mitra binaan secara

keseluruhan ditinjau dari aspek bantuan modal, bantuan promosi dan pembinaan manajemen usaha termasuk dalam kategori efektif yang terlihat dari hasil persentase rata-rata pencapaian sebesar 70,78%. Dengan rincian aspek bantuan modal,bantuan promosi dan pembinaan manajemen dengan masing-masing skor pencapaian sebesar 80,83%, 76,15%, 67,74% dan termasuk dalam kategori efektif. 2. Dibuktikan dari uji non parametrik dilihat bahwa ketiga aspek telah berjalan

efektif.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian di atas disarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Pada aspek pemberian modal, masih perlu ditingkatkan lagi pada kesesuaian bantuan modal yang diberikan PTPN VII kepada mitra binaan, karena persentase pencapaian masih sebesar 84, 23% lebih rendah dibandingkan indikator bantuan


(56)

modal yang lain. Bantuan modal yang diberikan harus dapat lebih disesuaikan dengan kebutuhan usaha mitra binaan. Dengan mengadakan rapat atau hearing langsung dengan mitra binaan mengenai kebutuhan modal usaha, pihak PTPN VII pasti akan lebih mendapatkan gambaran yang lebih sesuai untuk memberikan bantuan modal kepada mitra binaan.

2. Pada aspek bantuan promosi, perlu dilakukan evaluasi untuk mengetahui

perkembangan usaha mitra binaannya setelah mendapatkan bantuan promosi agar diketahui faktor faktor apa saja yang harus ditingkatkan oleh PTPN VII dalam mengembangkan usaha mitra binaan terkait program bantuan promosi.

3. Pada aspek pembinaan manajemen, sebaiknya materi yang diberikan disesuaikan dengan latar belakang pendidikan dan usia mitra binaan agar materi yang

disampaikan mudah dimengerti dan dipahami.

4. Untuk lebih meningkatkan efektitas program kemitran, PTPN VII harus lebih memperhatikan aspek pembinaan manajemen melalui mengkaji ulang materi yang disampaikan agar lebih tepat sasaran, menambah frekuensi pelaksanaan

pembinaan manajemen, serta mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaan pembinaan yang dilakukan.


(57)

DAFTAR PUSTAKA

________.2003.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19. Tentang Badan Usaha Milik Negara.

________.2003.Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor Kep 236/MBU/2003/ Tentang Program Kmeitraan Badan Usaha Milik Negara Dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan.

________.2003.Surat Edaran Kemitraan BUMN Nomor SE-433/MBU/2003. Tentang Petunjuk Pelaksanaan Program Kemitraan BUMN Dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan.

________.2007.Pearturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor Per-05/MBU/2007. Tentang Progran kemitraan Badan Usaha Milik Negara Dengan Usaha Kecil dan Bina Lingkungan.

Arikunto, Suharsemi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Mitra Usaha. Yayasan Bina Karsa Mandiri. Jakarta.

Bangun, Darwin.1989. Manajemen Perusahaan. Jakarta: Dep Dik Bud. Ditjen P2M & PL. 2004.Pelatihan Manajemen P2L & PL Terpadu Berbasis

Wilayah Kabupaten/Kota Membina Kemitraan Berbasis Institusi.Depkes RI.

Gitosudarmo, Indriyo dan I Nyoman Sudita, 2000.Perilaku Keorganisasian. Edisi I, BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta.

Jogiyanto. 2004. Metodoligi Penelitian Bisnis.Yogyakarta.BPFE.


(58)

Masyarakat. Universitas Indonesia

Me Daniel,Lamb, Hair, 2001. Pemasaran.Jakarta: PT Salemba Empat Patria. Nazir, 1983.Metode Penelitian. Galia Indonesia.Darussalam.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta.

Nurmansyah, Agung. 2006.” Corporate Social Responsibility: Isu dan

Implementasinya, Kajian Bisnis Vol. 14, No.1, Januari-April 2006. Nursahid, Fajar. 2006. “Praktek Kedermawanan Sosial BUMN: Analisis

Terhadap Model Kedermawanan PT Krakatau Stell. PT Pertamina, dan PT Telekomunikasi Indonesia” dalam Jurnal Galang: Jurnal Filantropi dan Masyarakat Madani edisi vol 1. No 2 Januari 2006 hal 5-2. Depok:

PIRAC.

Nursahid, Fajar. 2006. Tangung Jawab Sosial BUMN. Jakarta: Piramedia. Penulisan Karya Tulis Ilmiah – Universitas Lampung (2012)

Prasetyia, Ferry MappE. 2012. Model Ekonomi Publik, Bagian I: Peran

Pemerintah.Malang : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya. Purwadarminta, W. J. S. 1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN

Balai Pustaka.

Solihin, I. 2009. Corporate Social Responsibility: from charity to sustainability. Salemba Empat, Jakarta.


(59)

Sugiyono.(2004). Metode penelitian bisnis. Bandung. Alfabeta Swastha,Basu 1999. Azas-Azas Marketing.Yogyakarta : Liberty.

Todaro, Michael P. 1998. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: BPFE UGM. Turker, D. 2008.How Corporate Social Responsibility Influences Organizational

Commitment. Journal of Business Ethics 89:189-204.

Umar, H. 2005. Metode Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama.

Widarjono, Agus, 2010. Pengantar Ekonometrika. Jakarta: Ekonisia. http://cheindra.blogspot.com/2008_06_01_archive.html

http://lolipopsri.wordpress.com/2012/05/20/pengujian-chi-kuadrat/ http://www.ptpn7.com


(1)

45

Tabel 11. Aspek Pembinaan Manajemen

Aspek Pembinaan Manajemen F1 Fn (F1-Fn) (F1-Fn)2

Kesesuaian Program Pembinaan Manajemen dengan Kebutuhan Usaha Mitra Binaan

Tanggapan Responden Tentang

Penerapan Pembinaan Manajemen Yang Diberikan Pada Usaha Mitra Binaan Kesesuaian Susunan Materi Pelatihan yang Diberikan

Kesesuaian Jumlah Pelaksanaan Program Pembinaan Manajemen Untuk Mencapai Tujuan

Pemahaman Responden Tentang Materi Dalam Program Pembinaan Manajemen Yang Diberikan

Manfaat Program Pembinaan Manajemen Bagi Peningkatan Kemampuan & Keahlian Mitra Binaan

Tanggapan Responden Tentang Penerapan Program Pembinaan Manajemen

Tanggapan Responden Tentang Program Pembinaan Manajemen Telah

Memberikan Arah Pada Usaha Mereka Pendapat Responden Tentang Kemajuan Usaha Yang Dialami Setelah Mengikuti Program Pembinaan Manajemen Rata – Rata Aspek Pembinaan Manajemen


(2)

83

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari hasil perhitungan dan pembahasan pada bab sebelumnya mengenai efektifitas program kemitraan terhadap peningkatan kinerja usaha mitra binaan yang dilakukan oleh PTPN VII unit usaha Way Lima Kabupaten Pesawaran dapat disimpulkan bahwa: 1. Dampak pelaksanaan program kemitraan usaha pada usaha mitra binaan secara

keseluruhan ditinjau dari aspek bantuan modal, bantuan promosi dan pembinaan manajemen usaha termasuk dalam kategori efektif yang terlihat dari hasil persentase rata-rata pencapaian sebesar 70,78%. Dengan rincian aspek bantuan modal,bantuan promosi dan pembinaan manajemen dengan masing-masing skor pencapaian sebesar 80,83%, 76,15%, 67,74% dan termasuk dalam kategori efektif. 2. Dibuktikan dari uji non parametrik dilihat bahwa ketiga aspek telah berjalan

efektif.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian di atas disarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Pada aspek pemberian modal, masih perlu ditingkatkan lagi pada kesesuaian bantuan modal yang diberikan PTPN VII kepada mitra binaan, karena persentase pencapaian masih sebesar 84, 23% lebih rendah dibandingkan indikator bantuan


(3)

84

modal yang lain. Bantuan modal yang diberikan harus dapat lebih disesuaikan dengan kebutuhan usaha mitra binaan. Dengan mengadakan rapat atau hearing langsung dengan mitra binaan mengenai kebutuhan modal usaha, pihak PTPN VII pasti akan lebih mendapatkan gambaran yang lebih sesuai untuk memberikan bantuan modal kepada mitra binaan.

2. Pada aspek bantuan promosi, perlu dilakukan evaluasi untuk mengetahui

perkembangan usaha mitra binaannya setelah mendapatkan bantuan promosi agar diketahui faktor faktor apa saja yang harus ditingkatkan oleh PTPN VII dalam mengembangkan usaha mitra binaan terkait program bantuan promosi.

3. Pada aspek pembinaan manajemen, sebaiknya materi yang diberikan disesuaikan dengan latar belakang pendidikan dan usia mitra binaan agar materi yang

disampaikan mudah dimengerti dan dipahami.

4. Untuk lebih meningkatkan efektitas program kemitran, PTPN VII harus lebih memperhatikan aspek pembinaan manajemen melalui mengkaji ulang materi yang disampaikan agar lebih tepat sasaran, menambah frekuensi pelaksanaan

pembinaan manajemen, serta mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaan pembinaan yang dilakukan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

________.2003.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19. Tentang Badan Usaha Milik Negara.

________.2003.Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor Kep 236/MBU/2003/ Tentang Program Kmeitraan Badan Usaha Milik Negara Dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan.

________.2003.Surat Edaran Kemitraan BUMN Nomor SE-433/MBU/2003. Tentang Petunjuk Pelaksanaan Program Kemitraan BUMN Dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan.

________.2007.Pearturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor Per-05/MBU/2007. Tentang Progran kemitraan Badan Usaha Milik Negara Dengan Usaha Kecil dan Bina Lingkungan.

Arikunto, Suharsemi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Mitra Usaha. Yayasan Bina Karsa Mandiri. Jakarta.

Bangun, Darwin.1989. Manajemen Perusahaan. Jakarta: Dep Dik Bud. Ditjen P2M & PL. 2004.Pelatihan Manajemen P2L & PL Terpadu Berbasis

Wilayah Kabupaten/Kota Membina Kemitraan Berbasis Institusi.Depkes RI.

Gitosudarmo, Indriyo dan I Nyoman Sudita, 2000.Perilaku Keorganisasian. Edisi I, BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta.

Jogiyanto. 2004. Metodoligi Penelitian Bisnis.Yogyakarta.BPFE.


(5)

Kuswidanti.2008. Gambaran Kemitraan Lintas Sektor Dan Organisasi Di Bidang Kesehatan Dalam Upaya Penanganan Flu Burung Di Bidang Komunikasi Komite Nasional Flu Burung Dan Pandemi Influenza (Komnas

Fbpi).Depok:Program Sarjana Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia

Me Daniel,Lamb, Hair, 2001. Pemasaran.Jakarta: PT Salemba Empat Patria. Nazir, 1983.Metode Penelitian. Galia Indonesia.Darussalam.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta.

Nurmansyah, Agung. 2006.” Corporate Social Responsibility: Isu dan Implementasinya, Kajian Bisnis Vol. 14, No.1, Januari-April 2006.

Nursahid, Fajar. 2006. “Praktek Kedermawanan Sosial BUMN: Analisis

Terhadap Model Kedermawanan PT Krakatau Stell. PT Pertamina, dan PT Telekomunikasi Indonesia” dalam Jurnal Galang: Jurnal Filantropi dan Masyarakat Madani edisi vol 1. No 2 Januari 2006 hal 5-2. Depok:

PIRAC.

Nursahid, Fajar. 2006. Tangung Jawab Sosial BUMN. Jakarta: Piramedia. Penulisan Karya Tulis Ilmiah – Universitas Lampung (2012)

Prasetyia, Ferry MappE. 2012. Model Ekonomi Publik, Bagian I: Peran

Pemerintah.Malang : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya. Purwadarminta, W. J. S. 1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN

Balai Pustaka.

Solihin, I. 2009. Corporate Social Responsibility: from charity to sustainability. Salemba Empat, Jakarta.


(6)

Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-dasar Pembelanjaan Usaha Edisi IV cetakan 7 : BPFE, Yogyakarta. Yogyakarta

Sugiyono. 1999. Metode Penelitian Bisnis. . Bandung. Alfabeta Sugiyono.(2004). Metode penelitian bisnis. Bandung. Alfabeta Swastha,Basu 1999. Azas-Azas Marketing.Yogyakarta : Liberty.

Todaro, Michael P. 1998. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: BPFE UGM. Turker, D. 2008.How Corporate Social Responsibility Influences Organizational

Commitment. Journal of Business Ethics 89:189-204.

Umar, H. 2005. Metode Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama.

Widarjono, Agus, 2010. Pengantar Ekonometrika. Jakarta: Ekonisia. http://cheindra.blogspot.com/2008_06_01_archive.html

http://lolipopsri.wordpress.com/2012/05/20/pengujian-chi-kuadrat/ http://www.ptpn7.com