2.1.3 Biaya Historis dan Nilai Wajar
2.1.3.1 Biaya Historis
Menurut Suwardjono 2008 dalam Widyastuti 2012 biaya historis merupakan rupiah kesepakatan atau harga pertukaran yang telah tercatat dalam system pembukuan.
Sonbay 2010 mengungkapkan kelebihan historical cost antara lain : 1.
Historical cost relevan dalam membuat keputusan ekonomi, 2.
Historical cost berdasarkan pada transaksi yang sesungguhnya, bukan transaksi yang bersifat kemungkinan,
3. Pengertian terbaik mengenai konsep keuntungan adalah kelebihan harga jual dari
historical cost. Kelemahan historical cost antara lain :
1. Adanya pembebanan biaya yang terlalu kecil karena pendapatan untuk suatu hal tertentu pada saat tertentu akan dibebani biaya berdasarkan nilai uang yang telah
ditetapkan beberapa periode yang lalu pada saat pencatatan terjadinya biaya tersebut, 2. Nilai aset yang dicatat dalam neraca akan memiliki nilai yang lebih rendah bila
dibandingkan dengan perkembangan harga daya beli uang yang terakhir, selain itu juga terjadi perubahan kurs yang cepat terhadap aktiva dan pasiva dalam valuta asing yang
dikuasai perusahaan, sehingga sulit dalam menghitung selisih kurs dengan tepat, 3. Alokasi biaya depresiasi dan amortisasi akan dibebankan terlalu kecil dan
mengakibatkan laba dihitung terlalu besar,
4. Labarugi yang terjadi, yang didasarkan pada asumsi unit moneter yang stabil stable monetary unit tidaklah riil bila diukur dengan perkembangan daya beli uang
yang sedang berlangsung, 5. Perusahaan tidak akan mempertahankan real capital-nya dan ada kecenderungan
terjadinya kanibalisme terhadap modal sehubungan dengan pembayaran pajak perseroan dan pembagian laba yang lebih besar daripada semestinya, dan
6. Menyalahi mathematical principle karena berbagai himpunan yang tidak sama dijumlahkan menjadi satu.
2.1.3.2 Nilai Wajar
Penerapan IFRS cenderung diikuti dengan adanya pengembangan pendekatan- pendekatan baru dalam pelaporan keuangan yang dimaksudkan untuk meningkatkan
transparansi, akuntabilitas, dan keterbandingan laporan keuangan, salah satunya adalah dengan penggunaan nilai wajar fair value. Menurut IAI dalam Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan 50 tentang Instrumen Keuangan:Penyajian, nilai wajar merupakan nilai dari suatu aset yang dapat dipertukarkan atau nilai dari suatu liabilitas yang
diselesaikan antara pihak yang memadai dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar
arm’s length transaction.
Maria 2011 mengungkapkan beberapa kelebihan dan kekurangan nilai wajar. Beberapa kelebihan nilai wajar antar lain :
1. Relevance Beberapa masyarakat setuju bahwa kejadian yang mengubah waktu kapan arus kas
diterima di masa yang akan datang, harus tercermin atau diungkapkan dalam laporan keuangan. Seringkali model historical cost hanya mengukur transaksi yang sudah selesai
dan gagal dalam mengakui adanya perubahanperubahan nilai riil lainnya yang terjadi. 2. Reliability
Masalah yang sering timbul dalam model historical cost adalah tidak mengakui adanya perubahan nilai yang bersifat ekonomis, dan cenderung untuk membiarkan suatu
perusahaan memilih sendiri apakah dan kapan harus mengakui perubahan tersebut. Hal ini mendorong terjadinya bias dalam pemilihan item yang dilaporkan, dan memperburuk
kompromi kenetralan dan dipercayainya informasi keuangan. Sedangkan kelemahan nilai wajar fair value sebagai berikut :
1. Fair value berusaha menyediakan informasi yang transparan dengan menilai aset pada tingkat harga yang dihasilkan jika segera dilikuidasi, sehingga hal tersebut menjadi
sangat sensitif terhadap pasar, 2. Fair value bekerja melalui akuntansi mark to market MTM, yaitu aset
dicantumkan pada harga pasar mereka jika diperdagangkan secara terbuka. Penggunaan mark to market akan menyebabkan adanya perubahan secara terus-menerus pada laporan
keuangan perusahaan ketika nilai aset mengalami kenaikan dan penurunan, serta labarugi yang dicatat. Hal ini akan membuat semakin sulit untuk memastikan apakah