Pengaruh Pengawasan Terhadap Disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil di Kantor Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Simalungun

(1)

PENGARUH PENGAWASAN TERHADAP DISIPLIN

KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL DI KANTOR BADAN

KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN

SIMALUNGUN

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial Departemen Ilmu Administrasi Negara

Oleh :

IMELDA MAYESTIKA PURBA (090921028)

DEPARTEMENT ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNOVERSITAS SUMATERA UTARA

2011


(2)

KATA PENGANTAR

Terlebih dahulu penulis mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena Berkat dan Kasihnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Adapun judul skripsi ini adalah “Pengaruh Pengawasan Terhadap Disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil di Kantor Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Simalungun”.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa didalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan, hal ini dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengalaman yang penulis miliki baik dalam hal penelitian, pengumpulan literature maupun penulisan karya ilmiah. akan tetapi berkat bimbingan dan patunjuk serta dukungan dari beberapa pihak semua kesulitan dapat diatasi dan skripsi ini dapat diselesaikan.

Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih terutama kepada :

1. Bapak Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Drs. Husni Thamrin Nasution M.Si, selaku Ketua Jurusan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara


(3)

3. Bapak M.Arifin Nasution S.Sos. M.S.P selaku Dosen Pembimbing yang dengan iklas meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan kepada penulis

4. Bapak Drs. Husni Thamrin Nasution M.Si, selaku Dosen penguji

5. Seluruh Staf pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

6. Terimakasih Buat Keluargaku yang tersayang, khususnya buat Orang tuaku terimakasih atas cinta kasih dan Doa yang tulus buat ku serta Terimakasih buat kaka dan adik-adikku yang ku kasihi atas semua dukungan dan motivasinya

7. Terimakasih buat Fransiscus yang tetap mengajariku dan tetap membantuku dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Terimakasih buat teman-teman kostku atas motivasinya

9. Terimakasih buat teman-teman kampusku buat waktu dan kebersamaanya selama di kampus.


(4)

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN………... 1

I.1 Latar Belakang Masalah………... 1

I.2 Perumusan Masalah………... 4

I.3 Tujuan Penelitian………... 5

1.4 Manfaat Penelitian... 5

I.5 Kerangka Teori………... 6

1.5.1 Pengawasan... 6

1.5.1.1Pengertian Pengawasan... 6

1.5.1.2 Jenis – jenis Pengawasan... 9

1.5.1.3 Tujuan Pengawasan... .. 10

1.5.1.4 Prinsip-prinsip Pengawasan... .. 12

1.5.1.5 Bentuk-Bentuk Pengawasan... .. 13

1.5.1.6 Azas-Azas Pengawasan... 14

1.5.1.7 Cara pengawasan... 15

1.5.1.8 Sifat-Sirfat Pengawasan... 16

1.5.1.9 Proses Dasar pengawasan... 18

1.5.1.10 Ciri-ciri Pengawasan yang Efektif... 20

1.5.2. Disiplin... 23

1.5.2.1Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan disiplin... 29

1.5.2.2.Tujuan Disiplin Kerja... 31


(5)

1.5.2.4 Pedoman pendisiplinan... 34

1.5.2.5 Prinsip-prinsip Pendisiplinan... 35

1.5.2.6. Pengaruh Pengawasan Terhadap Disiplin Kerja..37

1.6 Hipotesis... 38

I.7 Defenisi Konsep………... 39

I.8 Defenisi Operasional………... 40

BAB II METODE PENELITIAN………... 43

II.1 Bentuk Penelitian………... 43

II.2 Lokasi Penelitian………... 43

II.3 Populasi dan Sampel………... 43

II.3.1 Populasi... 43

II.3.2 Sampel... 43

II.4 Teknik Pengumpulan Data………... 44

II.5 Tehnik Penentuan Skor... 44

II.6 Teknik Analisis Data………... 46

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN... 48

Gambaran Umum Kabupaten Simalungun... 48

Letak Geografis... 48

Penduduk... 48

Mata Pencaharian... 49

Pemerintahan... 49

Struktur Organisasi... 49

Tugas Pokok dan Fungsi... 51

BAB IV PENYAJIAN DATA... 66

Identitas Responden... 66

Informasi Tentang Jawaban Responden... 69

Variabel X (Pengawasan)... 69


(6)

BAB V ANALISA DATA... 96

Klasifikasi Data... 96

Koefisien Determinant... 99

Uji Hipotesis... 99

BAB VI PENUTUPAN... 101

Kesimpulan... 101

Saran... 101 DAFTAR PUSTAKA


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jenis kelamin Responden 66

Tabel 2 Usia responden... 67

Tabel 3. Pendidikan Terakhir... 67

Table 4. Masa Kerja... 68

Table 5.Pangkat/Golongan... 68

Tabel 6. Evaluasi Tanggapan Responden Tentang Pemeriksaan Saat Proses Kerja Berlangsung... 70

Tabel 7. Evaluasi Tanggapan Responden Tentang Tentang Peninjauan ke tempat kerja... 71

Tabel 8. Jawaban Responden Tentang Melakukan Pemeriksaan Untuk Mengetahui masalah sebenarnya... 72

Tabel 9. Jawaban Responden Tentang Melaporkan hasil kerja kepada pimpinan ... 73

Tabel 10. Jawaban Responden Tentang Memeriksa tugas - tugas yang dikerjakan... 74

Tabel 11. Jawaban Responden Tentang pemberian kritik dan saran terhadap tugas yang dilakukan... 75


(8)

Tabel 12. Jawaban Responden Tentang piminan mengingatkan agar

tugas yang dikerjakan agar tepat waktu... 76

Tabel 13. Jawaban Responden Tentang Memberikan sanksi

jika melakukan pelanggaran... 77

Tabel 14. Jawaban Responden Tentang Mengambil tindakan

perbaikan jika terjadi masalah atau penyimpangan... 78

Tabel 15. Jawaban Responden Tentang masih ada tidaknya

penyimpangan setelah adanya tindakan koreksi... 79

Tabel 16. Jawaban Responden Tentang Memeriksa kembali

setelah menerima laporan... 80

Tabel 17. Jawaban Responden Tentang Mengutamakan kepentingan

tugas dinas dari pada kepentingan pribadi... 81

Tabel 18. Jawaban Responden Tentang Memberitahukan

pimpinan jika tidak Masuk kantor... 82

Tabel 19. Jawaban Responden Tentang Hadir tepat waktu di kantor ... 83

Tabel 20. Jawaban Responden Tentang Menaati peraturan selama bekerja... 84

Tabel 21. Jawaban Responden Tentang Meminta izin jika


(9)

Tabel 22. Jawaban Responden Tentang Memeriksa ulang

pekerjaan sebelum diserahkan kepada pimpinan... 86

Tabel 23. Jawaban Responden Tentang Menyelesaikan tugas

lebih cepat dari waktu yang telah ditetapkan... 88

Tabel 24. Jawaban Responden Tentang Menjaga ketertiban

selama jam kerja... 89

Tabel 25. Jawaban Responden Tentang Berbincang dengan rekan keja

pada waktu jam kerja... 90

Tabel 26. Jawaban Responden Tentang Bertingkah laku sopan

terhadap rekan kerja... 91

Tabel 27. Jawaban Responden Tentang Menunda pekerjaan... 92

Tabel 28. Jawaban Responden Tentang Dengan adanya sanksi

masih sering terjadi pelanggaran... 93

Tabel 29. Jawaban Responden Tentang Memiliki keinginan

untuk bekerja lebih baik... 94

Tabel 30. Jawaban Responden Tentang Berusaha memberikan

pelayanan yang terbaik kepada masyarakat... 95


(10)

Untuk Variabel Pengawasan (X)... 96

Tabel 32. Distribusi Frekuensi Klasifikasi Jawaban Responden

Untuk Variabel Disiplin Kerja (Y)... 97


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Daftar Angket Lampiran 2 : Daftar Nilai angket

Lampiran 3 : Tabel Nilai r Product Moment Lampiran 4 : Surat Permohonan Judul

Lampiran 5 : Surat Penunjukan Dosen Pembimbing Lampiran 6 : Surat Undangan Seminar Proposal Lampiran 7 : Daftar Hadir Seminar Proposal Lampiran 8 : Surat izin Penelitian


(12)

ABSTRAK

PENGARUH PENGAWASAN TERHADAP DISIPLIN KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL PADA KANTOR BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH

KABUPATEN SIMALUNGUN Nama : IMELDA MAYESTIKA PURBA

NIM : 090921028

Jurusan : Administrasi Negara

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universiyas Sumatera Utara Pembimbing : M.Arifin Nasution S.Sos. M.S.P

Penguji : Drs. Husni Thamrin Nasution M.Si

Pegawai Negeri Sipil merupakan unsur yang paling terpenting dan menentukan dalam organisasi untuki pencapaian tujuan, karena Pegawai Negeri Sipil merupakan unsur pelaksana/penyelenggara tugas-tugas guna pencapaian tujuan tersebut. Oleh karena itu, disiplin perlu ditegakkan dikalangan seluruh pegawai dengan pelaksanaan pengwasan serta pengembalian tindak lanjutnya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pengawasan yang menyangkut tingkat disiplin Pegawai Negeri Sipil dan untuk mengetahui bagaimana pengaruh pengawasan terhadap disiplin pegawai negeri sipil pada kantor Badan Kepegawaian Daerah kabupaten Simalungun.

Dalam penelitian ini hipotesa yang dikemukakan adalah “Pengawasan berpengaruh positif terhadap disiplin di Kantor Badan Kepegawaian Daerah kabupaten Simalungun”. Data-data diambil dan diperoleh dari 36 orang responden yang dilakukan malalui penyebaran angket, kemudian diolah melalui analisa koefisien korelasi product moment dan analisa koefisien determinant, yang selanjutnya disajikan dalam bentuk analisa ilmiah.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa pengawasan mempunyai pengaruh yang positif terhadap disipilin pegawai negeri sipil pada kantor Badan Kepegawaian Daerah kabupaten Simalungun dan pengaruhnya berada pada kategori sedang. Hal ini terbukti dengan hasil perhitungan koefisien korelasi product moment diperoleh hasil 0,46. selanjutnya dengan perhitungan korelasi determinan diperoleh hasil sebesar 21,16


(13)

ABSTRAK

PENGARUH PENGAWASAN TERHADAP DISIPLIN KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL PADA KANTOR BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH

KABUPATEN SIMALUNGUN Nama : IMELDA MAYESTIKA PURBA

NIM : 090921028

Jurusan : Administrasi Negara

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universiyas Sumatera Utara Pembimbing : M.Arifin Nasution S.Sos. M.S.P

Penguji : Drs. Husni Thamrin Nasution M.Si

Pegawai Negeri Sipil merupakan unsur yang paling terpenting dan menentukan dalam organisasi untuki pencapaian tujuan, karena Pegawai Negeri Sipil merupakan unsur pelaksana/penyelenggara tugas-tugas guna pencapaian tujuan tersebut. Oleh karena itu, disiplin perlu ditegakkan dikalangan seluruh pegawai dengan pelaksanaan pengwasan serta pengembalian tindak lanjutnya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pengawasan yang menyangkut tingkat disiplin Pegawai Negeri Sipil dan untuk mengetahui bagaimana pengaruh pengawasan terhadap disiplin pegawai negeri sipil pada kantor Badan Kepegawaian Daerah kabupaten Simalungun.

Dalam penelitian ini hipotesa yang dikemukakan adalah “Pengawasan berpengaruh positif terhadap disiplin di Kantor Badan Kepegawaian Daerah kabupaten Simalungun”. Data-data diambil dan diperoleh dari 36 orang responden yang dilakukan malalui penyebaran angket, kemudian diolah melalui analisa koefisien korelasi product moment dan analisa koefisien determinant, yang selanjutnya disajikan dalam bentuk analisa ilmiah.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa pengawasan mempunyai pengaruh yang positif terhadap disipilin pegawai negeri sipil pada kantor Badan Kepegawaian Daerah kabupaten Simalungun dan pengaruhnya berada pada kategori sedang. Hal ini terbukti dengan hasil perhitungan koefisien korelasi product moment diperoleh hasil 0,46. selanjutnya dengan perhitungan korelasi determinan diperoleh hasil sebesar 21,16


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Organisasi merupakan wadah berhimpunnya manusia yang berbeda kebutuhan dan keinginannya, tetapi mempunyai tujuan yang sama yaitu sama– sama ingin memenuhi kebutuhan orang yang ada didalam organisasi baik secara individu maupun secara kelompok. Sehubungan dengan hal tersebut perlu diperhatikan bahwa setiap orang yang bekerja mempunyai dua peranan dalam bekerja yaitu sebagai individu dan juga sebagai kelompok.

Peranan Sumber Daya Manusia merupakan salah satu faktor utama yang sangat penting dalam suatu organisasi. Organisasi merupakan kegiatan orang- orang dalam usaha mencapai tujuan. Dalam wadah kegiatan ini setiap orang atau karyawan harus jelas tentang tugas, wewenang dan tanggung jawabnya masing-masing. Pemanfaatan sumber daya manusia secara efektif merupakan jalan bagi suatu organisasi untuk melaksanakan kelangsungan hidup. Dan pertumbuhan dimasa yang akan datang. Dengan kata lain keberhasilan atau kemunduran suatu organisasi tergantung pada keahlian dan keterampilan karyawannya masing -masing yang bekerja didalamnya.

Untuk menciptakan keberhasilan kerja seorang karyawan, seorang pimpinan harus melakukan suatu langkah manajemen agar tujuan organisasi dapat tercapai. Salah satu langkah tersebut adalah melakukan pengawasan terhadap


(15)

segala sesuatu pekerjaan yang dilakukan seorang karyawan. Pengawasan menjadi suatu unsur yang terpenting dalam pembinaan individu didalam organisasi, karena pengawasan merupakan tenaga penggerak bagi para bawahan atau karyawan agar dapat bertindak sesuai dengan apa yang telah direncanakan menurut aturan yang berlaku.

Pengawasan juga merupakan kewajiban setiap atasan untuk mengawasi bawahannya. Dengan adanya pengawasan pimpinan dapat mengetahui kegiatan-kegiatan nyata dari setiap aspek dan setiap permasalahan pelaksanaan tugas-tugas dalam lingkungan satuan organisasi yang masing–masing selanjutnya bilamana terjadi penyimpangan, maka dapat dengan segera langsung mengambil langkah perbaikan dan tindakan seperlunya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya sesuai dengan peraturan-peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Tugas seorang peminpin untuk mengawasi pegawai yang ada dalam lingkungan organisasinya dalam proses pelaksanaan pekerjaan maupun faktor- faktor yang ada dalam setiap individu karyawan yang menyebabkan karyawan tersebut giat dan mempunyai disiplin yang tinggi dalam bekerja.

Terjadinya penyimpangan mengakibatkan hasil kerja menurun karena itu setiap kegiatan yang berlangsung dalam organisasi haruslah berdasarkan fungsi- fungsi manajemen, dimana salah satu diantaranya adalah fungsi pengawasan agar tujuan dapat tercapai secara efisien dan efektif.

Pelaksanaan suatu kegiatan tanpa adanya pengawasan dapat mengakibatkan secara otomatis disiplin kerja menurun dan akan berpengaruh


(16)

langsung kepada kegiatan-kegiatan lainnya. Sehingga dapat menghambat proses kegiatan suatu organisasi. Oleh karena itu dibutuhkan suatu sistem pengawasan yang efektif sehingga diharapkan dapat menghasilkan dampak yang positif untuk perkembangan dan perubahan yang lebih baik.

Telah diketahui bahwa administrasi merupakan sarana untuk memenuhi kebutuhan manusia, sarana untuk memperjuangkan tujuan manusia sehingga tujuan dapat terwujud dan telah diketahui bahwa administrasi sebagai proses kerja telah diketahui sejak dulu karena administrasi timbul bersama-sama dengan tumbuh dan berkembangnya peradaban manusia.

Kedudukan dan peranan pegawai negeri adalah sangat penting karena pegawai negeri itu adalah pelaksana pemerintahan dalam rangka usaha mencapai tujuan nasional yaitu untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur yang merata materil dan spiritual berdasarkan pancasila didalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu dan berkedudukan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang aman, tertib dan dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai.

Disiplin pada hakikatnya adalah pencerminan nilai kemandirian yang dihayati dan diamalkan oleh setiap individu dan dan masyarakat suatu bangsa dalam kehidupan. Sebagai manusia pancasila, disiplin merupakan pangkal pokok etos kerja, patriotisme yang selalu siap mengabdi kepada bangsa dan Negara, oleh karena itu disiplin nasional merupakan perwujudan kepatuhan dan ketaatan kepada hukum, norma-norma, etika dan aturan yang berlaku dalam kerangka persatuan dan kesatuan nasional. Didalam menegakkannya harus ditopang oleh kesadaran hukum yang konsisten dan konsekuen seluruh masyarakat.


(17)

Usaha untuk mencapai sasaran pokok dan pembinaan yang dilakukan tidaklah semudah dan segampang yang kita bayangkan, karena seperti yang kita ketahui apabila seseorang yang masuk kedalam organisasi tempat dimana ia bekerja, ia pasti mempunyai motif tertentu yang menyebabkan orang tersebut mau melakukan jenis pekerjaan tertentu.

Permasalahan penerapan disiplin kerja bukanlah suatu hal yang mudah, akan tetapi suatu hal yang sulit sekali untuk dilaksanakan, dikarenakan disiplin berkaitan dengan berbagai segi dan tingkah laku seseorang yang menyangkut pribadinya dan kelompok dalam suatu wadah tertentu. Namun jika disiplin mampu diterapkan dan dilaksanakan maka tujuan organisasi mampu dicapai secara baik dan sesuai dengan yang diharapkan.

Bila kurangnya disiplin pegawai dalam suatu instansi pemerintah hal ini juga menunjukkan bahwa mereka kurang menghargai dan menaati sumpah atau janji sebagai abdi Negara, abdi pemerintah dan abdi masyarakat. Dapat dilihat juga karena rata-rata tempat tinggal pegawai negeri sipil yang bertugas di kantor Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Simalungun berada di Kota Pematang Siantar yang berjarak ± 30 Km.

Berdasarka uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pengawasan Terhadap Disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil di Kantor Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Simalungun”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah seberapa besar pengaruh


(18)

pengawasan terhadap disiplin kerja Pegawai Negeri Sipil di Kantor Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Simalungun.

1.3 T ujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pengawasan kerja Pegawai Negeri Sipil di Kantor Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Simalungun

2. Untuk mengetahui bagaiman disiplin kerja Pegawai Negeri Sipil di Kantor Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Simalungun

3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pengawasan terhadap disiplin kerja Pegawai Negeri Sipil di Kantor Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Simalungun.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Untuk menambah wawasan peneliti dalam teori dan praktek dilapangan tentang pengaruh pengawasan terhadap Pegawai Negeri Sipil di Kantor Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Simalungun.


(19)

2. Menambah pengetahuan dan melatih peneliti dalam membuat karya ilmiah berfikir logis serta objektif dalam menyelesaikan suatu masalah.

3. Sebagai bahan masukan bagi Kanto Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Simalungun.

4. Sebagai bahan masukan maupun perbandingan bagi yang membutuhkan, khususnya mahasiswa jurusan Administrasi Negara didalam mengembangkan karya ilmiah.

1.5 Kerangka Teori

Menurut Nawawi (1991 : 39) mengatakan bahwa setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berfikir dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya.

1.5.1 Pengawasan

1.5.1.1 Pengertian Pengawasan

Suatu sistem pengawasan yang baik sangat penting dan berpengaruh dalam proses pelaksanaan kegiatan, baik dalam organisasi pemerintah maupun swasta. Karena tujuan pengawasan adalah mengamati apa yang sebenarnya terjadi dan membandingkan dengan apa yang seharusnya terjadi dengan maksud untuk secepatnya melaporkan penyimpangan atau hambatan kepada pimpinan yang bersangkutan agar diambil tindakan korektif yang perlu.


(20)

Secara umum pengawasan dapat diartikan sebagai perbuatan untuk melihat dan memonitor terhadap orang agar sesuai dengan kehendak yang telah ditentukan sebelumnya.

Menurut Manullang (2002:173), pengawasan adalah suatu proses untuk menetapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya dan mengoreksi bila perlu dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana-rencana.

Herujito (2001 : 242) pengawasan adalah mengamati dan mengalokasikan dengan tepat penyimpangan-penyimpangan yang terjadi.

Henry Fayol, sebagaimana dikutip oleh Harahap (2001 : 10) mengatakan bahwa pengawasan mencakup upaya memeriksa apakah semua terjadi sesuai dengan rencana yang ditetapkan, perintah yang dikeluarkan dan prinsip yang dianut juga dimaksudkan untuk rnengetahui kelemahan dan kesalahan agar dapat dihindari kejadiannya dikemudian hari.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengawasan merupakan suatu usaha untuk mengetahui apalah suatu tugas dan pekerjaan yang dilakukan karyawan tersebut telah dilakukan ketentuan yang telah ditetapkan.

Kadarman (2001:159) pengawasan adalah upaya yang sistematis untuk menetapkan kinerja standar pada rencana untuk merancang sistem umpan balik informasi untuk menetapkan apakah telah terjadi suatu penyimpangan dan mengukur signifikasi penyimpangan tersebut, serta untuk mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya yang telah digunakan seefektif dan seefisien mungkin guna mencapai tujuan organisasi. Jadi


(21)

dalam setiap kegiatan yang diselenggarakan, pengawasan sangat dibutuhkan. Dengan adanya pengawasan yang baik diharapkan rencana atau tujuan yang telah ditetapkan akan dapat terjadi dengan efektif dan efisien.

Selanjutnaya Handoko (2003:369) mengatakan bahwa pengawasan adalah proses untuk menjamin bahwa tujuan organisasi dan manajemen tercapai. Pengawasan merupakan elemen tugas-tugas manajerial dan mencakup tindakan pengukuran dan perbaikan (korelasi) performa pihak yang diawasi guna memastikan bahwa sasaran-sasaran, instruksi yang dikeluarkan dilaksanakan secara efisien dan berjalan lancar.

Sebagai pendukung terhadap defenisi diatas maka Manullang (2002:173), menegaskan bahwa pengawasan diartikan sebagai suatu proses untuk menerapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya dan bila perlu mengoreksi dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana.

Dari keseluruhan pendapat diatas dapat dikatakan bahwa pada dasarnya pengawasan merupakan kegiatan yang dapat dilakukan setiap saat. Kegiatan pengawasan dimaksudkan untuk mencegah atau memperbaiki kesalahan, penyimpangan, ketidaksesuaian, penyelewengan dan lainnya yang tidak sesuai dengan tugas dan wewenang yang telah ditentukan, jadi maksud pengawasan bukan mencari kesalahan tetapi mencari kebenaran terhadap hasil pelaksanaan pekerjaannya.

1.5.1.2 Jenis-Jenis Pengawasan

Menurut Handayaningrat (1983:144) pada dasarnya pengawasan terdiri dari 4 (empat) macam yaitu :


(22)

a. Pengawasan dari dalam organisasi (Internal Control)

Pengawasan dari dalam artinya bahwa pengawasan yang dilakukan oleh unit atau aparat pengawasan berasal dari dalam organisasi, yang bertindak atas nama pimpinan organisasi, dimana hasil dari tindakannya berupa data atau informasi yang berguna bagi pimpinan dalam menilai kebijakan yang telah ada atau menentukana kebijakan berikutnya, sebagai perbaikan terhadap pelaksanaan pekerjaan bawahannya.

b. Pengawasan dari Luar Organisasi (External Control)

Pengawasan ini dilakukan oleh aparat atau unit pengawasan dari luar organisasi yang bertindak atas nama atasan pimpinan organisasi. Misalnya pengawasan yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan terhadap suatu departemen atau instansi yang bertindak atas nama pemerintah atau presiden.

b. Pengawasan preventif

Pengawasan yang dilakukan sebelum rencana itu dilaksanakan dengan maksud agar tidak ada kesalahan atau penyimpangn data dalam melakukan kegiatan organisasi, dalam hal ini misalnya menentukan peraturan-peraturan yang berhubungan dengan prosedur, hubungan dengan tata cara kerja atau menentukan pedoman kerja sesuai dengan peraturan atau ketentuan yang ditetapkan.


(23)

c. Pengawasan Represif

Pengawasan ini dilakukan setelah adanya pelaksanaan pekerjaan, dengan cara menilai dan membandingkan pelaksanaan pekerjaan dengan rencana yang telah ditetapkan, kemudian diambil tindakan pekerjaan selanjutnya berjalan sesuai dengan yang telah ditetapkan sebelumnya.

1.5.1.3 Tujuan Pengawasan

Dalam rangka meningkatkan disiplin kerja pegawai dengan tujuan untukmencapai tujuan organisasi sangat perlu diadakan pengawasan, karena pengawasan mempunyai beberapa tujuan yang sangat berguna bagi pihak-pihak yang melaksanakan.

Menurut Ranupandojo (1990:109) tujuan pengawasan adalah mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan dan atau hasil yang dikehendaki.

Sedangkan Soekarno dalam Gouzali Saydam (1993 : 197) mengemukakan tujuan pengawasan antara lain adalah :

1) Untuk mengetahui apakah suatu kegiatan sudah berjalan sesuai dengan rencana.

2) Untuk mengetahui apakah suatu kegiatan sudah sesuai dengan instruksi. 3) Untuk mengetahui apakah kegiatan telah berjalan efisien.

4) Untuk mengetahui kesulitan-kesulitan dan kelemahan-kelemahan dalam kegiatan.


(24)

5) Untuk mencari jalan keluar bila ada kesulitan, kelemahan atau kegagalan kearah perbaikan.

Tujuan utama dari pengawasan ialah mengusahakan agar apa yang direncanakan menjadi kenyataan. Untuk dapat benar-benar merealisasi tujuan utama tersebut, maka pengawasan pada taraf pertama bertujuan agar pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan instruksi yang telah dikeluarkan, dan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan serta kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam pelaksanaan rencana berdasarkan penemuan-penemuan tersebut dapat diambil tindakan untuk memperbaikinya, baik pada waktu itu maupun waktu-waktu yang akan datang. (Manullang, 2004:173).

Menurut Sukarna (1992:112) tujuan pengawasan adalah :

1. Untuk mengetahui jalannya pekerjaan apakah lancar atau tidak

2. Untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh pegawai dan mengusahakan pencegahan agar supaya tidak terulang kesalahan yang sama atau timbulnya kesalahan-kesalahan yang baru

3. Untuk mengetahui apakah penggunaan budget yang telah ditetapkan dalam perencanaan terarah pada sasarannya dan sesuai dengan yang telah ditentukan untuk mengetahui apakah biaya sesuai dengan program (tingkat pelaksanaan) seperti yang telah ditetapkan dalam rencana.

4. Untuk mengetahui hasil pekerjaan dengan dibandingkan dengan yang telah ditetapkan dalam rencana

5. Untuk mengetahui apakah biaya sesuai dengan program (tingkat pelaksanaan) seperti yang telah ditetapkan dalam rencana.


(25)

6. Untuk mengetahui apakah pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan prosedur dan kebijakan yang telah ditetapkan

Dengan demikian maksud dan tujuan pengawasan adalah untuk memperbaiki atau mencegah adanya kesalahan, penyimpangan-penyimpangan atau penyelewengan dalam pelaksanaan pekerjaan yang tidak sesuai dengan apa yang telah ditetapkan dan untuk menghindari kerugian-kerugian yang dilakukan sejak suatu pekerjaan dimulai, sedang dikerjakan maupun setelah pekerjaan selesai dilakukan.

1.5.1.4 Prinsip-prinsip Pengawasan

Agar fungsi pengawasan mencapai hasil yang diharapkan, maka pimpinan organisasi atau unit organisasi yang melaksanakan fungsi pengawasan harus mengetahui dan menerapkan prinsip-prinsip pengawasan George R. Terry dalam Winardi (1986:396) prinsip pengawasan yang efektif membantu usaha-usaha kita untuk pekerjaan yang direncanakan untuk memastikan bahwa pelaksanaan pekerjaan tersebut berlangsung sesuai dengan rencana. Sedangkan menurut Ulbert Silalahi (1992:178) prinsip-prinsip pengawasan adalah :

1) Pengawasan harus berlangsung terus menerus bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan atau pekerjaan.

2) Pengawasan harus menemukan, menilai dan menganalisis data tentang pelaksanaan pekerjaan secara objektif.

3) Pengawasan bukan semata-mata untuk mencari kesalahan tetapi juga memperbaiki atau menemukan kelemahan dalam pelaksanaan pekerjaan.


(26)

4) Pengawasan harus memberi bimbingan dan mengarahkan untuk mempermudah pelaksanaan pekerjaan dalam pencapaian tujuan

5) Pengawasan tidak menghambat pelaksanaan pekerjaan tetapi harus menciptakan efisiensi (hasil guna).

6) Pengawasan harus fleksibel.

7) Pengawasan harus berorientasi pada rencana dan tujuan yang telah ditetapkan (Plan and Objective Oriented).

8) Pengawasan dilakukan terutama pada tempat-tempat strategis atau kegiatan- kegiatan yang sangat menentukan atau control by exception.

9) Pengawasan harus membawa dan mempermudah melakukan tindakan perbaikan (Corrective Action).

1.5.1.5 Bentuk-bentuk Pengawasan

Bentuk-bentuk atau tipe pengawasan menurut Hamdan Mansoer (1989:: 158-159) sebagai berikut :

1. Pengawasan Pra Kerja

Bentuk pengawasan pra kerja ini sifatnya mempersiapkan antisipasi permasalahan yang akan datang. Sifatnya mengarahkan keadaan yang akan terjadi di masa datang, sebagai peringatan untuk tidak dilanggar. Pengawasan bentuk ini memberikan patokan kerja dan tidak memandori kerja.

2. Pengawasan Semasa Kerja

Pengawasan yang dilakukan pada saat tugas diselenggarakan, memungkinkan manajer melakukan perbaikan di tempat pada waktu


(27)

penyimpangan diketahui. Perbaikan secara langsung sebelum penyimpangan terlalu jauh terjadi, yang mungkin akan sangat sukar meluruskannya, lebih menguntungkan pengawasan ini ialah supervisi. Supervisi langsung memungkinkan manajer melakukan tindakan koreksi langsung pula.

3. Pengawasan Pasca Kerja

Pengawasan dilakukan sesudah kegiatan atau pekerjaan berlangsung dan sudah berselang waktu yang lama. Kelemahannya ialah penyimpangan baru diketahui setelah pekerjaan seluruhnya selesai, sehingga tidak mungkin diperbaiki lagi.

1.5.1.6Asas-asas Pengawasan

Asas-asas pengawasan yang dikemukakan oleh Komaruddin (1992:19-21) antara lain :

1) Asas Sumbangan terhadap Tujuan 2) Asas Penetapan Standar

3) Asas Penetapan Pokok-Pokok Pengawasan Strategi 4) Asas Tindakan Perbaikan

5) Asas Manajemen dengan Kekecualian 6) Asas Keluwesan Pengawasan

7) Asas Keharmonisan Pengawasan 8) Asas Kecocokan Pengawasan 9) Asas Tanggung Jawab Pengawasan 10) Asas Akuntabilitas Pengawasan


(28)

1.5.1.7 Cara Pengawasan

Supaya pengawasan yang dilakukan seorang atasan efektif, maka haruslah terkumpul fakta-fakta di tangan pemimpin yang bersangkutan. Guna maksud pengawasan seperti ini, ada beberapa cara untuk mengumpulkan fakta-fakta menurut Manullang (2004:178-180) yaitu :

1. Pengawasan Melalui Peninjauan Pribadi

Peninjauan pribadi (personal inspection, personal observation) adalah mengawasi dengan jalan meninjau secara pribadi. Sehingga dapat dilihat pelaksanaan pekerjaan. Cara pengawasan ini mengandung segi kelemahan, bila timbul syak wasangka dari bawahan. Cara seperti ini memberi kesan kepada bawahan bahwa mereka diamat-amati secara keras dan kuat sekali. Sebagai alasan karena dengan cara ini kontak langsung antara atasan dengan bawahan dapat dipererat.

2. Pengawasan Melalui Laporan Lisan

Dengan cara ini, pengawasan dilakukan dengan mengumpulkan fakta-fakta melalui laporan lisan yang diberikan bawahan. Wawancara yang diberikan ditujukan kepada orang-orang atau segolongan orang tertentu yang dapat memberi gambaran dari hal-hal yang ingin diketahui, terutama tentang hasil sesungguhnya (actual result) yang dicapai oleh bawahannya. Dengan cara ini kedua belah pihak aktif, bawahan memberikan laporan lisan tentang hasil pekerjaannya dan atasan dapat menanyakannya lebih lanjut untuk memperoleh fakta-fakta yang diperlukan.

3. Pengawasan Melalui Laporan Tertulis

Laporan tertulis (written report) merupakan suatu pertanggung jawaban kepada atasan mengenai pekerjaan yang dilaksanakannya, sesuai dengan instruksi


(29)

dan tugas-tugas yang diberikan atasannya kepadanya. Dengan laporan tertulis yang diberikan oleh bawahan, maka atasan dapat membaca apakah bawahan-bawahan tersebut melaksanakan tugas-tugas yang diberikan kepadanya dengan penggunaan hak-hak atau kekuasaan yang didelegasikan kepadanya.

4. Pengawasan Melalui Laporan Kepada Hal-hal yang Bersifat Khusus Pengawasan yang berdasarkan kekecualian atau control by exception adalah suatu sistem pengawasan dimana pengawasan itu ditujukan kepada soal-soal kekecualian. Jadi pengawasan hanya dilakukan bila diterima laporan yang menunjukkan adanya peristiwa-peristiwa yang istimewa.

1.5.1.8 Sifat – sifat Pengawasan

Pengawasan hendaknya jangan dianggap sebagai kegiatan untuk mencari kesalahan orang lain tetapi hendaknya dilaksanakan untuk mencari kebenaran dari hasil pelaksanaan kerja. Oleh karena itu, perlu diperhatikan sifat-sifat dari pengawasan

Menurut Siagian (1982 ; 137), sifat – sifat pengawasan yang baik adalah:

1. Pengawasan

Harus bersifat “Fact Finding” dalam arti bahwa pelaksanaan fungsi pengawasan harus menemukan fakta-fakta tentang bagaimana tugas dilakukan dalam organisasi. Terpaut dengan tugas tentunya ada faktor-faktor lain seperti faktor biaya, tenaga kerja, sistem prosedur kerja, struktur organisasi dan faktor-faktor psikologis seperti dihormati, dihargai kemajuan dalam karir dan sebagainya.


(30)

2. Pengawasan

Harus bersifat ”preventif” yang berarti bahwa proses pengawasan dijalankan untuk mencegah timbulnya penyelewengan-penyelewengan dari rencana yang ditentukan

3. Pengawasan

Diarahkan untuk masa sekarang yang berarti bahwa pengawasan hanya ditujukan terhadap kegiatan-kegiatan yang kini dilaksanakan.

4. Pengawasan

Hanya sekedar alat untuk meningkatkan efisiensi, pengawasan tidak boleh dianggap tujuan.

5. Pengawasan

Hanya sekedar alat administrasi dan manajemen maka pelaksanaan pengawasan itu harus mempermudah pencapaian tujuan.

6. Proses pelaksanaan pengawasan

Harus efisiensi jangan sampai terjadi pengawasan yang menghambat usaha peningkatan efisiensi.

7. Pengawasan

Tidak dimaksudkan untuk menentukan siapa yang salah jika ada ketidakberesan akan tetapi untuk menemukan apa yang tidak benar.


(31)

8. Pengawasan

Harus bersifat membimbing agar supaya pelaksanaan meningkatkan kemampuannya untuk melaksanakan tugas yang ditentukan kepadanya

Sifat-sifat pengawasan diatas dapat juga digunakan sebagai dasar penyusun rencana dan pelaksanaan pengawasan agar rencana dan penyusunan rencana efektif harus diketahui terlebih dahulu siapa dan apa saja subjek serta objek dari pengawasan.

1.5.1.9 Proses Dasar Pengawasan

Lubis (1985:160) menyatakan proses pengawasan terdiri dari beberapa tindakan atau langkah pokok tertentu yang bersifat fundamental bagi semua pengawasan.

Adapun langkah-langkah pokok ini meliputi :

a. Penentuan ukuran atau pedoman baku (standar)

Standar terlebih dahulu harus ditetapkan ini tidak lain suatu model atau suatu ketentuan yang telah diterima bersama atau yang telah ditentukan oleh pihak yang berwewenang. Standar berguna antara lain sebagai pembanding didalam pengawasan, alat pengukur untuk menjawab pertanyaan berapa suatu kegiatan atau suatu hasil telah dilaksanakan, sebagai alat untuk membantu pengertian yang lebih cepat antara pengawasan dengan yang diawasi, sebagai cara untuk memperbaiki uniformitas.


(32)

b. Penilaian atau pengukuran terhadap pekerjaan yang sudah atau senyatanya dikerjakan.

Ini dapat dilakukan dengan melalui laporan (lisan atau tertulis), buku catatan harian tentang bagan jadwal atau grafik produksi, inspeksi atau pengawasan langsung, pertemuan atau konferensi dengan petugas-petugasyang bersangkutan, survey yang dilakukan oleh tenaga staff ataperbandingan atau badan tertentu.

c. Perbandingan antara pelaksanaan pekerjaan

Dengan ukuran atau standar yang telah ditetapkan untuk mengetahui penyimpangan-penyimpangan yang terjadi. Ini dilakukan untuk perbandingan antara hasil pengukuran tadi dengan standar, dengan maksud untuk mengetahui apakah diantaranya terdapat suatu perbedaan dan jika ada seberapa besar perbedaan itu, kemudian untuk menentukan perbedaan itu perlu diperbaiki atau tidak.

d. Perbaikan terhadap penyimpangan-penyimpangan

Perbaikan terhadap penyimpangan-penyimpangan yang terjadi sehingga pekerjaan tadi sesuai dengan apa yang direncanakan. Bila hasil analisa menunjukan adanya tindakan koreksi, tindakan ini harus diambil. Tindakan koreksi dapat diambil dalam beberapa bentuk. Standar mungkin diubah, pelaksanaan diperbaiki, atau keduanya dilaksanakan bersamaan.


(33)

1.5.1.10 Ciri-ciri Pengawasan yang Efektif

Pelaksanaan pengawasan yang efektif merupakan salah satu refleksi dari efektifitas manajerial seorang pemimpin. Oleh karena itulah mengherankan bahwa setiap orang yang menduduki jabatan paling rendah hingga paling puncak selalu menginginkan agar baginya tersedia suatu sistrm informasi yang handal agar pelaksanaan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya benar-benar terlaksana sesuai dengan hal-hal yang telah ditetapkan dalam rencana. Bahkan dilihat dari segi pengawasan, sebagian besar kegiatan yang kegiatan yang diselenggarakan oleh berbagai satuan karja penunjang dalam organisasi sebenarnya dilakukan dalam rangka penyediaan informasi, seperti informasi keuangan, informasi kepegawaian, informasi logistik, informasi ketatausahaan dan lain sebagainya sebagai jalan untuk memperlancar jalanya pengawasan. Maka dalam hal ini pengawasan akan berlangsung dengan efektif apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut menurut Siagian (1992:175) :

1. Pengawasan harus merefleksikan sifat dari berbagai kegiatan yang diselenggarakan yaitu bahwa tehnik pengawasan harus sesuai antara lain dengan penemuan informasi tentang siapa yang melakukan pengawasan dan kegiatan apa yang menjadi sasaran pengawasan tersebut.

2. Pengawasan harus segera memberikan petunjuk tentang kemungkinan adanya deviasi atau penyimpangan yang mungkin tearjadi sebelum penyimpangan itu menjadi kenyataan. Usaha deteksi seperti itu harus dilakukan sedini mungkin dan informasi tentang hasil deteksi itu harus


(34)

segera tiba ditangan manajer secara fungsional bertanggungjawab agar ia segera dapat mengambil tindakan pencegahannya.

3. Objektifitas dalam melakukan pengawasan

Salah satu komponen yang harus terlihat dalam rencana adalah standar prestasi kerja yang diharapkan dipenuhi oleh para pelaksana kegiatan operasional. Standar demikian harus jelas terlihat bukan saja dalam prosedur dan mekanisme kerja, akan tetapi juga dalam kriteria yang menggambarkan persyaratan kuantitatif dan kualitatif dan sedapat mungkin dinyatakan secara tertulis. Kriteria demikian lebih bermakna lagi apabila para pelaksana mengetahui, memahami dan menerima kriteria itu. Dengan adanya kriteria tersebut, maka pengawasan dapat dilakukan dengan objektif.

4. Keluwesan Pengawasan

Hal ini berarti pengawasan harus tetap bisa berlangsung meskipun organisasi menghadapi perubahan kerja karena timbulnya keadaan yang tidak diduga sebelumnya atau bahkan juga bila terjadi kegagalan atau perubahan tersebut dan dengan demikian penyesuaian yanag diperlukan dapat dilakukan dalam pelaksanaan kegiaatan pengawasan.

5. Efisiansi Pelaksanaan Pengawasan

Pengawasan dilakukan supaya keseluruhan organisasi bekerja dengan tingkat efisiensi yang semakin tinggi. Hal ini berarti, setiap organisasi harus menciptakan suatu sistem pengawasan yang sesuai dengan


(35)

kebutuhan organisasi yang bersangkutan karena hanya dengan demikianlah efesiensi pengawasan dapat ditingkatkan.

6. Pengawasan mencari apa yang tidak beres.

Teori pengawasan menonjolkan usaha peningkatan efisiensi dan efektifitas kerja dengan menyoroti sistem kerja yang berlaku bagi organisasi. Artinya yang menjadi sorotan utama adalah usaha mencari dan menemukan apa yang tidak beres dalam organisasi apalagi jika terjadi penyimpangan dari rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam hal ini , pengawasan yang baik juga harus menemukan siapa yang salah dan faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya kesalahan tersebut.

7. Pengawasan harus bersifat membimbing

Jika telah ditemukan apa yang tidak beres dan siapa yang salah serta telah diketahui pula faktor-faktor penyebabnya, seorang manajer harus berani mengambil tindakan yang dipandang paling tepat, sehingga kesalahan yang diperbuat oleh bawahan tidak terulang kembali meskipun kecenderungan berbuat kesalahan yang lain tidak dapat dihilangkan sama sekali mengingat sifat manusia yang tidak sempurna itu. Bahkan pengenaan sanksi berupa hukuman pun bila diperlukan harus dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku. Hanya saja dalam pengenaan sanksi, tetap harus membimbing, mendidik, objektif dan rasional serta didasarkan pada kriteria dipahami dan diterima oleh orang yang bersangkutan. Dalam hubungan ini harus ditekankan, bahwa tindakan


(36)

pengenaan sanksi terhadap bawahan keteladanan pada diri manajer yang bersangkutan.

1.5.2. Disiplin

Kata disiplin berasal dari kata “ disipel “ ( lateimin, 1995:67) yang berarti pengikut yang sungguh – sungguh dan yakin dengan kekuatan dan keyakinan tersebut merupakan dasar utama dari setiap ajaran.

Disiplin tidak hanya diartikan tunduk kepada peraturan-peraturan dan ketentuan yang sudah lazim dilaksanakan, akan tetapi dapat mendorong manusia melaksanakan kegiatan-kegiatan sadar diyakini manfaatnya.

Disiplin adalah suatu tingkah laku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan dari kantor baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Dengan demikian jelaslah bahwa tujuan yang telah ditetapkan tidak akan terlaksana dengan baik apabila pegawainya tidak memiliki disiplin kerja yang baik pula. Untuk itu perlu ditingkatkan disiplin kerja para pegawai nageri sipil agar tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai.

Disiplin juga dapat diartikan sebagai suasana kerja yang tertib aman dan tenang yang dapat membuat para pegawai lebih berkonsentrasi dalam pelaksanaan pekerjaanya dan akhirnya segala pekerjaan yang dilakukan dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang ditentukan.

Disiplin pada dasarnya mempunyai dua objek yang meliputi disiplin terhadap perbuatan atau tingkah laku yang ada kalanya keduanya tergabung menjadi satu, dimana mereka dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan.


(37)

Disiplin terhadap waktu menekan akan pentingnya waktu dari detik sampai tahun. Arti disiplin terhadap waktu adalah jika sesuatu telah ditetapkan pada waktu tertentu maka sesuatu yang telah ditetapkan itu harus diselesaikan tepat pada waktu yang telah ditentukan.

Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban.

Ada 2 (dua) unsur pokok yang membentuk disiplin :

1) Sikap yang telah ada pada diri manusia 2) Sistem budaya yang hidup dalam masyarakat

Disiplin lahir, tumbuh dan berkembang dari sikap seseorang dalam sistem nilai budaya yang di masyarakat. Disiplin dapat dimulai dari atas, maksudnya disiplin dimulai dari para atasan. “teladan adalah guru yang paling baik”. Disiplin juga dapat dimulai dari dalam, maksudnya disiplin dimulai dari kesadaran tiap manusia disiplin yang muncul dari kesadaran pribadi lebih baik dari pada karena ancaman/paksaan.

Menurut Moenir (1986:184) “Disiplin terhadap perbuatan atau tingkah laku mengharuskan orang untuk mengikuti dengan ketat perbuatan atau tingkah laku tertentu dalam perbuatan, agar dapat menghasilkan sesuatu dengan standar. Keharusan untuk mengikuti dengan ketat langkah atau perbuatan tersebut menentukan berhasil atau tidaknya sesuatu itu. Langkah atau perbuatan yang ada


(38)

dibidang administrasi biasanya disebut prosedur sedangkan dibidang tehnik operasional disebut metode.”

Dan perlu diingat apapun objeknya ada 3 faktor yang berfungsi untuk menumbuhkan dan memelihara disiplin ketiga faktor itu adalah kesabaran, keteladanan, dan ketaatan peraturan. Kesadaran jelas merupakan faktor utama sedangkan keteladanan dan ketaatan merupakan penyerta dan penguat terhadap faktor utama tersebut. Keteladanan dan kataatan pengaturan tidak akan mampu bertahan tanpa dilandasi oleh kesadaran sebaliknya jika sudah ada kesadaran maka keteladanan dan ketaatan peraturan akan memperkuat sikap disiplin seseorang.

Menurut westra (1989:131) Bahwa disiplin adalah suatu keadaan tertib, dimana orang-orang yang bergabung dalam organisasi tunduk kepada peraturan yang telah ada dengan senang hati.

Dari pendapat diatas dapat dikatakan bahwa disiplin merupakan sikap tertib seseorang yang menunjukkan kepatuhan atau ketaatan kepada peraturan ketentuan yang telah ada dengan senang hati,dalam arti tanpa paksaan. Untuk membentuk dan membina disiplin itu perlu adanya peraturan-peraturan atau ketentuan-ketentuan tersebut dimaksudkan sebagai pedoman atau acuan dalam bertindak, berperilaku atau bersikap yang diharapkan dapat menjadi suatu kebiasaan atau sesuatu yang wajar dengan senang hati.

Menurut Prijodarminto (1994:23) : Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari rangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan keteraturan dan ketertiban, karena sudah menyatu dalam dirinya, maka sikap atau perbuatan yang dilakukan bukan lagi


(39)

atau sama sekali tidak dirasakan sebagai beban, bahkan sebaliknya akan membebani dirinya bilamana ia tidak berbuat sebagaimana lazimnya.

Didalam kamus besar bahasa Indonesia menyatakan bahwa disiplin adalah 1. Tata tertib (disekolah, dikantor, kemiliteran dan sebagainya)

2. Ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan tata tertib , dan sebagainya

3. Bidang studi yang memiiki objek sistem dan metode tertentu.

Menurut pendapat Sudirjo (1986:64) Bahwa disiplin kerja merupakan suatu kekuatan dari pengendalian diri yang rasional, sadar dengan sepenuhnya dan tidak memakai perasaan sehingga tidak emosional, jika disiplin dapat dikembangkan secar luas maka akan tercapai suatu tingkat kestabilan dan kelancaran orang- orang taat tanpa pamrih artinya tanpa perhitungan untung dan rugi bagi dirinya sendiri.

Menurut Prajudi ( 1982:125) Bahwa disiplin kerja mempunyai 3 (tiga) aspek yaitu :

1. Suatu sikap mental yaitu sesuatu yang merupakan sikap taat dan tertib sebagai dari hasil perhatian dan pengendalian diri dan watak oleh pimpian secara tertentu.

2. Suatu Suatu pengetahuan yaitu tingkat tinggi tentang sistem aturan-aturan prilaku , sistem dari norma-norma, kriteria dan standar-standar demikian rupa sehingga pengetahuan tersebut menimbulkan sekaligus kepekaan dan kesadaran bahwa ketaatan akan aturan-aturan, kriteria, standar-standar dan struktur serta sistem organisasi dan sebagainya itu adalah mutlak untuk mencapai keberhasilan.


(40)

3. Suatu sikap kelakuan yaitu suatu sikap yang menunjukkan kesanggupan hati dan kesadaran untuk menaati segala apa yang diketahui secara cermat dan tertib.

Menurut Nitisemito (1982:199) bahwa :

1. Kedisiplinan merupakan sebagai suatu sikap, tingkah laku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan dari perusahaan baik tertulis maupun tidak tertulis.

2. Disiplin waktu adalah suatu sikap kegiatan yang ditunjukkan oleh karyawan terhadap berbagai peraturan tentang jam masuk dan jam pulang kantor, serta pemanfaatan jam-jam kerja. Sedangkan disiplin tugas adalah suatu sikap ketaatan yang ditunjukkan oleh pegawai terhadap berbagai ketentuan dalam penyelesaian tugas yang tepat pada waktu yang telah ditentukan oleh atasannya.

3. Disiplin tingkah laku adalah sikap kegiatan yang ditunjukkan oleh pegawai terhadap norma-norma yang berlaku baik didalam maupun diluar kantor, terutama sekali dalam melayani masyarakat yang begitu terlihat tatakrama dan sopan santunnya.

Menurut Barthos (1993:24) pengertian disiplin tersebut adalah : “pencerminan dari nilai kemandirian yang dihayati dan diamalkan oleh setiap individu dan masyarakat suatu bangsa dalam kehidupan karena itu disiplin merupakan perwujudan kepatuhan dan ketaatan pada hukum, norma, etika dan aturan-aturan yang berlaku dalam persatuan dan kesatuan”.

Disiplin merupakan salah satu syarat mutlak dalam melakukan pekerjaan sebagaimana dikatakan oleh Barthos diatas, disiplin diwujudkan kepada


(41)

kepatuhan terhadap peraturan, ketaatan yang demikian ditunjukkan agar tujuan yang telah ditetapkan dalam buku disiplin dan tercapai sesuatu dengan tujuan yang telah ditetapkan dalam buku manajemen yang memberikan pengertian tentang kerja tersebut: “Rangakaian aktifitas jasmaniah dan rohaniah yang dilakukan oleh manusia untuk mencapai suatu tujan tertentu (Sarwoto,1981 : 128)

Pekerjaan yang merupakan kumpulan dari kebutuhan kebulatan tugas dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh seseorang dimanapun tempat ia bekerja adalah barang tentu akan terlaksana dengan baik.

Namun disiplin kerja itu tidak datang begitu saja akan tetapi melalui usaha-usaha yang dilakukan oleh pimpinan agar anak buahnya dapat disiplin dalam bekerja maka perlu dimotivasikan.

Motivasi merupakan pemberian inspirasi, semangat dan dorongan kepada bawahan agar bawahan tersebut melakukan kegiatannya secara sukarela sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh atasan tersebut. Pemberian inspirasi semangat dan dorongan kepada para bawahan atau ditunjukkan agar bawahan bertambah kegiatannya atau mereka lebih bersemangat guna melakukan tugas-tugasnya sehingga mereka lebih guna dan berhasil guna.

Pemberian motivasi dari atasan kepada bawahan sehingga para bawahan tersebut dapat bekerja secara lebih giat dan lebih semangat, sebagaimana diketahui bahwa motivasi kerja dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi kerja. Tingkat efisiensi kerja tergantung bagaimana cara itu dilakukan. Jadi efisiensi pada dasarnya adalah perwujudan dari pada kerja itu sendiri. namun dalam keseluruhan hasil dari suatu kerja tidak semata-mata ditentukan oleh cara kerja saja melainkan juga oleh faktor-faktor lain.


(42)

Faktor –faktor tersebut menurut Sarwoto : sebagai berikut :

1. Faktor Intern (Manusia itu sendiri sebagai pelaksana kerja)

2. Faktor Ekstern (Hubungan antar manusia itu sendiri dalam kerja)

Bagi pegawai negeri sipil pelaksanaan kerja pegawai berarti mematuhi semua peraturan dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh instansi yang bersangkutan para pegawai yang taat dan patuh pada peraturan-peraturan yang Sudah ditetapkan oleh kantor berarti pegawainya telah melaksanakan disiplin kerja yang telah ditetapkan tersebut. Semua pegawai kantor harus dapat menjadi teladan bagi masyarakat sekitarnya. Sebagai pegawai kantor yang baik tentunya harus menaati peraturan-peraturan yang sudah ditentukan dengan baik, pegawai tersebut dapat melaksanakan tata tertib yang berlaku pada kantor tersebut.

Tata tertib yang sudah ditetapkan oleh suatu instansi pemerintahan pada hakekatnya bukan hanya sekedar pelengkap kantor, akan tetapi merupakan bagian dari kehidupan pegawai kantor. Setiap pegawai sudah terikat akan disiplin dan tata tertib bekerja agar mencapai tujuan yang sudah direncanakan oleh pemerintah.

1.5.2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan Disiplin

Disiplin yang tinggi sangat dibutuhkan dalam suatu organisasi terutama para bawahan yang menyelenggarakan tugas kedinasan. Dalam pembentukan dan pembinaan disiplin tersebut harus diperhatikan beberapa hal yang mempengaruhinya :


(43)

Faktor-faktor dalam pembinaan dan pembentikan disiplin tersebut menurut Syarif (1983:39) antara lain :

a. Kepemimpinan

b. Pemberian Motivasi

c. Pendidikan Latihan

d. Kesejahteraan

e. Penegakan disiplin melalui Hukum

Disamping kelima faktor penting dalam pembentukan dan pembinaan disiplin tersebut diatas, ada faktor-faktor lain yang mendukung supaya disiplin kerja pegawai terwujud dalam suatu instansi formal pemerintah dalam melaksanakan tugas dan kewajiban antara lain :

1. Sikap keteladanan Pemimpin

Bila pemimpin disiplin, maka bawahan pun akan ikut disiplin, bila bawahan tidak mau disiplin akan terkena tindakan pendisiplinan. Teladan pemimpin mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam menegakkan disiplin. Sebab pimpinan merupakan panutan, sorotan dari bawahannya.

2. Tanggung jawab pimpinan selaku atasan

3. Tanggung jawab pimpinan terhadap peningkatan disiplin pegawai merupakan suatu tindak lanjut yang wajar dari adanya tujuan instansi


(44)

yang bersangkutan sehingga disiplin kerja pegawai bukan diartikan suatu keterpaksaan.

Adapun tanggung jawab pimpinan selaku atasan untuk meningkatkan disiplin kerja pegawai adalah sebagai berikut :

a. Penunjukan dan pengangkatan pegawai yang ditempatkan sesuai dengan prestasi dibidang bidangnya dan dianggap cakap

b. Pemberian tanda penghargaan atas jasa atau perbuatan terpuji yang dilakukan pegawai.

c. Memberikan rangsangan kepada pegawai sehingga tercipta lingkungan kerja yang menyenangkan.

d.Meningkatkan pengetahuan dan keahlian bagi pegawai atas kelalaiannya.

e. Menciptakan hubungan komunikatif yang dua arah sehingga tanggung jawab, rasa sungkan diantara pegawai tidak menimbulkan gap.

1.5.2.2 Tujuan Disiplin Kerja

Secara umum dapat disebutkan bahwa tujuan utama disiplin kerja adalah demi kelangsungan organisasi atau perusahaan sesuai dengan motif organisasi atau perusahaan yang bersangkutan baik hari ini maupun hari esok. Menurut Siswanto Sastrohadiwiryo (2003:292) secara khusus tujuan disiplin kerja para pegawai, antara lain :

1) Agar para pegawai menepati segala peraturan dan kebijakan ketenagakerjaan maupun peraturan dan kebijakan organisasi yang


(45)

berlaku, baik tertulis maupun tidak tertulis, serta melaksanakan perintah manajemen dengan baik.

2) Pegawai dapat melaksanakan pekerjaan dengan sebaik-baiknya serta mampu memberikan pelayanan yang maksimum kepada pihak tertentu yang berkepentingan dengan organisasi sesuai dengan bidang

pekerjaan yang diberikan kepadanya.

3) Pegawai dapat menggunakan dan memelihara sarana dan prasarana, barang dan jasa organisasi dengan sebaik-baiknya.

4) Para pegawai dapat bertindak dan berpartisipasi sesuai dengan norma-norma yang berlaku pada organisasi.

5) Pegawai mampu menghasilkan produktivitas yang tinggi sesuai dengan harapan organisasi, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

1.5.2.3 Jenis-jenis Disiplin Kerja

T. Hani Handoko dalam Susilo Martoyo (1996:144) menggolongkan jenis-jenis disiplin antara lain :

1. Disiplin Preventif

Disiplin preventif merupakan kegiatan yang dilaksanakan dengan maksud untuk mendorong para karyawan agar sadar mentaati berbagai standar dan aturan, sehingga dapat dicegah berbagai penyelewengan atau pelanggaran. Yang utama dalam hal ini adalah ditumbuhkannya “self discipline” pada setiap karyawan tanpa kecuali.

2. Disiplin Korektif

Disiplin korektif merupakan kegiatan yang diambil untuk menangani pelanggaran yang terjadi terhadap aturan-aturan, dan mencoba untuk


(46)

menghindari pelanggaran-pelanggaran lebih lanjut. Kegiatan korektif ini berupa suatu bentuk hukuman atau tindakan pendisiplinan (disciplinary action), yang wujudnya dapat berupa “peringatan” ataupun berupa “schorsing”. Semua sasaran pendisiplinan tersebut harus positif, bersifat mendidik dan mengoreksi kekeliruan untuk tidak terulang kembali.

Sedangkan menurut Keith Davis dan John W. Newstrom dalam Triguno (1997:50-51), menyatakan bahwa disiplin mempunyai 3 (tiga) macam bentuk, yaitu :

1. Disiplin Preventif

Disiplin preventif adalah tindakan SDM agar terdorong untuk menaati standar atau peraturan. Tujuan pokoknya adalah mendorong SDM agar memiliki disiplin pribadi yang tinggi, agar peran kepemimpinan tidak terlalu berat dengan pengawasan atau pemaksaan, yang dapat mematikan prakarsa dan kreativitas serta partisipasi SDM.

2. Disiplin Korektif

Disiplin korektif adalah tindakan dilakukan setelah terjadi pelanggaran standar atau peraturan, tindakan tersebut dimaksud untuk mencegah timbulnya pelanggaran lebih lanjut. Tindakan itu biasanya berupa hukuman tertentu yang biasa disebut sebagai tindakan disipliner, antara lain berupa peringatan, skors, pemecatan.


(47)

3. Disiplin Progesif

Disiplin progresif adalah tindakan disipliner berulang kali berupa hukuman yang makin berat, dengan maksud agar pihak pelanggar bisa memperbaiki diri sebelum hukuman berat dijatuhkan.

1.5.2.4 Pedoman pendisiplinan

Heidjracman (1983:228 ) mengemukakan bahwa dalam pendisiplinan perlu diperhatikan beberapa pedoman sebagai berikut :

a) Pendisiplinan hendaknya dilakukan secara pribadi

tidak menegur bawahan dihadapan orang banyak. Hal ini akan mempermalukan bawahan yang ditegur. Akibatnya dapat menimbulkan rasa dendam

b) Pendisiplinan harus bersifat Membangun

memberikan teguran hendaknya disertai dengan saran tentang bagaimana seharusnya tidak berbuat lagi dengan kesalahan yang sama.

c) Pendisiplinan harus dilaksanakan oleh pimpinan

d) Pimpinan tidak seharusnya memberikan pendisiplinan pada waktu bawahan sedang absen

e) Setelah pendisiplinan sikap pimpinan haruslah Wajar

Dari pendapat diatas dapat dijelaskan bahwa pendisiplinan yang dilakukan oleh pimpinan terhadap bawahan bukan proses yang berlarut-larut akan tetapi sudah sewajarnya diberikan oleh pimpinan kepada bawahan dan para bawahannya


(48)

menganggapnaya sebagai perbaikan atas tindakan kesalahannya. Dengan demikian seorang pemimpin haruslah memperhatikan bagaimana pedoman pendisiplinan terhadap bawahan.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa disiplin mengacu pada pola tingkah laku dengan ciri-ciri sebagai berikut :

1) Adanya hasrat yang kuat untuk melaksanakan sepenuhnya apa yang sudah menjadi norma, etik, dan kaidah yang berlaku dalam masyarakat

2) Adanya perilaku yang dikendalikan

3) Adanya ketaatan

Dari ciri-ciri tingkah laku pribadi disiplin, jelaslah bahwa disiplin membutuhkan pengorbanan baik itu perasaan, waktu, kenikmatan, dan lain-lain. Disiplin bukanlah tujuan, melainkan sarana yang ikut memainkan peranan dalam memcapau tujuan. Manusia sukses adalah manusia yang mampu mengatur cara kerja. Maka erat hubungannya antara manusia sukses dengan pribadi yang disiplin.

1.5.2.5Prinsip-prinsip Pendisiplinan

Prinsip-prinsip pendisiplinan yang dikemukakan Ranupandojo (1990 : 241-242) adalah :

1. Pendisiplinan dilakukan secara pribadi.

Pendisiplinan seharusnya dilakukan dengan memberikan teguran kepada karyawan. Teguran jangan dilakukan di hadapan orang banyak. Karena dapat menyebabkan karyawan yang ditegur akan merasa malu


(49)

dan tidak menutup kemungkinan menimbulkan rasa dendam yang dapat merugikan organisasi.

2. Pendisiplinan harus bersifat membangun.

Selain memberikan teguran dan menunjukkan kesalahan yang dilakukan karyawan, harus disertai dengan saran tentang bagaimana seharusnya berbuat untuk tidak mengulangi lagi kesalahan yang sama. 3. Pendisiplinan harus dilakukan sacara langsung dengan segera.

Suatu tindakan dilakukan dengan segera setelah terbukti bahwa karyawan telah melakukan kesalahan. Jangan membiarkan masalah menjadi kadaluarsa sehingga terlupakan oleh karyawan yang bersangkutan.

4. Keadilan dalam pendisiplinan sangat diperlukan.

Dalam tindakan pendisiplinan dilakukan secara adil tanpa pilih kasih. Siapapun yang telah melakukan kesalahan harus mendapat tindakan pendisiplinan secara adil tanpa membeda-bedakan.

5. Pimpinan hendaknya tidak melakukan pendisiplinan sewaktu karyawan absen. Pendisiplinan hendaknya dilakukan dihadapan karyawan yang bersangkutan secara pribadi agar ia tahu telah melakukan kesalahan. Karena akan percuma pendisiplinan yang dilakukan tanpa adanya pihak yang bersangkutan.

6. Setelah pendisiplinan sikap dari pimpinan haruslah wajar kembali. Sikap wajar hendaknya dilakukan pimpinan terhadap karyawan yang telah melakukan kesalahan tersebut. Dengan demikian, proses kerja dapat lancar kembali dan tidak kaku dalam bersikap.


(50)

1.5.2.6. Pengaruh Pengawasan Terhadap Disiplin Kerja

Disiplin merupakan ketaatan terhadap perauran-peraturan yang merupakan pedoman untuk mencapai tujuan. disiplin dapat ditegakkan melalui pelaksanaan pengawasan dan pada dasarnya penyelenggaraan dan penaggung jawab fungsi pengawasan pimpinan organisasi, para bawahan diarahkan untuk selalu mematuhi peraturan. Dan jika terjadi penyimpangan atau kesalahan maka pimpinan berkewajiban untuk melakukan tindak lanjut atau pendisiplinan terhadap bawahan.

Dalam melaksanakan suatu kegiatan atau pekerjaan, suatu organisasi bagaimanapun bentuk dan bergerak dibidang apapun sudah pasti mempunyai suatu tujuan tertentu. untuk mencapai tujuan tertentu. Untuk mencapai tujuan tersebut banyak sekali usaha yang dilakukan baik itu berupa tenaga, waktu dan dana. Agar tujuan dapat dicapai secara efektif dan efisien maka diperlukan pengawasan. pengawasan dimaksudkan agar tujuan dan sasaran kegiatan usaha unit –unit pemerintah dapat tercapai serta berdayaguna dan berhasil guna yang dilaksanakan sesuai dengan tugas pokok, fungsi, rencana atau program , pembagian dan pendelegasian tugas, rumusan kerja, pedoman pelaksanaan dan perundang-undangan yang berlaku.

Untuk melihat lebih lanjut hubungan antara pengawasan dengan disiplin, kita dapat melihat pendapat Surwadi (1992:30) bahwa:

pengawasan yang efektif menurut tingkat kepeminpinan yang tinngi meliputi pembentukan moral, mengembangkan kerjasama, kemampuan menanamkan disiplin dan mengenai sifat-sifat manusia.dan dalam rangka menegakkan


(51)

pengawasan juga diperlikan adanya teladan dari pimpinan agar dapat mengefektifkan peraturan yang telah dikeluarkan. hal ini disebabkan karena pimpinan mempunyai pengaruh besar dalam menegakkan disiplin bawahan

Kaitan antara pengawasan dengan disiplin kerja karyawan juga dapat dilihat dari pendapat Menzeis (1987: 167), yang menyatakan bahwa disiplin tidak mungkin ada tanpa pengawasan yang baik, pemimpin harus mempunyai sistem pengawasan yang ia perlukan untuk mengarahkan para bawahannya dengan tepat.

Berdasarkan uraian diatas daptlah disimpulkan bahwa untuk menegakkan disiplin kerja maka pengawasan para karyawan diharapkan akan dapat berbuat dan bertingkah laku sesuai dengan yang diinginkan oleh organisasi, yang ada pada akhirnya akan menentukan pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

Jadi pengawasan haruslah diarahkan pada upaya mewujudkan suasana tertib dan berdisiplin, yang tumbuh dan berkembang atas kesadaran dalam dirinya sendiri. Pada gilirannya hal ini akan menciptakan kondisi ketaatan dan kepatuhan yang dinamis terhadap perintah dan kebijaksanaan pimpinan serta perundang-undanganyang berlaku, tanpa tekanan serta kreatifitas dari inisiatif terus tumbuhdan berkembang yang memungkin tingkat disiplin kerja karyawan menjadi tinggi.

1.6 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris


(52)

yang diperoleh melalui pengumpulan data. jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian.

Berdasarkan uraian pada kerangka teori dan pengertian-pengertian yang telah dikemukakan maka hipotesis yang diajukan penulis adalah

Ha : Adanya pengaruh positif antara pengawasan terhadap disiplin kerja pada Kantor Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Simalungun.

Hi : Tidak ada pengaruh antara pengawasan terhadap disiplin kerja pada Kantor Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Simalungun

1.7 Defenisi Konsep

Konsep merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu social (Masri Singarimbun. 1983;31 )

Konsep teoritis diajukan untuk menjawab permasalahan yang diteliti, maka perlu adanya defenisi konsep. Adapun defenisi konsep dalam penelitian ini adalah :

1) Pengawasan adalah keseluruhan rangkaian, tindakan, kegiatan atau usaha yang dilakukan pimpinan atau atasan untuk mengawasi dan mengendalikan bawahan serta organisasi atau unit organisasinya secara terus-menerus demi tercapainya tata tertib kelancaran pelaksanaan tugas atau pekerjaan dan tercapainya hasil atau tujuan secara efektif dan efisien sesuai dengan program atau rencana dan ketentuan yang berlaku


(53)

2) Disiplin kerja pegawai adalah perwujudan dari sikap dan tindakan para pegawai yang sesuai dengan ketentuan atau peraturan yang berlaku dalam pelaksanaan tugas.

1.8. Depenisi Operasional

Defenisi operasional merupakan semacam petunjuk pelaksanan bagaimana caranya mengukur suatu variabel (Masri Siarimbun, 1989)

Defenisi operasional merupakan petunjuk atau uraian dari konsep yang sudah ada dan dirumuskan dalam bentuk indicator-indikator agar bagaimana suatu variabel diukur dan lebih memudahkan operasionalisasi dari suatu penelitian.

Defenisi Operasional dalam penelitian ini adalah :

1. Pengawasan sebagai variabel X atau variabel bebas, dengan indikator sebagai berikut

1. Pemantauan

Yaitu memeriksa langsung peri hal atau orangnya sendiri di tempat dimana peristiwa terjadi dan dimana bawahan itu bertugas.

2. Pemeriksaan

Yaitu pengawasan yang dilakukan melalui pengamatan, pencatatan, penyelidikan dan penelaahan secara cermat dan sistematis serta melalui penilaian terhadap segala yang ada kaitannya dengan pekerjaan.


(54)

Yaitu segala kegiatan yang dilakukan pimpinan dalam memberikan saran terhadap pelaksanaan tugas

4. Tindakan Disiplin

Yaitu segala usaha yang dilakukan pimpinan tehadap bawahan dalam rangka memberikan sanksi bagi yang melanggar ketentuan yang berlaku

5. Tindakan koreksi

Yaitu terhadap peraturan organisasi, memperhatikan dan melaksanakan segala tugas dan apa yang dianjurkan atau diperintahkan oleh bawahan

2. Disiplin kerja sebagai variabel Y atau terikat dengan indikator sebagai berikut :

1) Kepatuhan terhadap peraturan organisasi, memperhatikan dan melaksanakan segala tugas apa yang dianjurkan atau diperintahkan oleh atasan.

2) Ketaatan terhadap tata tertib selama bekerja, mengikuti ketentuan- ketentuan tentang tata tertib dan peraturan lainnya yang berlaku selama bekerja.

3) Ketentuan dan ketelitian selama bekerja, melakukan tugas dengan sebaik-baiknya, cermat dan hati-hati.

4) Kehematan dalam bekerja, menggunakan waktu, dana dan perlengkapan atau peralatan kerja dengan sebaik-baiknya.

5) Ketertiban dalam bekerja, mengendalikan diri dan menciptakan suasana aman dan tenang selama bekerja.


(55)

6) Kesopanan dalam bekerja, sopan santun atau tata krama selama bekerja baik diri pribadi maupun kepada kepada atasan dan teman sejawat.

7) Kesadaran akan pentingnya tugas atau pekerjaan, mengutamakan kepentingan tugas atau pekerjaan dari hal-hal lain.

8) Pelayanan, melayani kepentingan masyarakat sesuai dengan bidang tugas dan pekerjaannya.


(56)

BAB II

METODE PENELITIAN

2.1 Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah bentuk penelitian deskriptif dengan analisa data kuantitatif. Metode deskriptif mencari pengaruh antara variabel independen dan dependen, memusatkan perhatian pada masalah-masalah atau fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan atau masalah yang bersifat aktual, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki dan diiringi dengan interprestasi yang akurat.

2.2 Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kantor Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Simalungun.

2.3 Populasi dan sampel

2.3.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kwalitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiono, 2005:90).

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh Pegawai Negeri Sipil di Kantor Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Simalungun.

2.3.2 Sampel

Menurut Arikunto (1998:120) apabila subjekya kurang dari 100, lebih baik semua subjek dijadikan sampel sehingga penelitian tersebut merupakan penelitian populasi. Dalam penelitian ini karena jumlah karyawan kurang dari 100, maka


(57)

dengan demikian keseluruhan karyawan dijadikan sampel. Karena menggunakan seluruh populasi sebagai sumber data, maka penelitian ini menggunakan tehnik sensus.

2.4 Tehnik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dan informasi keterangan atau fakta-fakta yang diperlukan, penulis menggunakan tehnik pengumpulan data Kuisioner yaitu penulis melakukan dengan cara membuat suatu daftar pertanyaan tentang pelaksanaan disiplin kerja yang akan diisi oleh responden

1. Tehnik pengumpulan data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh dari para responden di kantor Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Simalungun adalah kuisioner yaitu memberikan angket kepada responden dan menyajikan beberapa alternatif jawaban yang sudah tersedia mengenai indikator-indikator yang diperlukan

2. Data Sekunder

Penelitian dilakukan melalui penelaahan bahan-bahan tertulis yang terdiri dari buku-buku/ referensi, jurnal ilmiah, peraturan perundang-undangan, peraturan pemerintah, dokumen yakni yang berhubungan dengan permasalahan penelitian.

2.5 Tehnik Penentuan Skor

Tehnik pengukuran skor oleh nilai yang digunakan dalam penelitian ini adalah memakai skala likert untuk menilai jawaban kuisioner yang disebarkan kepada responden.(Sugiono, 2005:107)


(58)

Adapun skor dari setiap pertanyaan yang disebarkan melalui angket adalah sebagai berikut :

Untuk jawaban alternatif “a” diberi skor 5 Untuk jawaban alternatif “b” diberi skor 4 Untuk jawaban alternatif “c” diberi skor 3 Untuk jawaban alternatif “d” diberi skor 2 Untuk jawaban alternatif “e” diberi skor 1

Untuk menentukan kategori jawaban responden dari masing-masing variabel apakah tergolong tinggi, sedang atau rendah maka terlebih dahulu ditetapkan kelas intervalnya. Berdasarkan alternatif jawaban dari masing-masing responden, ditentukan kelas intervalnya sebagai berikut :

8 , 0 5 1 5 = − = − = I I bilangan Banyaknya terendah Skor tertinggi Skor I

Maka, diperoleh intervalnya sebesar 0,8

a) Skor kategori sangat tinggi = 4,24 - 5,00

b) Skor kategori tinggi = 3,43 - 4,23

c) Skor kategori sedang = 2,62 - 3,43

d) Skor kategori rendah = 1,81 - 2,61

e) Skor kategori sangat rendah = 1,00 - 1,80


(59)

Sesuai dengan metode penelitian, teknik analisa data yang digunakan penulis dalam penelitian ini menggunakan analisa data kuantitatif. Analisa data kuantitatif digunakan untuk menguji pengaruh antara variabel bebas dengan terikat

Adapun statistik yang digunakan untuk mengetahui koefisien korelasi Pengawasan (X) dan Disiplin kerja (Y) digunakan rumus

Product Moment (Sugiono, 2005:212 )

( )( )

( )

( )

[

]

− = 2 2 2 2 y y N x x N y x xy N rXY

Dimana :

XY

r = Angka indeks korelasi “r” product moment

N = Populasi

x = Jumlah seluruh skor x

y = Jumlah seluruh skor y

xy = Jumlah hasil kali antara skor x dan skor y

Untuk melihat hubungan antara kedua variabel tersebut, maka dapat dirumuskan sebagai berikut :

1) Nilai r yang positif menunjukkan kedua variabel yang positif, artinya XY kenaikan nilai variabel yang satu diikuti oleh nilai variabel yang lain.


(60)

2) Nilai r yang negatif menunjukkan kedua variabel yang negative, artinya XY menurunkan nilai variabel yang satu diikuti oleh nilai variabel yang lain.

3) Nilai r yang negatif menunjukkan kedua variabel tidak mempunyai XY hubungan artinya variabel yang satu tetap meskipun yang lainnya berubah.


(61)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

3.1 Gambaran Umum Kabupaten Simalungun

3.1.1 Letak Geografis

Kabupaten Simalungun merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Sumatera Utara yang terletak di pertengahan wilayah Sumatera utara yang terletak diantara 2°36 ‘LU dan 98°32’ - 99°35 BT yang berada pada ketinggian 20-1.400 m dari permukan laut, Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Karo, Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Asahan, Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan sebelah Selatan Berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir. Ibukota Kabupaten Simalungun adalah Pematang Siantar. Sekarang Kabupaten ini terdiri dari 31 Kecamatan

3.1.2 Penduduk

Penduduk asli Kabupaten Simalungun adalah suku Simalungun. Penduduk Kabupaten Simalungun berjumlah 1.003.105 jiwa. Simalungun adalah tanah leluhur orang simalungun, namun belakangan ini secara statistik orang simalungun adalah penduduk peringkat mayoritas ke-tiga di Kabupaten Simalungun, setelah suku Jawa dan Suku Batak Toba. Masyarakat simalungun diperkirakan justru lebih banyak tinggal di luar wilayah Simalungun.


(62)

3.1.3 Mata Pencaharian

Sesuai dengan keadaan tanahnya yang subur serta curah hujan yang cukup banyak, maka pada umumnya mata pencaharian pokok masyarakat simalungun adalah Bertani. masyarakat Simalungun Bercocok tanam diladang dan disawah. pada umumnya masyarakat Simalungun menanam padi, buah-buahan dan sayur-sayuran. Sebagian besar masyarakat Simalungun yang berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil juga bertani karena hasil pertanian di Kabupaten Simalungun juga menjanjikan karena tanahnya yang subur.

3.1.4 Pemerintahan

Kabupaten Simalungun mempunyai luas wilayah 4.386,60 Km² atau 6,12% luas Sumatera Utara yang terdiri atas 31 Kecamatan, 294 Nagori dan 17 Kelurahan.

Pegawai Negeri di Kabupaten Simalungun berjumlah 13.980 orang dengan perincian Golongan IV sebanyak 2.197 orang, golongan III sebanyak 8.905 orang, golongan II sebanyak 2.656 orang dan golongan I sebanyak 222 orang. Sedangkan komposisi jabatan structural yaitu Eselon II.a sebanyak 149 orang, Eselon III.b sebanyak 32 orang, Eselon IV.a sebanyak 899 orang, Eselon IV.b sebanyak 378 orang.

3.1.4 Struktur Organisasi

Struktur organisasi bertalian erat dengan organisasi secara keseluruhan, penyusunan suatu organisasi adalah salah satu dari tugas pimpinan untuk


(63)

mencapai tujuan yang telah ditentukan dari semula. Oleh sebab itu pimpinan harus dapat menyusun stuktur organisasi dengan baik.

Dalam setiap organisasi baik pemerintahan maupun organisasi swasta dalam melakukan tugas atau kegiatan harus mempunyai sebuah struktur organisasi, yang tidak hanya sekedar bagan saja tetapi dapat memberikan gambaran dengan jelas bagaimana hubungan dengan kegiatan dan tugas-tugas antara bagian-bagian yang satu dengan bagian yang lainnya. Struktur Organisasi yang baik dapat menentukan pekerjaan yang harus dikerjakan serta kepada siapa ia harus memberikan pertanggungjawaban.

Pada kantor Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Simalungun pimpinan tidak akan biasa lepas dari kebijaksanaan dalam menyusun suatu organisasi, karena didalam pencapaian tujuan yang akan ditentukan sebelumnya sudah barang tentu pimpinan tidak akan dapat melakukan secara sendiri, ini disebabkan oleh keterbatasan waktu maupun tenaga yang ada padanya. Berdasarkan hal tersebut, maka pimpinan sebagai kepala badan memerlukan pembantu atau bawahan yang secara bersama-sama melaksanakan pekerjaan dalam mencapai tujuan

Adapun Struktur Orgasnisasi pada Kantor Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Simalungun berdasarkan Perda NO.3 tahun 2001 sebagai berikut :

1. Kepala Badan Kepegawaian Daerah 2. Sekertaris

a. Kepala Sup Bagian Umum b. Kepala Sub Bagian Bina Program


(64)

3. Kepala Bidang Program Kepegawaian

a. Kepala Sup Bidang Perencanaan dan Pengadaan Pegawai b. Kepala Sup Bidang Peraturan dan Disiplin Pegawai c. Kepala Sup Bidang Kesejahteraan Pegawai

4. Kepala Bidang Pengembangan dan Pemberdayaan Pegawai a. Kepala Sup Bidang Jabatan Struktural

b. Kepala Sup Bidang Jabatan Fungsional c. Kepala Sup Bidang Diklat PNS

5. Kepala Bidang Mutasi Kepegawaian

a. Kepala Sup Bidang Kepangkatan dan Penggajian Pegawai b. Kepala Sup Bidang Pengsiunan dan Pemberhentian Pegawai c. Kepala Sup Bidang Pemindahan Pegawai

6. Kepala Bidang Informasi Kepegawaian

a. Kepala Sup Bidang Arsip dan Dokumentasi Kepegawaian b. Kepala Sup Bidang Pengelolaan dan Penyajian Informasi

3.1.4 Tugas Pokok dan Fungsi

Sebagai salah satu instansi yang berada dijajaran Pemerintahan Kabupaten Simalungun, Badan Kepegawaian Daerah memiliki tanggung jawab yang besar terhadap proses peningkatan sumber daya pegawai negeri sipil pada pemerintah kabupaten Simalungun yaitu dengan melaksanakan tugas pokoknya, dan bertanggung jawab kepada Bupati sebagai kepala daerah melalui sekertaris daerah.


(65)

Dalam melaksanakan Tugas Pokoknya, Badan Kepegawaian Daerah melaksnakan Fungsi :

1. Penyiapan penyusunan peraturan perundang-undangan daerah dibidang kepegawaian sesuai dengan norma, standard dan prosedur yang ditetapkan pemerintah.

2. Perencanaan dan pengembangan kepegawaian daerah.

3. Penyiapan kebijaksanaan teknis pengembangan kepegawaian daerah.

4. Penyediaan dan pelaksanaan pengangkatan, kenaikan pangkat, pemindahan dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil Daerah sesuai dengan norma, standard dan prosedur yang ditetapkan dalam Peraturan Perundang –undangan.

5. Pelayanan administrasi kepegawaian dalam pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian dalam dan dari jabatan struktural atau fungsional sesuai dengan norma, standard dan prosedur yang ditetapkan dengan Peraturan Perundang –undangan.

6. Penyiapan dan penetapan pensiun Pegawai Negeri Sipil Daerah sesuai dengan norma, standard dan prosedur yang ditetapkan dengan Peraturan Perundang –undangan.

7. Penyiapan penetapan gaji, tunjangan dan kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil Daerah sesuai dengan norma, standard dan prosedur yang ditetapkan dengan Peraturan Perundang –undangan.

8. Penyelenggaraan administrasi Pegawai Negeri Sipil Dearah. 9. Pengelolaan Sistem Informasi Kepegawaian Daerah, dan


(66)

10. Penyampaian informasi kepegawaian daerah kepada Badan Kepegawaian Negara.

1. Kepala Badan Kepegawaian Daerah

Secara umum dapat dijelaskan bahwa tugas pimpinan atau Kepala Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Simalungun yaitu membantu Bupati Kabupaten Simalungun dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan serta merumuskan kebijaksanaan, mengkoordinasikan dan memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Mempunyai tugas yaitu :

1. Kepala Badan Kepegawaian Daerah mempunyai tugas membantu kepala daerah menyusun dan melaksanan kebijakan daerah dalam bidang Kepegawaian Daerah

2. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini, Kepala Badan Kepegawaian Daerah menyelenggarakan fungsi

a. Merumuskan Kebijakan Teknisdalam bidang kepegawaian Daerah b. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah

dalam bidang kepegawaian daerah.

c. Membina, mengawasi dan melaksanakan tugas di bidang Kepegawaian Daerah.

3. Kepala Badan Kepegawaian Daerah mempunyai tugas :

a. Menyusun kebijakan teknis dalam bidang Kepegawaian Daerah sesuai dengan peraturan Perundang-undangan yang berlaku


(1)

Apabila nilai t hitung dikonsultasikan dengan nilai t tabel pada taraf signifikan 95 % atau alpa 5 % maka akan diperoleh t hitung sebesar 3.04 untuk pengawasan, berarti 3.04 > 0.329 maka dalam penelitian ini hipotesis “Terdapat Hubungan Yang Positif Antara Pengawasan Terhadap Disiplin Kerja” diterima.


(2)

BAB VI

PENUTUPAN

VI.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan tentang Pengaruh Pengawasan Terhadap Disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil di Kantor Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Simalungun, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengawasan di kantor Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Simalungun masuk dalam kategori baik yaitu sebesar 66,6 %.

2. Disiplin kerja pegawai kantor Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Simalungun masuk dalam kategori sangat tinggi yaitu sebesar 52,7 %. 3. Ada pengaruh yang signifikan pengawasan terhadap disiplin kerja

pegawai Kantor Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Simalungun

VI.2. Saran

Saran yang dapat diajukan berdasarkan simpulan di atas adalah sebagai berikut :

Mengingat pengawasan besar pengaruhnya terhadap disiplin kerja pegawai, maka pihak pimpinan kantor Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Simalungun hendaknya dapat meningkatkan pemberian teguran lisan maupun tertulis secara tegas kepada para Pegawai Negeri Sipil yang melanggar peraturan agar pegawai lebih bertanggung jawab atas segala tugas yang menjadi kewajibannya.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Arif, Mirriam S. 1985 Organisasi dan Manajemen, Jakarta : Karunia

Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta

Handoko,T. Hani.1994. Manajemen, Yogyakarta: BPFE

Handayaningrat, Soewarno. 1983. Pengantar Ilmu Administrasi dan Manajemen, Jakarta: CV.Haji Masagung

Heidjrachman dan Suad Husnan. 1994. Manajemen Personalia, Yogyakarta: Haji Mas Agung

Herujito, Yayat M. 2002. Dasar – dasar Manajemen, Jakarta: PT.Brasindo

Kadarman, A.M. dan Udaya, Yusuf .2001. Pengantar Ilmu Manajemen, Jakarta : Ghalia Indonesia

Manullang M. 2002. Dasar – dasar Manajem, Yogyakarta : Universitas Gajah Mada Press

Mardiatmaja, B.S. 1988. Disiplin, Jakarta : Ghalia Indonesia

Siagian, Songang P. 1982. Filsafat Administrasi, Jakarta : Gunung Agung.

Siagian, Sondang P. 1992. Fungsi – Fungsi Manajerial, Jakarta : Bumi aksara

Singarimbun, Masri dan Sofyan Effendi. 1984. Metode Penelitian Survei LP3ES, Jakarta.


(4)

DATA HASIL PENELITIAN VARIABEL X

No. Respo

Jawaban Responden Untuk Item Nomor:

Rata-rata

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Jumlah

1 4 4 4 4 4 3 4 5 4 2 4 42 3,5

2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 41 3,41

3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 2 4 40 3,33

4 4 1 4 5 5 4 4 4 4 1 4 40 3,33

5 3 4 4 4 4 3 5 3 3 1 3 37 3,08

6 3 3 3 4 4 3 4 3 4 3 3 37 3,08

7 3 3 4 5 4 4 4 3 4 1 4 39 3,25

8 4 3 3 4 4 3 4 3 4 2 3 37 3,08

9 4 3 4 4 5 5 4 3 4 4 4 44 3,66

10 3 3 5 4 4 4 4 3 5 2 4 41 3,41

11 3 3 4 4 4 3 4 2 4 3 3 37 3,08

12 4 4 4 4 4 3 1 1 3 4 3 35 2,91

13 4 4 4 4 4 4 4 3 4 2 4 41 3,41

14 4 2 4 4 4 3 4 1 4 1 4 35 2,91

15 4 4 4 4 4 4 4 3 4 2 4 41 3,41

16 4 4 4 4 4 4 3 4 2 4 4 41 3,41

17 4 4 5 4 4 5 5 5 5 3 5 49 4,08

18 4 4 4 4 4 3 3 3 4 1 4 38 3,16

19 4 4 5 5 5 4 4 4 4 1 4 44 3,66

20 3 4 3 5 5 4 5 4 5 2 5 45 3,75

21 4 4 4 4 4 4 4 3 5 2 4 42 3,5

22 4 3 3 4 4 5 4 2 4 1 4 38 3,16

23 4 4 4 4 4 4 4 3 1 2 4 38 3,16

24 4 4 4 4 4 3 4 1 4 2 4 38 3,16

25 4 4 4 3 4 4 4 3 5 3 5 43 3,58

26 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 41 3,41

27 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 41 3,41

28 4 4 4 4 4 3 4 1 4 2 4 38 3,16

29 4 4 4 4 4 3 4 1 4 2 4 38 3,16

30 4 4 5 5 5 3 3 3 4 4 4 44 3,66

31 4 4 5 5 3 3 3 4 4 4 4 43 3,58

32 4 4 4 4 4 4 4 3 1 2 4 38 3,16

33 4 4 4 4 4 4 4 3 1 2 4 38 3,16

34 4 3 3 4 4 5 4 2 4 1 4 34 2,83

35 4 3 3 4 4 5 4 2 4 1 4 38 3,16

36 4 4 4 4 4 3 4 1 4 2 4 38 3,16


(5)

TABEL HASIL PENELITIAN VARIABEL Y No.

Resp

Jawaban Responden Untuk Item Nomor:

Rata-rata

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Jumlah

1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 54 4,5

2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 53 4,41

3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 54 4,5

4 5 5 5 5 5 5 4 5 1 4 1 3 4 4 56 4,66

5 5 5 5 5 5 5 4 5 2 5 1 2 4 1 54 4,5

6 4 4 4 4 3 4 3 4 2 4 1 1 4 4 46 3,83

7 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 1 1 5 5 58 4,83

8 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 53 4,41

9 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 4 46 3,83

10 4 5 5 5 5 4 4 3 2 4 2 2 4 4 53 4,41

11 4 4 4 4 4 4 4 4 3 5 3 2 4 4 53 4,41

12 3 4 3 3 4 5 5 3 3 4 1 1 5 5 49 4,08

13 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 2 3 4 4 50 4,16

14 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 1 1 4 4 48 4

15 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 2 3 4 4 50 4,16

16 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 2 3 4 4 50 4,16

17 5 5 5 5 5 5 3 5 5 5 2 1 5 5 61 5,08

18 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 1 3 4 4 50 4,16

19 4 4 4 5 5 5 4 5 4 4 1 1 5 5 56 4,66

20 4 5 5 5 4 5 4 5 2 4 2 2 4 5 56 4,66

21 5 5 5 5 5 4 3 4 4 5 2 3 5 5 60 5

22 4 4 4 4 4 4 4 5 3 5 1 2 5 5 54 4,5

23 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 2 3 4 4 51 4,25

24 1 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 49 4,08

25 5 5 5 5 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 58 4,83

26 4 4 5 5 5 4 4 4 3 5 3 3 4 4 57 4,75

27 4 4 5 5 5 4 4 4 3 5 3 3 4 4 57 4,75

28 1 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 49 4,08

29 1 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 49 4,08

30 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 52 4,33

31 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 52 4,33

32 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 2 3 4 4 51 4,25

33 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 2 3 4 4 51 4,25

34 4 4 4 4 4 4 4 5 3 5 1 2 5 5 54 4,5

35 4 4 4 4 4 4 4 5 3 5 1 2 5 5 54 4,5

36 1 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 49 4,08


(6)

TABEL VARIABEL X Dan VARIABEL Y

NO X Y X.Y X2 Y2

1 42 54 2268 1764 2916

2 41 53 2173 1861 2804

3 40 54 2160 1600 2916

4 40 56 2240 1600 3136

5 37 54 1998 1369 2916

6 37 46 1702 1369 2116

7 39 58 2262 1521 3364

8 37 53 1961 1369 2809

9 44 46 2024 1936 2116

10 41 53 2173 1681 2809

11 37 53 1961 1369 2809

12 35 49 1715 1225 2401

13 41 50 2050 1681 2500

14 35 48 1680 1225 2304

15 41 50 2050 1681 2500

16 41 50 2050 1681 2500

17 49 61 2989 2401 3721

18 38 50 1900 1444 2500

19 44 56 2464 1936 3136

20 45 56 2529 2025 3136

21 42 60 2520 1764 3600

22 38 54 2052 1444 2916

23 38 51 1938 1444 2601

24 38 49 1862 1444 2401

25 43 58 2494 1849 3364

26 41 57 2337 1681 3249

27 41 57 2337 1681 3249

28 30 59 1862 1444 2401

29 38 59 1862 1444 2401

30 44 52 2288 1936 2704

31 43 52 2236 1849 2704

32 38 51 1938 1444 2601

33 38 51 1938 1444 2601

34 34 54 1836 1156 2916

35 38 54 2052 1444 2916

36 38 49 1862 1444 2401