STRUKTUR ORGANISASI KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM LAMPUNG
PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : M – 01.PR.07.10 TAHUN 2005
TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR WILAYAH DEPARTEMEN
HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA
Gambar 4 . Struktur Organisasi
D. Birokrasi di Kementerian Hukum dan Ham Motto Birokrasi Pada Kemenkumham adalah :
1. Harmoni merupakan sebuah pencapaian ideal dalam sebuah tatanan masyarakat dimana setiap individu dituntut untuk menjaga kerukunan
dengan sedapat mungkin menghindari adanya konflik terbuka, menitikberatkan adanya keserasian, keselarasan, dan keseimbangan
berpadu dalam semangat mewujudkan cita-cita.
2. Gerak adalah suatu perubahan baik dalam konteks berpikir maupun bertindak sehingga mengantarkan kepada kedudukan dari titik
keseimbangan awal menuju kedudukan berikutnya. 3. Langkah adalah pemilihan strategi yang tepat dalam suatu pelaksanaan
tindakan dengan maksud dan tujuan yang terarah. Alasan diadakannya reformasi birokrasi adalah sebagai berikut :
1. Tingkat kepuasan pelayanan publik masih rendah 2. Disiplin pegawai rendah
3. Kinerja pegawai belum terukur 4. Adanya dugaan KKN
5. Orientasi program dan kegiatan tidak berorientasi kepada pemenuhan
kebutuhan masyarakat.
Pada penguatan Pengawasan hal yang menjadi alasan utama reformasi birokrasi pada pegawai adalah
Menegakkan Disiplin Kerja; 1. Penyusunan Laporan Pelaksanaan
2. Menegakkan Kode Etik 3. Penyusunan Pedoman Kode Etik Pegawai ;
4. Penyusunan Laporan Pelaksanaan monitoring dan evaluasi penegakan
monitoring dan evaluasi; 5. Penyusunan mekanisme, sarana dan prasarana laporan pelaksanaan
hukuman disiplin; 6. Menyusun hasil penilaian kinerja;
7. Melaporkan hasil kerja Tim Penegakkan Disiplin Kerja kepada Menteri Hukum dan HAM.
Menegakkan Kode Etik Pegawai; 1. Penyampaian Laporan Pelaksanaan monitoring dan evaluasi penegakan
kode etik kepada Menteri Hukum dan HAM; 2. Perumusan Pelaksanaan Kegiatan sosialisasi Kode Etik Pegawai;
3.
Implementasi tugas dan wewenang Majelis Kehormatan Kode Etik di lingkungan Kementerian Hukum dan HAM RI..
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan Rumusan Penelitian Mengenai efektivitas penerapan absensi finger print terhadap disiplin Kehadiran Pegawai Negeri Sipil di Kantor
wilayah kanwil Lampung Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, terdapat beberapa kesimpulan, yaitu :
1. Penerapan absensi Finger Print dapat dinilai telah berhasil dan efektif dalam meningkatkan disiplin kehadiran pegawai, dapat dilihat dari jumlah kehadiran
pegawai sebelum dan setelah diterapkannya absensi finger print. Hal ini juga ditunjang dengan diadakannya pembinaan saat pertama kali diperkenalkan
penggunaan absensi fingerprint . Pembinaan telah dilaksanakan dengan baik oleh KemenkumHam yang telah menerapkan kebijakan tentang adanya
absensi sidik jari dalam rangka meningkatkan disiplin pegawainya yang tercantum pada Surat Pengumuman Nomor : W9.UM.01.01-142 Kantor
Wilayah KemenkumHam Lampung menerapkan absensi sidik jari finger print yang mulai berlaku dari tanggal 01 Desember 2011 sampai dengan
sekarang. Selain itu dapat dilihat dari segi Produktivitas pegawai Kantor Wilayah
Kementerian hukum dan HAM Lampung yang meningkat .
2. Dilihat dari segi Disiplin kehadiran pegawai Pegawai Kantor Wilayah KemenkumHam Lampung, setelah menerapkan absensi Fingerprint ternyata
terbukti bahwa tingkat kehadiran pegawai terus meningkat, dengan persentase kehadiran yang meningkat maka berpengaruh pada produktivitas kinerja dari
pegawai Kantor Wilayah KemenkumHam Lampung. Walaupun telah menerapkan penggunaan Absensi Fingerprint dan telah terbukti efektif
Kantor Wilayah KemenkumHam Lampung juga akan tetap selalu mengevaluasi tingkat kehadiran pegawai serta meninjau tanggung jawab
pekerjaan sesuai tugas pokok dan fungsi yang berlaku.
3. Penerapan Absensi Finger print pada Kantor Wilayah Lampung KemenkumHam ternyata tidak selalu berjalan lancar , terdapat beberapa
hambatan-hambatan dalam pelaksanaannya, misalnya : a. Karena keterbatasan teknologi, fingerprint test terkadang tidak bisa
mendeteksi untuk orang-orang yang memiliki kulit yang terlalu tipis dan keringat berlebihan. Hal ini disebabkan alat pemindai tidak mampu
menangkap sidik jari pada kulit jenis ini. b. Absensi finger print di dalam proses penerapan nya masih terdapat ruang
kosong yang masih bisa di manfaatkan oleh oknum yg tidak bertanggung jawab dalam memakainya hal ini dapat dilihat dari kebanyakan penerapan
absensi finger print .
c. Masih terdapat beberapa pegawai Kantor Wilayah Kemenkumham Lampung yang tidak atau kurang mengerti cara menggunakan absensi
FingerPrint .
d. Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Ham Lampung sangat mendukung program Pemerintah dalam mengatasi disiplin kehadiran
pegawai salah satu cara tersebut adalah dengan diadakan program pelaksanaan absensi Finger Print maka dari itu Kantor Wilayah
Kementrian Hukum dan Ham akan terus melaksanakan program tersebut dan akan lebih disiplin dalam pelaksanaannya.
2. Absensi finger print hanya sebagai alat pendukung adanya patologi birokrasi di kantor wilayah lampung kementrian hukum dan ham guna
meningkatkan disiplin kehadiran pegawai.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan maka beberapa saran yang diberikan dan diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Perlu ditingkatkannya sosialisasi kepada pegawai agar pegawai terus dapat menggunakan absensi Finger Print dan tidak asing lagi dengan alat
tersebut, upaya ini akan menjadi faktor yang penting dalam meningkatkan efektivitas penerapan Absensi Fingerprint guna meningkatkan disiplin
kehadiran pegawai. 2. Selalu diadakannya pengawasan oleh pimpinan terutama saat waktu
kosong absensi FingerPrint tidak beroperasi, yaitu setelah pukul 08.30- 16.00, dan lebih efektif apabila diadakan pengawasan pada waktu kosong
tersebut yaitu pada pukul 08.30-11.45 dan 13.00-16.00 sebagai salah satu cara untuk menekan ketidak disiplinan pegawai dan meningkatkan disiplin
kehadiran pegawai.
3. Disediakannya kain atau tisu di dekat alat absensi fingerprint , hal ini untuk mengatasi dan mempermudah pegawai apabila saat akan
menggunakan alat absensi fingerprint terdapat pegawai yang telapak tangan atau sidik jari pegawai tersebut basah karena hal ini dapat
menyebabkan alat tidak dapat mendeteksi sidik jari .
4. Dalam penerapan absensi fingerprint sebaiknya Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Ham selalu mengadakan Evaluasi dalam
penerapan tersebut baik pada saat pelaksanaan dan saat hasil akhir, hal ini mencegah agar pegawai tidak melakukan kecurangan dan lebih efektiv
dalam penerapannya.